Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK KASUS PEMBAJAKAN SOFTWARE TERHADAP

PENYIMPANGAN ETIKA PROFESI

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ETIKA PROFESI


SEMESTER ANTARA

Dosen Pengampu Kelas Etika Profesi Semester Antara TIF – C


Denny Sagita Rusdianto, S.Kom., M.Kom.
Hermawan Dwi Putra, S.H

Oleh :

Yushinta Prassanty A
195150401111005
Sistem Informasi 2019

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya
2021
1. Hasil Resume Jurnal
Perkembangan zaman yang diiringi kemajuan teknologi, mendorong berbagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan dalam hal penguasaan teknologi informasi.
Dalam upaya tersebut tentu harus memperhatikan kode etik dalam teknologi informasi
(untuk selanjutnya disebutkan TI). Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang
tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang
benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Tujuan kode etik yaitu agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya
kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan
naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional.
Ketaatan itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan.
Namun dalam kenyataannya, etika ini seolah telah diabaikan oleh para
professional, oleh para pengguna TI. Contoh kasus, beberapa orang telah dijadikan
tersangka karena kurang memperhatikan etika penggunaan TI. Indonesia dijuluki
sebagai negara pengedar software illegal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta


tanggal 29 Juli 2002 Pasal 27 menyebutkan bahwa “Kecuali atas izin Pencipta, sarana
kontrol teknologi sebagai pengaman hak Pencipta tidak diperbolehkan dirusak,
ditiadakan, atau dibuat tidak berfungsi”. Lebih lanjut dalam penjelasannya
menyebutkan “Yang dimaksud dengan sarana kontrol teknologi adalah instrumen
teknologi dalam bentuk antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number,
teknologi deskripsi (decryption) dan enkripsi (encryption) yang digunakan untuk
melindungi Ciptaan. Semua tindakan yang dianggap pelanggaran hukum meliputi:
memproduksi atau mengimpor atau menyewakan peralatan apa pun yang dirancang
khusus untuk meniadakan sarana kontrol teknologi atau untuk mencegah, membatasi
Perbanyakan dari suatu Ciptaan).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
Dan Transaksi Elektronik tanggal 21 April 2008 pada Bab VII memuat tentang
pengaturan Perbuatan Yang Dilarang dimulai dari Pasal 27 sampai dengan Pasal 37.
Pasal 32 dan Pasal 34 berbunyi :
• Pasal 32 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi,
merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan
cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak.
(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan
keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya.
• Pasal 34 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor,
mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki:
a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau secara
khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33;
b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang
ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan
memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan
Pasal 33.
(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika
ditujukan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik,
untuk perlindungan Sistem Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak melawan
hukum.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk


menghasilkan nafkah hidup dengan mengandalkan suatu keahlian yang dimiliki. Setiap
profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilainilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya.
Dengan demikian untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin
khusus. Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi.
Berdasarkan ACM - “Code of Ethics and Professional Conduct” - Data
Processing Management Association - “Code of Ethics and Standards of Conduct”
menyatakan bahwa tujuan kode etik profesi adalah :
a. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
b. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
c. Untuk meningkatkan mutu profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
e. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
f. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
g. Menentukan baku standarnya sendiri.

Undang-Undang tentang Hak Cipta dan Undang-Undang tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik (ITE) telah banyak menyeret masyarakat dalam persoalan
pelanggaran hukum. Masyarakat bahkan para professional seolah tidak mau tau isi dan
dampak sebagaimana diatur dalam kedua Undang-Undang tersebut.
Riset International Data Corporation (IDC) tahun 2012 menempatkan Indonesia
pada peringkat ke-11 di dunia dengan jumlah peredaran software bajakan sebesar 86
persen. Nilai kerugiannya diperkirakan mencapai 1,46 miliar dolar Amerika Serikat
(AS) atau sekitar Rp 12,8 triliun, naik sekitar 10 persen dari tahun sebelumnya.
Temuan sebagaimana diungkapkan di atas telah menjadi fakta bahwa
pembajakan software telah berdampak kepada pelanggaran etika profesi dan berpotensi
merugikan negara dalam jumlah rupiah yang cukup besar.
Ada beberapa faktor sebagai penyebab terjadinya pelanggaran etika profesi,
yaitu :
a. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.
b. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik pada setiap
bidang.
c. Belum maksimalnya upaya sosialisasi dari pihak profesi itu sendiri.
d. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat profesinya.
e. Tidak adanya kesadaran etis da moralitas dari para pengemban profesi.

Dari uraian tersebut di atas, terjadi dampak negatif sebagai akibat pelanggaran
kode etik profesi yaitu :
a. Merugikan Negara karena hilangnya potensi penerimaan negara dari masyarakat
yang menggunakan software yang asli berupa dana bea masuk yang cukup besar dari
produsen software yang memasarkan produknya di Indonesia.
b. Mencoreng nama baik Negara.
c. Membuat industi software lokal menjadi lesu bahkan mereka lebih memilih menjual
software buatannya ke luar negeri.

Sebagai wujud langkah tindak, ada delapan sudut pandang dan sebagai bahan
analisis bagaimana mencari alternatif solusi atas pelanggaran kode etik profesi tersebut,
yaitu :
a. Tanggung Jawab Profesi
Mendorong para profesi teknologi informasi agar memiliki tanggung jawab akan
profesinya karena para profesi teknologi informasi itu seharusnya memajukan
perusahaannya dengan cara dan jalan yang benar. Sebab pembajakan merupakan
cara curang yang tidak bertanggung jawab (mengambil milik orang lain tanpa izin).
b. Kepentingan Publik
Profesionalitas yang pada prinsipnya mengakibatkan orang lain mendapatkan
kesejahteraan, mandapatkan manfaat dari tindakan para profesi. Para profesi
teknologi informasi tidak perlu melakukan pembajakan software tetapi perlu
berpihak memikirkan kepentingan publik. Para pembajak software perlu
memperdulikan kepentingan atau kerja keras pencipta software.
c. Integritas
Para pekerja teknologi informasi adalah orang-orang yang memiliki kepintaran
dalam mengelola teknologi dan perlu dikelola secara benar atau baik. Tindakan
mereka diharapkan dapat mencerminkan adanya keseimbangan antara brain,
beauty, dan behavior.
d. Obyektivitas
Mencegah para profesi teknologi informasi untuk tidak melakukan pembajakan
software. Para pemilik software yang bekerja keras menciptakan software perlu
diperlakukan dengan adil.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Membantu dan mendorong agar para
profesi teknologi informasi yang menyalahgunakan kompetensi yang dimiliki untuk
melakukan sesuatu yang benar, hatihati dan professional. Tindakan yang hati-hati
tersebut dapat menaikkan derajat profesionalitas seorang profesi.
f. Kerahasiaan
Sebuah software yang beredar pasti ada hak cipta dari si pemilik. Para profesi yang
membajak software tersebut perlu disadarkan untuk memandang adanya
kerahasiaan dalam software.
g. Perilaku Profesional
Seseorang dikatakan profesional apabila seseorang tersebut melakukan sesuatu dan
memanfaatkan kepandaiannya bagi orang lain sesuai dengan profesinya. Untuk itu
para profesi tersebut diarahkan untuk tidak melakukan kecurangan agar mereka
dapat disebutkan memiliki perilaku profesional.
h. Standar Teknis
Pada prinsipnya semua software memiliki standar teknis yang dapat beragam dalam
pengembangan maupun dalam pemasarannya. Para profesi teknologi informasi
menyadari untuk tidak melanggar dan perlu mematuhi standar teknis yang berlaku
pada dunia TI. Para profesi tersebut harus mengapresiasikan dengan cara baik akan
software yang diciptakan oleh orang lain.

2. Contoh Masalah dan Cara Mengatasi Masalah Berdasarkan Resume Jurnal


• Software Bajakan Marak di Tangerang
Peredaran DVD dan software bajakan di wilayah kabupaten Tangerang
kini tak lagi secara sembunyi-sembunyi. Banyak penjual yang memasarkan
produk bajakannya di pinggir jalan hingga mall di sekitar Tangerang. Penjualan
barang bajakan yang bisa terlihat kasat mata, nampaknya tak membuat pihak
kepolisian bergerak cepat guna menerapkan hukum yang berlaku. "Kita butuh
bahannya terlebih dahulu, tidak bisa main bergerak begitu. Yang pasti Informasi
terkait itu (peredaran DVD dan Software bajakan) kita akan terima," terangnya.
Pihak kepolisian mengklaim telah melalukan langkah pencegahan dengan
memberikan himbauan kepada masyarakat agar tak membeli barang bajakan
berupa DVD maupun software.
• Dua Perusahaan Di Jakarta Yang Menggunakan Software Autocad
Bajakan
Masing-masing PT MI, perusahaan konstruksi dan teknik di bilangin
Permata Hijau dan PT KDK perusahaan konsultan arsitektur yang beralamat di
bilangan pasar Minggu. Penindakan di PT MI dilakukan pada Tanggal 23
Februari 2009. Sementara, PT KDK telah ditangani sejak tanggal 16 Februari
2009. Saat ini penyidik masih memeriksa pimpinan masing-masing perusahaan.
Keduanya akan dijerat dengan UU No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta pasal
72 ayat 3. “Mereka diancam denda sebesar maksimal Rp 500 juta dan hukuman
kurungan selama lima tahun,” terang Penyidik Mabes Polri AKBP Rusharyanto,
dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (24/2). Selain kedua perusahaan, polisi juga
telah melakukan tindakan terhadap para pengguna software bajakan sejenis.
Pengguna yang ditangkap umumnya di dalam lingkungan perusahaan dan untuk
kepentingan komersial. “Sejauh ini delapan perusahaan pengguna software
jenis AutoCad bajakan yang sudah kami tindak,” terang Rusharyanto. Ia
mengatakan, upaya pemberantasan software bajakan akan terus berlanjut tidak
hanya AutoCad namun juga jenis software yang dilindungi hak cipta.
• Kasus Pembajakan Software (CD) di JAKARTA
Penyidik PPNS Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual bersama
BSA (Business Software Association) dan Kepolisian melaksanakan
Penindakan Pelanggaran Hak Cipta atas Software di 2 tempat di Jakarta yaitu
Mall Ambasador dan Ratu Plasa pada hari Kamis (5/4). Penindakan di Mall
Ambasador dan Ratu Plaza dipimpin langsung oleh IR. Johno Supriyanto,
M.Hum dan Salmon Pardede, SH., M.Si dan 11 orang PPNS HKI. Penindakan
ini dilakukan dikarenakan adanya laporan dari BSA (Business Software
Association) pada tanggal 10 Februari 2012 ke kantor Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual yang mengetahui adanya CD Software Bajakan yang
dijual bebas di Mall Ambasador dan Ratu Plaza di Jakarta. Dalam kegiatan ini
berhasil di sita CD Software sebanyak 10.000 keping dari 2 tempat yang
berbeda.
CD software ini biasa di jual oleh para penjual yang ada di Mall
Ambasador dan Ratu Plasa seharga Rp.50.000-Rp.60.000 sedangkan harga asli
software ini bisa mencapai Rp.1.000.000 per softwarenya. Selain itu,
Penggrebekan ini akan terus dilaksanakan secara rutin tetapi pelaksanaan untuk
penindakan dibuat secara acak/random untuk wilayah di seluruh Indonesia.
Salmon pardede, SH.,M.Si selaku Kepala Sub Direktorat Pengaduan, Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, mengatakan bahwa “Dalam penindakan ini
para pelaku pembajakan CD Software ini dikenakan Pasal 72 ayat 2 yang
berbunyi “Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana paling lama penjara 5 tahun dan denda paling banyak
Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah ) dan tidak menutup kemungkinan
dikenakan pasal 72 ayat 9 apabila dalam pemeriksaan tersangka diketahui
bahwa tersangka juga sebagai pabrikan”.
Dengan adanya penindakan ini diharapkan kepada para pemilik mall
untuk memberikan arahan kepada penyewa counter untuk tidak menjual
produk-produk software bajakan karena produk bajakan ini tidak memberikan
kontribusi kepada negara dibidang pajak disamping itu untuk menghindari
kecaman dari United States Trade Representative (USTR) agar Indonesia tidak
dicap sebagai negara pembajak.
• Pembajakan Perangkat Lunak
Pada awal tahun 2012 lalu kita dikejutkan oleh ditutupnya salah satu
situs file sharing terbesar, yakni Megaupload. Menurut informasi yang ada, hal
ini terjadi karena Megaupload dianggap mendukung pembajakan (piracy),
karena dalam situsnya memiliki berjuta-juta data illegal yang salah satunya
berupa perangkat lunak (software). Sehingga kasus ini sudah dianggap salah
satu kasus kejahatan hak cipta terbesar di dunia yang langsung menargetkan
penyalahgunaan situs penyimpanan konten dan distribusi publik untuk
melakukan kejahatan hak intelektual. Kasus Megaupload ini sendiri dipandang
melanggar ketentuan RUU yang dikenal dengan nama SOPA (Stop Online
Piracy Act) dan PIPA (PROTECT IP Act) yang mana merupakan undang-
undang terkait hasil pembajakan serta beragam produk digital seperti film dan
musik.

Daftar Pustaka

DAMPAK KASUS PEMBAJAKAN SOFTWARE TERHADAP PENYIMPANGAN ETIKA


PROFESI, 2015. ADB'S Secretary. 4(2), p.24.
Agus Riswandi, Budi. 2009, Hak Cipta Di Internet Aspek Hukum Dan Permasalahaannya Di
Indonesia. Yogyakarta: FH. UII Press.
Surya Utomo, Tomi. 2010, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global: sebuah Kajian
Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
https://docplayer.info/72984491-5-contoh-kasus-pelanggaran-hak-cipta-software.html
https://hukamnas.com/contoh-kasus-pelanggaran-hak-cipta-software-di-indonesia
https://www.tempo.co/tag/pembajakan-perangkat-lunak
https://www.suara.com/tekno/2019/10/24/161612/sanksi-pelaku-pembajakan-software-
lemah-picu-tingginya-pembajakan?page=all
https://kabar24.bisnis.com/read/20200103/16/1186527/indonesia-dan-pembajakan-perangkat-
lunak

Anda mungkin juga menyukai