Tabel 1 menunjukkan bahwa dari total 73 kasus asfiksia, jumlah kasus terbanyak
adalah gantung diri (71,23%), diikuti tenggelam (20,54%). Hanya 6,84% kasus MS dan
1,36% kasus LS yang berkontribusi pada kematian akibat asfiksia. Tabel 2 menunjukkan
bahwa dari total 58 kasus kematian akibat asfiksia akibat penyempitan leher, 89,65% kasus
adalah akibat gantung diri, 8,62% kasus MS dan 1,72% kasus LS.
Tabel 5 menunjukkan bahwa kain digunakan dalam jumlah kasus terbanyak (28)
diikuti tali (19) dan dalam 4 kasus dari sifat bahan pengikat yang tidak diketahui. Tabel 6
menunjukkan bahwa dalam 43,39% kasus, simpul terletak di sisi kanan leher dan 41,50%
kasus di sisi kiri leher. Lokasi khas dari simpul hanya terlihat pada 6 kasus (11,32%). Tabel 7
menunjukkan bahwa persentase gantung atipikal lebih banyak dibandingkan dengan tipe
tipikal. Tabel 8 menunjukkan bahwa tanda pengikat saat gantung muncul pada tingkat
kartilago tiroid pada 25 (48,07%) kasus, di atas tingkat kartilago tiroid pada 26 (50%) kasus,
dan pada 1 (1,92%) kasus, tanda pengikat hadir di bawah tingkat kartilago tiroid
Table 1. Distribusi kasus dari asfiksia
Tabel 8. Distribusi posisi tanda pengikat yang kaitannya dengan tulang rawan tiroid
Tabel 16 menunjukkan bahwa kejadian fraktur tulang hyoid dan tulang rawan tiroid
lebih umum dibandingkan untuk temuan lain. Robekan intimal ditemukan pada 3 kasus
(5,17%). Fraktur tulang rawan krikoid tidak terlihat bahkan dalam satu kasus. laringohyoid
retak kompleks menyumbang 9 (15,51%) kasus dari 58 kasus asfiksia.
Tabel 18 menunjukkan bahwa patah tulang hyoid terjadi di semua kasus strangulasi.
Pada kasus MS, 3 (60%) dari 5 kasus menunjukkan adanya fraktur tulang hyoid, dan semua
kasus LS menunjukkan temuan ini. Itu hadir hanya dalam satu kasus (1,92%) dari gantung.
Tabel 19 menunjukkan bahwa rekahan pada kedua kornua besar sisi kanan dan kiri terlihat
pada 2 (50%) kasus MS. Fraktur cornu kiri yang lebih besar terlihat pada 2 (50%) kasus, satu
di MS, dan satu di LS. Fraktur cornu kanan lebih besar terlihat dalam 1 kasus gantung diri.
Tabel 20 menunjukkan bahwa ditemukan fraktur kartilago tiroid di 6,89% dari semua kasus.
Itu terbukti pada 20% kasus MS dan 3,84% kasus gantung diri. Fraktur kartilago tiroid hadir
dalam satu kasus LS. Tabel 21 menunjukkan bahwa fraktur kartilago tiroid terlihat pada
kasus maksimum di ujung atas (Laringeal prominance) kartilago tiroid di garis tengah,
diikuti oleh ujung bawah tulang rawan tiroid di garis tengah.
Tabel 11. Distribusi kasus gantung berdasarkan terdapatnya noda air liur
MS 5 5 100
LS 1 0 0
Total 58 8 13.79
MS 5 3 60
LS 1 1 100
Total 58 5 8.62
Tabel 19. Tempat terjadinya fraktur tulang hyoid
MS 5 1 20
LS 1 1 100
Total 58 4 6.89
Tabel 22 menunjukkan adanya robekan intimal pada 5,17 % total kasus, yang terlihat
pada 20% kasus MS dan 3,84% kasus gantung. Tabel 23 menunjukkan bahwa robekan
intimal terlihat pada 2 kasus gantung. Dalam satu kasus gantung, terletak di CCA kanan dan
dalam kasus lain di kedua ICA. Dalam satu kasus MS, robekan hadir di kedua arteri karotis
internal. Tidak ada cedera yang dicatat di kelenjar getah bening cervikal, kelenjar
submandibular, serta kelenjar tiroid dan paratiroid. Tidak ada temuan khusus yang dicatat
pada vena jugularis (internal dan eksternal), saraf vagus, dan frenikus