Anda di halaman 1dari 9

GANGGUAN SOMATOFORM

Somatoform Disorders

- masalah psikologis yang mengambil bentuk fisiologis

- berasal dari kata Junani soma utk tubuh

- sejumlah gangguan yang komponen utamanya adalah tanda dan simtom ketubuhan, tetapi
pemeriksaan fisik dan laboratorium secara persisten gagal memberikan data yang mendukung keluhan
pasien

- anxietas muncul melalui simtom tubuh

- keluhannya sungguh-sungguh (vigorous and sincere).

- anxietas muncul melalui simtom tubuh

- tidak diproduksi secara intensional dan tidak dibawah kendali volunter

- keluhannya sungguh-sungguh (vigorous and sincere).

- mencari pertolongan medis, bukan psikologis

(merasakan distres bila tidak ditemukan penyebab medis)

Yang termasuk di sini:

- somatization, recurrent multiple physical complaints that have no biological basis

- conversion, sensory or motor symptoms without any physiological cause

- hypochondriasis, preoccupation with fears of having a serious illness

- body dysmorphic, preoccupation with imagined or exaggerated defects in physical appearance

- pain, pain that is brought on and maintained to a significant extend by psychological factors

SOMATIZATION DISORDER

• banyak simtom somatis yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat atas dasar pemeriksaan fisik
dan laboratorium

• suatu kombinasi dari simtom nyeri, gastrointestinal, seksual dan pseudoneurolo- gis

• berbeda dengan gangguan-gangguan somatoform lain, karena multisiplisitas keluhan dan


sistem organ yang multipel
• bersifat kronis dan menyebabkan distress psikologis dan terganggunya fungsi sosial dan
okupasional

• ada tingkahlaku mencari bantuan medis yang berlebihan

• sering disebut Briquet’s syndrome  berasal dari nama Paul Briquet yang melihat multiplisitas
simtom dan sistem organ yang terkait

Epidemiologi:

 lebih banyak perempuan

 little education, low income

 mulai sebelum 30 tahun, early adulthood

 sering ada bersama gangguan mental lain, gangguan psikiatrik, gangguan kepribadian (ciri-ciri
avoidant, paranoid, self-defeating, obsesif- kompulsif)

Etiologi:

Faktor-faktor Psikososial:

 simtom adalah komunikasi sosial untuk: menghindari obligasi (e.g.melaksanakan pekerjaan yang tidak
disukai), mengekspresikan emosi (e.g.marah pada pasangan), simbolisasi dari perasaan atau keyakinan
(e.g.sakit hati)

 interpretasi psikoanalitis: repressed instinctual impulses

 perspektif behavioral: karena parental teaching, parental example, ethnic mores

 unstable homes, physically abused

Faktor-faktor Biologis:

 attention and cognitive impairments that result in the faulty perception and assessment of
somatosensory input.

 faktor genetis

Clinical Features:

- Banyak keluhan somatis

- Riwayat medik yang panjang dan rumit

- Nausea dan muntah

- Kesulitan menelan
- Nyeri di lengan dan kaki

- Nafas pendek

- amnesia

- percaya bahwa sakitan sepanjang hidupnya

- pseudoneurological symptoms (paralysis, localized weakness, aphonia, kehilangan sensasi


sentuhan atau sakit, dll)

- anxiety, depresi

- seringkali menggambarkan keluhan secara dramatis, emosional dan berkelebihan, dengan


bahasa yang colorful

- perempuan seringkali berdandan ekshibisionistik

Perbedaan budaya:

Dalam hal presentasi gejala: tangan seperti terbakar banyak pada orang Asia dan Afrika.

Budaya juga berpengaruh pada bagaimana orang mencari pengobatan

Course and Prognosis:

kronis dan debilitating

Treatment:

- paling baik bila punya single identified physician as primary caretaker.

- Tenaga medis jangan mengabaikan keluhan fisik, jangan lupa pasien-pasien ini juga punya sakit
yang bonafid.

- Jangan hanya memberi perhatian ketika pasien mengeluh  selalu adakan kontak reguler

- Obati juga depresi dan anxiety bila ada

CONVERSION DISORDER

a disturbance of bodily functioning that does not conform to current concepts of the anatomy and
physiology of the central and peripheral nervous system

the presence of one or more neurological symptoms (e.g. paralysis, blindness, paresthesias) that cannot
be explained by a known neurological or medical disorders.

requires the association of psychological factors with the initiation or exacerbation of the symptoms.
*Freud:

-menggunakan istilah conversion

-anxiety dan konflik dikonversikan ke dalam simtom fisik

Epidemiologi:

• lebih banyak perempuan, pada anak2, lebih banyak lagi

• onset kapan saja, anak sp tua, umum remaja dan young adults.

• rural, little education, low IQ, low socioeconomic, military personnel who have been exposed to
combat situations.

• sering ada bersama dengan depresi, anxiety, somatisasi. Lebih jarang dengan schizophrenia.
Gangguan kepribadian terutama histrionik dan pasif-agresif, dependen, antisosial

Etiologi:

Psikoanalitik:

represi dari konflik intrapsikis dan konversi rasa cemas kedalam simtom fisik. Konflik antara instinctual
impulses (e.g. agresi atau seksualitas) dan larangan untuk ekspresinya. Simtom merupakan ekspresi
parsial dari keinginan terlarang dalam bentuk terselubung, shg klien dapat secara sadar menghindar
berkonfrontasi dengan impuls2 yang tidak dapat diterima.

Etiologi – psikoanalitik ……

- Simtom mempunyai hubungan simbolik dengan konflik yang tidak disadari. Mis. Vaginismus
melindungi pasien dari dorongan seksual yang tidak dapat diterima.

- Cara nonverbal untuk mengendalikan dan memanipulasi oranglain  ia perlu perhatian dan
konsiderasi khusus

Teori Belajar:

Simtom penyakit yang dipelajari semasa kanak2, digunakan sebagai cara coping menghadapi situasi yang
tidak bisa dihadapi

Faktor Genetik:

Tidak ada dukungan untuk faktor genetik

Faktor sosial dan kultural:

- Menurunnya kejadian konversi sejak paruh terakhir abad 19


 Mgkn krn sblmnya more repressed sexual attitudes atau toleransi yang lebih rendah utk simtom
anxiety

- Daerah rural, taraf sosioekonomik rendah, lebih banyak dalam budaya non-western

Clinical Features:

Simtom paling sering: paralysis, blindness, mutism

Sensory symptoms:

- anesthesia (loss of sensation), terutama pada ekstremitas (anggota gerak) (mis. Stocking and gloves
anesthesia)

- paresthesia (kesemutan)

- deafness, blindness, tunnel vision

- aphonia: whispered speech

- anosmia: loss of smell

Motor symptoms:

- abnormal movements, gait disturbance, weakness, paralysis

- tremor, choreiform movements, tics, jerks

- paralysis and paresis

Seizure symptoms:

- susah membedakan pseudoseizure dengan seizure pada epilepsi misalnya

Lain-lain:

• Primary gain: keeping internal conflicts outside their awareness

• Secondary gain: accrue tangible advantages and benefits as a result of being sick

• La Belle Indifference: a patient’s inappropriately cavalier attitude toward serious symptoms; the
patient seems to be unconcerned about what appears to be a major impairment.

• Identification: model symptoms on those of someone important to them

Course and Prognosis:

- resolve in a few days/less than a month

- makin lama simtom bertahan, makin buruk


prognosis

Treatment:

- Tidak ada studi terkontrol sp sekarang

- Treatment psikoanalitik tidak menunjukkan kemanfaatannya

- Reinforcement thdp t.l. yang high functioning mgkn membantu

HIPOKONDRIASIS:

• preokupasi dengan ketakutan menderita, atau keyakinan bahwa ia mempunyai gangguan yang
parah

• ketakutan atau keyakinan ini timbul karena salah interpretasi simtom-simtom atau fungsi
tubuh, karena interpretasi tidak realistik atau tidak tepat tentang simtom dan sensasi fisik.

• menderita penyakit yang serius dan belum terdeteksi, dan tidak bisa dibujuk bahwa ini tidak
benar (tp blm sp waham)

Epidemiologi:

- laki dan perempuan sama banyak

- onset kapan saja, terutama usia 20 – 30 tahun, cenderung kronis

Etiologi:

- faulty cognitive scheme  misinterpretation of bodily symptom

- social learning: request for admission to take the sick role made by a person facing seemingly
insurmountable and insolvable problems.

- Sick role = escape  allows to avoid noxious obligations, postpone unwelcome challenges, to be
excused from usual duties and obligations

- a variant form of mental disorders: depressive and anxiety

- psychodynamic: aggressive and hostile wishes toward others are transferred (through
repression and displacement) into physical complaints.

Anger berasal dari kekecewaan masa lalu, rejections and losses. Juga defense terhadap rasa bersalah,
innate badness, ekspresi dari self-esteem yang rendah, serta self-concern yang berkelebihan.

Pain dan penderitaan fisik adalah cara untuk menebus hal ini dan dianggap sebagai hukuman yang
memang pantas untuk kesalahan2 di masa lalu (yg riil atau imajiner).

Course and Prognosis:


- Baik, bila status sosioekonomik tinggi, onset tiba2, personality disorder taa, responsif thdp treatment
utk depresi-anxiety.

Treatment: - usually resist psychiatric treatment

- stress reduction and education in coping with chronic illness.

- frequent, regularly scheduled physical exam help reassure patients

BODY DYSMORPHIC DISORDER:

• a pervasive subjective feeling of ugliness of some aspect of their appearance despite a normal
or nearly normal appearance

• core belief of unattractiveness or even repulsive

Emil Kraepelin: dysmorphophobia

Pierre Janet: obsession de la honte du corps (obsession with shame of the body)

• baru dalam DSM-III, sebelumnya lebih dikenal di Eropa

• comorbid dengan depresi, anxiety

• Epidemiologi:

- kurang dipelajari, lebih banyak ke ahli kulit atau bedah plastic

- perempuan lebih banyak dari laki2, umumnya tidak menikah

- common onset: antara 15 - 30 tahun

Etiologi:

• cause: unknown

• high comorbidity dengan depresi, social phobia, obsesif-kompulsif, substance abuse,


personality disorder

• stereotyped concepts of beauty emphasized in certain families and within the culture at large
may significantly affect patients

• psychodynamic: displacement of a sexual or emotional conflict onto a nonrelated body part


through the defense mechanism of repression, dissociation, distortion, symbolization, projection

Clinical features:

Common concern: facial flaws, involving specific parts (kd2 concernnya sulit untuk dimengerti)
Simtom lain:

- ideas of reference (orang lihat cacadnya)

excessive mirror checking/avoidance of

reflective surfaces

- attempt to hide the presumed deformity (makeup/pakaian)

- avoid social and occupational exposure

Course and Prognosis:

- muncul gradual, level concern +/-, bisa jadi kronis

Treatment:

- medical procedures tidak berefek

- bila ada gangguan lain – treatment gangguannya (mis. Obat anti depresi)

- berapa lama treatment: tidak jelas

- CBT: exposure + response prevention (mencegah cek penampilan)

GANGGUAN NYERI:

- the presence of pain that is “the predominant focus of clinical attention”, experienced severe,
prolonged pain.

- simtom primer adalah pain

- pain diasosiasikan dengan emotional distress and functional impairment.

- pernah disebut sebagai somatoform pain disorder, psychogenic pain disorder, idiopathic pain
disorder, atypical pain disorder

Epidemiologi:

• lebih banyak pada perempuan dibanding laki2

• onset terutama pada usia 40-an dan 50-an

• Etiologi:

• Psikodinamik: secara simbolis mengekspresikan konflik intrapsikis melalui tubuh. Penderita


alexithymia (tidak mampu mengartikulasikan internal state feelings melalui kata-kata) 
mengekspresikannya melalui tubuh. Pemenuhan kebutuhan dependen, juga penebusan dosa
atau kesalahan (innate badness), atau untuk mensupresi agresi. Punya keyakinan bahwa
memang pantas menderita. Cara peroleh love.

• Defense mechanism: displacement, substitution, repression, identification.

• Faktor behavioral: Pain behaviors are reinforced when rewarded, inhibited when ignored.

• Faktor interpersonal: suatu sarana manipulasi, memperoleh keuntungan dalam suatu hub
interpersonal.

• Faktor biologis: Gangguan pada sistem limbik

• Clinical features:

- low back pain, headache, atypical facial pain, chronic pelvic pain.

- long histories of medical and surgical care

- almost always a variant of depressive disorder, a masked somatized form of depression.

Course and prognosis:

- prognosis bervariasi, bisa menjadi kronis, distressful dan disabling

- Yang prognosisnya paling buruk:

mempunyai masalah karakterologis, terutama pasif berlebihan, terlibat masalah hukum, mendapat
kompensasi finansial, menggunakan zat adiktif, punya riwayat panjang ttg pain

• Treatment:

- mgkn tidak bisa mengurangi pain bicarakan rehabilitasi

- bicarakan faktor psikologis sejak awal

- Farmakoterapi: tidak banyak membantu, antidepressant bila ada depresi

- Pain control program

- Psikoterapi:

Komponen-komponen psikoterapi:

* validasi dari nyeri pasien

* relaxation training

* reinforce shift of focus from the pain

* help patient develop ability to cope with stress and gain sense of control over pain

Anda mungkin juga menyukai