Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan lampasau atau Diplazium esculentum Swartz., merupakan

tumbuhan yang digunakan masyarakat kota Kapuas Kalimantan Tengah

sebagai obat nyeri dan bengkak. Masyarakat setempat menggunakan

lampasau untuk mengobati nyeri dengan meminum air rebusan lampasau,

selain itu untuk mengobati inflamasi herba lampasau dihaluskan dan

kemudian dioleskan pada bagian tubuh yang terjadi inflamasi. Kaushik dkk

(2011) menyebutkan bahwa kandungan kimia yang terkandung dalam herba

lampasau, meliputi steroid, triterpenoid, fenol, flavon, dan flavonoid.

Penelitian Muhammad Zaini dkk (2016) menunjukkan bahwa ekstrak

etanol herba lampasau yang mengandung flavonoid memiliki aktivitas

antiinflamasi terhadap mencit jantan yang diinduksi karagenin-λ pada dosis

125 mg/kgBB. Pada penelitian yang dilakukan oleh Saputri & Putri (2017)

diketahui bahwa ekstrak etanol 96% herba lampasau memiliki khasiat paling

efektif sebagai penyembuh luka sayat dengan konsentrasi sebesar 20% pada

kulit tikus. Kandungan senyawa yang terdapat pada ekstrak etanol 96% herba

lampasau yang berperan sebagai proses penyembuhan luka seperti flavonoid,

saponin, dan tanin berperan dalam efek penyembuhan luka sayat (Saputri &

Putri, 2017).

1
2

Salep merupakan sediaan setengah padat yang ditujukan untuk

pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Sebagai bahan pembawa zat

aktif, salep digunakan untuk mengobati, pelumas dan pelindung kulit (Allen

dkk., 2011). Pemilihan zat pembawa atau basis salep yang tepat sangat

penting karena basis salep mempengaruhi efek terapi dari suatu salep. Salep

yang digunakan pada epidermis, mukosa, salep penetrasi atau bentuk krim

memerlukan basis salep yang berbeda-beda. Bahan obat harus terdispersi

homogen di dalam basis salep karena mempengaruhi bentuk sediaan (Ulaen

dkk., 2012). Basis salep terbagi menjadi empat golongan, yaitu: basis

hidrokarbon, basis absorpsi (basis serap), basis yang dapat dicuci dengan air,

dan basis yang larut dalam air (Grag dkk., 2015). Pelepasan obat dari

basisnya merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi dengan

menggunakan sediaan salep. Pelepasan obat dari sediaan salep sangat

dipengaruhi oleh sifat fisika kimia obat seperti kelarutan, ukuran partikel dan

kekuatan ikatan antara obat dengan pembawanya, dan untuk basis yang

berbeda faktor-faktor diatas mempunyai nilai yang berbeda. Pemilihan

formulasi yang baik sangat menentukan tercapainya tujuan pengobatan.

Vaselin album merupakan basis hidrokarbon yang digunakan pada

sediaan salep, mengingat konsistensinya, kelunakannya, dan sifatnya yang

netral serta kemampuan penyebarannya yang mudah pada kulit. Basis ini

sukar dicuci, dan dapat digunakan sebagai penutup oklusif yang menghambat

penguapan kelembaban secara normal kulit (Lachman dkk., 1994).

Penggunaan Vaselin album sebagai basis salep hidrokarbon memiliki waktu


3

kontak dengan kulit yang lebih lama, sehingga diharapkan penetrasi bahan

aktif dalam lapisan kulit lebih maksimal (Mukhlishah dkk., 2016). Dalam

pembuatan salep seringkali ditambahkan bahan humektan untuk memperbaiki

konsistensinya yang juga dapat berfungsi sebagai konsolven yang dapat

meningkatkan kelarutan bahan obat. Propilen glikol dipilih sebagai humektan

karena sifatnya yang higroskopis, dan mudah diaplikasikan pada kulit yang

terluka (Farage, 2009).

Penelitian Abdi (2019) menyimpulkan salep ektrak etanol 96% herba

lampasau dengan basis salep hidrokarbon adalah formula paling optimal

berdasarkan karakteristik fisik dan kestabilannya. Karakteristik lembut dalam

sediaan dapat diciptakan dengan penambahan bahan tambahan yaitu propilen

glikol yang berfungsi sebagai humektan, konsolven dan pelembab (Santoso

dkk., 2018). Namun penelitian optimasi formula sediaan salep ekstrak

lampasau, dengan vaselin album sebagai basis dan propilen glikol sebagai

humektan menggunakan metode simplex lattice design belum dilakukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin menguji optimasi

formula sediaan salep ekstrak herba lampasau, menggunakan metode simplex

lattice design, yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi bahan yang

tepat sehingga akan diperoleh formula yang memiliki sifat fisik yang

optimum dan respon yang diterima oleh konsumen (Suryani dkk., 2017).

Metode simplex lattice design dapat digunakan untuk optimasi formula pada

berbagai jumlah komposisi bahan yang berbeda sehingga menghasilkan

formula optimum yang memiliki sifat-sifat fisik yang diharapkan. Metode ini
4

cepat dan praktis karena dapat menghindarkan penentuan formula secara

coba-coba (trial and error) (Suryani dkk., 2017). Setelah formula optimum

didapatkan selanjutnya dilakukan uji sabilitas freeze thaw untuk mengetahui

ketahanan sediaan terhadap perubahan suhu, pemilihan uji stabilitas freeze

thaw karena stabilitas ini termasuk Accelerated stability (Stabilitas

dipercepat) dimana hanya memerlukan waktu selama 2 minggu pada suhu

4oC dan 40oC selama 24 jam (Wiguna, 2016).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal diatas dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana pengaruh Vaselin album sebagai basis dan Propilen glikol

sebagai humektan terhadap sifat karakteristik fisik sediaan salep ekstrak

etanol herba lampasau ?

2. Berapakah formula optimum sediaan salep ekstrak etanol herba lampasau

menggunkan metode Simplex lattice design ?

3. Bagaimana stabilitas formula optimum sediaan salep ekstrak etanol herba

lampasau terhadap sifat karakteristik fisik sediaan secara fisika dan

kimianya ?
5

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa

tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengaruh Vaselin album sebagai basis dan Propilen

glikol sebagai humektan terhadap sifat karakteristik fisik sediaan salep

ekstrak etanol herba lampasau.

2. Untuk mengetahui berapakah formula optimum sediaan salep ekstrak

etanol herba lampasau menggunkan metode Simplex lattice design.

3. Untuk mengetahui bagaimana stabilitas formula optimum sediaan salep

ekstrak etanol herba lampasau terhadap sifat karakteristik fisik sediaan

secara fisika dan kimianya.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diharapkan diperoleh

manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pembelajaran

dan rujukan/referensi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih

lanjut terkait dengan judul penelitian di atas.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai optimasi formula salep ekstrak etanol herba

lampasau dengan metode simplex lattice design.


6

3. Bagi Masyarakat

Memberikan landasan ilmiah yang kuat bagi masyarakat dalam

penggunaan herba lampasau sebagai obat tradisional.

Anda mungkin juga menyukai