Modul 2
Mengenal Pendekatan
Penghidupan Berkelanjutan
Dan Ruanglingkup Penerapannya
Konsep
Kerangka Kerja
Penerapan
Kerjasama
Badan Diklat NAD dan UNDP – CIDA
Mengenal Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan
Modul 2
Daftar Isi
Modul 2
Tujuan Pembelajaran
Modul 2 membahas tentang konsep, kerangka kerja dan penerapan SL. Secara umum
modul ini dapat berfungsi sebagai bahan bacaan tentang SL. Materi yang disajikan
bersifat umum, untuk mendapatkan bahasan teknis lebih mendalam anda dapat
merujuk pada daftar referensi dan sumber informasi yang disediakan. Modul ini
memiliki beberapa tujuan pembelajaran, antara lain :
Diskusi kita akan mendiskusikan bersama beberapa ‘trigger’ tayangan tematik, dan
menggali kondisi penghidupan masyarakat, serta kaitannya dengan
program/kebijakan pembangunan.
Rangkuman menggali dan menemukan sendiri hasil pembelajaran (lesson learn) dari
setiap pembahasan dan diskusi yang kita lakukan bersama
Modul 2
DISKUSI 1
Modul 2
Bagian 1
Latarbelakang
Kerusakan sumberdaya alam akibat kegiatan eksploitasi, yang belakangan sering kita
rasakan dampaknya dalam bentuk banjir, tanah longsor, kekeringan dan kerugian
lainnya, adalah ironi yang nyata dari pembangunan. Seberapa besar manfaat diperoleh
dan seberapa parah kerugian diderita oleh sejumlah besar kelompok masyarakat.
Beragam sumberdaya yang ada mestinya dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama
dalam jangka panjang. Apa arti pembangunan bila sumberdaya alam yang kita miliki
semakin rusak ?
Begitu pula yang terjadi dalam kehidupan sosial kita dimana perasaan ketidakadilan
memicu ketegangan dan kekerasan. Masalah kesejahteraan sosial seperti anak
terlantar, kriminalitas, pengangguran, sangat mudah dijumpai di desa maupun di kota.
Kenyataan tersebut semakin mendesak untuk dipertanyakannya kembali efektivitas
dan keberpihakan pembangunan dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan semestinya dapat meningkatkan martabat manusia secara universal,
dan setiap orang berhak menikmati hasil-hasil pembangunan. Mengapa masih banyak
yang belum memperoleh haknya ?
Modul 2
gilirannya semua itu akan mempengaruhi kesejahteraan petani, namun kenyataannya
masih banyak petani di desa hidup miskin. Apakah pembangunan telah sampai ke
desa dan membela nasib petani ?
Kita ketahui bahwa demikian besar pengaruh kebijakan dan prioritas program
pembangunan terhadap kondisi penghidupan masyarakat secara luas, karenanya
proses perencanaan pembangunan adalah tahapan penting yang perlu dicermati oleh
setiap pihak. Dan umumnya perencanaan pembangunan telah mendapat perhatian
serta memiliki landasan kebijakan khusus, dan banyak organisasi yang melakukan
perencanaan, bahkan menjadi praktek rutin yang tersedia anggaran biayanya. Apakah
prioritas pembangunan yang direncanakan telah mewakili kepentingan masyarakat
secara luas ?
Capaian pembangunan di berbagai bidang belum tentu jaminan bahwa masa depan
kita bersama akan lebih baik dari sekarang. Meningkatnya angka harapan hidup
misalnya, apakah telah diikuti oleh peningkatan kesempatan pendidikan berkualitas,
lapangan pekerjaan dan lingkungan hunian yang layak. Bila tidak, maka bisa
dibayangkan, jumlah kita akan semakin besar namun kualitas masyarakat akan jauh
lebih buruk. Apa jaminan bahwa sumber energi kita tidak akan habis, apa jaminan
bahwa kita aman dari bencana atau peperangan. Praktek pembangunan harus
memikirkan keberlanjutan kita sebagai bangsa dan sebagai masyarakat dunia,
sekarang dan untuk generasi mendatang. Sudahkah praktek pembangunan kita
mendorong perdamaian dan ketahan sosial ?
I ndonesia adalah salah satu negara berkembang yang hingga saat ini belum terbebas
dari masalah kemiskinan. Saat ini tercatat tidak kurang dari 35,1 juta atau (15,97%)
penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan, dimana separoh lebih diantaranya
berada di pedesaan (BPS:2006), meski kita telah membangun lebih dari lima dekade.
Sejumlah persoalan lama belum tuntas, antara lain adalah persoalan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan dan penegakan hukum, yang memperlambat laju
pembangunan.
Modul 2
Disamping persoalan tersebut, agenda perencanaan dan penetapan prioritas
pembangunan merupakan tahapan penting yang perlu mendapatkan perhatian semua
pihak. Yaitu sejauh mana pengentasan kemiskinan menjadi prioritas, serta bagaimana
beragam sumberdaya yang dimiliki bangsa ini dikelola dengan bijak untuk kepentingan
bersama dalam jangka panjang.
Kemiskinan tidak lagi cukup dipahami sebagai masalah pemenuhan kebutuhan dasar
saja atau asupan kalori, apalagi sebatas tingkat pendapatan. Akses terhadap informasi
dan pendidikan yang berkualitas misalnya adalah isu penting yang menuntut redefinisi
kemiskinan agar lebih mencakup persoalan-persoalan strategis yang menentukan
kualitas bangsa Indonesia di masa depan. Termasuk diantaranya adalah peningkatan
peran dan fungsi sosial masyarakat dalam proses politik. Perlu dicermati pula apakah
capaian pembangunan di beberapa bidang telah terbukti efektif dalam mendukung
kemampuan beberapa kelompok masyarakat untuk keluar dari masalah kemiskinan
yang membelenggu, atau justru semakin meminggirkan mereka.
Modul 2
Masalah kemiskinan yang kita hadapi adalah bagian dari persoalan dan juga
keprihatinan masyarakat dunia terhadap pembangunan. Beragam pemikiran, gagasan
dan praktek pembangunan telah dilaksanakan. Namun kenyataan yang terjadi saat ini,
di Indonesia khususnya, mendesak kita untuk memikirkan kembali apakah praktek
pembangunan yang selama ini dilaksanakan telah membawa masyarakat keluar dari
kemiskinan. Prioritas pembangunan khususnya dalam masalah kemiskinan tidak lagi
cukup diwujudkan melalui program-program jangka pendek yang kurang membawa
manfaat strategis bagi penghidupan bersama dalam jangka panjang.
K ondisi dan persoalan tersebut di atas, bila dicermati sesungguhnya bukan saja
menjadi beban yang diderita oleh masyarakat miskin, namun juga merupakan
kerentanan bagi seluruh masyarakat luas. Praktek pembangunan yang tidak
memperhatikan pemerataan dan keseimbangan sumberdaya sosial serta kelestarian
sumberdaya alam rawan akan ketegangan dan krisis yang dapat muncul setiap saat.
Bila ketimpangan terus berlangsung maka seluruh masyarakat berada dalam situasi
rentan baik secara sosial, ekonomi bahkan politik. Dimana lingkungan alam mengalami
kerusakan dan potensi sosial melemah. Kerugian yang diderita akan jauh lebih besar,
banyak sudah contoh bagaimana bencana alam dan konflik sosial menghancurkan
sendi-sendi penghidupan masyarakat.
Hal ini tidak saja menjadi persoalan lokal ataupun nasional, melainkan persoalan
global dimana setiap perubahan akan membawa pengaruh yang luas melampaui batas
wilayah negara dan lingkungan sosial. Peperangan misalnya, akan merugikan tata
perekonomian dunia yang dampaknya sangatlah luas.
Modul 2
tujuan pembangunan secara luas, mengejar pertumbuhan ekonomi misalnya. Tidak
ada alasan pula bahwa investasi pada sektor pelayanan publik yang menyentuh
masyarakat miskin tidak strategis.
Berkaitan dengan masalah kemiskinan terdapat beragam pandangan dan analisis, dan
sejak lama berkembang. Yang mana pandangan dan analisa tersebut terus dikritisi,
dan mendorong lahirnya pandangan-pandangan baru yang lebih dekat kepada
jawaban yang sesungguhnya tentang mengapa dan bagaimana kemiskinan terjadi
serta bagaimana kebijakan dan praktek pembangunan dapat mengatasinya ?
Beberapa pandangan awal yang berkembang tentang masalah kemiskinan antara lain;
Kedua, kemiskinan sebagai akibat tidak memiliki pekerjaan, atau tidak tersedianya
lapangan kerja untuk setiap orang, yang mana kondisi ideal menurut pandangan ini
adalah jika setiap orang memiliki pekerjaan “job” yang menghasilkan (employment
thinking). Namun bila kita cermati kenyataan masyarakat pedesaan, umumnya mereka
tidak mengenal “job” tunggal atau mengerjakan satu jenis pekerjaan untuk
memperoleh penghasilan. Masyarakat pedesaan cenderung tidak memisahkan antara
beraktivitas dan bekerja, dimana mereka lebih menikmati menjalankan berbagai peran
dan fungsi sosial, dan sekaligus memperoleh hasil dari berbagai sumber. Bila
dipaksakan “bekerja” sudah tentu banyak peran dan fungsi sosial mereka yang
terkorbankan, dan berarti justru bertentangan dengan penghidupan itu sendiri. Belum
lagi bila dikaitkan dengan kemampuan negara menyediakan lapangan kerja, sistem
pengupahan, dll.
Ketiga, kemiskinan adalah kondisi “di bawah rata-rata” atau dibawah garis kemiskinan
yang diwakili oleh sejumlah indikator (poverty-line thinking). Dan indikator yang
dianggap mewakili adalah income, atau aspek lain yang mudah terukur, sehingga
pandangan ini cenderung melihat kemiskinan sebagai garis pemisah tunggal (poverty
line) di bawah garis berarti miskin. Analisa ini juga memunculkan sejumlah pertanyaan,
bahwa tidak mudah atau bahkan tidak mungkin menetapkan indikator yang berlaku
umum untuk semua situasi masyarakat. Terutama bila kita selami kehidupan
masyarakat pedesaan, jelas banyak indikator seperti pendapatan rutin yang tidak
mereka miliki, dan apakah menurut mereka “gaji” mewakili penghidupan yang lebih
Modul 2
baik. Banyak studi yang menunjukkan bahwa masyarakat memiliki “ukuran”
kesejahteraan yang beragam, dan ukuran itulah yang semestinya menjadi gagasan
tentang pembangunan yang tepat bagi mereka.
Capability
1 Poverty and Famines: An Essay on Entitlements and Deprivation, Clarendon Press (1981)
2 Sustainable Rural Development, IDS discusion paper #296. Institute of Development Studies, Sussex, UK,
Modul 2
Tanpa mengupayakan kemampuan untuk mentas dari kemiskinan tersebut,
dukungan apapun yang diberikan kepada masyarakat adalah semu. Dukungan
terpenting dalam pandangan ini adalah bagaimana masyarakat memiliki
penghidupan yang dinamis, adaptif terhadap berbagai perubahan; tekanan,
masalah kesehatan, perubahan musim, bencana alam, dsb. Dan lebih jauh,
kemampuan mencakup kesanggupan untuk mengembangkan penghidupan yang
telah ada ke tingkat yang lebih baik, sekarang maupun untuk masa mendatang.
Termasuk juga kemampuan untuk mengakses informasi, pelayanan dasar dan
kesempatan, serta kemampuan untuk bisa bersaing, menjalin kerjasama dan
mencari peluang-peluang baru.
Equity
Pemerataan adalah tuntutan yang tidak bisa dielakkan, karena pembangunan dari
sudut pandang disiplin manapun memiliki konsekuensi; mengembangkan dan
mendistribusikan. Praktek pembangunan tanpa disertai pemerataan hasil-hasil
yang dicapai akan kehilangan makna, dan justru lebih dekat kepada eksploitasi,
praktek semacam ini harus ditolak dan dihentikan. Pemerataan, dalam pandangan
dan praktek konvensional identik sebagai distribusi pendapatan (distribution of
wealth) yang diatur dalam berbagai mekanisme. Namun dalam gagasan
penghidupan berkelanjutan ini, equity yang dimaksud adalah pemerataan dalam
arti luas. Yaitu meliputi pemerataan kesempatan, pemerataan sumberdaya dan
pengelolaannya, pemerataan kemampuan, terutama bagi kelompok yang kurang
beruntung. Lebih lanjut pemerataan juga memiliki pengertian “keberpihakan” dan
perlindungan bagi kelompok marjinal, sehingga dalam gagasan ini equity berarti
pula pengakhiran kekerasan terhadap perempuan, penghentian kekerasan
terhadap anak, penindasan terhadap kelompok minoritas, pengentasan kelompok
miskin baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Dengan demikian equity juga
memiliki makna keadilan sosial.
Sustainability
Modul 2
tetapi keberlanjutan dalam pandangan ini memiliki makna yang lebih luas, bukan
sekadar mewakili ’sekumpulan aspek’ melainkan memberikan kesempatan pada
setiap aspek penghidupan untuk eksis dan terwakili dengan sendirinya.
Modul 2
nasional banyak yang memiliki gagasan keberlanjutan, baik yang dilaksanakan oleh
berbagai lembaga swadaya masyarakat maupun oleh pemerintah. Namun demikian,
sejauh ini masih sedikit sekali agenda strategis yang didukung oleh perencanaan
pembangunan yang memungkinkan gagasan ideal tersebut dapat diwujudkan dalam
skala yang lebih luas. Praktek pembangunan yang dilakukan sementara ini lebih
banyak bersifat sektoral, dimana setiap pihak memiliki perhatian terhadap bidang atau
isu-isu tertentu.
Gagasan tentang penghidupan masyarakat yang berkelanjutan inilah yang kemudian diadaptasi dan terus
dikembangkan melalui berbagai program oleh banyak organisasi dan badan dunia seperti UNDP, FAO, OXFAM
dan masih banyak yang lain, termasuk berbagai kelompok kerja yang dibentuk baik lokal, nasional maupun
internasional.
Rights-Based Approaches
Pendekatan ini menekankan bahwa penghidupan yang layak adalah hak setiap
manusia, karenanya upaya pemenuhan hak-hak sipil dan politik sangatlah penting dan
perlu menjadi landasan praktek pembangunan. Kemiskinan adalah salah satu bentuk
marginalisasi, dimana kelompok masyarakat tertentu tidak mendapatkan akses untuk
turut mempengaruhi kebijakan sehingga mereka “kehilangan haknya” atas
penghidupan yang layak. Keterkaitan pendekatan ini dengan SL adalah, keduanya
mengakui adanya kenyataan bahwa tidak setiap anggota masyarakat memiliki akses
yang merata terhadap hak dan sejumlah sumberdaya penghidupan. Dan SL berupaya
untuk mendorong masyarakat membangun sejumlah strategi alternatif untuk
mempertahankan penghidupan, agar tidak tergantung pada akses dan sumberdaya
tertentu, bila mungkin turut memperbaiki akses terhadap layanan dan sumberdaya
yang dibutuhkan.
Modul 2
Sector-Wide Approaches
Sejalan dengan pendekatan ini, SL juga mendorong perubahan struktur dan proses,
meningkatkan kualitas pelayanan. Dimana seringkali didapati persoalan-persoalan
terkait dengan kemiskinan ada pada sektor-sektor tertentu, seperti kesehatan,
pendidikan, dsb. Hambatan pada tingkat sektoral inilah yang perlu diungkap dan perlu
ditangani, namun tidak cukup secara sektoral. Lebih jauh perlu perubahan kebijakan
dan penataan kembali struktur atau tata organisasi pemerintah. Karena dalam
perspektif SL, perubahan di tingkat struktur atau organisasi tanpa dibarengi oleh
perubahan sistem pelayanan yang lebih baik, tidak akan berarti banyak dalam jangka
panjang.
Governance Approaches
Begitu pula SL, berupaya mempromosikan perubahan kebijakan dan sistem pada
semua tingkatan. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap sejumlah
sumberdaya misalnya, dibutuhkan peran dan inisiatif organisasi dan kebijakan
pemerintah terkait.
Modul 2
Participatory Development
Mendorong masyarakat mewujudkan potensi yang mereka miliki, hal ini sulit dicapai
tanpa pendekatan partisipatif.
Modul 2
Integrated Rural Development
Titik masuk Struktur, wilayah Manusia dengan segenap potensi dan keterbatasan
yang ada
Pandangan Holistik, multi-dimensional, recommendation Multi-dimensional, kompleks, dan lokal
terhadap domains suggest uniformity Mencakup resiko dan beragam jenisnya
kemiskinan (penyederhanaan operasional)
Mengambil contoh pada periode tertentu Berlanjut dan tidak final
Analisa masalah untuk mewakili kondisi keseluruhan
Cakupan sektor Multi-sektoral, rencana tunggal Multi-sektoral, beragam rencana, diawali dari
Keterlibatan sektor ditetapkan sejal awal kelompok kecil, Keterlibatan sektor simultan dengan
perkembangan proyek
Wilayah operasional Lokal, berbasis kewilayahan Pada tingkat kebijakan dan pelaksana
Lembaga mitra Lembaga pemerintah lokal dan nasional Pemerintah, LSM, lembaga sosial dan swasta
Manajemen proyek Proyek dari pihak luar kepada pemerintah Proyek dikelola bersama lembaga mitra
Aspek keberlanjutan Tidak secara tegas dinyatakan Perhatian utama, dan mencakup multi aspek
Pemilihan pendekatan SL untuk konteks pembangunan Indonesia dirasa tepat, mengingat pengentasan kemiskinan
masih menjadi agenda yang sangat penting dan mendesak saat ini. Antara lain konteks kerentanan yang perlu
dikelola dengan lebih baik, penanganan bencana alam misalnya, pengangguran, konflik sosial dan kerusakan
lingkungan. Tentu kita tidak ingin mengulang kembali kegagalan-kegagalan pembangunan yang telah lalu.
Pendekatan SL menawarkan kerangka kerja yang tidak saja aplikatif pada tingkat program, namun memungkinkan
pula dijadikan sebagai kerangka analisa dalam penyusunan kebijakan pembangunan dalam lingkup yang lebih luas.
Modul 2
DISKUSI 2
Modul 2
Bagian 2
Pengertian
Bekerja atau mencari nafkah dengan cara berdagang, bercocok tanam, memproduksi
barang-barang atau jasa, menciptakan teknologi dan layanan jasa, menjadi buruh
musiman di kota, dsb, adalah beberapa contoh upaya yang dilakukan oleh banyak
orang untuk mencapai tujuan penghidupan mereka. Dalam upayanya untuk mencapai
tujuan penghidupan, banyak faktor yang mempengaruhinya, baik internal yaitu individu
dan keluarga itu sendiri maupun pengaruh eksternal, yaitu perubahan yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Setidaknya seseorang menggunakan beberapa kemampuan
yang dimilikinya, mengolah sumberdaya yang tersedia serta memanfaatkan
kesempatan yang ada dalam mencapai penghidupan yang diharapkan.
Modul 2
Apa itu penghidupan berkelanjutan ?
Jadi apabila tingkat penghidupan yang kita capai saat ini diperoleh dari eksploitasi
sumberdaya alam semata, tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkannya, maka
dapat dipastikan tidak akan berkelanjutan. Sebab pada waktunya sejumlah kerusakan
dan kerugian dalam skala yang lebih besar akan terjadi, seperti banjir, kekeringan,
tanah longsor dan bencana lain yang akan menghancurkan semua yang telah kita
capai. Begitu pula apabila suatu masyarakat hanya mengandalkan tenaganya tanpa
mengembangkan teknologi yang efisien, maka pada waktunya hasil yang dapat
mereka capai akan terus menurun, karena secara fisik manusia terbatas masa
produktifnya. Dari gambaran tersebut pengertian penghidupan berkelanjutan
mengandung beberapa kondisi yang menjadi ciri dan syarat, yaitu antara lain:
Modul 2
Kondisi penghidupan yang seperti itulah kurang lebih yang menjadi gagasan
penghidupan berkelanjutan, yang dapat diwujudkan bila setiap proses pembangunan
memperhatikan aspek keberlanjutan. Dalam konteks inilah dibutuhkan suatu
pendekatan yang dapat mengarahkan pembangunan pada tujuan-tujuan penghidupan
jangka panjang. Yaitu pendekatan yang menjadikan terwujudnya penghidupan
berkelanjutan sebagai tujuan utama dari pembangunan.
Dalam skala kecil, perencanaan program misalnya, aspek keberlanjutan dapat menjadi
tolok ukur, dan pertimbangan dalam menyusun setiap bentuk kegiatan yang akan
dilaksanakan. Dalam skala yang lebih besar, perencanaan kebijakan dan program
pembangunan di daerah misalnya, tujuan tersebut dapat menjadi bahan analisa
apakah praktek pembangunan yang telah dijalankan mendukung atau konstruktif
terhadap tercapainya penghidupan bersama yang berkelanjutan.
SL tidak dimaksudkan untuk menciptakan sebuah model penghidupan yang ideal yang
berlaku untuk semua situasi dan kelompok masyarakat. Namun pendekatan ini
mendorong sikap kritis dan perenungan kembali praktek-praktek pembangunan yang
telah dilaksanakan, serta mendorong setiap pihak untuk menghasilkan kinerja terbaik
dalam mengatasi masalah kemiskinan.
SL terdiri atas dua komponen utama yang memungkinkan pendekatan ini diterapkan
secara luas yaitu; Prinsip Dasar (principles) dan Kerangka Kerja (frameworks).
Pendekatan ini dibangun oleh prinsip-prinsip dasar yang mencerminkan pandangan
dan gagasan pembangunan yang ideal. Prinsip-prinsip dasar tersebut merupakan inti
(core concept) yang dihasilkan dari pengalaman dan kajian terhadap gagasan dan
praktek-praktek pembangunan yang pernah dilaksanakan, serta keprihatinan terhadap
Modul 2
persoalan kemiskinan. Selanjutnya prinsip-prinsip dasar tersebut digunakan sebagai
landasan berpikir dan bertindak dalam memahami penghidupan masyarakat dan
merencanakan berbagai upaya untuk mewujudkan penghidupan yang berkelanjutan.
Modul 2
Meningkatan akses terhadap sumber keuangan dan permodalan yang terjangkau.
Mendorong kebijakan dan institusi terkait agar lebih mendukung strategi
penghidupan masyarakat serta membuka kesempatan luas dan terhadap pasar yang
kompetitif.
Sebagai kesatuan prinsip (set of principles), yaitu sebagai prinsip-prinsip dasar yang
dapat diterapkan dalam berbagai situasi, konteks persoalan dan kegiatan.
Modul 2
Demikian halnya apabila pembangunan gagal dalam memahami kebutuhan
penghidupan masyarakat, maka pembangunan hanya akan menguntungkan
sekelompok kecil dan mengorbankan sebagian besar masyarakat. Tata penghidupan
kita dalam jangka panjang sangat ditentukan oleh prioritas-prioritas yang kita ambil
saat ini. Maka setiap kita memiliki alasan yang kuat untuk turut ambil bagian, sesuai
peran masing-masing, untuk mengambil langkah yang diperlukan demi terwujudnya
penghidupan yang berkelanjutan, bagi kita dan bagi semua.
Pelajaran yang patut kita renungkan adalah, manakala sekelompok orang melakukan
perusakan sumberdaya alam misalnya, maka dampak jangka pendek dan jangka
panjang yang ditimbulkannya dirasakan oleh seluruh masyarakat. Sebaik apapun
upaya yang dilakukan untuk mengembangkan penghidupan, beragam aset kita miliki,
namun penghidupan kita tetaplah akan berada dalam kondisi rentan, apabila
masyarakat yang ada di sekitar kita tidak memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan.
Bencana alam banjir misalnya, tidak saja menimpa mereka yang melakukan perusakan
hutan, namun menimpa semua warga masyarakat yang berada di sekitarnya.
Begitupula manakala terjadi konflik sosial, anarki, dampak yang ditimbulkannya tidak
saja menimpa mereka yang bertikai, namun turut dirasakan oleh seluruh anggota
masyarakat.
Setiap individu, keluarga dan kelompok masyarakat memiliki bentuk penghidupan yang beragam, sesuai dengan
kemampuan, lingkungan, sumberdaya dan tujuan penghidupan yang diharapkan. Beberapa kelompok
masyarakat mungkin sangat bergantung pada jenis sumberdaya tertentu, dan sumberdaya yang tidak atau
kurang tersedia dilengkapi oleh sumberdaya yang lain. Dan setiap masyarakat memiliki ukuran penghidupan
yang dianggap ideal.
Modul 2
DISKUSI 3
“ Meneropong Pembangunan ”
Kita telah saksikan ketimpangan pembangunan, dan kita juga telah saksikan
penghidupan yang buruk. Lantas seperti apa sifat atau ciri-ciri pembangunan
yang ideal menurut anda, diskusikanlah bersama.
Modul 2
Bagian 3
Prinsip SL
Prinsip dasar tersebut lahir dari pendalaman dan kritisi terhadap pengalaman praktek
pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai negara dalam memerangi kemiskinan.
Diyakini bahwa kegagalan banyak negara dalam mengatasi permasalahan kemiskinan
yang mereka hadapi adalah karena kurangnya perhatian terhadap manusia sebagai
subjek pembangunan, pemerataan dan keberlanjutan penghidupan masyarakat.
Terdapat delapan prinsip utama SL yang dibahas dalam modul ini, diserap dari
berbagai sumber.
Prinsip dasar mencerminkan cita-cita akan praktek pembangunan yang ideal, yang
diharapkan mampu mewujudkan penghidupan yang berkelanjutan. Prinsip-prinsip
tersebut dapat terus berkembang sesuai prioritas dan pengalaman yang diambil
masyarakat dalam mensikapi persoalan pembangunan. Prinsip dan kerangka kerja
yang dibahas dalam modul ini mengacu pada kerangka kerja yang dikembangkan oleh
DFID, dalam Sustainable Livelihoods Approach – Guidance Sheets (2002).
Modul 2
Manusia Sebagai Fokus Utama Pembangunan (People-Centered)
Kenyataan lain yang menunjukkan pentingnya prinsip people centered adalah, masih
banyaknya kesenjangan yang terjadi. Kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi
dunia pada satu sisi, timpang dengan perkembangan umat manusia secara universal,
dimana kemiskinan, keterbelakangan dan pelanggaran hak asasi manusia masih terus
berlangsung. Kenyataan ini meneguhkan kita bahwa pembangunan tidak berarti apa-
apa tanpa kemajuan umat manusia itu sendiri. Berkaitan dengan hal ini bangsa-bangsa
di dunia telah mendeklarasikan Millennium Development Goal 3 yang antara lain
berkomitmen dan mendorong setiap negara agar melaksanakan pembangunan yang
berpusat pada manusia.
Pengentasan kemiskinan hanya akan berhasil bila lingkungan eksternal dari keluarga
miskin melakukan upaya yang konstruktif terhadap strategi penghidupan dan
lingkungan sosial mereka, termasuk kemampuan mereka beradaptasi terhadap
perubahan. Kita, sebagai agen pembangunan (agent of change), pelaku perencanaan,
adalah bagian dari lingkungan eksternal tersebut. Berkaitan dengan prinsip ini, secara
praktis terdapat beberapa langkah yang bisa kita lakukan, antara lain;
Modul 2
Berusaha memahami bahwa manusia adalah individu yang unik, setiap orang
berbeda dan memiliki penghidupan yang beragam pula sesuai dengan kemampuan
dan kesempatan yang mereka miliki.
Pendekatan ini tidak bersifat sektoral, atau hanya diterapkan pada bidang tertentu
saja melainkan dapat diterapkan di setiap wilayah geografis atau konteks kelompok
sosial yang beragam. (non-sectoral)
Memahami adanya beragam pengaruh dan kepentingan antar individu, serta manfaat
yang bisa diperoleh dari beragam pilihan penghidupan yang ada di masyarakat.
(multiple influences)
Mendorong berbagai pihak untuk mengambil peranan, baik swasta maupun instansi
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat maupun badan atau unit kerja
pemerintah. (multiple actors)
Mendorong masyarakat untuk menentukan sendiri capaian dan manfaat dari strategi
penghidupan yang diupayakan. (multiple livelihoods outcomes)
Modul 2
Memahami hambatan dan potensi masyarakat berdasarkan pandangan dan pendapat
mereka sendiri sangatlah penting untuk menemukenali beragam pilihan penghidupan
yang dapat didukung dan dikembangkan guna manfaat yang lebih luas. Terdapat
beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memahami kondisi penghidupan
masyarakat secara holistic, antara lain;
Modul 2
memahami apa saja yang setiap saat dapat berubah dan mempengaruhi kondisi
penghidupan masyarakat, 2). Belajar dari perubahan dan memadukan perubahan
dalam strategi penghidupan yang dilaksanakan, 3). Fleksibel merespon perubahan
untuk mencapai tujuan penghidupan jangka panjang
Potensi-potensi tersebut meliputi relasi atau jaringan sosial yang kuat, akses terhadap
sumberdaya fisik dan infrastruktur, kemampuan mereka untuk mempengaruhi
lembaga-lembaga atau sumber-sumber lain yang berpotensi dalam mengentaskan
kemiskinan. SL berupaya mengurangi dan menghilangkan kendala-kendala yang dapat
menyebabkan potensi-potensi tersebut tidak dapat direalisasikan. Seringkali terdapat
beragam potensi dalam masyarakat, namun karena satu atau berbagai kendala,
potensi tersebut tidak dapat diwujudkan dan mencapai manfaat luas untuk
mengentaskannya dari kemiskinan.
SL berupaya mendukung masyarakat agar lebih kuat, lebih tangguh dan mampu
mewujudkan dan memanfaatkan potensi yang mereka miliki untuk mencapai cita-cita
penghidupan. Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan; 1). Berusaha
menemukenali potensi masyarakat, tidak mengesampingkannya karena kebutuhan
dan permasalahan yang ada, 2). Memperhatikan faktor-faktor yang menghambat
potensi masyarakat lebih berguna bagi penghidupan mereka, 3). Mendorong
masyarakat untuk mengoptimalkan dan memanfaatkan potensinya untuk mencapai
tujuan penghidupan yang mereka rencanakan.
Modul 2
Menyelaraskan Kebijakan Makro dan Mikro (Macro-Micro Links)
Disadari bahwa untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah, diperlukan kesediaan
dan kesungguhan seluruh komponen masyarakat. Sebab, umumnya kebijakan makro
disusun secara tertutup, dan keterlibatan masyarakat sangatlah terbatas. Hal inilah
yang menyebabkan di tingkat elit pemahaman akan pengaruh kebijakan yang mereka
susun terhadap penghidupan masyarakat sangat terbatas. Banyak kebijakan disusun
berdasarkan asumsi “apa yang akan terjadi”, dan tidak sungguh-sungguh melihat apa
yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat. Begitu pula pemahaman terhadap
pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan masyarakat, juga
sangat terbatas. Kedua hal tersebut perlu dipahami dengan lebih baik, agar nilai-nilai
penghidupan berkelanjutan dapat terwujud.
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan prinsip ini, antara lain;
1).Memperhatikan dan menekankan keterkaitan antara kebijakan dan strategi di tingkat
makro dan praktek di tingkat mikro, 2). Mengupayakan keterkaitan yang harmonis
antar sektor dan antar lembaga untuk kepentingan penghidupan masyarakat miskin,
3). Mengupayakan setiap proses perencanaan dibekali oleh informasi dan pemahaman
yang cukup tentang beragam kondisi penghidupan masyarakat dan dampak kebijakan
bagi masyarakat.
Modul 2
Mewujudkan Keberlanjutan Penghidupan (Sustainability)
Modul 2
mungkin muncul dalam masyarakat itu sendiri. Beberapa hal dapat dilakukan sebagai
perwujudan dari prinsip-prinsip keberlanjutan ini, antara lain;
Kemitraan juga tidak terbatas pada lingkungan internal atau lokal, inisiatif kemitraan
dengan lembaga donor misalnya, juga dapat dilakukan. Kemitraan antar sektor guna
memadukan perencanaan perlu dilakukan, begitu pula kemitraan bersama masyarakat.
Masyarakat bukanlah obyek, tetapi pemangku kepentingan yang memiliki rencana
penghidupan mereka sendiri.
Modul 2
Untuk memperkenalkan dan memperluas implementasi SL juga membutuhkan
kemitraan dengan berbagai pihak. Kemitraan juga tidak terbatas pada lingkup tugas
dan fungsi pemerintahan, termasuk masyarakat dan swasta. Tahapan penting yang
dibutuhkan adalah bagaimana agar setiap pihak memahami pentingnya tujuan
penghidupan berkelanjutan, dan melakukan inisiatif kemitraan di lingkungannya.
Modul 2
DISKUSI 4
“ Merancang Penghidupan ”
Modul 2
Bagian 4
Kerangka Kerja SL
Kerangka kerja juga diperlukan untuk memberikan arah dan analisa yang lebih
komprehensif untuk disikapi sebagai bagian dari upaya pengentasan kemiskinan.
Terdapat beberapa alasan mengapa kerangka kerja diperlukan dalam memahami
kondisi penghidupan masyarakat;
Modul 2
pembangunan yang tengah berlangsung, kebijakan dan program kegiatan mana yang
memiliki kontribusi bagi tujuan penghidupan berkelanjutan, dan mana yang tidak atau
kontraproduktif. Penggunaan kerangka kerja dapat disesuaikan dengan keperluan
serta dimungkinkan untuk dilakukan pengembangan.
Modul 2
Kerentanan secara sederhana dapat digambarkan sebagai “situasi laten” yang setiap
saat dapat merubah/mempengaruhi kondisi penghidupan masyarakat. Berdasarkan
sifat perubahan dan pengaruhnya terhadap penghidupan masyarakat, kontek
kerentanan dapat dikelompokkan dalam tiga bentuk;
Modul 2
Sumberdaya Alam (natural capital), Sumberdaya sosial (social capital), Sumberdaya
fisik (physical capital), dan Sumberdaya keuangan (financial capital).
Sumberdaya penghidupan adalah faktor penting yang perlu diungkap dan dipahami
dengan tepat, karena setiap sumberdaya memiliki karakteristik dan dayadukung yang
berbeda bagi penghidupan setiap individu dan masyarakat. Setiap sumberdaya
memiliki hubungan atau keterkaitan dengan sumberdaya yang lain. Kebijakan dan
program pembangunan yang efektif memperhatikan dan memetakan dengan tepat,
sumberdaya mana yang menjadi prioritas dalam suatu kontek program, dan
sumberdaya mana yang perlu mendapatkan dukungan. Kesalahan yang sering terjadi
adalah, suatu program cenderung eksploitatif terhadap sumberdaya tertentu dan
kurang memperhatikan pengembangan sumberdaya lain sebagai alternatif.
Sementara proses menggambarkan langkah dan kegiatan, apa dan bagaimana yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut (structure) dalam menjalankan peran, fungsi
dan wewenangnya. Termasuk didalamnya adalah proses kebijakan. Secara
sederhana, struktur menggambarkan lembaga atau institusi mana saja yang peran dan
fungsinya mempengaruhi upaya pengentasan kemiskinan. Dan proses mengukur
inisiatif, perhatian, keberpihakan dan akuntabilitas (governance) dan agenda dari
lembaga-lembaga tersebut dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Perhatian terhadap struktur dan proses sangat penting, karena besarnya peran
organisasi-organisasi pemerintah dan swasta serta kebijakan yang berlaku terhadap
agenda pengentasan kemiskinan. Upaya apapun yang ditempuh dalam mengentaskan
kemiskinan tanpa diikuti oleh perubahan peran organisasi-organisasi yang terkait,
maka tidak akan efektif dalam jangka panjang. Dan bukan tidak mungkin akan terjadi
tumpang tindih atau bahkan kontraproduktif apabila kebijakan dan peran sejumlah
organisasi tidak ditata, agar konstruktif terhadap agenda pengentasan kemiskinan.
Modul 2
4. Strategi Penghidupan (livelihoods strategies)
Kesalahan yang perlu dihindari adalah, kebijakan dan program pembangunan yang
justru membatasi pilihan strategi penghidupan masyarakat, atau memaksakan strategi
tertentu yang belum tentu lebih efektif. Kondisi yang perlu diciptakan adalah,
tersedianya beragam pilihan strategi yang penghidupan yang mengacu pada prinsip-
prinsip keberlanjutan, tidak merusak sumberdaya alam dan merugikan penghidupan
yang lain.
Modul 2
5. Capaian Penghidupan (livelihoods outcomes)
Modul 2
DISKUSI 5
Modul 2
Bagian 5
Ruanglingkup Penerapan
Modul 2
3. Mengamati dampak kebijakan dan perubahan peran dan fungsi organisasi yang
ada baik pemerintah atau swasta terhadap penghidupan masyarakat dan
pengentasan kemiskinan,
4. Menekankan pentingnya kebijakan dan peran lembaga-lembaga yang ada dalam
masyarakat untuk mendorong upaya pengentasan kemiskinan
5. Bekerja bersama-sama masyarakat dalam kesetaraan untuk mendukung
pencapaian tujuan penghidupan mereka.
SL sebagai sebuah cara pandang menuntut adanya perubahan paradigma, tidak saja
pada tingkat organisasi, namun juga perubahan cara pandang pada tingkat individu.
Akan sulit dicapai perubahan pada tingkat kebijakan dan program yang lebih
mendukung terciptanya penghidupan berkelanjutan apabila gagasan dan pentingnya
keberlanjutan belum dipahami oleh masyarakat. Memperhatikan pentingnya hal
tersebut maka ruanglingkup penerapan SL dapat diperluas meliputi beberapa sasaran:
Modul 2
Terkait dengan perencanaan pembangunan baik dalam konteks pembangunan daerah
maupun pembangunan nasional, penerapan pendekatan partisipatif (participatory
approach) dalam praktek perencanaan telah menjadi sebuah kebutuhan mendesak.
Paradigma bahwa perencanaan pembangunan merupakan dominasi para “perencana”
telah bergeser, hal ini sejalan dengan dinamika dan wacana tentang efektifitas proses
dan hasil perencanaan yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah.
Di sisi lain perubahan paradigma ini memunculkan kebutuhan akan metode dan
pendekatan partisipatif yang secara konseptual memenuhi kaidah akademis agar suatu
hasil perencanaan dapat dipertanggung jawabkan, dan secara praktis dapat diadaptasi
oleh para perencana dan lembaga-lembaga perencana di semua tingkatan.
Pendekatan penghidupan berkelanjutan dikembangkan dalam situasi perubahan ini,
dimana pengayaan melalui praktek penerapan terus dilakukan oleh berbagai pihak.
Modul 2
Mengenal proses perencanaan pembangunan
9 Pendekatan Politik;
9 Pendekatan Teknokratik;
9 Pendekatan Partisipatif;
9 Pendekatan Atas-bawah (top-down); dan
9 Pendekatan Bawah-atas (bottom-up).
Modul 2
Ditinjau dari tahapannya, perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4) tahapan
meliputi;
9 Penyusunan rencana;
9 Penetapan rencana;
Modul 2
Bagaimana analisa SL dilakukan ?
Pendekatan SL dapat diterapkan dalam lingkup yang luas antara lain; menganalisa
program dan kebijakan pembangunan secara nasional, atau program-program
pembangunan dan kebijakan di daerah. Serta dapat pula diterapkan dalam lingkup
yang lebih kecil; menganalisa dan merencanakan program-program kegiatan di
lingkungan masyarakat atau kelompok tertentu, yang melibatkan individu dan keluarga.
Perencanaan pembangunan di tingkat desa misalnya, atau perencanaan program
kegiatan bersama kelompok-kelompok masyarakat.
Penerapan dalam berbagai kontek dan lingkup tersebut membutuhkan langkah dan
teknik pendukung untuk menganalisa kondisi penghidupan masyarakat. Analisa
terhadap persoalan atau aspek penghidupan tertentu yang lebih spesifik dapat
menggunakan metode dan teknik yang sesuai. Dalam hal ini pendekatan penghidupan
berkelanjutan tidak dimaksudkan untuk menghasilkan data-data akurat atau meneliti
setiap fenomena dalam masyarakat. Namun mengungkapkan berbagai faktor yang
saling berkaitan dan memiliki pengaruh penting bagi keberlanjutan penghidupan
masyarakat.
Modul 2
Metode dan alat kaji apa saja yang dapat digunakan ?
T erdapat banyak metode dan alat kaji yang dapat digunakan untuk mengungkap
kondisi penghidupan masyarakat. Alat kaji bermanfaat untuk menggali informasi
dan dapat disesuaikan dengan fokus serta konteks persoalan yang hendak diteliti atau
dikaji. Penguasaan beberapa metode dan teknik membutuhkan pengetahuan dasar
pendukung. Alat kaji adalah sarana (tools) dan panduan yang mempermudah untuk
mengenali berbagai persoalan dan menggali potensi yang ada di masyarakat, serta
mengambil langkah yang tepat untuk menghasilkan perubahan yang signifikan.
Ada syarat yang diperlukan agar sebuah metode dapat efektif, yaitu keberpihakan.
Bagaimana agar setiap pihak memiliki perhatian terhadap keberlanjutan penghidupan
bersama, serta mengambil langkah-langkah yang konstruktif, terutama untuk
mengentaskan kelompok masyarakat yang tertinggal, dan tidak justru sebaliknya,
merupakan semangat yang terkandung dalam pendekatan pendekatan ini.
Metode analisa memiliki teknik atau alat kaji (tools) yang masing-masing memiliki
tujuan spesifik sesuai ruanglingkup informasi yang digali. Alat kaji memandu kita untuk
memperoleh informasi yang akurat sesuai konteks. Metode partisipatif (participatory
methods) misalnya, dilengkapi dengan sejumlah tools yang dapat digunakan untuk
memahami kondisi penghidupan maupun merencanakan program secara partisipatif
bersama-sama masyarakat, antara lain;
Dalam prakteknya, analisa dengan menggunakan sejumlah metode dan teknik dapat
dilakukan oleh para fasilitator, tenaga ahli, atau tenaga yang terlatih lainnya. Untuk
melaksanakan perencanaan program di tingkat komunitas misalnya, dapat diawali
dengan melatih tenaga pengelola program dan pendamping atau fasilitator untuk
menguasai sejumlah metode dan teknik perencanaan partisipatif. Demikian pula
kebutuhan di lingkungan pemerintahan, dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di
lingkungan akademis atau sumberdaya yang telah terlatih.
Modul 2
SL mendorong penggunaan metode-metode partisipatif dalam memahami kondisi
penghidupan masyarakat untuk kepentingan perencanaan program dan kebijakan
pembangunan. Fokus analisa dan informasi yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan tahapan perencanaan.
Beberapa metode dan alat kaji akan disimulasikan dalam proses pembelajaran ini.
Akan tetapi dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan di kabupaten dan kota,
setiap instansi dapat memanfaatkan bantuan teknis yang tersedia. Pengalaman
lembaga swadaya masyarakat dalam melaksanakan kegiatan perencanaan partisipatif
bersama masyarakat, termasuk tenaga terampil yang ada, adalah salah satu sumber
yang dapat dimanfaatkan.
Modul 2
Penerapan di tingkat komunitas menuntut adanya proses partisipatif, dimana
masyarakat dilibatkan secara langsung untuk menganalisa kondisi penghidupan
mereka. Kerangka kerja (framework) yang tersedia diharapkan dapat mengarahkan
proses analisa partsipatif bersama masyarakat untuk menemu kenali potensi dan
hambatan dalam upaya mengentaskan persoalan kemiskinan yang ada di lingkungan
mereka secara lebih komprehensif. Proses penerapannya dapat disesuaikan dengan
bentuk dan langkah kegiatan yang tengah berlangsung sesuai dengan kebutuhan.
Dalam hal ini pendekatan penghidupan berkelanjutan memperluas kerangka pemikiran
dan unit analisa yang diperlukan untuk memahami kondisi penghidupan masyarakat.
Secara khusus SL diterapkan dalam proses perencanaan oleh badan dan instansi
pemerintah dalam menyusun program dan kebijakan pembangunan. Penerapannnya
dalam proses perencanaan membawa konsekuensi terhadap langkah, bentuk kegiatan
dan dokumen yang dihasilkan, termasuk biaya yang dibutuhkan. Adopsi pendekatan
penghidupan berkelanjutan dalam perencanaan oleh badan atau instansi pemerintah
mengacu pada peraturan yang ada.
Modul 2
Bagaimana memadukan isu-isu lain dalam analisa SL ?