INTELIJEN TAKTIS
Disusun Oleh:
Abdul Rahman
Surono, S.Sos., M.Si. (Widyaiswara Muda)
Disusun Oleh:
Abdul Rahman
Surono, S.Sos., M.Si. (Widyaiswara Muda)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL v
PETA KONSEP MODUL vi
A PENDAHULUAN
1 Deskripsi Singkat …………………………………………………………………………….... 1
2 Prasyarat Kompetensi ………………………………………………………………………… 2
3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar …………………………………………………3
4 Relevansi Modul …………………………………………………………………………………………… 3
B KEGIATAN BELAJAR
1 Kegiatan Belajar 1: Gambaran Umum Intelijen
1.1. Uraian dan Contoh
a. Gambaran umum Kegiatan dan Organisasi Intelijen…………. 4
1. Konsep Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai ……………. 4
2. Awal Mula Intelijen …….……………………………………………… 7
3. Keberadaan Organisasi Intelijen di Indonesia ………………………14
b. Pengertian dan Fungsi Intelijen ………………………………………………… 18
1. Pengertian Intelijen ………………………………………………………………… 18
2. Definisi Intelijen Bea Cukai...……………………………………………… 20
3. Fungsi Intelijen ………………………………………………………………………… 21
4. Elemen Kunci Kegiatan Intelijen ...………………………………………… 22
5. Intelijen Efektif ...…………………………………………………………………… 24
c. Jenis-Jenis Intelijen dan Siklus Intelijen ………………………………………25
1. Jenis-jenis Intelijen………………………………………………………………… 25
2. Manajemen Resiko ………………………………………………………………… 37
3. Tugas Intelijen ...………………………………………………………… 40
4. The Intelligence Cycle……………………………………………………………… 42
ii 1.2. Latihan ………………………………………………………………………………………… 61
1.3. Rangkuman ………………………………………………………………………………………62
1.4. Tes Formatif 1 ………………………………………………………….……………… 64
1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………………………………… 68
PENUTUP 101
TES SUMATIF 102
KUNCI JAWABAN 108
DAFTAR SINGKATAN 109
DAFTAR PUSTAKA 110
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Sebelum anda mempelajari modul Konsep Intelijen ini, sebaiknya anda membaca
terlebih dahulu petunjuk penggunaan berikut ini.
1) Untuk mencapai hasil belajar yang optimal pada modul Konsep Intelijen, pertama kali
Anda perlu membaca dan memahami peta konsep modul yang kami berikan. Peta
konsep ini memberikan pemahaman mengenai kompetensi apa saja yang harus
dikuasai hingga tercapai standar kompetensi yang diinginkan.
2) Untuk mempelajari modul ini hendaknya Anda mengkomparasi antara teori yang
diberikan dengan praktek-praktek yang dilaksanakan, dengan jalan mengakses
informasi baik melalui website resmi Kantor-kantor Pelayanan Utama dan Kantor-
kantor Tipe Madya, maupun dari sumber-sumber referensi lainnya.
3) Materi Modul ini disusun untuk mendukung proses pembelajaran mata diklat Konsep
Intelijen, dengan alokasi waktu belajar sebanyak 10 Jam Pelajaran (10 JP) @ 45 menit.
Agar lebih efektif, sebaiknya Aanda mempelajari secara mandiri terlebih dahulu pokok
bahasan yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas.
4) Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman (TP) Anda pada modul ini, pada
tiap-tiap selesai kegiatan belajar telah tersedia tes formatif dan pada akhir modul ini
telah disediakan tes sumatif sebagai sarana untuk mengukur hasil belajar Anda secara
mandiri.
5) Demi mencapai tujuan hasil pembelajaran yang optimal pada peserta diklat, para
Widyaiswara dengan tangan terbuka siap untuk membantu Anda baik di kelas maupun
di luar kelas untuk memahami materi-materi yang tersaji dalam modul ini.
v
PETA KONSEP
vi
1. DESKRIPSI SINGKAT
D lingkungan
iklat Intelijen
substantif
Taktis merupakan
spesialisasi (DTSS)
diperuntukkan bagi pegawai yang bekerja di
Direktorat Jenderal Bea dan
(selanjutnya disebut Bea Cukai). Diklat ini memberikan
diklat
yang
Cukai
pelayanan. Oleh karena itu Bea Cukai harus dapat menyelaraskan fungsi pengawasan
dan fungsi pelayanan secara seimbang dan proporsional. Untuk menyelaraskan kedua
fungsi tersebut, Bea Cukai harus menggunakan cara-cara yang dapat mengurangi
intervensi terhadap kegiatan pelayanan antara lain : penerapan manajemen resiko,
kegiatan intelijen, dan sebagainya.
Dengan latar belakang tersebut, modul Konsep Intelijen ini disusun secara khusus
untuk diajarkan pada DTSS Intelijen Taktis. Kompetensi yang disampaikan dalam Modul
ini merupakan rangkaian yang tidak terputus dengan Modul-modul lain yang disusun
khusus untuk DTSS Intelijen Taktis. Modul ini sangat penting untuk diajarkan agar para
pegawai yang bertugas pada unit-unit pengawasan dapat melaksanakan tugas dengan
baik dan profesional. Disamping hal tersebut, peran penting yang juga harus dijalankan
oleh unit pengawasan adalah mengawal jalannya organisasi agar sesuai dengan arah
yang telah digariskan dalam Rencana Strategis Organisasi.
2. PRASYARAT KOMPETENSI
Untuk mempelajari modul ini idealnya anda telah ditunjuk sebagai Peserta Diklat
Teknis Substantif (DTSS) Intelijen Taktis dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Standar kompetensi.
Standar kompetensi yang ingin dicapai terhadap siswa yang mempelajari modul ini
adalah agar siswa mampu memahami dan mengaplikasikan konsep intelijen dalam
kegiatan intelijen taktis.
Kompetensi Dasar.
Kompetensi dasar yang diharapkan setelah mempelajari modul ini adalah agar peserta
mampu :
4. RELEVANSI MODUL
Relevansi modul terhadap tugas pekerjaan yang akan dijalankan peserta diklat adalah
sebagai berikut :
1) Materi modul ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan yang
tepat mengenai konsep intelijen sehingga diharapkan pegawai akan memiliki dasar-
dasar yang kuat dalam pelaksanaan tugas operasional pengawasan;
2) Materi modul ini telah disesuaikan dengan perkembangan terbaru (update)
pelaksanaan sistem pengawasan khususnya yang berkaitan dengan kegiatan
intelijen takstis sehingga dapat menjadi referensi Anda dalam melaksanakan tugas-
3
tugas di unit operasional pengawasan .
B. KEGIATAN BELAJAR
1
GAMBARAN UMUM INTELIJEN
S
ejak pertama kalinya pemerintahan Hindia
Belanda menguasai tanah air Indonesia pada tahun
1602 melalui perusahaan dagang Verenigde
Oostindische Compagnie (VOC), mereka mulai membangun
4 sistem pemerintahan kolonial. Perlahan tapi pasti, VOC yang
didukung oleh Pemerintah Belanda membangun kekuatan baik
Bila kita meninjau kedua fungsi tersebut maka akan terlihat bahwa keduanya
memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Artinya bahwa, fungsi pengawasan yang
diperketat akan berakibat negatif terhadap kelancaran arus barang (customs service)
dan sebaliknya peningkatan fungsi pelayanan dapat berakibat negatif pula terhadap
fungsi pengawasan. Adanya kondisi yang bersifat dilematis tersebut, mendorong
otoritas bea dan cukai (customs authority) untuk mengelola resiko-resiko (risk
5
management) yang mungkin timbul dalam pelaksanaan kedua fungsi tersebut.
Gambar 1.1
Dilema Pelayanan vs Pengawasan
Bea Cukai dalam menjalankan fungsinya tidak mungkin lagi mengandalkan cara-
cara lama seperti pemeriksaan fisik barang impor dan ekspor secara meneyeluruh
(pemeriksaan 100%). Hal ini akan menghambat upaya pelaku ekonomi untuk dapat
bersaing dalam perdagangan internasional yang menganut sistem perdagangan bebas.
Bea Cukai harus memiliki dan melaksanakan suatu sistem pelayanan dan pengawasan
yang tidak mengganggu kelancaran arus barang dan orang, tetapi tetap dapat
memberikan perlindungan, mengoptimalkan penerimaan dan mencegah pelanggaran
dan penyelundupan serta menunjang keharmonisan hubungan internasional.
Akan tetapi harus diingat bahwa, pemberian kemudahan dalam sistem pelayanan
kepabeanan maupun cukai, perlu diimbangi dengan sistem pengawasan yang baik. Hal
ini untuk mencegah penyalahgunaan dan menutupi celah atau kelemahan dari sistem
tersebut. Untuk mengimbangi hal tersebut, Bea Cukai telah membangun “sistem
pengawasan sebelum dan sesudah pemenuhan kewajiban pabean” atau diistilahkan
sebagai “Pre Clearance Control” dan “Post Clearance Control” (Audit). Sistem pelayanan
dan pengawasan tersebut merupakan alat dalam menjalankan misi dan untuk mencapai
target atau sasaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan fungsi, asas dan sistem serta
misi dan target dimaksud, pelaksanaan tugas dan fungsi Bea Cukai memerlukan
kegiatan intelijen.
Secara historis keberadaan intelijen sudah lama dan secara tradisional menjadi
bagian dari kegiatan yang dijalankan oleh militer. Dalam catatan sejarah mengenai
intelijen, Nabi Musa a.s. dianggap sebagai orang yang pertama melakukan kegiatan 7
intelijen. Setelah diusir oleh Firaun, Nabi Musa a.s. mengirim mata-mata ke Canaan di
Palestina Selatan untuk mengumpulkan informasi mengenai wilayah Canaan. Petugas
mata-mata atau Intelligence Officer (IO) ditugaskan untuk mendata secara pasti
mengenai keadaan wilayah Canaan terutama mengenai keadaan geografisnya,
mengenai hal-hal berikut :
- apakah medannya berat;
- apakah dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan onta;
- bagaimana potensi alamnya;
- apakah penduduk setempat melakukan usaha pertanian (kesuburan tanahnya);
- bagaimana situasi kota apakah ada penjagaan keamanan yang ketat (24 jam) di
pemukiman penduduk;
- kalau ada penjagaan apakah dilakukan dengan cara bergilir dan terdiri dari berapa
personil untuk setiap gilir jaga;
- apakah penduduk tinggal di tenda-tenda atau bangunan rumah yang kokoh; dan
- bagaimana cara memasuki wilayah Canaan, apakah melalui pintu gerbang atau jalur
lain.
Penerus Nabi Harun yang berhasil menundukkan Canaan adalah Nabi Daud a.s.
putra dari Nabi Harun a.s. yang meneruskan kegiatan intelijen Nabi Musa a.s. Dengan
bantuan tentara Thalut dibawah pimpinan raja Thalut berperang melawan raja Jalut
yang berkuasa di Canaan pada saat itu. Nabi Daud a.s. sendiri yang membunuh raja Jalut
penguasa Palestina dan umatnya menduduki Canaan. Kemungkinan Nabi Daud a.s. inilah
8 nenek moyang dari agen-agen rahasia Mossad sekarang ini.
Dalam sejarah lainnya juga dicatat bahwa sekitar tahun 405 M, pejabat intelijen
yang juga pejabat perang China, Sun Tsu menggunakan taktik mengamati musuh dari
Kegiatan intelijen oleh bea cukai dilaksanakan dalam ruang lingkup pelaksanaan
tugas dan fungsi DJBC. Kegiatan intelijen bea cukai sangat spesifik dan berbeda dengan
kegiatan intelijen umum yang biasa dilakukan oleh militer maupun unit intelijen negara.
Kegiatan intelijen bea cukai dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan
yang menjadi tanggung jawab DJBC, yaitu : mengoptimalkan penerimaan, mencegah
pelanggaran/penyelundupan, melindungi masyarakat dan industri serta ikut
menciptakan keharmonisan internasional di bidang hubungan perdagangan
internasional.
daerah pabean. Inpres ini mencabut ketentuan antara lain mengenai pemeriksaan
fisik dan keharusan dilindungi dengan dokumen AVI (Angifte van Inlading) atau PMB
(Pemberitahuan Muat Barang) atas barang eks impor dan hasil dalam daerah
pabean (DDP) yang diantarpulaukan. Berdasarkan inpres tersebut Bea Cukai
melakukan reorganisasi dan simplifikasi prosedur kepabeanan. Inpres atau kebijakan
Pemerintah tersebut juga mencabut kewenangan Bea Cukai untuk memeriksa
barang impor yang nilai FOB-nya US$ 5000 atau lebih dan kewenangan pemeriksaan
barang ekspor. Inpres tersebut diperpanjang dengan Inpres Nomor 3 Tahun 1990
yang berlaku sampai dengan tahun 1995 dan dicabut dengan berlakunya UUK.
Namun khusus untuk pengantarpuluan barang eks impor dan hasil DDP tetap tidak
diberlakukan pemeriksaan pabean dan tidak perlu dilindungi dokumen AVI/PMB
lagi. Celah inilah yang dijadikan modus oleh penyelundup untuk melakukan impor
atau ekspor ilegal (penyelundupan). Walaupun dalam perubahan UUK diatur
mengenai pengawasan pengantarpulauan atas barang-barang tertentu, akan tetapi
implementasinya sulit untuk dilakukan. Modus ini dipercaya tetap akan berlangsung.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas kegiatan pengawasan oleh Bea Cukai harus
mempunyai landasan hukum agar kegiatan itu sah dan benar. Bea Cukai berdasarkan
UU Kepabeanan dan UU Cukai, telah diberikan wewenang yang diperlukan untuk
melakukan untuk melakukan kegiatan-kegiatan :
1) Intelijen.
2) Penyelidikan (investigasi).
3) Penindakan (enforcement).
4) Penyidikan.
5) Penetapan dan pelaksanaan sanksi pelanggaran.
Khusus wewenang untuk melakukan kegiatan intelijen walaupun tidak secara eksplisit
disebutkan dalam undang-undang, namun wewenang tersebut menjadi bagian yang
terintegrasi dalam uraian tugas dan fungsi pada struktur organisasi Bea Cukai.
pabean dan cukai relatif cukup sering terjadi. Dengan demikian Intelijen Pabean (IP)
diperlukan karena:
Musuh Bea Cukai tidak seperti musuh militer yang mempunyai bentuk organisasi
yang nyata, dapat diketahui persenjataannya, kemampuan personilnya, logistiknya,
wilayahnya atau negaranya (seperti waktu konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia
pada tahun 60-an) dan lain-lain. Musuh AP adalah organisasi gelap atau bawah
tanah, tidak jelas keberadaannya, tidak menempati asrama atau komplek seperti
militer yang dapat dibom atau dihancurkan, tidak melakukan perlawanan fisik
kepada AP untuk merebut wilayah atau jalur untuk menyelundup.
Sebagai ilustrasi: seorang yang memiliki uang banyak melakukan perjalanan ke luar
negeri, tiba-tiba timbul niatnya untuk membeli perhiasan seharga ratusan juta
rupiah dan kemudian membawanya masuk ke Indonesia dengan cara
menyembunyikan di badannya. Niat untuk menyembunyikan di badan, datang
seketika karena setelah dia hitung pajak yang harus di bayar sangat besar sehingga
timbul niat untuk menghindari pembayaran pajak. Penumpang ini termasuk musuh
Bea Cukai yang tidak terorganisir.
f) Beberapa jenis barang dan bahan baku yang dibutuhkan industri dunia mulai
menipis, bahkan tidak dimiliki oleh beberapa negara.
Semakin menipisnya cadangan sumber daya alam dunia baik bahan tambang
maupun hasil hutan membuat setiap negara memberlakukan aturan larangan dan
pembatasan. Hal ini mendorong terjadinya upaya-upaya impor maupun ekspor
secara ilegal.
g) Pencurian kekayaan (ikan, kayu, hewan dan burung langka yang dilindungi dan
lain-lain) dan pelanggaran wilayah hukum/teritorial negara.
Australian Customs Services (ACS) misalnya pusing menghadapi Indonesian
Traditional Fishing dan begitu juga TNI Angkatan Laut (TNI AL) terhadap kapal
penangkap ikan ilegal (Illegal Fishing) dari Taiwan, Thailand, Pilipina, Vietnam dan
China.
13
Bea Cukai sebagai salah satu instansi yang memiliki fungsi pengawasan/
penegakan hukum dan termasuk dalam deretan border enforcement agency (BEA) juga
membentuk unit intelijen dalam struktur organisasinya. Dalam struktur organisasi di
14
tingkat pusat unit intelijen dikenal dengan nomenklatur Sub Direktorat Intelijen (SDI)
yang berada dibawah Direktorat P2. Pada level kantor wilayah dan kantor pelayanan,
AP di berbagai negara juga membentuk unit intelijen, sebagai contoh ACS memiliki
unit intelijen yang dipimpin oleh seorang manajer dengan nomenklatur “National
Intelligence”. Levelnya sama dengan Direktorat Penindakan dan Penyidikan (DIT P2)
pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (KPDJBC). Administrasi Kesehatan
seperti Drug Enforcement Administration (DEA) di Amerika Serikat (AS) juga memiliki
intelijen yang kuat.
Berdasarkan historis keberadaan intelijen Bea Cukai diketahui bahwa Bea Cukai
Indonesia mulai melengkapi organisasinya dengan unit intelijen pada tahun 1965
dengan nomenklatur “Dinas Intelijen” (setingkat eselon III). Pada saat itu Drs.
Soeharnomo ditunjuk sebagai Kepala Dinas Intelijen Bea Cukai yang pertama. Dinas
Intelijen inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya unit intelijen yang saat ini dikenal
sebagai Sub Direktorat Intelijen (SDI) pada DIT P2 KPDJBC.
Salah satu fungsi yang harus dijalankan Dit P2 adalah penyiapan penyusunan
rumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan intelijen
dalam rangka pencegahan pelanggaran peraturan perundangan kepabeanan dan cukai.
Fungsi inilah yang dijalankan dan diemban oleh SDI. Berdasarkan fungsi ini berarti SDI
berfungsi menyiapkan dan menyusun rumusan:
1) Kebijakan di bidang intelijen,
2) Standardisasi dan bimbingan teknis Intelijen, dan
3) Evaluasi pelaksanaan Intelijen.
Ketiga hal tersebut merupakan tugas yang seyogianya dilaksanakan berdasarkan konsep
intelijen agar penegakan hukum di bidang pabean berjalan efektif dan efisien.
Ilustrasi: Salah satu kegiatan Bea Cukai yaitu patroli laut dengan menggunakan
kapal patroli atau speed boat (pernah menggunakan pesawat udara ringan milik
sendiri) pada dasarnya bukan lagi merupakan bagian dari kegiatan intelijen tetapi
kegiatan tersebut berdasarkan rekomendasi intelijen. Dalam hal tertentu patroli
yang tujuannya untuk mencari informasi tambahan dengan melakukan
surveillance atau pengintaian merupakan kegiatan intelijen. Patroli laut regular
atau kadang-kadang disebut ronda pada hakekatnya adalah kegiatan intelijen
yang sewaktu-waktu dapat berubah fungsi menjadi kegiatan operasi/ penindakan
karena menemukan dan memburu target.
Dit. P2 adalah unit organisasi yang membawahi SDI dan sekaligus sebagai pemberi
tugas dan pengawas atas kegiatan yang dilakukan SDI sebagai induk organisasi dari SDI.
Dalam struktur organisasi, Dit. P2 dipimpin oleh seorang Direktur yang bertugas
mengawasi seluruh pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan intelijen,
mempertanggungjawabkan hasil yang dicapai SDI kepada Direktur Jenderal dan
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan intelijen baik pada tingkat pusat, wilayah dan kantor
pelayanan. Apa yang menjadi kewajiban dari Kepala SDI juga berlaku terhadap Direktur
P2, demikian juga mengenai apa yang dilarang bagi Kepala SDI juga berlaku bagi Direktur
P2, seperti misalnya tidak boleh mempengaruhi analis atau petugas 17
pewawancara/pengumpul informasi.
Unit intelijen lainnya pada struktur organisasi DJBC yang secara aktivitas
berhubungan langsung dengan Dit. P2 yaitu Bidang P2 di tingkat Wilayah dan Pelayanan
Utama dan Seksi P2 (intelijen) di tingkat KPPBC namun secara hirarkis bukan merupakan
bawahan langsung dari Dir. P2. Struktur organisasi intelijen Bea Cukai idealnya harus
mengikuti struktur organisasi Bea Cukai yang ada, sebagai berikut :
Gambar 1.2
Struktur Organisasi Intelijen Bea Cukai
Bila kita mendengar kata “intelijen”, sebagian orang awam pasti mengasosiasikan
kata tersebut dengan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan mata-mata (spionase)
yang dilakukan secara tersembunyi. Seringkali kata intelijen dimaknai secara sempit
sebagai kegiatan spionase yang dilakukan oleh militer dan outputnya akan digunakan
oleh militer atau aparat pemerintah untuk melakukan tindakan represif. Bahkan, makna
kata intelijen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai sebagai
18 orang yg bertugas mencari (meng-amat-amati) seseorang; atau dinas rahasia (KBBI,
2010). Penafsiran makna secara sempit tersebut seringkali menimbulkan distorsi
terhadap makna intelijen yang sesungguhnya.
Dalam pengertian lainnya, arti kata inteleijen dapat pula dimaknai sebagai:
a. Seseorang atau organisasi yang terlibat dalam pengumpulan dan pemrosesan
informasi (seperti petugas intelijen, pengumpul informasi, seksi intelijen, analis
intelijen dan sebagainya).
b. Produk dari kegiatan suatu organisasi intelijen (seperti laporan intelijen-intrep,
penilaian intelijen dan sebagainya).
c. Kegiatan pemrosesan informasi oleh petugas intelijen untuk menghasilkan produk
intel (seperti analisis intelijen).
Dengan pemahaman makna yang lebih luas, intelijen dapat didefinisikan sebagai
“kegiatan logis berupa pengumpulan informasi, pengelolaan (manajemen) informasi,
pengolahan informasi dan analisis informasi mengenai sesuatu hal yang telah atau
sedang terjadi, dengan tujuan membuat suatu gambaran yang diperkirakan dapat
(akan) terjadi dikemudian hari berkenaan dengan obyek tersebut”. Berdasarkan definisi 19
tersebut, unsur-unsur penting yang perlu diberikan penekanan adalah:
- Disclosive.
- Predictive.
Disclosive
Predictive
Jika pada fungsi disclosive intelijen memperjelas apa yang telah atau sedang
terjadi, maka intelijen juga berfungsi sebagai unit yang menghasilkan prediksi yaitu apa
yang akan terjadi. Berdasarkan prediksi intelijen yang ditempuh melalui proses analisis
intelijen didapatkan hasil (produk intetelijen) berupa:
a) Penetapan target atau sasaran operasi (orang/importir/eksportir/PAX/ASP/
PLBX/PPJK, sarana pengangkut, TPS, KB, GB, TBB, GD/TPE BKC, dan lain-lain).
b) Kesimpulan (final report) dari suatu kegiatan intelijen/proyek.
c) Rekomendasi intelijen (rekrutmen, perubahan sisdur, operasi atau patroli bersama,
perubahan struktur organisasi, opsintel taktis, diklat, penambahan atau
pemutahiran sarana intelijen dan aspek organisasi pada umumnya).
To Produce Inteligence
Intelijen dalam tradisi kehidupan manusia dan militer memiliki aspek dasar yang
diamati yaitu; Intentions (tujuan), Capabilities (kemampuan/kekuatan), Limitation
(keterbatasan) dan Vulnerabilities (kerawanan). Pada dasarnya kegiatan intelijen yang
dilakukan bertujuan untuk menghasilkan suatu produk intelijen (inteligence product)
yang akan digunakan oleh unit operasional. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan
tersebut maka dalam dalam proses intelijen, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
a) Peraturan perundang-undangan.
b) Sistem dan prosedur (sisdur) pelayanan dan pengawasan.
c) Sumber daya manusia (SDM).
d) Fasilitas (sarana dan dana).
Elemen kunci dari intelijen adalah informasi, sehingga tanpa informasi tidak akan
ada intelijen. Kualitas produk intelijen yang dihasilkan dari kegiatan intelijen ditentukan
oleh:
22 a) Relevansi dari sejumlah informasi yang ada berdasarkan tujuan intelijen yang jelas.
b) Tingkat akurasi dari informasi itu.
c) Informasi tepat waktu (tersedia pada saat dibutuhkan).
Dalam pelaksanaan intelijen Pabean, elemen kunci intelijen yang sudah tidak
asing lagi bagi Bea Cukai yaitu; Who, What, When, Where, Why and How (5W+H),
hampir sama yang dilakukan dalam teknik penyidikan yang biasa disingkat menjadi SIADI
DEMAM BABI. Dalam mengumpulkan informasi keenam pertanyaan tersebut harus
terjawab secara tuntas dan rinci, sebagai berikut:
a) Dari siapa informasi dapat diperoleh (dalam jajaran Bea Cukai, POLRI, Kejaksaan,
Badan POM, Departemen Perdagangan, Imigrasi, BIN, Karantina, Kadin, Ginsi,
Gafeksi dan sebagainya).
b) Informasi apa yang diperlukan (tentang orang, perusahaan, eksportir, importir, PPJK,
suplier, barang, kegiatan, arus barang, fasilitas kepabeanan, harga barang, pabrik,
produsen, industri minuman, pabrik hasil tembakau (HT)/ Etil Alkohol (EA)/Minuman
mengandung etil alkohol (MMEA) dan sebagainya).
c) Kapan informasi itu harus sudah diperoleh (saat ini, secepatnya, paling lambat,
sepanjang periode tertentu).
d) Dimana informasi itu dapat diperoleh (di file, data base/pangkalan data, Kantor
Polisi, Kantor Penerbangan/Pelayaran, Kantor Freight Forwarder, internet dan
sebagainya).
e) Kenapa informasi itu diperlukan (karena data yang dimiliki kurang lengkap, ada
perbedaan data/information gap), untuk mengungkap modus operandi, untuk
melakukan pencegahan, penindakan, penegahan, penyelidikan, penyidikan, untuk
menetapkan kebijakan operasional, kepentingan dalam rangka menyusun rancangan
suatu peraturan dan sebagainya.
f) Bagaimana informasi itu diperoleh (dibeli, penugasan informan, melalui pertukaran
data elektronik (PDE) dengan unit lain dalam jajaran Bea Cukai atau instansi penegak
23
hukum lain, kerjasama dengan AP negara lain, diakses dari internet dan sebagainya.
Produk intelijen akan memiliki nilai yang tinggi apabila klien dapat segera
mengambil tindakan awal sebelum terjadi suatu peristiwa yang merugikan. Ini berarti
bahwa ahasil analisis intelijen harus berisikan suatu prediksi dan harus disampaikan
kepada klien yang memerlukan sebagai tindakan pencegahan (proaktif). Oleh karena
itulah, setiap tindakan intelijen idealnya bersifat proaktif dan bukan tindakan yang
reaktif karena telah terjadi suatu peristiwa yang merugikan.
Penyebaran produk intelijen harus tepat pada waktunya kepada klien yang
membutuhkan. Kriteria klien ini harus dibedakan antara primary client dan secondary
client. Idealnya, penyebaran produk intelijen yang bersifat taktis harus menyegerakan
penyampaian produk intelijen kepada klien pada level primary. Penyampaian produk
intelijen yang tepat waktu akan mencegah suatu peristiwa yang berpotensi merugikan
klien atau setidak-tidaknya ada tindakan preventif yang dapat disiapkan oleh klien.
Ketiga kelompok klien tersebut disebut sebagai primary clients. Diluar ketiga kelompok
tersebut namun masih relevan untuk mengakses produk intelijen disitilahkan dengan
secondary client.
Sifat kedudukan klien tidak melekat pada jabatan seseorang, akan tetapi sangat
tergantung dengan kegiatan intelijen yang dilaksanakan. Sebagai contoh, dalam kegiatan
intelijen pabean : Pejabat di tingkat pusat, klien nomor satunya adalah Direktur Jenderal
Bea dan Cukai, sedangkan Menteri Keuangan walaupun sebagai atasan dari klien nomor
satu tetap dianggap sebagai secondary clients. Dalam hal kegiatan intelijen dimintakan
oleh Departemen Keuangan, misalnya untuk merubah struktur organisasi. Dalam hal ini,
Menteri Keuangan adalah klien primer nomor satu.
Intelijen Strategis
Ilustrasi :
Kapal penangkap ikan Indonesia dan asing beroperasi di dalam daerah pabean
(DDP) atau teritorial Indonesia. Ancaman yang dapat timbul antara lain
pencurian ikan, pembongkaran atau pemindahan barang impor di tengah laut
ke kapal antar pulau untuk diselundupkan ke DDP Indonesia atau ke kapal
tujuan luar negeri untuk menghilangkan jejak (seperti perdagangan gelap
narkotika, senjata api atau barang larangan lainnya). Pejabat intelijen pusat
atau nasional harus membuat intelijen jangka panjang berupa perencanaan dan
pengelolaan sumber-sumber (daya) penegak hukum misalnya pengaturan
jadwal kapal patroli dan sebagainya.
Tujuan dari intelijen strategis adalah menetapkan intelijen jangka panjang yang
efektif, perencanaan tingkat nasional/pusat dan pengelolaan sumber-sumber (daya)
penegakan hukum sesuai ancaman yang dihadapi. Intelijen strategis bukan kegiatan
langsung di lapangan yang bersifat operasional atau tujuan penegakan hukum taktis
atau pengidentifikasian sasaran khusus. Intelijen strategis ada pada tingkat (lingkup)
nasional dan bahkan dapat berskala internasional. Intelijen strategis tidak bertujuan
sekedar mengungkap keadaan “kita dan lawan” saja.
Dalam intelijen strategis, proses yang diamati selain empat aspek tadi (intentions,
capabilities, limitation dan vulnerabilities) termasuk pula hal-hal yang mempunyai
kecenderungan umum atau hal-hal yang berperan sebagai faktor lingkungan
(environmental factor) yang berpengaruh. Intelijen strategis membuat prediksi
mengenai keadaan umum yang mungkin terjadi berkenaan dengan sesuatu hal. Untuk
memprediksi keadaan umum itu, hal yang menentukan adalah: Batasan masalah yang
dihadapi (Intelligence problems), dan perencanaan pengumpulan informasi (Collection
Information Planning).
Bila dalam intelijen taktis kita diarahkan kepada sasaran dari suatu masalah 27
yang dihadapi, maka pada intelijen strategis kita dibantu untuk menemukan
permasalahannya terlebih dahulu.
Kegunaan lain dari penerapan intelijen strategis adalah untuk tujuan perubahan
struktur dan sumber daya organisasi dalam menghadapi perubahan umum yang
diprediksi. Intelijen strategis bermanfaat dalam mengarahkan suatu organisasi agar
selaras dengan perubahan-perubahan kebijakan umum sebagai faktor lingkungan baik
internal maupun eksternal dalam mencapai tujuan organisasi. Seperti kegiatan
operasional administrasi pabean pada umumnya, untuk mencapai tujuan maka proses
pelaksanaan suatu kegiatan selalu dikelola (proses manajemen) dengan baik. Kegiatan
intelijen juga merupakan proses dari beberapa kegiatan yang mempunyai tahapan.
Ada dua hal mendasar dalam proses intelijen, yaitu: pengelolaan proses dan
pengawasan proses. Proses intelijen harus dikelola sebaik mungkin agar efisien dan
efektif dan pelaksanaan proses intelijen itu harus diawasi agar sedini mungkin dapat
diketahui bahwa intelijen itu gagal atau berhasil sesuai ukuran yang telah ditetapkan.
Selain itu yang juga merupakan hal penting dalam penerapan intelijen strategis adalah
tugas dari unit intelijen yang tidak boleh dilupakan adalah memberikan pelayanan
(berupa produk intelijen) kepada organisasi induknya (organisasi tempat dimana ia
berada). Data apa yang menjadi produknya yang harus disampaikan kepada organisasi
induknya adalah data yang disepakati sebelumnya. Untuk itu semua unit yang setingkat
(levelnya sama) harus diikutsertakan untuk menetapkan apa yang akan dihasilkan oleh
unit intelijen. Dengan demikian ditentukan juga apa yang dikerjakan dan dibutuhkan
untuk menghasilkan layanan unit intelijen tadi.
- Pemeriksaan barang impor secara selektif (pasal 3 ayat (3) dan pasal 4 ayat (2)
28
UUK), mendorong pemberitahuan jenis dan jumlah barang yang tidak benar.
- Pengangkutan (inland) dari TPS atau TPB ke TPS atau TPB yang tidak diawasi
secara fisik dan tanpa batas waktu harus tiba ditujuan (pasal 8A UUK) mendorong
penukaran barang dengan jenis barang yang lebih rendah baik kualitas maupun
harga bahkan penyelesaian kewajiban pabean fiktif.
- UUK tidak mengatur tentang barang impor yang harus diangkut lanjut yang
kemudian ternyata tidak diangkut lanjut. Ketentuan dalam pasal 65 ayat (1) huruf
a UUK hanya dinyatakan sebagai barang tidak dikuasi yang seterusnya dapat
dinyatakan sebagai milik negara dan seterusnya. Celah ini mendorong impor
limbah B3 dan sampah nuklir sebagai muatan lanjutan tujuan negara lain (fiktif)
dan berasal dari eksportir fiktif di negara asal.
- Penerapan Bea Masuk yang tinggi (pasal 12 ayat (1) UUK), akan mendorong
underinvoicing dan pemberitahuan jenis barang yang tidak benar.
- Restitusi PPN atas barang ekspor akan mendorong ekspor fiktif, overinvoicing dan 29
ekspor berulangkali dari satu barang yang pengimporannya tidak dikenai bea
masuk.
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
Modul Konsep Intelejen
- Penerapan Bea Masuk Anti Dumping (pasal 18 UUK), Bea Masuk Imbalan (pasal 21
UUK), Bea Masuk Tindakan Pengamanan (pasal 23A UUK) dan Bea Masuk
Pembalasan (pasal 23C UUK) ter-hadap barang impor tertentu dan dari negara
tertentu akan mendorong pemberitahuan impor tidak benar mengenai negara asal.
- Pemberian pembebasan bea masuk atas impor atas asas timbal balik, tujuan
tertentu dan barang pribadi tertentu (pasal 25 UUK) mendorong pemberitahuan
tidak benar mengenai kepemilikan dan tujuan pengimporan.
- Pemberian pembebasan atau keringanan bea masuk atas bahan baku yang diolah
untuk diekspor kembali –KITE (pasal 26 ayat (1) huruf k UUK), mendorong
terjadinya pengimporan bahan baku yang melebihi kebutuhan dan konversi bahan
baku ke barang jadi yang tidak benar.
- Pemberlakuan larangan atau pembatasan impor atau ekspor (pasal 53 UUK) akan
mendorong penyelundupan dan pemberitahuan tidak benar mengenai jumlah dan
jenis barang.
- Pelunasan cukai dengan cara melekatkan pita cukai atau pembubuhan tanda
pelunasan cukai lainnya (pasal 7 ayat (3) huruf b dan c UUC) mendorong
pemalsuan pita cukai atau tanda pelunasan.
- Pemberian pembebeasan cukai atas BKC yang digunakan sebagai bahan baku
atau penolong dalam pembuatan barang hasil akhir bukan merupakan BKC (pasal
30
9 ayat (1) huruf a UUC) akan mendorong laporan penggunaan yang lebih besar dan
konversi bahan baku yang tidak benar.
Intelijen Operasional
- Seringkali atau bahkan sudah banyak melakukan pemeriksaan barang impor atau
ekspor.
- Mengetahui siapa-siapa (importir, eksportir, PPJK, agen penerbangan, agen
pelayaran, perusahaan pengangkutan darat, freight forwarder, pabrik BKC,
pengusaha TBB, penerima fasilitas KITE, pengusaha Kawasan Berikat dan
sebagainya) yang melakukan pengurusan/penyelesaian kewajiban pabean
termasuk cukai.
- Mengetahui orang-orang yang terkait dalam perusahaan tertentu, hubungan
seseorang dengan orang lain dalam kegiatan bisnis.
- Mungkin mengetahui orang yang menjadi direktur di berbagai perusahaan.
- Mengetahui penyimpangan yang terjadi pada tingkat operasional yang tidak serius
untuk ukuran tingkat pusat/nasional yang oleh intelijen pusat dianggap tidak
termasuk kategori prioritas dalam kegiatan intelijennya yang kadang-kadang
diabaikan.
Hal-hal tersebut diatas akan membantu pembuatan profil risiko dan memaksimalkan
sumber daya (sarana dan manusia).
- Dengan penerapan sistem pemeriksaan secara selektif dan audit di KPU Tg. Priok,
mendorong pemberitahuan tidak benar mengenai jenis barang oleh importir
umum terutama barang TPT dan mainan yang terbuat dari plastik.
- Penerapan bea masuk yang tinggi terhadap gula pasir akan mendorong
pemberitahuan jumlah barang yang lebih kecil dari yang sebenarnya atau
pemberitahuan jenis barang yang tidak benar (misalnya diberitahukan sebagai
tepung terigu) melalui pelabuhan yang sering digunakan untuk mengimpor tepung
terigu dan penyelundupan melalui jalur di luar pelabuhan yang sulit dijangkau
32
petugas patroli di sepanjang pantai Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.
- Waktu diperkirakan pelanggaran akan terjadi (sepanjang tahun, mendekati hari raya,
awal/akhir tahun, bulan-bulan tertentu, malam hari atau siang hari).
- Sarana pengangkut yang digunakan (jenis: kapal laut kargo/penumpang, pesawat
terbang kargo/penumpang, helikopter, yacht, kapal penangkap ikan; kapasitas 33
muat/tonase kecil, keunggulan dari sarana pengangkut sejenis lainnya,
bendera/pemilik, rute, kecepatan dsb.).
Contoh sederhana :
Kapal penangkap ikan “Chen Yung” berbendera Taiwan menyelundupkan senjata
dan narkotika melalui pelabuhan Paloh, Kalimantan Barat. Intelijen Bea Cukai
harus membantu petugas lapangan Kantor Bea Cukai setempat untuk segera
menemukan kapal penangkap ikan tersebut berdasarkan produk intel yang
dihasilkan atau hasil pengembangan dari suatu produk intel.
- Perusahaan atau personal yang akan ditemui. Perlu dilakukan cek silang dengan
profil perusahaan dalam pangkalan data (impotir dan eksportir) untuk melihat
kemungkinan ada hubungannya dengan perusahaan yang diawasi atau bahkan sudah
masuk daftar hitam (black list) atau orang yang dikunjungi masuk dalam daftar orang
yang perlu diawasi kegiatannya.
- Frekuensi perjalanannya tinggi. Seseorang yang frekuensi perjalanannya tinggi
namun tidak jelas NOB-nya perlu dipantau secara terus menerus. Kurir ada yang baru
pertama kali berkunjung tetapi sudah berusaha menyelundup. Dalam banyak kasus
paling tidak pernah berkunjung satu sampai dua kali kemudian menjadi kurir.
- Tiket dan paspor.
- Bagasi atau barang personal effect.
- Maksud perjalanan. Pada umumnya maksud perjalanan suspect adalah berlibur dan
hanya sebagian kecil yang melaporkan kunjungannya untuk berbisnis atau kunjungan
sosial.
- Alamat yang dituju. Pada umumnya mencantumkan hotel namun perlu diperhatikan
seseorang yang mencantumkan alamat hotel seadanya (kata “hotel” saja, tanpa
nama hotel).
- Gerak gerik penumpang sejak turun dari pesawat sampai pada meja pemeriksaan
pabean. Bahkan perlu diperhatikan apakah ada yang menjemput, yang dapat
diketahui misalnya dengan melambaikan tangan kepada penjemputnya dan
penjemputnya apakah telah teridentifikasi. Termasuk kebiasaan atau hal-hal yang
dilakukan berbeda dengan yang dilakukan penumpang pada umumnya.
Pada umumnya apabila targetnya adalah tempat biasanya berkaitan dengan
orang, barang atau dokumen, hal-hal yang perlu mendapat perhatian IO adalah:
- Lokasi atau letak dari target dan situasi keamanan daerah sekitarnya.
- Aktivitas atau kegiatan apa saja yang ada di lokasi dan sekitarnya termasuk ada
penjagaan atau tidak di dalam dan di luar lokasi.
- Ada berapa akses/jalan untuk masuk ke lokasi dan akses/jalan mana yang paling
menguntungkan dari segi keamanan dan surveillance.
36 - Jumlah petugas yang dibutuhkan untuk surveillance atau penyergapan dan
penggeledahan untuk menemukan target sebenarnya.
- Indikator pelanggaran di tempat tersebut.
Dalam pelaksanaan kegiatan intelijen taktis, ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai, antara lain adalah :
a) Memberikan petunjuk kepada petugas operasional (seperti antara lain pemeriksa
dokumen, pemeriksa barang, pemeriksa penumpang, penyidik, verifikator, auditor,
penerbit SPPB, petugas pengeluaran barang dan sebagainya) untuk mencegah
pelanggaran atau memperjelas pelanggaran yang terjadi.
b) Menjelaskan secara rinci mengenai pelaku pelanggaran, kemasan (koper, peti,
karton, sak dan lain-lain) atau peti kemas, tempat dimana disembunyikan atau
ditimbun barang dan sarana pengangkut yang digunakan untuk menyelundup atau
melanggar hukum.
c) Memberikan petunjuk kepada petugas operasional di lapangan bagaimana
melakukan knock action (penyergapan), penggeledahan, surveillance, patroli,
infiltrasi dan control delivery serta penyidikan.
d) Mengetahui kerugian negara (sehingga perlu tidaknya dilakukan audit atau untuk
kepentingan penyidikan).
Salah satu contoh praktik intelijen taktis di Bea Cukai saat ini yang dikenal dengan
istilah past record. Sepanjang suatu perusahaan dinyatakan statusnya sebagai
perusahaan yang “not clean” (sebagai produk intelijen taktis) maka produk tersebut
diberlakukan terus terhadap perusahaan yang bersangkutan dan dipakai oleh unit
operasional sebagai dasar untuk melakukan pengawasan ketat terhadap yang
bersangkutan (terkenal dengan istilah terkena jalur merah-pemeriksaan fisik).
Konsekuensi logisnya adalah petugas operasional setiap kali melakukan pemeriksaan
fisik atas barang impor perusahaan tersebut, harus menemukan kesalahan.
Disinilah peran kunci yang dimiliki oleh institusi bea cukai. Bea cukai dituntut
untuk mengelola setiap resiko-resiko yang akan muncul dalam arus barangimpor dan
ekspor. Terhadap barang yang memiliki resiko rendah, idealnya dapat lebih diperlancar
pengeluarannya. Begitu pula sebalikanya, terhadap barang dengan resiko yang tinggi
hendaknya diperlakukan tindakan pengawasan yang lebih besar. Konsep inilah yang kita
38 kenal dengan isitilah manajemen resiko terhadap prosedur pabean.
Model manajemen resiko yang direferensikan oleh WCO dapat dilihat dalam
tampilan Gambar 1.4 berikut. DJBC pada dasarnya juga telah mengadopsi model
manajemen resiko seperti ini, meskipun dengan pengembangan tersendiri sesuai
dengan karakteristik resiko yang dihadapi di Indonesia. Penerapan manajemen resiko
dalam prosedur kepabeanan Indonesia saat ini diaplikasikan dalam bentuk lima jalur
pengeluaran barang impor, yaitu: jalur merah, jalur kuning, jalur hijau, jalur MITA non
prioritas dan jalur MITA prioritas.
39
Gambar 1.3
Model Manajemen Resiko oleh WCO
c. 3. Tugas Intelijen
rekam suara dan gambar, peralatan fotografi, dan lain-lain turut menentukan
berhasil tidaknya suatu kegiatan intelijen.
Pada sub pokok bahasan ini, kita akan mempelajari lebih jauh mengenai TIC yang
mencakup konsep TIC serta penjelasan mengenai tahapan-tahapan dalam TIC. Siklus
Intelijen (TIC) pada hakekatnya adalah asas intelijen. Setiap tahapan dalam siklus
intelijen merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan secara cermat dan logis dalam
proses intelijen. Setiap tahapan kegiatan intelijen itu saling terkait, tergantung satu
sama lain, dan merupakan satu siklus (setelah tahap akhir selesai kembali ke tahap awal
lagi, dilakukan terus menerus). Kegiatan-kegiatan yang bersifat siklus itu merupakan
keseluruhan dari proses intelijen.
Secara garis besar TIC meliputi 4 tahapan utama, yaitu : Direction, Collection,
Processing, dan Dissemination. Konsep TIC yang dikemukakan oleh World Customs
Organmization masih menambahkan satu kegiatan lagi, yaitu : Formal Review, sehingga
total tahapan TIC menjadi 5 tahapan (WCO, 2009). Masing-masing tahapan tersebut,
masih dirinci lagi dalam tahapan kegiatan yang lebih spesifik, antara lain :
44 intelijen).
- mempersiapkan dan menilai data yang ada (telah dimiliki dalam pangkalan data).
- identifikasi informasi yang dibutuhkan.
Dalam siklus intelijen, analis harus mengetahui tujuan organisasi dan kebutuhan
klien sehubungan dengan kapan dilaksanakan pengumpulan informasi yang diperlukan.
Produk akhir dari intelijen mempunyai nilai jika dapat membantu pemimpin dalam
mencapai tujuan operasional dari organisasi. Sekali diputuskan bahwa intelijen
diperlukan maka suatu proses sudah harus dimulai, yaitu pengumpulan informasi yang
relevan dengan tertib dan seksama. Proses ini disebut perencanaan pengumpulan
(collecting planning). Proses ini dapat dilakukan untuk mempersiapkan intelijen baik
taktis, operasional maupun strategis.
pengembangan dari suatu kegiatan intelijen atau Informasi umum, untuk menambah
data base atau kumpulan dokumen/data.
Ada dua cara pengumpulan informasi yang sering digunakan oleh unit intelijen:
a) Pengumpulan secara pasif atau statis, dan
b) Dinamis atau aktif.
Perlu dicatat bahwa kegiatan perencanaan pengumpulan membuat tidak ada perbedaan
antar kedua tipe pengumpulan tersebut diatas. Seluruh informasi yang diperlukan oleh
organisasi harus didaftar dalam bentuk ren-cana pengumpulan statis dan dinamis.
Rencana pengumpulan statis perlu selalu ditinjau kembali secara priodik untuk
mencantumkan bahwa data itu masih memenuhi tujuan dalam hal relevansinya dengan
kebutuhan, tepat waktu dan keefektifan biaya. Sumber-sumber dan badan-badan
pemberi informasi (sepanjang keamanan mengijinkan) harus tetap diberitahukan semua
kepentingan intelijen. Dengan cara itu kadang-kadang mereka dapat memberikan
informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh Bea Cukai selain dari yang diberikan
sebagai hasil dari penugasan-penugasan khusus.
Kolom 3
Hongkong Customs Mabes Polri DEA
Bisnis Bisnis Catatan Riwayat Catatan Kelompok
utama lainnya kejahatan hidup kejahatan /sindikat
Kolom 4: Diisi mengenai waktu (tanggal dan jam) kapan informasi dapat diperoleh atau
diserahkan.
Kolom 5: Diisi mengenai cara pengiriman/perolehan informasi (pertelepon, facsimile, E-
mail, kurir dan lain-lain).
Dalam tahapan ini cara dan tempat penerimaan informasi, waktu atau lamanya
pengumpulan informasi harus ditetapkan. Dengan demikian selalu harus dimonitor
kemajuan yang dicapai petugas pengumpul data. Terlepas dari sumber dan metode apa
yang digunakan dalam pengumpulan informasi, pengumpulan yang efektif harus
didasarkan pada tujuan formal dari intelijen dan harus dapat diidentifikasi adanya
perbedaan informasi.
Pengumpulan Informasi
Hambatan Pengumpulan
Pengecekan Produktivitas.
Dalam hal seperti ini, berikan kesempatan kepada pegawai untuk mencari sumber
lain. Informasi yang dikumpulkan mungkin bernilai atau tidak. Nilai atau kegunaan
informasi ditentukan oleh:
a) Validity, kebenaran dari informasi.
b) Reliability, dapat dipercaya.
c) Relevance, ada relevansi dengan permasalahan intelijen atau seku-rang-
kurangnya ada relevansinya dengan data yang dimiliki.
d) Timely, diterima tepat pada waktu yang ditetapkan.
3) Processing
Tahapan yang ketiga dari TIC adalah tahap processing. Pada tahapan ini kegiatan
intelijen masih dibedakan lagi pada kegiatan-kegiatan yang lebih spesifik, antara lain:
evaluation, collation dan analysis.
Evaluasi Informasi
Sering sekali tidak ditentukan apakah suatu informasi benar atau salah pada saat
diterima. Keakuratan relatif dari suatu informasi dites atau diuji dengan
membandingkan dengan fakta dari laporan yang ada atau menghubungkan dengan pola 53
kejadian pada saat itu. Penggolongan indeks akurat didasarkan pada informasi yang
sudah dinilai dan pengetahuan yang sesuai masalah yang telah dilaporkan.
Evaluasi Sumber
55
Pembandingan (Collation)
Analisis
Kegiatan spesifik lainnya yang terdapat dalam tahap Processing adalah analisis.
Kegiatan analisis dimulai dari penyusunan data yang tidak berhubungan menjadi data
yang saling berhubungan dan membentuk informasi yang sangat berguna. Kegiatan ini
meliputi:
a. Memperjelas kembali problem intelijen.
b. Pengitegrasian data yang tersedia.
c. Menggunakan induktif logis.
d. Pengembangan konklusi dan pengembangan ramalan.
Untuk melihat hubungan informasi yang diterima, cara yang digunakan yaitu;
a) Association Matrix, yaitu matrik lengkap mengenai hubungan antar poin-poin
penting yang dianalisis
b) Link diagram, yaitu diagram yang menunjukkan hubungan antar entitas yang terkait
(perorangan, perusahaan, institusi, dan lain-lain )
c) Activity flow chart , yaitu diagram yang menunjukkan pola atau urutan operasi
termasuk modus operandi.
d) Commodity flow chart, yaitu diagram yang disusun untuk menunjukkan aliran uang,
57
narkotika, barang-barang ilegal atau komoditas lain melalui elemen organisasi.
e) Event flow chart, yaitu diagram yang menunjukkan kronologis dan hubungan antar
peristiwa yang diamati .
Tahap awal dari analisis intelijen adalah penilaian atas raw data yang diperoleh
yang biasa disebut inference dan inference lebih lanjut dinilai kemungkinannya
sehubungan dengan telah, sedang, dan mungkin akan terjadi.
Pengembangan Inference
Proses pemikiran yang dijelaskan disini, bahwa tidaklah setiap orang secara
gampang dapat melaksanakan pengembangan inference dalam praktik sehari-hari
karena proses pemikiran kita dipengaruhi oleh:
a) Tingkat kecerdasan.
b) Pendidikan formal.
c) Pengetahuan yang dimiliki.
d) Bias perorangan (kecenderungan memihak).
e) Merasa tahu lebih banyak tapi sebenarnya tidak.
4) Dissemination (Penyebaran)
Diseminasi merupakan tahap akhir dari TIC secara umum (walaupun beberapa
refernsi lain seperti WCO memasukkan tahapan Review sebagai tahap terakhir TIC).
Hasil dari proses analisis intelijen yang disebut dengan istilah sehari-hari sebagai
“produk intelijen” (produk intel) harus segera disebarkan. Tahapan ini merupakan
tahapan yang paling penting dan krusial. Produk intelijen kalau tidak disebarkan tepat
pada waktunya kepada yang memerlukan untuk mencapai tujuan operasi atau untuk
menyusun suatu rencana maka proses intelijen itu sendiri telah gagal mencapai
tujuannya.
Diseminasi produk intel mempunyai tiga prinsip utama, yaitu:
a) Diatas dari segala-galanya, pendistribusian harus tepat waktu (timely)
b) Untuk pendayagunaan yang maksimal, produk intel harus dibuat dalam format yang
sesuai dengan kebutuhan pemakai 59
Tujuan peninjauan kembali adalah untuk melihat apakah perlu dilakukan revisi
terhadap collection plan dan juga memberi kesempatan petugas intelijen (analis) untuk
lebih mempertegas (akurat) atau memperbaiki produk intelijennya. Peninjauan kembali
dilakukan oleh Petugas PE, Petugas pembanding, analis, klien, dan unit pengelola
(manajemen) intelijen.
Pengertian penilaian dan peninjauan kembali yang dilakukan disini adalah pada
tahap pengumpulan. Penilaian pada tahapan ini adalah untuk melihat apakah seluruh
data yang terkumpul masih sesuai dengan kebutuhan sebelum dianalisis lebih lanjut,
karena adanya perubahan atau perkembangan baru. Misalnya, pada saat menetapkan
problem intelijen dan perencanaan pengumpulan belum ada trayek pelayaran umum
atau regular di daerah yang sedang diamati (diklasifikasi sebagai daerah rawan
penyelundupan).
1.2 Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini, coba kerjakan
latihan-latihan berikut ini secara mandiri.
1. Jelaskan dua fungsi utama keberadaan institusi Bea Cukai dan bagaimana cara yang
dapat ditempuh untuk menyelaraskan kedua fungsi tersebut !
2. Jelaskan mengapa intelijen pabean diperlukan !
3. Jelaskan pengertian dan fungsi intelijen !
4. Jelaskan jenis-jenis intelijen berdasarkan ruang lingkup dan persoalan yang dihadapi
!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan The Intelegence Cycle serta jelaskan secara
skematis ! 61
1.3 Rangkuman
- Fungsi Bea dan Cukai di setiap negara pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu :
a) Fungsi Pengawasan (customs control); yaitu pengawasan terhadap lalu lintas
barang yang berkaitan dengan impor, ekspor dan barang tertentu yang diangkut
dalam daerah pabean serta Barang Kena Cukai (BKC).
b) Fungsi Pelayanan (customs service); yaitu memfasilitasi perkembangan industri
dan perdagangan dalam negeri, mengurangi ekonomi biaya tinggi dan
memperlancar arus barang dan dokumen.
- Definisi intelijen berdasarkan pemahaman makna secara luas, adalah : kegiatan logis
berupa pengumpulan informasi, pengelolaan (manajemen) informasi, pengolahan
informasi dan analisis informasi mengenai sesuatu hal yang telah atau sedang
terjadi, dengan tujuan membuat suatu gambaran yang diperkirakan dapat (akan)
terjadi dikemudian hari berkenaan dengan obyek tersebut .
- Fungsi intelijen yang dilakukan oleh suatu institusi, pada dasarnya adalah: disclosive,
Predictive, dan to produce intelligence (Produk Intelijen). Pengertian disclosive adalah
untuk memperjelas problem intelijen (PI) pabean. Predictive, mengandung makna
bahwa intelijen berfungsi untuk mengestimasi atau memprediksi apa yang akan
terjadi berdasarkan analisis data dan informasi yang didapatkan. Pelaksanaan
kegiatan intelijen akan menghasilkan produk berupa produk intelijen.
- Elemen kunci dari intelijen adalah informasi, sehingga tanpa informasi tidak akan ada
intelijen. Kualitas produk intelijen yang dihasilkan dalam suatu kegiatan intelijen
ditentukan oleh:
a) Relevansi dari sejumlah informasi yang ada berdasarkan tujuan intelijen yang
jelas.
b) Tingkat akurasi dari informasi itu.
c) Informasi tepat waktu (tersedia pada saat dibutuhkan).
62
- Siklus Intelijen (TIC) adalah tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan secara cermat
dan logis dalam proses intelijen dimana setiap tahapan kegiatan itu saling terkait,
tergantung satu sama lain, dan merupakan satu siklus yang tidak terpurus. Secara
garis besar TIC meliputi 4 tahapan utama, yaitu : Direction, Collection, Processing,
dan Dissemination. Dalam pelaksanaannya TIC dibagi kedalam tahapan-tahapan yang
lebih spesifik, sebagai berikut: Planning, Collection, Evaluation, Collation. Analysis,
Dissemination, dan Review .
63
Untuk menguji pemahaman anda dalam Kegiatan Belajar 1, kerjakan soal-soal berikut
ini dengan cara melingkari atau memberi tanda silang ( X ) pada jawaban yang benar.
2. Salah satu alasan yang melatarbelakangi mengapa intelijen pabean masih diperlukan
adalah...
a. Musuh Beacukai seperti musuh militer yang memiliki organisasi yang nyata
b. Era teknologi yang semakin berkembang membuat para pelaku perdagangan
semakin kompromi dengan aturan yang ada
c. Semakin maju suatu negara maka semakin menyempitnya permasalahan
kepabeanan yang dihadapi
d. Masih adanya orang-orang atau kelompok yang berusaha untuk menghindari
peraturan kepabeanan untuk kepentingan sendiri
3. Poin-poin pokok yang terdapat dalam definisi intelijen pabean (beacukai) adalah...
6. Agar kegiatan intelijen dapat berlangsung secara efektif maka harus diperhatikan...
a. The intelligence cycle
b. Tujuan kegiatan intelijen
c. Prinsip-prinsip intelijen
d. Penetapan Intelligence problem, proactive, dan timely dissemination
10. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan intelijen taktis adalah sebagai berikut,
kecuali...
a. Memberi petunjuk kepada petugas operasional
b. Memperjelas secara rinci mengenai pelaku pelanggaran, kemasan atau peti
kemas, tempat penyembunyian barang selundupan, dan sarana pengangkut
yang digunakan
c. Mengestimasikan kerugian negara yang mungkin timbul sebagai referensi bagi
petugas operasional dalam menentukan tindakan selanjutnya
d. Menginstruksikan langkah-langkah melakukan penyergapan (knock action),
control delivery maupun tindakan penyidikan
14. Aplikasi manajemen resiko yang direferensikan oleh WCO dan banyak diterapkan
oleh para anggotanya adalah :
a. Post seizure analysist assesment (PSAA)
b. Preshipment inspection
c. Analyzing point dalam prosedur impor
d. Pemeriksaan barang impor secara selektif (red, green, yellow channel systems)
15. Kegiatan spesifik yang dilakukan dalam tahapan processing di dalam TIC, meliputi...
a. Analyze, collate dan evalluate
b. Evaluate, reviews, dan briefing
c. Monitor, analyze, dan evalluate
d. Identify, collate, dan analyze
67
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan (di
halaman akhir). Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini.
Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah
terinci dibawah rumus.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai:
91 % s.d 100 % : Sangat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
0% s.d. 60 % : Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai
materi Kegiatan Belajar 1 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat melanjutkan
pada Kegiatan Belajar 2.
68
a. Produk Intelijen
S
eperti halnya informasi yang dikumpulkan,
maka produk intelijen juga harus memenuhi
syarat, yaitu:
1) tingkat akurasi yang tinggi;
2) relevansi dengan problem intelijen (PI); dan
3) tepat waktu.
Dalam praktek pelaksanaan pengumpulan dan pertukaran informasi, unit intelijen tidak
hanya memperoleh informasi atau data yang belum dianalisis (raw data) tetapi dapat 69
juga berupa produk intelijen dari sumber informasi (biasanya dari unit intelijen/agensi
yang ada hubungan kerjasama atau berdasarkan perjanjian formal). Akurasi produk
intelijen menentukan keberhasilan operasi penegakan hukum.
Ilustrasi: Produk intelijen mengenai kurir narkotila yang akan tiba di bandara
dengan rincian informasi mengenai nama atau alias, kewarganegaraan, tinggi
badan, ciri-ciri khusus, pesawat yang digunakan, perkiraan tiba dan informasi
lainnya.
Produk intelijen dapat dikatagorikan sebagai produk efektif apabila klien dengan
produk itu dapat melakukan tindakan proaktif. Salah satu contohnya adalah dalam
peristiwa invasi Irak ke Kuwait. Suatu badan intelijen militer melakukan kegiatan
intelijen untuk melihat dimasadatang, apa yang akan dilakukan Irak setelah bertahun-
tahun berperang melawan Iran. Berdasarkan hasil pemrosesan informasi dan analisis
intelijen dihasilkan PI bahwa pasukan Irak akan segera memasuki wilayah Kuwait.
Produk intelijen dapat diterima tepat waktu sehinga unit operasional/klien dapat
melakukan tindakan proaktif. Pemerintah Kuwait dapat segera melakukan tindakan
pencegahan masuknya pasukan Irak ke Kuwait dengan meminta bantuan sekutu-
sekutunya.
Produk intelijen adalah hasil dari pemrosesan informasi yang dilakukan oleh
analis, dengan perkataan lain produk intelijen adalah hasil analisis dari sekumpulan
informasi. Seperti halnya tipe intelijen maka produk intelijen pabean juga dibagi dalam
tiga tipe yaitu;
1) Produk intelijen strategis;
70
2) Produk intelijen operasional; dan
3) Produk intelijen taktis atau target.
Berikut ini kita akan lihat beberapa produk intelijen untuk masing-masing tipe
intelijen. Penjelasan terhadap masing-masing PI akan disertai rekomendasi singkat untuk
menggambarkan bahwa intelijen merupakan salah satu faktor kunci dalam pelaksanaan
tugas Bea Cukai.
Produk Intelijen Strategis (PIS) pada umumnya bersifat jangka panjang dan
dituangkan dalam bentuk program yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam kegiatan
intelijen operasional dan seterusnya pada tingkat taktis. Sumber PIS berasal dari
informasi atau /intelijen dasar dalam bentuk kemungkinan yang akan dihadapi
berdasarkan celah atau kelemahan peraturan perundang-undangan atau kebijakan di
satu sisi. Di sisi lain peraturan perundang-undangan dan kebijakan itu merupakan
hambatan bagi pelaku kejahatan (customs fraud), atau sumber itu dari catatan
kejahatan yang terungkap yang telah dimasukkan dalam pangkalan data in-telijen.
Dalam periode tertentu, unit intelijen strategis melakukan evaluasi hasil (apakah
dilaksanakan atau tidak) dari rekomendasi yang telah disampaikan kepada klien
primernya. PIS yang paling tua umurnya adalah “penyelundupan akan meningkat sesuai
kemajuan di bidang teknologi dan perdagangan”. Berdasarkan produk tersebut kepada
unit intelijen pabean disarankan (rekomendasi) untuk:
71
PIS lainnya yang juga termasuk sudah sangat lama adalah” pemalsuan pita cukai
dan penjualan hasil tembakau (rokok) tanpa pita cukai. Berdasarkan produk ini, unit
intelijen pabean memberi rekomendasi kepada klien primernya untuk:
1) Meningkatkan kualitas pita cukai sehingga sulit dipalsukan dan secara visual (kasat
mata) mudah diketahui apabila palsu.
2) Membandingkan jumlah pesanan pita cukai dengan perkiraan jumlah konsumsi
rokok (jumlah perokok) serta kapasitas produksi pabrik-pabrik rokok.
3) Pengecekan secara random dalam periode tertentu pita cukai yang dilekatkan pada
bungkusan rokok di TPE, Penyalur dan pabrik/TP BKC.
Begitu juga PIS mengenai peredaran MMEA dan EA baik produk dalam negeri
maupun eks impor ilegal. Rekomendasi intelijen terhadap produk intelijen ini mudah
namun sulit dilaksanakan, yaitu operasi penangkapan dilapangan baik produk MMEA
dan EA maupun pabrik gelap.
Ada golongan konsumen yang senang menggunakan mobil built up impor di satu
sisi dan di sisi lain ada fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak impor lainnya bagi
pejabat atau diplomat perwakilan/kedutaan negara sahabat berdasarkan asas timbal
balik dan fasilitas bagi pejabat lembaga internasional tertentu. Dua sisi yang saling
mendukung ini mendorong fasilitas pembebasan tersebut untuk disalahgunakan (PIS).
Ilustrasi: dengan logika induktif bahwa di daerah permukiman (real estat) yang
berdekatan dengan daerah kumuh akan banyak pemcurian jika tidak ada
penjagaan ketat. Diperoleh informasi bahwa setiap bulan ada rumah di
permukiman (real estate) dibobol maling. Produk intelijen strategisnya adalah
perlu melibatkan stake holder (penghuni permu-kiman) dalam penjagaan
keamanan di wilayah permukiman.
Simplifikasi prosedur di satu sisi menguntungkan importir dan eksportir, namun di sisi
lain membuka peluang terjadinya penghindaran atau customs fraud (informasi intelijen
strategis).
1) Berarti selama ini telah ada pabrik gelap narkotika dan psikotropika yang omsetnya
triliunan rupiah. Uang hasil penjualan produksinya pasti akan dibawa keluar negeri
agar menjadi dana legal (money laundering). Membawa uang keluar negeri dapat
dalam bentuk uang asing, berarti dari rupiah terlebih dahulu ditukar menjadi dollar
atau mata uang asing lainnya atau melalui transaksi impor. Melalui proses analisis
74
setelah diperoleh informasi lain mengenai impor dan perjalanan keluar negeri
terhadap orang-orang yang dicurigai, maka akan diperoleh produk intelijen bahwa
“Telah atau akan terjadi pen-cucian uang dengan cara membawa uang tunai ke luar
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
negeri atau melalui transaksi impor (fiktif, over invoicing, sampah, barang-barang
tidak berharga, barang-barang tidak dibutuhkan/tidak berguna dan lain-lain)”. Dari
produk intelijen tersebut diperoleh rekomendasi untuk melakukan pemeriksaan
penumpang yang berangkat ke luar negeri dengan mempertimbangkan risiko dan
profil penumpang. Rekomendasi lainnya adalah agar impor barang tertentu sesuai
penilaian risiko dan profil barang (yang tidak lazim diimpor atau lazim tetapi terjadi
penyimpangan misalnya diimpor oleh importir lain bukan oleh importir selama ini)
agar dilakukan pemeriksaan yang teliti (mendalam).
3) Melihat jumlah omzet perdagangan gelap narkotika yang sangat besar seperti yang
diberitakan dalam media, berdasarkan analisis intelijen diperoleh produk intelijen
bahwa hasil pejualan tersebut dapat terjadi beberapa kemungkinan, antara lain:
- dibelanjakan di bidang properti (pembangunan perumahan, hotel dan
apartemen).
- disimpan dalam bentuk deposito secara bertahap atas nama beberapa deposan
anggota sindikat pada beberapa bank. 75
- dibelikan saham/kertas berharga.
- dibawa keluar negeri dalam betuk uang tunai.
Dari empat kemungkinan tersebut yang lebih aman buat pelaku adalah dibawa
keluar negeri dalam bentuk uang tunai. Untuk membawa hasil penjualan narkotika
keluar negeri bisa dipastikan tidak dalam mata uang rupiah karena volumenya terlalu
besar berarti hasil penjualan tersebut akan ditukarkan dengan mata uang asing
(terutama dollar dan dinar). Hal ini akan mempengaruhi nilai tukar rupiah. Rekomendasi
unit intelijen adalah agar perusahaan penukaran uang kertas (non bank) atau money
changer agar diawasi secara ketat.
Catatan: Ciri khas pencuci uang (launderer) memiliki kartu kredit tanpa batas dan dalam
berbelanja dengan menggunakan kartu kredtit selalu dalam jumlah yang mengagumkan
dan membuat orang ber-decak.
Ilustrasi: Uang dalam jumlah besar ditransfer melalui bank di Jakarta ke beberapa
bank dan beberapa rekening setiap bank di Batam. Di Batam di tarik dalam bentuk
tunai untuk ditukar dengan mata uang asing untuk kemudian dibawa ke luar
negeri (Singapura atau negara lain).
Produk intelijen operasional (PIO) bersumber dari produk intelijen strategis atau
dari hasil pengembangan dari infomasi (strategis, operasional dan taktis) yang belum
dianalisis menjadi porduk intelijen dan dari hasil program intelijen wilayah (operasional)
sendiri. Penyelundupan akan meningkat sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan
perdagangan (produk intelijen strategis). Produk intelijen strategis ini oleh intelijen
wilayah lebih lanjut dijabarkan dalam bentuk program yang meliputi pengumpulan
informasi (kegiatan intelijen operasional) yang berkaitan dengan kemajuan teknologi
(komunikasi, sarana transportasi, teknik pengangkutan dan packaging/pengemas) dan
ketentuan (kuota, pembatasan, larangan, asas timbal balik dan lain-lain) perdagangan.
- Tongkang yang beroperasi di daerah selat Malaka mengangkut kayu glondongan hasil
illegal logging. Rekomendasi: agar dilakukan patroli rutin oleh Kapal Patroli Bea Cukai
Belawan di perairan selat Malaka.
- Impor dengan kontener yang dimuat kapal dengan tonase (DWT) seribu ton yang
dimuat di Singapura membongkar minuman dalam kaleng di pelabuahn Kepulauan
Riau dan diberitahukan dalam manifes sebagai kaleng (pengemas) kosong.
Rekomendasi: Agar kapal ex Singapura yang membongkar muatan barang impor
tujuan pelabuhan di Kepulauan Riau (Batam, Tg. Balai Karimun, Bintan, Natuna dan
Tg. Pinang) agar dilakukan Boot Zoeking dan pemeriksan jabatan atas barang impor
tersebut.
- Nomor kontener kosong (M/T container) ex kapal dengan DWT 1000 ton rute tetap
dengan jarak pendek (Singapura-Tanjung Priok pp.) dimanfaatkan (nomornya dipakai)
pada kontener berisi barang impor berupa minuman kaleng. Rekomendasi:
Pengeluaran kontener kosong dari kawasan pabean harus dalam keadaan terbuka
(salah satu pintu dilipat) dan satu kontener untuk satu trailer peng-angkut.
PIO yang termasuk produk tua dan masih perlu diperhatikan adalah
“pembongkaran barang impor dari kapal DWT 1000 ton kebawah di dalam area reede
sebelum sandar di kade dan dilakukan pada malam hari”. Rekomendasi: agar dilakukan
boot zoeking begitu kapal membuang sauh (lego jangkar) menunggu giliran merapat
atau sandar di kade. Patroli rutin di laut atau di perbatasan darat dengan cara lain yang
disarankan untuk dilaksanakan (sebagai rekomendasi dari produk intelijen operasional)
tidak hanya semata-mata untuk mencegah penyelundupan tetapi juga untuk menjaga
integritas dan wilayah teritorial Indonesia.
Khusus perbatasan antara Sarawak dan Kalimantan Barat (Tebedu dan Entikong),
pendukduk kedua wilayah diizinkan melintasi perbatasan dengan menggunakan
kendaraan pribadi disamping kendaraan umum (bus penumpang dan truk untuk barang)
mengandung risiko strategis, ope-rasional dan taktis. Produk intelijen operasional
menyebutkan kemung-kinan tidak kembalinya ke wilayah asal (Sarawak), modus
Peredaran atau penjualan rokok tanpa (membayar) pita cukai juga merupakan
problem intelijen Bea Cukai sejak terbentuknya instansi ini sampai sekarang, begitu juga
EA dan MMEA ilegal. Patroli darat Bea Cukai pernah mencegat pengangkutan EA dari
rumah sakit dengan menggunakan ambulans untuk dibuat menjadi MMEA (ex EA yang
dipakai untuk membuat obat atau untuk pengobatan di rumah sakit yang mendapat
pembebasan cukai). Rekomendasi intelijennya tentu dengan melakukan patroli seperti
yang dikemukakan diatas.
PIO yang sering berulang terungkap dikenal dengan istilah “teori balon”. Bea Cukai
dalam upaya mencegah pelanggaran pabean di satu tempat maka pelanggaran akan
menggelembung di tempat lain. Jadi seperti halnya balon yang sudah ditiup jika dipencet
pada salah satu ujungnya maka pada ujung lain akan membesar (menggelumbung). Itu
sebabnya disebut teori balon. Rekomendasi bagi petugas Bea Cukai adalah lakukan
pencegahan di semua lokasi rawan pada saat yang bersamaan. Produk intelijen
operasional tersebut diatas hanya beberapa saja sebagai gambaran bagaimana peliknya
pencegahan pelanggaran yang sangat banyak jumlah kejadiannya.
Produk intelijen taktis Bea Cukai yang dituangkan dalam sisdur dengan sebutan
“jalur merah” berdasarkan penilaian risiko secara tetap dan kadang-kadang hanya
memenuhi salah satu dari indikator yang diper-syaratkan. Indikator risiko tersebut
biasanya dipakai dalam melakukan analisis intelijen operasional dan taktis, antara lain:
- Negara asal barang/pelabuhan muat;
- Perusahaan pengangkutan yang mengangkut atau pengangkutnya;
- Kategori dari importir yang bersangkutan, lazim disebut importir umum (bukan jalur
prioritas, bukan importir produsen, bukan yang mendapat fasilitas KB/KITE dan
sebagainya);
- Past record (rekam jejak) importir (sering dikenai denda karena pelanggaran,
misdiskripsi/salah pemberitahuan yang tidak berat kesalahannya dan kesalahan kecil
lainnya);
- Profil perusahaan (direktur, pengurus diragukan/ tidak jelas iden-titasnya);
- Kelompok jenis barang tertentu; dan lain-lain. 81
Produk “jalur merah” ini sedikit menyimpang dari prinsip analisis dan
pemanfaatan produk intelijen, karena dampaknya tidak mengurangi tugas pejabat
operasional pelayanan. Importir yang secara terus menerus terkena produk ini dalam
waktu yang cukup panjang (misalnya 1 tahun), ternyata tidak pernah melanggar tetapi
dalam tahun-tahun berikutnya importir ini tetap terkena produk ini sehingga barang
impornya selalu diperiksa walaupun importasinya dari Eropa (pelabuhan tidak berisiko).
Walaupun kriteria sudah berubah atau berkurang, tetap dilayani dengan jalur merah.
Pada kasus seperti ini hendaknya intelijen operasional dan taktis memberikan
rekomendasi agar yang bersangkutan tidak lagi terkena produk “jalur merah”. Hal ini
akan mengurangi pekerjaan opersional pelayanan sehingga pelayanan dapat semakin
lancar. Produk intelijen tidak hanya bertujuan untuk pencegahan pelanggaran tetapi
juga dimaksudkan untuk melancarkan arus barang, orang dan dokumen.
Pemeriksaan fisik barang impor dan ekspor berdasarkan random yang ditetapkan
melalui program aplikasi dalam komputer pelayanan pabean merupakan rekomendasi
dari produk intelijen operasional yang diterapkan oleh intelijen taktis setelah dilakukan
tambahan analisis. Ini dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan fasilitas sisdur
dalam bentuk jalur hijau (produk intelijen).
Ilustrasi: Analisis ini menghasilkan produk in-telijen taktis “Si Badu akan
menyelundup di Cirebon”, untuk itu dire-komendasikan agar Cirebon dimasukkan
dalam daftar pemeriksaan ketat terutama barang impor Si Badu”.
Produk intelijen taktis biasa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
82 Sebagai contoh: suatu fenomena yang biasa terjadi akan tetapi untuk beberapa waktu
fenomena tersebut tidak lagi terjadi. Kemudian dalam rentang waktu yang cukup lama,
fenomena tersebut tiba-tiba muncul kembali (repeat and reverse). Kasus-kasus seperti
Terakhir, informasi tentang sindikat pemalsu uang dan kertas berharga lainnya
dan perdagangan manusia telah bergabung dalam lingkaran sindikat tersebut.
Rekomendasi intelijen: unit intelijen instansi kelompok border enforcement agency harus
membentuk lingkaran seperti yang dilakukan pelaku kejahatan itu.
83
b. Sumber-sumber Informasi.
Media juga merupakan sumber informasi yang tidak bisa diabaikan, banyak
informasi yang diperoleh dari tulisan di majalah, buku, surat kabar, bulletin dan
sebagainya atau sumber dari media seperti TV, Radio dan internet. Sumber informasi
lainnya yang cukup vital adalah pemerintah dan badan-badan atau lembaga non
pemerintah dari negara lain untuk mendukung kegiatan penegakan hukum oleh Bea
Cukai. Dalam pengelolaan sumber-sumber informasi harus menjadi perhatian pejabat
intelijen bahwa daftar sumber-sumber informasi kebanyakan dirahasiakan dan
umumnya dibatasi pada petugas intelijen yang menge-tahui dan menangani informasi
saja yang boleh menyimpan daftar tersebut.
Hal ini harus dipastikan terlebih dahulu artinya harus dibicarakan antara unit
intelijen dan unit-unit lain dalam lingkungan Bea Cukai sebagai klien dari unit intelijen.
Sumber informasi utama dalam hal ini adalah apa yang didapat dari kegiatan sehari-hari
dalam lingkungan kerja Bea Cukai. Harus disadari oleh semua pegawai instansi atau
anggota organisasi bahwa informasi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk
intelijen.
Makin tinggi kesadaran pegawai (seperti ketelitian dan kerapian) maka makin baik
mutu informasi sebagai bahan baku untuk diolah oleh unit in-telijen. Peningkatan
kesadaran harus diperluas keseluruh pegawai melalui pemimpin semua unit yang ada.
Sangkut paut kebutuhan terhadap pengumpulan informasi mungkin tidak terasa bagi
pegawai tersebut, namun ini tetap harus dilakukan oleh pegawai tersebut yang bertugas 85
membuat suatu laporan karena dalam prosesnya tidak akan semua pegawai men-
dapatkan kembali produk intelijen yang sudah diolah.
Para pemimpin harus menyadari hal ini dan meneruskan kesadaran ini kepada
bawahannya bahwa untuk keperluan proses intelijen diperlukan secara terus menerus
data informasi yang lengkap, cermat dan tepat waktu. Masalah yang kadang-kadang
dihadapi dalam pengumpulan informasi dari sumber dalam organisasi sendiri:
1) Adanya sikap acuh pegawai yang menguasai informasi dan enggan meneruskan
karena menganggap informasi tersebut milik pribadi.
2) Adanya sikap pegawai yang enggan meneruskan informasi karena menganggap
bahwa informasi tersebut bila diteruskan hanya akan masuk ke arsip yang pasif.
3) Adanya sikap pegawai yang enggan meneruskan informasi karena berdasarkan
pengalamannya ia tidak memperoleh kembali bagaimana hasil informas i yang
pernah disampaikannya.
Dalam hal ini juga perlu diperhatikan karakteristik petugas pengumpul informasi
yang mempengaruhi keakuratan suatu informasi yaitu:
- Keterbatasan panca indera, yaitu keterbatasan dalam pendengaran dan penglihatan.
- Kondisi selaku mahluk, respons seseorang akan berubah atau dipengaruhi oleh
keadaan yang dialami seperti sedih, gembira atau keletihan.
- Bias (kecenderungan memihak). Seseorang mempunyai sifat cenderung memihak
karena kepentingan pribadi, kemampuan atau keinginannya.
- Pengetahuan dan pegalaman. Sebaiknya seorang pengumpul informasi mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang luas.
Perjanjian Formal
Permintaan informasi
Permintaan informasi dapat berbentuk apa saja seperti surat, telex, fac-simile,
SMS atau E-mail dan lain-lain asalkan dalam permintaan itu ter-cantum hal-hal sebagai
berikut:
a) Latar belakang permintaan/alasan.
b) Tingkat urgensi (rutin, urgent, top urgent)
c) Sifat kerahasiaan (biasa, terbatas, rahasia, sangat rahasia).
d) Sifat penyampaian (normal, segera, sangat segera).
e) Cara penyampaian (telepon, facsimile, radiogram, surat, melalui kurir).
tidak akan dibocorkan atau dilalaikan sehingga bisa dibaca oleh orang lain yang tidak
dilibatkan dalam pengumpulan.
Pengumpulan informasi juga harus mengindahkan prinsip-prinsip “need to know”,
yaitu keinginan untuk mengetahui dengan tujuan pengembangan pengumpulan dan
semata-mata bertujuan untuk keberhasilan kegiatan intelijen, berusaha mengetahui
lebih dalam baik terkait proyek pengumpulan maupun informasi lain, dan terpenting
tidak untuk kepentingan lain). Apabila permintaan informasi menggunakan informan,
usahakan penyampaian informasi itu tidak melalui informan tersebut. Penugasan
informan hanya pada tingkat intelijen tertentu dan subyek tertentu saja.
Sistem penilaian yang dipakai oleh badan-badan intelijen pada umumnya adalah tipe
alpha-numeric yang dikenal dengan nama Admiralty System. Ketepatan informasi dapat
dilihat atau diketahui dengan membandingkan apa yang telah terjadi dihubungkan
dengan apa yang sedang terjadi, yaitu:
1) Tingkat kepercayaan berdasarkan alphabet dari A sampai dengan F, dan
2) Tingkat akurasi ditunjukkan dengan angka dari 1 sampai dengan 6.
Kedua faktor tersebut tidak saling berhubungan dan mempunyai enam tingkatan
penggolongan. Perlu diketahui bahwa evaluasi kedua faktor itu dilakukan secara
terpisah, tidak saling mempengaruhi atau dipengaruhi oleh faktor lainnya. Dalam sistem
ini mengharuskan PP atau RO untuk pertama-tama menentukan skala dari A
(sepenuhnya dipercaya) sampai F (laporan yang tidak mungkin) mengenai tingkat
kepercayaan dari sumber informasi. RO atau PP juga diminta untuk menentukan
golongan dalam skala 1 (sesuai) sampai 6 (tidak dapat dinilai) mengenai keakuratan
informasi yang dite-rima. Dalam hal RO atau PP tidak mampu menggolongkan tingkatan
90
sum-ber dan informasi, dilakukan pencatatan yang terpisah khusus mengenai yang tidak
dapat dinilai.
4) Sumber informasi adalah tempat asal dan sebagainya bukan tempat pe-lapor.
Penting untuk diketahui bahwa petugas menggolongkan sumber informasi bukan
menggolongkan dirinya atau tempat dari mana dia memperoleh informasi (kadang-
kadang tempat penyerahan informasi di suatu tempat tertentu), bukan dari asal
informasi yang dijadikan sum-ber karena alasan keamanan. Jadi harus hati-hati
terhadap laporan yang dievaluasi oleh pegawai mengenai fakta yang sedang
diamati.
Reporting Officer (RO) menggolongkan tingkat akurasi dari informasi yang diterima
yang mana hal ini ditentukan oleh luas pengetahuannya dan atau menggunakan
informasi-informasi lain untuk tujuan perbandingan. Sering terjadi RO yang tidak mampu
memeriksa atau memverifikasi dan membandingkan informasi sehingga tidak mampu
memberi nilai tingkat akurasi suatu informasi.
2.2 Latihan
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 2 ini, coba kerjakan
latihan-latihan berikut ini.
93
2.3 Rangkuman
- Produk intelijen adalah hasil dari pemrosesan informasi yang dilakukan oleh analis,
dengan perkataan lain produk intelijen adalah hasil analisis dari sekumpulan
informasi. Agar suatu produk intelijen dapat dimanfaatkan secara optimal oleh klien,
maka harus memenuhi syarat, yaitu:
a) tingkat akurasi yang tinggi;
b) relevansi dengan problem intelijen (PI); dan
c) tepat waktu.
- Seperti halnya tipe intelijen maka produk intelijen pabean juga dibagi dalam 3 tipe
yaitu;
a) Produk intelijen strategis;
b) Produk intelijen operasional; dan
c) Produk intelijen taktis atau target.
- Produk Intelijen Strategis (PIS) pada umumnya bersifat jangka panjang dan
dituangkan dalam bentuk program yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam kegiatan
intelijen operasional dan seterusnya pada tingkat taktis.
- Produk intelijen operasional (PIO) bersumber dari produk intelijen strategis atau dari
hasil pengembangan dari infomasi (strategis, operasional dan taktis) yang belum
dianalisis menjadi porduk intelijen dan dari hasil program intelijen wilayah
(operasional) sendiri.
- Produk intelijen taktis (PIT) bersumber pada hasil kegiatan intelijen taktis yang
merupakan kelanjutan intelijen operasional. Bentuk-bentuk produk taktis antara lain:
menetapkan target yang akan dicegah, ditahan, diperiksa, diinvestigasi, diaudit,
disidik, didenda, ditolak atau diterima permohonannya (antara lain pembebasan,
keringanan, reekspor, reimpor, restitusi dan lain-lain), dikenai bea masuk imbalan,
anti dumping, dilayani dengan jalur hijau dan seterusnya.
- Sumber informasi utama dalam lingkungan Bea Cukai secara internal adalah apa yang
didapat dari kegiatan sehari-hari dalam lingkungan kerja Bea Cukai. Untuk lingkungan
Bea Cukai secara eksternal, sumber informasi berasal dari : sesama institusi
pemerintah (Perdagangan, Ditjen. Pajak, dan lain-lain), perusahaan swasta, serta
sumber tertutup dan terbuka.
- Sistem penilaian yang dipakai oleh badan-badan intelijen pada umumnya adalah tipe
alpha-numeric yang dikenal dengan nama Admiralty System, yaitu mengukur
ketepatan informasi dengan cara membandingkan apa yang telah terjadi dan
dihubungkan dengan apa yang sedang terjadi, yaitu:
a) Tingkat kepercayaan berdasarkan alphabet dari A sampai dengan F, dan
b) Tingkat akurasi ditunjukkan dengan angka dari 1 sampai dengan 6.
- Untuk mencapai informasi yang akurat, maka penggolongan sumber oleh PE harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Biasanya sumber yang paling akurat mengenai penggolongan sumber informasi
(tingkat kepercayaan sumber) adalah dari petugas PP/RO karena dia adalah yang
pertama mengetahui sumber dan kondisi pada waktu menerima informasi.
b) Evaluasi laporan terhadap informasi dalam laporan PP/RO mungkin dapat
menghasilkan penggolongan tingkat kepercayaan (reliability) dan kredibilitas
95
sumber informasi.
c) Kenyataan sebenarnya dari sumber informasi itu apakah perorangan, entitas,
tempat atau kegiatan.
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
Modul Konsep Intelejen
d) Sumber informasi adalah tempat asal dan sebagainya bukan tempat pe-lapor.
Penting untuk diketahui bahwa petugas menggolongkan sumber informasi
bukan menggolongkan dirinya atau tempat dari mana dia memperoleh informasi
(kadang-kadang tempat penyerahan informasi di suatu tempat tertentu), bukan
dari asal informasi yang dijadikan sum-ber karena alasan keamanan.
Tes Formatif
Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 2 ini, coba Anda kerjakan tes
formatif berikut ini, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang
benar.
1. Kriteria produk intelijen yang efektif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut...
a. Proaktif, reliable dan fokus
b. Strategis, operasional dan targeting
c. Akurasi yang tinggi, relevan dengan PI, dan tepat waktu
d. Filtering, relevansi, komparasi dan fokus
c. Kepercayaan
d. Keamanan
8. Kegiatan untuk memecahkan masalah sumber informasi, dimana unit intelijen perlu
memelihara dan mempunyai catatatan yang terpusat dan sifatnya tidak sama
dengan pangkalan data ...
a. Membangun data base informasi
b. Registrasi sumber-sumber informasi
c. Membangun pangkalan data
d. Membangun Bank data dan informasi
9. Beberapa contoh fenomena repeat and reverse yang telah menjadi produk intelijen
taktis di bidang kepabeanan adalah...
a. Pemberitahuan yang tidak benar dan pemalsuan dokumen impor
b. Pembongkaran barang tanpa sepengetahuan kantor pelayanan beacukai
c. Penyelundupan perhiasan, penyelundupan (ekspor) mata uang rupiah, dan
penyelundupan flora dan fauna langka
d. Underinvoicing dan overinvoicing
10. Penyelundupan tidak akan pernah berakhir karena adanya pelarangan dan
pembatasan. Rekomendasi yang ideal untuk produk intelijen tersebut adalah...
a. Meningkatkan sanksi hukuman seberat-beratnya
b. Negoisasi dan kompromi dengan para pelaku penyelundupan
c. Koordinasi dengan unit-unit intelijen terkait, seperti : BIN, POLRI, Militer dan
lain-lainnya
d. Peningkatan kegiatan intelijen dan kualitas sumber daya manusia DJBC secara
berkelanjutan
11. Sistem penilaian terhadap informasi yang lazim dipakai oleh unit-unit intelijen
adalah...
a. Admiralty system c. True-False system
b. RGY channel system d. Gain-Loose system
98
14. Permintaan informasi oleh seorang analis intelijen melalui mekanisme formal
seperti surat, telex, email dan lainnya, hendaknya mencantumkan hal-hal sebagai
berikut, kecuali...
a. Latar belakang permintaan informasi
b. Tingkat urgensi
c. Sifat kerahasiaan
d. Tingkat akurasi informasi
15. Tingkat akurasi informasi dalam skala numerik yang direferensikan oleh admiralty
system dilambangkan dengan simbol ...
a. Angka 1 sampai dengan 6, dimana 1 berarti confirm dengan sumber lain
b. Angka 1 sampai dengan 4, dimana 1 berarti tidak dapat dinilai
c. Huruf A sampai dengan F, dimana A berarti confirm dengan sumber lain
d. Huruf A sampai dengan D, dimana A berarti tidak dapat dinilai
99
Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokan
hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci dibawah rumus.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah
dipelajari mencapai:
91 % s.d 100 % : Sangat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
0% s.d. 60 % : Sangat Kurang
Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar 2 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan mengerjakan soal latihan sumatif.
100
Kegiatan intelijen Bea Cukai merupakan kegiatan yang mutlak harus dilakukan
dalam rangka mendukung penerapan manajemen resiko dalam sistem pengawasan
terhadap tatalaksana kepabeanan. Agar aparatur Bea Cukai dapat melaksanakan tugas
pengawasan tersebut dengan baik, maka perlu dibekali dengan pemahaman dan teori-
teori yang mendukung tugas-tugas tersebut. Gambaran dan pemahaman yang tepat
mengenai Konsep dan Teori Intelijen Taktis akan membawa anda menjadi seorang
pelaksana pemeriksa yang profesional dan berkompeten dalam ruang lingkup tugas di
bidang pengawasan. Kami berharap modul Konsep Intelijen ini dapat memberikan
wawasan dan pemahaman yang cukup untuk Anda semua yang akan menjadi ujung
tombak pelaksanaan tugas dan fungsi Bea Cukai.
Akhirnya, semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Diklat Teknis
Substantif Spesialis Intelijen Taktis dan umumnya bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai di seluruh Indonesia. Ingatlah bahwa keberhasilan orang-orang hebat di
bidang apapun bukan semata-mata merupakan anugerah dari yang Maka Kuasa saja,
namun sukses dan kompetensi yang unggul dibangun dari kemauan untuk belajar
sepanjang [masa (longlife Learning).
101
TES SUMATIF
Setelah Anda mempelajari keseluruhan isi modul Konsep Intelijen ini, selanjutnya
untuk menguji hasil belajar Anda, coba Anda kerjakan tes sumatif berikut ini dengan
cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap benar
9. Dalam konteks kegiatan intelijen pabean maka kedudukan Direktur Jenderal Bea
dan Cukai bertindak sebagai ...
a. Klien sekunder c. Klien internal
b. Klien primer d. Klien eksternal
10. Berikut ini adalah sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh IO,
kecuali...
a. Informasi langsung dari target c. Badan Intelijen Internasional
b. Badan Intelijen nasional d. Jajaran internal Bea dan
cukai
11. Agar kegiatan intelijen dapat berlangsung secara efektif maka harus diperhatikan...
a. The intelligence cycle
b. Tujuan kegiatan intelijen
c. Prinsip-prinsip intelijen
d. Penetapan Intelligence problem, proactive, dan timely dissemination
12. Penyelundupan tidak akan pernah berakhir karena adanya pelarangan dan
pembatasan. Rekomendasi yang ideal untuk produk intelijen tersebut adalah...
a. Meningkatkan sanksi hukuman seberat-beratnya
b. Negoisasi dan kompromi dengan para pelaku penyelundupan
c. Peningkatan kegiatan intelijen dan kualitas sumber daya manusia DJBC secara
berkelanjutan
d. Koordinasi dengan unit-unit intelijen terkait, seperti : BIN, POLRI, Militer dan
lain-lainnya
16. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan intelijen taktis adalah sebagai berikut,
kecuali...
a. Memberi petunjuk kepada petugas operasional
b. Memperjelas secara rinci mengenai pelaku pelanggaran, kemasan atau peti
kemas, tempat penyembunyian barang selundupan, dan sarana pengangkut
yang digunakan
c. Mengestimasikan kerugian negara yang mungkin timbul sebagai referensi bagi
petugas operasional dalam menentukan tindakan selanjutnya
d. Menginstruksikan langkah-langkah melakukan penyergapan (knock action),
control delivery maupun tindakan penyidikan
17. Kegiatan untuk memecahkan masalah sumber informasi, dimana unit intelijen perlu
memelihara dan mempunyai catatatan yang terpusat dan sifatnya tidak sama 105
dengan pangkalan data ...
a. Membangun data base informasi
107
KUNCI JAWABAN
1. C 1. C 1. B 16. B
2. D 2. D 2. A 17. B
3. A 3. A 3. D 18. A
4. B 4. B 4. C 19. D
5. C 5. C 5. C 20. C
6. D 6. D 6. D 21. C
7. A 7. A 7. A 22. D
8. B 8. B 8. B 23. A
9. C 9. C 9. B 24. B
10. D 10. D 10. A 25. B
11. A 11. A 11. D
12. B 12. B 12. C
13. C 13. C 13. C
14. D 14. D 14. D
15. A 15. A 15. A
108
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, Paul P. dan Marlyn B. Peterson. 1990. Criminal Intelligence Analysis. California:
Palmer Enterprise
Sudjatmiko, F.D.C. 1994. Sistem Angkutan Peti Kemas. Jakarta: YP satya Widia
Susiwijono. 2010. Bahan Presentasi : Lingkungan dan Isu Strategis DBC di Era Ekonomi
Golbal
Tetnell, John. 1990. The Customs Intelligence, Specialist Intelligence Officer Course,
Australian Customs Service
UNCTAD. 2008. Technical Note No.12 : Risk Management in Customs Procedure
US Customs Service. 1974. Handbook: Aircraft Search. Washington DC
110
US Customs Service.1987. Handbook: Office of Enforcement Mission and Organization.
Washington DC
Williams, Paul N. 1978. Investigative Reporting and Editing. New Jersey: Prentice Hall
Inc.
Wilkins, H. Dan C. Garret. 1994. Case Management. Manila: Bureau of Customs of The
republic of Phillipine
WCO, Enforcement Committee. 1996. Measures to Combat Commercial Fraud. Brussels
WCO. 1996. Proceed of Crime. Brussels
WCO. 1997. The Columbus Declaration Customs Role in World Trade Liberalitation.
Jakarta: DJBC
Peraturan:
111