Anda di halaman 1dari 119

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI

INTELIJEN TAKTIS

Disusun Oleh:
Abdul Rahman
Surono, S.Sos., M.Si. (Widyaiswara Muda)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
2015
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI
INTELIJEN TAKTIS

Disusun Oleh:
Abdul Rahman
Surono, S.Sos., M.Si. (Widyaiswara Muda)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI
2014
i

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelijen Taktis


Modul Konsep Intelijen

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL v
PETA KONSEP MODUL vi
A PENDAHULUAN
1 Deskripsi Singkat …………………………………………………………………………….... 1
2 Prasyarat Kompetensi ………………………………………………………………………… 2
3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar …………………………………………………3
4 Relevansi Modul …………………………………………………………………………………………… 3

B KEGIATAN BELAJAR
1 Kegiatan Belajar 1: Gambaran Umum Intelijen
1.1. Uraian dan Contoh
a. Gambaran umum Kegiatan dan Organisasi Intelijen…………. 4
1. Konsep Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai ……………. 4
2. Awal Mula Intelijen …….……………………………………………… 7
3. Keberadaan Organisasi Intelijen di Indonesia ………………………14
b. Pengertian dan Fungsi Intelijen ………………………………………………… 18
1. Pengertian Intelijen ………………………………………………………………… 18
2. Definisi Intelijen Bea Cukai...……………………………………………… 20
3. Fungsi Intelijen ………………………………………………………………………… 21
4. Elemen Kunci Kegiatan Intelijen ...………………………………………… 22
5. Intelijen Efektif ...…………………………………………………………………… 24
c. Jenis-Jenis Intelijen dan Siklus Intelijen ………………………………………25
1. Jenis-jenis Intelijen………………………………………………………………… 25
2. Manajemen Resiko ………………………………………………………………… 37
3. Tugas Intelijen ...………………………………………………………… 40
4. The Intelligence Cycle……………………………………………………………… 42
ii 1.2. Latihan ………………………………………………………………………………………… 61
1.3. Rangkuman ………………………………………………………………………………………62
1.4. Tes Formatif 1 ………………………………………………………….……………… 64
1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………………………………… 68

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelijen Taktis


2 Kegiatan Belajar 2 : Produk Intelijen, Sumber dan Klasifikasi Informasi
2.1. Uraian dan Contoh 69
a. Produk Intelijen ………………………………………………………………… 69
1. Produk Intelijen Strategis…………………………………………………. 71
2. Produk Intelijen Operasional ………………………………………….. 77
3. Produk Intelijen Taktis …………………………………………………….. 79
b. Sumber-sumber Informasi …………………………………………………….. 84
1. Sumber Internal Bea Cukai …………………………………………. 85
2. Sumber Eksternal Bea Cukai …………………………………………… 86
3. Penyeleksian Sumber dan Petugas Pengumpul
Informasi ........................................................................... 87
c. Klasifikasi Akurasi Informasi .................................................. 90
1. Keandalan Sumber ………………………………………………………… 90
2. Keakuratan Sumber ...............................................................91
3. Pertimbangan Dalam Evaluasi Sumber ............................ 92
2.2. Latihan ……………………………………………………………………………………….. 93
2.3. Rangkuman ………………………………………………………………………………. 94
2.4. Tes Formatif 2 ……………………………………………………………………………… 96
2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………………….. 100

PENUTUP 101
TES SUMATIF 102
KUNCI JAWABAN 108
DAFTAR SINGKATAN 109
DAFTAR PUSTAKA 110

iii

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelijen Taktis


Modul Konsep Intelijen

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


1.1 Dilema Pelayanan vs Pengawasan ………………………………………………. 7
1.2 Struktur Organisasi Intelijen Bea Cukai …………………………………. 18
1.3 Model Manajemen Resiko oleh WCO ………………………………….. 40
1.4 The Inteligence Cycle ……………………………………………..…………….. 43

iv

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelijen Taktis


PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Sebelum anda mempelajari modul Konsep Intelijen ini, sebaiknya anda membaca
terlebih dahulu petunjuk penggunaan berikut ini.

1) Untuk mencapai hasil belajar yang optimal pada modul Konsep Intelijen, pertama kali
Anda perlu membaca dan memahami peta konsep modul yang kami berikan. Peta
konsep ini memberikan pemahaman mengenai kompetensi apa saja yang harus
dikuasai hingga tercapai standar kompetensi yang diinginkan.
2) Untuk mempelajari modul ini hendaknya Anda mengkomparasi antara teori yang
diberikan dengan praktek-praktek yang dilaksanakan, dengan jalan mengakses
informasi baik melalui website resmi Kantor-kantor Pelayanan Utama dan Kantor-
kantor Tipe Madya, maupun dari sumber-sumber referensi lainnya.
3) Materi Modul ini disusun untuk mendukung proses pembelajaran mata diklat Konsep
Intelijen, dengan alokasi waktu belajar sebanyak 10 Jam Pelajaran (10 JP) @ 45 menit.
Agar lebih efektif, sebaiknya Aanda mempelajari secara mandiri terlebih dahulu pokok
bahasan yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas.
4) Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman (TP) Anda pada modul ini, pada
tiap-tiap selesai kegiatan belajar telah tersedia tes formatif dan pada akhir modul ini
telah disediakan tes sumatif sebagai sarana untuk mengukur hasil belajar Anda secara
mandiri.
5) Demi mencapai tujuan hasil pembelajaran yang optimal pada peserta diklat, para
Widyaiswara dengan tangan terbuka siap untuk membantu Anda baik di kelas maupun
di luar kelas untuk memahami materi-materi yang tersaji dalam modul ini.
v

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelijen Taktis


Modul Konsep Intelijen

PETA KONSEP

vi

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelijen Taktis


A. PENDAHULUAN

1. DESKRIPSI SINGKAT

D lingkungan
iklat Intelijen
substantif
Taktis merupakan
spesialisasi (DTSS)
diperuntukkan bagi pegawai yang bekerja di
Direktorat Jenderal Bea dan
(selanjutnya disebut Bea Cukai). Diklat ini memberikan
diklat
yang

Cukai

pengetahuan tentang konsep-konsep dan praktik


lapangan kegiatan intelijen taktis yang sangat berguna ketika peserta menjalankan tugas
di lapangan. Diklat ini juga membekali peserta bagaimana mengumpulkan data dan
informasi serta membantu unit operasional untuk menemukan target atau sasaran
operasi. Disamping itu diklat ini merupakan dasar untuk diklat DTSS Intelijen Analisis.
Karakteristik khusus yang dimiliki institusi kepabeanan adalah kedudukannya
sebagai border enforcement agency. Bea cukai bersama-sama dengan institusi sipil
lainnya, semacam imigrasi, karantina dan port authority mengemban tugas di garda
terdepan untuk menjaga negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari unsur-unsur
negatif yang berasal dari negara lain. Tugas ini sangat erat kaitannya dengan fungsi
pengawasan (to control) yang harus dijalankan oleh Bea dan Cukai. Disamping fungsi
pengawasan tersebut, Bea Cukai diharuskan pula untuk menciptakan pelayanan yang
baik (to service) dalam rangka mempercepat arus barang dan dokumen.

Untuk melaksanakan kedua fungsi tersebut, bukanlah sesuatu yang mudah.


Apabila Bea Cukai lebih mengedepankan fungsi pelayanan maka kemungkinan akan
mengurangi fungsi pengawasannya. Demikian pula sebaliknya, ketika fungsi pengawasan
lebih ditekankan dalam pelaksanaan tugasnya maka kemungkinan akan menghambat
Modul Konsep Intelejen

pelayanan. Oleh karena itu Bea Cukai harus dapat menyelaraskan fungsi pengawasan
dan fungsi pelayanan secara seimbang dan proporsional. Untuk menyelaraskan kedua
fungsi tersebut, Bea Cukai harus menggunakan cara-cara yang dapat mengurangi
intervensi terhadap kegiatan pelayanan antara lain : penerapan manajemen resiko,
kegiatan intelijen, dan sebagainya.

Dengan latar belakang tersebut, modul Konsep Intelijen ini disusun secara khusus
untuk diajarkan pada DTSS Intelijen Taktis. Kompetensi yang disampaikan dalam Modul
ini merupakan rangkaian yang tidak terputus dengan Modul-modul lain yang disusun
khusus untuk DTSS Intelijen Taktis. Modul ini sangat penting untuk diajarkan agar para
pegawai yang bertugas pada unit-unit pengawasan dapat melaksanakan tugas dengan
baik dan profesional. Disamping hal tersebut, peran penting yang juga harus dijalankan
oleh unit pengawasan adalah mengawal jalannya organisasi agar sesuai dengan arah
yang telah digariskan dalam Rencana Strategis Organisasi.

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai penyajian materi


pembahasan, modul ini disusun dalam dua kegiatan belajar. Materi yang akan disajikan
pada kegiatan belajar pertama berkaitan dengan Gambaran Umum Kegiatan dan
Organisasi intelijen, Definisi dan Fungsi Intelijen, serta Jenis Intelijen dan Siklus Intelijen.
Materi kegiatan belajar kedua akan mencakup pokok bahasan berupa: Produk Intelijen
yang efektif, Sumber-sumber informasi, dan Klasifikasi akurasi informasi.

2. PRASYARAT KOMPETENSI

Untuk mempelajari modul ini idealnya anda telah ditunjuk sebagai Peserta Diklat
Teknis Substantif (DTSS) Intelijen Taktis dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Pegawai DJBC minimal Gol. II/b


b. Berkualifikasi sebagai pelaksana pemeriksa
c. Lulus tes psikologi
2
d. Diutamakan yang pandai bela diri
e. Usia maksimal 45 tahun
f. Sehat jasmani dan rohani
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
3. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

Standar kompetensi.

Standar kompetensi yang ingin dicapai terhadap siswa yang mempelajari modul ini
adalah agar siswa mampu memahami dan mengaplikasikan konsep intelijen dalam
kegiatan intelijen taktis.

Kompetensi Dasar.

Kompetensi dasar yang diharapkan setelah mempelajari modul ini adalah agar peserta
mampu :

1) menjelaskan gambaran umum kegiatan dan organisasi Intelijen;


2) menjelaskan Definisi dan Fungsi Intelijen;
3) menjelaskan jenis intelijen dan siklus intelijen;
4) menjelaskan produk-produk intelijen yang efektif;
5) menjelaskan sumber-sumber informasi;
6) menjelaskan klasifikasi akurasi informasi.

4. RELEVANSI MODUL

Relevansi modul terhadap tugas pekerjaan yang akan dijalankan peserta diklat adalah
sebagai berikut :
1) Materi modul ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan yang
tepat mengenai konsep intelijen sehingga diharapkan pegawai akan memiliki dasar-
dasar yang kuat dalam pelaksanaan tugas operasional pengawasan;
2) Materi modul ini telah disesuaikan dengan perkembangan terbaru (update)
pelaksanaan sistem pengawasan khususnya yang berkaitan dengan kegiatan
intelijen takstis sehingga dapat menjadi referensi Anda dalam melaksanakan tugas-
3
tugas di unit operasional pengawasan .

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

B. KEGIATAN BELAJAR

1
GAMBARAN UMUM INTELIJEN

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu:


1) Menjelaskan Gambaran Umum Kegiatan dan Organisasi Intelijen
2) Menjelaskan Pengertian dan Fungsi Intelijen
3) Menjelaskan Jenis-Jenis Intelejen dan Siklus Intelijen
1.1 Uraian dan Contoh

1.1. Uraian dan Contoh

a. Gambaran Umum Kegiatan dan Organisasi Intelijen

a. 1 Konsep Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai

S
ejak pertama kalinya pemerintahan Hindia
Belanda menguasai tanah air Indonesia pada tahun
1602 melalui perusahaan dagang Verenigde
Oostindische Compagnie (VOC), mereka mulai membangun
4 sistem pemerintahan kolonial. Perlahan tapi pasti, VOC yang
didukung oleh Pemerintah Belanda membangun kekuatan baik

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


secara politik dan ekonomi di negeri Indonesia. Pada akhirnya pemerintah Belanda
menjadikan Indonesia sebagai salah satu negeri jajahannya dan mulai membentuk dan
mulai melembagakan berbagai perangkat kerja pemerintahan kolonial. Salah satu
perangkat kerja pemerintah kolonial Belanda adalah De Dienst der Invoer en
Uitvoerrechten en Accijnzen (Jawatan Bea Impor dan Ekspor serta Cukai). Tugas
utamanya adalah memungut invoer-rechten (bea masuk), uitvoererechten (bea keluar),
dan accijnzen (cukai).
Sejalan dengan perkembangan jaman, fungsi pemungutan pajak-pajak impor baik
berupa bea masuk maupun pajak dalam rangka impor (PDRI) dan juga cukai tetap
dilaksanakan oleh institusi Bea Cukai. Disamping fungsi pemungutan bea-bea tersebut
(fungsi fiskal), Bea Cukai dituntut pula untuk menjalankan fungsi pengawasan (fungsi
regulerend) terhadap masuknya barang-barang dari luar negeri ke dalam negeri. Kedua
fungsi tersebut harus dijalankan oleh Bea Cukai secara proporsional sesuai dengan garis
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Berkaca pada keberadaan institusi Bea Cukai di setiap negara, tuntutan
terhadap peran atau fungsi Bea dan Cukai di setiap negara pada dasarnya memiliki
kesamaan, yaitu :
1) Fungsi Pengawasan (customs control); yaitu pengawasan terhadap lalu lintas barang
yang berkaitan dengan impor, ekspor dan barang tertentu yang diangkut dalam
daerah pabean serta Barang Kena Cukai (BKC).
2) Fungsi Pelayanan (customs service); yaitu memfasilitasi perkembangan industri dan
perdagangan dalam negeri, mengurangi ekonomi biaya tinggi dan memperlancar
arus barang dan dokumen.

Bila kita meninjau kedua fungsi tersebut maka akan terlihat bahwa keduanya
memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Artinya bahwa, fungsi pengawasan yang
diperketat akan berakibat negatif terhadap kelancaran arus barang (customs service)
dan sebaliknya peningkatan fungsi pelayanan dapat berakibat negatif pula terhadap
fungsi pengawasan. Adanya kondisi yang bersifat dilematis tersebut, mendorong
otoritas bea dan cukai (customs authority) untuk mengelola resiko-resiko (risk
5
management) yang mungkin timbul dalam pelaksanaan kedua fungsi tersebut.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Dengan mengelola resiko secara komprehensif dan terukur, diharapkan resiko


negatif yang muncul apabila fungsi pelayanan lebih diperbesar dapat diminimalisasi.
Sebaliknya, penerapan fungsi pengawasan yang lebih besar hanya dilaksanakan secara
selektif terhadap target-target tertentu berdasarkan hasil analisa risk management.
Gambar 1.1 berikut, memberikan visualisasi, bagaimana selayaknya Bea Cukai
mendudukan kedua fungsi yang bertolak belakang tersebut, secara proporsional.

Gambar 1.1
Dilema Pelayanan vs Pengawasan

Sumber : Susiwiyono, 2009

Perubahan lingkungan perdagangan internasional dewasa ini berdampak luas


terhadap pola pelayanan dan pengawasan yang harus diterapkan oleh otoritas bea dan
cukai di setiap negara yang terlibat kerjasama, tidak terkecuali otoritas bea dan cukai
Indonesia. Tuntutan terhadap Administrasi Pabean dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, khususnya terhadap fungsi customs service telah mengalami perkembangan
6
yang semakin kompleks, antara lain :
a) memperlancar arus dokumen, barang dan perjalanan orang ;

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


b) mengoptimalkan penerimaan negara dan mencegah pelanggaran;
c) memfasilitasi perdagangan dan industri, dan memberikan perlindungan kepada
masyarakat; dan
d) menunjang keharmonisan hubungan internasional dalam kerangka ekonomi global.

Bea Cukai dalam menjalankan fungsinya tidak mungkin lagi mengandalkan cara-
cara lama seperti pemeriksaan fisik barang impor dan ekspor secara meneyeluruh
(pemeriksaan 100%). Hal ini akan menghambat upaya pelaku ekonomi untuk dapat
bersaing dalam perdagangan internasional yang menganut sistem perdagangan bebas.
Bea Cukai harus memiliki dan melaksanakan suatu sistem pelayanan dan pengawasan
yang tidak mengganggu kelancaran arus barang dan orang, tetapi tetap dapat
memberikan perlindungan, mengoptimalkan penerimaan dan mencegah pelanggaran
dan penyelundupan serta menunjang keharmonisan hubungan internasional.

Akan tetapi harus diingat bahwa, pemberian kemudahan dalam sistem pelayanan
kepabeanan maupun cukai, perlu diimbangi dengan sistem pengawasan yang baik. Hal
ini untuk mencegah penyalahgunaan dan menutupi celah atau kelemahan dari sistem
tersebut. Untuk mengimbangi hal tersebut, Bea Cukai telah membangun “sistem
pengawasan sebelum dan sesudah pemenuhan kewajiban pabean” atau diistilahkan
sebagai “Pre Clearance Control” dan “Post Clearance Control” (Audit). Sistem pelayanan
dan pengawasan tersebut merupakan alat dalam menjalankan misi dan untuk mencapai
target atau sasaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan fungsi, asas dan sistem serta
misi dan target dimaksud, pelaksanaan tugas dan fungsi Bea Cukai memerlukan
kegiatan intelijen.

a.2. Awal Mula Intelijen

Tinjauan Historis Intelijen

Secara historis keberadaan intelijen sudah lama dan secara tradisional menjadi
bagian dari kegiatan yang dijalankan oleh militer. Dalam catatan sejarah mengenai
intelijen, Nabi Musa a.s. dianggap sebagai orang yang pertama melakukan kegiatan 7
intelijen. Setelah diusir oleh Firaun, Nabi Musa a.s. mengirim mata-mata ke Canaan di
Palestina Selatan untuk mengumpulkan informasi mengenai wilayah Canaan. Petugas

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

mata-mata atau Intelligence Officer (IO) ditugaskan untuk mendata secara pasti
mengenai keadaan wilayah Canaan terutama mengenai keadaan geografisnya,
mengenai hal-hal berikut :
- apakah medannya berat;
- apakah dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan onta;
- bagaimana potensi alamnya;
- apakah penduduk setempat melakukan usaha pertanian (kesuburan tanahnya);
- bagaimana situasi kota apakah ada penjagaan keamanan yang ketat (24 jam) di
pemukiman penduduk;
- kalau ada penjagaan apakah dilakukan dengan cara bergilir dan terdiri dari berapa
personil untuk setiap gilir jaga;
- apakah penduduk tinggal di tenda-tenda atau bangunan rumah yang kokoh; dan
- bagaimana cara memasuki wilayah Canaan, apakah melalui pintu gerbang atau jalur
lain.

Pengumpulan dan analisis informasi inilah yang kemudian disebut sebagai


Mosesinto System yang bertujuan untuk menilai kemungkinan suksesnya penyerangan
terhadap wilayah Canaan dan merebutnya untuk dijadikan sebagai tempat
penampungan pengungsi dari Mesir dan sebagai permukiman baru bagi kaumnya. Nabi
Musa a.s. melakukan kegiatan itu sekitar tahun 1275 SM dalam waktu yang panjang dan
berbasis di gunung Sinai selama 40 tahun. Nabi Musa a.s. tidak sempat memasuki
Canaan karena meninggal dunia. Sepeninggal Nabi Musa a.s. umatnya dipimpin oleh
Nabi Harun a.s. yang masih saudara Nabi Musa a.s. sendiri. Nabi Harun a.s. pun tidak
berhasil memasuki Canaan.

Penerus Nabi Harun yang berhasil menundukkan Canaan adalah Nabi Daud a.s.
putra dari Nabi Harun a.s. yang meneruskan kegiatan intelijen Nabi Musa a.s. Dengan
bantuan tentara Thalut dibawah pimpinan raja Thalut berperang melawan raja Jalut
yang berkuasa di Canaan pada saat itu. Nabi Daud a.s. sendiri yang membunuh raja Jalut
penguasa Palestina dan umatnya menduduki Canaan. Kemungkinan Nabi Daud a.s. inilah
8 nenek moyang dari agen-agen rahasia Mossad sekarang ini.

Dalam sejarah lainnya juga dicatat bahwa sekitar tahun 405 M, pejabat intelijen
yang juga pejabat perang China, Sun Tsu menggunakan taktik mengamati musuh dari

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


ketinggian sehingga diketahui bahwa musuhnya selalu turun ke lembah untuk
mengambil air dan mandi di sungai kecil. Informasi inilah yang digunakan Sun Tsu untuk
melakukan penyerangan terhadap musuh.

Militer di setiap negara melengkapi struktur organisasinya sampai pada level


paling rendah dengan unit intelijen. Dalam perkembangan terkini, masing-masing negara
membentuk badan intelijen yang struktur organisasinya diluar struktur organisasi
militernya. Israel mempunyai badan intelijen dengan nama Mossad, Amerika Serikat
dengan nama Central Intelligence Agency (CIA), Rusia (Uni Sovyet) dengan nama KGB
(Komite Gosudarstevennoy Bozapasnesti)-Komite Keamanan Negara, Italia dengam
nama Calipari, Indonesia dengan nama BIN (Badan Intelijen Negara), dan lain-lain.
Intelijen Indonesia dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan (antara 18 Agustus dan 5
Oktober 1945) oleh Kolonel Zulkifli Lubis dan menjadi komandan Intelijen Militer
Indonesia yang pertama dengan nama Badan Istimewa (Tempo, 29 Juli 1989).

Kegiatan Intelijen Bea Cukai

Kegiatan intelijen oleh bea cukai dilaksanakan dalam ruang lingkup pelaksanaan
tugas dan fungsi DJBC. Kegiatan intelijen bea cukai sangat spesifik dan berbeda dengan
kegiatan intelijen umum yang biasa dilakukan oleh militer maupun unit intelijen negara.
Kegiatan intelijen bea cukai dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan
yang menjadi tanggung jawab DJBC, yaitu : mengoptimalkan penerimaan, mencegah
pelanggaran/penyelundupan, melindungi masyarakat dan industri serta ikut
menciptakan keharmonisan internasional di bidang hubungan perdagangan
internasional.

Pengawasan di bidang pabean dan cukai adakalanya sulit dilaksanakan karena


beberapa faktor, antara lain:
1) Adanya kelemahan dari peraturan perundang-undangan.
Sebelum berlakunya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1985 Tentang
Kebijakan di sektor perdagangan dan kelancaran arus barang, sistem pemeriksaan
9
Bea Cukai adalah pemeriksaan menyeluruh (bukan selektif) atas barang impor dan
ekspor. Bea Cukai juga mengawasi pengantarpulauan barang impor dan hasil dalam

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

daerah pabean. Inpres ini mencabut ketentuan antara lain mengenai pemeriksaan
fisik dan keharusan dilindungi dengan dokumen AVI (Angifte van Inlading) atau PMB
(Pemberitahuan Muat Barang) atas barang eks impor dan hasil dalam daerah
pabean (DDP) yang diantarpulaukan. Berdasarkan inpres tersebut Bea Cukai
melakukan reorganisasi dan simplifikasi prosedur kepabeanan. Inpres atau kebijakan
Pemerintah tersebut juga mencabut kewenangan Bea Cukai untuk memeriksa
barang impor yang nilai FOB-nya US$ 5000 atau lebih dan kewenangan pemeriksaan
barang ekspor. Inpres tersebut diperpanjang dengan Inpres Nomor 3 Tahun 1990
yang berlaku sampai dengan tahun 1995 dan dicabut dengan berlakunya UUK.
Namun khusus untuk pengantarpuluan barang eks impor dan hasil DDP tetap tidak
diberlakukan pemeriksaan pabean dan tidak perlu dilindungi dokumen AVI/PMB
lagi. Celah inilah yang dijadikan modus oleh penyelundup untuk melakukan impor
atau ekspor ilegal (penyelundupan). Walaupun dalam perubahan UUK diatur
mengenai pengawasan pengantarpulauan atas barang-barang tertentu, akan tetapi
implementasinya sulit untuk dilakukan. Modus ini dipercaya tetap akan berlangsung.

2) Semakin canggihnya cara dan teknik pelanggaran, penghindaran dan


penyelundupan, sehingga kadang-kadang sulit dibuktikan.
Berbagai cara dilakukan pelaku dalam penghindaran atau paling tidak mengurangi
jumlah pajak yang harus dibayar. Modus yang banyak terungkap adalah terutama
pada uraian jenis barang sampai pada tipe dan nomor seri produksi barang. Teknik
packaging (pengemasan) juga semakin berkembang dari volume besar menjadi
volume yang lebih kecil. Kemasan tidak atau kedap udara untuk makanan, minuman,
kosmetik dan lain-lain dapat disalahgunakan, misalnya kemasan dengan merek ikan
sarden tapi isinya narkotika.
3) Adanya kepentingan pihak-pihak lain yang juga didasarkan atas Undang-undang
(contoh: Undang-undang kerahasiaan bank).
Tindakan Pencucian uang (money laundering) mempunyai kaitan dengan impor dan
ekspor, salah satu sumber informasi untuk mengetahui apakah impor atau ekspor
berjalan dengan legal adalah data transfer pembayaran. Tetapi pihak AP tidak secara
10
mudah untuk mengakses data importir dan eksportir mengenai transfer uang yang
dilakukannya pada bank-bank devisa atau Bank Sentral.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


4) Menyangkut hak asasi perorangan yang dilindungi undang-undang.
Keterbatasan wewenang seperti tidak boleh menggeledah rumah tinggal merupakan
hambatan dalam pelaksanaan tugas yang membutuhkan kecepatan waktu.
5) Sehubungan dengan kepentingan/kesejahteraan umum.
Fasilitas yang diberikan oleh administrasi pabean (AP) yang karena alasan untuk
kepentingan atau kesejahteraan umum sering disalahgunakan dan sulit diawasi
karena penyalahgunaannya berhimpit atau bersamaan dengan pekerjaan yang
dilakukan untuk kepentingan umum tadi.
6) Berkaitan dengan ketentuan perundang-undangan lain.
Suatu daerah yang ditetapkan sebagai daerah rawan penyelundupan oleh pihak
Pabean disatu sisi, namun disisi lain ada ketentuan yang mengatur bahwa wilayah
tersebut adalah “restricted area” yang hanya boleh dimasuki oleh petugas yang
ditunjuk oleh undang-undang daerah terbatas.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas kegiatan pengawasan oleh Bea Cukai harus
mempunyai landasan hukum agar kegiatan itu sah dan benar. Bea Cukai berdasarkan
UU Kepabeanan dan UU Cukai, telah diberikan wewenang yang diperlukan untuk
melakukan untuk melakukan kegiatan-kegiatan :
1) Intelijen.
2) Penyelidikan (investigasi).
3) Penindakan (enforcement).
4) Penyidikan.
5) Penetapan dan pelaksanaan sanksi pelanggaran.
Khusus wewenang untuk melakukan kegiatan intelijen walaupun tidak secara eksplisit
disebutkan dalam undang-undang, namun wewenang tersebut menjadi bagian yang
terintegrasi dalam uraian tugas dan fungsi pada struktur organisasi Bea Cukai.

Alasan Mengapa Intelijen Pabean Diperlukan

Alasan rasional untuk menjawab pertanyaan mengapa kegiatan intelijen pabean


diperlukan dapat dikaitkan dengan masih banyaknya kejadian pelanggaran terhadap UU 11
Kepabeanan dan UU Cukai. Sepanjang catatan yang ada, pelanggaran hukum di bidang

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

pabean dan cukai relatif cukup sering terjadi. Dengan demikian Intelijen Pabean (IP)
diperlukan karena:

a) Masih adanya orang-orang atau kelompok tertentu yang berusaha untuk


menghindar dari peraturan perundang-undangan

Musuh Bea Cukai tidak seperti musuh militer yang mempunyai bentuk organisasi
yang nyata, dapat diketahui persenjataannya, kemampuan personilnya, logistiknya,
wilayahnya atau negaranya (seperti waktu konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia
pada tahun 60-an) dan lain-lain. Musuh AP adalah organisasi gelap atau bawah
tanah, tidak jelas keberadaannya, tidak menempati asrama atau komplek seperti
militer yang dapat dibom atau dihancurkan, tidak melakukan perlawanan fisik
kepada AP untuk merebut wilayah atau jalur untuk menyelundup.

Sebagai ilustrasi: seorang yang memiliki uang banyak melakukan perjalanan ke luar
negeri, tiba-tiba timbul niatnya untuk membeli perhiasan seharga ratusan juta
rupiah dan kemudian membawanya masuk ke Indonesia dengan cara
menyembunyikan di badannya. Niat untuk menyembunyikan di badan, datang
seketika karena setelah dia hitung pajak yang harus di bayar sangat besar sehingga
timbul niat untuk menghindari pembayaran pajak. Penumpang ini termasuk musuh
Bea Cukai yang tidak terorganisir.

b) Merupakan kewajiban AP untuk memperlancar perdagangan dan perjalanan


orang (International Travelling) di satu pihak, di lain pihak masih terjadi (bahkan
meningkat) pelanggaran pabean dan hukum lainnya. Terutama barang untuk
kebutuhan industri yang memproduksi barang baik untuk kebutuhan domestik
apalagi untuk tujuan ekspor, AP harus memberikan jaminan agar bisa diterima oleh
industri tepat waktu tanpa terlambat sedikit pun dari jadwal produksi mereka.

c) Semakin maju suatu negara maka semakin berkembang permasalahan di bidang


pabean sebagai dampak dari kemajuan itu dan permasalahan di bidang hukum
lainnya, sehingga tugas-tugas AP semakin berat dan lingkupnya semakin luas.
Tugas-tugas AP bukan hanya mencegah penyelundupan barang (general
12
merchandise) tetapi juga termasuk penyelundupan senjata api, virus penyakit
(hewan, tumbuh-tumbuhan dan orang), pelarian modal, pencucian uang dan lain-

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


lain. Semula trend yang berkembang adalah penyelundupan barang secara fisik
kemudian bertambah dengan adanya impor barang-barang dumping, bersubsidi
dan under/over valuation. Hal ini sebagai akibat dari adanya negara tertentu yang
memproduksi barang secara masal dengan teknologi tinggi sehingga harga
barangnya sangat murah. Kondisi yang lebih mengerikan lagi adalah impor untuk
menghancurkan barang hasil produksi negara pengimpor (perang ekonomi).

d) Dampak dari kemajuan teknologi


Kemajuan teknologi terutama di bidang transportasi (seperti kapal dan kontener)
dan teknologi informasi (TI) membuat mobilitas perdagangan internasional semakin
meningkat. Hal ini membuka celah pula terhadap kegiatan penyelundupan yang
memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut, seperti penyelundupan narkotika.

e) Untuk melindungi industri dalam negeri


Semua negara berusaha melindungi industrinya dari serbuan produk dengan harga
murah oleh negara lain. Negara maju sekalipun apalagi negara yang industrinya
masih industri baru tumbuh (infant industry) sangat berkepentingan dengan hal ini.
Termasuk untuk melindungi pertanian dan peternakan dari hama dan penyakit.

f) Beberapa jenis barang dan bahan baku yang dibutuhkan industri dunia mulai
menipis, bahkan tidak dimiliki oleh beberapa negara.
Semakin menipisnya cadangan sumber daya alam dunia baik bahan tambang
maupun hasil hutan membuat setiap negara memberlakukan aturan larangan dan
pembatasan. Hal ini mendorong terjadinya upaya-upaya impor maupun ekspor
secara ilegal.

g) Pencurian kekayaan (ikan, kayu, hewan dan burung langka yang dilindungi dan
lain-lain) dan pelanggaran wilayah hukum/teritorial negara.
Australian Customs Services (ACS) misalnya pusing menghadapi Indonesian
Traditional Fishing dan begitu juga TNI Angkatan Laut (TNI AL) terhadap kapal
penangkap ikan ilegal (Illegal Fishing) dari Taiwan, Thailand, Pilipina, Vietnam dan
China.
13

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

h) Adanya kemungkinan dijadikan negara transit seperti penyelundupan senjata dan


narkotika.
Dengan dibukanya Batam sebagai daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
sangat memungkinkan dijadikan pelabuhan transit dengan intensitas yang tinggi.
Sebelumnya sudah diduga bahwa Batam dijadikan sebagai tempat transit untuk
menghilangkan jejak agar tidak terpantau oleh penegak hukum internasional.
Bahkan bukan hanya sebagai negara transit tetapi negara tujan sebagai tempat
penimbunan sampah atau limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Kasus
pelanggaran yang pernah terjadi antara lain dengan modus impor pupuk organik
tetapi sebenarnya limbah B3 dan impor limbah plastik mengandung racun/B3.

a.3 Keberadaan Organisasi Intelijen di Indonesia

Hampir semua negara menerapkan kegiatan intelijen pada organisasi militernya.


Demikian pula Indonesia, militer pertama kali membentuk badan intelijen dengan nama
“Badan Istimewa” yang telah beberapa kali mengalami perubahan nama dan semakin
berkembang. Dalam perjalanannya terbentuk Badan Koordinasi Intelijen Negara dan
terakhir, selain militer tetap memiliki badan intelijen dibentuk pula Badan Intelijen
Negara (BIN). Untuk level administrasi/instansi pemerintah yang mempunyai fungsi
penegakan hukum juga membentuk unit intelijen masing-masing.

Dalam konteks kegiatan swasta, tidak ketinggalan korporasi-korporasi berskala


besar nasional dan internasional juga membentuk unit intelijen untuk strategi produksi,
pemasaran dan persaingan. Di beberapa negara juga dikenal adanya biro investigasi
(intelijen) swasta yang dapat diminta untuk mengivestigasi suatu pelanggaran hukum
dengan mendapat bayaran. Media juga melakukan kegiatan investigasi (intelijen) dalam
mencari bahan pemberitaan bahkan untuk mengungkap kejahatan.

Bea Cukai sebagai salah satu instansi yang memiliki fungsi pengawasan/
penegakan hukum dan termasuk dalam deretan border enforcement agency (BEA) juga
membentuk unit intelijen dalam struktur organisasinya. Dalam struktur organisasi di
14
tingkat pusat unit intelijen dikenal dengan nomenklatur Sub Direktorat Intelijen (SDI)
yang berada dibawah Direktorat P2. Pada level kantor wilayah dan kantor pelayanan,

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


unit intelijen berada di bawah Bidang P2 dan Kepala Kantor Pelayanan, nomenklaturnya
disebut sebagai seksi intelijen.

Dinas Intelijen Bea Cukai

Institusi yang menjalankan fungsi pengawasan dan penegakan hukum termasuk


Bea Cukai melengkapi struktur organisasinya dengan unit-unit intelijen. Alasan yang
mendasari keberadaan institusi intelijen antara lain adalah agar dapat melaksanakan
tugas dan fungsi administrasi pabean secara efisien dan efektif. Beberapa institusi secara
eksplisit dalam struktur organisasinya menggunakan nomenklatur “intelijen” dan
sebagian tidak memakai sebutan intelijen tetapi dalam uraian tugas dan fungsinya pada
dasarnya melaksanakan kegiatan intelijen.

AP di berbagai negara juga membentuk unit intelijen, sebagai contoh ACS memiliki
unit intelijen yang dipimpin oleh seorang manajer dengan nomenklatur “National
Intelligence”. Levelnya sama dengan Direktorat Penindakan dan Penyidikan (DIT P2)
pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (KPDJBC). Administrasi Kesehatan
seperti Drug Enforcement Administration (DEA) di Amerika Serikat (AS) juga memiliki
intelijen yang kuat.

Berdasarkan historis keberadaan intelijen Bea Cukai diketahui bahwa Bea Cukai
Indonesia mulai melengkapi organisasinya dengan unit intelijen pada tahun 1965
dengan nomenklatur “Dinas Intelijen” (setingkat eselon III). Pada saat itu Drs.
Soeharnomo ditunjuk sebagai Kepala Dinas Intelijen Bea Cukai yang pertama. Dinas
Intelijen inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya unit intelijen yang saat ini dikenal
sebagai Sub Direktorat Intelijen (SDI) pada DIT P2 KPDJBC.

Sub Direktorat Intelijen

Berdasarkan struktur organisasi Bea Cukai, keberadaan unit intelijen mengisi


berbagai level eselon mulai dari pusat hingga ke daerah, antara meliputi :
1) KP DJBC.
2) Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Utama (KPU). 15
3) Kantor Pengawasan dan Pelayanan – KPP (Madya Pabean, Madya Cukai, Tipe
A1/A2/A3).

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

4) KPPBC tipe B dan Pos Pengawasan.


Untuk level Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan, unit intelijen mengisi struktur
organisasi dalam unit-unit P2. Khusus pada tingkat KP DJBC unit intelijen menjadi bagian
dari DIT P2 dengan nomenklatur Sub Direktorat Intelijen (SDI).

Salah satu fungsi yang harus dijalankan Dit P2 adalah penyiapan penyusunan
rumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan intelijen
dalam rangka pencegahan pelanggaran peraturan perundangan kepabeanan dan cukai.
Fungsi inilah yang dijalankan dan diemban oleh SDI. Berdasarkan fungsi ini berarti SDI
berfungsi menyiapkan dan menyusun rumusan:
1) Kebijakan di bidang intelijen,
2) Standardisasi dan bimbingan teknis Intelijen, dan
3) Evaluasi pelaksanaan Intelijen.
Ketiga hal tersebut merupakan tugas yang seyogianya dilaksanakan berdasarkan konsep
intelijen agar penegakan hukum di bidang pabean berjalan efektif dan efisien.

Kebijakan intelijen hendaknya didasarkan pada intelligence concept (konsep


intelijen). Dalam melaksanakan kegiatan intelijen strategis, operasional dan taktis, SDI
perlu menetapkan sisdur berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh induk organisasi
(DIT P2). SDI dalam melakukan standardisasi dan bimbingan teknis intelijen bagi intelijen
pusat dan wilayah harus memerhatikan faktor efisiensi dan efektivitas dari kegiatan
intelijen.

Konsep intelijen meliputi :


pengertian inteljen, tujuan intelijen, intelijen efektif, klien,
tipe-tipe intelijen dan asas intelijen

Standardisasi dan bimbingan teknis seperti perlengkapan, penatausahaan,


metode-metode, jenjang pelaporan, pertemuan, instruksi, penindakan, operasi intelijen
(observasi/surveillance, penyamaran, penyusupan/infiltrasi, dan control delivery), patroli
16 dan hal lain yang berkaitan dengan kegiatan intelijen, merupakan tugas pokok SDI.
Evaluasi kegiatan intelijen mengenai teknis yang telah distandardisasikan seperti
disebutkan diatas terutama kaitannya dengan siklus (kegiatan) intelijen tidak hanya

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan intelijen tetapi juga
evaluasi mengenai dampak atau hasil dari produk intelijen (Produk Intel).
Dengan produk intel yang proaktif diharapkan menekan jumlah pelanggaran dan
penyelundupan. Hasil evaluasi merupakan umpan balik kebijakan intelijen yang
dilaksanakan. Berdasarkan asas intelijen, administrasi atau institusi juga industri bahkan
perusahaan trading melakukan kegiatan intelijen. Asas intelijen pada hakekatnya adalah
kegiatan intelijen berdasarkan siklus intelijen atau Intelligence Cycle .

Ilustrasi: Salah satu kegiatan Bea Cukai yaitu patroli laut dengan menggunakan
kapal patroli atau speed boat (pernah menggunakan pesawat udara ringan milik
sendiri) pada dasarnya bukan lagi merupakan bagian dari kegiatan intelijen tetapi
kegiatan tersebut berdasarkan rekomendasi intelijen. Dalam hal tertentu patroli
yang tujuannya untuk mencari informasi tambahan dengan melakukan
surveillance atau pengintaian merupakan kegiatan intelijen. Patroli laut regular
atau kadang-kadang disebut ronda pada hakekatnya adalah kegiatan intelijen
yang sewaktu-waktu dapat berubah fungsi menjadi kegiatan operasi/ penindakan
karena menemukan dan memburu target.

Direktorat P2, Bidang P2 Dan Seksi P2

Dit. P2 adalah unit organisasi yang membawahi SDI dan sekaligus sebagai pemberi
tugas dan pengawas atas kegiatan yang dilakukan SDI sebagai induk organisasi dari SDI.
Dalam struktur organisasi, Dit. P2 dipimpin oleh seorang Direktur yang bertugas
mengawasi seluruh pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan intelijen,
mempertanggungjawabkan hasil yang dicapai SDI kepada Direktur Jenderal dan
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan intelijen baik pada tingkat pusat, wilayah dan kantor
pelayanan. Apa yang menjadi kewajiban dari Kepala SDI juga berlaku terhadap Direktur
P2, demikian juga mengenai apa yang dilarang bagi Kepala SDI juga berlaku bagi Direktur
P2, seperti misalnya tidak boleh mempengaruhi analis atau petugas 17
pewawancara/pengumpul informasi.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Unit intelijen lainnya pada struktur organisasi DJBC yang secara aktivitas
berhubungan langsung dengan Dit. P2 yaitu Bidang P2 di tingkat Wilayah dan Pelayanan
Utama dan Seksi P2 (intelijen) di tingkat KPPBC namun secara hirarkis bukan merupakan
bawahan langsung dari Dir. P2. Struktur organisasi intelijen Bea Cukai idealnya harus
mengikuti struktur organisasi Bea Cukai yang ada, sebagai berikut :

Gambar 1.2
Struktur Organisasi Intelijen Bea Cukai

b. Pengertian dan Fungsi Intelijen

b.1. Pengertian Intelijen

Makna Kata Intelijen

Bila kita mendengar kata “intelijen”, sebagian orang awam pasti mengasosiasikan
kata tersebut dengan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan mata-mata (spionase)
yang dilakukan secara tersembunyi. Seringkali kata intelijen dimaknai secara sempit
sebagai kegiatan spionase yang dilakukan oleh militer dan outputnya akan digunakan
oleh militer atau aparat pemerintah untuk melakukan tindakan represif. Bahkan, makna
kata intelijen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai sebagai
18 orang yg bertugas mencari (meng-amat-amati) seseorang; atau dinas rahasia (KBBI,
2010). Penafsiran makna secara sempit tersebut seringkali menimbulkan distorsi
terhadap makna intelijen yang sesungguhnya.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Dalam pengertian yang lebih modern, makna kata intelijen sebenarnya bersumber
dari bahasa Inggris yaitu intelligence yang mengandung makna “kecerdasan”.
Berdasarkan makna tersebut, arti “intelijen” akan lebih tepat bila diasosiasikan dengan
wilayah kecerdasan, pikiran atau otak, bukan hanya mengandalkan kekuatan otot
semata. Intelijen tidak sekedar berkonotasi dengan kegiatan spionase namun akan
bermakna lebih luas sebagai cara mendapatkan informasi dengan menggunakan
kecerdasan otak atau pikiran (Qusyairi, 2010)
Secara sederhana makna intelijen yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu
pemrosesan informasi. Berdasarkan makna sederhana tersebut, pengertian intelijen
paling tidak akan mencakup hal-hal sebagai berikut :
a) suatu proses;
b) suatu produk;
c) seseorang; dan
d) suatu organisasi.

Dalam pengertian lainnya, arti kata inteleijen dapat pula dimaknai sebagai:
a. Seseorang atau organisasi yang terlibat dalam pengumpulan dan pemrosesan
informasi (seperti petugas intelijen, pengumpul informasi, seksi intelijen, analis
intelijen dan sebagainya).
b. Produk dari kegiatan suatu organisasi intelijen (seperti laporan intelijen-intrep,
penilaian intelijen dan sebagainya).
c. Kegiatan pemrosesan informasi oleh petugas intelijen untuk menghasilkan produk
intel (seperti analisis intelijen).

Definisi Intelijen Secara Umum

Dengan pemahaman makna yang lebih luas, intelijen dapat didefinisikan sebagai
“kegiatan logis berupa pengumpulan informasi, pengelolaan (manajemen) informasi,
pengolahan informasi dan analisis informasi mengenai sesuatu hal yang telah atau
sedang terjadi, dengan tujuan membuat suatu gambaran yang diperkirakan dapat
(akan) terjadi dikemudian hari berkenaan dengan obyek tersebut”. Berdasarkan definisi 19
tersebut, unsur-unsur penting yang perlu diberikan penekanan adalah:

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

a) Kegiatan logis; pengertiannya adalah kegiatan yang didasarkan pada kecerdasan


akal sehat;
b) Mengumpulkan informasi yang telah/sedang terjadi; pengertiannya adalah
bahwa kegiatan intelijen pada hakekatnya bertujuan untuk mengumpulkan
informasi yang akurat terhadap kejadian yang diamati;
c) Melaksanakan prinsip manajemen dalam kegiatannya; pengertiannya bahwa
keberhasilan kegiatan intelijen perlu ditunjang dengan kegiatan pengelolaan
sumber-sumber daya yang ada secara efisien dan efektif;
d) Pengolahan informasi; pengertiannya bahwa informasi yang diterima harus
dipastikan tingkat akurasinya sehingga perlu diolah;
e) Analisis informasi; pengertiannya bahwa kegiatan intelijen membutuhkan proses
analisis terhadap seluruh informasi yang diterima agar output yang dihasilkan
dapat memiliki keandalan yang tinggi;
f) Membuat proyeksi tentang hal yang diamati; pengertiannya bahwa kegiatan
intelijen membutuhkan kemampuan forecasting terhadap peristiwa yang akan
terjadi, tentunya dengan menggunakan data-data dan informasi yang teruji
keandalannya.

b.2. Definisi Intelijen Bea Cukai.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Bea dan Cukai Nomor Kep-90/BC/2003 tanggal


31 Maret 2003 tentang Nota Hasil Intelijen, kegiatan intelijen didefinisikan sebagai
berikut:
“Kegiatan Intelijen adalah rangkaian kegiatan di dalam siklus intelijen yang meliputi
perencanaan, pengumpulan, penilaian, penyusunan, pembandingan, analisis,
penyebaran, dan pengkajian ulang informasi yang berasal dari data base dan informasi
lainnya sehingga diperoleh suatu produk intelijen yang akurat dan dapat digunakan
untuk mencegah terjadinya atau melakukan penindakan terhadap pelanggaran di
bidang kepabeanan dan cukai”.
20 Pada hakekatnya tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan intelijen
pabean adalah: untuk menetapkan barang, penumpang (PAX), awak sarana pengangkut
(ASP), pelintas batas (PLBX), sarana pengangkut komersil (SPK), yacht/kapal pesiar,

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


kapal/pesawat terbang pribadi dan tempat-tempat atau kawasan tertentu (kawasan
industri, kawasan berikat, tempat atau gudang penimbunan, pabrik, penyalur, tempat
penimbunan atau penjualan BKC, tempat pameran, pelabuhan, bandara, wilayah/lokasi
rawan), kegiatan perusahaan atau seseorang serta semua kegiatan yang berkaitan
dengan penegakan hukum di bidang pabean untuk dilakukan pengawasan, pemeriksaan,
penyegelan, penegahan, penahanan, pencegahan, penyelidikan, penyidikan,
pemblokiran kegiatan, audit dan pengambilan suatu keputusan (pencabutan izin,
pemberlakuan kembali izin), bahkan untuk penetapan suatu kebijakan pemerintah.

b.3. Fungsi Intelijen


Secara garis besar fungsi intelijen adalah untuk memberikan advis kepada klien
agar klien dapat melakukan tindakan proaktif. Dalam perkembangannya fungsi intelijen
yang dilakukan oleh suatu institusi, pada dasarnya berfungsi:

- Disclosive.

- Predictive.

- To produce intelligence (Intelligence Product).

Disclosive

Pengertian disclosive adalah untuk memperjelas problem intelijen (PI) pabean.


Unit intelijen taktis sebelum melakukan kegiatan intelijen berdasarkan The Intelligence
Cycle (TIC) harus memperjelas PI taktis sehingga semua petugas intelijen yang akan
dilibatkan mulai dari pengumpulan informasi sampai pada tahap diseminasi produk
intelijen bahkan sampai pada tahap opsintaktis, mengerti secara jelas tujuan dan
kegiatan/organisasi.

Ilustrasi: Dengan diberlakukannya ACFTA (Asean – China Free Trade Agreement)


maka hal ini merupakan PI taktis. Dalam beberapa kasus ditemukan fakta bahwa
barang-barang impor ex China terutama Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) semakin
murah harganya dan kemungkinan TPT tersebut bukan produk Cina tetapi
diimpor dari China. Unit Intelijen taktis harus menjelaskan PI, bahwa hal itu dapat
21
terjadi karena adanya informasi bahwa TPT dari Taiwan banyak di ekspor ke
Hongkong sebelum Januari 2010 dan masih berlangsung sampai saat ini.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Predictive
Jika pada fungsi disclosive intelijen memperjelas apa yang telah atau sedang
terjadi, maka intelijen juga berfungsi sebagai unit yang menghasilkan prediksi yaitu apa
yang akan terjadi. Berdasarkan prediksi intelijen yang ditempuh melalui proses analisis
intelijen didapatkan hasil (produk intetelijen) berupa:
a) Penetapan target atau sasaran operasi (orang/importir/eksportir/PAX/ASP/
PLBX/PPJK, sarana pengangkut, TPS, KB, GB, TBB, GD/TPE BKC, dan lain-lain).
b) Kesimpulan (final report) dari suatu kegiatan intelijen/proyek.
c) Rekomendasi intelijen (rekrutmen, perubahan sisdur, operasi atau patroli bersama,
perubahan struktur organisasi, opsintel taktis, diklat, penambahan atau
pemutahiran sarana intelijen dan aspek organisasi pada umumnya).

To Produce Inteligence
Intelijen dalam tradisi kehidupan manusia dan militer memiliki aspek dasar yang
diamati yaitu; Intentions (tujuan), Capabilities (kemampuan/kekuatan), Limitation
(keterbatasan) dan Vulnerabilities (kerawanan). Pada dasarnya kegiatan intelijen yang
dilakukan bertujuan untuk menghasilkan suatu produk intelijen (inteligence product)
yang akan digunakan oleh unit operasional. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan
tersebut maka dalam dalam proses intelijen, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
a) Peraturan perundang-undangan.
b) Sistem dan prosedur (sisdur) pelayanan dan pengawasan.
c) Sumber daya manusia (SDM).
d) Fasilitas (sarana dan dana).

b.4. Elemen Kunci Kegiatan Intelijen

Elemen kunci dari intelijen adalah informasi, sehingga tanpa informasi tidak akan
ada intelijen. Kualitas produk intelijen yang dihasilkan dari kegiatan intelijen ditentukan
oleh:
22 a) Relevansi dari sejumlah informasi yang ada berdasarkan tujuan intelijen yang jelas.
b) Tingkat akurasi dari informasi itu.
c) Informasi tepat waktu (tersedia pada saat dibutuhkan).

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Ketiga faktor ini dikenal dalam istilah intelijen dengan rumus RAT (relevan,
akurat dan tepat waktu). Jangan pernah menyediakan informasi yang bukan RAT.
Seorang informan misalnya menyampaikan laporan dengan bahasa sandi kepada
intelijen yang memberinya tugas “tikus besar sudah lewat” artinya informasi yang dicari
sudah diketahui banyak orang atau sudah terbuka.

Dalam pelaksanaan intelijen Pabean, elemen kunci intelijen yang sudah tidak
asing lagi bagi Bea Cukai yaitu; Who, What, When, Where, Why and How (5W+H),
hampir sama yang dilakukan dalam teknik penyidikan yang biasa disingkat menjadi SIADI
DEMAM BABI. Dalam mengumpulkan informasi keenam pertanyaan tersebut harus
terjawab secara tuntas dan rinci, sebagai berikut:
a) Dari siapa informasi dapat diperoleh (dalam jajaran Bea Cukai, POLRI, Kejaksaan,
Badan POM, Departemen Perdagangan, Imigrasi, BIN, Karantina, Kadin, Ginsi,
Gafeksi dan sebagainya).
b) Informasi apa yang diperlukan (tentang orang, perusahaan, eksportir, importir, PPJK,
suplier, barang, kegiatan, arus barang, fasilitas kepabeanan, harga barang, pabrik,
produsen, industri minuman, pabrik hasil tembakau (HT)/ Etil Alkohol (EA)/Minuman
mengandung etil alkohol (MMEA) dan sebagainya).
c) Kapan informasi itu harus sudah diperoleh (saat ini, secepatnya, paling lambat,
sepanjang periode tertentu).
d) Dimana informasi itu dapat diperoleh (di file, data base/pangkalan data, Kantor
Polisi, Kantor Penerbangan/Pelayaran, Kantor Freight Forwarder, internet dan
sebagainya).
e) Kenapa informasi itu diperlukan (karena data yang dimiliki kurang lengkap, ada
perbedaan data/information gap), untuk mengungkap modus operandi, untuk
melakukan pencegahan, penindakan, penegahan, penyelidikan, penyidikan, untuk
menetapkan kebijakan operasional, kepentingan dalam rangka menyusun rancangan
suatu peraturan dan sebagainya.
f) Bagaimana informasi itu diperoleh (dibeli, penugasan informan, melalui pertukaran
data elektronik (PDE) dengan unit lain dalam jajaran Bea Cukai atau instansi penegak
23
hukum lain, kerjasama dengan AP negara lain, diakses dari internet dan sebagainya.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

b.5. Intelijen Efektif

Untuk mencapai efektifitas dalam pelaksanaan kegiatan intelijen maka harus


diperhatikan tiga hal pokok, yaitu :
a) Penetapan tujuan intelijen secara jelas atau diistilahkan dengan intelligence
problem;
b) Kegiatan intelijen harus bersifat pengambilan tindakan awal yang proactive ;
c) Hasil kegiatan intelijen harus disebarkan pada waktu yang tepat atau diistilahkan
dengan timely dissemination.

Sebelum melaksanakan kegiatan intelijen harus ditetapkan terlebih dahulu apa


yang menjadi problem intelijen (PI) dari suatu institusi yang dilayani. PI ini juga harus
dimengerti secara jelas oleh semua yang terlibat dalam kegiatan intelijen tersebut,
kecuali informan. Harus dipahami bahwa informan tidak termasuk sebagai personil
intelijen. Pengumpulan dan pemrosesan informasi tanpa diketahui PI yang dihadapi
adalah kegiatan yang sia-sia. Sebagai contoh, PI yang cukup populer yaitu “undervalue
invoicing” terhadap barang impor atau “overvalue invoicing” terhadap barang ekspor.

Produk intelijen akan memiliki nilai yang tinggi apabila klien dapat segera
mengambil tindakan awal sebelum terjadi suatu peristiwa yang merugikan. Ini berarti
bahwa ahasil analisis intelijen harus berisikan suatu prediksi dan harus disampaikan
kepada klien yang memerlukan sebagai tindakan pencegahan (proaktif). Oleh karena
itulah, setiap tindakan intelijen idealnya bersifat proaktif dan bukan tindakan yang
reaktif karena telah terjadi suatu peristiwa yang merugikan.

Penyebaran produk intelijen harus tepat pada waktunya kepada klien yang
membutuhkan. Kriteria klien ini harus dibedakan antara primary client dan secondary
client. Idealnya, penyebaran produk intelijen yang bersifat taktis harus menyegerakan
penyampaian produk intelijen kepada klien pada level primary. Penyampaian produk
intelijen yang tepat waktu akan mencegah suatu peristiwa yang berpotensi merugikan
klien atau setidak-tidaknya ada tindakan preventif yang dapat disiapkan oleh klien.

24 Klien adalah orang atau pihak-pihak yang menggunakan produk intelijen.


Berkaitan dengan kedudukan klien pada kegiatan intelijen pabean dapat dibedakan :
- Klien yang bertindak sebagai petugas pelaksana operasional dilapangan ;

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


- Klien yang merupakan pejabat regional/wilayah di daerah; dan
- Klien yang merupakan pejabat pembuat kebijakan di tingkat pudsat/nasional.

Ketiga kelompok klien tersebut disebut sebagai primary clients. Diluar ketiga kelompok
tersebut namun masih relevan untuk mengakses produk intelijen disitilahkan dengan
secondary client.

Sifat kedudukan klien tidak melekat pada jabatan seseorang, akan tetapi sangat
tergantung dengan kegiatan intelijen yang dilaksanakan. Sebagai contoh, dalam kegiatan
intelijen pabean : Pejabat di tingkat pusat, klien nomor satunya adalah Direktur Jenderal
Bea dan Cukai, sedangkan Menteri Keuangan walaupun sebagai atasan dari klien nomor
satu tetap dianggap sebagai secondary clients. Dalam hal kegiatan intelijen dimintakan
oleh Departemen Keuangan, misalnya untuk merubah struktur organisasi. Dalam hal ini,
Menteri Keuangan adalah klien primer nomor satu.

c. Jenis-Jenis Intelijen dan Siklus Itelijen

c.1. Jenis-jenis Intelijen.


Berdasarkan ruang lingkup dan persoalannya, intelijen dapat dibedakan
menjadi:
a) Strategic Intelligence (Intelijen strategis – Intelstrat).
b) Operational Intelligence (Intelijen Operasional- Intelops).
c) Tactical Intelligence (Intelijen Taktis- Inteltaktis).

Apabila merujuk pada pembagian kategori menurut World Customs Organization


(WCO), maka kegiatan intelijen pabean menurut tingkatannya dibedakan dalam tiga
tipe, yaitu:
a) Intelijen strategis.
b) Intelijen Operasional.
c) Target Intelligence (Intelijen target).
25

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Intelijen Strategis

Untuk mendapat gambaran tentang intelijen strategis (intelstrat), diberikan


contoh dalam bentuk hasil pemrosesan informasi sebagai berikut:

Ilustrasi :
Kapal penangkap ikan Indonesia dan asing beroperasi di dalam daerah pabean
(DDP) atau teritorial Indonesia. Ancaman yang dapat timbul antara lain
pencurian ikan, pembongkaran atau pemindahan barang impor di tengah laut
ke kapal antar pulau untuk diselundupkan ke DDP Indonesia atau ke kapal
tujuan luar negeri untuk menghilangkan jejak (seperti perdagangan gelap
narkotika, senjata api atau barang larangan lainnya). Pejabat intelijen pusat
atau nasional harus membuat intelijen jangka panjang berupa perencanaan dan
pengelolaan sumber-sumber (daya) penegak hukum misalnya pengaturan
jadwal kapal patroli dan sebagainya.

Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa intelijen pada hakekatnya harus bersifat


atau berfungsi untuk menampilkan kejelasan (disclosive) serta menghasilkan prediksi
(predictive) dan produk intelijen. Berdasarkan historisnya intelijen dalam tradisi
kehidupan manusia dan militer memiliki aspek dasar yang diamati yaitu; intentions
(tujuan), capabilities (kemampuan/kekuatan), limitation (keterbatasan) dan
vulnerabilities (kerawanan).

Pelaksanaan intelijen strategis dimaksudkan untuk melihat secara global (umum)


pada tingkat nasional ancaman dari orang-orang atau organisasi-organisasi dalam
rangka penegakan hukum di bidang pabean (kepabeanan dan cukai).
Penyelundupan/commercial fraud, perdagangan gelap narkotika, penyelundupan satwa
langka, barang-barang yang dilarang diekspor dan diimpor, penyalahgunaan fasilitas,
money laundering, illegal logging/fishing dan daerah rawan penyelundupan berkaitan
26 erat dengan tujuan intelijen ini.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Tujuan Intelijen Strategis.

Tujuan dari intelijen strategis adalah menetapkan intelijen jangka panjang yang
efektif, perencanaan tingkat nasional/pusat dan pengelolaan sumber-sumber (daya)
penegakan hukum sesuai ancaman yang dihadapi. Intelijen strategis bukan kegiatan
langsung di lapangan yang bersifat operasional atau tujuan penegakan hukum taktis
atau pengidentifikasian sasaran khusus. Intelijen strategis ada pada tingkat (lingkup)
nasional dan bahkan dapat berskala internasional. Intelijen strategis tidak bertujuan
sekedar mengungkap keadaan “kita dan lawan” saja.

Dalam intelijen strategis, proses yang diamati selain empat aspek tadi (intentions,
capabilities, limitation dan vulnerabilities) termasuk pula hal-hal yang mempunyai
kecenderungan umum atau hal-hal yang berperan sebagai faktor lingkungan
(environmental factor) yang berpengaruh. Intelijen strategis membuat prediksi
mengenai keadaan umum yang mungkin terjadi berkenaan dengan sesuatu hal. Untuk
memprediksi keadaan umum itu, hal yang menentukan adalah: Batasan masalah yang
dihadapi (Intelligence problems), dan perencanaan pengumpulan informasi (Collection
Information Planning).

Dalam perencanaan pengumpulan informasi, harus dipertimbangkan manajemen


yang tepat sehingga sumber daya dapat dialokasikan dan pencapaian target dengan
efektif. Karena intelijen strategis bersifat global (umum), sebagian orang tidak akan
segera menyadari pertalian intelijen strategis dengan kepentingan pekerjaannya sehari-
hari. Memang benar bahwa produk intelijen strategis tidak dapat secara langsung
menghasilkan tangkapan barang-barang selundupan, karena produk intelijen strategis
tidak mengungkap sesuatu target taktis yang spesifik. Ulasan produk intelijen strategis
adalah mengenai keadaan umum (gambaran dan kecende-rungan umum), namun
gambaran umum mengenai suatu kejahatan akan memandu para pelaksana lapangan
untuk mengarahkan kegiatannya secara taktis kepada sumber kejahatan sehingga akan
memperoleh kemungkinan atau kesempatan untuk melakukan penangkapan.

Bila dalam intelijen taktis kita diarahkan kepada sasaran dari suatu masalah 27
yang dihadapi, maka pada intelijen strategis kita dibantu untuk menemukan
permasalahannya terlebih dahulu.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Kegunaan lain dari penerapan intelijen strategis adalah untuk tujuan perubahan
struktur dan sumber daya organisasi dalam menghadapi perubahan umum yang
diprediksi. Intelijen strategis bermanfaat dalam mengarahkan suatu organisasi agar
selaras dengan perubahan-perubahan kebijakan umum sebagai faktor lingkungan baik
internal maupun eksternal dalam mencapai tujuan organisasi. Seperti kegiatan
operasional administrasi pabean pada umumnya, untuk mencapai tujuan maka proses
pelaksanaan suatu kegiatan selalu dikelola (proses manajemen) dengan baik. Kegiatan
intelijen juga merupakan proses dari beberapa kegiatan yang mempunyai tahapan.

Ada dua hal mendasar dalam proses intelijen, yaitu: pengelolaan proses dan
pengawasan proses. Proses intelijen harus dikelola sebaik mungkin agar efisien dan
efektif dan pelaksanaan proses intelijen itu harus diawasi agar sedini mungkin dapat
diketahui bahwa intelijen itu gagal atau berhasil sesuai ukuran yang telah ditetapkan.
Selain itu yang juga merupakan hal penting dalam penerapan intelijen strategis adalah
tugas dari unit intelijen yang tidak boleh dilupakan adalah memberikan pelayanan
(berupa produk intelijen) kepada organisasi induknya (organisasi tempat dimana ia
berada). Data apa yang menjadi produknya yang harus disampaikan kepada organisasi
induknya adalah data yang disepakati sebelumnya. Untuk itu semua unit yang setingkat
(levelnya sama) harus diikutsertakan untuk menetapkan apa yang akan dihasilkan oleh
unit intelijen. Dengan demikian ditentukan juga apa yang dikerjakan dan dibutuhkan
untuk menghasilkan layanan unit intelijen tadi.

Contoh Intelijen Strategis.

Intelijen strategis (sebagai produk) dapat diperoleh dari undang-undang dan


peraturan yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi Bea Cukai tanpa melalui suatu
proses intelijen kecuali proses pengumpulan dari semua ketentuan yang ada. Beberapa
informasi dari undang-undang dan peraturan (dicetak tebal) dan produk intelijen
strategisnya (diketik miring) berikut ini sebagai contoh:

- Pemeriksaan barang impor secara selektif (pasal 3 ayat (3) dan pasal 4 ayat (2)
28
UUK), mendorong pemberitahuan jenis dan jumlah barang yang tidak benar.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


- Pengenaan bea keluar terhadap barang ekspor (pasal 2A ayat (1) UUK) untuk
tujuan tertentu (pasal 2A ayat (2) UUK), mendorong pemberitahuan jenis barang
yang tidak benar.

- Pengawasan pengangkutan terhadap barang tertentu dalam daerah pabean


(pasal 4A UUK), mendorong pemberitahuan jenis barang yang tidak benar.

- Pengangkutan (inland) dari TPS atau TPB ke TPS atau TPB yang tidak diawasi
secara fisik dan tanpa batas waktu harus tiba ditujuan (pasal 8A UUK) mendorong
penukaran barang dengan jenis barang yang lebih rendah baik kualitas maupun
harga bahkan penyelesaian kewajiban pabean fiktif.

- UUK tidak mengatur tentang barang impor yang harus diangkut lanjut yang
kemudian ternyata tidak diangkut lanjut. Ketentuan dalam pasal 65 ayat (1) huruf
a UUK hanya dinyatakan sebagai barang tidak dikuasi yang seterusnya dapat
dinyatakan sebagai milik negara dan seterusnya. Celah ini mendorong impor
limbah B3 dan sampah nuklir sebagai muatan lanjutan tujuan negara lain (fiktif)
dan berasal dari eksportir fiktif di negara asal.

- Pemberlakuan rezim devisa akan mendorong overvalue pada pengimporan barang.

- Penerapan Bea Masuk yang tinggi (pasal 12 ayat (1) UUK), akan mendorong
underinvoicing dan pemberitahuan jenis barang yang tidak benar.

- Penetapan tarif berdasarkan kuota akan mendorong terjadinya pemberitahuan


impor tidak benar mengenai negara asal atau jenis barang.

- Merosotnya kurs mata uang akan menurunkan tingkat impor.

- Perubahan dalam rezim GSP/Quota/Preferences/CEPT akan mendorong terjadinya


pemberitahuan impor tidak benar mengenai negara asal barang (pemalsuan form
D).

- Penerapan sanksi ekspor atas barang ke negara tertentu, akan meningkatkan


pemberitahuan ekspor tidak benar mengenai negara tujuan.

- Restitusi PPN atas barang ekspor akan mendorong ekspor fiktif, overinvoicing dan 29

ekspor berulangkali dari satu barang yang pengimporannya tidak dikenai bea
masuk.
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
Modul Konsep Intelejen

- Pemberlakuan GATT Valuation Code/nilai transaksi terhadap barang impor untuk


perhitungan bea masuk (pasal 16 UUK), akan mendorong munculnya sales contract
atau invoice palsu dan pembayaran tanpa Letter of Credit.

- Penerapan Bea Masuk Anti Dumping (pasal 18 UUK), Bea Masuk Imbalan (pasal 21
UUK), Bea Masuk Tindakan Pengamanan (pasal 23A UUK) dan Bea Masuk
Pembalasan (pasal 23C UUK) ter-hadap barang impor tertentu dan dari negara
tertentu akan mendorong pemberitahuan impor tidak benar mengenai negara asal.

- Pemberian pembebasan bea masuk atas impor atas asas timbal balik, tujuan
tertentu dan barang pribadi tertentu (pasal 25 UUK) mendorong pemberitahuan
tidak benar mengenai kepemilikan dan tujuan pengimporan.

- Pemberian pembebasan atau keringanan bea masuk atas bahan baku yang diolah
untuk diekspor kembali –KITE (pasal 26 ayat (1) huruf k UUK), mendorong
terjadinya pengimporan bahan baku yang melebihi kebutuhan dan konversi bahan
baku ke barang jadi yang tidak benar.

- Pemberlakuan larangan atau pembatasan impor atau ekspor (pasal 53 UUK) akan
mendorong penyelundupan dan pemberitahuan tidak benar mengenai jumlah dan
jenis barang.

- Pembukaan pelabuhan darat Entikong sebagai pelabuhan darat internasional


merupakan peluang bagi illicit trafickking (narkotika, senjata api dan barang
larangan lainnya bahkan mendorong perdagangan wanita/anak dibawah umur
untuk tujuan sex/phedophile).

- Pelunasan cukai dengan cara melekatkan pita cukai atau pembubuhan tanda
pelunasan cukai lainnya (pasal 7 ayat (3) huruf b dan c UUC) mendorong
pemalsuan pita cukai atau tanda pelunasan.

- Pemberlakuan tata niaga impor akan mendorong penyelundupan.

- Pemberian pembebeasan cukai atas BKC yang digunakan sebagai bahan baku
atau penolong dalam pembuatan barang hasil akhir bukan merupakan BKC (pasal
30
9 ayat (1) huruf a UUC) akan mendorong laporan penggunaan yang lebih besar dan
konversi bahan baku yang tidak benar.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Sumber data intelijen strategis disamping tersedia pada undang-undang,
peraturan dan kebijaksanaan juga tersedia dari beberapa sumber antara lain:
- Statistik perdagangan internasional.
- Perdagangan barang dari jurnal perdagangan yang relevan.
- Lembaga dan Departemen Pemerintah.
- Badan Penilai status bisnis (INDEF, LPEM UI).
- Manifes kapal dan pesawat.
- Perusahaan petikemas, pelayaran, penerbangan dan pengangkutan darat.
- Catatan kejahatan pada instansi penegak hukum.
- Sesama petugas pabean pada tingkat operasional.

Intelijen Operasional

Intelijen operasional (intelops) adalah kegiatan yang berhubungan erat dengan


pencapaian tujuan penegakan hukum. Dalam kegiatan intelijen operasional ini termasuk
mempersiapkan advis antara lain kegiatan pengidentifikasian unsur-unsur tertentu dari
kegiatan ilegal seperti:
- Jaringan sindikat, perorangan atau kelompok yang terlibat dalam pelanggaran
hukum yang terkordinir.
- Metode yang dipakai (modus operandi) untuk menggagalkan penegakan hukum.
- Sumber/pemasok barang larangan/selundupan.
- Sumber pembiayaan.
- Jalur pengangkutan yang digunakan.
- Kelemahan sistem dan prosedur.
- Tempat atau daerah rawan.

Intelijen operasional haruslah merupakan pengembangan dari intelijen strategis


dan untuk itu intelijen pusat/nasional perlu melibatkan staf lokal/wilayah dalam proses
pengembangan intelijen strategis menjadi intelijen operasional. Hal ini dimaksudkan
agar intelijen dapat memperoleh masukan dan feed back (umpan balik) yang lebih
lengkap tentang suatu problem intelijen. Pada dasarnya pejabat intelijen operasional 31
mempunyai banyak informasi karena mereka:

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

- Seringkali atau bahkan sudah banyak melakukan pemeriksaan barang impor atau
ekspor.
- Mengetahui siapa-siapa (importir, eksportir, PPJK, agen penerbangan, agen
pelayaran, perusahaan pengangkutan darat, freight forwarder, pabrik BKC,
pengusaha TBB, penerima fasilitas KITE, pengusaha Kawasan Berikat dan
sebagainya) yang melakukan pengurusan/penyelesaian kewajiban pabean
termasuk cukai.
- Mengetahui orang-orang yang terkait dalam perusahaan tertentu, hubungan
seseorang dengan orang lain dalam kegiatan bisnis.
- Mungkin mengetahui orang yang menjadi direktur di berbagai perusahaan.
- Mengetahui penyimpangan yang terjadi pada tingkat operasional yang tidak serius
untuk ukuran tingkat pusat/nasional yang oleh intelijen pusat dianggap tidak
termasuk kategori prioritas dalam kegiatan intelijennya yang kadang-kadang
diabaikan.
Hal-hal tersebut diatas akan membantu pembuatan profil risiko dan memaksimalkan
sumber daya (sarana dan manusia).

Contoh intelijen operasional, antara lain:

- Dengan penerapan sistem pemeriksaan secara selektif dan audit di KPU Tg. Priok,
mendorong pemberitahuan tidak benar mengenai jenis barang oleh importir
umum terutama barang TPT dan mainan yang terbuat dari plastik.

- Pemberlakuan rezim devisa akan mendorong munculnya overvalue atas barang


impor yang tidak sering/jarang diimpor sebelum diberlakukannya rezim tersebut
dan dilakukan oleh importir tertentu.

- Penerapan bea masuk yang tinggi terhadap gula pasir akan mendorong
pemberitahuan jumlah barang yang lebih kecil dari yang sebenarnya atau
pemberitahuan jenis barang yang tidak benar (misalnya diberitahukan sebagai
tepung terigu) melalui pelabuhan yang sering digunakan untuk mengimpor tepung
terigu dan penyelundupan melalui jalur di luar pelabuhan yang sulit dijangkau
32
petugas patroli di sepanjang pantai Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


- Pembatasan impor gula baik jumlah maupun importir yang dapat melakukan
importasi mendorong penyelundupan di daerah rawan seperti di sungai-sungai di
pantai timur Sumatera dan Kalimantan Barat oleh kapal ukuran 250 ton kebawah
atau manipulasi jumlah oleh importir yang memiliki izin impor.

Kegiatan dan sasaran Intelijen Operasional

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan intelijen strategis dilakukan


berdasarkan siklus intelijen, demikian pula halnya dalam kegiatan intelijen operasional.
Perlu diingat dalam menggunakan istilah yaitu antara Intelijen operasional dan Operasi
Intelijen, keduanya mempunyai arti yang berbeda. Berdasarkan pengidentifikasian
unsur-unsur dalam intelijen operasional maka kegiatan dan sasaran intelijen operasional
difokuskan pada:

- Pengelompokan pelaku pelanggaran/penyelundup, importir, eksportir, suplier,


pengangkut, freight forwarder, PPJK, PKB/PDKB, pengusaha/pabrik/penjual BKC dan
entitas lainnya.
- Pengelompokan barang yang diselundupkan, misalnya tekstil, barang elektronik, alas
kaki, makanan dan minuman kemasan, BKC, barang impor yang dibatasi (IP,
berkaitan dengan tugas Badan POM dan Ka-rantina serta importir khusus) dan
sebagainya.
- Penentuan wilayah yang harus diawasi (kawasan pabean, kawasan berikat, gudang
berikat, tempat pemuatan, sungai-sungai, alur tertentu, pulau terpencil, perbatasan
darat/jalan tikus, pantai-pantai).
- Perumusan dan prediksi modus operandi (dalih antar pulau, dokumen/izin palsu,
penggunaan dokumen berulang kali, teknik penyembunyian, pura-pura hanyut,
penyamaran dengan memancing ikan atau berwisata dengan kapal yacht dsb.)

- Waktu diperkirakan pelanggaran akan terjadi (sepanjang tahun, mendekati hari raya,
awal/akhir tahun, bulan-bulan tertentu, malam hari atau siang hari).
- Sarana pengangkut yang digunakan (jenis: kapal laut kargo/penumpang, pesawat
terbang kargo/penumpang, helikopter, yacht, kapal penangkap ikan; kapasitas 33
muat/tonase kecil, keunggulan dari sarana pengangkut sejenis lainnya,
bendera/pemilik, rute, kecepatan dsb.).

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

- Upaya pencegahan (patroli, ronda, boot zoeking, pemeriksaan mendalam,


pemeriksaan jabatan dan sebagainya).
Disamping data intelijen yang telah dimasukkan dalam file record /data base atau
pangkalan data intelijen , salah satu cara untuk membantu intelijen operasional dalam
melakukan kegiatan dan mencapai sasaran yaitu dengan melakukan penilaian atas
analisis pasca penangkapan (Post Seizured Analysis Assessment).

Intelijen Taktis (Target)

Kegiatan intelijen taktis atau intelijen target, bertanggung jawab untuk


mengembangkan sasaran intelijen tertentu untuk membantu petugas lapangan (unit
operasional) dalam menemukan dengan segera atau jangka pendek apa saja yang
bersangkut paut dengan pelanggaran hukum seperti sarana pengangkut, barang, orang,
tempat (TPS, TPB, Pabrik Rokok, TP BKC, Penyalur BKC, TPE BKC, TBB, tempat pemuatan,
tempat pembongkaran dsb.) dan dokumen seperti NPWP, SRP, NIPER, identitas la-innya,
izin dan rekomendasi importasi dan eksportasi dan sebagainya.

Contoh sederhana :
Kapal penangkap ikan “Chen Yung” berbendera Taiwan menyelundupkan senjata
dan narkotika melalui pelabuhan Paloh, Kalimantan Barat. Intelijen Bea Cukai
harus membantu petugas lapangan Kantor Bea Cukai setempat untuk segera
menemukan kapal penangkap ikan tersebut berdasarkan produk intel yang
dihasilkan atau hasil pengembangan dari suatu produk intel.

Pemrosesan lebih lanjut hasil intelijen operasional merupakan kegiatan intelijen


taktis. Kegiatan ini akan mengidentifikasi perusahaan atau orang tertentu yang secara
komparatif berisiko tinggi berkaitan dengan penyelundupan. Langkah berikutnya dari
kegiatan intelijen taktis adalah menetapkan target. Target tersebut seperti yang
disebutkan diatas yaitu apa saja yang berkaitan dengan pelanggaran peraturan
34 perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai. Kalau targetnya sebuah
perusahaan misalnya ada beberapa hal yang dipertimbangkan antara lain metode
berdagang dari perusahaan tersebut yang dapat diketahui dari:

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


- Brosur perdagangan, apakah barang yang dijual perusahaan tersebut setara
antara uraian jenis dengan harga yang diberitahukan dalam pemberitahuan
impor.
- Hasil pemeriksaan atas barang impor berdasarkan pemberitahuan yang diajukan.
- Perbandingan dengan uraian jenis dan harga barang yang dimpor oleh importir
lain.
- Aktifitas pemilik perusahaan atau pegawainya, apakah sering mengunjungi negara
asal barang, pemakaian kartu kredit yang bersangkutan/target di negara asal
barang, rekaman pembicaraan telepon target dengan partner dagang di luar
negeri.
- Cara pembayaran, apakah menggunakan L/C atau tunai, apakah diasuransikan
atau tidak. Ini dapat diketahui melalui bank atau perusahaan asuransi. Perlu
diperhatikan disini bahwa bank atau asuransi mempunyai kecenderungan
memberitahukan importir apabila ada petugas intelijen yang meminta data
mengenai hal ini.

Target intelijen taktis disamping perusahaan dapat juga sarana pengangkut,


kawasan atau daerah rawan, orang (penumpang, pelintas batas, awak sarana
pengangkut) bahkan barang yang belum diketahui siapa pemiliknya (ini biasanya kiriman
melalui pos atau jasa titipan dengan alamat fiktif). Kalau targetnya adalah orang
(misalnya dicurigai membawa narkotika) ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan:
- Negara asal atau kewarganegaraan (negara yang masuk daftar yang perlu diawasi
atau warga negara tertentu yang sudah terkenal banyak menjadi kurir). Beberapa
kali penangkapan ternyata sudah ada orang Indonesia yang menjadi kurir.
- Itenerary (rute perjalanan), ini dapat dilihat dari daftar penumpang (Passengger’s
manifest) apakah datang dari negara sumber narkotika, seperti negara segi tiga
emas/golden triangle (Myanmar, Laos dan Thailand), Golden Crescent/bulan sabit
(Afganistan, Pakistan dan India) atau tiga negara Pacific (Peru, Bolivia dan Columbia).
- Pekerjaan. Dalam beberapa kasus banyak ditemui suspect menyatakan pekerjaannya
35
sebagai teknisi atau pedagang, tetapi pada umumnya pekerjaannya tidak jelas.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

- Perusahaan atau personal yang akan ditemui. Perlu dilakukan cek silang dengan
profil perusahaan dalam pangkalan data (impotir dan eksportir) untuk melihat
kemungkinan ada hubungannya dengan perusahaan yang diawasi atau bahkan sudah
masuk daftar hitam (black list) atau orang yang dikunjungi masuk dalam daftar orang
yang perlu diawasi kegiatannya.
- Frekuensi perjalanannya tinggi. Seseorang yang frekuensi perjalanannya tinggi
namun tidak jelas NOB-nya perlu dipantau secara terus menerus. Kurir ada yang baru
pertama kali berkunjung tetapi sudah berusaha menyelundup. Dalam banyak kasus
paling tidak pernah berkunjung satu sampai dua kali kemudian menjadi kurir.
- Tiket dan paspor.
- Bagasi atau barang personal effect.
- Maksud perjalanan. Pada umumnya maksud perjalanan suspect adalah berlibur dan
hanya sebagian kecil yang melaporkan kunjungannya untuk berbisnis atau kunjungan
sosial.
- Alamat yang dituju. Pada umumnya mencantumkan hotel namun perlu diperhatikan
seseorang yang mencantumkan alamat hotel seadanya (kata “hotel” saja, tanpa
nama hotel).
- Gerak gerik penumpang sejak turun dari pesawat sampai pada meja pemeriksaan
pabean. Bahkan perlu diperhatikan apakah ada yang menjemput, yang dapat
diketahui misalnya dengan melambaikan tangan kepada penjemputnya dan
penjemputnya apakah telah teridentifikasi. Termasuk kebiasaan atau hal-hal yang
dilakukan berbeda dengan yang dilakukan penumpang pada umumnya.
Pada umumnya apabila targetnya adalah tempat biasanya berkaitan dengan
orang, barang atau dokumen, hal-hal yang perlu mendapat perhatian IO adalah:
- Lokasi atau letak dari target dan situasi keamanan daerah sekitarnya.
- Aktivitas atau kegiatan apa saja yang ada di lokasi dan sekitarnya termasuk ada
penjagaan atau tidak di dalam dan di luar lokasi.
- Ada berapa akses/jalan untuk masuk ke lokasi dan akses/jalan mana yang paling
menguntungkan dari segi keamanan dan surveillance.
36 - Jumlah petugas yang dibutuhkan untuk surveillance atau penyergapan dan
penggeledahan untuk menemukan target sebenarnya.
- Indikator pelanggaran di tempat tersebut.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Tujuan Kegiatan Intelijen Taktis

Dalam pelaksanaan kegiatan intelijen taktis, ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai, antara lain adalah :
a) Memberikan petunjuk kepada petugas operasional (seperti antara lain pemeriksa
dokumen, pemeriksa barang, pemeriksa penumpang, penyidik, verifikator, auditor,
penerbit SPPB, petugas pengeluaran barang dan sebagainya) untuk mencegah
pelanggaran atau memperjelas pelanggaran yang terjadi.
b) Menjelaskan secara rinci mengenai pelaku pelanggaran, kemasan (koper, peti,
karton, sak dan lain-lain) atau peti kemas, tempat dimana disembunyikan atau
ditimbun barang dan sarana pengangkut yang digunakan untuk menyelundup atau
melanggar hukum.
c) Memberikan petunjuk kepada petugas operasional di lapangan bagaimana
melakukan knock action (penyergapan), penggeledahan, surveillance, patroli,
infiltrasi dan control delivery serta penyidikan.
d) Mengetahui kerugian negara (sehingga perlu tidaknya dilakukan audit atau untuk
kepentingan penyidikan).

Salah satu contoh praktik intelijen taktis di Bea Cukai saat ini yang dikenal dengan
istilah past record. Sepanjang suatu perusahaan dinyatakan statusnya sebagai
perusahaan yang “not clean” (sebagai produk intelijen taktis) maka produk tersebut
diberlakukan terus terhadap perusahaan yang bersangkutan dan dipakai oleh unit
operasional sebagai dasar untuk melakukan pengawasan ketat terhadap yang
bersangkutan (terkenal dengan istilah terkena jalur merah-pemeriksaan fisik).
Konsekuensi logisnya adalah petugas operasional setiap kali melakukan pemeriksaan
fisik atas barang impor perusahaan tersebut, harus menemukan kesalahan.

c.2. Manajemen Risiko

Konsep manajemen risiko dalam prosedur pabean dapat dipertimbangkan


berdasarkan Pasal VIII GATT 1994 (Provisi dan Formalitas berhubungan dengan Impor
dan Ekspor). Secara khusus, ayat 1 (c) dalam pasal tersebut menyebutkan : “the need for
37
minimizing the incidence and complexity of import and export formalities and for
decreasing and simplifying import and export documentation requirements”. Bila

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

diterjemahkan maknanya sebagai berikut, kebutuhan untuk meminimalkan kejadian dan


kompleksitas terhadap formalitas impor dan ekspor serta untuk menurunkan dan
menyederhanakan persyaratan dokumentasi dalam prosedur impor dan ekspor.
Berdasarkan referensi pasal VIII GATT 1994 tersebut seluruh anggota World Trade
Organization (WTO) disarankan untuk mempertimbangkan penggunaan teknik-teknik
manajemen resiko dalam prosedur pabean masing-masing. Tujuannya adalah untuk
mempercepat proses clearence barang dari area pelabuhan.

Dalam konteks World Customs Organization (WCO) konsep manajemen resiko


juga telah menjadi salah satu topik yang dimasukan dalam konvesi mengenai
standardisasi dan simplifikasi prosedur kepabeanan (Kyoto Convention) khususnya
dalam WCO Revised Kyoto Convention, Standard 6.4. Dasar pemikiran penerapan
manajemen resiko dalam prosedur kepabeanan adalah adanya kondisi dilematis antara
fungsi beacukai sebagai fasilitator perdagangan (fungsi pelayanan) dengan fungsi lain
yang tidak kalah pentingnya, yaitu sebagai institusi yang mengawasi lalu lintas
perdagangan (fungsi kontrol). Penjelasan mengenai hal ini telah kami sampaikan dalam
pembahasan awal Kegiatan Belajar 1.

Karakteristik kegiatan kepabeanan di setiap negara secara umum hampir sama


yaitu adanya trafik yang tinggi terhadap lalu lintas barang. Apabila roda perekonomian
ingin bergerak lebih cepat maka trafik barang ini harus dibuat selancar mungkin. Adalah
suatu kemustahilan apabila Beacukai ingin memeriksa seluruh barang yang melewati
pintu masuk suatu negara. Kalaupun hal tersebut dilakukan (misalnya pada Negara-
negara yang over protective) maka resiko yang akan ditanggung adalah kondisi stagnasi
di pelabuhan. Hal ini dapat membahayakan perekonomian negara tersebut.

Disinilah peran kunci yang dimiliki oleh institusi bea cukai. Bea cukai dituntut
untuk mengelola setiap resiko-resiko yang akan muncul dalam arus barangimpor dan
ekspor. Terhadap barang yang memiliki resiko rendah, idealnya dapat lebih diperlancar
pengeluarannya. Begitu pula sebalikanya, terhadap barang dengan resiko yang tinggi
hendaknya diperlakukan tindakan pengawasan yang lebih besar. Konsep inilah yang kita
38 kenal dengan isitilah manajemen resiko terhadap prosedur pabean.

Matsumoto (2008) mengemukakan beberapa resiko yang akan dihadapi oleh


Beacukai dalam menangani kegiatan clearence kepabenanan, yaitu :
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
a) Evasion of customs duty (penghindaran terhadap kewajiban membayar bea masuk),
variasi bentuknya anatara lain :
- Kesalahan dokumen komersial (invoice) maupun dokumen perdagangan lainnya;
- Tidak mengajukan pemberitahuan pabean
- Nilai barang yang direndahkan (under invoicing)
b) Increase of smuggling (peningkatan upaya-upaya [penyelundupan)
c) Slow of clearence process (lambatnya proses clearence kepabeanana)
d) Less security environment (Lingkungan keamanan yang sangat kurang)

Konsep manajemen resiko yang direferensikan oleh WCO adalah menentukan


resiko-resiko yang paling serius dan harus menetapkan skala prioritas. Dalam
pelaksanaan selektivitas tersebut institusi kepabeanan hendaknya membangun data
base profil resiko yang mencakup berbagai indikator yang terkait. Beberapa indikator
yang harus dikelola oleh institusi pabean meliputi: jenis barang, profil importir dan
pemasok, nilai barang, negara tujuan dan asal, cara transportasi, rute perdagangan, dan
sebagainya. Pengembangan profil resiko oleh institusi pabean sangat bergantung pada
pengumpulan data, analisis grafik, dan juga hasil analisis intelijen.

Model manajemen resiko yang direferensikan oleh WCO dapat dilihat dalam
tampilan Gambar 1.4 berikut. DJBC pada dasarnya juga telah mengadopsi model
manajemen resiko seperti ini, meskipun dengan pengembangan tersendiri sesuai
dengan karakteristik resiko yang dihadapi di Indonesia. Penerapan manajemen resiko
dalam prosedur kepabeanan Indonesia saat ini diaplikasikan dalam bentuk lima jalur
pengeluaran barang impor, yaitu: jalur merah, jalur kuning, jalur hijau, jalur MITA non
prioritas dan jalur MITA prioritas.

39

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Gambar 1.3
Model Manajemen Resiko oleh WCO

Sumber: Matsumoto, 2008

c. 3. Tugas Intelijen

Penugasan personil intelijen sangat bervariasi seperti petugas pengumpul (PP).


Penugasan ini dapat bersifat tetap artinya begitu ditetapkan sebagai pejabat PP maka
yang bersangkutan akan melaksanakan tugasnya sampai dialihtugas atau dimutasi.
Penugasan yang bersifat tetap ini adalah pengumpulan informasi secara statis atau pasif
seperti misalnya pengolahan data PIB/PEB. Pejabat PP dapat juga hanya ditugaskan
untuk obyek tertentu dan untuk jangka tertentu, terutama untuk mengumpulkan
informasi yang telah atau sedang terjadi untuk bahan analisis dalam kegiatan TIC untuk
menghasilkan produk intelijen dan inilah yang merupakan tugas pokok intelijen.

Penugasan personil intelijen lainnya adalah membantu unit operasional (KPPBC)


untuk menemukan target melalui opsintaktis (penyergapan/knock action, penyidikan,
audit dan patroli). Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada modul selanjutnya. Dalam

40 rangka kerjasama tingkat nasional IO BC dapat ditugaskan untuk mengiikuti kegiatan


intelijen yang dilakukan oleh institusi penegak hukum lainnya, seperti penugasan di BNN

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


dan institusi lainnya. Pada tingkat regional misalnya dalam rangka operasi bersama
antara lain Patkorkastima.

Penugasan IO yang bersifat permanen dalam periode tertentu disebut sebagai


Liaison Officer (LO). Yaitu, pejabat yang mempunyai wewenang yang lebih luas, tidak
hanya mengumpulkan informasi, tetapi menganalisis, membuat kesimpulan dan
rekomendasi. Bahkan LO diberi wewenang untuk melakukan tindakan yang sifatnya non
kebijakan strategis, antara lain: merekrut informan, memerintahkan stafnya untuk
melakukan observasi dan upaya lainnya untuk mendapat informasi serta mewakili induk
organisasinya dalam mengikuti rapat-rapat penegakan hukum tingkat nasional dan
regional. LO juga diberi wewenang untuk melakukan pertukaran informasi yang terbatas
(yang telah atau sedang terjadi).

Untuk melaksanakan kegiatan intelijen perlu dipertimbangkan hal-hal yang


menyangkut:
1) Petugas/pejabat intelijen (Intelligence Officer-IO).
2) Pengelolaan intelijen (Perangkat dan petugas pengelola perangkat).
3) Kerjasama dengan penegak hukum lainya seperti AP negara lain, POLRI, Departemen
Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan dan sebagainya.
4) Inventarisasi peraturan perundang-undangan terutama peraturan yang mendukung
pelaksanaan kegiatan intelijen. Hal ini cukup penting karena adanya undang-undang
kerahasian dan undang-undang di bidang hak asasi perorangan.
5) Perencanaan jangka panjang mengenai:
- Peningkatan keahlian petugas intelijen secara kontinyu karena pesatnya
perkembangan teknologi dan pelanggaran yang terjadi. Antara lain : pendidikan
dan latihan intelijen tingkat taktis, operasional, strategis, analisis, manajemen
dan spesialis. IO juga perlu mengikuti seminar, workshop atau coaching clinic
yang berkaitan dengan bidang penegakan hukum dan intelijen.
- Pemutakhiran perangkat sesuai kemajuan teknologi terutama TI dan tuntutan
dari intelijen itu sendiri. Perangkat dimaksud meliputi semua peralatan dan
sarana yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan intelijen. Penerapan TI 41
dalam kegiatan intelijen, fasilitas transportasi, alat komunikasi, alat deteksi (X-
Ray, tracking device, anjing pelacak dan ain-lain), alat pemantau atau radar, alat

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

rekam suara dan gambar, peralatan fotografi, dan lain-lain turut menentukan
berhasil tidaknya suatu kegiatan intelijen.

c. 4. The Intelligence Cycle

Pada pelaksanaannya kegiatan Intelijen di bagi dalam dua bentuk, yaitu:


1) Kegiatan utama berdasarkan the intelligence cycle (siklus intelijen).
Kegiatan intelijen adalah kegiatan yang bersifat siklus, kegiatan ini haruslah diikuti
secara disiplin untuk mendapatkan produk intelijen yang akurat
2) Kegiatan intelijen untuk pengumpulan informasi tambahan dan menemukan target
(operasi intelijen taktis) seperti observasi/surveillance, penyamaran (undercover),
infiltrasi/penyusupan, pertemuan/komunikasi rahasia, wawancara sumber informasi
dan kegiatan lain sesuai kebutuhan (akan dibahas dalam Kegiatan Belajar
selanjutnya).

Pada sub pokok bahasan ini, kita akan mempelajari lebih jauh mengenai TIC yang
mencakup konsep TIC serta penjelasan mengenai tahapan-tahapan dalam TIC. Siklus
Intelijen (TIC) pada hakekatnya adalah asas intelijen. Setiap tahapan dalam siklus
intelijen merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan secara cermat dan logis dalam
proses intelijen. Setiap tahapan kegiatan intelijen itu saling terkait, tergantung satu
sama lain, dan merupakan satu siklus (setelah tahap akhir selesai kembali ke tahap awal
lagi, dilakukan terus menerus). Kegiatan-kegiatan yang bersifat siklus itu merupakan
keseluruhan dari proses intelijen.

Secara garis besar TIC meliputi 4 tahapan utama, yaitu : Direction, Collection,
Processing, dan Dissemination. Konsep TIC yang dikemukakan oleh World Customs
Organmization masih menambahkan satu kegiatan lagi, yaitu : Formal Review, sehingga
total tahapan TIC menjadi 5 tahapan (WCO, 2009). Masing-masing tahapan tersebut,
masih dirinci lagi dalam tahapan kegiatan yang lebih spesifik, antara lain :

- Direction : tasking and planning


- Collection : collect and deliver, monitor progress
42
- Processing : prepair report, analysis, collation, evaluation, dan information recorded
- Dissemination : identify clients needs, communicate report, dan recomendation
- Formal Review: analyst review, client review dan management review
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
Gambar 1.4
The Intellegence Cycle

Kunci sukses keberhasilan kegiatan TIC adalah kemampuan untuk mengelola


sumber daya organisasi maupun sumber-sumber informasi secara efisien dan efektif.
Ada empat faktor utama yang mempengaruhi pelaksanaan TIC, yaitu:
1) Kemampuan mengelola sumber informasi.
2) Struktur organisasi unit intelijen (garis komando/span of control, kedudukan
handler, status dan penggunaan informan, wewenang setiap unit dan lain-lain).
3) Kualitas dan kuantitas personil intelijen.
4) Pengelolaan pangkalan data.
Catatan: Handler adalah pejabat intelijen yang diberi tugas untuk menangani petugas
pengumpul informasi terutama informan.
1) Direction
Direction dalam TIC pada hakekatnya adalah proses perencanaan (planning).
Apabila mengacu pada referensi WCO, tahapan directing dibagi lagi dalam dua kegiatan
yang lebih spesifik, yaitu tasking (penugasan) dan planning (perencanaan). Tahap
Directing ini bisa dianggap sebagai awal kegiatan TIC akan tetapi dapat pula dianggap
43
suatu proses lanjutan dari tahap dissemination. Hakekat dari suatu siklus adalah suati
proses yang kontinuitas dan tidak terputus.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Aktifitas intelijen pada umumnya didorong oleh adanya riset pengambilan


keputusan oleh klien-klien intelijen. Hasil riset tersebut mengarah pada kebutuhan
untuk melakukan kegiatan intelijen terhadap suatu subyek tertentu atau suatu tugas
tertentu. Dalam praktek, unit-unit intelijen pabean melaksanakan tugas-tugas intelijen
berdasarkan pesanan dari para klien, antara lain: Menteri Keuangan sebagai klien
utama, Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Kepala kantor dan kepala unit pengawasan.

Tugas intelijen dalam tahapan directing didefinisikan sebagai suatu permintaan


konsultasi antara klien dengan penyedia intelijen (inteligence provider). Sebuah tugas
(task) yang jelas merupakan faktor kunci untuk menghasilkan intelijen yang efektif.
Apabila klien telah menugaskan mengenai suatu subyek maka analis intelijen harus
mengklarifikasikan dan mendefiniskan tugas, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut :
- Masalah apa yang menjadi prioritas klien untuk diselesaikan ?
- Hal-hal khusus apa yang dibutuhkan klien untuk mengambil suatu keputusan ?
- Apakah ada isu-isu utama, pertimbangan politik atau keterbatasan yang dimiliki
yang relevan dengan subyek penugasan ?
- Berapa banyak waktu yang tersedia?
- Apakah yang dibutuhkan adalah data-data yng relevan atau sekedar informasi saja?
- Apakah ada kendala pada penggunaan data?
- Apakah tersedia bantuan untuk tugas tersebut?
- Bagaimana seharusnya penilaian akan disajikan?
- Mungkinkah mengajukan konsep penilaian terhadap subyek tugas ?
- Apakah diperlukan proses konsultasi dan diskusi secara teratur mengenai kemajuan
tugas tersebut ?

Kegiatan perencanaan (planning) dalam tahap directing hampir sama dengan


kegiatan planning dalam fungsi manajemen. Dalam kegiatan intelijen tahapan planning
meliputi:
- identifikasi kebutuhan klien atau memperjelas intelligence problems (problem

44 intelijen).
- mempersiapkan dan menilai data yang ada (telah dimiliki dalam pangkalan data).
- identifikasi informasi yang dibutuhkan.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


- strategi pengumpulan data.
- mempersiapkan pengumpulan data.

Perencanaan Pengumpulan Informasi.

Dalam siklus intelijen, analis harus mengetahui tujuan organisasi dan kebutuhan
klien sehubungan dengan kapan dilaksanakan pengumpulan informasi yang diperlukan.
Produk akhir dari intelijen mempunyai nilai jika dapat membantu pemimpin dalam
mencapai tujuan operasional dari organisasi. Sekali diputuskan bahwa intelijen
diperlukan maka suatu proses sudah harus dimulai, yaitu pengumpulan informasi yang
relevan dengan tertib dan seksama. Proses ini disebut perencanaan pengumpulan
(collecting planning). Proses ini dapat dilakukan untuk mempersiapkan intelijen baik
taktis, operasional maupun strategis.

Perencanaan pengumpulan data atau informasi mempunyai dua fungsi utama:


a) Melengkapi petugas pengumpul data dengan suatu out line (garis petunjuk) yang
teratur dan pasti dari data yang diperlukan. Hal ini berarti:
- membutuhkan metode pengumpulan data yang terarah.
- memperkecil waktu yang sia-sia dalam pengumpulan data yang tidak relevan.
- menetapkan jumlah data yang harus dikumpulkan.
- membantu petugas pengumpul data untuk mengerti tujuan data yang akan
diajukan dan bentuknya sehingga lebih berdayaguna, dan
- mengenali sumber informasi yang potensial.
b) Melengkapi analis dengan suatu sistimatika prosedur tugas untuk pengumpulan
informasi yang relevan, sehingga:
- memperkecil waktu yang hilang atau terbuang karena permintaan data yang
tidak relevan.
- membantu analis dalam pengembangan inference secara sistematis yang
mempunyai kemungkinan benar yang lebih tinggi.

Dengan demikian dapat dimengerti secara jelas bahwa proses perencanaan


pengumpulan dilakukan terhadap semua informasi yang diperlukan oleh suatu 45
organisasi intelijen, apakah informasi itu berupa: Informasi khusus, yaitu untuk

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

pengembangan dari suatu kegiatan intelijen atau Informasi umum, untuk menambah
data base atau kumpulan dokumen/data.

Ada dua cara pengumpulan informasi yang sering digunakan oleh unit intelijen:
a) Pengumpulan secara pasif atau statis, dan
b) Dinamis atau aktif.
Perlu dicatat bahwa kegiatan perencanaan pengumpulan membuat tidak ada perbedaan
antar kedua tipe pengumpulan tersebut diatas. Seluruh informasi yang diperlukan oleh
organisasi harus didaftar dalam bentuk ren-cana pengumpulan statis dan dinamis.

Rencana pengumpulan statis perlu selalu ditinjau kembali secara priodik untuk
mencantumkan bahwa data itu masih memenuhi tujuan dalam hal relevansinya dengan
kebutuhan, tepat waktu dan keefektifan biaya. Sumber-sumber dan badan-badan
pemberi informasi (sepanjang keamanan mengijinkan) harus tetap diberitahukan semua
kepentingan intelijen. Dengan cara itu kadang-kadang mereka dapat memberikan
informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh Bea Cukai selain dari yang diberikan
sebagai hasil dari penugasan-penugasan khusus.

Pengembangan Rencana Pengumpulan

Proses ini mengenai mengenal secara sistimatis klien, pengarahan dan


perencanaan proyek untuk mengidentifikasi tujuan intelijen tertentu dan penentuan
prioritas. Langkah-langkah dalam rencana pengumpulan informasi:
1) Menemukan apa yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan problem
intelijen tertentu. Ini dapat dicapai dengan melakukan evaluasi permasalahan untuk
menentukan seluruh informasi yang diperlukan yang relevan untuk mempersiapkan
perkiraan intelijen.
2) Menentukan apa yang diketahui tentang permasalahan intelijen yang relevan
seperti informasi apa yang dimiliki oleh organisasi.
3) Mengetahui intelijen (produk) dan informasi yang dimiliki dibandingkan daftar
informasi yang diperlukan untuk dapat mengetahui adanya intelligence gaps atau
perbedaan-perbedaan.
46
Sehubungan dengan kegiatan penilaian intelijen sudah mengetahui informasi yang
kurang dan informasi yang diprioritaskan untuk dikumpulkan sehingga bentuk rencana

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


pengumpulan sudah dapat ditetapkan. Untuk efektifnya pelaksanaan pengum-pulan
harus dibuat dalam bentuk yang jelas dan mudah dibaca, tersedia tempat untuk catatan-
catatan dan dapat dikoreksi dan dipakai sebagai mekanisme pencatatan. Dan yang
paling penting format itu ringkas serta logis.

Format Rencana Pengumpulan

Bentuk atau format rencana pengumpulan yang lazim dipergunakan organisasi


intelijen AP di beberapa negara terdiri dari lima deret kolom yaitu:

Kolom 1: (paling kiri) “informasi yang diperlukan”


Pada kolom ini dicatat mengenai obyek dari kegiatan seperti orang, sarana
pengangkut, barang, perusahaan, kawasan berikat (TPB, TBB,GB), TPS atau
wilayah rawan penyelundupan, pabrik/ tempat penimbunan/tempat penjualan
eceran Barang Kena Cukai dan sebagainya. Sebagai contoh pada kolom ini
dicatat nama orang, nama sarana pengangkut, jenis barang, nama perusahaan,
nama kawasan berikat, dan seterusnya.
Kolom 2: Diisi data spesifik/rincian dari kolom 1 sesuai data yang diperlukan. Misalnya
untuk data orang (selain nama lengkap), data yang dicatat antara lain: alias
(nama lain) tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, alamat tempat tinggal,
pekerjaan dan jabatan, nomor kartu identitas (KTP, Paspor, SIM), data rinci se-
perti tersebut dari isterinya, mertua, ipar dan saudara kandung, kolega dekat
yang berkaitan dengan pekerjaannya dan seba-gainya. Administrasi Bea Cukai
Hongkong misalnya, dalam data base-nya untuk kapal disamping data standar
untuk kapal yaitu nama kapal, bendera, daya angkut, tahun pembuatan, nama
pemilik, perusahaan yang mengageni, rute tetap/ tidak tetap, status (charter
atau milik sendiri) juga memuat sejarah dari suatu kapal seperti pergantian
bendara, pergantian pemilik, waktu mulai beroperasi dan kapan diperbaiki.
Kolom 3: Diisi mengenai sumber/asal informasi , kolom ini terdiri atas banyak lajur,
untuk organisasi intelijen yang memerlukan berbagai jenis informasi dari
berbagai sumber, kadang-kadang 20 sampai 30 lajur.
47

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Ilustrasi kolom 3 (mengenai seseorang).

Kolom 3
Hongkong Customs Mabes Polri DEA
Bisnis Bisnis Catatan Riwayat Catatan Kelompok
utama lainnya kejahatan hidup kejahatan /sindikat

Kolom 4: Diisi mengenai waktu (tanggal dan jam) kapan informasi dapat diperoleh atau
diserahkan.
Kolom 5: Diisi mengenai cara pengiriman/perolehan informasi (pertelepon, facsimile, E-
mail, kurir dan lain-lain).

Sehubungan dengan format tersebut perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut:


- Membuat daftar apa saja yang perlu diketahui.
- Tentukan dimana informasi itu dapat diperoleh.
- Tentukan waktu kapan dapat diperoleh dan cara penyerahannya.

2) Collection (Pengumpulan Data)

Collection atau pengumpulan data merupakan pengelolaan secara sistimatis dari


sumber-sumber dan badan-badan atau organisasi untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan. Informasi yang dikumpulkan mungkin masih mentah (raw data) atau
informasi yang sudah dianalisis oleh sumber.

Dalam tahapan ini cara dan tempat penerimaan informasi, waktu atau lamanya
pengumpulan informasi harus ditetapkan. Dengan demikian selalu harus dimonitor
kemajuan yang dicapai petugas pengumpul data. Terlepas dari sumber dan metode apa
yang digunakan dalam pengumpulan informasi, pengumpulan yang efektif harus
didasarkan pada tujuan formal dari intelijen dan harus dapat diidentifikasi adanya
perbedaan informasi.

Proses pengumpulan data intelijen melibatkan secara sistematis semua sumber


48
yang relevan untuk memenuhi kebutuhan informasi. Rencana koleksi mendefinisikan
informasi yang diperlukan dan cara-cara memperolehnya. Setelah daftar informasi yang

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


diketahui telah dimiliki, maka gap informasi yang ada dapat diperkecil. Klien akan lebih
mudah mengambil keputusan dengan didukung informasi yang akurat.

Rencana pengumpulan informasi perlu memperhitungkan dan manfaatkan waktu


yang cukup untuk:
a) Memberikan penjelasan secara garis besar (briefing) tentang penugasan sumber-
sumber dan unit-unit pengumpul (collector officer).
b) Mengumpulkan informasi,
c) Penyerahan informasi kepada pengelola informasi,
d) Pemrosesan informasi yang terkumpul, dan
e) Penyebaran produk intelijen.

Pengumpulan Informasi

Pengumpulan informasi meliputi sistimatika pengelolaan dari semua sumber dan


badan-badan atau agensi yang ada dan pelaporan informasi yang terkumpul pada
petugas atau badan yang ditugaskan untuk mengelola informasi (contoh Biro Pusat
Statistik). Perencanaan dan pengumpulan informasi/data dalam proses intelijen
membutuhkan pelaksanaan dengan disiplin yang sangat keras (tinggi) dan prosedur yang
tertib. Tanpa memenuhi hal tersebut konklusi akan mengandung risiko
ketidaklengkapan bahkan berakhir dengan ketidakbenaran produk intelijen.

Pengumpulan informasi berkaitan dengan problem intelijen, harus diidentifikasi


terlebih dahulu informasi apa saja yang diperlukan, dan sumber-sumber informasi mana
saja yang digunakan. Dalam pengumpulan informasi haruslah cukup dan tepat waktu
untuk melakukan hal-hal yang telah disebutkan pada perencanaan diatas.

Pengumpulan informasi adalah sesuatu yang merinci mengenai elemen ; apa,


kenapa, kapan, dimana, dan dari siapa informasi diperoleh serta bagaimana cara
memperolehnya (5W+H). Disamping itu harus menyi-apkan metode pencatatan
informasi yang terkumpul. Pengumpulan informasi harus dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini:
a) Apa yang diperlukan. 49
b) Kapan diperlukan
c) Dimana diperoleh.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

d) Bagaimana informasi dapat diperoleh.


e) Nilai informasi yang diperoleh.
f) Apa yang diharapkan dari informasi yang diperoleh.

Juga pengumpulan informasi harus dijelaskan secara terinci mengenai:


a) Tujuannya.
b) Tingkat/skala prioritas.
c) Sebagai peristiwa/kejadian penting atau tidak
d) Sumber-sumbernya.
Pengumpulan informasi dibatasi pada informasi yang ada hubungannya dengan
informasi yang diperlukan saja. Semestinya tidak ada permintaan informasi yang
berulang, ini penting untuk memastikan ketegasan laporan.

Hambatan Pengumpulan

Ada banyak hambatan dalam pengumpulan dan penggunaan bersama informasi,


beberapa kenyataan yang mempengaruhi kegiatan pengumpulan seperti:
a) Undang-undang kerahasiaan (seperti dalam perbankan) dan hak-hak perseo-rangan.
b) Keamanan dari sumber informasi.
c) Hambatan waktu.
d) Identifikasi sumber-sumber yang digunakan.
Undang-undang kerahasiaan dan hak-hak perseorangan mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam pengumpulan dan penyimpanan informasi. Petugas harus
selalu berhati-hati terhadap pengaruh undang-undang ini dalam melaksanakan
tugasnya. Dalam hal terjadi hambatan seperti itu diperlukan liaison officer untuk
menanggulangi dan menemukan cara untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

Sumber informasi yang selalu mendapat ancaman jika membocorkan atau


memberikan pihak penegak hukum sesuatu informasi yang sangat rahasia dan penting,
merupakan hambatan yang sangat sulit diatasi. Harus ada jaminan keamanan atas
sumber itu, bahkan sumber informasi perorangan seperti ini kadang-kadang perlu
50 diberikan asuransi keselamatan jiwa. Waktu yang sangat singkat dalam pengumpulan
informasi menurut jadwal kebutuhan sering susah dipenuhi, sehingga diperlukan
beberapa tim pengumpul atau terpaksa bekerja dua puluh empat jam sehari.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Kesulitan dalam mengidentifikasi sumber-sumber yang dimintai informasi juga
merupakan hambatan serius. Apakah sumber itu berkualitas, dapat dipercaya
(bonafiditasnya), juga apakah sumber sudah berpengalaman dibidang itu, dan apakah
sumber itu mempunyai pandangan yang sama dengan agensi yang mengumpulkan
informasi (jangan-jangan sumber adalah musuh yang sedang melakukan kontra
intelijen).
Information Collector
Petugas Pengumpul (PP) informasi memegang peranan yang vital dalam kegiatan
intelijen untuk mengumpulkan informasi dari sumber-sumber dari dalam dan laur
negeri. PP bertanggung jawab atas penyeleksian dan pelaporan informasi yang sudah
mempunyai hasil penilaian dan ramalan mengenai kegiatan ilegal. Untuk efektifnya
pelaksanaan tugas seorang PP, haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Mengerti karakteristik dasar dari kegiatan-kegiatan ilegal yang menyangkut tugas
AP.
b) Mengerti secara jelas rencana pengumpulan dan dapat mengidentifikasi serta
mengembangkan sumber-sumber informasi baru dan pengelolaan sumber-sumber
yang ada.
c) Mempunyai pandangan tentang potensi kegunaan informasi yang akan
dikumpulkan sehingga mengumpulkan informasi yang sesuai/ cocok saja.
d) Sekurang-kurangnya mengerti analisis dalam proses intelijen.
e) Bertanggungjawab dan melakukan evaluasi atas data yang sudah terkumpul.
f) Mau bekerjasama dengan rekan sejawat baik di dalam maupun di luar tugas untuk
tujuan mengkonter kegiatan ilegal.
g) Selalu berhati-hati terhadap fungsinya sebagai liaison yang merupakan fungsi yang
sangat penting dalam intelijen dalam menghadapi masyarakat umum, tidak
melakukan tindakan yang dapat mendiskreditkan organisasi dan profesi intelijen,
dan
h) Bersedia menerima peranannya yang terbatas pada pengamatan dan pelaporan
saja (bukan penegak hukum).
51

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Pengecekan Produktivitas.

Produktivitas sumber/unit pengumpul informasi harus dimonitor secara terus


menerus untuk memudahkan pengumpulan kembali dan revisi rencana pengumpulan.
Penulisan rencana pengumpulan merupakan metode sederhana untuk mengecek setiap
produktivitas. Dalam pengumpulan informasi unit intelijen atau pegawai yang
ditugaskan jangan mendesak atau mengejar-ngejar sumber informasi, sebelum batas
waktu pelaporan permintaan informasi habis. Unit intelijen harus mendapat
pemberitahuan secepatnya dari sumber informasi apabila sumber tidak bisa memenuhi
permintaan dalam jangka waktu yang ditentukan.

Dalam hal seperti ini, berikan kesempatan kepada pegawai untuk mencari sumber
lain. Informasi yang dikumpulkan mungkin bernilai atau tidak. Nilai atau kegunaan
informasi ditentukan oleh:
a) Validity, kebenaran dari informasi.
b) Reliability, dapat dipercaya.
c) Relevance, ada relevansi dengan permasalahan intelijen atau seku-rang-
kurangnya ada relevansinya dengan data yang dimiliki.
d) Timely, diterima tepat pada waktu yang ditetapkan.

Pengertian “kebenaran” dan “dapat dipercaya” dalam bidang analisis intelijen


mempunyai pengertian tersendiri. Kebenaran adalah indeks akurat atau kepercayaan
terhadap informasi. Dapat dipercaya adalah indeks konsistensi/kemantapan dari sumber
yang melaporkan informasi itu.

3) Processing

Tahapan yang ketiga dari TIC adalah tahap processing. Pada tahapan ini kegiatan
intelijen masih dibedakan lagi pada kegiatan-kegiatan yang lebih spesifik, antara lain:
evaluation, collation dan analysis.

Evaluasi (Penilaian Data)


52 Evaluasi merupakan kegiatan dalam tahap Processing. Evaluasi adalah penilaian
suatu informasi dalam hal dapat tidaknya dipercaya, kredibilitas sumber informasi dan
relevansinya terhadap tujuan. Sebelum evaluasi dilakukan terlebih dahulu informasi

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


yang telah dikumpulkan dicatat atau dibukukan dalam buku informasi. Informasi yang
dikumpulkan perlu untuk diuji baik oleh petugas pengumpul maupun oleh analis untuk
menentukan akurasi dan relevansinya dengan informasi yang diperlukan dalam proses
intelijen. Dalam hal ini informasi dinilai tingkat kepercayaan atas sumbernya (reliability)
dan tingkat kebenaran informasi (validity).

Tipe-tipe data atau informasi.

Dalam proses intelijen dikenal adanya tipe-tipe informasi sebagai berikut:


1) Fakta, adalah sesuatu yang diketahui telah terjadi atau sesuatu yang ada dari
pengalaman atau pengamatan.
2) Opini, adalah pendapat atau suatu hal yang dipercaya tapi belum pasti atau belum
terbukti.
3) Desas-desus adalah cerita yang sering walaupun tidak selalu yang tidak bisa
dikatakan sebagai suatu pendapat mengenai sesuatu yang munculnya tidak
diketahui mulai dari mana dan dari siapa dan berputar yang akhirnya kembali lagi
keasal dan seterusnya. Dan mungkin dimulai dan berputar dari rasa benci atau hal
yang dilakukan tanpa pikir/asal bicara saja.
4) Hipotesis. Sesuatu yang berdasarkan data pernah terjadi kalau memenuhi kriteria
atau kondisi tertentu.
5) Inference (penilaian yang didapat dari fakta, opini, dan atau dari inference lainnya
seperti hipotesis, konklusi, ramalan dan perkiraan).
6) Konklusi (kesimpulan yang didukung oleh fakta).
7) Ramalan.
8) Estimasi.

Evaluasi Informasi

Sering sekali tidak ditentukan apakah suatu informasi benar atau salah pada saat
diterima. Keakuratan relatif dari suatu informasi dites atau diuji dengan
membandingkan dengan fakta dari laporan yang ada atau menghubungkan dengan pola 53
kejadian pada saat itu. Penggolongan indeks akurat didasarkan pada informasi yang
sudah dinilai dan pengetahuan yang sesuai masalah yang telah dilaporkan.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Evaluasi informasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu:


a) Evaluasi tahap pertama dilakukan oleh petugas reporter (reporting officer-RO) atau
petugas pengumpul (PP). Dalam laporannya mereka diminta memberikan
pertimbangan atau kunci informasi dan disam-paikan kepada unit intelijen khusus
mengenai kredibilitas dari sumber informasi. Informasi sering kontradiktif, dibesar-
besarkan atau hal hal yang sengaja untuk mengelabui petugas penegak hukum. Hal
seperti ini dapat merubah gambaran keseluruhan dari intelijen, kecuali jika sudah
diperhitungkan oleh analis, sehingga penting untuk melengkapi RO atau PP teknik
penilaian kredibilitas sumber informasi.
b) Evaluasi tahap kedua adalah proses penilaian formal yang terutama difokuskan pada
relevansi dan akurasi dari suatu informasi (tahap ini sudah termasuk dalam proses
analisis). Tahap ini merupakan tahap yang perlu mendapat prioritas utama untuk
segera dilakukan. Semua informasi dinilai oleh petugas yang disebut Prelaminary
Evaluator (PE). Tugas seorang PE termasuk pemeriksaan/verifikasi, menilai ting-kat
akurasi dari informasi yang dimiliki oleh unit intelijen dan rele-vansi informasi
terhadap kebutuhan dan sekali lagi dilakukan penilaian kredibilitas sumber
informasi. Setelah itu barulah kemudian informasi itu dinilai/dievaluasi oleh analis.

Evaluasi Sumber

Penggolongan sumber dan informasi pada tingkat PP/RO dilakukan berdasarkan


tingkat pengetahuan RO dan keadaan-keadaan pada saat diterimanya informasi itu. Jadi
penggolongan sumber berdasarkan pengetahuannya dan tingkat akurasi informasi
didasarkan pada keadaan yang dihadapinya. Mungkin dipengaruhi oleh dugaan dan hal-
hal lain yang mempengaruhi pendapatnya. Petugas PE dalam meneliti kembali hasil
penggolongan petugas PP/RO harus mengingat dan membedakan antara fakta, opini,
kabar angin, dugaan dan perkiraan.
Pada umumnya penggolongan sumber oleh PE harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a) Biasanya sumber yang paling akurat mengenai penggolongan sumber informasi
54
(tingkat kepercayaan sumber) adalah dari petugas PP/RO karena dia adalah yang
pertama mengetahui sumber dan kondisi pada waktu menerima informasi.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


b) Evaluasi laporan terhadap informasi dalam laporan PP/RO mungkin dapat
menghasilkan penggolongan tingkat kepercayaan (reliability) dan kreadibilitas
sumber informasi.
c) Kenyataan sebenarnya dari sumber informasi itu apakah perorangan, entitas,
tempat atau kegiatan.
d) Sumber informasi adalah tempat asal dan sebagainya bukan tempat pe-lapor.
Penting untuk diketahui bahwa petugas menggolongkan sumber informasi bukan
menggolongkan dirinya atau tempat dari mana dia memperoleh informasi
(kadang-kadang tempat penyerahan informasi di suatu tempat tertentu), bukan
dari asal informasi yang dijadikan sumber karena alasan keamanan. Jadi harus
hati-hati terhadap laporan yang dievaluasi oleh pegawai mengenai fakta yang
sedang diamati.

Kemampuan Reporting Officer

Reporting Officer (RO) menggolongkan tingkat akurasi dari informasi yang


diterima ditentukan oleh luas pengetahuannya dan atau menggunakan informasi-
informasi lain untuk tujuan perbandingan. Sering terjadi RO yang tidak mampu
memeriksa atau memverifikasi dan membandingkan sehingga tidak mampu memberi
nilai tingkat akurasi suatu in-ormasi.

Prelaminary Evaluator –PE (Petugas Penilai)

PE biasanya dapat menggunakan informasi yang dimiliki intelijen Administrasi


Pabean dan badan intelijen lainnya. Dengan menggunakan data itu ia dapat memeriksa
beberapa informasi yang berisi laporan dan membantu evaluasi penilaian yang akan
dimasukkan dalam laporan. Setelah menerima laporan, petugas PE yang
bertanggungjawab untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan nilai dan
menentukan relevansi suatu informasi, memerhatikan dan secepatnya mengambil
langkah-langkah (untuk diproses) serta bertanggungjawab atas kualitas informasi.

55

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Pembandingan (Collation)

Collation atau pembandingan adalah penyusunan informasi sejenis dan


membandingkannya dengan informasi lainnya, termasuk pula kegiatan pemeriksaan
informasi. Kegiatan collation ini masih merupakan bagian dalam tahap processing. Pada
umumnya dibutuhkan informasi yang lengkap dan kompleks untuk memecahkan
masalah intelijen khusus yang sedang dihadapi. Informasi dimaksud meliputi; ruang
lingkup, kualitas dan obyek permasalahan.

Data yang terkumpul dalam kegiatan collection pada umumnya bermacam-


macam dan masih bersifat general. Untuk itu perlu dipilih dan dikelompokkan untuk
mempercepat dugaan dan harus tepat dalam penyimpanan, pemunculan kembali dan
pengelolaannya. Identifikasi elemen sejenis dari data (contoh: identitas, alamat, atau
barang-barang dan sebagainya) dan pencatatan data tersebut serta indeks silang yang
menggunakan metode yang cocok (seperti sistem kartu, data base dalam komputer)
sangat vital untuk memunculkan kembali data dan pemrosesan secara langsung melalui
komputer (linking process) juga penting untuk analisis yang efektif.

Dalam intelijen taktis pembandingan informasi yang diperoleh dilakukan beberapa


tingkatan atau tahapan, seperti:
a) Pembandingan dengan hasil pemeriksaan sarana pengangkut, by plan atau stowage
plan dan dokumen lainnya seperti B/L, AWB, daftar bongkar, daftar muat dan
manifes.
b) Pembandingan profil dan data base yang meliputi:
- Sarana pengangkut yang digunakan (komersial, yacht dan sebagainya).
- Perusahaan pelayaran, penerbangan, sarana pengangkut darat. Sebagai pemilik
sarana pengangkut atau operator pengangkutan.
- Pelabuhan muat atau tujuan.
- Pihak yang mengimpor atau mengekspor (Importir Umum, Importir Terbatas,
Kawasan Berikat, Gudang berikat, Toko Bebas Bea, Pengguna Fasilitas KITE, Importir
Produsen, Eksportir Umum atau mendapat fasilitas, penumpang, awak sarana
56
pengangkut, pelintas batas, diplomatik, postal/kiriman/PJT dan seba-gainya)
- Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) yang mengurusnya.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


- Jenis komoditi berisiko tinggi atau tidak, larangan, pembatasan, CITES dan
sebagainya.
c) Pembandingan pola pelanggaran dan penyelundupan.

Analisis

Kegiatan spesifik lainnya yang terdapat dalam tahap Processing adalah analisis.
Kegiatan analisis dimulai dari penyusunan data yang tidak berhubungan menjadi data
yang saling berhubungan dan membentuk informasi yang sangat berguna. Kegiatan ini
meliputi:
a. Memperjelas kembali problem intelijen.
b. Pengitegrasian data yang tersedia.
c. Menggunakan induktif logis.
d. Pengembangan konklusi dan pengembangan ramalan.

Untuk menghasilkan suatu produk intelijen setelah memperoleh atau


mengumpulkan informasi yang berkaitan dilakukan analisis baik pada intelijen strategis,
operasional maupun taktis atau target. Analisis intelijen pada dasarnya adalah
pengembangan dan pengkajian dari inference untuk memperoleh suatu kesimpulan
tentang tindak lanjut apa yang disarankan (recomandation) kepada pemimpin untuk
dilaksanakan.

Untuk melihat hubungan informasi yang diterima, cara yang digunakan yaitu;
a) Association Matrix, yaitu matrik lengkap mengenai hubungan antar poin-poin
penting yang dianalisis
b) Link diagram, yaitu diagram yang menunjukkan hubungan antar entitas yang terkait
(perorangan, perusahaan, institusi, dan lain-lain )
c) Activity flow chart , yaitu diagram yang menunjukkan pola atau urutan operasi
termasuk modus operandi.
d) Commodity flow chart, yaitu diagram yang disusun untuk menunjukkan aliran uang,
57
narkotika, barang-barang ilegal atau komoditas lain melalui elemen organisasi.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

e) Event flow chart, yaitu diagram yang menunjukkan kronologis dan hubungan antar
peristiwa yang diamati .

Setelah tahapan tersebut dilaksanakan maka tugas analis selanjutnya adalah


membuat laporan. Di dalam lingkup adaministrasi pabean, kegiatan analisis intelijen
adalah mengenai pengembangan dan penilaian dari inference yang merupakan kunci
untuk memecahkan masalah intelijen dengan memerhatikan dan mengerti:
a) Apa yang telah terjadi,
b) Apa yang sedang terjadi,dan
c) Apa yang mungkin akan terjadi,
dengan menggunakan 5W+H.

Tahap awal dari analisis intelijen adalah penilaian atas raw data yang diperoleh
yang biasa disebut inference dan inference lebih lanjut dinilai kemungkinannya
sehubungan dengan telah, sedang, dan mungkin akan terjadi.

Pengembangan Inference

Proses pemikiran yang dijelaskan disini, bahwa tidaklah setiap orang secara
gampang dapat melaksanakan pengembangan inference dalam praktik sehari-hari
karena proses pemikiran kita dipengaruhi oleh:
a) Tingkat kecerdasan.
b) Pendidikan formal.
c) Pengetahuan yang dimiliki.
d) Bias perorangan (kecenderungan memihak).
e) Merasa tahu lebih banyak tapi sebenarnya tidak.

Merupakan tanggung jawab seorang analis dalam menilai dan menguji


kemampuan mengembangkan argumen-argumen, berarti kemampuan untuk mengolah
informasi melalui proses hubungan yang ada dalam menentukan kejadian yang akan
datang. Analis diharuskan menggunakan logika terhadap seluruh elemen data, mencari
dan membuat argumentasi dan hipotesa-hipotesa yang dapat dipertahankan. Seperti
58
halnya teknik-teknik proses berfikir yang dipakai analis itu mungkin sebagai hasil dari
pada kegiatan berfikir. Sebenarnya itu adalah hasil berfikir secara logis dan disip-lin.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Penting untuk dicatat bahwa langkah berfikir dalam “logic flow” (arus logika) merupakan
suatu bantuan untuk mengerti dan meningkatkan keahlian penganalisaan.

Proses pengembangan argumentasi intelijen mempunyai terminologi dan definisi


tersendiri yang membantu menggolongkan langkah-langkah dan proses berfikir yaitu
premise dan inference. Inference, adalah penilaian yang diperoleh dari fakta, opini atau
data lainnya sebagai hasil berfikir menurut “arus logika”. Tipe-tipe inference yang dapat
dicapai atau diperoleh yaitu:
a) Hipotesa. Suatu penjelasan sementara, suatu teori yang masih perlu dites atau
diuji kebenarannya dengan membandingkan kejadian yang ada atau yang baru
terjadi.
b) Kesimpulan/konklusi, penjelasan yang didukung fakta, konklusi merupakan
hipotesa yang terbukti kebenarannya.
c) Ramalan, suatu inference tentang sesuatu yang akan terjadi pada waktu yang
akan datang.
d) Perkiraan, suatu inference yang didapat dengan mengambil contoh dari banyak
rangkaian informasi yang ada.

4) Dissemination (Penyebaran)
Diseminasi merupakan tahap akhir dari TIC secara umum (walaupun beberapa
refernsi lain seperti WCO memasukkan tahapan Review sebagai tahap terakhir TIC).
Hasil dari proses analisis intelijen yang disebut dengan istilah sehari-hari sebagai
“produk intelijen” (produk intel) harus segera disebarkan. Tahapan ini merupakan
tahapan yang paling penting dan krusial. Produk intelijen kalau tidak disebarkan tepat
pada waktunya kepada yang memerlukan untuk mencapai tujuan operasi atau untuk
menyusun suatu rencana maka proses intelijen itu sendiri telah gagal mencapai
tujuannya.
Diseminasi produk intel mempunyai tiga prinsip utama, yaitu:
a) Diatas dari segala-galanya, pendistribusian harus tepat waktu (timely)
b) Untuk pendayagunaan yang maksimal, produk intel harus dibuat dalam format yang
sesuai dengan kebutuhan pemakai 59

c) Pendistribusian hanya kepada yang berhak mengetahuinya

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Review (peninjauan kembali)

Peninjauan kembali atau pengulasan menurut referensi WCO merupakan tahapan


terakhir dalam TIC. Sebenarnya kegiatan review juga dilakukan pada tahap kedua
(collection) dan kempat (dissemination). Kenyataan bahwa informasi yang tersedia
biasanya kurang lengkap, proses intelijen kadang-kadang tidak dapat memecahkan
masalah intelijen. Dalam banyak kasus pengembangan lebih lanjut dari produk tertentu
seperti intrep, hipotesis, ramalan dan lain-lain akan menambah kebutuhan informasi.

Tujuan peninjauan kembali adalah untuk melihat apakah perlu dilakukan revisi
terhadap collection plan dan juga memberi kesempatan petugas intelijen (analis) untuk
lebih mempertegas (akurat) atau memperbaiki produk intelijennya. Peninjauan kembali
dilakukan oleh Petugas PE, Petugas pembanding, analis, klien, dan unit pengelola
(manajemen) intelijen.

Penilaian oleh Prelaminary Evaluator, Collator, Analyst

Pengertian penilaian dan peninjauan kembali yang dilakukan disini adalah pada
tahap pengumpulan. Penilaian pada tahapan ini adalah untuk melihat apakah seluruh
data yang terkumpul masih sesuai dengan kebutuhan sebelum dianalisis lebih lanjut,
karena adanya perubahan atau perkembangan baru. Misalnya, pada saat menetapkan
problem intelijen dan perencanaan pengumpulan belum ada trayek pelayaran umum
atau regular di daerah yang sedang diamati (diklasifikasi sebagai daerah rawan
penyelundupan).

Setelah pengumpulan informasi selesai, ternyata di daerah tersebut telah dibuka


rute pelayaran angkutan barang dan penumpang dan dilayari dengan kapal berukuran
kecil (dapat berlabuh di pulau-pulau terpencil). Berarti, tadinya hanya mengawasi
gerakan kapal ikan misalnya, dengan adanya informasi rute baru pelayaran sehingga
diperlukan data baru tentang kemungkinan adanya kaitan dengan kapal
barang/penumpang tadi atau merupakan suatu problem intelijen baru.

Penilaian oleh Klien


60
Peninjauan kembali disini mengenai produk intelijen atau hasil peni-laian untuk
mengetahui apakah produk intelijen itu masih sesuai dengan kebutuhan klien, misalnya

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


saja beberapa saat yang lalu kapal penangkap ikan Wing You telah ditangkap oleh pihak
Kepolisian atau karena adanya informasi baru diatas tadi (ini dilakukan pada tahap
disseminasi).

Penilaian oleh Unit Pengelolaan Intelijen.

Karena fungsinya sebagai pengelola informasi dan produk intelijen, peninjauan


kembali untuk mengetahui apakah semua informasi yang dibu-tuhkan sudah terkumpul,
apakah informasi itu ada hubungan dengan data yang dimiliki dan apakah tidak terjadi
permintaan yang berulang (pada tahap collection). Dan pada tahap disseminasi adalah
untuk mengetahui apakah produk intelijen itu sudah disampaikan kepada klien dan
penempatannya dalam file/pangkalan data yang baru atau digabungkan dengan produk
intelijen yang ada hubungannya. Kegiatan review ini merupakan kegiatan terakhir dari
intelijen, karena sifatnya siklus maka akan selalu dimulai dari awal yaitu planning dan
akan sampai kembali pada review dan terus begitu, dan akan berhenti jika organisasinya
bubar.

1.2 Latihan

Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini, coba kerjakan
latihan-latihan berikut ini secara mandiri.

1. Jelaskan dua fungsi utama keberadaan institusi Bea Cukai dan bagaimana cara yang
dapat ditempuh untuk menyelaraskan kedua fungsi tersebut !
2. Jelaskan mengapa intelijen pabean diperlukan !
3. Jelaskan pengertian dan fungsi intelijen !
4. Jelaskan jenis-jenis intelijen berdasarkan ruang lingkup dan persoalan yang dihadapi
!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan The Intelegence Cycle serta jelaskan secara
skematis ! 61

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

1.3 Rangkuman

- Fungsi Bea dan Cukai di setiap negara pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu :
a) Fungsi Pengawasan (customs control); yaitu pengawasan terhadap lalu lintas
barang yang berkaitan dengan impor, ekspor dan barang tertentu yang diangkut
dalam daerah pabean serta Barang Kena Cukai (BKC).
b) Fungsi Pelayanan (customs service); yaitu memfasilitasi perkembangan industri
dan perdagangan dalam negeri, mengurangi ekonomi biaya tinggi dan
memperlancar arus barang dan dokumen.

- Definisi intelijen berdasarkan pemahaman makna secara luas, adalah : kegiatan logis
berupa pengumpulan informasi, pengelolaan (manajemen) informasi, pengolahan
informasi dan analisis informasi mengenai sesuatu hal yang telah atau sedang
terjadi, dengan tujuan membuat suatu gambaran yang diperkirakan dapat (akan)
terjadi dikemudian hari berkenaan dengan obyek tersebut .

- Fungsi intelijen yang dilakukan oleh suatu institusi, pada dasarnya adalah: disclosive,
Predictive, dan to produce intelligence (Produk Intelijen). Pengertian disclosive adalah
untuk memperjelas problem intelijen (PI) pabean. Predictive, mengandung makna
bahwa intelijen berfungsi untuk mengestimasi atau memprediksi apa yang akan
terjadi berdasarkan analisis data dan informasi yang didapatkan. Pelaksanaan
kegiatan intelijen akan menghasilkan produk berupa produk intelijen.

- Elemen kunci dari intelijen adalah informasi, sehingga tanpa informasi tidak akan ada
intelijen. Kualitas produk intelijen yang dihasilkan dalam suatu kegiatan intelijen
ditentukan oleh:
a) Relevansi dari sejumlah informasi yang ada berdasarkan tujuan intelijen yang
jelas.
b) Tingkat akurasi dari informasi itu.
c) Informasi tepat waktu (tersedia pada saat dibutuhkan).
62

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


- Untuk mencapai kegiatan intelijen secara efektif, ada tiga hal yang perlu diperhatikan
a) Penetapan tujuan intelijen secara jelas atau “Intelligence Problem”.
b) Bertujuan untuk pengambilan tidakan awal “Proactive”.
c) Disebarkan pada waktu yang tepat “Timely dissemination”.

- Berdasarkan ruang lingkup dan persoalannya, intelijen dapat dibedakan menjadi:


a) Strategic Intelligence (Intelijen strategis – Intelstrat).
b) Operational Intelligence (Intelijen Operasional- Intelops).
c) Tactical Intelligence (Intelijen Taktis- Inteltaktis).

- Siklus Intelijen (TIC) adalah tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan secara cermat
dan logis dalam proses intelijen dimana setiap tahapan kegiatan itu saling terkait,
tergantung satu sama lain, dan merupakan satu siklus yang tidak terpurus. Secara
garis besar TIC meliputi 4 tahapan utama, yaitu : Direction, Collection, Processing,
dan Dissemination. Dalam pelaksanaannya TIC dibagi kedalam tahapan-tahapan yang
lebih spesifik, sebagai berikut: Planning, Collection, Evaluation, Collation. Analysis,
Dissemination, dan Review .

63

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

1.4 Tes Formatif

Untuk menguji pemahaman anda dalam Kegiatan Belajar 1, kerjakan soal-soal berikut
ini dengan cara melingkari atau memberi tanda silang ( X ) pada jawaban yang benar.

1. Kebijakan intelijen hendaknya didasarkan pada intelligence concept (konsep


intelijen). Berikut ini adalah hal-hal yang termasuk dalam pengertian konsep
intelijen, kecuali ...
a. pengertian intelijen c. Analisis intelijen
b. tujuan intelijen d. Tipe-tipe intelijen

2. Salah satu alasan yang melatarbelakangi mengapa intelijen pabean masih diperlukan
adalah...
a. Musuh Beacukai seperti musuh militer yang memiliki organisasi yang nyata
b. Era teknologi yang semakin berkembang membuat para pelaku perdagangan
semakin kompromi dengan aturan yang ada
c. Semakin maju suatu negara maka semakin menyempitnya permasalahan
kepabeanan yang dihadapi
d. Masih adanya orang-orang atau kelompok yang berusaha untuk menghindari
peraturan kepabeanan untuk kepentingan sendiri

3. Poin-poin pokok yang terdapat dalam definisi intelijen pabean (beacukai) adalah...

a. Rangkaian kegiatan di dalam siklus intelijen untuk memperoleh produk


intelijen yang akurat dan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya atau
melakukan penindakan terhadap pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai
b. Kegiatan intelijen yang bersifat disclosive, predictive, intentions, capabilities,
limitation dan vulnerabilities untuk mencegah terjadinya pelanggaran
c. Kegiatan yang berhubungan erat dengan pencapaian tujuan penegakan
peraturan kepabeanan dan cukai
d. Kegiatan intelijen yang bertanggungjawab untuk mengembangkan sasaran
64
intelijen tertentu dalam rangka membantu tugas-tugas unit operasional
pengawasan

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


4. Berikut ini adalah elemen kunci kegiatan intelijen...
a. Disclosive, predictive dan to produce intelligence
b. Relevansi, akurasi dan ketepatan waktu
c. Strategis, operasional dan target
d. Penetapan Intelligence problem, proactive, dan timely dissemination

5. Tiga fungsi kegiatan intelijen adalah...


a. Strategis, operasional dan taktis
b. Informatif, reliable, timely dissemination
c. Disclosive, predictive dan to produce intelligence
d. Dirrecting, collecting dan evaluation

6. Agar kegiatan intelijen dapat berlangsung secara efektif maka harus diperhatikan...
a. The intelligence cycle
b. Tujuan kegiatan intelijen
c. Prinsip-prinsip intelijen
d. Penetapan Intelligence problem, proactive, dan timely dissemination

7. Dalam konteks kegiatan intelijen pabean maka kedudukan Menteri Keuangan


bertindak sebagai ...
a. Klien sekunder c. Klien internal
b. Klien primer d. Klien eksternal

8. Tipe-tipe kegiatan intelijen adalah...


a. Intelijen strategis, operasional intelijen dan intelijen target
b. Intelijen strategis, intelijen operasional dan intelijen taktis
c. Intelijen proaktif dan intelijen reaktif
d. Intelijen target dan intelijen umum

9. Pengertian kegiatan intelijen taktis adalah...


a. Kegiatan intelijen yang bersifat disclosive, predictive, intentions, capabilities,
limitation dan vulnerabilities untuk mencegah terjadinya pelanggaran
b. Kegiatan yang berhubungan erat dengan pencapaian tujuan penegakan 65
peraturan kepabeanan dan cukai

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

c. Kegiatan intelijen yang bertanggungjawab untuk mengembangkan sasaran


intelijen tertentu dalam rangka membantu tugas-tugas unit operasional
pengawasan
d. Kegiatan intelijen yang merupakan pengembangan dari intelijen strategis
untuk menghasilkan produk intelijen

10. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan intelijen taktis adalah sebagai berikut,
kecuali...
a. Memberi petunjuk kepada petugas operasional
b. Memperjelas secara rinci mengenai pelaku pelanggaran, kemasan atau peti
kemas, tempat penyembunyian barang selundupan, dan sarana pengangkut
yang digunakan
c. Mengestimasikan kerugian negara yang mungkin timbul sebagai referensi bagi
petugas operasional dalam menentukan tindakan selanjutnya
d. Menginstruksikan langkah-langkah melakukan penyergapan (knock action),
control delivery maupun tindakan penyidikan

11. Tahapan yang ada dalam the inteligence cycle adalah...


a. Direction, collection, processing dan dissemination
b. Planning, direction, evaluation dan formal reviews
c. Planning, organization, actuating dan controlling
d. Direction, collection, evaluation, dan dissemination

12. Berikut ini adalah contoh-contoh kegiatan intelijen strategis, kecuali...


a. Pemeriksaan barang impor secara selektif mendorong pemberitahuan jenis
dan jumlah barang yang tidak benar
b. Penumpang yang berpakaian tidak lazim merupakan salah satu indikator resiko
yang wajib menjadi sasaran intelijen
c. Pemberlakuan rezim deviza akan mendorong tindakan overvalue pada
dokumen impor barang
d. Penetapan bea masuk yang tinggi akan mendorong tindakan underinvoicing
66 dan pemberitahuan jenis barang yang tida benar

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


13. Pengertian manajemen resiko dalam prosedur kepabeanan adalah...
a. Mengatasi kemungkinan masuknya barang-barang ilegal dengan pemeriksaan
secara selektif
b. Teknik meramalkan resiko yang mungkin terjadi dan menanggulanginya dalam
batas-batas kemampuan
c. Pengelolaan resiko terhadap kemungkinan masuknya barang-barang yang
melanggar ketentuan kepabeanan dengan tujuan untuk memperlancar arus
barang dalam prosedur kepabeanan
d. Mengidentifikasi resiko atau bahaya yang mungkin terjadi dalam pengeluaran
barang impor atau pada kedatangan penumpang

14. Aplikasi manajemen resiko yang direferensikan oleh WCO dan banyak diterapkan
oleh para anggotanya adalah :
a. Post seizure analysist assesment (PSAA)
b. Preshipment inspection
c. Analyzing point dalam prosedur impor
d. Pemeriksaan barang impor secara selektif (red, green, yellow channel systems)

15. Kegiatan spesifik yang dilakukan dalam tahapan processing di dalam TIC, meliputi...
a. Analyze, collate dan evalluate
b. Evaluate, reviews, dan briefing
c. Monitor, analyze, dan evalluate
d. Identify, collate, dan analyze

67

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

1.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan (di
halaman akhir). Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini.
Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah
terinci dibawah rumus.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai:
91 % s.d 100 % : Sangat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
0% s.d. 60 % : Sangat Kurang

Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai
materi Kegiatan Belajar 1 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat melanjutkan
pada Kegiatan Belajar 2.

68

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


KEGIATAN
BELAJAR

PRODUK INTELIJEN, SUMBER


2
DAN KLASIFIKASI INFORMASI

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu:


1) Menjelaskan Produk Intelijen yang Efektif
2) Menjelaskan Sumber-Sumber Informasi
3) Menjelaskan Klasifikasi Akurasi Informasi

2.1. Uraian dan Contoh

a. Produk Intelijen

S
eperti halnya informasi yang dikumpulkan,
maka produk intelijen juga harus memenuhi
syarat, yaitu:
1) tingkat akurasi yang tinggi;
2) relevansi dengan problem intelijen (PI); dan
3) tepat waktu.
Dalam praktek pelaksanaan pengumpulan dan pertukaran informasi, unit intelijen tidak
hanya memperoleh informasi atau data yang belum dianalisis (raw data) tetapi dapat 69
juga berupa produk intelijen dari sumber informasi (biasanya dari unit intelijen/agensi

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

yang ada hubungan kerjasama atau berdasarkan perjanjian formal). Akurasi produk
intelijen menentukan keberhasilan operasi penegakan hukum.

Ilustrasi: Produk intelijen mengenai kurir narkotila yang akan tiba di bandara
dengan rincian informasi mengenai nama atau alias, kewarganegaraan, tinggi
badan, ciri-ciri khusus, pesawat yang digunakan, perkiraan tiba dan informasi
lainnya.

Kualitas produk intelijen yang dihasilkan oleh analisis, apakah mempunyai


relevansi atau tidak dengan PI sangat tergantung pada kemampuan PP dalam
mengumpulkan informasi. Produk intelijen yang tidak relevan bukanlah sampah
informasi tetapi masih mempunyai kemungkinan yang besar sebagai bahan analisis
dalam proses intelijen berikutnya. Produk intelijen yang dihasilkan sendiri oleh unit
intelijen bersangkutan pasti berkaitan erat dengan PI dari organisasinya.

Produk intelijen dapat dikatagorikan sebagai produk efektif apabila klien dengan
produk itu dapat melakukan tindakan proaktif. Salah satu contohnya adalah dalam
peristiwa invasi Irak ke Kuwait. Suatu badan intelijen militer melakukan kegiatan
intelijen untuk melihat dimasadatang, apa yang akan dilakukan Irak setelah bertahun-
tahun berperang melawan Iran. Berdasarkan hasil pemrosesan informasi dan analisis
intelijen dihasilkan PI bahwa pasukan Irak akan segera memasuki wilayah Kuwait.
Produk intelijen dapat diterima tepat waktu sehinga unit operasional/klien dapat
melakukan tindakan proaktif. Pemerintah Kuwait dapat segera melakukan tindakan
pencegahan masuknya pasukan Irak ke Kuwait dengan meminta bantuan sekutu-
sekutunya.

Produk intelijen adalah hasil dari pemrosesan informasi yang dilakukan oleh
analis, dengan perkataan lain produk intelijen adalah hasil analisis dari sekumpulan
informasi. Seperti halnya tipe intelijen maka produk intelijen pabean juga dibagi dalam
tiga tipe yaitu;
1) Produk intelijen strategis;
70
2) Produk intelijen operasional; dan
3) Produk intelijen taktis atau target.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Dalam rangkaian kegiatan intelijen yaitu pada akhir kegiatan analisis dan setelah
hasilnya direview maka akan diperoleh produk intelijen. Produk intelijen inilah yang
selanjutnya di-disseminasi kepada klien (tahap akhir dari siklus intelijen). Produk
intelijen selalu disertai dengan rekomendasi kepada klien primer tingkat operasional
dan sekunder pada tingkat pengambil kebijakan, klien primer di tingkat wilayah
(operasional) dan di daerah/ front line, dikenal sebagai kantor pengawasan dan
pelayanan (taktis). Kadang-kadang rekomendasi dapat secara detail sampai dalam
bentuk protap/SOP misalnya bagaimana melakukan controlled delivery atau knock
action dan sebagainya.

Berikut ini kita akan lihat beberapa produk intelijen untuk masing-masing tipe
intelijen. Penjelasan terhadap masing-masing PI akan disertai rekomendasi singkat untuk
menggambarkan bahwa intelijen merupakan salah satu faktor kunci dalam pelaksanaan
tugas Bea Cukai.

a.1. Produk Intelijen Strategis

Produk Intelijen Strategis (PIS) pada umumnya bersifat jangka panjang dan
dituangkan dalam bentuk program yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam kegiatan
intelijen operasional dan seterusnya pada tingkat taktis. Sumber PIS berasal dari
informasi atau /intelijen dasar dalam bentuk kemungkinan yang akan dihadapi
berdasarkan celah atau kelemahan peraturan perundang-undangan atau kebijakan di
satu sisi. Di sisi lain peraturan perundang-undangan dan kebijakan itu merupakan
hambatan bagi pelaku kejahatan (customs fraud), atau sumber itu dari catatan
kejahatan yang terungkap yang telah dimasukkan dalam pangkalan data in-telijen.

Dalam periode tertentu, unit intelijen strategis melakukan evaluasi hasil (apakah
dilaksanakan atau tidak) dari rekomendasi yang telah disampaikan kepada klien
primernya. PIS yang paling tua umurnya adalah “penyelundupan akan meningkat sesuai
kemajuan di bidang teknologi dan perdagangan”. Berdasarkan produk tersebut kepada
unit intelijen pabean disarankan (rekomendasi) untuk:
71

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

1) Melihat kembali (me-review) secara priodik undang-undang pabean, sistem dan


prosedur serta struktur organisasi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
pelanggaran (customs fraud) dan jika perlu dilakukan perubahan yang mendasar.
2) Selalu meningkatkan (up grade) dan memutahirkan peralatan dan sarana intelijen.
3) Peningkatan kualitas (bahkan mungkin kuantitas) pejabat intelijen secara
berkelanjutan.

PIS lainnya yang juga termasuk sudah sangat lama adalah” pemalsuan pita cukai
dan penjualan hasil tembakau (rokok) tanpa pita cukai. Berdasarkan produk ini, unit
intelijen pabean memberi rekomendasi kepada klien primernya untuk:
1) Meningkatkan kualitas pita cukai sehingga sulit dipalsukan dan secara visual (kasat
mata) mudah diketahui apabila palsu.
2) Membandingkan jumlah pesanan pita cukai dengan perkiraan jumlah konsumsi
rokok (jumlah perokok) serta kapasitas produksi pabrik-pabrik rokok.
3) Pengecekan secara random dalam periode tertentu pita cukai yang dilekatkan pada
bungkusan rokok di TPE, Penyalur dan pabrik/TP BKC.

Begitu juga PIS mengenai peredaran MMEA dan EA baik produk dalam negeri
maupun eks impor ilegal. Rekomendasi intelijen terhadap produk intelijen ini mudah
namun sulit dilaksanakan, yaitu operasi penangkapan dilapangan baik produk MMEA
dan EA maupun pabrik gelap.

Ada golongan konsumen yang senang menggunakan mobil built up impor di satu
sisi dan di sisi lain ada fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak impor lainnya bagi
pejabat atau diplomat perwakilan/kedutaan negara sahabat berdasarkan asas timbal
balik dan fasilitas bagi pejabat lembaga internasional tertentu. Dua sisi yang saling
mendukung ini mendorong fasilitas pembebasan tersebut untuk disalahgunakan (PIS).

Terungkapnya beberapa fakta penyalahgunaan fasilitas tersebut, mendorong


intelijen memberikan rekomendasi kepada unit operasional (pelayanan) untuk
melakukan rekonfirmasi pada saat impor dan setidaknya setiap dua tahun kepada
perwakilan/ kedutaan negara sahabat dan lembaga internasional yang bersangkutan.
72
Hal ini untuk memastikan bahwa kendaraan bermotor tersebut masih menjadi miliknya
atau telah dipindahtangankan. Rekomendasi intelijen tersebut untuk mencegah
penyalahgunaan fasilitas asas timbal balik.
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
Seperti contoh informasi/intelijen strategis yang timbul dengan adanya ketentuan
dalam UU Kepabeanan antara lain mengenai pemeriksaan barang secara selektif (pasal 3
ayat (3) dan pasal 4 ayat (2) UU Kepabeanan), mendorong pemberitahuan jenis dan
jumlah barang yang tidak benar, merupakan inference dalam kegiatan analisis untuk
menghasilkan produk intelijen. Akibat dari sistem pemeriksan selektif (intelijen strategis)
disebut juga sebagai inference, informasi mengenai murahnya TPT ex impor buatan
China dibandingkan produk dalam negeri adalah konklusi yang dibuat oleh analis sesuai
hasil laporan petugas pengumpul informasi bahwa hipotesa murahnya TPT China itu
adalah fakta. TPT jika diproduksi secara massal, dengan upah buruh yang murah, dan
bahan baku hasil dalam ne-geri, maka harga barang terebut (cost of production) akan
lebih murah (logika induktif).
Analis akan mengambil kesimpulan sebagai PIS, yaitu ”Custom fraud berupa
misdeclration atau misdiscription akan terjadi terutama impor dari negara produsen
murah”. Rekomendasi atas PIS tersebut adalah: perlu dibuat sistem dan prosedur
pelayanan dan pengawasan atas impor TPT dari China berbeda dengan sisdur barang
lainnya.

Ilustrasi: dengan logika induktif bahwa di daerah permukiman (real estat) yang
berdekatan dengan daerah kumuh akan banyak pemcurian jika tidak ada
penjagaan ketat. Diperoleh informasi bahwa setiap bulan ada rumah di
permukiman (real estate) dibobol maling. Produk intelijen strategisnya adalah
perlu melibatkan stake holder (penghuni permu-kiman) dalam penjagaan
keamanan di wilayah permukiman.

Rekomendasi: bentuk siskamling dan pos penjagaan di setiap RT dan RW

PIS berkembang sesuai dengan perkembangan kebijakan yang diberlakukan oleh


pemerintah. Tidak hanya kebijakan di bidang pabean tetapi juga kebijakan lainnya yang
berkaitan dengan pabean, seperti kebijakan yang menyangkut perdagangan
internasional (antara lain kuota, pembatasan, larangan, dan sebagainya). Sebagai contoh
: kebijakan simplifikasi prosedur melalui PDE Kepabeanan dan NSW mewajibkan importir
dan eksportir secara langsung menyerahkan pemberitahuan secara elektronik kepada 73
Bea Cukai dan mendapat jawaban atau persetujuan dalam waktu yang singkat, termasuk
jika berkaitan dengan persyaratan tertentu dari instansi teknis selain Bea Cukai.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Simplifikasi prosedur di satu sisi menguntungkan importir dan eksportir, namun di sisi
lain membuka peluang terjadinya penghindaran atau customs fraud (informasi intelijen
strategis).

Informasi/intelijen strategis ini jika diolah akan menghasilkan produk intelijen:


- Penjebolan portal komputer PDE dan NSW; dan
- Pembajakan password pengguna jasa kepabeanan (importir, eks-portir dan PPJK).
Dengan rekomendasi: rekonfirmasi transaksi data dalam PDEK dan NSW yang berisiko.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/10/2008 tanggal 31


Oktober 2008 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu (elektronika, pakaian jadi,
mainan anak-anak, alas kaki dan produk makanan dan minuman, akan mendorong
pemberitahuan tidak benar mengenai jumlah dan jenis barang atau pemalsuan surat-
surat yang diperlukan (intelijen strategis). Diperoleh informasi bahwa umumnya barang-
barang tersebut diimpor dari China, Hongkong, Malaysia dan Singapura. Melalui proses
analisis akan diperoleh produk intelijen seperti yang dikemukakan diatas dengan
rekomendasi: prosedur khusus dengan pemeriksaan 100% ter-hadp impor dari empat
negara tersebut.

Beberapa kali POLRI telah membongkar pabrik gelap yang menghasilkan


psikotropika dalam jumlah yang signifikan, seperti yang diberitakan beberapa stasiun TV
pada tanggal 29 Januari 2009 dengan modus operandi menjalankan usaha warung
internet sebagai kedok (kamuflase-pengelabuan-undercover). Dari beberapa kali
pengungkapan kejahatan ini dengan modus yang sama dapat diperoleh beberapa
informasi intelijen untuk dianalisis menjadi produk intelijen dan rekomendasi, antara
lain:

1) Berarti selama ini telah ada pabrik gelap narkotika dan psikotropika yang omsetnya
triliunan rupiah. Uang hasil penjualan produksinya pasti akan dibawa keluar negeri
agar menjadi dana legal (money laundering). Membawa uang keluar negeri dapat
dalam bentuk uang asing, berarti dari rupiah terlebih dahulu ditukar menjadi dollar
atau mata uang asing lainnya atau melalui transaksi impor. Melalui proses analisis
74
setelah diperoleh informasi lain mengenai impor dan perjalanan keluar negeri
terhadap orang-orang yang dicurigai, maka akan diperoleh produk intelijen bahwa
“Telah atau akan terjadi pen-cucian uang dengan cara membawa uang tunai ke luar
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
negeri atau melalui transaksi impor (fiktif, over invoicing, sampah, barang-barang
tidak berharga, barang-barang tidak dibutuhkan/tidak berguna dan lain-lain)”. Dari
produk intelijen tersebut diperoleh rekomendasi untuk melakukan pemeriksaan
penumpang yang berangkat ke luar negeri dengan mempertimbangkan risiko dan
profil penumpang. Rekomendasi lainnya adalah agar impor barang tertentu sesuai
penilaian risiko dan profil barang (yang tidak lazim diimpor atau lazim tetapi terjadi
penyimpangan misalnya diimpor oleh importir lain bukan oleh importir selama ini)
agar dilakukan pemeriksaan yang teliti (mendalam).

2) Berdasarkan hasil beberapakali kejahatan narkotika yang terungkap diperoleh PIS


bahwa “sudah lama pabrik/laboratorium gelap nar-kotika dan psikotropika
beroperasi di Jakarta dan Tangerang (bahkan mungkin di kota besar lainnya;
Surabaya, Makassar, Medan, Semarang, Bandung atau mungkin di Bogor, bahkan
Depok dan Denpasar) dengan modus dilakukan di ruko, di lingkungan pabrik, di
permukiman/apartemen”. Rekomendasi atas produk seperti ini bisa saja lebih dari
satu, antara lain; perlu meniru siskamling permukiman (melibatkan stake holder) dan
teori leap frog method dalam intelijen, setiap penghuni atau yang meng-gunakan
bangunan (ruko, apartemen, komplek perumahan, per-kampungan, gudang, pabrik
dan bangunan lainnya) harus menge-tahui aktivitas orang yang menghuni atau
memakai bangunan yang ada di depan, di belakang, di samping kiri dan kanan
dengan kewa-jiban melaporkan kepada kepolisian melalui “monitor” (ketua RT atau
komandan satpam lingkungan) jika ada hal-hal yang aneh terjadi atau dilakukan
penghuni /pemakai bangunan tersebut.

3) Melihat jumlah omzet perdagangan gelap narkotika yang sangat besar seperti yang
diberitakan dalam media, berdasarkan analisis intelijen diperoleh produk intelijen
bahwa hasil pejualan tersebut dapat terjadi beberapa kemungkinan, antara lain:
- dibelanjakan di bidang properti (pembangunan perumahan, hotel dan
apartemen).
- disimpan dalam bentuk deposito secara bertahap atas nama beberapa deposan
anggota sindikat pada beberapa bank. 75
- dibelikan saham/kertas berharga.
- dibawa keluar negeri dalam betuk uang tunai.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Dari empat kemungkinan tersebut yang lebih aman buat pelaku adalah dibawa
keluar negeri dalam bentuk uang tunai. Untuk membawa hasil penjualan narkotika
keluar negeri bisa dipastikan tidak dalam mata uang rupiah karena volumenya terlalu
besar berarti hasil penjualan tersebut akan ditukarkan dengan mata uang asing
(terutama dollar dan dinar). Hal ini akan mempengaruhi nilai tukar rupiah. Rekomendasi
unit intelijen adalah agar perusahaan penukaran uang kertas (non bank) atau money
changer agar diawasi secara ketat.
Catatan: Ciri khas pencuci uang (launderer) memiliki kartu kredit tanpa batas dan dalam
berbelanja dengan menggunakan kartu kredtit selalu dalam jumlah yang mengagumkan
dan membuat orang ber-decak.

Ilustrasi: Uang dalam jumlah besar ditransfer melalui bank di Jakarta ke beberapa
bank dan beberapa rekening setiap bank di Batam. Di Batam di tarik dalam bentuk
tunai untuk ditukar dengan mata uang asing untuk kemudian dibawa ke luar
negeri (Singapura atau negara lain).

Intelijen tingkat pusat/nasional melakukan kegiatan intelijen dan meng-hasilkan


produk intelijen strategis, operasional dan taktis. Rekomendasi intelijen dari suatu
produk intelijen dapat berubah atau bertambah karena adanya perkembangan dalam
kebijakan atau pengaruh eksternal dari perdagangan internasional walaupun produk
intelijennya tidak berubah.

Upaya meningkatkan kualitas pita cukai terus menerus dilakukan namun


pemalsuan tampaknya tetap berlangsung seperti halnya terhadap materai dan uang
kertas (rupiah dan dollar). Jika demikian halnya maka rekomendasi perlu diubah (review
sisdur), antara lain dapat diperoleh rekomendasi bahwa cara pelunasan cukai rokok
dapat dilakukan dengan tanpa pelekatan pita cukai tetapi dengan pelekatan banderol
oleh pabrik rokok yang bersangkutan (teori pelibatan stake holder). Dengan demikian
petugas Bea Cuakai tidak dihadapkan lagi pada palsu tidaknya pita cukai. Pertanyaan
yang timbul adalah bagaimana Bea Cukai mengontrol jumlah cukai yang terutang.
76 Jawabnya adalah cara pelunasan dengan mesin otomatis yang mencatat jumlah produksi
(batang, bungkus dan pak). Cara ini tidak sulit karena sudah dimungkinkan dengan
kemajuan teknologi.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


a.2. Produk Intelijen Operasional

Produk intelijen operasional (PIO) bersumber dari produk intelijen strategis atau
dari hasil pengembangan dari infomasi (strategis, operasional dan taktis) yang belum
dianalisis menjadi porduk intelijen dan dari hasil program intelijen wilayah (operasional)
sendiri. Penyelundupan akan meningkat sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan
perdagangan (produk intelijen strategis). Produk intelijen strategis ini oleh intelijen
wilayah lebih lanjut dijabarkan dalam bentuk program yang meliputi pengumpulan
informasi (kegiatan intelijen operasional) yang berkaitan dengan kemajuan teknologi
(komunikasi, sarana transportasi, teknik pengangkutan dan packaging/pengemas) dan
ketentuan (kuota, pembatasan, larangan, asas timbal balik dan lain-lain) perdagangan.

Intelijen tingkat wilayah sendiri dapat menghasilkan intelijen operasional dari


kegiatan intelijen yang dilakukannya dan bahkan menghasilkan produk intelijen taktis.
Program-program intelijen operasional berdasarkan produk intelijen strategis tersebut,
antara lain:
1) mengumpulkan informasi mengenai :
- Sarana pengangkut yang berisiko (kapal kargo, yacht, kapal tanker dan lain-lain).
- Sistem pengangkutan kargo yang berisiko (containerized cargo, bulk cargo atau
dengan tongkang/barge).
- Barang impor yang dikemas dengan pengemas berisiko atau barang ekspor hasil
illegal logging.
- Importir yang mengimpor barang dengan pengemas berisiko dengan pelabuhan
muat berisiko atau eksportir berisiko tinggi di daerah banyak hutan kayu
(misalnya antara lain Aceh).
2) Melakukan analisis dan menetapkan target secara umum yang perlu mendapat
pengawasan secara ketat dan disampaikan kepada intelijen pusat sebagai produk
intelijen.
3) Menyampaikan produk intelijen kepada unit intelijen taktis sebagai peroduk
operasional atau taktis.
77
Sebagai gambaran, produk intelijen operasional yang dihasilkan berdasarkan
program tersebut diatas, antara lain:

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

- Tongkang yang beroperasi di daerah selat Malaka mengangkut kayu glondongan hasil
illegal logging. Rekomendasi: agar dilakukan patroli rutin oleh Kapal Patroli Bea Cukai
Belawan di perairan selat Malaka.
- Impor dengan kontener yang dimuat kapal dengan tonase (DWT) seribu ton yang
dimuat di Singapura membongkar minuman dalam kaleng di pelabuahn Kepulauan
Riau dan diberitahukan dalam manifes sebagai kaleng (pengemas) kosong.
Rekomendasi: Agar kapal ex Singapura yang membongkar muatan barang impor
tujuan pelabuhan di Kepulauan Riau (Batam, Tg. Balai Karimun, Bintan, Natuna dan
Tg. Pinang) agar dilakukan Boot Zoeking dan pemeriksan jabatan atas barang impor
tersebut.
- Nomor kontener kosong (M/T container) ex kapal dengan DWT 1000 ton rute tetap
dengan jarak pendek (Singapura-Tanjung Priok pp.) dimanfaatkan (nomornya dipakai)
pada kontener berisi barang impor berupa minuman kaleng. Rekomendasi:
Pengeluaran kontener kosong dari kawasan pabean harus dalam keadaan terbuka
(salah satu pintu dilipat) dan satu kontener untuk satu trailer peng-angkut.

PIO yang termasuk produk tua dan masih perlu diperhatikan adalah
“pembongkaran barang impor dari kapal DWT 1000 ton kebawah di dalam area reede
sebelum sandar di kade dan dilakukan pada malam hari”. Rekomendasi: agar dilakukan
boot zoeking begitu kapal membuang sauh (lego jangkar) menunggu giliran merapat
atau sandar di kade. Patroli rutin di laut atau di perbatasan darat dengan cara lain yang
disarankan untuk dilaksanakan (sebagai rekomendasi dari produk intelijen operasional)
tidak hanya semata-mata untuk mencegah penyelundupan tetapi juga untuk menjaga
integritas dan wilayah teritorial Indonesia.

Khusus perbatasan antara Sarawak dan Kalimantan Barat (Tebedu dan Entikong),
pendukduk kedua wilayah diizinkan melintasi perbatasan dengan menggunakan
kendaraan pribadi disamping kendaraan umum (bus penumpang dan truk untuk barang)
mengandung risiko strategis, ope-rasional dan taktis. Produk intelijen operasional
menyebutkan kemung-kinan tidak kembalinya ke wilayah asal (Sarawak), modus

78 penyalahgunaan fasilitas lintas batas. Sehingga disarankan (rekomendasi): agar


kendaraan pribadi yang dalam pelintasannya dilaporkan akan tinggal di Kalimantan

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Barat lebih dari satu minggu perlu dilakukan pengecekan lapangan (rekonfirmasi) secara
berkala minimal sekali dalam seminggu mengenai keberadaannya.

PIO lainnya di perbatasan darat adalah penyalahgunaan fasilitas pembebasan bea


masuk dan pajak dalam rangka impor atas barang-barang yang dibawa pelintas batas
(penduduk perbatasan) sekali perjalanan dalam satu bulan dalam jumlah dan jenis
tertentu. Rekomendasi bagi unit pelayanan adalah membuat pangkalan data penduduk
perbatasan yang melakukan perjalanan lintas batas. Produk intelijen unik di perbatasan
adalah “penyelundupan lewat jalan tikus”. Dalam kasus ini tidak bisa digunakan
rekomendasi “libatkan stake holder” karena yang melakukan pelanggaran ini pada
umumnya adalah stake holder (penduduk perbatasan yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan).

Peredaran atau penjualan rokok tanpa (membayar) pita cukai juga merupakan
problem intelijen Bea Cukai sejak terbentuknya instansi ini sampai sekarang, begitu juga
EA dan MMEA ilegal. Patroli darat Bea Cukai pernah mencegat pengangkutan EA dari
rumah sakit dengan menggunakan ambulans untuk dibuat menjadi MMEA (ex EA yang
dipakai untuk membuat obat atau untuk pengobatan di rumah sakit yang mendapat
pembebasan cukai). Rekomendasi intelijennya tentu dengan melakukan patroli seperti
yang dikemukakan diatas.

PIO yang sering berulang terungkap dikenal dengan istilah “teori balon”. Bea Cukai
dalam upaya mencegah pelanggaran pabean di satu tempat maka pelanggaran akan
menggelembung di tempat lain. Jadi seperti halnya balon yang sudah ditiup jika dipencet
pada salah satu ujungnya maka pada ujung lain akan membesar (menggelumbung). Itu
sebabnya disebut teori balon. Rekomendasi bagi petugas Bea Cukai adalah lakukan
pencegahan di semua lokasi rawan pada saat yang bersamaan. Produk intelijen
operasional tersebut diatas hanya beberapa saja sebagai gambaran bagaimana peliknya
pencegahan pelanggaran yang sangat banyak jumlah kejadiannya.

a.3. Produk Intelijen Taktis

Berdasarkan uraian terdahulu, rangkaian urutan kegiatan intelijen akan 79


menghasilkan produk intelijen strategis. Selanjutnya berdasarkan PIS tersebut, kegiatan
intelijen dijabarkan dalam program-program untuk membuat kegiatan intelijen

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

operasional sehingga diperoleh produk intelijen operasional. Kemudian berdasarkan


hasil kegiatan intelijen taktis yang merupakan kelanjutan intelijen operasional,
dihasilkan produk taktis. Bentuk-bentuk produk taktis antara lain: menetapkan target
yang akan dicegah, ditahan, diperiksa, diinvestigasi, diaudit, disidik, didenda, ditolak
atau diterima permohonannya (antara lain pembebasan, keringanan, reekspor, reimpor,
restitusi dan lain-lain), dikenai bea masuk imbalan, anti dumping, dilayani dengan jalur
hijau dan seterusnya.

Contoh produk intelijen taktis (PIT) yang populer: “penumpang pesawat ex


Bangkok, kewarganegaraan Nigeria, kulit hitam, rambut keriting, kaca mata, celana
jeans, datang bersama pasangan/pacar?, tinggi 172 cm, tempat duduk (seat) nomor 12
D dan 12 E”. Rekomendasi: Siapkan tim knock action (biasanya 3 tim masing-masing tim
terdiri dari 3 orang). Cetak dan bagikan kepada semua anggota tim petunjuk
pelaksanaan tugas mengenai cara dan jalannya operasi (controlled delivery atau knock
action di tempat) untuk masing-masing tim agar jangan sampai target lolos. Tim yang
paling berat tugasnya adalah tim yang bertugas mengintip dan mengamankan barang
bukti.
Produk intelijen taktis dimasa lalu (tahun 70-90an) adalah “penyelundupan
melalui fasilitas barang penumpang berkelompok”. Di Aceh dikenal dengan istilah
“jengek”, di Jakarta, Batam , Tanjung Pinang dan Belawan dikenal dengan istilah “inang-
inang”. Mereka adalah penumpang namun membawa barang (bagasi) dagangan dalam
jumlah yang banyak dengan nilai melebihi yang mendapat pembebasan bea masuk
sebagai barang penumpang yang datang dari luar negeri. Mereka selalu berusaha
menghindar dari pemenuhan kewajiban pabean sehingga sering terjadi benturan fisik
dengan petugas Bea Cukai. Rekomendasi intelijen: Pertahanan fisik dan penetapan nilai
pabean yang tinggi untuk memberi efek jera (keuntungan mereka menjadi kecil).
PIT lainnya yang mirip, yaitu penyelundupan melalui fasiltas “rush handling”
(barang impor yang memerlukan penyelesaian yang cepat karena peka waktu) di
bandara internasional. Rekomendasi atas produk ini adalah “pengecekan alamat
penerima barang kiriman dan pemeriksaan yang teliti serta penggunaan X-ray”. Satu lagi
80
produk intelijen yang termasuk dalam kelompok ini adalah “penyalahgunaan fasilitas

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


kantong diplomatik dan postal”. Untuk produk ini direkomendasikan untuk penggunaan
X-ray dan konfirmasi penerima dan pegecekan alamat.
PIT tersebut (fasilitas barang penumpang) tidak berarti telah berhenti, tetap
berlangsung namun tidak lagi secara berkelompok tetapi dilakukan sendiri-sendiri dalam
jumlah yang lebih sedikit. Produk intelijen “peyembunyian barang selundupan di badan
atau ditelan yang dilakukan oleh orang yang sudah teridentifikasi” tetap akan
berlansung dengan rekomendasi pembentukan tim seperti disebutkan diatas.

Dalam produk intelijen taktis dikenal adanya produk yang dituang-


kan/digabungkan dalam sisdur pelayanan bukan dalam bentuk reko-mendasi (nota
intelijen/NHI) yang terbit untuk setiap kasus. Di beberapa negara APnya menetapkan
standar 1- 5 % dari total shipment dalam setahun diperiksa secara teliti yang dipilih
secara random tanpa memilah terlebih dahulu importir atau eksportir yang bebas dari
pemeriksaan. Bea Cukai juga nenerapkan produk intelijen taktis random ini sehingga
kadang-kadang justru kargo yang harus dilayani secra cepat/bebas hambatan malah
harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh.

Produk intelijen taktis Bea Cukai yang dituangkan dalam sisdur dengan sebutan
“jalur merah” berdasarkan penilaian risiko secara tetap dan kadang-kadang hanya
memenuhi salah satu dari indikator yang diper-syaratkan. Indikator risiko tersebut
biasanya dipakai dalam melakukan analisis intelijen operasional dan taktis, antara lain:
- Negara asal barang/pelabuhan muat;
- Perusahaan pengangkutan yang mengangkut atau pengangkutnya;
- Kategori dari importir yang bersangkutan, lazim disebut importir umum (bukan jalur
prioritas, bukan importir produsen, bukan yang mendapat fasilitas KB/KITE dan
sebagainya);
- Past record (rekam jejak) importir (sering dikenai denda karena pelanggaran,
misdiskripsi/salah pemberitahuan yang tidak berat kesalahannya dan kesalahan kecil
lainnya);
- Profil perusahaan (direktur, pengurus diragukan/ tidak jelas iden-titasnya);
- Kelompok jenis barang tertentu; dan lain-lain. 81

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Produk “jalur merah” ini sedikit menyimpang dari prinsip analisis dan
pemanfaatan produk intelijen, karena dampaknya tidak mengurangi tugas pejabat
operasional pelayanan. Importir yang secara terus menerus terkena produk ini dalam
waktu yang cukup panjang (misalnya 1 tahun), ternyata tidak pernah melanggar tetapi
dalam tahun-tahun berikutnya importir ini tetap terkena produk ini sehingga barang
impornya selalu diperiksa walaupun importasinya dari Eropa (pelabuhan tidak berisiko).
Walaupun kriteria sudah berubah atau berkurang, tetap dilayani dengan jalur merah.
Pada kasus seperti ini hendaknya intelijen operasional dan taktis memberikan
rekomendasi agar yang bersangkutan tidak lagi terkena produk “jalur merah”. Hal ini
akan mengurangi pekerjaan opersional pelayanan sehingga pelayanan dapat semakin
lancar. Produk intelijen tidak hanya bertujuan untuk pencegahan pelanggaran tetapi
juga dimaksudkan untuk melancarkan arus barang, orang dan dokumen.

Pemeriksaan fisik barang impor dan ekspor berdasarkan random yang ditetapkan
melalui program aplikasi dalam komputer pelayanan pabean merupakan rekomendasi
dari produk intelijen operasional yang diterapkan oleh intelijen taktis setelah dilakukan
tambahan analisis. Ini dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan fasilitas sisdur
dalam bentuk jalur hijau (produk intelijen).

Penerapan PDE Kepabeanan dan NSW mendorong pelaku kejahatan di bidang


pabean akan memindahkan kegiatannya ke daerah yang belum menerapkan sisdur
tersebut (intelijen strategis). Untuk mengakali hal tersebut, pelaku kejahatan cenderung
memilih tempat yang masih dekat dari pasar potensial seperti kota-kota di Jawa
(intelijen operasional) dan akan dilakukan oleh orang yang biasa melakukan ditempat
asal (intelijen taktis).

Ilustrasi: Analisis ini menghasilkan produk in-telijen taktis “Si Badu akan
menyelundup di Cirebon”, untuk itu dire-komendasikan agar Cirebon dimasukkan
dalam daftar pemeriksaan ketat terutama barang impor Si Badu”.

Produk intelijen taktis biasa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
82 Sebagai contoh: suatu fenomena yang biasa terjadi akan tetapi untuk beberapa waktu
fenomena tersebut tidak lagi terjadi. Kemudian dalam rentang waktu yang cukup lama,
fenomena tersebut tiba-tiba muncul kembali (repeat and reverse). Kasus-kasus seperti

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


ini antara lain berupa: penyelundupan perhiasan/ permata, mata uang rupiah, narkotika
dan psikotropika, flora dan fauna langka, burung dan hewan yang diawetkan/ eksotik,
barang cagar budaya, barang bernilai sejarah, artifak dan lukisan tua, jenazah/mumi dan
sebagainya.
Penculikan manusia untuk diperdagangkan (human trafficking) walaupun
termasuk tanggung jawab polisi dan imigrasi namun Bea Cukai wajib melakukan
pencegahan sebagai konsekuensi dari fungsi “border enforcement agency”. Tantangan
yang berat dimasa depan bagi intelijen instansi yang termasuk dalam kelompok border
enforcement agency adalah sinyalemen (bahkan sudah produk intelijen) mengenai
sindikat perdagangan gelap narkotika dan psikotropika, pencucian uang dan per-judian
telah bersatu menjadi satu sindikat besar dan bersifat transnasional atau global.

Terakhir, informasi tentang sindikat pemalsu uang dan kertas berharga lainnya
dan perdagangan manusia telah bergabung dalam lingkaran sindikat tersebut.
Rekomendasi intelijen: unit intelijen instansi kelompok border enforcement agency harus
membentuk lingkaran seperti yang dilakukan pelaku kejahatan itu.

Produk Intelijen sepanjang masa: peyelundupan tidak pernah akan berakhir


karena adanya pelarangan dan pembatasan, dan penyelundupan menimbulkan
ancaman bagi masyarakat, industri dan lingkungan hidup.
Rekomendasi intelijen atas produk ini: Peningkatan kegiatan intelijen dan kualitas
SDM, pemutahiran prasarana dan sarana secara berke-lanjutan. tersendiri.

83

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

b. Sumber-sumber Informasi.

Dalam kegiatan intelijen, IO akan mencari sumber-sumber informasi yang dapat


digunakan seperti:
1) Jajaran Bea Cukai.
2) Badan Intelijan Nasional.
3) Badan-badan Intelijen Internasional.
4) Media.
5) Pemerintah atau badan-badan non pemerintah negara lain.

Pengembangan rencana pengumpulan yang dapat dilakukan mengenai informasi


jenis tertentu, tergantung pada tingkat kemampuan yang dimiliki analis. Sehubungan
dengan itu penting bagi seorang analis untuk selalu memutahirkan pengetahuannya
mengenai peranan dan fungsi dari sumber-sumber dan badan-badan intelijen lain, kalau
perlu memperluas hubungan jaringan dengan agensi lain agar proses penyesuaian
antara informasi yang dicari dan sumber yang potensial dapat lebih efektif jika ditangani
analis.

Sumber informasi dapat digolongkan sesuai jenis informasi yang dibutuhkan


seperti berikut:
1) Jajaran Bea Cukai.
2) Pegawai Bea Cukai diluar unit intelijen.
3) AP dan Pegawai Pabean negara lain.

Dalam setiap organisasi/unit penegak hukum sebagian besar dipercayakan pada


pegawai sendiri untuk melakukan pengumpulan informasi. Kepercayaan itu didasarkan
hanya karena tersedianya pegawai dan adanya kegiatan pelatihan yang dilaksanakan
untuk mendukung rencana pengumpulan. Setiap pegawai dilatih dan didorong untuk
mempersiapkan dan menyerahkan laporan informasi mengenai permasalahan yang
berhubungan dengan tugas AP, jadi laporan informasi bukan hanya berasal dari petugas

84 pencegahan penyelundupan tapi juga dari unit lainnya.


Sumber informasi lainnya berasal dari jaringan penegak hukum seperti instansi
intelijen nasional (Kepolisian, Kejaksaan, Imigrasi, Karantina dan sebagainya) dan

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


internasional (seperti WCO, Interpol, DEA dan lain-lain). Kenyataannya banyak informasi
penting dari suatu kegiatan intelijen bersumber dari penegak hukum lainnya karena
mereka mempunyai cara dan teknik sendiri untuk mengetahui relevansi informasi yang
diperlukan. Untuk meningkatkan perolehan informasi dari unit-unit informasi untuk
kepentingan keamanan dan efisiennya pertukaran informasi antar AP sebaiknya
digunakan Liaison Officer dan melalui perjanjian informal dan formal.

Media juga merupakan sumber informasi yang tidak bisa diabaikan, banyak
informasi yang diperoleh dari tulisan di majalah, buku, surat kabar, bulletin dan
sebagainya atau sumber dari media seperti TV, Radio dan internet. Sumber informasi
lainnya yang cukup vital adalah pemerintah dan badan-badan atau lembaga non
pemerintah dari negara lain untuk mendukung kegiatan penegakan hukum oleh Bea
Cukai. Dalam pengelolaan sumber-sumber informasi harus menjadi perhatian pejabat
intelijen bahwa daftar sumber-sumber informasi kebanyakan dirahasiakan dan
umumnya dibatasi pada petugas intelijen yang menge-tahui dan menangani informasi
saja yang boleh menyimpan daftar tersebut.

b.1. Sumber Informasi dari Jajaran Bea Cukai (Internal).

Hal ini harus dipastikan terlebih dahulu artinya harus dibicarakan antara unit
intelijen dan unit-unit lain dalam lingkungan Bea Cukai sebagai klien dari unit intelijen.
Sumber informasi utama dalam hal ini adalah apa yang didapat dari kegiatan sehari-hari
dalam lingkungan kerja Bea Cukai. Harus disadari oleh semua pegawai instansi atau
anggota organisasi bahwa informasi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk
intelijen.

Makin tinggi kesadaran pegawai (seperti ketelitian dan kerapian) maka makin baik
mutu informasi sebagai bahan baku untuk diolah oleh unit in-telijen. Peningkatan
kesadaran harus diperluas keseluruh pegawai melalui pemimpin semua unit yang ada.
Sangkut paut kebutuhan terhadap pengumpulan informasi mungkin tidak terasa bagi
pegawai tersebut, namun ini tetap harus dilakukan oleh pegawai tersebut yang bertugas 85
membuat suatu laporan karena dalam prosesnya tidak akan semua pegawai men-
dapatkan kembali produk intelijen yang sudah diolah.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Para pemimpin harus menyadari hal ini dan meneruskan kesadaran ini kepada
bawahannya bahwa untuk keperluan proses intelijen diperlukan secara terus menerus
data informasi yang lengkap, cermat dan tepat waktu. Masalah yang kadang-kadang
dihadapi dalam pengumpulan informasi dari sumber dalam organisasi sendiri:
1) Adanya sikap acuh pegawai yang menguasai informasi dan enggan meneruskan
karena menganggap informasi tersebut milik pribadi.
2) Adanya sikap pegawai yang enggan meneruskan informasi karena menganggap
bahwa informasi tersebut bila diteruskan hanya akan masuk ke arsip yang pasif.
3) Adanya sikap pegawai yang enggan meneruskan informasi karena berdasarkan
pengalamannya ia tidak memperoleh kembali bagaimana hasil informas i yang
pernah disampaikannya.

b.2. Sumber Informasi di luar jajaran Bea Cukai (Eksternal).

Dari sesama lembaga pemerintah


Seblum kita melakukan proses collecting terhadap sumber eksternal, hal pertama
yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah jenis data yang dikumpulkan oleh kantor-
kantor atau lembaga pemerintah tersebut, tujuan pengumpulan data dan proses
selanjutnya dari pengumpulan data tersebut. Yang kedua, diperlukan hubungan informal
maupun formal dengan para pejabat instansi tersebut dengan tujuan kedepan untuk
memperoleh informasi yang tetap dari instansi tersebut.

Dari perusahaan swasta


Informasi yang dibutuhkan biasanya karena suatu masalah tertentu, sehingga
dalam hal ini tidak begitu diperlukan hubungan yang tetap dengan perusahaan tersebut.
Kesulitan yang mungkin dihadapi dalam pengumpulan informasi dari perusahaan
swasta, yaitu:
1) Sikap tertutup manajemen perusahaan tersebut.
2) Dari pihak Bea Cukai perlu merahasiakan tujuan sebenarnya dari pe-ngumpulan
informasi sehingga ada hambatan dalam berkomunikasi.
86 3) Adanya keengganan perusahaan untuk bekerjasama dengan Bea Cukai karena
informasi yang dikehendaki melibatkan perusahaan lain.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


4) Perusahaan enggan memberikan informasi karena adanya biaya yang harus
dikeluarkan untuk menyampaikan informasi yang diminta.
Dalam membina hubungan dengan perusahaan swasta untuk keperluan informasi, perlu
dipertimbangkan dengan seksama pribadi dari “contact point/person” yang kita bina di
perusahaan tersebut.

Sumber tertutup dan terbuka.

Pada umumnya sumber informasi eksternal adalah sumber informasi yang


tertutup. Untuk mendapat informasi dari sumber yang tertutup diperlukan perjanjanjian
formal atau suatu kesepakatan baik untuk pertukaran informasi (excange information)
maupun hanya untuk memperoleh informasi saja. Salah satu sumber informasi eksternal
Bea Cukai yang cukup terbuka memberikan informasi adalah WCO. Bahkan, WCO
dianggap sebagai sumber informasi eksternal yang terbuka tidak hanya kepada unit
csutoms di berbagi negara juga terhadap institusi border enforcement agency lainnya.
Semua institusi penegak hukum yamg berkaitan dengan kepabeanan dapat mengakses
atau mendapatkan informasi secara terbuka baik melalui internet maupun melalui
bulletin yang diterbitkan WCO.

Contoh sumber informasi terbuka antara lain adalah :


- Media cetak dan elektronik.
- BPS.
- Lembaga peneliti yeng menerbitkan bulletin atau melalui web site yang bisa diakses.
- Dan sebagainya.

b.3. Penyeleksian Sumber dan Petugas Pengumpul Informasi

Penyeleksian sumber informasi dan petugas pengumpul informasi hendaknya


didasarkan kepada hal-hal sebagai berikut:
- Kecakapan/kemampuan.
- Kepercayaan.
- Keamanan (security).
87
- Biaya yang ekonomis.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

Dalam hal ini juga perlu diperhatikan karakteristik petugas pengumpul informasi
yang mempengaruhi keakuratan suatu informasi yaitu:
- Keterbatasan panca indera, yaitu keterbatasan dalam pendengaran dan penglihatan.
- Kondisi selaku mahluk, respons seseorang akan berubah atau dipengaruhi oleh
keadaan yang dialami seperti sedih, gembira atau keletihan.
- Bias (kecenderungan memihak). Seseorang mempunyai sifat cenderung memihak
karena kepentingan pribadi, kemampuan atau keinginannya.
- Pengetahuan dan pegalaman. Sebaiknya seorang pengumpul informasi mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang luas.

Analis dan petugas intelijen didalam menyeleksi sumber-sumber informasi untuk


memperoleh informasi tertentu harus mempertimbangkan hal-hal sebagi berikut:
1) Kemampuan sumber informasi yang dipilih harus mampu menjawab tugas atau
permintaan dalam waktu yang ditentukan.
2) Kemampuan analis dan petugas intelijen melakukan penilaian dari kepercayaan
terhadap sumber yang berbeda dalam jangka waktu tertentu.
3) Keamanan. Risiko menugaskan atau mengikutkan informan dalam operasi
intelijen harus dipertimbangkan berdasarkan nilai potensial dari operasi yang
dilaksanakan. Catatan: perinsip dasar intelijen tidak mengijinkan informan ikut
serta dalam operasi intelijen dalam rangka membantu unit operasional
menemukan target.
4) Kesesuaian atau kecocokan. Lebih dari satu sumber mungkin potensial dan cocok,
namun analis dan petugas intelijen harus mempertimbangkan segi ekonomisnya
kalau mempergunakan banyak sumber.

Registrasi sumber-sumber Informasi

Untuk membantu memecahkan masalah sumber informasi, kebanyakan unit


intelijen memelihara dan mempunyai pencatatan yang terpusat mengenai badan-badan
intelijen dan sumber-sumber informasi. Daftar catatan itu mengenai organisasi, nama-

88 nama, tempat dimana bisa dihubungi, alamat pertemuan, nomor-nomor telepon,


facsimile, telex, e-mail, jenis in-formasi yang dimiliki, biaya untuk memperoleh informasi
melalui sumber tersebut dan catatan penting lainnya. Kalau perlu juga dicatat mengenai

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


perincian waktu jawaban, syarat khusus, sifat sensitifnya dan sebagainya. Pemeliharaan
buku daftar/catatan ini merupakan tugas yang sangat penting. Daftar catatan sumber
informasi ini tidak sama dengan penca-tatan informasi (pangkalan data).

Perjanjian Formal

Perjanjian formal diperlukan dalam kaitannya dengan pertukaran informasi dan


bahan-bahan lain antar badan-badan atau unit intelijen. Perjanjian formal dapat berupa
perjanjian dasar atau Memorandum of Understanding (MOU). MOU dapat dilakukan
antar Direktorat, Direktorat Jenderal atau antar Departemen, bahkan antar AP tingkat
kawasan/regional baik dalam bentuk perjanjian bilateral maupun diantara semua
anggota kawasan. Perjanjian ini meliputi bagian yang terinci me-ngenai informasi dan
sumber-sumber informasi.

Permintaan informasi

Hanya melengkapi format pengumpulan seperti dijelaskan diatas tidaklah cukup.


Seorang analis harus lebih lanjut menerjemahkan rencana pengumpulan informasi
kedalam permintaan informasi tertentu kepada sumber-sumber informasi yang terpilih
yang sesuai dengan rencana. Hal ini dapat dicapai dengan menghimpun dan melakukan
permintaan informasi yang dialamatkan ke sumber-sumber/unit intelijen yang relevan.

Permintaan informasi dapat berbentuk apa saja seperti surat, telex, fac-simile,
SMS atau E-mail dan lain-lain asalkan dalam permintaan itu ter-cantum hal-hal sebagai
berikut:
a) Latar belakang permintaan/alasan.
b) Tingkat urgensi (rutin, urgent, top urgent)
c) Sifat kerahasiaan (biasa, terbatas, rahasia, sangat rahasia).
d) Sifat penyampaian (normal, segera, sangat segera).
e) Cara penyampaian (telepon, facsimile, radiogram, surat, melalui kurir).

Umumnya latar belakang permintaan informasi harus terinci. Dalam hal


pengambilan suatu keputusan, untuk membuka suatu informasi kepada petugas 89
pengumpul harus dipertimbangkan mengenai faktor keamanan. Informasi harus dijamin

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

tidak akan dibocorkan atau dilalaikan sehingga bisa dibaca oleh orang lain yang tidak
dilibatkan dalam pengumpulan.
Pengumpulan informasi juga harus mengindahkan prinsip-prinsip “need to know”,
yaitu keinginan untuk mengetahui dengan tujuan pengembangan pengumpulan dan
semata-mata bertujuan untuk keberhasilan kegiatan intelijen, berusaha mengetahui
lebih dalam baik terkait proyek pengumpulan maupun informasi lain, dan terpenting
tidak untuk kepentingan lain). Apabila permintaan informasi menggunakan informan,
usahakan penyampaian informasi itu tidak melalui informan tersebut. Penugasan
informan hanya pada tingkat intelijen tertentu dan subyek tertentu saja.

Klasifikasi Akurasi Informasi.

c.1. Keandalan Sumber

Sistem penilaian yang dipakai oleh badan-badan intelijen pada umumnya adalah tipe
alpha-numeric yang dikenal dengan nama Admiralty System. Ketepatan informasi dapat
dilihat atau diketahui dengan membandingkan apa yang telah terjadi dihubungkan
dengan apa yang sedang terjadi, yaitu:
1) Tingkat kepercayaan berdasarkan alphabet dari A sampai dengan F, dan
2) Tingkat akurasi ditunjukkan dengan angka dari 1 sampai dengan 6.

Kedua faktor tersebut tidak saling berhubungan dan mempunyai enam tingkatan
penggolongan. Perlu diketahui bahwa evaluasi kedua faktor itu dilakukan secara
terpisah, tidak saling mempengaruhi atau dipengaruhi oleh faktor lainnya. Dalam sistem
ini mengharuskan PP atau RO untuk pertama-tama menentukan skala dari A
(sepenuhnya dipercaya) sampai F (laporan yang tidak mungkin) mengenai tingkat
kepercayaan dari sumber informasi. RO atau PP juga diminta untuk menentukan
golongan dalam skala 1 (sesuai) sampai 6 (tidak dapat dinilai) mengenai keakuratan
informasi yang dite-rima. Dalam hal RO atau PP tidak mampu menggolongkan tingkatan
90
sum-ber dan informasi, dilakukan pencatatan yang terpisah khusus mengenai yang tidak
dapat dinilai.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Tabel 2.1
Klasifikasi Informasi Berdasarkan Admiralty System

c.2. Keakuratan Sumber

Penggolongan sumber dan informasi pada tingkat PP/RO dilakukan berdasarkan


tingkat pengetahuan RO dan keadaan-keadaan pada saat diterimanya informasi itu. Jadi
penggolongan sumber berdasarkan pengetahuannya dan tingkat akurasi informasi
didasarkan pada keadaan yang dihadapinya. Mungkin dipengaruhi oleh dugaan dan hal-
hal lain yang mempengaruhi pendapatnya. Petugas PE dalam meneliti kembali hasil
penggolongan petugas PP/RO harus mengingat dan membedakan antara fakta, opini,
kabar angin, dugaan dan perkiraan.

Pada umumnya penggolongan sumber oleh PE harus mempertimbangkan hal-hal


sebagai berikut:
1) Biasanya sumber yang paling akurat mengenai penggolongan sumber informasi
(tingkat kepercayaan sumber) adalah dari petugas PP/RO karena dia adalah yang
pertama mengetahui sumber dan kondisi pada waktu menerima informasi.
2) Evaluasi laporan terhadap informasi dalam laporan PP/RO mungkin dapat
menghasilkan penggolongan tingkat kepercayaan (reliability) dan kredibilitas
sumber informasi.
3) Kenyataan sebenarnya dari sumber informasi itu apakah perorangan, entitas, 91
tempat atau kegiatan.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

4) Sumber informasi adalah tempat asal dan sebagainya bukan tempat pe-lapor.
Penting untuk diketahui bahwa petugas menggolongkan sumber informasi bukan
menggolongkan dirinya atau tempat dari mana dia memperoleh informasi (kadang-
kadang tempat penyerahan informasi di suatu tempat tertentu), bukan dari asal
informasi yang dijadikan sum-ber karena alasan keamanan. Jadi harus hati-hati
terhadap laporan yang dievaluasi oleh pegawai mengenai fakta yang sedang
diamati.

c.3. Pertimbangan dalam evaluasi sumber

Seperti dikemukakan diatas bahwa penggolongan sumber perlu memper-


timbangkan beberapa hal, demikian pula dalam evaluasi sumber juga perlu
mempertimbangkan hal-hal yang juga diperlukan dalam menilai karak-teristik petugas
pengumpul seperti yang dikemukakan sebelumnya. Pertimbangan-pertimbangan dalam
evaluasi terhadap sumber juga perlu di-pertimbangkan hal-hal yang meliputi:
1) Karakteristik yang dimiliki sumber, kalau perlu turut dipertim-bangkan sifat dan
pembawaan sumber.
2) Keterbatasan pancaindera. Pengamatan manusia mempunyai keter-batasan dalam
mendengar, melihat, mendeteksi, menggolongkan dan sebagainya.
3) Bias (kecenderungan memihak). Dalam mengevaluasi sumber ketidakcenderungan
memihak kepada informasi sangat diharap-kan. Seseorang cenderung untuk
memihak karena pengaruh pem-bawaannya seperti pengalamannya, sifatnya,
kepentingan pribadi, keinginannya dan kapasitasnya.
4) Pengetahuan dan pengalaman. Kebenaran informasi dapat diten-tukan oleh
pengetahuan (melalui training atau belajar sendiri) dan pengalaman yang dimiliki
oleh sumber informasi. Orang jujur dan terpercaya yang secara umum dinilai dapat
dipercaya masih dapat berbuat salah atau masa bodoh. Sebaliknya orang yang
dikenal se-bagai orang yang tidak dapat dipercaya dan tidak jujur masih mampu
menceritakan hal yang sebenarnya jika hal itu menguntungkan dia.
92 Sering sekali tidak ditentukan apakah suatu informasi benar atau salah pada saat
diterima. Keakuratan relatif dari suatu informasi dites atau diuji dengan
membandingkan dengan fakta dari laporan yang ada atau menghubungkan dengan pola

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


kejadian pada saat itu. Penggolongan indeks akurat didasarkan pada informasi yang
sudah dinilai dan pengetahuan yang sesuai masalah yang telah dilaporkan.

Reporting Officer (RO) menggolongkan tingkat akurasi dari informasi yang diterima
yang mana hal ini ditentukan oleh luas pengetahuannya dan atau menggunakan
informasi-informasi lain untuk tujuan perbandingan. Sering terjadi RO yang tidak mampu
memeriksa atau memverifikasi dan membandingkan informasi sehingga tidak mampu
memberi nilai tingkat akurasi suatu informasi.

2.2 Latihan

Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 2 ini, coba kerjakan
latihan-latihan berikut ini.

1) Jelaskan persyaratan yang harus dipenuhi terhadap Produk intelijen yang


dihasilkan, agar dapat digunakan secara optimal oleh klien !
2) Produk Intelijen pada dasarnya dibedakan menjadi 3, Jelaskan masing-masing
kategori produk intelijen tersebut !
3) Untuk menghasilkan informasi yang andal, IO perlu melakukan penyeleksian
terhadap sumber-sumber informasi dan petuas pengumpul informasi, Jelaskan
bagaimana mekanisme penyeleksiannya !
4) Jelaskan secara skematis, klasifikasi informasi berdasarkan Admiralty System !
5) Jelaskan sumber-sumber informasi yang dapat digunakan dalam kegiatan intelijen !

93

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

2.3 Rangkuman

- Produk intelijen adalah hasil dari pemrosesan informasi yang dilakukan oleh analis,
dengan perkataan lain produk intelijen adalah hasil analisis dari sekumpulan
informasi. Agar suatu produk intelijen dapat dimanfaatkan secara optimal oleh klien,
maka harus memenuhi syarat, yaitu:
a) tingkat akurasi yang tinggi;
b) relevansi dengan problem intelijen (PI); dan
c) tepat waktu.

- Seperti halnya tipe intelijen maka produk intelijen pabean juga dibagi dalam 3 tipe
yaitu;
a) Produk intelijen strategis;
b) Produk intelijen operasional; dan
c) Produk intelijen taktis atau target.

- Produk Intelijen Strategis (PIS) pada umumnya bersifat jangka panjang dan
dituangkan dalam bentuk program yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam kegiatan
intelijen operasional dan seterusnya pada tingkat taktis.

- Produk intelijen operasional (PIO) bersumber dari produk intelijen strategis atau dari
hasil pengembangan dari infomasi (strategis, operasional dan taktis) yang belum
dianalisis menjadi porduk intelijen dan dari hasil program intelijen wilayah
(operasional) sendiri.

- Produk intelijen taktis (PIT) bersumber pada hasil kegiatan intelijen taktis yang
merupakan kelanjutan intelijen operasional. Bentuk-bentuk produk taktis antara lain:
menetapkan target yang akan dicegah, ditahan, diperiksa, diinvestigasi, diaudit,
disidik, didenda, ditolak atau diterima permohonannya (antara lain pembebasan,
keringanan, reekspor, reimpor, restitusi dan lain-lain), dikenai bea masuk imbalan,
anti dumping, dilayani dengan jalur hijau dan seterusnya.

94 - Sumber-sumber informasi dalam kegiatan intelijen antara lain berasal dari :


a) Jajaran Bea Cukai.
b) Badan Intelijan Nasional.

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


c) Badan-badan Intelijen Internasional.
d) Media.
e) Pemerintah atau badan-badan non pemerintah negara lain.

- Sumber informasi utama dalam lingkungan Bea Cukai secara internal adalah apa yang
didapat dari kegiatan sehari-hari dalam lingkungan kerja Bea Cukai. Untuk lingkungan
Bea Cukai secara eksternal, sumber informasi berasal dari : sesama institusi
pemerintah (Perdagangan, Ditjen. Pajak, dan lain-lain), perusahaan swasta, serta
sumber tertutup dan terbuka.

- Penyeleksian sumber informasi dan petugas pengumpul informasi hendaknya


didasarkan kepada hal-hal sebagai berikut:
a) Kecakapan/kemampuan.
b) Kepercayaan.
c) Keamanan (security).
d) Biaya yang ekonomis.

- Sistem penilaian yang dipakai oleh badan-badan intelijen pada umumnya adalah tipe
alpha-numeric yang dikenal dengan nama Admiralty System, yaitu mengukur
ketepatan informasi dengan cara membandingkan apa yang telah terjadi dan
dihubungkan dengan apa yang sedang terjadi, yaitu:
a) Tingkat kepercayaan berdasarkan alphabet dari A sampai dengan F, dan
b) Tingkat akurasi ditunjukkan dengan angka dari 1 sampai dengan 6.

- Untuk mencapai informasi yang akurat, maka penggolongan sumber oleh PE harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Biasanya sumber yang paling akurat mengenai penggolongan sumber informasi
(tingkat kepercayaan sumber) adalah dari petugas PP/RO karena dia adalah yang
pertama mengetahui sumber dan kondisi pada waktu menerima informasi.
b) Evaluasi laporan terhadap informasi dalam laporan PP/RO mungkin dapat
menghasilkan penggolongan tingkat kepercayaan (reliability) dan kredibilitas
95
sumber informasi.
c) Kenyataan sebenarnya dari sumber informasi itu apakah perorangan, entitas,
tempat atau kegiatan.
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
Modul Konsep Intelejen

d) Sumber informasi adalah tempat asal dan sebagainya bukan tempat pe-lapor.
Penting untuk diketahui bahwa petugas menggolongkan sumber informasi
bukan menggolongkan dirinya atau tempat dari mana dia memperoleh informasi
(kadang-kadang tempat penyerahan informasi di suatu tempat tertentu), bukan
dari asal informasi yang dijadikan sum-ber karena alasan keamanan.

Tes Formatif

Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 2 ini, coba Anda kerjakan tes
formatif berikut ini, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang
benar.

1. Kriteria produk intelijen yang efektif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut...
a. Proaktif, reliable dan fokus
b. Strategis, operasional dan targeting
c. Akurasi yang tinggi, relevan dengan PI, dan tepat waktu
d. Filtering, relevansi, komparasi dan fokus

2. Tipe-tipe produk intelijen dibedakan menjadi tiga, yaitu...


a. PI proaktif, PI reaktif dan PI pasif
b. PI internal, PI eksternal dan PI campuran
c. PI umum, PI targetting, dan PI spesifik
d. PI strategis, PI operasional dan PI taktis

3. Ciri khas dari produk intelijen strategis adalah...


a. Bersifat jangka panjang dan dituangkan dalam suatu program acuan
b. Bersifat jangka menengah dan merupakan penjabaran dari suatu program
c. Bersifat jangka pendek dan harus segera disalurkan kepada unit
operasional/klien
d. Bersifat fleksibel dan untuk memenuhi keperluan yang bersifat khusus
96

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


4. Informasi intelijen berikut ini :
- Penjebolan portal komputer PDE Kepabeanan dan INSW
- Pembajakan password pengguna jasa kepabeanan
Apabila diolah akan menghasilkan suatu produk intelijen, dengan rekomendasi:
perlunya rekonfirmasi transaksi data dalam sistem PDE Kepabeanan dan INSW
Bentuk produk intelijen seperti ini adalah salah satu contoh dari produk intelijen...
a. Taktis c. Targeting
b. Strategis d. Operasional

5. Berikut ini adalah salah satu contoh produk intelijen operasional...


a. Uang dalam jumlah besar ditransfer melalui bank di Jakarta ke beberapa
rekening bank. Di Batam atas rekening tersebut ditarik secara tunai dan
dilakukan penukaran ke mata uang asing dan kemudian dibawa ke Singapore
atau ke negara-negara lain
b. Penyalahgunaan fasilitas kantong diplomatik dan postal, dengan rekomendasi :
penggunaan X-ray machine dan konfirmasi penerima serta pengecekan alamat
penerima
c. Tongkang yang beroperasi di perairan Selat Malaka mengangkut kayu
gelondongan hasil ilegal longging. Rekomendasi : agar dilakukan patroli
rutinoleh kapal Patroli Bea dan Cukai Belawan di perairan Selat Malaka
d. Penyelundupan melalui fasilitas barang penumpang berkelompok (antara lain
disitilahkan dengan: jengek dan inang-inang). Rekomendasi: pertahanan fisik
dan penetapan nilai pabean yang tinggi untuk memberi efek jera
6. Berikut ini adalah sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh IO,
kecuali...
a. Jajaran internal Bea dan cukai c. Badan Intelijen Internasional
b. Badan Intelijen nasional d. Informasi langsung dari
target
7. Dalam penyeleksian sumber-sumber informasi dan petugas pengumpul informasi,
hendaknya didasarkan pada hal-hal berikut, kecuali ...
97
a. Struktur birokrasi
b. Kecakapan dan kemampuan individu

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

c. Kepercayaan
d. Keamanan
8. Kegiatan untuk memecahkan masalah sumber informasi, dimana unit intelijen perlu
memelihara dan mempunyai catatatan yang terpusat dan sifatnya tidak sama
dengan pangkalan data ...
a. Membangun data base informasi
b. Registrasi sumber-sumber informasi
c. Membangun pangkalan data
d. Membangun Bank data dan informasi

9. Beberapa contoh fenomena repeat and reverse yang telah menjadi produk intelijen
taktis di bidang kepabeanan adalah...
a. Pemberitahuan yang tidak benar dan pemalsuan dokumen impor
b. Pembongkaran barang tanpa sepengetahuan kantor pelayanan beacukai
c. Penyelundupan perhiasan, penyelundupan (ekspor) mata uang rupiah, dan
penyelundupan flora dan fauna langka
d. Underinvoicing dan overinvoicing
10. Penyelundupan tidak akan pernah berakhir karena adanya pelarangan dan
pembatasan. Rekomendasi yang ideal untuk produk intelijen tersebut adalah...
a. Meningkatkan sanksi hukuman seberat-beratnya
b. Negoisasi dan kompromi dengan para pelaku penyelundupan
c. Koordinasi dengan unit-unit intelijen terkait, seperti : BIN, POLRI, Militer dan
lain-lainnya
d. Peningkatan kegiatan intelijen dan kualitas sumber daya manusia DJBC secara
berkelanjutan
11. Sistem penilaian terhadap informasi yang lazim dipakai oleh unit-unit intelijen
adalah...
a. Admiralty system c. True-False system
b. RGY channel system d. Gain-Loose system

98

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


12. Ketepatan informasi dapat dilihat atau dinilai dengan membandingkan dua faktor
utama, yaitu ...
a. Spesifikasi informasi dan reliabilitas informasi
b. Tingkat kercayaan dan tingkat akurasi informasi
c. Tingkat kebenaran dan tingkat keuntungan informasi
d. Tingkat keunggulan dan kebenaran informasi
13. Klasifikasi informasi dengan nilai A1, memiliki pengertian ...
a. Informasi dapat dipercaya sepenuhnya namun akurasinya sangat tidak tepat
b. Informasi tidak dapat dipercaya dan sesuai dengan sumber-sumber lainnya
c. Informasi dapat dipercaya sepenuhnya dan sesuai dengan sumber lainnya
d. Informasi biasanya dapat dipercaya dan kemungkinan kebenarannya lebih
dominan

14. Permintaan informasi oleh seorang analis intelijen melalui mekanisme formal
seperti surat, telex, email dan lainnya, hendaknya mencantumkan hal-hal sebagai
berikut, kecuali...
a. Latar belakang permintaan informasi
b. Tingkat urgensi
c. Sifat kerahasiaan
d. Tingkat akurasi informasi
15. Tingkat akurasi informasi dalam skala numerik yang direferensikan oleh admiralty
system dilambangkan dengan simbol ...
a. Angka 1 sampai dengan 6, dimana 1 berarti confirm dengan sumber lain
b. Angka 1 sampai dengan 4, dimana 1 berarti tidak dapat dinilai
c. Huruf A sampai dengan F, dimana A berarti confirm dengan sumber lain
d. Huruf A sampai dengan D, dimana A berarti tidak dapat dinilai

99

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

2.4 Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokan
hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci dibawah rumus.
TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%
Jumlah keseluruhan Soal
Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah
dipelajari mencapai:
91 % s.d 100 % : Sangat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
0% s.d. 60 % : Sangat Kurang

Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah
menguasai materi kegiatan belajar 2 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat
melanjutkan mengerjakan soal latihan sumatif.

100

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


PENUTUP

Kegiatan intelijen Bea Cukai merupakan kegiatan yang mutlak harus dilakukan
dalam rangka mendukung penerapan manajemen resiko dalam sistem pengawasan
terhadap tatalaksana kepabeanan. Agar aparatur Bea Cukai dapat melaksanakan tugas
pengawasan tersebut dengan baik, maka perlu dibekali dengan pemahaman dan teori-
teori yang mendukung tugas-tugas tersebut. Gambaran dan pemahaman yang tepat
mengenai Konsep dan Teori Intelijen Taktis akan membawa anda menjadi seorang
pelaksana pemeriksa yang profesional dan berkompeten dalam ruang lingkup tugas di
bidang pengawasan. Kami berharap modul Konsep Intelijen ini dapat memberikan
wawasan dan pemahaman yang cukup untuk Anda semua yang akan menjadi ujung
tombak pelaksanaan tugas dan fungsi Bea Cukai.

Akhirnya, semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Diklat Teknis
Substantif Spesialis Intelijen Taktis dan umumnya bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai di seluruh Indonesia. Ingatlah bahwa keberhasilan orang-orang hebat di
bidang apapun bukan semata-mata merupakan anugerah dari yang Maka Kuasa saja,
namun sukses dan kompetensi yang unggul dibangun dari kemauan untuk belajar
sepanjang [masa (longlife Learning).

101

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

TES SUMATIF

Setelah Anda mempelajari keseluruhan isi modul Konsep Intelijen ini, selanjutnya
untuk menguji hasil belajar Anda, coba Anda kerjakan tes sumatif berikut ini dengan
cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap benar

1. Dasar hukum pelaksanakan intelijen pabean adalah...


a. Secara eksplisit disebutkan dalam pasal-pasal Undang-undang Kepabeanan dan
Undang-undang Cukai
b. Adanya uraian tugas dan fungsi kegiatan intelijen pada struktur organisasi DJBC
sebagai implementasi Undang-undang Kepabeanan dan Undang-undang Cukai
c. Secara eksplisit disebutkan dalam Undang-undang Rahasia Negara
d. Secara eksplisit disebutkan dalam Kitab Undang-undang hukum Pidana
2. Berikut ini adalah beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa intelijen
pabean tetap diperlukan, kecuali...
a. Dampak globalisasi ekonomi membuat setiap negara memberikan perlindungan
terhadap produk asing yang diimpor
b. Semakin maju suatu negara maka semain berkembang permasalahan dibidang
kepabeanan yang timbul
c. Beberapa jenis barang dan bahan baku yang dibutuhkan industri dunia mulai
menipis
d. Masih adanya orang-orang atau kelompok tertentu yang berusaha untuk
menghindari peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Poin-poin pokok yang terdapat dalam definisi intelijen pabean (beacukai) adalah...
a. Kegiatan intelijen yang bersifat disclosive, predictive, intentions, capabilities,
limitation dan vulnerabilities untuk mencegah terjadinya pelanggaran
b. Kegiatan yang berhubungan erat dengan pencapaian tujuan penegakan

102 peraturan kepabeanan dan cukai

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


c. Kegiatan intelijen yang bertanggungjawab untuk mengembangkan sasaran
intelijen tertentu dalam rangka membantu tugas-tugas unit operasional
pengawasan
d. Rangkaian kegiatan di dalam siklus intelijen untuk memperoleh produk intelijen
yang akurat dan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya atau melakukan
penindakan terhadap pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai
4. Kriteria produk intelijen yang efektif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut...
a. Proaktif, reliable dan fokus
b. Strategis, operasional dan targeting
c. Akurasi yang tinggi, relevan dengan PI, dan tepat waktu
d. Filtering, relevansi, komparasi dan fokus
5. Berikut ini adalah elemen kunci kegiatan intelijen...
a. Disclosive, predictive dan to produce intelligence
b. Penetapan Intelligence problem, proactive, dan timely dissemination
c. Relevansi, akurasi dan ketepatan waktu
d. Strategis, operasional dan target
6. Ciri khas dari produk intelijen strategis adalah...
a. Bersifat jangka menengah dan merupakan penjabaran dari suatu program
b. Bersifat jangka pendek dan harus segera disalurkan kepada unit
operasional/klien
c. Bersifat fleksibel dan untuk memenuhi keperluan yang bersifat khusus
d. Bersifat jangka panjang dan dituangkan dalam suatu program acuan
7. Tiga fungsi kegiatan intelijen adalah...
a. Disclosive, predictive dan to produce intelligence
b. Strategis, operasional dan taktis
c. Informatif, reliable, timely dissemination
d. Directing, collecting dan evaluation
8. Tipe-tipe produk intelijen dibedakan menjadi tiga, yaitu...
a. PI proaktif, PI reaktif dan PI pasif
b. PI strategis, PI operasional dan PI taktis
103

c. PI internal, PI eksternal dan PI campuran


d. PI umum, PI targetting, dan PI spesifik
PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis
Modul Konsep Intelejen

9. Dalam konteks kegiatan intelijen pabean maka kedudukan Direktur Jenderal Bea
dan Cukai bertindak sebagai ...
a. Klien sekunder c. Klien internal
b. Klien primer d. Klien eksternal

10. Berikut ini adalah sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh IO,
kecuali...
a. Informasi langsung dari target c. Badan Intelijen Internasional
b. Badan Intelijen nasional d. Jajaran internal Bea dan
cukai

11. Agar kegiatan intelijen dapat berlangsung secara efektif maka harus diperhatikan...
a. The intelligence cycle
b. Tujuan kegiatan intelijen
c. Prinsip-prinsip intelijen
d. Penetapan Intelligence problem, proactive, dan timely dissemination

12. Penyelundupan tidak akan pernah berakhir karena adanya pelarangan dan
pembatasan. Rekomendasi yang ideal untuk produk intelijen tersebut adalah...
a. Meningkatkan sanksi hukuman seberat-beratnya
b. Negoisasi dan kompromi dengan para pelaku penyelundupan
c. Peningkatan kegiatan intelijen dan kualitas sumber daya manusia DJBC secara
berkelanjutan
d. Koordinasi dengan unit-unit intelijen terkait, seperti : BIN, POLRI, Militer dan
lain-lainnya

13. Dalam penyeleksian sumber-sumber informasi dan petugas pengumpul informasi,


hendaknya didasarkan pada hal-hal berikut, kecuali ...
a. Keamanan
b. Kecakapan dan kemampuan individu
c. Struktur birokrasi
104
d. Kepercayaan

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


14. Beberapa contoh fenomena repeat and reverse yang telah menjadi produk intelijen
taktis di bidang kepabeanan adalah...
a. Pemberitahuan yang tidak benar dan pemalsuan dokumen impor
b. Pembongkaran barang tanpa sepengetahuan kantor pelayanan beacukai
c. Underinvoicing dan overinvoicing
d. Penyelundupan perhiasan, penyelundupan (ekspor) mata uang rupiah, dan
penyelundupan flora dan fauna langka

15. Pengertian kegiatan intelijen taktis adalah...


a. Kegiatan intelijen yang bertanggungjawab untuk mengembangkan sasaran
intelijen tertentu dalam rangka membantu tugas-tugas unit operasional
pengawasan
b. Kegiatan intelijen yang bersifat disclosive, predictive, intentions, capabilities,
limitation dan vulnerabilities untuk mencegah terjadinya pelanggaran
c. Kegiatan yang berhubungan erat dengan pencapaian tujuan penegakan
peraturan kepabeanan dan cukai
d. Kegiatan intelijen yang merupakan pengembangan dari intelijen strategis untuk
menghasilkan produk intelijen

16. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan intelijen taktis adalah sebagai berikut,
kecuali...
a. Memberi petunjuk kepada petugas operasional
b. Memperjelas secara rinci mengenai pelaku pelanggaran, kemasan atau peti
kemas, tempat penyembunyian barang selundupan, dan sarana pengangkut
yang digunakan
c. Mengestimasikan kerugian negara yang mungkin timbul sebagai referensi bagi
petugas operasional dalam menentukan tindakan selanjutnya
d. Menginstruksikan langkah-langkah melakukan penyergapan (knock action),
control delivery maupun tindakan penyidikan
17. Kegiatan untuk memecahkan masalah sumber informasi, dimana unit intelijen perlu
memelihara dan mempunyai catatatan yang terpusat dan sifatnya tidak sama 105
dengan pangkalan data ...
a. Membangun data base informasi

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

b. Registrasi sumber-sumber informasi


c. Membangun pangkalan data
d. Membangun Bank data dan informasi

18. Tahapan yang ada dalam the inteligence cycle adalah...


a. Direction, collection, processing dan dissemination
b. Planning, direction, evaluation dan formal reviews
c. Planning, organization, actuating dan controlling
d. Direction, collation, evaluation, dan dissemination
19. Pengertian manajemen resiko dalam prosedur kepabeanan adalah...
a. Mengatasi kemungkinan masuknya barang-barang ilegal dengan pemeriksaan
secara selektif
b. Teknik meramalkan resiko yang mungkin terjadi dan menanggulanginya dalam
batas-batas kemampuan
c. Mengidentifikasi resiko atau bahaya yang mungkin terjadi dalam pengeluaran
barang impor atau pada kedatangan penumpang
d. Pengelolaan resiko terhadap kemungkinan masuknya barang-barang yang
melanggar ketentuan kepabeanan dengan tujuan untuk memperlancar arus
barang dalam prosedur kepabeanan
20. Ketepatan informasi dapat dilihat atau dinilai dengan membandingkan dua faktor
utama, yaitu ...
a. Spesifikasi informasi dan reliabilitas informasi
b. Tingkat kebenaran dan tingkat keuntungan informasi
c. Tingkat kercayaan dan tingkat akurasi informasi
d. Tingkat keunggulan dan kebenaran informasi
21. Aplikasi manajemen resiko yang direferensikan oleh WCO dan banyak diterapkan
oleh para anggotanya adalah :
a. Post seizure analysist assesment (PSAA)
b. Preshipment inspection
c. Pemeriksaan barang impor secara selektif (red, green, yellow channel systems)
106
d. Analyzing point dalam prosedur impor

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


22. Sistem penilaian terhadap informasi yang lazim dipakai oleh unit-unit intelijen
adalah...
a. Gain-Loose system c. True-False system
b. RGY channel system d. Admiralty system
23. Kegiatan spesifik yang dilakukan dalam tahapan processing di dalam TIC, meliputi...
a. Analyze, collate dan evalluate
b. Evaluate, reviews, dan briefing
c. Monitor, analyze, dan evalluate
d. Identify, collate, dan analyze
24. Klasifikasi informasi dengan nilai A1, memiliki pengertian ...
a. Informasi dapat dipercaya sepenuhnya namun akurasinya sangat tidak tepat
b. Informasi tidak dapat dipercaya dan sesuai dengan sumber-sumber lainnya
c. Informasi dapat dipercaya sepenuhnya dan sesuai dengan sumber lainnya
d. Informasi biasanya dapat dipercaya dan kemungkinan kebenarannya lebih
dominan
25. Beberapa jenis resiko yang berkaitan dengan barang impor, barang ekspor dan
barang kena cukai adalah sebagai berikut, kecuali...
a. Money laundering, traficking, imigran gelap
b. Penerimaan negara : bea masuk, bea keluar, cukai, PDRI dan lain-lain
c. Non revenue: narkotika, senjata api, CITES, limbah beracun dan lain-lain
d. BKC terhutang cukai: BKC impor di Duty Free Shop dan lain-lain

107

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

KUNCI JAWABAN

KEGIATAN BELAJAR 1 KEGIATAN BELAJAR 2 TES SUMATIF

1. C 1. C 1. B 16. B
2. D 2. D 2. A 17. B
3. A 3. A 3. D 18. A
4. B 4. B 4. C 19. D
5. C 5. C 5. C 20. C
6. D 6. D 6. D 21. C
7. A 7. A 7. A 22. D
8. B 8. B 8. B 23. A
9. C 9. C 9. B 24. B
10. D 10. D 10. A 25. B
11. A 11. A 11. D
12. B 12. B 12. C
13. C 13. C 13. C
14. D 14. D 14. D
15. A 15. A 15. A

108

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


DAFTAR SINGKATAN
ACS : Australian Customs Service
AP : Administrasi Pabean
ASP : Awak Sarana Pengangkut
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun
BEA : Border Enforcement agency
BIN : Badan Intelijen Negara
BKC : Barang Kena Cukai
COO : Certificate of Origin
DEA : Drug Enforcement Administration
DJBC : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
EA : Etil Alkohol
GB : Gudang Berikat
HT : Hasil Tembakau
Intelops : Intelijen Operasional
Intelstrat : Intelijen Strategis
Inteltaktis : Intelijen Taktis
Intrep : Intelligence reporting
IO : Intelligence Officer
IP : Intelijen Pabean
LO : Liaison Officer
MMEA : Minuman Mengandung Etil Alkohol
NSW : National Single Windows
PAX : Penumpang
PDE : Pertukaran Data Elektronik
PE : Pre-eliminary Evaluator
PI : Problem Intelijen
PIO : Produk Intelijen Operasional
PIS : Produk Intelijen Strategis
PIT : Produk Intelijen Taktis
PLBX : Pelintas Batas
PP : Petugas Pengumpul
RAT : Relevan, Akurat dan Tepat waktu
RGCS : Red Green Chanel System
RO : Reporting Officer
SDI : Sub Direktorat Intelijen
SPK : Sarana Pengangkut Komersil
TBB : Toko Bebas Bea 109
TIC : The Intelligence Cycle
TPT : Tekstil dan Produk Tekstil
UUK : Undang-undang Kepabeanan

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


Modul Konsep Intelejen

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan artikel :

Andrews, Paul P. dan Marlyn B. Peterson. 1990. Criminal Intelligence Analysis. California:
Palmer Enterprise

CCC General Secretariat.1985. Handbook: Container Control, Brussels


CCC General Secretariat. 1985. Handbook: Enforcement, Brussels
CCC General Secretariat. 1990. Handbook: Controlled Delivery
Hamzah, A. 1985. Delik Penyelundupan. Jakarta: Akademika Pressindo
Marpaung, Leden. 1993. Tindak Pidana Wilayah Perairan (Laut) Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika
Matsumoto, Takashi. 2008. presentation paper : Customs Risk Management.
Muhjiddin, A. Misbach. 1993. Status hukum Perairan Kepulauan Indonesia dan Hak
Lintas Kapal Asing. Bandung: Penerbit Alumni
Majalah Tempo. Edisi: 29 Juli 1989
NCB Indonesia. 1995. Laporan Lengkap Seminar sehari Money Laundering. Jakarta
Qussyairi, A.Rouf. 2008. Menafsir Ulang Makna Intelijen. Diakses dari
http://indonesiafile.com pada tanggal 18 Mei 2010 jam 08.08
Rangihika, Rererangi. 1988. New Zealand Police, Passports, Regional Training on
Narcotics Control and Enforcement

Sudjatmiko, F.D.C. 1994. Sistem Angkutan Peti Kemas. Jakarta: YP satya Widia
Susiwijono. 2010. Bahan Presentasi : Lingkungan dan Isu Strategis DBC di Era Ekonomi
Golbal
Tetnell, John. 1990. The Customs Intelligence, Specialist Intelligence Officer Course,
Australian Customs Service
UNCTAD. 2008. Technical Note No.12 : Risk Management in Customs Procedure
US Customs Service. 1974. Handbook: Aircraft Search. Washington DC
110
US Customs Service.1987. Handbook: Office of Enforcement Mission and Organization.
Washington DC

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis


US Customs Service. 1993. Source of Information, Office of International Affair.
Washington DC
US Customs Service. 1993. Handbook: Airline Ticket Review. Washington DC

US Customs Service. 1999. Trade Compliance Risk Management Process. Washington DC


US Departement of Justice, DEA.1991. Semitrailer and Large Truck as Concealment
Vehicles. Texas:Elapso
Vassaroti, Collin. 1995. Risk Management, A Customs Perspective. Australian Customs
Service (Edisi Terjemahan)

Williams, Paul N. 1978. Investigative Reporting and Editing. New Jersey: Prentice Hall
Inc.

Wilkins, H. Dan C. Garret. 1994. Case Management. Manila: Bureau of Customs of The
republic of Phillipine
WCO, Enforcement Committee. 1996. Measures to Combat Commercial Fraud. Brussels
WCO. 1996. Proceed of Crime. Brussels
WCO. 1997. The Columbus Declaration Customs Role in World Trade Liberalitation.
Jakarta: DJBC

Peraturan:

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan Atas


Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 Tentang Kepabeanan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 11 tahun 1995 Tentang Cukai

111

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI | DTSS Intelejen Taktis

Anda mungkin juga menyukai