Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya sediaan obat luka disiapkan dalam bentuk cair atau

setengah padat. Bentuk sediaan setengah padat seperti salep, krim, dan gel

menjadi pilihan untuk efek penyembuhan yang lebih baik karena memungkinkan

waktu kontak obat yang lebih panjang dan melindungi luka dari kontaminasi

lingkungan luar. Dalam pertimbangan bahwa sediaan obat luka dalam bentuk gel

memberi kenyamanan pasien pada pengobatan luka, karena kandungan airnya

yang tinggi dapat meredam inflamasi dan rasa panas. Dari sisi formulasi, sediaan

gel lebih stabil, homogenitasnya tinggi dan viskositasnya mudah diatur. Untuk

mendapatkan sediaan gel dengan stabilitas fisik yang baik dalam penyimpanan

serta efek penyembuhan yang efektif, maka perlu ditentukan konsentrasi bahan

aktif dan bahan pembentuk gel yang tepat.

Pada pembuatan gel, komponen yang terdapat didalamnya terdiri dari

bahan aktif, gelling agent, dan bahan tambahan lainnya. Gelling agent merupakan

komponen yang akan memberikan sifat kental dan gel yang diinginkan. Beberapa

bahan gelling agent yang sering digunakan antara lain yaitu akasia, asam alginat,

carbopol, gelatin, Na CMC, HPMC, metil selulosa, xanthan gum dan tragancant.

Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) dipilih sebagai bahan gelling agent

dikarenakan berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh Hasyim, Faradiba, dan

Baharuddin (2011) menyatakan bahwa penggunaan HPMC sebagai gelling agent

memiliki kestabilan fisik paling optimal pada sediaan gel bila dibandingkan

1
dengan gelling agent carbopol 934. Menurut Dabbagh, Ameri and Honarmand

(2007) penggunaan HPMC sebagai gelling agent pada sediaan gel rektal

memberikan stabilitas yang baik pada parameter pH, kandungan obat dan

viskositas. HPMC dapat membentuk gel yang jernih dan bersifat netral

dibandingkan dengan gelling agent yang lain, selain itu meskipun disimpan dalam

jangka waktu lama pada suhu ruang HPMC memberikan stabilitas kekentalan

yang baik dan tidak mengiritasi (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).

Basis gel merupakan bahan utama dalam formulasi sediaan gel. Ada

berbagai macam basis gel yang dapat digunakan, baik dari alam, semi sintetis

maupun sintetis. Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) adalah salah satu polimer

semi sintetis. HPMC termasuk derivat dari selulosa yang merupakan eter propilen

glikol dari metilselulosa (Depkes RI, 1997). Jika dibandingkan dengan

metilselulosa, HPMC menghasilkan produk yang lebih jernih. Selain digunakan

secara luas sebagai bahan pembawa dalam formulasi farmasetik oral dan topikal,

senyawa ini juga digunakan secara luas dalam produk kosmetik dan makanan.

HPMC secara umum dikenal sebagai bahan yang tidak toksik dan tidak

mengiritasi, meskipun konsumsi yang berlebih secara oral mungkin dapat

memberikan efek laksatif (Harwood, 2006).

Penyembuhan luka dapat menggunakan bahan sintetis atau alam. Tangkai

daun talas dapat digunakan sebagai alternatif obat luka dari bahan alam, ekstrak

etanol tangkai daun talas mengandung flavonoid, terpenoid, saponin, tanin,

alkaloid, yang mampu menyembuhkan luka (Wijaya dkk, 2014).

2
Kelima kandungan senyawa tersebut memiliki peran masing-masing

dalam penyembuhan luka sayat, diantaranya tanin berperan pada fase proliferasi

yang dapat mempercepat terbentuknya kolagen dan berkaitan dengan sifat

adstringen yang dapat menyebabkan penyempitan pori-pori kulit, menghentikan

eksudat, dan pendarahan ringan, sehingga mampu menutupi luka serta

mempercepat penyembuhan luka. Flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin

bersifat sebagai antibakteri dan antiseptik yang berfungsi membunuh kuman atau

mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa timbul pada luka, sehingga

luka tidak mengalami infeksi lebih berat (Robinson, 1995).

Penggunaan ekstrak kental secara langsung kurang praktis dan tidak

optimal, oleh karena itu akan lebih mudah dan nyaman digunakan bila

diformulasikan dalam bentuk sediaan yang dapat menempel pada permukaan kulit

dalam waktu yang lama, karena penyembuhan luka memerlukan proses dan

bersifat oklusif sehingga efektif menyembuhkan luka, salah satu sediaan semisolid

yang dapat digunakan untuk luka adalah bentuk gel (Hernani dkk, 2012).

Sediaan semipadat digunakan pada kulit berfungsi sebagai pembawa

untuk obat-obat topikal, sebagai pelunak kulit atau sebagai pelindung (Lachman

and Lieberman, 1994).

Menurut penelitian Bryan A.W, dkk (2014) mengenai potensi ekstrak

etanol tangkai daun talas (Colocasia esculenta L.) sebagai alternatif obat luka

pada kulit kelinci (Oryctolagus cuniculus). Didapatkan hasil pada konsentrasi

0,2g ekstrak Tangkai Daun Talas berpotensi sebagai alternatif obat luka sayatan

karena telah menunjukkan aktivitas penyembuhan luka pada kulit kelinci

3
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Formulasi dan uji mutu fisik sediaan gel dari ekstrak etanol tangkai

daun talas.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dibuat

rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh optimasi gelling agent HPMC

terhadap mutu fisik gel ekstrak etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta

L. Schott)

B. Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh optimasi gelling agent HPMC terhadap mutu fisik

sediaan gel ekstrak etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta L. Schott)

C. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan data

ilmiah mengenai sediaan gel ekstrak etanol Tangkai Daun Talas serta sebagai

acuan penelitian selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta L. Schott)

Di Indonesia, dikenal lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat, namun ± 1.000

jenis tumbuhan yang baru terdata dan yang dimanfaatkan hanya ± 300 sebagai

obat tradisional (Wehantouw et al., 2011). Bahan obat tradisional baik yang

berasal dari hewan maupun dari tumbuhan banyak digunakan untuk mengatasi

berbagai masalah kesehatan sejak zaman dahulu. Pengobatan dengan obat

tradisional tersebut merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan

dasar masyarakat dibidang kesehatan (Dalimartha, 2005). Salah satu tanaman

berkhasiat obat yang digunakan oleh masyarakat untuk menyembuhkan berbagai

macam penyakit seperti radang kulit bernanah, bisul, berak darah, tersiram air

panas, gatal-gatal, diare, pembalut luka baru dan sebagai alternatif obat luka yaitu

tanaman Talas (Dalimartha, 2006).

Wilayah Indonesia yang disebut sentra produksi talas yaitu Bogor, Malang,

Kepulauan Mentawai, Lampung, Sulawesi (Selatan dan Utara) dan Papua

(Rukmana, 1997). Talas di Sulawesi Selatan terus dikembangkan. Daerah

pengembangan talas Sulawesi Selatan berpusat di Kabupaten Jeneponto,

Bantaeng, Luwu dan Pinrang.

FAO (2006) menyatakan bahwa produksi talas di seluruh dunia mencapai

170.000 ton dengan total area penanaman diperkirakan seluas 31,000 ha. Data

FAO pada tahun 2003 menyatakan produksi talas mencapai 9.22 juta ton dari area

seluas 1.57 juta ha yang meliputi daerah Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik,

5
Hawai, Afrika, India Selatan dan Amerika Selatan. Jumlah produksi talas

Sulawesi Selatan yang disebutkan oleh kepala seksi kacang-kacangan dan umbi-

umbian bidang produksi tanaman pangan dinas pertanian Sulawesi Selatan

mencapai 2000 ton (Syahrir dan Bakri, 2011).

Talas merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas berasal dari

daerah sekitar India dan Indonesia, kemudian menyebar hingga ke China, Jepang

dan beberapa pulau di Samudra Pasifik, selanjutnya terbawa oleh migrasi

penduduk (Koswara, 2016). Talas yang banyak dijumpai di Kota Makassar adalah

Colocasia esculenta. Talas ini memiliki banyak varietas yang tersebar di beberapa

wilayah Indonesia.

1. Klasifikasi

Talas diklasifikasikan sebagai tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan

biji tertutup (Angiospermae) dan berkeping satu (Koswara, 2016). Menurut

Rukmana (1997) .klasifikasi tanaman talas sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

6
Bangsa : Arales

Suku : Araceae

Marga : Colocasia

Jenis : Colocasia esculenta L Schott

2. Morfologi

Tangkai daun berukuran panjang 20 cm – 30 cm, bentuknya buat, dan

berwarna variansi antara hijau, hitam, atau hijau keputih-putihan, tergantung

pada varietas atau kultivarnya. Tangkai daun tumbuh tegak sampai miring

menopang daun tunggal. Daunnya berbentuk perisai atau hati, berwarna hijau

tua atau hijau muda, dan permukaan daun tertutup lapisan lilin. Panjang

lembaran daunnya 20-50 cm dengan panjang tangkainya mencapai 1 m, dan

warna pelepah bermacam-macam. 1 (Ekowati, dkk., 2015).

Tanaman Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun yang

termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), dari keseluruhan bagian

tanaman Talas diduga dapat berfungsi sebagai alternatif obat luka, pada

bagian tangkai daun tanaman Talas yang sering digunakan sebagai pembalut

luka baru atau sebagai alternatif obat luka (Dalimartha, 2006). Tanaman Talas

diduga memiliki kandungan yang diantaranya yaitu flavonoid dan saponin

(Biren et al., 2007)

3. Kandungan Kimia

Tanaman talas diduga memiliki kandungan yang diantaranya yaitu

flavonoid dan saponin (Biren et al., 2007). Flavonoid merupakan senyawa

polifenol yang memiliki fungsi sebagai senyawa antibakteri dengan cara

7
membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang

mengganggu integritas membran sel bakteri. Flavonoid merupakan senyawa

fenol yang dapat bersifat koagulator protein (Dwidjoseputro, 1994). Saponin

mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi, sehingga membantu

dalam proses penyembuhan luka (Faure, 2002).

Talas juga memiliki manfaat bagi kesehatan diantaranya dapat

menyehatkan jantung. Membantu menstabilkan dan menurunkan tekanan

darah, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi kelelahan dan dapat

berfungsi sebagai anti-aging. (Annisa, 2015).

Beberapa hasil penelitian melaporkan talas mengandung senyawa aktif

berupa fenolik, tanin, flavonoid, saponin hingga selulosa yang berperan

sebagai antioksidan, antiseptik, antibakteri dan antiinflamasi (Alcantara et al.,

2013)

4. Khasiat

Tangkai daun talas dapat digunakan sebagai alternatif obat luka dari

bahan alam, ekstrak etanol tangkai daun talas mengandung flavonoid,

terpenoid, saponin, tanin, alkaloid, yang mampu menyembuhkan luka

(Wijaya dkk, 2014).

Kelima kandungan senyawa tersebut memiliki peran masing-masing

dalam penyembuhan luka sayat, diantaranya tanin berperan pada fase

proliferasi yang dapat mempercepat terbentuknya kolagen dan berkaitan

dengan sifat adstringen yang dapat menyebabkan penyempitan pori-pori kulit,

menghentikan eksudat, dan pendarahan ringan, sehingga mampu menutupi

8
luka serta mempercepat penyembuhan luka. Flavonoid, alkaloid, terpenoid

dan saponin bersifat sebagai antibakteri dan antiseptik yang berfungsi

membunuh kuman atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa

timbul pada luka, sehingga luka tidak mengalami infeksi lebih berat

(Robinson, 1995).

B. Ekstraksi dengan Metode Maserasi

1. Uraian Ekstraksi

a. Definisi

Ekstarksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang

dinginkan larut. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif baik dari simplisia nabati maupun simplisia

hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir

semua pelarut diuapkan sehingga diperoleh ekstrak yang dikehendaki.

Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan adalah maserasi,

perkolasi, dan sokhletasi (Depkes RI., 2000).

b. Tujuan

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang

terdapat dalam simplisia.Ekstrak ini didasarkan pada perpindahan masa

komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi

pada lapisan antar muka, kemudian terdifusi masuk kedalam pelarut

(Ansel. 1989).

9
c. Jenis Ekstraksi

1) Ekstraksi Secara Dingin

a) Maserasi

b) Perkolasi

2) Ekstraksi Secara Panas

a) Soxhletasi

b) Refluks

c) Infusa

d) Dedok

e) Destilasi

2. Metode Maserasi

Metode maserasi (macerase = mengairi, melunakkan) adalah cara

ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai

dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau serbuk kasar)

disatukan dengan bahan pengekstraksi.Selanjutnya rendaman tersebut

disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis

cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali (R.Voigt, 1995).Metode

maserasi digunakan untuk komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks, dan lilin. Maserasi pada

umumnya dilakukan dengan cara 1 bagian simplisia dengan halus,

ditambahkan dengan 10 bagian penyari dan dibiarkan selama 5 hari

(Kemenkes., 2017).

10
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi

karena merupakan cara penyarian yang sederhana dan murah. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.

Prinsip kerja ekstraksi maserasi yaitu cairan penyari akan menembus dinding

sel dan masuk ke dalam rongga sel, zat aktif akan larut dan karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di

luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut terjadi

secara berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di

luar sel dan di dalam sel (Depkes RI., 2000).

1) Prinsip Kerja Maserasi

Prinsip dari ekstraksi maserasi adalah penyarian zat aktif

yangdilakukan dengan cara merendam serbuk dalam caira penyari yang

sesuai selama sehari atau beberapa pada temperatur kamar terlindungi

dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dindig sel.

Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di

dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsetrasinya tinggi akan

terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi

rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berlangsung sampai terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Selama proses maserasi dilakukan pengaduk dan penggantian cairan

penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan. Keuntungan dari metode ini ialah peralatannya yang

sederhana, sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk

11
mengestrak sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih

banyk, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai

tekstur keras seperti benzoin, tiraks, dan lilin (Simanjuntak, 2008)

2) Keuntungan Maserasi

Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana (Tiwari, dkk., 2011).

3) Kerugian Maserasi

Yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan pelarut yang banyak

dan penyarian kurang sempurna (Tiwari, dkk., 2011).

C. Tinjauan Umum Gel

1. Pemgertian Gel

Gel merupakan salah satu sediaan semisolid yang memiliki

penampilan jernih dan dapat digunakan secara topikal, terdiri dari

suatu suspensi partikel organik dan anorganik yang saling

berikatan dan terpenetrasi oleh cairan yang dapat mengandung

satu ataupun lebih zat aktif pada substansi hidrokoloidal yang

cocok dan dikenal sebagai gelling agent (Allen dkk, 2005). Gel

lebih berpotensial untuk dijadikan sebagai pembawa obat topikal

dibandingkan dengan sediaan salep karena gel memiliki

karakteristik yang tidak lengket, memiliki daya sebar yang baik

diantara sediaan topikal lainnya sehingga lebih mudah untuk

dioleskan pada daerah luka. Memiliki komponen penyusun yang

sebagian besarnya adalah air, 24 sehingga penggunaan gel

memudahkan pelepasan zat aktif dari sediaan gel ke dalam luka

12
sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Ulviani

dkk, 2016). Selain itu gel sangat cocok digunakan untuk

pengobatan topikal karena memberikan sensasi rasa yang dingin

dikulit saat digunakan, mudah mengering serta membentuk

lapisan film yang mudah dicuci (Allen dkk, 2005).

Gel murni memiliki karakteristik yang transparan dan jernih atau

opalesan. Transparannya disebabkan karena seluruh

komponennya terlarut dalam bentuk koloid. Sifat transparan ini

adalah karakter spesifik sediaan gel (Isriany Ismail, 2013: 89).

Saat ini, gel dijadikan basis untuk beberapa formula kompleks

seperti; penambahan partikel padat, sehingga menjadi suatu

sistem suspensi yang stabil dan penambahan senyawa lemak dan

berminyak, menghasilkan dispersi hidrolipid atau quasi-emulsi.

a. Jenis gel

1) Hydrogel

Sistem hydrogel adalah gel hidrofilik yang mengandung 85-95%

air atau campuran alkohol-air serta bahan pembentuk gel (gelling

agent). Bahan pembentuk 24 hydrogel gel yang umumnya

merupakan senyawa polimer seperti asam poliakrilat (carbopol),

Natrium Carboksi Metil Celulosa (NaCMC), non ionik ester

selulosa. Sistem harus menggunakan pengawet. Jika dalam

formula sediaan hydrogel menggunakan bahan pengental yang

tidak sesuai, maka setelah terjadinya penguapan pelarut, sisa

polimer akan terasa lengket dan sobek pada kulit. Oleh karena

13
itu harus berhati-hati dalam memilih dan menilai kebutuhan

bahan tambahan yang di sarankan (Isriany Ismail, 2013: 89-90).

2) Lipogel

Lipogel atau oleogel dihasilkan melalui penambahan bahan

pengental yang sesuai dan larut dalam minyak atau cairan

lemak. Silika koloidal dapat digunakan untuk membentuk tipe

lipogel istimewa dengan basis silikon (Isriany Ismail, 2013: 90-

91)

2. Sifat gel

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan adalah beaker gelas, cawan porselin, corong

gelas, labu ukur, Lumpang dan stamper, pipet volume, pipet tetes, batang

pengaduk, sendok tanduk, pengorek, gelas ukur, rotavafor, timbangan analitik,

seperangkat maserasi.

2. Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak Tangkai Daun Talas

(Colocasia esculenta L. Schott), HPMC, Propilenglikol, metilparaben,

trietanolamin, aquadest, Ethanol 96%, handskun steril, masker, kapas, tissue,

alumunium foil, kertas perkamen.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2020 sampai selesai di

Laboratorium Tekhnologi Sediaan Farmasi dan Laboratorium Farmakologi

Universitas Pancasakti, Makassar

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daun Talas

(Colocasia esculenta L. Shott)

15
2. Sampel

Tangkai Daun Talas yang diamati dalam sediaan gel

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengolahan Sampel

Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta) yang telah diambil, di

bersihkan dari kotoran yang melekat dengan menggunakan air mengalir,

kemudian di lakukan sortasi basah dan sortasi kering lalu dipotong kecil-kecil

kemudian di jemur pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung atau

diangin-anginkan. Setelah itu sampel diserbukan menggunakan mesin penyerbuk

hingga menjadi serbuk.

2. Pembuatan Ekstrak Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta) (FHI,

2017)

Buat ekstrak dari serbuk kering simplisia dengan cara maserasi

menggunakan pelarut sesuai, bila tidak dinyatakan lain gunakan etanol 96%.

Masukkan satu bagian serbuk simplisia kering ke dalam maserator, tambahkan 10

bagian pelarut. Rendam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian

diamkan selama 18 jam. Pisahkan maserat. Ulangi proses penyarian sekurang-

kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Kumpulkan

semua maserat, uapkan dengan rotavapor.

3. Pembuatan Gel Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta L. Schott)

a. Master Formula (Allen, Popovich dalam Ansel, 2011)

R/ Carbopol 934 P 0,5 %

16
Propilen glikol 2%
Triethanolamin 1,2 %
Gliserol 34,2 %
Dimetikon copoliol 2,3 %
Aquadest 59,8
mf. Gelly
s.u.e

b. Rancangan Formula

Bahan Formula (gram) Kegunaan Syarat

Ekstrak Tangkai 10 10 10 Zat Aktif 0,2 %


Daun Talas
HPMC 1,5 2,5 3 Gelling agent 0,5 – 3 %
Propilenglikol 10 10 10 Humektan 5 – 30 %
TEA 2 2 2 Pengalkali 2–4%
Metil Paraben 0,2 0,2 0,2 Pengawet 0,02 – 0,3 %
Aquadest hingga 50 50 50 Pelarut hingga 50 ml

b. Pembuatan Gel

Sediaan gel dengan basis HPMC dikerjakan dengan cara HPMC

dikembangkan dalam air suling di gelas piala, didiamkan hingga mengembang.

Kemudian ditambahkan TEA lalu dihomogenkan. Selanjutnya ditambahkan metil

paraben yang sebelumnya telah dilarutkan dengan air suling panas suhu 90°C,

diaduk hingga homogen. Ekstrak Tangkai Daun Talas dicampur dengan

propilenglikol, dicampur kedalam basis, dihomogenkan. Ditambahkan sisa air ke

dalam basis, dan homogenkan kembali.

17
c. Uji Mutu Fisik Gel

Adapun jenis pengujian stabilitas fisik gel yaitu sebagai berikut :

 Uji Organoleptis

Uji oraganoleptik dilakukan dengan cara mengamati perubahan-

perubahan pada bentuk fisik (tekstur), bau (tengik atau tidak), dan warna

(dari sampel) pada sediaan krim dilakukan pengamatan dua hari sekali

selama 10 hari (SNI,1996)

 Uji Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas

caranya: sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada objek gelas atau

bahan transparan lainnya yang cocok, sediaan harus menunjukan susunan

yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (SNI,1996)

 Uji pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Sebanyak 0,5 gram gel diencerkan dengan 5 ml aquadest, kemudian pH

universal dicelupkan selama 1 menit. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga

kali pada saat sediaan selesai dibuat. Gel sebaiknya memiliki pH yang

sesuai dengan pH kulit, yaitu 4,6-7 karena jika gel memiliki pH yang terlalu

basa maka akan menyebabkan kulit menjadi bersisik, sedangkan jika pH

terlalu asam maka akan terjadi iritasi pada kulit (SNI,1996)

 Uji Daya Sebar

18
Uji daya menyebar. Ditimbang 0,5 gram gel, diletakkan di tengah

cawan petri yang berada dalam posisi terbalik. Diletakkan cawan petri

yang lain diatas gel, dibiarkan 1 menit. Diukur diameter gel yang

menyebar. Ditambahkan 50 gram beban tambahan, didiamkan 1 menit.

Dicatat diameter gel yang menyebar. Diulangi masing-masing 3 kali

untuk setiap gel yang diperiksa. Persyaratannya uji daya sebar untuk

sediaan topikal adalah 5- 7 cm. (SNI,1996).

 Uji Daya Lekat

Daya lekat gel diuji dengan cara meletakkan gel secukupnya di atas kaca

objek yang telah ditentukan luasnya. Kemudian diletakan kaca objek yang

lain di atas sediaan tersebut.Kaca objek tersebut kemudian diberi beban

sebesar 1 kg selama 5 menit. Kaca objek diletakan pada alat uji. Alat uji

berupa beban yang digantungkan pada salah satu kaca objek. Waktu dicatat

setelah kedua kaca objek terlepas. Daya lekat dari sediaan semipadat adalah

lebih dari 4 detik (SNI,1996).

 Uji Viskositas

Pengukuran viskositas dengan menggunakan Viscometer Brookfield tipe

RV menggunakan spindle nomor 5. Gel dimasukan kedalam beaker glass,

kemudian spindle dicelupkan kedalam gel. Kecepatan alat dipasang pada

kecepatan beragam yaitu 0,5; 2; 4; 10; 20 rpm dan kemudian

dibalik 20; 10; 4; 2; 0,5 rpm. Selanjutnya viscometer dinyalakan dan

dilihat berapa skala yang ditunjukan dengan mengamati jarum merah saat

posisinya stabil. (SNI,1996)

19
E. Defenisi Operasional

Pada penelitian ini digunakan beberapa istilah, agar tidak terjadi

kekeliruan penafsiran pembaca terhadap variabel-variabel dalam judul. Dengan

demikian penjelasan mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Eksrak merupakan suatu sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut yang

sesuai.

2. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu

disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar dan saling diserapi cairan.

3. Mutu fisik merupakan kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat

dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat

dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode dan penggunaan.

4. Gelling agent adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk gel

G. Teknik Analisis

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS 25

20
DAFTAR PUSTAKA

Alcantara RM, WA Hurtada, EI Dizon. 2013. The Nutritional Value and


Phytochemical Components of Taro (Colocasia esculenta (L.) Schoot)
Powder and its Selected Processed Foods. Journal of Nutrition Food
Science. 3(3). 1-7.

Allen, L.V., 2002, The Art Science and Technology of Pharmaceutical


Coumpounding, 2nd Ed., American Pharmaceutical Assosiation,
Wangshinton D. C. 277-299.

Annisa, Zhafira, “Ebook Umbi Talas”, www. Academiedu. com, 2015.

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV diterjemahkan


oleh Farida Ibrahim, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 490-492,
502508.

Ansel, H.C., Allen, L.V., and Popovich N.G., 2011, Ansel’s Pharmaceutical
Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 9th Ed., Lippincott William &
Wilkins Health, Wolters Kluwer Bussines, Philadelphia, 276-298.

Biren, N.S., Nayak, B.S, Bhatt,S.P, Jalalpure.,S.S., Seth., A.K. 2007. The Anti-
Inflamatory Activity of The Leaves of Colocasia esculenta. SPJ,Vol. 15. 3-
4.

Bryan, A.W. 2014. Potensi Ekstrak Etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia
esculenta [L]) Sebagai Alternatif Obat Luka Pada Kulit Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). FMIPA UNSRAT. Manado.

Dalimartha, S. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya :


Jakarta.

Dalimartha, S, 2006, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4, Puspa Swara:


Jakarta. 94.

Depkes RI, 1997, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Vol. II, 117-121,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dewi Kartika, 2017. Evaluasi Fisika-Kimia Dan Penyembuhan Luka Sayat salep
Ekstrak Etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta L.) Basis
Vaselin Album-Adeps Lanae. Universitas Wahid Hasyim Semarang.

21
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.

Ekowati Gustini, dkk., “Sumber Glukomanan dari Edible Araceae Di Jawa


Timur”, J-PAL 6 no. 1 (ISSN: 2087-3522 dan E-ISSN: 2338-1671), 2015.

FAO. The Future of Taro. http://fao.org/docrep/009/a0800e/a0800e00.htm.


Tanggal akses 13 Februari 2017.

Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Singla, A. K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulations and Pharmacology, vol. 7 (33), 2333-2340.

Harbone, J.B. 1973, Pytochemical Methods, Chapmana and Hall, London.

Hamid Hussain, dkk. 2014. Formulation and evaluation of gel-loaded


microsponges of diclofenac sodium for topical delivery. The Pharma
Innovation Journal 3(10): 58-63

Hernani, M.Y., 2012, Formulasi Salep Ekstrak Air Tokek Gekko gecko L Untuk
Penyembuhan Luka, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim
Semarang.

Koswara, S. Ebook Pangan.com. Teknologi Modifikasi Pati. Diakses tanggal 18


Maret 201, 2016.

Lachman, L., Lieberman, H.A.,and Kanig, J.L., 1994, Semi Padat, Teori dan
Praktek Farmasi Industri, Edisi III, diterjemahkan oleh Suyatmi S.,
Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1091-1095.

Lorenz, H.P., and Longaker, M.T., 2009, Surgery Basic Science and Clinical
Evidence, 2 Ed., 191-298, Springer Sciene Bussines Media L. L, C.

Faure, D. 2002. The family-3 glycoside hydrolises: from housekeeping function to


host-microbe interction. Appled and Environmental Microbiology
64(4):1485-1490.

Robinson,T.1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB, Bandung,


132-6.

Rukmana. Budidaya Talas. Kanisius: Yogyakarta. 1997.

Sabale, P., Bhimani, B., Prajapati, C., and Sabale, V., 2012, An Overview of
Medicinal Plants as Wound Healers, Journal of Applied Pharmaceutical
Science, vol. 2 (11), 143-150.

Trenggono, RI., dan F. Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. PT. Gramedia, Jakarta.

22
Syahrir, Aniswati dan Bakri, Ardiansyah Razak, “Sulawesi Selatan Ekspor Talas
ke Jepang,” Tempo Interaktif-Makassar, 2011

Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani
Noerono Soewandhi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 69.

Wehantouw, F.S., Manurung, S., Manurung., E. Suryanto. 2011. Aktivitas


Antihiperglikemik Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Pada
Tikus Yang Diinduksi Sukrosa. Chem. Prog. 4:89-96.

Wijaya, B.A., Citraningtyas, G., dan Wehantouw, F., 2014, Potensi Ekstrak
Etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia Esculenta [L]) Sebagai Alternatif
Obat Luka Pada KulitKelinci (Oryctolagus Cuniculus), PHARMACON,
Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3.

Tangkai Daun Talas


(Colocasia esculenta L. chott)

-Dicuci bersih
-Dipotong kecil-kecil
-Dikeringkan
-Diserbukkan

Simplisia

Maserasi dengan etanol 96%

Ekstrak Cair

Evaporasi

Ekstrak Kental

Formulasi

23
Formula I Formula II Formula III Formula IV

Evaluasi sediaan Gel


Ekstrak Tangkai Daun Talas

Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian


Organoleptis Homogenitas pH Viskositas Daya Sebar

Analisis Data dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1 : Skema Kerja Formulasi Dan Uji Mutu Fisik Sediaan Gel Ekstrak
Tangkai Daun Talas (Colocasia esulenta L. Schott)
PROPOSAL

FORMULASI DAN UJI MUTU FISIK SEDIAAN GEL EKSTRAK

TANGKAI DAUN TALAS (Colocasia esulenta L. Schott)

ABDUL RIZAL

514 18 011 166

24
PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSAR

2020

25

Anda mungkin juga menyukai