Penyusun :
Editor :
Diterbitkan oleh:
Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................. ii
Sambutan Kalemdiklat Polri .............................................................................. iii
Keputusan Kalemdiklat Polri .............................................................................. iv
Identitas Buku .................................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................................ viii
Pendahuluan ..................................................................................................... 1
Standar Kompetensi .......................................................................................... 2
MODUL 01 DEMOKRATISASI PEMOLISIAN (DEMOCRATIC 3
POLICING) DALAM POLMAS BAGI BINTARA POLRI ....
Pengantar ........................................................................... 3
Kompetensi Dasar ............................................................ 3
Materi Pelajaran ................................................................ 4
Metode Pembelajaran ....................................................... 4
Alat/Media Bahan, dan Sumber Belajar ............................ 5
Kegiatan Pembelajaran ..................................................... 6
Tagihan/Tugas ................................................................... 6
Lembar Kegiatan ............................................................... 7
Bahan Bacaan .................................................................... 7
1. Definisi dan Pengertian ................................................ 7
2. Konsepsi Demokratisasi Pemolisian (Karakteristik) .... 8
3. Prinsip-prinsip Demokratisasi Pemolisian..................... 9
4. Pemolisian Masa Depan (Perspektif Demokratisasi 11
pemolisian) ...................................................................
5. Kegiatan Demokratisasi Pemolisian dalam Pemolisian 13
Masyarakat yang bisa dilakukan oleh Pengemban
Polmas (Bintara)...........................................................
Rangkuman ........................................................................ 16
Latihan ............................................................................... 18
Pengantar
Kompetensi Dasar
Memahami dan mampu menerapkan Pemolisian Masyarakat dalam
rangka mendukung pelaksanaan tugas penegakkan hukum.
DEMOKRATISASI PEMOLISIAN
MODUL (DEMOCRATIC POLICING )
01 DALAM POLMAS BAGI BINTARA POLRI
4 JP (180 menit)
Pengantar
Kompetensi Dasar
Memahami Demokratisasi Pemolisian (Democratic Policing) dalam
Polmas bagi Bintara Polri.
Materi Pelajaran
Pokok Bahasan:
Demokratisasi Pemolisian (Democratic Policing) dalam Polmas bagi
Bintara Polri.
Sub Pokok Bahasan:
1. Definisi dan pengertian Demokratisasi Pemolisian (Democratic
Policing);
2. Konsepsi Demokratisasi Pemolisian (Karakteristik);
3. Prinsip-prinsip Demokratisasi Pemolisian;
4. Pemolisian Masa Depan (Perspektif Demokratisasi pemolisian);
5. Kegiatan Demokratisasi Pemolisian dalam Pemolisian Masyarakat
yang bisa dilakukan oleh Pengemban Polmas (Bintara Polri).
Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang
Demokratisasi Pemolisian (Democratic Policing) dalam Polmas
bagi Bintara Polri.
2. Metode Brainstroming
Metode ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman
peserta didik tentang materi yang akan disampaikan.
3. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.
4. Metode Penugasan
Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik
yang berkaitan dengan materi yang telah diberikan.
1. Alat/Media
a. Whiteboard;
b. Flipchart;
c. Komputer/laptop;
d. LCD dan screen;
e. Laser;
f. Pointer.
2. Bahan
a. Kertas flipchart;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
b. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2010 tanggal 30 September 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Tingkat Mabes Polri;
c. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat;
d. Surat Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia
No.Pol.:Skep/431/VII/2006 tanggal 1 Juni 2006 tentang
Pedoman Pembinaan Personel Pengemban Fungsi Polmas;
e. Surat Keputusan Kapolri No.Pol.:Skep/432/VII/2006 tanggal 1
Juni 2006 tentang Panduan Pelaksanaan Pemolisian
Masyarakat (Polmas);
f. “Democratic Policing” oleh Jenderal Polisi Drs. H. Muhammad
Tito Karnavian, MA, PhD dan Prof (Ris) H. Hermawan
Sulistyo, MA, PhD pada bulan Oktober Tahun 2017;
g. “Demokratisasi Pemolisian dan Strategi Keluar dari Zona
Nyaman” oleh Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M.Si. Tahun
2016.
Kegiatan Pembelajaran
Tagihan / Tugas
Lembar Kegiatan
Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk membuat resume
tentang materi pelajaran yang telah disampaikan.
Bahan Bacaan
DEMOKRATISASI PEMOLISIAN
(DEMOCRATIC POLICING)
DALAM POLMAS BAGI BINTARA POLRI
Keberadaan dan fungsi polisi dalam pelayanan masyarakat adalah
sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat. Bagi masyarakat
di daerah terpencil dengan pranata adat yang belum mampu mengelola
sendiri keteraturan sosialnya, kehadiran polisi dibutuhkan, juga bagi
masyarakat plural dan kompleks (pedesaan dan kota) dimana pranata
adat tidak fungsional lagi, maka pengelolaan keteraturan sosial
membutuhkan institusi kepolisian untuk menangani dan mengatasi
berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat, khususnya
keamanan.
Sosok polisi yang ideal di seluruh dunia adalah, polisi yang cocok
dengan masyarakat. Berdasarkan prinsip ini, masyarakat mengharapkan
polisi yang sesuai dengan keteraturan sosial. Polisi dituntut berubah,
dari polisi antagonis (polisi yang tidak peka terhadap dinamika dan
melakukan gaya pemolisian yang bertentangan dengan masyarakat),
menjadi polisi protagonis (terbuka terhadap dinamika masyarakat dan
mengakomodasikan ke dalam tugas-tugasnya.
Para petugas polisi harus mampu mengimplementasikan dalam
pemolisiannya, mampu observasi terhadap gejala dan peristiwa, mampu
menganalisa gejala dan peristiwa, mampu mengamati dan memprediksi
hubungan untuk menentukan strategi pemolisiannya, memecahkan
masalah sosial (problem solving), mengembangkan kreatifitas dan yang
terpenting Polri dipercaya masyarakat.
b. Kolaborasi
Polisi harus dapat berkolaborasi dengan anggota masyarakat
dan organisasi lain dalam menyelesaikan setiap
permasalahan. Untuk itu polisi harus memilih strategi
pemolisian yang dijalankannya. Gaya kolaboratif ini
diterapkan melalui tata cara kepemimpinan yang berjenjang
dalam setiap level lembaga kepolisian. Artinya pemimpin
polisi harus secara aktif mendengarkan setiap keluhan
anggota dan bekerja sama dengan mereka dalam
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.
c. Terdidik dan terlatih
Setiap anggota kepolisian harus memulai karirnya dengan
pendidikan yang luas dan maju dalam bidang sains dan
humaniora. Pelatihan ini harus terdiri dari kursus pelatihan
yang ketat dan ekstentif dalam iklim belajar orang dewasa
yang mengajarkan etika dan keterampilan demokratisasi
pemolisian.
d. Efektif dan preventif
Tanda atau ciri dari lembaga kepolisian yang baik adalah
setiap anggota yang bekerja di dalamnya terus berusaha
untuk menangani permasalahan kepolisian secara efektif dan
adil. Dimana mereka selalu menekankan untuk mencegah
kejahatan dan terjaganya kondisi yang damai dalam
masyarakat. Untuk itu polisi bisa menerapkan hasil dari riset
dan pengetahuan praktis, dengan menggunakan pendekatan
metode pemecahan masalah menuju tujuan.
e. Jujur
Kejujuran dan praktik etis yang baik sangat penting.
Pencarian ciri-ciri ini dalam setiap anggota polisi, dimulai dari
proses seleksi dan berlanjut sepanjang karir seorang polisi.
Untuk itu hanya anggota polisi yang telah menunjukkan
pengambilan keputusan yang baik saja yang bisa dipilih.
f. Model warga
Seorang petugas polisi tidak hanya harus menjadi polisi yang
baik, tapi juga warga negara yang baik. Karena anggota
polisi adalah juga anggota masyarakat. Untuk itu seorang
petugas polisi harus memodelkan nilai dan kebajikan asas
kewarganegaraan yang baik dalam kehidupan profesional
sebagai petugas polisi dan pribadinya sebagai anggota
masyarakat.
g. Penjaga perdamaian dan pelindung
Di atas segalanya, peran polisi adalah sebagai penjaga
perdamaian dalam masyarakat. Ia bukan hanya sebagai
penegak hukum dan pemberantas kejahatan. Oleh sebab itu,
PEMOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS) 10
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Rangkuman
1. Demokratisasi Pemolisian adalah sebuah proses penerapan
upaya pemolisian yang sesuai dengan tuntutan/harapan
masyarakat berdasarkan kaidah kualitas kinerja kepoisian yang
terbaik disertai upaya pengawasan secara menyeluruh dengan
asas-asas prinsip transparansi, keadilan dan profesionalisme.
Pertama, polisi harus bekerja sesuai dengan prinsip demokrasi
yaitu profesional, Kedua, mengacu pada hukum, dan menjunjung
nilai-nilai etika dan norma yang berlaku di masyarakat, Ketiga,
melindungi kehidupan masyarakat, melayani masyarakat tanpa
pamrih dan bertanggung jawab, Kelima, perlindungan yang
Latihan
1. Jelaskan pengertian Demokratisasi Pemolisian (Democratic
Policing)!
2. Jelaskan tujuan Demokratisasi Pemolisian (Democratic Policing)!
3. Sebutkan gagasan Demokratisasi Pemolisian (Democratic
Policing)!
4. Jelaskan prinsip–prinsip Demokratisasi Pemolisian (Democratic
Policing)!
5. Jelaskan Pemolisian Masa Depan (Perspektif Demokratisasi
Pemolisian)!
6. Sebutkan Kegiatan Demokratisasi Pemolisian dalam Pemolisian
Masyarakat yang bisa dilakukan oleh Pengemban Polmas
(Bintara)!
7. Jelaskan hubungan Demokratisasi Pemolisian (Democratic
Policing) dalam implementasi di lapangan!
HAKIKAT
MODUL PEMOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS)
02
4 JP (180 menit)
Pengantar
Dalam modul ini membahas materi tentang pengertian yang berkaitan
dengan Polmas, tujuan Polmas, prinsip Polmas, falsafah Polmas,
fungsi Polmas, strategi Polmas dan sasaran Polmas.
Kompetensi Dasar
Memahami hakikat Polmas.
Indikator hasil belajar :
1. Menjelaskan pengertian yang berkaitan dengan Polmas;
2. Menjelaskan tujuan Polmas;
3. Menjelaskan prinsip Polmas;
4. Menjelaskan falsafah Polmas;
5. Menjelaskan fungsi Polmas;
6. Menjelaskan strategi Polmas;
7. Menjelaskan sasaran Polmas.
Materi Pelajaran
Pokok Bahasan:
Hakikat Polmas.
Sub Pokok Bahasan:
1. Pengertian yang berkaitan dengan Polmas;
2. Tujuan Polmas;
3. Prinsip Polmas;
4. Falsafah Polmas;
5. Fungsi Polmas;
6. Strategi Polmas;
7. Sasaran Polmas.
Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang Hakikat
Polmas.
Kegiatan Pembelajaran
Tagihan / Tugas
Lembar Kegiatan
Peserta didik membuat resume.
Bahan Bacaan
HAKIKAT POLMAS
Model Polmas “Perpolisian Masyarakat”, merupakan bentuk
perpolisian yang dikembangkan banyak negara dan merupakan satu
model Perpolisian yang sangat penting di Asia. Tidak seperti model
militeristik yang umumnya banyak terdapat di banyak negara
berkembang, Polmas memiliki potensi untuk menjadi model perpolisian
yang akan diikuti kebanyakan negara demokratis pada abad ke–21.
Di negara-negara barat, model Polmas berkembang karena
organisasi kepolisian disana menyadari bahwa sebagian besar upaya
mereka untuk “memberantas kejahatan” tidaklah efektif. Mereka pun
mengadakan penelitian untuk mengetahui efektifitas kegiatan yang
terdapat dalam model perpolisian tradisional seperti patroli preventif,
reaksi cepat terhadap peristiwa-peristiwa kejahatan, dan kegiatan
investigasi kejahatan.
Polmas diberbagai negara didunia memiliki definisi yang berbeda,
hal ini terjadi karenan setiap negara memiliki latar belakang budaya
yang berbeda pula. Namun paragrap berikut ini memberikan satu
definisi berdasarkan peraturan yang berlaku dilingkungan Polri yaitu
Polmas di adopsi dari Community Policing.
2. Tujuan Polmas
3. Prinsip Polmas
4. Falsafah Polmas
Falsafah Polmas:
a. Masyarakat bukan merupakan objek pembinaan, melainkan
sebagai subjek dan mitra yang aktif dalam memelihara
Kamtibmas di lingkungannya sesuai dengan hukum dan hak
asasi manusia;
b. Penyelenggaraan keamanan tidak akan berhasil, bila hanya
dilakukan oleh Polri, melainkan harus bersama-sama dengan
masyarakat dalam menangani permasalahan Kamtibmas;
c. Menitikberatkan pada upaya membangun kepercayaan
masyarakat terhadap Polri melalui kemitraan yang didasari
oleh prinsip demokrasi dan hak asasi manusia;
d. Bersikap dan berperilaku sebagai mitra masyarakat yang
lebih mengutamakan pelayanan, menghargai kesetaraan
antara Polisi dengan masyarakat serta mendorong
masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengamankan
lingkungannya;
e. Membangun kepercayaan masyarakat dilakukan melalui
komunikasi dua arah secara intensif antara Polri dengan
masyarakat dalam kemitraan yang setara untuk
pemeliharaan Kamtibmas;
f. Mengupayakan pengembangan sistem Polmas yang ada
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan nilai-
nilai budaya lokal; dan
5. Fungsi Polmas
Fungsi Polmas:
a. Mengajak masyarakat melalui kemitraan dalam rangka
pemeliharaan Kamtibmas;
b. Membantu masyarakat mengatasi masalah sosial di
lingkungannya dalam rangka mencegah terjadinya gangguan
Kamtibmas;
c. Mendeteksi, mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan
prioritas masalah, dan merumuskan pemecahan masalah
Kamtibmas; dan
d. Bersama masyarakat menerapkan hasil pemecahan masalah
Kamtibmas.
6. Strategi Polmas
Strategi Polmas antara lain:
a. Kemitraan dan kerja sama dengan masyarakat atau
komunitas;
b. Pemecahan masalah;
c. Pembinaan keamanan swakarsa;
d. Penitipan eksistensi FKPM kedalam pranata masyarakat
tradisional;
e. Pendekatan pelayanan Polri kepada masyarakat;
f. Bimbingan dan penyuluhan;
g. Patrol dialogis;
h. Intensifikasi hubungan Polri dengan komunitas;
i. Koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis kepolisian;
j. Kerja sama bidang Kamtibmas.
7. Sasaran Polmas
Sasaran Polmas antara lain:
a. Kepercayaan masyarakat/komunitas terhadap Polri;
b. Kesadaran dan kepedulian masyarakat/komunitas terhadap
potensi ancaman/gangguan keamanan, ketertiban dan
ketentraman di lingkungannya;
c. Kemampuan masyarakat untuk mengidentifikasi akar
permasalahan yang terjadi di lingkungannya, bekerjasama
dengan Polri untuk melakukan analisis dan pemecahan
masalahnya;
Rangkuman
1. Pemolisian masyarakat (Comunnity Policing) adalah suatu
kegiatan untuk mengajak masyarakat melalui kemitraan anggota
Polri dan masyarakat, sehingga mampu mendeteksi dan
mengidentifikasi permasalahan keamanan dan ketertiban
masyarakat (Kamtibmas) di lingkungan serta menentukan
pemecahan masalahnya.
Latihan
1. Jelaskan pengertian yang berkaitan dengan Polmas!
2. Jelaskan tujuan Polmas!
3. Jelaskan prinsip Polmas!
4. Jelaskan falsafah Polmas!
5. Jelaskan fungsi Polmas!
6. Jelaskan strategi Polmas!
7. Jelaskan sasaran Polmas!
Pengantar
Kompetensi Dasar
Materi Pelajaran
Pokok Bahasan:
Pelaksanaan dan Pengawasan Pengendalian Pemolisian Masyarakat.
Subpokok Bahasan:
a. Pelaksanaan Polmas;
b. Model-model Pelaksanaan Polmas;
c. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM);
d. Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling);
e. Kelompok Sadar Keamanan Dan Ketertiban Masyarakat
(Pokdarkamtibmas);
f. Pengawasan;
g. Pengendalian.
Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah.
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang
pelaksanaan dan pengawasan pengendalian Pemolisian
Masyarakat.
2. Metode Brainstroming (Curah Pendapat).
Metode ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman
peserta didik tentang materi yang akan disampaikan.
3. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.
4. Metode Penugasan.
Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik
yang berkaitan dengan materi yang telah diberikan.
5. Metode Diskusi
Metode ini digunakan untuk mendiskusikan materi pelaksanaan
dan pengawasan pengendalian Pemolisian Masyarakat.
1. Alat/Media
a. Whiteboard;
b. Flipchart;
c. Komputer/laptop;
d. LCD dan screen;
e. Laser;
f. Pointer.
2. Bahan
a. Kertas;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
b. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 03
Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat;
c. Modul Pelatihan Polmas Kerjasama Baharkam, Lemdiklat
Polri dan JICA.
Kegiatan Pembelajaran
Tagihan / Tugas
Lembar Kegiatan
1. Materi diskusi :
a. Kelompok 1: mendiskusikan tentang Pelaksanaan Polmas
dan Model-model Pelaksanaan Polmas;
b. Kelompok 2: mendiskusikan tentang Forum Kemitraan
Polisi dan Masyarakat (FKPM) dan Sistem
Keamanan Lingkungan (Siskamling);
c. Kelompok 3: mendiskusikan tentang Kelompok Sadar
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(Pokdarkamtibmas);
d. Kelompok 4 : mendiskusikan tentang Pengawasan dan
Pengendalian.
2. Peserta didik membuat resume materi.
Bahan Bacaan
1. Pelaksanaan Polmas.
a. Pengemban Polmas.
b. Bhabinkamtibmas.
1) Pengorganisasian Bhabinkamtibmas
a) Bhabinkamtibmas diangkat berdasarkan
Keputusan Kepala Kepolisian Resor (Kapolres);
b) Bhabinkamtibmas wajib menerapkan prinsip-
prinsip Polmas.
2) Fungsi Bhabinkamtibmas
a) Melaksanakan kunjungan/sambang kepada
masyarakat untuk:
(1) Mendengarkan keluhan warga masyarakat
tentang permasalahan Kamtibmas dan
memberikan penjelasan serta
penyelesaiannya;
(2) Memelihara hubungan silahturahmi/
persaudaraan.
b) Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan
Kamtibmas untuk meningkatkan kesadaran hukum
dan Kamtibmas dengan menjungjung tinggi Hak
Asasi Manusia (HAM);
c) Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan
pimpinan Polri berkaitan dengan pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat
(Harkamtibmas);
d) Mendorong pelaksanaan Siskamling dalam
pengamanan lingkungan dan kegiatan
masyarakat;
e) Memberikan pelayanan kepolisian kepada
masyarakat yang memerlukan;
f) Menggerakkan kegiatan masyarakat yang bersifat
positif;
g) Mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas
dengan perangkat desa/kelurahan dan pihak-pihak
terkait lainnya; dan
h) Melaksanakan konsultasi, mediasi, negosiasi,
fasilitasi, motivasi kepada masyarakat dalam
Harkamtibmas dan pemecahan masalah kejahatan
dan sosial.
4) Wewenang Bhabinkamtibmas
a) Menyelesaikan perselisihan warga masyarakat
atau komunitas;
b) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan
sebagai tindak lanjut kesepakatan FKPM dalam
memelihara keamanan lingkungan;
c) Mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan
melakukan tindakan pertama (TP) di TKP;
d) Mengawasi aliran kepercayaan dalam masyarakat
yang dapat menimbulkan perpecahan dan
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
5) Keterampilan Bhabinkamtibmas.
Sebagai seorang Bhabinkamtibmas harus memiliki
keterampilan antara lain:
a) Deteksi dini;
b) Komunikasi sosial;
c) Negosiasi dan mediasi;
d) Kepemimpinan;
e) Pemecahan masalah sosial.
6) Perlengkapan Bhabinkamtibmas.
Perlengkapan Bhabinkamtibmas meliputi:
a) Jas hujan;
b) Rompi;
c) Jaket;
PEMOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS) 38
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
d) Senter;
e) Ransel kerja;
f) Kamera;
g) Komputer dan modem;
h) Alat komunikasi (HP, HT, megaphone/wireless);
i) Kartu nama;
j) Blangko kunjungan;
k) Stiker kunjungan;
l) Brosur Kamtibmas;
m) Buku agenda;
n) Peta desa/kelurahan;
o) Garis polisi (Police line);
p) Alat tulis kantor (ATK );
q) Alat mobilitas (sepeda motor/sepeda/lain-lain).
Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugas dapat
diberikan Rumah Dinas. Rumah Dinas Bhabinkamtibmas
merangkap sebagai kantor, yang dilengkapi dengan fasilitas
alat komunikasi.
1) Pimpinan FKPD;
2) Tokoh masyarakat;
3) Tokoh agama;
4) Tokoh adat;
5) Pimpinan media massa;
6) Cendekiawan/civitas akademika;
7) Pimpinan LSM/Ormas;
8) Pimpinan organisasi pemuda;
9) Pimpinan organisasi perempuan.
1) Pimpinan Muspika;
2) Tokoh masyarakat;
3) Tokoh agama;
4) Tokoh adat;
5) Pimpinan media massa;
6) Cendekiawan/civitas akademika;
7) Pimpinan LSM/Ormas;
8) Pimpinan organisasi pemuda;
9) Pimpinan organisasi perempuan.
a) Kepala Desa/Lurah;
b) LMK/LMD;
c) Tokoh masyarakat;
d) Tokoh agama;
e) Tokoh adat;
f) Pimpinan media massa;
g) Cendekiawan/civitas akademika;
h) Pimpinan LSM/Ormas;
i) Pimpinan organisasi pemuda;
j) Pimpinan organisasi Perempuan.
3) Fungsi Siskamling:
a) Warga masyarakat
Warga masyarakat dalam lingkungan pemukiman
baik perorangan, keluarga, kelompok masyarakat
dan lingkungan masyarakat pada umumnya dapat
merupakan obyek gangguan Kamtibmas, akan
tetapi di satu sisi masyarakat merupakan unsur
PEMOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS) 49
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
b) Harta benda
Harta benda dapat menjadi obyek gangguan
Kamtibmas terutama harta yang memiliki nilai
ekonomi (rumah, tanah, perhiasan, uang, surat
berharga, kendaraan, hasil pertanian, hasil
industri, sarana perhubungan dan lain-lain)
maupun nilai sosio cultural relegius seperti benda-
benda peninggalan nenek moyang/leluhur yang
dianggap memiliki nilai magis.
c) Informasi
Sasaran pengamanan informasi meliputi dokumen
penting milik warga (sertifikat, surat kendaraan dll)
dan hal-hal yang berkenaan dengan kegiatan
sosial ekonomi masyarakat (warga yang menerima
pembayaran uang banyak hasil penjualan tanah,
ternak, hasil pertanian dll).
d) Kegiatan masyarakat
Kegiatan-kegiatan masyarakat di bidang sosial,
ekonomi dan spiritual yang biasanya dihadiri oleh
banyak warga masyarakat.
3) Metode pengamanan
a) Pelaksanaan Siskamling di lingkungan pemukiman
yang dikembangkan dengan mengutamakan
upaya pencegahan dan penangkalan gangguan
Kamtibmas, yang dilakukan secara terpadu untuk
menumbuhkembangkan sikap mental dan
kepekaan dan daya tanggap warga masyarakat,
direalisasikan dan diintegrasikan melalui
pembentukan Pos Kamling;
b) Pos Kamling beserta seluruh perangkatnya
merupakan salah satu sarana dalam
penyelenggaraan keamanan dan ketertiban
masyarakat di lingkungan pemukiman;
c) Untuk terlaksananya kegiatan pengamanan
lingkungan pemukiman di Pos Kamling secara
efektif dan terpadu, dilaksanakan
pengorganisasian Pos Kamling yang menjelaskan
tentang tugas, fungsi, kegiatan, personel,
peralatan, kemampuan awak Pos Kaling, Tipe Pos
Kamling dan hubungan tata cara kerja antar Pos
Kamling.
Contoh:
- Daerah yang relatif aman tipe pos kamlingnya
lebih rendah (kurang mantap) dari daerah yang
rawan;
- Pada suatu saat daerah yang sangat aman serta
bobot ancaman nol Pos Kamling dapat dianggap
tidak perlu;
- Tipe Pos Kamling rendah (kurang mantap) sampai
kepada mantap bergerak dari tipe C ke Tipe B dan
Tipe A.
c. Peranan Pokdarkamtibmas
1) Strategi Binkamtibmas melakukan Binluh;
2) Sebagai mitra Polri mewujudkan Kamtibmas
lingkungan;
3) Sebagai FKPM melakukan problem solving;
4) Informan dalam upaya Harkamtibmas lingkungan;
5) Teladan.
d. Strategi Pokdarkamtibmas
e. Pembentukan Pokdarkamtibmas
1) Perekrutan:
a) WNI memiliki KTP setempat;
b) Berkelakuan baik;
c) Memiliki wawasan dan pengetahuan luas;
d) Mampu berkomunikasi dengan baik kepada
masyarakat, Pemerintah Daerah dan Polri;
e) Berusia minimal 21 tahun.
2) Penyiapan kelompok:
a) Perekrutan (intern organisasi);
b) Cara penyiapan kelompok oleh Bhabinkamtibmas.
Bhabinkamtibmas melakukan pendekatan kepada
ketua RT dan RW dan Kelurahan/desa yang
memiliki potensi: Tomas, Toga, Todat,
pengusaha,LSM, dan sebagainya;
c) Mencatat, melakukan pendekatan;
d) Jumlah minimal 5 orang/keluarga;
e) Disyahkan dan memiliki KTA.
6. Pengawasan.
7. Pengendalian.
1) Tahap pertama:
a) Pengamatan;
b) Monitoring;
c) Pemeriksaan laporan;
d) Wawancara;
e) Supervisi.
2) Tahap kedua:
a) Analisis dan evaluasi bersama;
b) Asistensi;
c) Pemberian petunjuk/arahan/bimbingan.
Rangkuman
Latihan
1. Jelaskan tentang pelaksanaan Polmas!
2. Jelaskan model pelaksanaan Polmas!
3. Jelaskan tugas Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat!
4. Jelaskan tentang Siskamling!
5. Jelaskan tentang Pokdarkamtibmas!
6. Jelaskan pengawasan Polmas!
7. Jelaskan pengendalian Polmas!
Pengantar
Kompetensi Dasar
Materi Pelajaran
Pokok Bahasan:
Kegiatan kunjungan.
Subpokok Bahasan:
1. Pengertian kegiatan kunjungan;
2. Maksud, tujuan dan target dari kegiatan kunjungan;
3. Pelaksanaan kegiatan kunjungan;
4. Poin penting saat pelaksanaan kegiatan kunjungan serta poin
informasi dan pengarahan;
5. Pengisian blangko kunjungan;
6. Praktik cara mengisi blanko kunjungan;
7. Administrasi blangko kunjungan;
8. Sistim pelaporan;
9. Hal yang perlu diperhatikan mengenai kegiatan kunjungan;
10. Praktik kegiatan kunjungan.
Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah.
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang kegiatan
kunjungan.
2. Metode Brainstroming (Curah Pendapat)
Metode ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman
peserta didik tentang materi yang akan disampaikan.
3. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.
4. Metode Penugasan
Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik
yang berkaitan dengan materi yang telah diberikan.
5. Metode Praktek
Metode ini digunakan untuk mempraktekkan materi kegiatan
kunjungan.
6. Metode Simulasi/Bermain Peran
Metode ini digunakan untuk mensimulasikan materi kegiatan
kunjungan.
1. Alat/Media
a. Whiteboard;
b. Flipchart;
c. Komputer/laptop;
d. LCD dan screen;
e. Laser;
f. Pointer.
2. Bahan
a. Kertas;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
b. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 03
Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat;
c. Modul Pelatihan Polmas Kerjasama Baharkam, Lemdiklat
Polri dan JICA.
Kegiatan Pembelajaran
1. Tahap awal : 10 menit
Pendidik melaksanakan apersepsi:
a. Membuka kelas dan memberikan salam;
b. Pendidik menyampaikan tujuan dan materi yang akan
disampaikan dalam proses pembelajaran.
Tagihan / Tugas
Lembar Kegiatan
Bahan Bacaan
KEGIATAN KUNJUNGAN
7. Sistem Pelaporan.
a. Para Bhabinkamtibmas setiap selesai melaksanakan
kunjungan melaporkan kepada Kanit Binmas, selanjutnya
Kanit Binmas mengecek dan merekap hasilnya;
JUMLAH
Rangkuman
Latihan
PEMECAHAN MASALAH
MODUL (PROPBLEM SOLVING)
05
8 JP (360 menit)
Pengantar
Kompetensi Dasar
Materi Pelajaran
1. Pokok Bahasan:
Pemecahan dan penanganan masalah.
Subpokok Bahasan:
a. Pemahaman tentang masalah;
b. Penerapan pemecahan masalah.
2. Pokok Bahasan:
Kegiatan pemecahan masalah
Subpokok Bahasan:
a. Pengertian kegiatan pemecahan masalah;
b. Kegiatan pemecahan masalah oleh petugas
Bhabinkamtibmas;
c. Kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan bersama
masyarakat;
d. Praktik kegiatan pemecahan masalah.
Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah.
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang
pemecahan dan penanganan masalah serta kegiatan pemecahan
masalah.
2. Metode Brainstroming (Curah Pendapat)
Metode ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman
peserta didik tentang materi yang akan disampaikan.
3. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.
4. Metode Penugasan
Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik
yang berkaitan dengan materi yang telah diberikan.
5. Metode Diskusi
Metode ini digunakan untuk mendiskusikan materi pemecahan
masalah (Problem Solving).
6. Metode Simulasi/Bermain Peran
Metode ini digunakan untuk mensimulasikan materi pemecahan
masalah (problem solving).
PEMOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS) 80
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
1. Alat/Media
a. Whiteboard;
b. Flipchart;
c. Komputer/laptop;
d. LCD dan screen;
e. Laser;
f. Pointer.
2. Bahan
a. Kertas;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
b. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 03
Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat;
c. Modul Pelatihan Polmas Kerjasama Baharkam, Lemdiklat
Polri dan JICA.
Kegiatan Pembelajaran
Tagihan / Tugas
Lembar Kegiatan
1. Diskusi 1.
a. Kelompok 1 mendiskusikan tentang definisi masalah, kriteria
masalah dan penerapan pemecahan masalah.
b. Kelompok 2 mendiskusikan tentang pemecahan masalah dan
model Sare langkah (kesatu dan kedua).
c. Kelompok 3 mendiskusikan tentang kegiatan pemecahan
masalah oleh petugas Bhabinkamtibmas.
d. Kelompok 4 mendiskusikan tentang kegiatan pemecahan
masalah yang dilakukan bersama masyarakat
e. Kelompok 5 mendiskusikan tentang pemecahan masalah dan
model Sare (langkah ketiga dan keempat).
2. Skenario drama.
a. Kelompok 1
Skenario 1 (Pelayanan)
Tema Drama : Pemecahan Masalah “orang dipasung”, oleh
Bhabinkamtibmas.
Keterangan
Orang Tua : Muktar
Bhabinkamtibmas : Akyar
Narator : Rachmad
Permasalahan
Adanya suatu masalah di dalam masyarakat yang sudah
meresahkan dan memalukan yaitu adanya salah satu
warganya yang sakit jiwa dan dipasung oleh keluarganya.
Narator : Di desa Pekayon tinggal satu keluarga yang
memiliki anak yang dipasung. Pada suatu hari
saat Bhabinkamtibmas melaksanakan kunjungan
DDS ke rumah warga dan mendapatkan informasi
bahwa tetangganya yang memiliki seorang anak
PEMOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS) 83
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
b. Kelompok 2
Skenario 2 (Kasus Tindak Pidana)
Tema Drama : Pemecahan Masalah “perselisihan antar
warga”, oleh Bhabinkamtibmas.
Keterangan
Tetangga 1 : Ahyar
Tetangga 2 : Erik
Bhabinkamtibmas : Muktar
Narator : Rachmad
Permasalahan
Adanya suatu masalah di dalam masyarakat dimana ada
perselisihan antar tetangga, karena anaknya saling ejek
sehingga orang tua kedua anak tersebut ikut campur dan
terjadi cekcok mulut yang menyebabkan ada pemukulan.
Narator : Pada saat Bhabinkamtibmas melaksanakan patroli
PEMOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS) 84
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Bahan Bacaan
POKOK BAHASAN 1
PEMECAHAN DAN PENANGANAN MASALAH
a. Definisi Masalah.
Masalah didefinisikan sebagai suatu kondisi, kejadian dan
keadaan yang mengejutkan, merugikan, mengancam,
menyebabkan ketakutan, atau cenderung menyebabkan
ketidaktertiban dalam masyarakat, terutama kejadian-kejadian
yang kelihatannya tidak saling berkaitan.
Bila kita amati lebih dalam, banyak masalah memiliki kesamaan
karakteristik, contohnya dalam pola, korban, atau lokasi
geografis.
Sebenarnya, pendekatan pemecahan masalah bukan
sekedar model perpolisian. Pemecahan masalah adalah suatu
strategi operasional yang bertujuan mengelompokkan kejadian-
kejadian yang saling berhubungan sebagai suatu kelompok
masalah, mencari akar penyebabnya, dan kemudian bersama
dengan masyarakat memformulasikan pemecahan permasalahan
secara khusus. Tujuannya adalah menangani masalah dan akar
permasalahannya, baik dalam jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang.
b. Kriteria Masalah
Suatu kejadian baru dapat dianggap sebagai masalah jika
memenuhi dua kriteria berikut:
1) Kejadiannya terjadi berulang-ulang atau saling berkaitan;
2) Polisi maupun masyarakat prihatin terhadap permasalahan
tersebut.
Suatu masalah adalah dua kejadian atau lebih yang
memiliki kemiripan dalam satu atau beberapa unsurnya,
menyebabkan terjadinya kejahatan, ketakutan, atau
ketidaktertiban. Suatu masalah bukan suatu kejadian yang tidak
PEMOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS) 88
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
sama dengan suatu kejadian yang terjadi sekali saja atau yang
tidak ada kaitannya dengan kejadian lain melainkan merupakan
kejadian yang terjadi berulang kali atau saling berkaitan.
Jika ditemukan kejadian, telepon permintaan bantuan,
pengaduan yang kemungkinan besar terulang kembali, atau
berkaitan dengan kejadian-kejadian lainnya, maka hal ini sudah
memenuhi syarat sebagai permasalahan yang harus dipecahkan.
Pencurian berulang pada alamat yang sama, pola pencurian
kendaraan tertentu di satu daerah, serta telepon permintaan
bantuan atau pengaduan yang berulang-ulang dari alamat yang
sama, adalah contoh permasalahan yang perlu ditangani.
Umumnya tidak banyak jumlah kejadian yang hanya sekali
terjadi yang menjadi perhatian anggota polisi. Semestinya
kejadian-kejadian seperti ini ditangani tersendiri. Namun,
umumnya kejahatan, kekacauan, dan ketakutan yang ada di
masyarakat saling terkait satu sama lainnya. Misalnya, sudut
jalan yang sering digunakan sebagai tempat penjualan narkoba
pasti memicu berbagai problem keamanan untuk masyarakat
sekitarnya. Jadi, setiap tindak kejahatan bukan terjadi sendiri-
sendiri dan kejahatan biasanya terkonsentrasi.
Hubungan antara kejadian-kejadian yang saling berkaitan
atau yang berulang dapat dilihat dengan cara memfokuskan pada
karakteristik tertentu.
Fokus tersebut adalah:
1) Perilaku
a) Pelaku modus operandi yang sama;
b) Ciri-ciri korban sama yang ditemukan;
c) Orang-orang yang memilki ciri-ciri yang sama seperti
korbannya, pelakunya atau pelapornya;
d) Perilaku yang sama dari pelakunya, korbannya, atau
saksinya.
2) Wilayah
Merupakan tempat-tempat kejadian yang terkait, di
lokasi yang sama atau terkonsentrasi di wilayah tertentu.
Misalnya, kecelakaan lalu lintas serius di perempatan jalan
tertentu, pencurian di lingkungan tertentu, dan telepon
pengaduan yang berasal dari alamat yang sama. Semua
yang terjadi berulang-ulang.
3) Orang
Perhatikan masalah atau kejadian yang dilakukan atau
diprovokasi oleh kelompok tertentu (misalnya, pengrusakan
yang dilakukan oleh remaja).
4) Waktu
Dalam menilai suatu kasus tidak hanya secara
kuantitas waktu tetapi lebih cenderung kepada kualitasnya
waktu itu sendiri, misalnya kejadian-kejadian itu saling
berkaitan, karena terjadi pada waktu-waktu tertentu dan
pada jam tertentu dalam sehari atau pada hari tertentu
dalam seminggu, atau pada suatu musim tertentu.
2. Penerapan Pemecahan Masalah
Melalui penerapan pemacahan masalah, petugas kepolisian akan
menghadapi tantangan baru dalam mempelajari fenomena-fenomena
yang dihadapi dalam pekerjaan sehari-hari. Berbagai fenomena dilihat
dari sudut pandang berbeda guna mendapatkan analisis yang tajam.
Untuk itu, anggota polisi harus memilki keterampilan mengamati hal-
hal yang sering membingungkan dalam kejadian-kejadian yang saling
berkaitan, serta mencatat tren dan pola kejadian. Setelah itu, perlu
dianalisis dan dipelajari tentang karakteristik fisik, sosial, dan
lingkungan yang berpengaruh dalam membentuk pola dan tren
tersebut. Anggota polisi diharapkan menerapkan pemecahan masalah
untuk dapat menguraikan dan menangani berbagai sisi kejadian-
kejadian dan kondisi yang membentuk permasalahan itu.
Pada praktiknya, polisi dalam mengurangi dampak permasalahan
perlu menerapkan proses pemecahan masalah, seperti model SARE
(Scanning, Analisis, Respon, dan Evaluasi), dan model-model lain
sebagai alat untuk menangani hal-hal yang terkait dengan kejahatan,
ketakutan, dan ketidaktertiban yang meresahkan warga dan menjadi
kebutuhan dan harapan masyarakat dan polisi setempat.
b) Frekuensi
Pada tahun 1991, tercatat ada 11.835 kasus
perampokan yang dilaporkan ke kantor polisi di
Pretoria Utara, Amerika Serikat. Penelitian terhadap
korban menemukan adanya 16.992 perampokan,
menunjukkan tingkat resiko satu dari setiap 12
penduduk setempat. Penelitian terhadap jenis korban
menunjukkan adanya 2.965 kasus perampokan toko
atau pusat perdagangan. Dengan demikian, tingkat
resiko mengalami perampokan adalah satu dari setiap
4,5 usaha yang didirikan.
c) Tingkat Keseriusan
Ketika terjadi perampokan, selain terjadi
pelanggaran terhadap keamanan seseorang, juga
terjadi hilangnya barang-barang berharga. Penelitian
terhadap para korban menunjukkan bahwa
masyarakat lebih takut pada perampokan dibanding
kejahatan lain.
Penduduk Pretoria Utara juga menganggap
bahwa perampokan adalah kejahatan yang paling
serius. Bukan semata karena kerugian material atau
finansial yang diakibatkan, tetapi karena perampokan
biasanya disertai kekerasan. Korban perampokan
sering kali bereaksi keras dan mengungkapkan
kekesalan bahwa mereka dan tempat tinggal mereka
telah diobok-obok.
e) Potensi pengurangan
Sekitar 30 s.d. 40 persen dari kasus perampokan
rumah penduduk yang dilaporkan menunjukkan bahwa
perampok masuk melalui pintu atau jendela yang tidak
dikunci. Memang diakui bahwa sulit untuk menekan
jumlah perampokan secara signifikan. Alasannya,
antara lain karena perampok cenderung memilih
sasaran rumah yang terpencil hingga patroli
pengamanan tidak menjangkau tempat itu. Namun,
penekanan jumlah kasus perampokan mungkin bisa
dilakukan dengan memperbaiki kualitas pengamanan
pintu dan jendela. Kewaspadaan penduduk juga mesti
ditingkatkan dengan kegiatan Kamtibmas, antara lain
dengan Siskamling. Warga sering kali tidak
melaporkan adanya perampokan (30 persen) kasus
perampokan tidak pernah dilaporkan. Ini terjadi karena
tidak semua orang yakin bahwa laporan yang dibuat
akan ditangani dengan baik. Dengan demikian, melalui
Siskamling, bisa dilakukan kampanye penyebaran
informasi kepada warga mungkin dapat menolong
memecahkan dilema keengganan pelaporan kasus.
f) Sistem respon
Pada saat ini, respon polisi terhadap masalah
masih terbatas pada investigasi kejahatan secara
reaktif dan meningkatkan patroli ke berbagai wilayah
yang bermasalah. Sebaiknya respon semacam ini
diperbaiki dengan pendekatan pemacahan masalah.
g) Penentuan Skala Prioritas
Setelah laporan pendahuluan tentang masing-
masing permasalahan dibuat, polisi sebaiknya segera
menentukan skala prioritas laporan penanganan
masalah-masalah. Penentuan skala prioritas
menyiratkan bahwa suatu masalah dipilih berdasarkan
kriteria tertentu. Oleh karena itu, sebelum masalah
ditetapkan untuk diprioritaskan penanganannya, polisi
harus lebih dulu menentukan kriterianya. Kriteria yang
akan ditentukan harus dikonsultasikan dengan Forum
Kemitraan Polisi dan Masyarakat. Hal ini penting
dibahas mengingat kriteria tersebut harus
merefleksikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan sebagai panduan
dalam penentuan skala prioritas:
(1) Dampak permasalahan;
(2) Seberapa besar permasalahnya;
Keterangan:
1. Memperkuat perlindungan diri sasaran
Cara yang paling mudah untuk mengurangi
kesempatan bagi tersangka adalah dengan
menggunakan hambatan-hambatan fisik.
Pengamanan target tidak lain adalah
penggunaan kunci pengamanan, perimeter
antimaling, dan pemasangan rintangan yang
ditujukkan untuk mencegah atau
menghalangi akses menuju suatu tempat
atau barang-barang berharga.
2. Mengawasi atau kontrol akses
Pengawasan terhadap akses masuk-keluar
bertujuan untuk mengatur akses menuju ke
sebuah tempat atau sistem. Hal tersebut
biasanya dilakukan dengan cara memasang
kunci kode atau penjagaan pada pintu
masuk. Kontrol akses menuju sistem
komputer biasanya menggunakan password.
PEMOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS) 111
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
9. Memindahkan sasaran
Pemindahan target berhubungan dengan
pengamanan target yang mengacu pada
pemindahan benda-benda berharga ke
lokasi yang lebih aman. Toko-toko musik,
misalnya: sering memindahkan Compact
Disc (CD) dari kotak dan hanya
memperlihatkan sampulnya untuk
mencegah pencurian.
10. Memberikan tanda pada barang
berharga
Harta benda yang telah ditandai
mengurangi manfaat bagi si pelaku dan
meningkatkan resiko bagi pencuri. Hal ini
disebabkan:
a. Lebih sulit untuk dijual;
b. Mudah dikenali sebagai barang curian;
c. Pemilik yang sah bisa dilacak.
11. Menghilangkan Pemicu
Tindakan ini berkaitan dengan dialihkannya
perhatian seseorang dari keinginan untuk
melakukan tindakan buruk atau jahat.
Misalnya, selalu membersihkan tembok dari
coretan-coretan. Sebab, dengan
membersihkan coretan-coretan tersebut
kita menghilangkan rasa senang si pelaku
yang ingin memamerkan hasil karyanya.
POKOK BAHASAN 2
KEGIATAN PEMECAHAN MASALAH
Rangkuman
1. Definisi masalah adalah suatu kondisi, kejadian dan keadaan yang
mengejutkan, merugikan, mengancam, menyebabkan ketakutan,
atau cenderung menyebabkan ketidaktertiban dalam masyarakat,
terutama kejadian-kejadian yang kelihatannya tidak saling
berkaitan.
Latihan
KOPSTUK
.......................
LAPORAN INFORMASI
No. Info: ...................
URAIAN INFORMASI:
PELAPOR NAMA :
PANGKAT/NRP :
(.......................) TANDA TANGAN :
NILAI INFORMASI A B C D E F
(Diisi oleh atasan 1 2 3 4 5 6
pelapor)
Penjelasan:
Laporan informasi dibuat oleh Bhabinkamtibmas/petugas Polmasapabila
ada hal-hal yang sangat penting, yangbukan kewenangannya.
FORMAT .....
1
KOPSTUK
......................
1. Nama :.........................................................................
Pangkat :.........................................................................
2. Melaporkan bahwa:
a. Pada hari/tanggal/pukul : ....................................................
b. TKP : ....................................................
Alamat : .................................................................
Pekerjaan : ................................................................
PETUGAS
...........NAMA..........
PANGKAT/NRP
2
KOPSTUK
.....................
SURAT KESEPAKATAN BERSAMA
Pada hari ini, ............ bulan .......... tahun ................ Kami yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : ...................................................
Alamat : ...................................................
Dalam hal ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA
Nama : ...................................................
Alamat : ...................................................
Dalam hal ini disebut sebagai PIHAK KEDUA
Kedua belah pihak atas kehendak bersama tanpa tekanan siapapun bertekad
baik dan mengadakan kesepakatan bersama sebagai berikut:
(Diisi kesepakatan uraian kesepakatan seperti: a. Permintaan maaf dari salah
satu pihak atau saling memaafkan dari kedua belah pihak, b. Kesanggupan
untuk ganti rugi dari salah satu pihak jika ada, c. Janji tidak mengulangi
perbuatannya, d. Tidak saling menuntut, dan lain-lain).
.......................... ..........................
Saksi-saksi:
1. ..........................
2. ..........................
MENGETAHUI
PETUGAS
NAMA
PANGKAT/NRP
Penjelasan:
Format dibuat untuk pihak-pihak yang
bersengketa dan arsip pada Bhabinkam-
tibmas/pengemban Polmas.
KOPSTUK
....................
KASUS/PERKARA PENYELESAIAN
NO. URAIAN KET
WAKTU LOKASI SELESAI DITERUSKAN
SINGKAT
1 2 3 4 5 6 7
............., ...........................
PETUGAS
...........NAMA..........
PANGKAT/NRP
Penjelasan :
Diisi berdasarkan himpunan format 3 Laporan hasil pemecahan masalah
selama sebulan.
KOPSTUK
.......................
1 2 3 4 5
1. Senin, 1 Agustus 2011 Balaidesa, Melakukanpenyuluhan
desa …….. tentangSiskamlingkepa
Pukul 10.00 s.d. 12.00 damasyarakat RW III
WIB desa ………
3. Dst
............., ...........................
PETUGAS
...........NAMA..........
PANGKAT/NRP
Penjelasan :
Kolomkegiatanberisikegiatan yang dilakukanoleh Bhabinkamtibmas/
petugas Polmas seperti: Rapat FKPM,kunjungan, sambang, ceramah,
kegiatan preventif dan lain-lain.
KOPSTUK
..................
1 2 3 4
3. Dst.
............., ...........................
PETUGAS
...........NAMA..........
PANGKAT/NRP
Penjelasan :
Buku mutasi diisi oleh Bhabinkamtibmas/pengemban Polmas setiap selesai
melakukan kegiatan, setiap ada kejadian dan menerima laporan/pengaduan
masyarakat.
6
KOPSTUK .......
FORMAT ......
8
KOPSTUK ……
FORMAT KUNJUNGAN KE TEMPAT USAHA/KANTOR
Format Kunjungan ini berguna bagi tempat usaha anda karena akan dipergunakan apabila ada yang mencari lokasi tempat usaha / kantor anda, atau pada saat
darurat misalnya terjadi kasus kriminal / kecelakaan lalu lintas yang menimpa karyawan / pegawai / tempat usaha / kantor anda dan perlu menghubungi
penanggung jawab tempat usaha / kantor dsb. Data yang tertera pada format ini tidak akan diberikan kepada pihak lain selain petugas kepolisian tanpa alasan
yang semestinya. Format yang sudah diisi akan disimpan di kepolisian.
Tanggal Tandatangan
Nama
Catatan Yang Menerima
Pelaksanaan
Kunjungan
Pelaksana
9
SASARAN SUPERVISI
POIN SUPERVISI
Lain-lain
HASIL SUPERVISI
Kanit Binmas/Kapolsubsektor
____________________________
Pangkat/NRP :