PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya sediaan obat luka disiapkan dalam bentuk cair atau
setengah padat. Bentuk sediaan setengah padat seperti salep, krim, dan gel
menjadi pilihan untuk efek penyembuhan yang lebih baik karena memungkinkan
waktu kontak obat yang lebih panjang dan melindungi luka dari kontaminasi
lingkungan luar. Dalam pertimbangan bahwa sediaan obat luka dalam bentuk gel
yang tinggi dapat meredam inflamasi dan rasa panas. Dari sisi formulasi, sediaan
gel lebih stabil, homogenitasnya tinggi dan viskositasnya mudah diatur. Untuk
mendapatkan sediaan gel dengan stabilitas fisik yang baik dalam penyimpanan
serta efek penyembuhan yang efektif, maka perlu ditentukan konsentrasi bahan
bahan aktif, gelling agent, dan bahan tambahan lainnya. Gelling agent merupakan
komponen yang akan memberikan sifat kental dan gel yang diinginkan. Beberapa
bahan gelling agent yang sering digunakan antara lain yaitu akasia, asam alginat,
carbopol, gelatin, Na CMC, HPMC, metil selulosa, xanthan gum dan tragancant.
memiliki kestabilan fisik paling optimal pada sediaan gel bila dibandingkan
1
dengan gelling agent carbopol 934. Menurut Dabbagh, Ameri and Honarmand
(2007) penggunaan HPMC sebagai gelling agent pada sediaan gel rektal
memberikan stabilitas yang baik pada parameter pH, kandungan obat dan
viskositas. HPMC dapat membentuk gel yang jernih dan bersifat netral
dibandingkan dengan gelling agent yang lain, selain itu meskipun disimpan dalam
jangka waktu lama pada suhu ruang HPMC memberikan stabilitas kekentalan
yang baik dan tidak mengiritasi (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
Basis gel merupakan bahan utama dalam formulasi sediaan gel. Ada
berbagai macam basis gel yang dapat digunakan, baik dari alam, semi sintetis
semi sintetis. HPMC termasuk derivat dari selulosa yang merupakan eter propilen
secara luas sebagai bahan pembawa dalam formulasi farmasetik oral dan topikal,
senyawa ini juga digunakan secara luas dalam produk kosmetik dan makanan.
HPMC secara umum dikenal sebagai bahan yang tidak toksik dan tidak
daun talas dapat digunakan sebagai alternatif obat luka dari bahan alam, ekstrak
2
Kelima kandungan senyawa tersebut memiliki peran masing-masing
dalam penyembuhan luka sayat, diantaranya tanin berperan pada fase proliferasi
bersifat sebagai antibakteri dan antiseptik yang berfungsi membunuh kuman atau
optimal, oleh karena itu akan lebih mudah dan nyaman digunakan bila
diformulasikan dalam bentuk sediaan yang dapat menempel pada permukaan kulit
dalam waktu yang lama, karena penyembuhan luka memerlukan proses dan
bersifat oklusif sehingga efektif menyembuhkan luka, salah satu sediaan semisolid
yang dapat digunakan untuk luka adalah bentuk gel (Hernani dkk, 2012).
untuk obat-obat topikal, sebagai pelunak kulit atau sebagai pelindung (Lachman
etanol tangkai daun talas (Colocasia esculenta L.) sebagai alternatif obat luka
0,2g ekstrak Tangkai Daun Talas berpotensi sebagai alternatif obat luka sayatan
3
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Formulasi dan uji mutu fisik sediaan gel dari ekstrak etanol tangkai
daun talas.
A. Rumusan Masalah
terhadap mutu fisik gel ekstrak etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta
L. Schott)
B. Tujuan Penelitian
sediaan gel ekstrak etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta L. Schott)
C. Kegunaan Penelitian
ilmiah mengenai sediaan gel ekstrak etanol Tangkai Daun Talas serta sebagai
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia, dikenal lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat, namun ± 1.000
jenis tumbuhan yang baru terdata dan yang dimanfaatkan hanya ± 300 sebagai
obat tradisional (Wehantouw et al., 2011). Bahan obat tradisional baik yang
berasal dari hewan maupun dari tumbuhan banyak digunakan untuk mengatasi
macam penyakit seperti radang kulit bernanah, bisul, berak darah, tersiram air
panas, gatal-gatal, diare, pembalut luka baru dan sebagai alternatif obat luka yaitu
Wilayah Indonesia yang disebut sentra produksi talas yaitu Bogor, Malang,
170.000 ton dengan total area penanaman diperkirakan seluas 31,000 ha. Data
FAO pada tahun 2003 menyatakan produksi talas mencapai 9.22 juta ton dari area
seluas 1.57 juta ha yang meliputi daerah Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik,
5
Hawai, Afrika, India Selatan dan Amerika Selatan. Jumlah produksi talas
Sulawesi Selatan yang disebutkan oleh kepala seksi kacang-kacangan dan umbi-
Talas merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas berasal dari
daerah sekitar India dan Indonesia, kemudian menyebar hingga ke China, Jepang
penduduk (Koswara, 2016). Talas yang banyak dijumpai di Kota Makassar adalah
Colocasia esculenta. Talas ini memiliki banyak varietas yang tersebar di beberapa
wilayah Indonesia.
1. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
6
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga : Colocasia
2. Morfologi
pada varietas atau kultivarnya. Tangkai daun tumbuh tegak sampai miring
menopang daun tunggal. Daunnya berbentuk perisai atau hati, berwarna hijau
tua atau hijau muda, dan permukaan daun tertutup lapisan lilin. Panjang
tanaman Talas diduga dapat berfungsi sebagai alternatif obat luka, pada
bagian tangkai daun tanaman Talas yang sering digunakan sebagai pembalut
luka baru atau sebagai alternatif obat luka (Dalimartha, 2006). Tanaman Talas
3. Kandungan Kimia
7
membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang
2013)
4. Khasiat
Tangkai daun talas dapat digunakan sebagai alternatif obat luka dari
8
luka serta mempercepat penyembuhan luka. Flavonoid, alkaloid, terpenoid
timbul pada luka, sehingga luka tidak mengalami infeksi lebih berat
(Robinson, 1995).
1. Uraian Ekstraksi
a. Definisi
mentah obat dan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang
b. Tujuan
(Ansel. 1989).
9
c. Jenis Ekstraksi
a) Maserasi
b) Perkolasi
a) Soxhletasi
b) Refluks
c) Infusa
d) Dedok
e) Destilasi
2. Metode Maserasi
maserasi digunakan untuk komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
(Kemenkes., 2017).
10
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Prinsip kerja ekstraksi maserasi yaitu cairan penyari akan menembus dinding
sel dan masuk ke dalam rongga sel, zat aktif akan larut dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di
luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut terjadi
dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dindig sel.
Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsetrasinya tinggi akan
11
mengestrak sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih
2) Keuntungan Maserasi
3) Kerugian Maserasi
1. Pemgertian Gel
cocok dan dikenal sebagai gelling agent (Allen dkk, 2005). Gel
12
sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Ulviani
a. Jenis gel
1) Hydrogel
polimer akan terasa lengket dan sobek pada kulit. Oleh karena
13
itu harus berhati-hati dalam memilih dan menilai kebutuhan
2) Lipogel
91)
2. Sifat gel
14
BAB III
METODE PENELITIAN
gelas, labu ukur, Lumpang dan stamper, pipet volume, pipet tetes, batang
seperangkat maserasi.
1. Populasi
15
2. Sampel
1. Pengolahan Sampel
kemudian di lakukan sortasi basah dan sortasi kering lalu dipotong kecil-kecil
kemudian di jemur pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung atau
2017)
menggunakan pelarut sesuai, bila tidak dinyatakan lain gunakan etanol 96%.
bagian pelarut. Rendam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian
kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Kumpulkan
16
Propilen glikol 2%
Triethanolamin 1,2 %
Gliserol 34,2 %
Dimetikon copoliol 2,3 %
Aquadest 59,8
mf. Gelly
s.u.e
b. Rancangan Formula
b. Pembuatan Gel
paraben yang sebelumnya telah dilarutkan dengan air suling panas suhu 90°C,
17
c. Uji Mutu Fisik Gel
Uji Organoleptis
perubahan pada bentuk fisik (tekstur), bau (tengik atau tidak), dan warna
(dari sampel) pada sediaan krim dilakukan pengamatan dua hari sekali
Uji Homogenitas
caranya: sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada objek gelas atau
Uji pH
kali pada saat sediaan selesai dibuat. Gel sebaiknya memiliki pH yang
sesuai dengan pH kulit, yaitu 4,6-7 karena jika gel memiliki pH yang terlalu
18
Uji daya menyebar. Ditimbang 0,5 gram gel, diletakkan di tengah
cawan petri yang berada dalam posisi terbalik. Diletakkan cawan petri
yang lain diatas gel, dibiarkan 1 menit. Diukur diameter gel yang
untuk setiap gel yang diperiksa. Persyaratannya uji daya sebar untuk
Daya lekat gel diuji dengan cara meletakkan gel secukupnya di atas kaca
objek yang telah ditentukan luasnya. Kemudian diletakan kaca objek yang
sebesar 1 kg selama 5 menit. Kaca objek diletakan pada alat uji. Alat uji
berupa beban yang digantungkan pada salah satu kaca objek. Waktu dicatat
setelah kedua kaca objek terlepas. Daya lekat dari sediaan semipadat adalah
Uji Viskositas
dilihat berapa skala yang ditunjukan dengan mengamati jarum merah saat
19
E. Defenisi Operasional
demikian penjelasan mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut yang
sesuai.
2. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat
G. Teknik Analisis
20
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., Allen, L.V., and Popovich N.G., 2011, Ansel’s Pharmaceutical
Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 9th Ed., Lippincott William &
Wilkins Health, Wolters Kluwer Bussines, Philadelphia, 276-298.
Biren, N.S., Nayak, B.S, Bhatt,S.P, Jalalpure.,S.S., Seth., A.K. 2007. The Anti-
Inflamatory Activity of The Leaves of Colocasia esculenta. SPJ,Vol. 15. 3-
4.
Bryan, A.W. 2014. Potensi Ekstrak Etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia
esculenta [L]) Sebagai Alternatif Obat Luka Pada Kulit Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). FMIPA UNSRAT. Manado.
Depkes RI, 1997, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Vol. II, 117-121,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dewi Kartika, 2017. Evaluasi Fisika-Kimia Dan Penyembuhan Luka Sayat salep
Ekstrak Etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta L.) Basis
Vaselin Album-Adeps Lanae. Universitas Wahid Hasyim Semarang.
21
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Singla, A. K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulations and Pharmacology, vol. 7 (33), 2333-2340.
Hernani, M.Y., 2012, Formulasi Salep Ekstrak Air Tokek Gekko gecko L Untuk
Penyembuhan Luka, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim
Semarang.
Lachman, L., Lieberman, H.A.,and Kanig, J.L., 1994, Semi Padat, Teori dan
Praktek Farmasi Industri, Edisi III, diterjemahkan oleh Suyatmi S.,
Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1091-1095.
Lorenz, H.P., and Longaker, M.T., 2009, Surgery Basic Science and Clinical
Evidence, 2 Ed., 191-298, Springer Sciene Bussines Media L. L, C.
Sabale, P., Bhimani, B., Prajapati, C., and Sabale, V., 2012, An Overview of
Medicinal Plants as Wound Healers, Journal of Applied Pharmaceutical
Science, vol. 2 (11), 143-150.
22
Syahrir, Aniswati dan Bakri, Ardiansyah Razak, “Sulawesi Selatan Ekspor Talas
ke Jepang,” Tempo Interaktif-Makassar, 2011
Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani
Noerono Soewandhi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 69.
Wijaya, B.A., Citraningtyas, G., dan Wehantouw, F., 2014, Potensi Ekstrak
Etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia Esculenta [L]) Sebagai Alternatif
Obat Luka Pada KulitKelinci (Oryctolagus Cuniculus), PHARMACON,
Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3.
-Dicuci bersih
-Dipotong kecil-kecil
-Dikeringkan
-Diserbukkan
Simplisia
Ekstrak Cair
Evaporasi
Ekstrak Kental
Formulasi
23
Formula I Formula II Formula III Formula IV
Gambar 1 : Skema Kerja Formulasi Dan Uji Mutu Fisik Sediaan Gel Ekstrak
Tangkai Daun Talas (Colocasia esulenta L. Schott)
PROPOSAL
ABDUL RIZAL
24
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2020
25