Anda di halaman 1dari 10

INTEGRASI SISTEM INFORMASI SARANA PRASANA

POLRI

TUGAS INDIVIDU

Nama :

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN


JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan karunia serta rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya tanpa menemui kendala yang berarti. Makalah dengan judul
“INTEGRASI SISTEM INFORMASI SARANA PRASANA POLRI” ini disusun
sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Logistik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itulah penulis sangat menghargai dan mengharapkan
apabila pembaca dapat memberikan koreksi, kritik dan sumbang saran untuk
penyempurnaan makalah ini. Dengan telah selesainya penyusunan makalah ini,
penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dosen Mata Kuliah Manajemen Logistik..........., yang telah membimbing,
mengasuh, dan memberikan bekal pengetahuan kepada penulis.
2. Segenap Rekan-Rekan Mahasiswa STIK Angkatan 78 yang selalu kompak,
solid, dan terus berkarya bagi Indonesia.
Akhirnya, dengan penuh kerendahan hati, penulis memohon doa restu dan
dukungan dari segenap pihak agar penulis mampu menjadi anggota Polri yang lebih
baik di lapangan tugas setelah ini.
Jakarta, 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL.................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHUKUAN......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelenggaraan reformasi birokrasi pada dasarnya bertujuan untuk
mewujudkan Indonesia lebih maju, mandiri, adil dan makmur. Untuk itu program
pemerintah saat ini diarahkan untuk membenahi berbagai persoalan dalam
percepatan pembangunan yang dapat dilakukan melalui penerapan good
governance dan lain-lain. Upaya tersebut tentunya harus didukung oleh semua
pihak. Demikian halnya Polri, untuk mencapai grand strategi Polri pada tahap strive
for excellent diperlukan komitmen Polri dengan seluruh jajarannya untuk
melaksanakan grand strategi tersebut dengan kesungguhan atas semua kebijakan
pimpinan Polri melalui reformasi birokrasi berupa quick respon, transparansi
penegakan hukum (penyidikan), transparansi pelayanan dan transparansi dalam
bidang rekrutmen personil serta menjamin Harkamtibmas. Hal ini semua tidak
terlepas dari baik tidaknya tata kerja organisasi yang ada, mulai dari organisasi
pimpinan terdepan (Polsek) sampai dengan tingkat pusat (Mabes Polri).
Untuk mewujudkan berbagai strategi tersebut, di dalam manajemen organisasi
Polri juga perlu mendapatkan dukungan dari manajemen sarana prasarana Polri.
Perlunya manajemen sarana prasarana bagi organisasi Polri ditujukan agar Polri
memiliki standar tata kelola organisasi yang baik, baik itu tata kelola SDM Polri
maupun tata kelola sarana prasarana Polri, yang pada akhirnya ditujukan untuk
mendukung tercapainya tujuan kinerja Polri di semua unit organisasi, baik dari
Polsek hingga Mabes Polri.
Salah satu unsur yang perlu mendapat perhatian ekstra dalam mencapai
tujuan kinerja Polri dari bidang manajemen sarana prasana adalah pengelolaan
sarana prasarana yang merupakan bagian penting untuk proses kinerja Polri.
Prasarana dalam organisasi Polri salah satunya adalah ruang penyimpanan atau
gudang. Sedangkan sarana dalam organisasi Polri contohnya yaitu: senjata, mobil
operasional Polri, dll. Pengelolaan sarana prasarana yang kurang baik dapat
mengakibatkan tidak teradministrasinya barang-barang inventaris yang ada, tidak
optimalnya penggunaan sarana prasarana yang ada, sehingga berdampak pada
kegiatan operasional Polri dan juga pada pengelolaan sarana prasarana Polri.
Untuk mengatasi persoalan tersebut guna mengefektifkan pengelolaan sarana
prasarana Polri dapat diterapkan sistem informasi sarana prasarana untuk
mengadminstrasikan dan mengelola sarana prasarana Polri. Bagian paling penting
dalam sistem informasi sarana prasarana adalah digunakan untuk melakukan
pengadiministrasian dan pengelolaan sarana prasarana, serta melakukan
inventarisasi sarana prasarana, karena bagian ini yang menjadi sumber data untuk
melakukan pengelolaan sarana prasrana yang lain.
Sistem informasi sarana dan prasarana ini merupakan sistem informasi
berbasis web yang berfungsi untuk melakukan pendataan sarana dan prasarana.
Pada umumnya sistem informasi sarana dan prasarana digunakan untuk menangani
pengolahan data sarana dan prasarana meliputi proses pengadaan, pendistribusian,
perbaikan hingga pemusnahan sarana dan prasarana. Proses awal yaitu pengajuan
usulan pengadaan sarana dan prasarana, kemudian pemeriksaan dan penyimpanan
barang yang telah diterima dari hasil pengadaan, pendistrbusian sarana dan
prasarana ke gedung maupun ruang yang ada.
Permasalahan yang ada di dalam sistem informasi sarana prasarana Polri
yang terwadahi dalam nama “Sistem Informasi Aset Polri (SIAP) yang digunakan
4
sebagai sarana dalam manajemen sarana prasarana Polri selama ini adalah belum
dapat diakses oleh publik dan sifatnya belum terintegrasi di semua jajaran Polri
dalam satu sistem. Persoalan ini tentunya belum mampu mewujudkan tata kelola
(good governance) Polri khususnya dalam bidang manajemen sarana prasarana
Polri dan belum mampu untuk menggabungkan komponen sub-sub sistem ke dalam
satu sistem yang dapat menjamin efektifnya fungsi-fungsi dari sub sistem tersebut
sebagai satu kesatuan sistem, yang pada akhirnya memberikan belum mampu
memberikan keuntungan semakin membaiknya suatu arus informasi dalam sebuah
organisasi. Berdasarkan adanya persoalan tersebut, makalah yang dapat digunakan
untuk menjawab persoalan tersebut adalah INTEGRASI SISTEM INFORMASI
SARANA PRASANA POLRI.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, permasalahan dalam makalah
ini adalah bagaimana strategi mengefektifkan Sistem Informasi Aset Polri (SIAP)
dalam manajemen sarana prasarana Polri untuk mewujudkan good governance?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menjawab permasalahan yang ada,
yaitu: merumuskan strategi mengefektifkan Sistem Informasi Aset Polri (SIAP) dalam
manajemen sarana prasarana Polri untuk mewujudkan good governance.

5
BAB II
PEMBAHASAN

Persoalan mengenai keberadaan Sistem Informasi Aset Polri (SIAP) dalam


pengelolaan sarana prasarana Polri yang selama ini belum dapat diakses oleh publik
dan belum terintegrasi di semua jajaran Polri dalam satu sistem, yang selanjutnya
menunjukkan adanya ketidakmampuan dalam mewujudkan tata kelola (good
governance) Polri, khususnya dalam bidang manajemen sarana prasarana Polri dan
masih mengkotak-kotakkan sistem pengelolaan yang satu dengan lainnya dalam
sistem informasi yang dikelola oleh Polri sehingga mengakibatkan kurang efektif dan
efisiensi dari pemanfaatan sistem informasi di organisasi Polri tersebut, yang pada
akhirnya tidak mampu mampu memberikan keuntungan arus informasi di organisasi
Polri.
Menghadapi beberapa persoalan di atas, langkah yang paling tepat untuk
mengatasi persoalan di atas adalah dengan menerapkan strategi integrasi dalam
sistem informasi aset Polri dengan sistem pelayanan informasi Polri yang selama ini
telah dibangun oleh Humas Mabes Polri. Pentingnya sistem yang terintegrasi ini
adalah agar Polri dapat menghubungkan beberapa sistem komputerisasi baik untuk
pelayanan publik, maupun sistem yang digunakan untuk pengelolaan SDM dan
sarana prasarana, beserta sistem pengelolaan kinerja pada semua fungsi Polri
dalam satu software aplikasi, baik secara fisik maupun secara fungsional, sehingga
sistem yang terintegrasi dapat menjamin tercapainya satu pintu pelayanan dalam
sistem informasi tersebut dari berbagai fungsi dari sub sistem tersebut sebagai satu
kesatuan sistem.
Pengintegrasian sistem informasi aset Polri ke dalam sistem pelayanan
informasi terpadu yang selama ini telah dibangun oleh Humas Mabes Polri ini
merupakan salah satu kunci dalam sistem informasi manajemen Polri, yang memiliki
berbagai aliran fungsi informasi diantara semua sistem yang dimiliki oleh Polri dari
berbagai fungsi yang sangat bermanfaat bila data dalam file suatu sistem diperlukan
juga oleh sistem yang lainnya, sehingga output suatu sistem dapat menjadi input
bagi sistem lainnya.
Keuntungan dari pengintegrasian Sistem Informasi Aset Polri dengan sistem
informasi Polri seperti dengan Sistem Pelayanan Informasi Terpadu bentukan
Humas Mabes Polri, dimana dalam Sistem Informasi Aset Polri yang sebelumnya
hanya dapat dipergunakan untuk pengelolaan sarana dan prasaran Polri saja,
dengan adanya integrasi ini, sistem informasi yang dimiliki oleh Polri tersebut dapat
digunakan untuk kegiatan manajemen organisasi Polri, maupun untuk pelayanan
Polri kepada publik, sehingga sistem informasi yang dimiliki oleh organisasi Polri ini
semakin membaik. Keuntungan lainnya dari adanya integrasi Sistem Informasi Aset
Polri dengan sistem informasi Polri lainnya, juga dapat diperoleh khususnya yang
berkaitan dengan arus informasi dalam organisasi Polri itu sendiri, dimana arus
informasi yang ada di dalam integrasi sistem tersebut akan semakin efektif dan
efisien. Keuntungan dari integrasi sistem ini dijelaskan demikian karena biasanya
dalam suatu pelaporan, biasanya memerlukan waktu yang relatif lama, namun
dengan adanya integrasi sistem ini maka akan semakin banyak informasi yang
relevan dalam kegiatan manajerial organisasi Polri yang dapat diperoleh dengan
cepat dan praktis sesuai dengan diperlukan Polri maupun kebutuhan dalam
pelayanan publik. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk mengutamakan
(mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan utama dari sistem
informasi adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang
6
tepat. Keuntungan lain dari pengintegrasian sistem adalah sifatnya yang mendorong
pihak pimpinan Polri sebagai manajer untuk membagikan (mengkomunikasikan)
informasi yang dihasilkan oleh masing-masing fungsi (bagian) atau departemen, agar
informasi tersebut secara rutin mengalir ke sistem lain yang memerlukannya (Erl,
2005: 6).
Menurut Pezzini (2003: 57), integrasi informasi dari sistem sarana prasarana
yang dibuat dalam bentuk Sistem Informasi Aset Polri diperlukan karena:
1. Adanya kebutuhan konstituen untuk bekerja sama antar fungsi Polri dan
jajarannya dalam suatu pemerintahan.
2. Terjadinya pengolahan data antar sistem informasi tiap fungsi Polri dan jajarannya
yang saling terkait, sehingga untuk melengkapi suatu informasi dibutuhkan proses
pertukaran data dengan sistem informasi yang lain.
3. Dapat memungkinkan penyediaan secara realtime pengaksesan data.
4. Mengubah data untuk analisis dan pertukaran data, mengatur penempatan data
untuk kinerja.
 Dalam mewujudkan integrasi informasi dari sistem sarana prasarana Polri
yang dikenal dengan nama Sistem Informasi Aset Polri dengan sistem pelayanan
informasi Polri lainnya, metode yang dapat diterapkan sesuai pendapat Whitten dan
Bentley (2007: 45), untuk pembangunan model sistem yang terintegrasi tersebut
antara lain:
1. Vertical Integration, merupakan proses mengintegrasikan sub-sub sistem
berdasarkan fungsionalitas dengan menghubungkan sub-sub sistem yang sudah
ada tersebut supaya bisa berinteraksi dengan sistem terpusat dengan tetap
berpijak pada arsitektur sub sistem yang lama.
2. Star Integration, atau lebih dikenal sebagai spaghetti integration, adalah proses
mengintegrasikan sistem dengan cara menghubungkan satu sub sistem ke semua
sub-sub sistem lainnya.
3. Horizontal Integration, atau ada yang mengistilahkan dengan Enterprise Service
Bus (ESB), merupakan sebuah metode yang mengintegrasikan sistem dengan
cara membuat suatu layer khusus yang berfungsi sebagai interpreter, dimana
semua sub-sub sistem yang sudah ada akan berkomunikasi ke layer tersebut.
Model ini lebih menawarkan fleksibilitas dan menghemat biaya integrasi, karena
yang perlu difokuskan dalam implementasi proses pengintegrasian hanya layer
interpreter tersebut.  Untuk menangani ekspansi proses kerja juga hanya perlu
diimplementasikan di layer interpreter itu juga, dan sub sistem baru yang akan
menangani interface dari proses bisnis ekstensi tersebut akan berkomunikasi
langsung ke layer dan layer akan menyediakan keperluan-keperluan
data/interface untuk sub sistem lain yang memerlukannya.
Menurut Monk dan Wagner (2013: 34), metode Enterprise Service Bus
(ESB) ini memiliki banyak kelebihan jika diadopsi dalam merancang arsitektur
sistem terintegrasi, yaitu antara lain:
a. Lebih cepat dalam melakukan penyesuaian dengan sistem yang telah ada,
b. Meningkatkan fleksibilitas, mudah untuk diperbaharui mengikuti perubahan
keperluan sistem (system requirements),
c. Membuat standar sistem tersendiri sehingga bisa diaplikasikan di sub sistem
manapun,
d. Porsi pekerjaan software development lebih banyak di “konfigurasi” daripada
“menulis code” untuk integrasi,
e. Dapat diterapkan mulai ruang lingkup kecil hingga di level enterprise.

7
Monk dan Wagner (2013: 34) juga menjelaskan adanya kelemahan dalam
metode horizontal integration atau Enterprise System Bus (ESB). Beberapa
kelemahan yang cukup signifikan pengaruhnya antara lain:
a. Pembuatan standar sistem dalam Enterprise Message Model banyak berkutat
di aspek analisis dan manajerial, biaya analisis benar-benar tinggi karena perlu
berkolaborasi dengan analis-analis yang bertanggung jawab terhadap arsitektur
dan desain sistem-sistem yang telah ada.
b. Secara khusus memerlukan perangkat keras (hardware) yang spesifik, seperti
misalnya business-logic-server yang independen dan tidak integral dengan
salah satu atau sebagian dari sub sistem yang telah ada.
c. Perlu tambahan tenaga (SDM) berupa Middleware Analyst yang akan
mengkonfigurasi, merawat, dan mengoperasikan layer Enterprise Service Bus.
d. Karena biasanya ESB mempergunakan XML sebagai bahasa komunikasi antar
sistem, tentu akan memerlukan resources dan komputasi berlebih untuk
melakukan parsing-reparsing dalam komunikasi data.
e. Memerlukan effort yang cukup tinggi dalam mengimplementasikan ESB karena
cukup banyak layer/tingkatan aplikasi yang harus ditangani, tidak hanya
aplikasi-aplikasi interface dari sub-sub sistem saja, melainkan juga layer
interpreter yang juga memiliki karakteristik sebagai aplikasi juga.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi
Polri yang dapat diterapkan untuk mengefektifkan Sistem Informasi Aset Polri (SIAP)
dalam manajemen sarana prasarana Polri guna mewujudkan good governance
adalah dengan cara menerapkan integrasi Sistem Informasi Aset Polri ke dalam
Sistem Pelayanan Informasi Terpadu, agar menjadi salah satu kunci dalam sistem
informasi manajemen Polri, yang memiliki berbagai aliran fungsi informasi diantara
semua sistem yang dimiliki oleh Polri dari berbagai fungsi yang sangat bermanfaat
bila data dalam file suatu sistem diperlukan juga oleh sistem yang lainnya, sehingga
output suatu sistem dapat menjadi input bagi sistem lainnya.

3.2 Saran
Sehubungan dengan hasil penarikan kesimpulan di atas, saran yang dapat
diberikan penulis adalah:
1. Agar Polri segeram membuat sistem informasi aset Polri yang terintegrasi dengan
sistem informasi Polri lainnya menjadi satu kesatuan sistem, sehingga Polri baik
dalam melakukan manajemen organisasi publik, maupun dalam pelayanan publik
dapat bekerja secara efektif dan efisien.
2. Dalam pembangunan sistem informasi yang terintegrasi ini sebaiknya disertai
dengan tindakan sosialisasi baik kepada internal Polri maupun kepada publik,
agar pemanfaatan integrasi sistem untuk manajemen organisasi dan pelayanan
Polri kepada publik optimal.
3. Dalam integrasi sistem pengelolaan sarana prasarana Polri dengan berbagai
sistem informasi Polri lainnya ke dalam satu sistem, sebaiknya dilakukan
kerjasama dengan seluruh jajaran fungsi Polri baik dari tingkat Polsek, Polres,
Polda, hingga Mabes Polri dengan Perguruan Tinggi, agar dapat dilakukan
pembelajaran guna peningkatan kompetensi dan profesionalitas SDM Polri di
semua jajaran tersebut, sehingga dalam bidang manajemen, akuntansi dan
kepemimpinan di organisasi Polri, dapat ditumbuhkembangkan secara berjenjang
dan berkelanjutan, melalui program pendidikan atau pelatihan pemanfaatan
sistem informasi tersebut, khususnya untuk pengelolaan sumber daya dan sarana
prasarana yang dimiliki oleh Polri.

9
Daftar Pustaka

E. Monk and B. Wagner. 2013. Concepts in Enterprise Resource Planning. Boston:


Course Technology, Cengage Learning.

Pezzini, M. 2003. Application Integration Scenario: Making It All Work Together.


Lorence, Italy: Gartner European Symposium Itxpo.

T. Erl. 2005. Intorducing SOA, in Service-Oriented Architecture. Boston: Prentice


Hall.

Whitten, J. and Bentley, L. 2007. Systems Analysis and Design Methods. New York:
McGraw-Hill.

10

Anda mungkin juga menyukai