Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL TUGAS AKHIR

KAJIAN EFEKTIVITAS PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BERODA

DUA DAN EMPAT DI KOTA PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :

Joan Chandra

1900312310022

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

DISETUJUI DAN DITERIMA

UNTUK DIAJUKAN PADA UJIAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul
BERODA DUA DAN EMPAT DI KOTA PALANGKA

RAYA
Nama : Joan Chandra
NIM : 1900312310022
Program : DIPLOMA III PERPAJAKAN
Studi

Banjarmasin, Juni 2022

Ketua Program Studi


Dosen Pembimbing,
Diploma III Perpajakan

Dr. Novita Weningtyas, SE, M.Si, AK, CA Figure 1


Hamdani, SE, M.Si, AK, CA
NIP. 19751118 200312 2 001
NIP. 19670624 199403 1 004
Ketua Program Diploma III

Dr.Figure
Sarwani,
2 Drs., M.Si, Ak ,CA
NIP. 19640616 199103 1 005
: EFEKTIVITAS PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

i
LEMBAR PENGESAHAN

TELAH DIUJIKAN PADA UJIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul : EFEKTIVITAS PAJAK KENDARAAN

BERMOTOR BERODA DUA DAN

EMPAT DI KOTA PALANGKA RAYA

Nama : JOAN CHANDRA

NIM : 1900312310022

Program Studi : DIPLOMA III PERPAJAKAN

TIM PENGUJI:

NO. NAMA TANDA TANGAN

1. Dr. Novita Weningtyas, SE, M.Si, AK, CA …………………..

2. , SE, M.Si, AK, CA ………………….

ii
KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan yang maha esa senantiasa penulis pajatkan

kehadirat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Laporan Tugas

Akhir ini guna memenuhi syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Ahli Madya

pada program study Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis,

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan

di BAPENDA KALTENG yang berada di Palangka Raya dengan judul “KAJIAN

EFEKTIVITAS PAJAK KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DAN

RODA EMPAT DI KOTA PALANGKA RAYA ”.

Laporan Tugas akhir ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih terutama kepada:

1. Bapak Dr. H Atma Hayat, Drs, Ec, M.Si, AK, CA selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat.

2. Bapak Dr. Sarwani, Drs, M.Si, AK, CA selaku Ketua Program Diploma

III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat.

3. Bapak Hamdani, SE, MSA, AK, CA selaku Ketua Program Studi

Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lambung Mangkurat.

4. Ibu Dr. Novita Weningtyas, SE, M.Si, AK, CA selaku dosen

pembimbing penulis dalam proses menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

ini

iii
5. Ibu Norlena, SE, MSA, AK, CAselaku dosen Pembimbing Akademik

penulis diperkuliahan.

6. Bapak ......

7. Ayah, ibu, serta keluarga penulis yang selalu mendukung dan

mendoakan penulis dari awal kuliah sampai menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir ini.

8. Sahabat serta rekan diperkuliahan,Fahmi, Cesar, Farras, dan Edo dan

juga teman-teman kelas Perpajakan yang telah membantu dan

memberikan saran untuk kelancaran dalam menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir ini.

9. Dodi, Nizar, Rohid dan Fadil dan teman-teman yang sudah memberikan

semangat dan nasihat.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang miliki. Oleh

karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang

membangun dari berbagai pihak dan penulis berharap semoga proposal penelitian

ini dapat bermanfaat untuk perkembangan dunia Pendidikan.

Palangka Raya, 17 Mei 2022

Penulis

iv
Daftar isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
BAB I 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................. 6
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 6
1.5 Metode Penelitian................................................................................................ 7
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 7
1.5.2 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 7
1.5.3 Jenis Data .................................................................................................... 7
1.5.4 Sumber Data ................................................................................................ 7
1.5.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 8
1.5.6 Teknik Analis Data ...................................................................................... 8
BAB II10
LANDASAN TEORI .................................................................................................... 10
2.1 Pengertian Pajak ................................................................................................ 10
2.1.1 Fungsi pajak .............................................................................................. 12
2.1.2 Kedudukan Hukum Pajak........................................................................... 12
2.1.3 Pembagian Pajak........................................................................................ 13
2.2 Sistem Pemungutan Pajak .................................................................................. 14
2.3 Pajak Menurut Lembaga Pemungut ................................................................... 15
2.4 Pengertian Pajak Daerah .................................................................................... 16
2.5 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor ............................................................... 17
2.6 Pengertian Efektivitas ........................................................................................ 18
2.7 Denda Pajak Kendaraan Bermotor ..................................................................... 20
BAB III......................................................................................................................... 21
3.1 Dasar Hukum Badan Pendapatan Daerah ........................................................... 21
3.2 Visi dan Misi ..................................................................................................... 23
3.3 Struktur Organisasi Badan Penndapatan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah .... 24
BAB IV ........................................................................................................................ 26
4.1 Target dan Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor ................................................. 26
BAB V.......................................................................................................................... 29
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 29

v
5.2 Saran ................................................................................................................. 29
5.3 Daftar Pustaka ................................................................................................... 31

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional adalah mencapai masyarakat yang

sejahtera, adil dan makmur. Sehingga pembangunan nasional ini merupakan

suatu kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Untuk mencapai pembangunan nasional yang diharapkan, maka diperlukan

adanya pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari penerimaan dalam

negeri maupun pinjaman dari luar negeri. Pemerintah pusat tidak dapat terus-

menerus mengandalkan pembiayaan yang berasal dari pinjaman luar negeri,

karena akan semakin menambah penderitaan rakyat. Oleh sebab itu, sumber-

sumber pembiayaan yang berasal dari penerimaan dalam negeri sangat penting

untuk terus digali, dikembangkan dan ditingkatkan peranannya untuk

kelangsungan hidup bangsa seperti dari sektor pajak.

Pajak merupakan salah satu devisa negara yang mempunyai tujuan untuk

membiayai pengeluaran atau kebutuhan negara dalam meningkatkan

pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu sumber dana terbesar dalam

pembiayaan pembangunan yang berasal dari masyarakat.

Pajak di Indonesia berdasarkan pemungutannya dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat dan pajak daerah

merupakan suatu sistem perpajakan di Indonesia yang pada dasarnya merupakan

beban masyarakat sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat

memberikan beban yang adil kepada masyarakat

1
Pajak pusat terdiri dari pajak pertambahan nilai (PPn), pajak penjualan

barang mewah (PPnBm), pajak penghasilan (PPh,) pajak migas, PBB atas

perkebunan, kehutanan, dan pertambangan, dan lain sebagainya. Sementara

Pajak daerah terbagi atas pajak provinsi yang terdiri atas : pajak kendaraan

bermotor dan kendaraan di atas air, bea balik nama atas kendaraan bermotor dan

kendaraan di atas air, pajak bahan bakar atas kendaraan bermotor, pajak

pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Sementara

Pajak Kabupaten/kota yang terdiri atas : pajak hotel, pajak hiburan, pajak

restoran, pajak reklame, pajak parkir, pajak mineral bukan logam dan lain-lain,

yang berguna dalam menunjang penerimaan pendapatan asli daerah.

Negara kesatuan yang berbentuk Republik dimana di Indonesia dikenal

dengan adanya daerah-daerah otonom sebagai akibat dari dianutnya asas

desentralisasi. Pengertian desentraliasi menurut Bratakusumah dan Riady

(2010:7) merupakan pemerintah pusat dimana pemerintah daerah diberikan

wewenang dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan serta

mengelola keuangan daerahnya masing. Salah satu sumber dana pemerintah

daerah adalah dari sektor pajak. Berbagai fasilitas umum, pelayanan umum, dan

pembangunan nasional sebagian besar didanai dari sektor pajak. Apabila

masyarakat semakin sadar dan patuh akan peraturan perpajakan maka tentunya

akan berimbas kepada peningkatan pendapatan pajak dalam negeri. Semakin

besar jumlah pajak yang diterima akan semakin menguntungkan bagi negara.

Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu jenis pajak yang

sumberpendapatannya cukup besar. Seperti yang telah diatur di Pasal 1 ayat (12)

2
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah menjelaskan defenisi pajak kendaraan bermotor sebagai berikut:

“Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan dan/atau

penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan

beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan

digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang

berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga

gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan termasuk alat-alat berat dan alat-

alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak

melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.”

Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penggunaan kendaraan bermotor

terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, dapat dilihat dari banyaknya

masyarakat yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dari pada

kendaraan umum dalam menjalankan aktivitas mereka tidak hanya itu banyak

masyarakat yang memiliki kendaraan lebih dari satu sehingga pertumbuhan

kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan. Pertumbuhan kendaraan ini

juga disebabkan oleh masyarakat yang dengan mudah memperoleh atau

mendapatkan kendaraan bermotor yang mereka inginkan dengan adanya sistem

kredit yang mudah yang ditawarkan oleh pihak-pihak leasing kepada

masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya efektivitas dalam

pemungutan pajak kendaraan bermotor untuk meningkatkan penghasilan asli

daerah dalam membantu pembagunan daerah.

3
Tabel 1.1
Jumlah Kendaraan Roda Dua dan Roda Empat Tahun 2019-2021

Tahun R2 R4

2019 274.393 29.922

2020 288.543 33.220

2021 302.059 36.892

Tabel 1.1 (Sumber Samsat kota Palangka Raya)

Begitu pula di kota Palangka Raya yang merupakan kota di Provinsi

kalimantan Tengah yang diberi kewenangan untuk memungut pajak kendaraan

bermotor sendiri. Pajak kendaraan bermotor merupakan jenis pajak yang

dipungut oleh provinsi namun setiap kabupaten diberikan kewenangan untuk

memungut pajak kendaraan bermotor sendiri. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah masyarakat dalam membayar pajak kendaraan bermotor

Tabel 1.2
Penerimaaan dan Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor Roda Dua dan Roda
Empat Tahun 2019-2021
Di Palangka Raya
TAHUN JENIS TARGET REALISASI
PENERIMAAN
2019 PKB 92.242.306.000 110.565.179.900

2020 PKB 89.809.413.000 107.006.948.250

2021 PKB 97.274.298.000 114.014.739.100

Tabel 1.2(sumber Badan Pendapatan Daerah provinsi Kalimantan Tengah)

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan memberikan kontribusi

bagi pendapatan pajak kendaraan bermotor. Realisasi penerimaan dari pajak

kendaraan bermotor roda dua dan roda empat di Palangka Raya tahun 2019

4
sampai dengan tahun 2021 telah melampaui target (lihat tabel 1.1). Namun

demikian, apakah penerimaan pajak kendaraan bermotor roda dua dan roda

empat di kota Palangka Raya tersebut telah efektif atau belum efektif, maka hal

ini akan ditelaah lebih lanjut.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui efektivitas pajak kendaraan bermotor di Kota Palangka Raya. Oleh

sebab itu judul dari penelitian ini adalah “KAJIAN EFEKTIVITAS PAJAK

KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DAN RODA EMPAT DI KOTA

PALANGKA RAYA”.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di paparkan diatas, maka dapat

dirumuskan yaitu bagaimana efektivitas pajak kendaraan bermotor roda dua dan

roda empat di kota Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang di paparkan diatas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui adanya efektifitas pajak kendaraaan bermotor bagi

penerimaan pajak kendaraan bermotor di kota Palangka Raya.

1.4 Manfaat

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat sebagai

berikut,yaitu:

1. Manfaat Teori

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran terhadap pengembangan ilmu terutama yang berhubungan dengan ilmu

perpajakan.

2. Manfaat Praktik

Bagi pemerintah tarutama Badan pendapatan daerah penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan tentang

pajak kendaraan bermotor agar kebijakan tersebut tidak membebani masyarakat

namun juga tidak menurunkan pendapatan asli daerah.

6
1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah Langkah-langkah yang diambil oleh peneliti

untuk mengumpulkan data atau informasi untuk diolah dan dianalisa secara

ilmiah. Sedangkan menurut Dr. Sugiyono metode penelitian didefinisikan sebagai

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung,

yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau

berbentuk angka. (sugiyono, 2010). Data kuantitatif yang digunakan berupa data

yang diperoleh dari hasil perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai efektivitas penerimaan pajak

kendaraan bermotor di kota Palangka Raya

1.5.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi objek penelitian ini adalah Badan Pendapatan Asli

Daerah Kota Palangka Raya yang beralamatkan di Jalan RTA Milono Km. 5,5,

Menteng, Kec. Jekan Raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

1.5.3 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian yaitu data sekunder, data yang

diperoleh dari sumber lain yang telah ada. Sehingga penulis tidak mengumpulkan

data langsung dari objek yang diteliti

1.5.4 Sumber Data

Sumber data penelitian diambil berasal dari kantor Badan Pendapatan

Daerah Kalimantan Tengah.

7
1.5.5 Teknik Pengumpulan Data

Dokumentasi, dalam teknik dokumentasi ini penulis mengumpulkan data

pajak kendaraan bermotor baru dan data pajak daerah pada tahun 2019-2021, dan

data gambaran umum dari kantor tempat penelitian.

1.5.6 Teknik Analis Data

Teknik analisis data dalam penelitian adalah teknik analisis kuantitatif

yaitu metode yang digunakan ketika melakukan penelitian berkaitan dengan data

numerik. Jenis metode ini memerlukan data bersifat numerik dalam jumlah besar

dan bisa dihitung menggunakan rumus-rumus statistika.

1. Melakukan tinjauan dokumen yang berhubungan dengan perhitungan dan

pencatatan pajak kendaraan bermotor.

2. Melakukan tinjauan terhadap perhitungan pajak kendaraan bermotor tahun

2019 dan perhitungan pajak kendaraan tahun 2021 di Kantor Bapenda

Kalteng yang berada di Palangka Raya.

3. Melakukan analisis efektifitas terhadap pengenaan pajak kendaraan

bermotor di tahun 2019 sampai dengan 2021.

Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya tingkat efektivitas

sebagai berikut :

Realisasi Pendapatan
Efektivitas = X 100%
Target Pendapatan

8
Dengan asumsi tingkat efektivitas sebagai berikut :

Rasio Efektivitas (100%) Kriteria

>100% Sangat Efektif

90% - 100% Efektif

80% - 90% Cukup Efektif

60% - 80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efektif

Keterangan:

a. Jika hasil perbandingannya lebih dari 100%, maka dikatakan sangat

efektif.

b. Jika hasil perbandingan antara 90%-100%, maka dikatakan efektif.

c. Jika hasil perbandingan antara 80%-90%, maka dikatakan cukup

efektif.

d. Jika hasil perbandingan antara 60%-80%, maka dikatakan kurang

efektif.

e. Jika hasil perbandingan dibawah 60%, maka dikatakan tidak efektif.

4. Membuat pembahasan dan kesimpulan.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang sangat

penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan

untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.oleh karena itu

masyarakat diharapkan ikut berperan aktif memberikan kontribusinya bagi

peningkatan pendapatan negara,sesuai dengan kemampuan negara.

Pajak merupakan pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan

akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Pajak juga

merupakan tagihan yang harus diselesaikan atau harus dilaksanakan kegiatannya

oleh wajib pajak baik itu bagi wajib pajak dengan usaha bebas ataupun

pegawai.Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak

secara langsung ,karena pajak digunakan untuk kepentinganumum, bukan untuk

kepentingan pribadi.Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk

melakukan pembangunan ,baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Menurut pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Sukrisno

(2013:6) adalah “Pajak merupakan Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Undang- undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik

(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum". Sedangkan MJH.Smeets dalam Sukrisno (2013:6)

menyatakan: “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui

norma- norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi

10
yang dapat ditunjukan secara individual, maksudnya adalah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah”. Menurut Djajadiningrat dalam bastari (2015:1) Pajak

sebagai: “Suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara

yang dsebabkan suatu keadaan,kejadian dan perbuatan yang memberikan

kedudukan tertentu,tetapi bukan sebagai hukuman ,menurut peraturan yang

ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,tetapi tidak ada jasa timbal balik

dari negara secara langsung,untuk memelihara kesejahteraan secara umum”.

Dari pengertian-pengertian tersebut penulis dapat disimpulkan, bahwa

ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan yang telah

ditetapkan oleh Undang – Undang Ketentuan Umum Perpajakan dan

sifatnya dipaksakan.

2. Pajak sebagai iuran kepada kas negara dan digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum.

3. Dalam pembayaran pajak tidak mendapat kontraprestasi secara langsung.

4. Pajak juga untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

5. Pajak dipungut berdasarkan suatu keadaan,kejadian dan perbuatan. Pajak

Kendaraan

11
2.1.1 Fungsi pajak

Menurut Mardiasmo (2016; 4) Adapun fungsi utama pajak terbagi

menjadi dua yaitu:

1. Fungsi penerimaan (Budgeteir)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi

pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu

dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negari.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu memberikn insentif

pajak untuk mendorong peningkatan investasi didalam negeri., pengenaan pajak

yang tinggi terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

2.1.2 Kedudukan Hukum Pajak

Menurut R. Santoso Brotodiharjo (Siti resmi, 2014: 4) hukum pajak

dibagi menjadi dua yaitu hukum publik dan hukum perdata. Hukum publik

merupakan bagian dari tata tertib hukum yang mengatur hubungan antara

penguasa dengan warganya.Hukum Perdata merupakan bagian dari keseluruhan

hukum yang mengatur hubungan antara orang-orang pribadi.

Sedangkan menurut prof. Dr.Rachmat Soemitro, SH., hukum pajak

mempunyai kedudukan diantara hukum-hukum sebagai berikut :

1. Hukum perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu

lainnya.

12
2. Hukum public mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.

Hukum ini dapat dirinci lagi sebagai berikut :

a. Hukum tata negara

b. Hukum tata usaha (hukum adminitratif)

c. Hukum pajak

d. Hukum pidana

2.1.3 Pembagian Pajak

Menurut Mardiasmo (2016: 7) Pajak dapat dikelompokan kedalam

kelompok:

1. Menurut Golongan

a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung

wajib pajak yang bersangukutan. Sebagai contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain. Sebgai contoh: Pajak Pertambahan

Nilai.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjek yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalamarti

memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya tanpa memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh:

Pajak Pertambahan Nilai.

13
2.2 Sistem Pemungutan Pajak

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Ada 3 sistem pemungutan pajak di Indonesia, yaitu Official Assessment

System, Self Assessment System dan With holding Tax System (Resmi, 2014:11);

1. Official Assessment System

Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang

membebankan wewenang dalam penentuan besaran pajak terutang fiskus maupun

aparat perpajakan sebagai pemungut pajak.

Dengan sistem official assessment, wajib pajak memiliki sifat pasif dan

pajak terutang pun ada ketika fiskus mengeluarkan surat ketetapan pajak. Contoh

sistem pemungutan pajak yang satu ini yakni dalam pelunasan Pajak Bumi

Bangunan (PBB) maupun jenis pajak daerah lainnya.

2. Self Assessment System

Self assessment system adalah sistem pemungutan yang membebankan

penentuan besaran pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak yang bersangkutan

secara mandiri. Berarti, wajib pajak berperan aktif dalam perhitungan,

pembayaran, serta pelaporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau dengan

sistem administrasi online resmi dari pemerintah.

14
Contoh sistem pemungutan pajak dari self assessment system, yakni jenis

pajak PPN serta PPh. Sistem pemungutan yang telah berlaku sejak masa reformasi

yaitu 1983 hingga saat ini yang berlaku untuk jenis pajak pusat. Sementara itu

melalui sistem ini, pemerintah berperan sebagai pengawas dari kegiatan

perpajakan dari wajib pajak.

3. With holding Tax System

With holding Tax System adalah sistem pemungutan yang memberikan

otoritas kepada pihak ketiga dalam penentuan besaran pajak terutang wajib pajak.

Pihak ketiga yang dimaksud, bukan berasal dari pemerintah maupun wajib pajak

yang bersangkutan.

Contoh sistem pemungutan pajak dengan sistem yang satu ini, yakni

pemotongan penghasilan karyawan oleh bendahara instansi terkait. Dengan

begitu, karyawan tak perlu ke KPP untuk melakukan pembayaran atas potongan

pajak tersebut.

2.3 Pajak Menurut Lembaga Pemungut

Siti Resmi (2014:7) Pajak menurut Lembaga pemungut terbagi menjadi

dua, yaitu;

1. Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara pada umumnya.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM),

Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea Masuk dan Cukai, Bea Materai.

15
2. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

setempat baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak

kabupaten/kota) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah tersebut.

2.4 Pengertian Pajak Daerah

Menurut Siahaan dalam (Sabil, 2017) pajak daerah adalah pungutan dari

masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan Undang-Undang yang bersifat

dapat dipaksakan dan terhutang oleh wajib membayarnya dengan tidak mendapat

prestasi kembali (kontraprestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya

digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelengaraan

pemerintahan dan pembangunan.

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Daerah kepada

orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan Undang-undang yang berlaku, yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah Daerah dan pembangunan Daerah.

Sistem bagi hasil pajak provinsi adalah sebagai berikut:

a. Pajak kendaraan bermotor, diserahkan kepada Kabupaten/Kota paling

sedikit sebesar 30% oleh provinsi pemungut.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, diserahkan kepada

Kabupaten/Kota paling sedikit sebesar 30% oleh provinsi pemungut.

c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, diserahkan kepada

kabupaten/Kota paling sedikit sbesar 70% oleh provinsi pemungut.

16
d. Pajak pengambilan dan pemanfatan air bawah tanah dan air permukaan,

diserahkan kepada Kabupaten/Kota paling sedikit sebesar 70% oleh

provinsi pemungut.

2.5 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor secara umum adalah Pajak yang

dipungut atas kepemilikan, penggunaan, dan pengawasan Kendaraan Bermotor.

(Marihot,2005). Pengertian pajak kendaraan bermotor menurut undang-undang

Nomor 34 Tahun 2000 adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan atau

penguasaan Kendaraan Bermotor.

a. Objek Pajak PKB adalah Kepemilikan atau pengusaan Kendaraan

Bermotor. Termasuk dalam objek Pajak PKB adalah kepemilikan atau

penguasaan Kendaraan Bermotor yang digunakan dijalan darat. (marihot

2005:140). Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor adalah

kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di

semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air

dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7

(tujuh Gross Tonnage).

b. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan

yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor. Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki

Kendaraan Bermotor. Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban

perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.

17
c. Tarif, berdasarkan peraturan pemerintah Kalimantan Selatan Nomor 5

Tahun 2011 tarif pajak kendaraan bermotor ditetapkan sebesar:

1. 1,5 % (satu koma lima persen) untuk kepemilikan pertama

kendaraan bermotor pribadi;

2. 1 % (satu persen) untuk kendaraan bermotor angkutan umum;

3. 0,5% (nol koma lima persen) untuk kendaraan bermotor

sosial keagamaan, Pemerintah/TNI/Polri dan Pemerintah

Daerah; dan

4. 0,2% (nol koma dua persen) untuk kendaraan bermotor alat-

alat berat dan alat alat besar.

Besarnya tarif progresif untuk kendaraan bermotor ditetapkan sebesar:

a. kepemilikan kedua sebesar 2 % (dua persen);

b. kepemilikan ketiga 2,5% (dua koma lima persen);

c. kepemilikan keempat sebesar 3 % (tiga persen); dan

d. kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 3,5% (tiga koma

lima persen).

2.6 Pengertian Efektivitas

Menurut Beni (2016: 69) Efektivitas adalah hubungan antara output dan

tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output,

kebijakan dan prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan

derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor public sehingga suatu kegiatan

dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap

18
kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang

telah ditentukan.

Menurut Mardiasmo (2017: 134) Efektivitas adalah ukuran berhasil

tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu

organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif.

Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome)

dari keluaran (Output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar

kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang

ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.

Menurut Mahmudi (2010: 143) efektivitas merupakan hubungan antara

keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Dikatakan efektif apabila

proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan sedangkan menurut

Fajar efektivitas retribusi daerah merupakan perbandingan antara realisasi dan

target penerimaan retribusi daerah, sehingga dapat digunakan sebagai ukuran

keberhasilan dalam melakukan 12 pungutan. Analisis efektivitas pengelolaan

keuangan pemerintah daerah dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐑𝐞𝐚𝐥𝐢𝐬𝐚𝐬𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧
Efektivitas = X 100%
𝐓𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧

Nilai efektivitas diperoleh dari perbandingan sebagaimana tersebut diatas

diukur dengan kriteria kinerja keuangan yang disusun dalam tabel berikut ini:

19
Tabel 2.1

Kriteria Kinerja Keuangan

Persentase Kriteria
100% Keatas Sangat Efektif
90% - 100% Efektif
80% - 90% Cukup Efektif
60% - 80% Kurang Efektif
Dibawah dari 60% Tidak Efektif
Sumber: Beni Pekei, 2016

2.7 Denda Pajak Kendaraan Bermotor

Denda pajak kendaraan bermotor adalah denda yang dikenakan kepada

wajib Pajak Kendaraan Bermotor atau PKB yang menunggak pajak yang wajib

dibayarkan setiap tahunnya. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Surat Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang berlaku selama lima

tahun, wajib dimintakan pengesahan setiap tahun saat pembayaran PKB.

a. Subjek pajak denda pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau
badan yang menunggak pajak yang seharusnya dibayarkan setiap
tahunnya
b. Tarif Denda PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) dan denda SWDKLLJ
(Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan) memiliki
besaran tarif yang berbeda. Denda PKB yaitu sebesar 25% per tahun.
Perhitungannya sebagai berikut:
1. Terlambat 3 bulan = PKB x 25% x 3/12
2. erlambat 6 bulan = PKB x 25% x 6/12

20
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Dasar Hukum Badan Pendapatan Daerah

Dasar hukum pembentukan Badan Pendapatan Daerah Kota Palangka

Raya adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapradja

Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor

48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4286); RENSTRA BAPPEDA - 4 -

TAHUN 2018-2023

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

21
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5059);

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Tugas Pokok dan Fungsi:

Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) adalah unsur perencana

penyelenggaran pemerintahan yang melaksanakan tugas dan

mengkoordinasikan penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan

rencana pembangunan daerah.

22
Tugas Pokok :

Kepala Badan mempunyai tugas memimpin, membina,

mengoordinasikan, merencanakan serta menetapkan program kerja, tata

kerja dan mengembangkan semua kegiatan serta bertanggung jawab atas

terlaksananya tugas pokok dan fungsi Badan Pendapatan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah.

Fungsi :

Menurut Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 yang dijabarkan

lebih lanjut ke dalam Peraturan Walikota Palangka Raya Nomor 48 Tahun

2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata

Kerja Badan Kota Palangka Raya disebutkan bahwa Bapenda Kota

Palangka Raya ditetapkan dengan Tipe B yang mempunyai tugas pokok

membantu Walikota dalam melaksanakan fungsi penunjang Urusan

Pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan daerah secara terpadu

bersama instansi terkait sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Walikota

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bapenda Kota

Palangka Raya dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

3.2 Visi dan Misi


VISI :

Visi Unit Badan Pendapatan Daerah adalah terwujudnya Pelayanan

Prima Demi Kepuasan Masyarakat.

23
MISI:

1. Menggali dan mengembangkan sumber-sumber Pendapatan Daerah

2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik

3. Menjalin jejaring kerja (networking), koordinasi yang strategis dan

integrasi pembangunan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

4. Meningkatkan kinerja sumber daya manusia dan organisasi

3.3 Struktur Organisasi Badan Penndapatan Daerah Provinsi Kalimantan

Tengah

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap

bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam

menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan dan

di inginkan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan

kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan

aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus

menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa, jadi ada satu

pertanggung jawaban apa yang akan di kerjakan.

24
STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENDAPATAN DAERAH
KEPALA BADAN PENDAPATAN
DAERAH

KEKUATAN PEGAWAI SEKERTARIS BADAN

KABID RETRIBUSI DAERAH, PENDAPATAN TRANSFER, DAN


KEPALA BIDANG PAJAK DAERAH PENDAPATAN DAERAH LAINNYA

KA.SUBBID RETRIBUSI DAERAH


KA.SUBBID PKB DAN BEA BALIK NAMA

KA.SUBBID PENDAPATAN TRANSFER


KA.SUBBID PAJAK DAERAH DAN LAINNYA

KA.SUBBID PENDAPATAN DAERAH


LAINNYA
KA.SUBBID PENYELESAIAN TUNGGAKAN DAN
SENGKETA PAJAK

DAE RA 14 UPTB SE-KAL-TENG

25
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1 Target dan Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor


Tabel 4.1

Data Efektifitas Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Kota

Palangka Raya Tahun 2019-2020

Tahun Target Realisasi Persentase Kriteria

Efektivitas

2019 92.242.306.000 110.565.179.900 119,86% Sangat

Efektif

2020 89.809.413.000 107.006.948.250 119,15% Sangat

Efektif

2021 97.274.298.000 114.014.739.100 117,21% Sangat

Efektif

Target PKB pada tahun 2019 sebesar Rp. 92.242.306.000 dan realisasi

sebesar Rp. 110.565.179.900. Realisasi PKB melebihi target PKB sebesar Rp.

18.322.873.900.

Penerimaan PKB tahun 2020 sebesar Rp. 107.006.948.250 dengan target

sebesar Rp. 89.809.413.000. Pada tahun 2020, target PKB di Badan Pendapatan

Daerah menurun sebesar Rp. 2.432.893.000 dibanding tahun 2019.

26
Pada tahun 2021, target PKB meningkat sebesar Rp. 7.464.885.000

dibanding tahun 2020 menjadi sebesar Rp. 97.274.298.000 dan realisasi PKB

tahun 2021 sebesar Rp. 114.014.739.100.

4.1.1 Efektivitas Pajak Kendaraan Bermotor

Dengan menghitung efektivitas pajak kendaraan bermotor, berdasarkan

target dan realisasi pada tabel 4.1 maka rumus yang digunakan sebagai berikut:

Realisasi Pendapatan
Efektivitas = X 100%
Target Pendapatan

Berdasarkan tabel 4.1, tahun 2019 atas penerimaan PKB yang ditetapkan

oleh Badan Pendapatan Daerah yaitu sebesar Rp. 92.242.306.000 dan realisasi

penerimaan PKB yang telah tercapai sebesar Rp. 110.565.179.900 dengan

persentase 119,86%. Hal ini menunjukan penerimaan pajak kendaraan bermotor

sangat efektif.

Penerimaan PKB tahun 2020 sangat efektif. Hal ini dilihat dari data

tahun 2020, dimana persentase efektivitasnya 119,15%. Namun jika kita kaji

kembali, ternyata pada tahun 2020 target penerimaan pajak kendaraan bermotor

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019. Adapun penurunan targetnya

sebesar Rp.2.432.893.000. Kebijakan ini terjadi karena pada tahun 2020

terjadinya bencana wabah covid, dimana di Indonesia mengalami penurunan di

sektor ekonomi masyarakat.

Pada tahun 2021, PKB juga sangat efektif dengan persentase

efektivitasnya 117,21%. Bila kita kaji kembali, pada tahun 2021 mengalami

peningkatan target sebesar Rp. 97.274.298.000, dengan perbandingan sebesar Rp.

7.464.885.000 dari tahun 2020. Realisasi PKB tahun 2021 sebesar Rp.

27
114.014.739.100, terjadi peningkatan sebesar Rp. 7.007.790.850 dibanding tahun

2020. Hal ini terjadi karena diindikasikan adanya peningkatan kembali

perekonomian masyarakat.

28
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor mengalami perubahan

setiap tahunnya dan tidak stabil, walaupun setiap tahunnya realisasi melebihi dari

targetnya. Perubahan ini terjadi dikarenakan adanya dampak dari Covid-19. Hal

ini menunjukkan bahwa masa pandemi memberikan dampak besar terhadap

penerimaan pajak kendaraan bermotor, karena kondisi ekonomi masyarakat yang

menurun.

Pada tahun 2019 mencapai 119,89% kemudian pada tahun 2020

mengalami penurunan sebesar 119,15% dan mengalami penurunan kembali pada

tahun 2021 mencapai 117,21%. Dari kriteria yang telah ditetapkan, rata-rata dari

efektivitas penerimaan PKB kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah dari

tahun 2019-2021 termasuk dalam katagori sangat efektif.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperolah, maka

penulis memberikan saran yaitu :

1. Untuk pemerintah agar memberikan pelayanan yang baik kepada wajib

pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat

meningkatkan kepuasan kepada wajib pajak sebagai pelanggan sehingga

meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan.

2. Untuk mengoptimalkan potensi jumlah kendaraan bermotor roda dua dan

roda empat yang terbilang tinggi peningkatannya sehingga penerimaan

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) hendaknya meningkat.

29
3. Pentingnya pengawasan dan pemeriksaan terhadap wajib pajak atau pelapor

perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan pemungutan menggunakan self

assessment, jadi tidak menutup kemungkinan bahwa data PKB yang

dipungut bukan merupakan data sebenarnya dari wajib pajak

30
5.3 Daftar Pustaka

Resmi, Siti. 2014, Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Suandy, Erly. 2014. Hukum Pajak, Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat

Halim, A., Bawono, I. R., & Dara, A. (2020). Perpajakan : Konsep, Aplikasi,

Contoh, dan Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Hamida El Laila Eka Nur Jannah. 2016. “Kontribusi Pajak Daerh Terhadap

Pendapatan Asli Daaerah” Jurnal pajak Vol. 10 No. 1. PS.

Peraturan Gubernur Nomor 72 tahun 2013 tentang PERHITUNGAN DASAR

PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR dan BEA BALIK NAMA

KENDARAAN BERMOTOR

https://bapenda.kalteng.go.id/visi-misi Akses : 19/11/2020

31

Anda mungkin juga menyukai