Di Susun Oleh
JURUSAN MANAJEMEN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejauh mana pembajakan software
2. Mengetahui hubungan pembajakan software dengan intellectual capital
3. Mengetahui dampak dari pembajakan software baik dampak positif atau negative
4. Mengetahui cara mengatasi pembajakn software
BAB II
PEMBAHASAN
Etika adalah suatu masalah bagi manusia yang memiliki kebebasan untuk memilih. Etika adalah
tentang pilihan maisng – masing orang ketika berhadapan dengan berbagai alternative tindakan.
Pembajakan software yang terjadi belakangan ini telah menjadi pelanggaran kode etik yang sudah
di terapkan di Indonesia.
Pentingnya isu-isu etika yang terkait dengan Teknologi Informasi (TI) bersifat sangat kritis
dalam masyarakat kita saat ini (Peslak, 2006 dalam Dewi & Gudono, 2007), seiring dengan
pesatnya perkembangan TI belakangan ini. Penilaian seseorang terhadap suatu masalah etika
berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Dalam arti, relativitas dari standar etika masih menjadi
pertentangan. Di satu sisi harus ada standar etika yang bersifat universal, sedangkan di sisi lain
tidak ada standar yang benar dan absolut yang dapat diterapkan untuk semua masyarakat, dengan
kata lain lain penerapan suatu etika tergantung pada situasi tempat di mana etika tersebut
diterapkan, karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan suatu etika sehingga tidak
bersifat universal, misalnya pengaruh budaya tertentu.
Etika tersebut muncul karena adanya intensi keperilakuan. Intensi Keperilakuan didefinisikan
sebagai suatu keinginan individu untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (yaitu keinginan
untuk berperilaku etis atau tidak etis) (Ajzen 1991; Ajzen dan Fishbein 1980; Ajzen dan Madden
1986; Bommer at al. 1987; Eining dan Christensen 1991; Ferrel dan Gresham 1985 dalam Dewi &
Gudono, 2007). Sedangkan menurut Fishbein and Ajzen (1975) dalam Davis et al. (1989), Intensi
Keperilakuan didefinisikan sebagai sebuah ukuran dari kekuatan sebuah keinginan untuk
melakukan suatu perilaku yang spesifik. Norma-norma individu dilekatkan dalam konsep-konsep
pribadi individu yang didasarkan pada kepercayaan dan sistem nilai yang dianut. Pemahaman
norma-norma sosial membutuhkan penyesuaian nilai-nilai yang secara intrinsik menuntun perilaku
dan menentukan jika perilaku pengaruhan diterima atau ditolak (Malhotra & Galleta, 2005 dalam
Dewi & Gudono, 2007). Masalah Etika Persepsian adalah suatu pandangan bagaimana seorang
individu memandang dan menilai suatu situasi apakah termasuk ke dalam masalah etis atau tidak
(Goles et al., 2006 dalam Dewi & Gudono, 2007).
''Hak atas Kekayaan Intelektual'' (HaKI) merupakan terjemahan atas istilah '' Intellectual Property
Right'' (IPR). Istilah tersebut terdiri dari tiga kata kunci yaitu: ''Hak'', ''Kekayaan'' dan ''Intelektual''.
Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat: dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual. Sedangkan
''Kekayaan Intelektual'' merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti
teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan seterusnya. Terakhir,
HaKI merupakan hak-hak (wewenang/kekuasaan) untuk berbuat sesuatu atas Kekayaan Intelektual
tersebut, yang diatur oleh norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku.
``Hak'' itu sendiri dapat dibagi menjadi dua. Pertama, ``Hak Dasar (Azasi)'', yang merupakan hak mutlak
yang tidak dapat diganggu-gugat. Umpama: hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan keadilan, dan
sebagainya. Kedua, ``Hak Amanat/ Peraturan'' yaitu hak karena diberikan oleh masyarakat melalui
peraturan/perundangan. Di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia, HaKI merupakan
''Hak Amanat/Pengaturan'', sehingga masyarakatlah yang menentukan, seberapa besar HaKI yang
diberikan kepada individu dan kelompok.
Sesuai dengan hakekatnya pula, HaKI dikelompokkan sebagai hak milik perorangan yang sifatnya tidak
berwujud (intangible). Terlihat bahwa HaKI merupakan Hak Pemberian dari Umum (Publik) yang
dijamin oleh Undang-undang. HaKI bukan merupakan Hak Azazi, sehingga kriteria pemberian HaKI
merupakan hal yang dapat diperdebatkan oleh publik.
Undang-undang mengenai HaKI pertama kali ada di Venice, Italia yang menyangkut masalah paten
pada tahun 1470. Caxton, Galileo, dan Guttenberg tercatat sebagai penemu-penemu yang muncul dalam
kurun waktu tersebut dan mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka. Hukum-hukum tentang
paten tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan Inggris di jaman TUDOR tahun 1500-an dan kemudian
lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623). Amerika Serikat
baru mempunyai undang-undang paten tahun 1791.
Upaya harmonisasi dalam bidang HaKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya konvensi Paris
untuk masalah paten, merek dagang dan desain. Kemudian konvensi Berne 1886 untuk masalah Hak
Cipta (Copyright).
Dan Software masuk dalam Hak Cipta yang dilindungi. Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta
maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak khusus untuk memberikan izin atau melarang orang
lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak dan menyiarkan rekaman suara atau gambar
dari pertunjukannya.
Pembajakan Software termasuk tindakan pidana yang melanggar Hak Cipta.Ketentuan pidana Hak
Cipta, antara lain:
a. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan
ataumemberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tahun dan denda paling
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak membuat, memperbanyak atau menyiarkan rekaman suara
dan atau gambar dari pertunjukannya dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tahun dan denda
paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
c. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada
umumsuatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta dan hak yang berkaitan dengan hak cipta
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak 150,000.000,00.
d. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak merusak atau membuat tidak berfungsinya
teknologikontrol yang dipergunakan untuk mengontrol hak pencipta dan pihak terkait diancam pidana
penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp. 45.000.000,00.
e. Ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta dirampas atau diambil alih negara
untukdimusnahkan.
2.3.1Dampak Negatif
➢ Merugikan Produsen Software ini jelas merupakan sisi negatif utama dari tindakan pembajakan
software. Ketika consumer membeli bajakan, produsen akan rugi karena produk mereka terjual
namun mereka tidak mendapat uangnya.
➢ Merugikan Negara Predikat Indonesia sebagai salah satu Negara pembajak terbesar mebuat
banyak investor luar negeri enggan berinvestasi. Dampaknya, pertumbuhan perekonomian
Indonesia menjadi lambat.
➢ Pengguna Software Bajakan tidak Mendapat dukungan Teknis dari Produsen Software
Produsen tidak akan memberikan dukungan teknis bagi pengguna software bajakan. Ini karena
produsen tidak mendapat keuntungan, sehingga tidak mau memberikan dukungan kepada
pengguna untuk software mereka.
Salah satu kasus yang pernah terjadi di Indonesia mengenai pembajakan software serta merugikan
diantaranya kasus pembajakan music rekaman Rp. 4 Triliun seperti yang di tulis dalam berita
Jakarta Bisnis.com.
Bisnis.com, JAKARTA - Hanya bermodalkan pulsa dari (internet) dan telepon pintar, orangorang
di mana pun dia berada dapat mengunduh lagu-lagu tanpa mengeluarkan uang sepersen pun. Entah
secara sadar atau tidak, mereka telah melakukan pelanggaran hak cipta yang telah tertulang dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Tak tanggung-tanggung, berdasarkan data dari Asosiasi industri Rekaman Indonesia (ASIRI) musik
bajakan menguasai 95,7 persen pasar di Indonesia sejak 2007 sementara itu musik legal hanya
sekitar 4,3 persen.Kemudian berdasarkan catatan Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan
Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) pada 2013 kerugian akibat pembajakan musik rekaman
mencapai Rp4 triliun per tahun.Hal yang sama juga terjadi pada industri perfilman, di mana
berdasarkan perhitungan Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) pembajakan yang dilakukan
terhadap satu film saja dapat kerugian sekitar Rp4,3 miliar, sehingga diperkirakan kerugian yang
ditimbulkan jika membajak sekitar 100 film mencapai Rp437,5 miliar.
beberapa faktor yang mendukung pembutan software bajakan yakni:
1. Proses penggandaan software semakin mudah. Produsen software semakin canggih membuat
produksisoftware anti membajakan, tetapi para pembajak juga semakin canggih mencari cara
supaya softwaretadi bisa dibajak. Dengan adanya crack, keygen juga cara lainnya. Penggandaannya
semakin mudah, dengan cara menaruh installer software ditambah crack atau keygen-nya di
internet, lalu menyebarkan link-nya.
2. Kurangnya kesadaran dan budaya masyarakat untuk menghargai hak cipta atas software.
3. Sikap acuh terhadap konsekuensi hukum yang timbul akibat pembajakan software.
4. Faktor penegakan hukum dan perangkat perundang-undangan di bidang hak cipta yang masih
kurang memadai.
Kesadaran dari berbagai kalangan terhadap kerugian pemakaian software bajakan khususnya untuk
perusahaan. Ada pemikiran bahwa jika tidak memakai software bajakan akan merugikan, jika memakai
maka akan mengurangi biaya operasional perusahaan. Berikut ini kerugian yang bisa dirasakan jangka
panjang dengan memakai software bajakan:
1. Menghancurkan industri software lokal dan merugikan distributor software lokal yang tidak mampu
bersaing secara sehat dengan distributor software bajakan. Mungkin yang tidak bekecimpuk atau
berbisnis industri IT tidak terlalu sadar tentang ini, tapi pembajakan software jelas-jelas merugikan
industrisoftware. Banyak perusahaan software dalam negeri sudah memproduksi software yang
tidak kalah canggih dan punya harga yang jauh lebih murah dibanding produksi Microsoft, Adobe,
Corel, dan lain sebagainya. Tapi karena pembajakan, masyarakat Indonesia lebih senang memakai
software bajakan yang murah.
2. Merugikan konsumen, dikarenakan jika memakai software bajakan bisa cenderung mudah rusak
(error) dikarenakan cara menginsal yang salah. Dibandingkan dengan memakai software yang asli
yang tingkat kerusakan lebih rendah.
3. Merugikan perusahaan pembuat software yang karyanya dibajak, mengurangi gairah investasi dan
gairah untuk berinovasi dari produsen software.
4. Secara keseluruhan, pembajakan merugikan ekonomi suatu negara dari sektor pajak, tenaga kerja,
dan sebagainya. Dengan memakai software yang asli kita sudah membayar pajak dan dengan itu
meningkatkan pendapatan Negara.
Padahal bila konsumen mengunduh film dari internet itu kemungkinan besar karena mereka
tidak dapat menonton langsung, ataupun didaerah mereka tidak ada bioskop.
4. Memanfaatkan Hacker
Dengan tingginya tingkat Hacker di Indonesia ini, perusahaan dapat memanfaatkannya dengan
menggunakan jasa mereka untuk membantu memberantas blog atau situs internet yang kurang
baik.
Pembajakan software merupakan hal yang tidak etis dilakukan dan tidak sesuai dengan hukum
yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, berbagai langkah telah banyak dilakukan BSA dalam rangka
penegakan hukum di bidang hak cipta.
Kegiatan yang dilakukan antara lain sayembara, pelaporan pembajakan software di dalam
websitenya, dan adanya upaya untuk menggalakkan pemakaian software open source. Dengan demikian
diharapkan perusahaan mau melegalkan software yang tidak resmi, sehingga semuanya beralih ke
produk resmi. Tidak diketahui secara jelas apakah sudah ada kebijakan dari perusahaan swasta soal
penggunaan software ilegal di dalam perusahaan, padahal banyak perusahaan swasta yang menjalan
operasional untuk tujuan komersial dengan menggunakan software ilegal. Sebelum UU Hak Cipta yang
baru diberlakukan, pernah juga dilakukan seperti itu dan ternyata efektif, tapi end user tidak dapat
dikenakan tindakan hukum karena pasal untuk menjeratnya waktu itu belum ada. “Dengan Undang
Undang Hak Cipta yang baru dapat dilaksanakan karena ada pasal 72 ayat 3,” katanya. Dia
mengemukakan bahwa pengusaha swasta hendaknya perlu mengubah pemahaman soal piranti lunak
ini. Dulu software dianggap bagian darihardware. Dengan adanya UU Hak Cipta yang baru, maka
pemahaman perusahaan hendaknya perlu diubah.
Kabar baiknya, kini, sudah ada satu instansi pemerintah yang membuat batasan yang jelas soal
penggunaansoftware ilegal tersebut. Instansi pemerintah itu sudah memiliki komitmen menggunakan
semua softwarelegal di lingkungannya, sehingga bila ada kedapatan produk ilegal pada personal
computer karyawan, maka hal itu akan menjadi tanggungjawab mereka sendiri.
Software itu merupakan aset, sedangkan dulu dianggap cost. Harga software ilegal atau bajakan
jauh lebih murah dari produk resmi. Maka, maraknya penggunaan software ilegal juga berdampak
negatif terhadap perkembangan industri tersebut di dalam negeri. Orang akan malas berkreasi untuk
menciptakan suatu hasil karya karena kurangnya perlindungan hukum terhadap para penciptanya.
Industri yang berbasis hak cipta memang memiliki kepentingan terhadap penegakan hukum hak cipta
karena pasar mereka digerogoti oleh peredaran produk bajakan, yang jumlahnya cukup besar.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi adalah dengan menerapkan diskrimasi harga
softwareterutama untuk negara-negara berkembang yang diikuti dengan penerapan undangundang
secara konsisten termasuk pemberantasan peredaran software bajakan dan edukasi publik untuk lebih
meningkatkan apresiasi terhadap hak atas kekayaan intelektual. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan
maupun individu tidak segan lagi uintuk membeli software yang dianggap sangat mahal. Cara mengatasi
pembajakan di Indonesia nampaknya tak cukup dengan UU HAKI saja. Berarti harus ada cara lain yang
ditempuh oleh para developer/programmer software supaya bisa “bertahan hidup”. Kalau mau terus
bertahan dengan mengandalkan UU HAKI itu sah-sah saja.
pengaturan tentang HAKI yang mengatur tentang hak cipta di indonesia sudah ter regulasi dengan
cukup baik.tetapi itu kurang,karena apa.rakyat indonesia adalah rakyat yang mementingkan ke
ekonomisan suatu produk dibandingkan kualitas.karena dengan harga ekonomis,rakyat indonesia bisa
mendapatkan barang yang mereka ingnkan.itulah salah satunya penyebab pembajakan di indonesia ini
masih marak terjadi.sehingga saya menyuimpulkan cara untuk meminimalisir dari pembajakan di
indonesia adalah dengan cara mengsosialisasikan kepada masyarakat akan bagusnya,keuntungannya
(baik individu maupun negara) atas sesuatu barang asli atau non bajakan,kemudian dengan cara
menindak para pedangan barang2 bajakan yang beredar banyak di pinggiran palan,dan tempat
lainnya.bukan hanya itu,pemerintah juga harus membuat bagaimna caranya agar barang asli itu dapat
cukup untuk kantong rakyat indonesia yang ada pada menengah ke bawah.agar para rakyat tidak ada
yang meresa di diskriminasi.dengan cara membagikan barang2 asli untuk sosialisasi ke
masyarakat.sehingga masytarakat tau,apa pentingnya dan keuntungan membeli barang asli.dan bukan
hanya menindaka para pedagang.tetapi juga harus menindaka secara tegas kepada para produsen yang
membuat barang2 bajakan itu.pemerintah juga harus menyediakan tenaga ahli untuk mengatasinya
seperti hacker dan creaker handal.untuk mengatasi pembajakan software komputer di Indonesia.
Berikut salah satu langkah yang di ambil oleh Indonesia untuk mengurangi tingkat pembajakan
software di Indonesia.
“OPEN SOURCE”, itulah kata-kata yang harus di pikirkan Indonesia kedepan. Kenapa Indonesia harus
memilih Open Source sebagai jalan untuk mengurangi pembajakan di Indonesia??
Indonesia harus menggunakan open source sebagai jalan keluar dari masalah diatas karena open source
memiliki banyak sekali kelebihan. Open source ini bisa di dapatkan siapa saja yang ingin
menggunakannya, karena open source ini bersifat gratis, jadi tidak hanya lisensi softwarenya yang
gratis, pengguna computer juga dapat merubah isi program tanpa meminta izin atau membeli sebuah
lisensi terlebih dahulu,dan semua itu merupakan jalan untuk mengurangi pembajakan yang banyak di
lakukan di Indonesia. Kemudian open source ini juga tidak kalah hebatnya dengan yang closed source,
meskipun gratis tapi kemampuannya saat ini sudah tidak diragukan lagi.
Open Source memiliki kelebihan dan juga manfaat yang sangat banyak bagi penggunanya, selain
software lisensinya yang gratis, ada banyak manfaat yang bias pengguna dapatkan dari open source,
seperti :
Tahukah anda, bahwa pembajakan juga mempengaruhi citra sebuah Negara? Dan juga menjadikan citra
sebuah Negara itu turun? Secara tidak langsung, hubungan dagang sebuah Negara dengan Negara lain
pasti akan tercoreng namanya karena sebuah pembajakan, karena software tidak hanya di produksi oleh
dalam negaranya saja, tetapi juga harusbekerja sama dengan Negara lain, seperti halnya sebuah software
sistem operasi.
• Kreativitas :
Dengan Open Source, kta bisa mempelajari cara kerja perangkat lunak, kita juga bisa memodifikasi
perangkat lunak tersebut tanpa takut mahalnya lisensi, karena open source ini bebas untuk dirubah
kode/sourcenya, karena open source ini gratis. Tidak hanya memodifikasi,kita juga bisa membuat
perangkat lunak sendiri dengan dengan sumber yang ada.
Dengan keamanan system open source yang sangat baik, kita tidak usah repot-repot membuang waktu
kita untuk membersihkan virus komputer yang terjadi pada closed source (baca : Windows).
2. Hemat Biaya :
Kita harus berpikir, berapa banyak biaya yang kita perlukan untuk membeli sebuah software?
3. Hemat Devisa :
Kita menggunakan Open Source juga akan menghemat devisa Negara, karena kalau kita menggunakan
produk yang proprietary, pengeluaran devisa Negara akan banyak keluar karena harus lari ke luar negri
untuk membeli sebuah lisensi.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
2. Dampak dari pembajakan software bagi Indonesia yaitu tidak hanya merugikan perusahaan
software lokal, tapi juga merugikan Negara. Perusahaan software rugi karena produk orisinilnya yang
harganya jutaan rupiah harus bersaing dengan produk bajakan yang harganya hanya puluhan ribu
rupiah. Negara juga dirugikan, karena software bajakan itu sudah pasti tidak bayar pajak.
Daftar Pustaka
Parker, D.B 1988, “Ethics for Information Systems Personnel” Journak of Information System
http://eminafisah.blogspot.co.id/2014/11/contoh-kasus-pembajakan-softwar.html