Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP

MARAKNYA PEMBAJAKAN APLIKASI DIGITAL

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna


mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:
TYAS PERMATA DEWI

C100200369

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2023

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seiring berjalannya waktu
mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
berpengaruh besar pada kemudahan kehidupan manusia. Kemajuan yang sangat
berdampak besar yaitu kemudahan akses internet. Pada era saat ini biasa disebut
era digital yaitu dimana Sebagian besar masyarakat menggunakan system digital
dalam kehidupan sehari-harinya.1 Perkembangan perangkat lunak aplikasi digital
(software) menjadi suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kemajuan
era digital saat ini. Dengan kemajuan teknologi pada era digial ini diharapkan
mampu memberikan hak ekonomi maupun hak moral kepada penciptanya.
Hak kekayaan intelektual merupakan hak yang bersumber dari hasil
kegiatan intelektual manusia yang memiliki manfaat ekonomi. Terbentuknya
Hak Kekayaan Intelektual tersebut bersumber dengan adanya perkembangan
teknologi yang mana menghasilkan sebuah cipta,rasa dan karsa sehingga dalam
1
Puji Rahayu, “Pengaruh Era Digital Terhadap Perkembangan Bahasa Anak,” Al-Fathin: Jurnal Bahasa
dan Sastra Arab 2, no. 1 (1 Juli 2019): 47, https://doi.org/10.32332/al-fathin.v2i2.1423.
perkembangannya terbagi menjadi beberapa bagian seperti hak cipta,hak
paten,hak merek, desain industry, varietas tanaman, dan desain tata letak
terpadu.2
Dalam pembuatan proposal ini berpedoman pada UU No.28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta. Karena menurut penuturan Direktur Hak Cipta dan Desain
Industri Anggoro Dasananto pada Webinar IP Talks POP HC “Software Paten
atau Hak Cipta”. Di Indonesia sendiri berpatokan dengan ketentuan dari WIPO
oleh karena itu, software di Indonesia dilindungi dalam hak cipta.3
Software atau program komputer merupakan bentuk ciptaan yang
dilindugi berdasarkan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 40 ayat
(1). Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal. 40 ayat (3) UU Hak Cipta
dinyatakan bahwa, “Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), termasuk pelindungan terhadap Ciptaan yang tidak atau belum
dilakukan Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang
memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut” 4
Industri software Indonesia turut bertumbuh dengan pesat dalam
beberapa tahun terakhir, didorong oleh permintaan yang semakin meningkat
untuk teknologi dan layanan digital dalam berbagai sektor seperti e-commerce,
keuangan, dan telekomunikasi. Industry ini diharapkan akan terus berlanjut
sesuai tren pertumbuhannya, dengan perkiraan nilai industry software di
Indonesia berpotensi mencapai hingga $124 miliar pada tahun 2025.5
Kemajuan teknologi tidak lepas dari rintangan permasalahan yang ada.
Salah satu contohnya adalah maraknya penggunaan software bajakan atau tidak
berlisensi untuk kebutuhan bisnis maupun perorangan yang mana sudah
mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari BSA I The Software Alliance (BSA)
pada 2017, 83% software yang beredar di Indonesia adalah bajakan.6
2
Ni Luh Putu Pande Wulan Sari, Si Ngurah Ardhya, Muhamad Jodi Setianto, “TINJAUAN YURIDIS
PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP KARYA CIPTA LAGU YANG DIUNGGAH KE WEBSITE TANPA
LISENSI BERDASARKAN UU NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA,” e-Journal Komunitas Yustisia
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Ilmu Hukum Volume 4 Nomor 3 (2021): 840.

3
SYL, “Program Komputer Dilindungi Dalam Paten atau Hak Cipta?,” Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual Kementrian Hukum & Ham R.I., 2022, https://www.dgip.go.id/index.php/artikel/detail-
artikel/program-komputer-dilindungi-dalam-paten-atau-hak-cipta?kategori=Berita%20Resmi%20Indikasi
%20Geografis#:~:text=Di%20Indonesia%20sendiri%20kita%20berpatokan,Software%20Paten%20atau
%20Hak%20Cipta%22.

4
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA,” t.t.

5
Kontan.co.id, “Pada tahun 2025, Kominfo sebut potensi ekonomi digital Indonesia capai US$ 124
miliar,” 2021, https://newssetup.kontan.co.id/news/pada-tahun-2025-kominfo-sebut-potensi-ekonomi-
digital-indonesia-capai-us-124-miliar.

6
Kemala Putri, “Pengguna Software Bajakan di Indonesia Tertinggi se-Asia Pasifik, Apa Benar?,”
Teknologi.id, 2019, https://teknologi.id/tekno/pengguna-software-bajakan-di-indonesia/.
Pada umummnya software dikenal terdapat 2 (dua) jenis yaitu software
original (asli) dan software bajakan. Software original merupakan software yang
dipasang atau diinstal di dalam computer dengan sebuah CD atay DVD tanpa
menggunakan keygen, serial number, crack ataupun generator keygen.
Sedangkan software bajakan merupakan software original dengan kondisi yang
sudah dirubah komponennya agar dapat dipakai atau digunakan tanpa
melakukan sebuah transaksi pembayaran.7
Contoh kasus pelanggaran hak cipta software di Indonesia yang baru saja
terjadi adalah kasus PT. King Manufacture dan siemens industry software inc
yang mana siemens industry software inc menggunakan software yang bernama
NX6.0 dan NX8.0 untuk tujuan komersil tanpa seizin atau tanpa perjanjian
lisensi dengan PT. King Manufacture selaku pemegang hak cipta dari kedua
program tersebut. Dalam kasus tersebut tergugat dinyatakan melanggar hak cipta
dan hak ekonomi yang melekat pada kedua program tersebut, serta menghukum
ganti kerugian materiil kepada penggugat sebesar Rp.1.577.631.103,62 (satu
miliar lima ratus tujuh puluh tujuh juta enam ratus tiga puluh satu ribu seratus
tiga koma enam puluh dua rupiah)” atau sekitar $1.101.62 USD (seribu seratus
satu enam puluh dua dollar Amerika).8
Berdasarkan realitas diatas saya tulis dengan data-data terkait hak cipta
di Indonesia. Masyarakat yang kurang menghargai akan adanya sebuah karya
cipta, dan sikap keinginan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dengan cara
cepat dan mudah tanpa memperhatikan sikap perlindungan akan adanya hak
cipta atas suatu karya. Dengan adanya perkembangan teknologi maka penegakan
hukum hak cipta juga haruslah terjadi, oleh karena itu penulis merasa perlu
melakukan penelitian hukum dengan judul “TINJAUAN YURIDIS
PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP MARAKNYA PEMBAJAKAN
APLIKASI DIGITAL”

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaturan terhadap perlindungan hak cipta atas software di
Indonesia?
2. Bagaimana bentuk penyelesaian sengketa hak cipta atas software di
Indonesia?
C. TUJUAN PENELITIAN
7
I Gede Ari Krisnanta Permana, Ratna Artha Windari, dan Dewa Gede Sudika Mangku, “IMPLEMENTASI
UNDANG-UNDANG NOMOR. 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA TERHADAP PERLINDUNGAN KARYA
CIPTA PROGRAM KOMPUTER (SOFTWARE) DI PERTOKOAN RIMO DENPASAR,” Jurnal Komunitas Yustisia
1, no. 1 (21 September 2020): 55, https://doi.org/10.23887/jatayu.v1i1.28660.

8
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, PUTUSAN PN SEMARANG
6/PDT.SUS-HKI/2021/PN SMG (t.t.).
Tujuan dari penelitian hukum ini adalah untuk memberikan penjelasan
terkait bagaimana pengaturan terhadap perlindungan hak cipta atas software di
Indonesia dan memberikan jawaban akibat hukum sengketa hak cipta software
di Indonesia.
D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ilmu


pengetahuan dan pemahaman terkait perlindungan hak cipta atas software dan
akibat hukumnya di Indonesia.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian hukum ini berpedoman pada UU No. 28 Tahun 2014 tentang


Hak Cipta. Yang mana pada objek penelitian ini aplikasi software atau program
komputer perlindunganya diatur dalam pasal 40 ayat (1) dan selanjutnya pasal
40 ayat (3) yang berbunyi “Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), termasuk pelindungan terhadap Ciptaan yang tidak atau belum
dilakukan Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang
memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut” penjelasan atas ayat tersebut
sudah cukup jelas yang mana program computer secara legal dilindungi oleh
hukum hak cipta dan pelanggaran atas itu seperti penggandaan termasuk
pelanggaran hak cipta.

Penelitian ini menggunakan perlindungan hak cipta bukan hak paten


karena menurut penjelasan Direktur Hak Cipta dan Desain Industri Anggoro
Dasananto pada Webinar IP Talks POP HC “Software Paten atau Hak Cipta”. Di
Indonesia sendiri berpatokan dengan ketentuan dari WIPO oleh karena itu,
software di Indonesia dilindungi dalam hak cipta.9

Penelitian ini melihat unsur kerugian yang ditimbulkan dari maraknya


pembajakan aplikasi digital yaitu hak moral dan hak ekonomi. Berdasarkan
pasal 5 ayat (1) “Hak moral sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 merupakan
hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan


sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;
c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan
e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi
Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan
kehormatan diri atau reputasinya.”

9
SYL, “Program Komputer Dilindungi Dalam Paten atau Hak Cipta?”
Yang mana berdasarkan pasal 8 UU No.28 Tahun 2014 “hak ekonomi
merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untu mendapatkan
manfaat ekonomi atas ciptaan”. 10Segala bentuk pelanggaran akibat hukum atas
itu sudah ditetapkan dalam UU No.28 Tahun 2014 yang selanjutkan akan di
paparkan dalam pembahasan.

F. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum dengan pendekatan doctrinal
(normatif) karena dalam mazhab positivisme hukum memandang hukum sebagai
saran untuk menciptakan kepastian hukum, maka harus dipisahkan dari nilai
baik atau buruk, serta nilai adil atau tidak adil.11

Terkait dengan hal tersebut, Hilaire McCoubrey dan Nigel D.White


menyatakan bahwa:

“positivist theories of law may briefly be described as those which


concentrate upon a description of law as it is a given time and place, by
reference to formal, rather than to moral or ethical, criteria of identification.
Such theories do not necessarily deny the possibility or relevance of moral
analyses; they do, however, deny that criteria deriving there form can have any
part in the identification of „law‟ as such….”12

Penelitian ini bersifat deskriptif, karena bertujuan untuk menggambarkan


secara jelas tentang pengaturan terhadap perlindungan hak cipta atas software di
Indonesia dan bentuk penyelesaian sengketa hak cipta atas software di
Indonesia.

Penelitian ini mendasarkan data sekunder yang berupa UU No. 28 Tahun


2014 Tentang Hak Cipta serta bahan hukum lainnya. Data sekunder tersebut
akan dikumpulkan denga metode studi perpustakaan yang dilakukan dengan
tahapan mengumpulkan dan menelusuri peraturan-peraturan hukum, buku-buku
yang terkait dengan objek penelitian ini.

10
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.”

11
Syofyan Hadi, “KEKUATAN MENGIKAT HUKUM DALAM PERSPEKTIF MAZHAB HUKUM ALAM DAN
MAZHAB POSITIVISME HUKUM,” t.t.

12
McCoubrey, Hilaire dan and Nigel D. White, Textbook on Jurisprudence 01017 / Hilaire McCoubrey and
Nigel D. White, 3th ed (New Delhi : Oxford, 1999, t.t.).

Anda mungkin juga menyukai