Oleh:
Yanuar Andani
20300030
3. Manifestasi Klinik
1. Anatomi
Gambar 1
a. Hidung
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
b. Faring
belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
c. Laring
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi
laring.
d. Trakea
rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi
oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
bergerak ke arah
e. Bronkus
Gambar 2
dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis
set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada
bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli
rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan silia.
Bronkus terminalis masuk kedalam saluran yang agak lain yang disebut
alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan disinilah
pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat
bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua
membrane yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan
bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua
melalui aorta.
yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir
arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam
pulmonaris. Sisa darah itu dihantarkan dari setiap paru-paru oleh vena
bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena cava superior. Maka dengan
f. Paru-paru
mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah
yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan sedikit muncul
belakang, dan sisi depan yang menutup sebagian sisi depan jantung.
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-
paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap
seperti spons.
Gelembung- gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
pada lobus superior, dan; 5 (lima) buah segmen pada inferior. Paru-paru
kanan mempunyai segmen 10 segmen yaitu; 5 (lima) buah segmen pada
lobus superior; 2 (dua) buah segmen [pada lobus medialis, dan 3 (tiga)
buah segmen pada lobus interior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi
Letak paru-paru
paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi
2(dua):
sebelah luar.
melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah "kaya oksigen" (oxyge-
oksigen.
(gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding
kapiler.
02), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh vena
bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan
sebagai berikut:
sebanyak ± 5 liter
sebaliknya.
akibat dari salah satu rangsangan baik yang berasal dari luar bahan-
hidung, dalam hal ini udara keluar dari hidung dan mulut.
2. Fisiologi
dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas; oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat behubungan erat
sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri
oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh
oksigen.
bagian tubuh.
oksigen.
terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat
dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama
dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara
yang dikeluarkan).
Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10-nya atau 500 ml adalah
udara pasang surut (tidal air ), yaitu yang dihirup masuk dan diembuskan
udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan
spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang
5. Patofisiologi
Disfungsi selular dan kerusakan yang terjadi pada ARDS berdampak pada:
- Ketidak sesuaian antara ventilasi (V) dan perfusi (Q) V/Q
mismatching disertai dengan
shunting
- Hipertensi pulmonal
- Penurunan elastisitas paru (stiff lungs) dan hiperinflasi alveoli yang
tersisa
- Gangguan proses perbaikan paru yang normal fibrosis paru pada
stadium lanjut
Pathway ARDS
6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada ARDS dan yang berkaitan dalam
tatalaksananya adalah :
1. Barotrauma akibat penggunaan PEEP atau CPAP yang tinggi
2. Komplikasi saluran napas atas akibat ventilasi mekanik jangka panjang
seperti edema laring dan stenosis subglotis
3. Risiko infesi nosokomial yang meningkat : VAP (Ventilator-
Associated Pneumonia), ISK, flebitis. Infeksi nosokomial tersebut
terjadi pada 55% kasus ARDS.
4. Gagal ginjal terutama pada konteks sepsis
5. Multisystem organ failure
6. Miopati yang berkaitan dengan blockade neuromuskular jangka panjang
7. Tromboemboli vena, perdarahan saluran cerna dan anemia.
7. Pemeriksaan diagnostic
Untuk memastikan diagnosis dan penyebab, dokter akan melakukan sejumlah
pemeriksaan di bawah ini :
Tes darah, untuk mengukur kadar oksigen dalam darah (analisa gas
darah) dan memeriksa kemungkinan anemia atau infeksi
Rontgen dada, untuk melihat lokasi dan banyaknya penumpukan cairan
di dalam paru-paru, sekaligus mendeteksi kemungkinan pembesaran
jantung
CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru dan jantung dengan
gambaran yang lebih detail
Ekokardiografi (USG jantung), untuk menilai kondisi dan struktur
jantung serta mendeteksi ada tidaknya gangguan fungsi jantung
Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas kelistrikan jantung
dan menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit
jantung
Kultur atau pemeriksaan sampel dahak, untuk mengetahui bakteri atau
mikroorganisme lain yang menyebabkan infeksi
Biopsi atau pengambilan sampel jaringan dari paru-paru, untuk
menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit paru-
paru selain ARDS
8. Tatalaksana
Walaupun tidak ada terapi yang spesifik untuk menghentikan proses inflamasi,
penanganan ARDS difokuskan pada 3 hal penting yaitu mencegah lesi paru
iatrogenik, mengurangi cairan dalam paru dan mempertahankan oksigenasi
jaringan. Ketiga hal tersebut harus selalu diupayakan dalam tatalaksana awal
ARDS (gambar 4).
Gambar 4. Algoritma Tatalaksana awal ARDS yang meliputi
1. Terapi Umum
4) Disability
a) Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran koma
5) Exposure
a) Enviromental control
b) Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya hipotermia
b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas
Pasien Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, T
anggalPengkajian.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
pasien mengalmi penurunan kesadaran. Pasien terpasang ventilator
PEEP 6 cmH2O.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang
samasebelumnya.
4) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, suara tambahan
ronchi, wheezing.
b) B2 (Blood)Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat
(terjadinya hipoksemia).
c) B3 (Brain)Tingkat kesadaran menurun (seperti bingung atau
agitasi), pingsan,nyeri kepala (penyebabnya karena adanya
trauma), mata berkunang-kunang, berkeringat banyak.
d) B4 (Bowel)Adakah penurunan prouksi urine (berkurangnya
produksi urinemenunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).
e) B5 (Bladder)Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada
gangguanstatus nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan
seperti cairanyang berlebihan dan albumin yang rendah akan
memperberatedema paru.
f) B6 (Bone)Kelemahan otot, mudah lelah
c. Analisa Data
N Analisa data Masalah Keperawatan
o
1 Ds : - Gangguan pertukaran gas
Do :
- PCO2 ; 47 mmHg
- Po2 menurun
- Ph arteri menurun
- Wheezing dan ronchi
- Sianosis
- Agitasi
- Kesadaran koma
Diagnosa Keperawatan
a. gangguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolisme
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan membrane
alveolus/kapiler
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan hipersekresi
yang berlebihan
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
e. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
No SDKI SLKI SIKI
1 gangguan ventilasi spontan b.d gangguan Luaran utama : ventilasi spontan Pemantauan respirasi
metabolisme Luaran tambahan: Observasi
Ds: Keseimbangan asam basa monitor frekuensi, irama, kedalaman,
Do: dan upaya napas
- Retraksi dada Konservasi energy
Pco2 47mmHG monitor pola napas (seperti bradipnea,
- Pemulihan paska bedah
- Po2 menurun takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
- SpO2 93% Pertukaran gas
cheyne-strokes, biot, dan ataksik)
- Agitasi Respon ventilasi mekanik
monitor kemampuan batuk efektif
Status kenyamanan
monitor adanya produksi sputum
Tingkat ansietas
monitor adanya sumbatan jalan napas
Tingkat keletihan
· palpasi kesimetrisan ekspansi paru
· auskultasi bunyi napas
· monitor saturasi oksigen
· monitor nilai AGD
· monitor hasil x-ray thorax
Terapeutik
· Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
· Dekumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
· Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
· Informasikan hasil pemantauan, jika itu
perlu
Dukungan Ventilasi
Obeservasi
· Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
napas
· Identifikasi efek perubahan posisi
terhadap status pernapasan
· Monitor status respirasi dan oksigenasi
(missal nya : frekuensi dan kedalaman napas,
penggunaan otot bantu napas, bunyi napas
tambahan, saturasi oksigen)
Terapeutik
· Pertahankan kepatenan jalan napas
· Berikan posisi semi fowler atau fowler
· Fasilitasi mengubah posisi senyaman
mungkin
· Beerikan oksigenasi sesuai kebutuhan
(missal nya: nasal kanul, masker wajah,
masker rebreathing atau non rebreathing
· Gunakan bag-valve mask, jika perlu
Edukasi
· ajarkan melakukan teknik relaksasi
napas dalam
· ajarkan mengubah posisi secara mandiri
· ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
· Kolaborasi pemberian bronchodilator,
jika itu perlu
hipertermia
Terapeutik:
asprin
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasipemberiancairan dan
Indonesia); 2013.