Anda di halaman 1dari 30

Antibiotik Golongan Beta Lactam

PENDAHULUAN

Antibiotik golongan β-lactam merupakan obat anti mikrobial yang sangatlah berguna
dan sangat sering diresepkan yang memiliki persamaan struktur dan mekanisme kerja, yaitu
menghambat sintesis peptidoglycan pada dinding bakteri. Merupakan grup Antibiotik yang
terdiri beberapa sub grup yaitu Penicillin yang sangat aktif terutama terhadap kokus gram
positif, penghambat β-Lactamase (β-Lactamase inhibitor) seperti asam clavulanat yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan penicillin dalam melawan organisme penghasil
β-Lactamase, Cephalosporins yang terbagi atas beberapa generasi, Carbapenem yang
memiliki spektrum antimikrobial yang terluas dan Monobactam yang aktif terhadap kuman
Gram negatif.

Resistensi bakteri terhadap obat-obat antibiotik golongan β-Lactam terus meningkat


secara memprihatinkan. Mekanisme resistensi itu tak hanya melalui produksi enzim β-
Lactamase yang dapat merusak antibiotik golongan β-Lactam, tetapi juga melalui perubahan
pada Penicillin-binding protein (PBP) dan pengurangan masuknya ataupun peningkatan
keluarnya dengan mekanisme efflux.

Semua hal tersebut di atas akan coba diuraikan secara singkat dalam uraian tentang
antibiotik golongan β-Lactam berikut di bawah ini.

I. PENICILLIN

Penicillin merupakan salah satu grup obat antibiotika terpenting. Walaupun telah banyak
antibiotika lain yang ditemukan setelah penemuan Penicillin oleh Alexander Flemming pada
tahun 1928 dan penggunaannya untuk pertama kali oleh Florey, Chain dan Abraham untuk
menolong pasien dengan infeksi staphylococcal dan streptococcal pada tahun 1941, namun
antibiotik golongan β-Lactam tetap sering digunakan sebagai pilihan pertama untuk
mengatasi berbagai infeksi bakteri.
I.1 Struktur Kimia

Struktur dasar penicillin adalah suatu inti yang terdiri dari cincin thiazolidine, cincin β-
Lactam dan sebuah rantai sisi (side chain). Inti dari struktur cincin, khususnya cincin β-
Lactam sangat esensial dalam aktifitas anti bakterial. Sedangkan rantai sisi menentukan
spektrum antibakterial dan aspek farmakologi dari beberapa obat golongan Penicillin.

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed

I.2 Mekanisme Kerja

Penicillin seperti obat β-lactam lainnya, bekerja dengan cara menghambat sintesis
peptidoglycan pada dinding sel bakteri, khususnya pada proses transpeptidasi yang berguna
untuk menstabilkan ikatan pada Peptidoglycan.

Peptidoglycan merupakan komponen utama pada dinding bakteri, di mana pada bakteri Gram
positif terdiri dari 50 – 100 lapisan molekul peptidoglycan sedangkan Gram negatif hanya
mengandung satu atau dua lapisan molekul peptidoglycan. Walaupun hanya terdiri dari 1 – 2
lapisan molekul, tetapi pada bakteri Gram negatif terdapat membran luar yang terdiri dari
lapisan lipopolisakarida yang tak ada pada bakteri Gram positif.

Peptidoglycan merupakan lapisan yang terdiri dari untaian rantai peptida N-


acetylglucosamine (NAG) and N-acetylmuramic (NAM) yang tersusun secara bergantian dan
dihubungkan dengan peptida yang lebih kecil sehingga terbentuk suatu anyaman yang kuat
berkat rangkaian proses yang diperantarai oleh berbagai enzym (trans-, carboxy-, dan
edopeptidase) yang secara keseluruhan juga dinamakan Penicillin Binding Proteins (PBP)
karena protein-protein tersebut juga merupakan tempat melekatnya Penicillin.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed

I.3 Mekanisme Resistensi

Mekanisme resistensi bakteri terahadap Penicillin dan juga obat antibiotik golongan β-
Lactam ada empat yaitu:

1. Destruksi/penghancuran antibiotik oleh enzim β-Lactamase.


2. Kegagalan antibiotik untuk menembus membran luar bakteri Gram negatif untuk
mencapai PBPs
3. Efflux obat melintasi membran bagian luar dari bakteri Gram negatif.
4. Afinitas yang rendah antara antibiotika dan PBPs sasaran.

Destruksi antibiotik golongan β-Lactam oleh enzim β-Lactamase merupakan mekanisme


resistensi yang paling umum dijumpai, dan pada bakteri Gram negatif, khususnya
Pseudomonas aeruginosa sering bersama dengan mekanisme efflux.

Enzim β-lactamase itu sendiri dapat dibedakan menjadi:

- berdasarkan Ambler Molecular Class


Membagi berdasarkan urutan nucleotida/asam amino, terbagi menjadi 4 kelas yaitu A,
B, C, dan D
- berdasarkan Bush-Jacoby-Medeiros Functional Class
Membagi menjadi group 1, 2 (a, b, be, br, c, d, e, dan f), 3 dan 4
Tabel Klasifikasi Enzim β-Lactamase Berdasarkan Ambler Molecular Class

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed

Tabel Klasifikasi Enzim β-Lactamase berdasarkan Functional Class

*Dari: Cohen J, Powderly WG, Opal SM. Infectious Disease 3 rd ed


Tabel Klasifikasi Beta Lactamase Berdasarkan Functional Class*

(lanjutan)

* Cohen J, Powderly WG, Opal SM. Infectious Disease 3 rd ed

I.4 Klasifikasi dan Penggolongan

Dari berbagai referensi yang ada, maka terdapat bermacam-macam klasifikasi dan
penggolongan Penicillin. Bila berdasarkan aktivitas antibakterialnya maka dapat digolongkan
menjadi 5 kelas dengan beberapa tumpang tindih dalam pembagiannya, yaitu:

1) Natural penicillins: penicillin G dan Penicillin


2) Penicillinase resistant penicillins: methicillin, dan isoxazolyl penicillins
3) Aminopenicillins: ampicillin dan amoxicillin
4) Carboxypenicillins: carbenicillin dan ticarcillin
5) Acyl ureidopenicillins: azlocillin, mezlocillin, dan piperacillin

Ada pula yang membagi Penicillin menjadi 6 grup berdasarkan penyerapan dan aktifitasnya,
yaitu menjadi:
- Grup 1 : Benzylpenicillin dan bentuk parenteral dengan masa kerja panjang
- Grup 2 : Penicillin yang dapat diserap secara oral, misalnya: Penicillin V
- Grup 3 : Penicillin antistaphylococcal, misalnya: meticillin, flucoxacillin
- Grup 4: Extended spectrum Penicillin, misalnya: amoxicillin
- Grup 5: Antipseudomonal penicillin, misalnya: ticarcillin, piperacillin
- Grup 6 : Penicillin anti β-lactamase

I.5 Farmakokinetik

Setelah pemberian secara oral maka tingkat absorpsi penicillin berbeda-beda, tergantung
stabilitas mereka dalam asam dan ikatan protein. Absorpsi Nafcillin dalam saluran
pencernaan sangatlah buruk sehingga tidak memungkinkan untuk diberikan secara oral.
Dicloxacillin, ampicillin, dan amoxicillin stabil pada suasana asam dan memiliki penyerapan
yang relatif baik dengan konsentrasi dalam serum mencapai 4 – 8 mcg/ml setelah pemberian
dosis oral 500 mg. Absorpsi sebagian besar penicillin yang diberikan secara oral dipengaruhi
oleh makanan sehingga sebaiknya diberikan 1 – 2 jam setelah makan.

Absorpsi obat penicillin yang diberikan secara parenteral berlangsung secara cepat dan utuh.
Pemberian secara intravena lebih disukai daripada pemberian secara intramuscular karena
sifat iritasi dan nyeri lokal yang timbul setelah pemberian intramuskular dalam dosis besar.
Konsentrasi dalam serum 30 menit setelah pemberian 1 gram penicillin (setara dengan 1,6
juta unit penicillin G) adalah 20 – 50 mcg/ml. Penicillin yang memiliki ikatan protein plasma
yang kuat cenderung memiliki kadar obat bebas yang lebih rendah di dalam plasma, misalnya
Penicillin G dan Ampicillin. Ikatan dengan protein sangat bermakna secara klinis terutama
jika mencapai 95% atau lebih.

Benzathine dan Procaine Penicillin diformulasikan untuk absorpsi yang lambat, sehingga
menyebabkan pemanjangan waktu konsentrasi di dalam darah dan jaringan. Sebuah suntikan
tunggal benzathine penicillin dalam dosis 1,2 juta unit secara intramuscular akan dapat
mempertahankan kadar dalam serum di atas 0,02 mcg/ml selama 10 hari, yang cukup untuk
mengobati infeksi oleh streptokokus β hemolitikus. Setelah 3 minggu maka kadar dalam
serum masih melebihi 0,003 mcg/ml, yang dapat mencegah infeksi oleh streptokokus β
hemolitikus. Konsentrasi Penicillin dalam jaringan kurang lebih setara dengan konsentrasinya
di dalam serum. Penicillin juga diekskresikan melalui sputum dan air susu ibu sebanyak 3 –
15% dari kadarnya dalam serum. Penetrasi ke dalam jaringan mata, prostat, dan susunan saraf
pusat tidaklah baik, namun akan meningkat pada saat terjadi rekasi inflamasi seperti pada
meningitis bakteri.

Ekskresi Penicillin terutama melalui ginjal, hanya sebagian kecil melalui cara lain. 10% dari
ekskresi melalui ginjal adalah melalui filtrasi glomerulus, sedangkan 90% melalui sekresi
tubulus. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan penyesuaian dosis pada pasien yang
mengalami gangguan fungsi ginjal, terutama yang memiliki creatinine clearance 10ml/min.
Nafcillin terutama diekskresikan melalui saluran empedu. Oxacillin, dicloxacillin, dan
cloxacillin dieliminasi melalui ginjal dan empedu, sehingga tidak perlu ada penyesuaian dosis
untuk obat-obat tersebut pada kasus dengan gangguan fungsi ginjal. Pada bayi yang baru
lahir, proses ekskresi penicillin belumlah berjalan dengan baik, sehingga perlu dilakukan
penyesuaian dosis berdasarkan berat badan. Penyesuaian dosis untuk pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal dapat dilihat pada tabel berikut di bawah.

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed

I.6 Efek Samping

Penicillin adalah obat yang relatif aman. Efek samping yang paling berbahaya adalah reaksi
hipersensitifitas (reaksi alergi). Semua penicillin memiliki “cross sensitizing” dan “cross
reacting”. Reaksi alergi yang terjadi dapat berupa syok anafilaktik, uticaria, serum sickness,
angioedema, pruritus, dsb. Riwayat alergi penicillin sebelumnya tidaklah dapat dipercaya
sepenuhnya. Dari sekitar 5 – 8 % yang mengklaim memiliki riwayat reaksi alergi terhadap
penicillin, ternyata hanya sebagian kecil yang benar-benar mengalaminya ketika diberikan
Penicillin. Sebaliknya sekitar 1% dari mereka yang pernah menerima Penicillin dan tak
menunjukan reaksi hipersensitifitas, ternyata justru mengalami reaksi alergi pada pemberian
Penicillin yang berikutnya. Sebagian besar pasien yang alergi terhadap Penicillin dapat
diobati dengan menggunakan obat lainnya. Tetapi pada keadaan tertentu dan jika memang
sangat diperlukan (misalnya pada enterococcal endocarditis atau neurosyphilis pada pasien
yang memang alergi dengan Penicillin), desensitisasi dapat dilakukan dengan cara secara
bertahap meningkatkan dosis Penicillin.

Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, pmeberian penicillin dosis tinggi akan dapat
menyebabkan kejang. Nafcillin dapat menyebabkan neutropenia, Oxacillin dapat
menyebabkan hepatitis dan methicillin dapat menyebabkann nephritis interstitial (sehingga
tidak dipergunakan lagi). Pemberian penicillin secara oral dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan gangguan saluran pencernaan, terutama mual, muntah dan diare. Ampicillin
dihubungkan dengan kejadian pseudomembran colitis.

I.7 Penggunaan Klinis

Antibiotik golongan β-Lactam dapat digunakan untuk berbagai macam penyakit infeksi.
Obat-obat golongan ini terdistribusi secara luas dan secara rutin sering digunakan untuk
penatalaksanaan sinusitis, otitis, pharyngitis, epiglottitis, infeksi gigi, bronchitis, pneumonia,
meningitis, infeksi saluran kemih, peritonitis, infeksi bilier dan saluran pencernaan, infeksi
kulit dan jaringan lunak, osteomyelitis, septic arthritis dan infeksi pada pemasangan alat
prosthetic, termasuk pula pada pemasangan i.v line. Penicillin G merupakan pilihan utama
untuk penatalaksanaan infeksi oleh Streptococcus pyogenes, penicillin susceptible strain dari
Streptococcus pneumoniae dan enterococci. Penicillin G yang diberikan secara intravena
tetap merupakan terapi pilihan pada pneumococcal dan meningococcal meningitis,
streptococcal dan enterococcal endocarditis. Tak ada penicillin yang lebih baru ataupun
antibiotik dari kelas lainnya yang terbukti lebih efektif. Streptococcus Pneumoniae yang
masih susceptible gterhadap Penicillin dihambat pada konsentrasi kurang dari 0,1μg
Penicillin. Penicillin lainnnya juga sangat aktif namun minimal inhibitory concentration
(MIC) yang dimilikinya melebihi Penicillin G. Penicillin, ampicillin dan amoxicillin
merupakan senyawa yang paling aktif, dengan MIC yang jarang melebih 4μg/mL, jika
dibandingkan dengan MIC sebesar 128 μg/mL dari ticarcillin untuk strain resisten penicillin.
Untuk infeksi pneumococcal yang berat yang disebabkan oleh strain Penicillin resisten
dengan MIC > 1 μg/mL, terutama pada pasien yang immunicompromised, vancomycin
maupun obat-obat antibiotik dari golongan non β-Lactam menjadi pilihan dibandingkan
penicillin maupun β-Lactam lainnya.
Penicillin dapat digunakan untuk mengatasi pneumococcal meningitis hanya jika isolat
tersebut merupakan penicillin susceptible. Pada umumnya semua Neisseria meningitidis
susceptible terhadap penicillin sedangkan Neisseria gonorrhoae seringkali resisten terhadap
Penicillin sehingga tidak lagi direkomendasikan untuk penatalaksanaan Gonorrhea.
Penicillin G merupakan obat pilihan utama (drug of choice) untuk semua stadium penyakit
Syphilis. Infeksi pada masa nifas terjadi karena streptococci anaerob ataupun grup B
streptococci (Streptococcus agalactiae), mapun infeksi genital oleh Clostridial juga
menggunakan Penicillin G.
Penggunaan Penicillin dan obat-obat golongan β-Lactam lainnya beserta spektrum, dan cara
pemberiannya serta dosisnya ada dalam tabel berikut.
* Cohen J, Powderly WG, Opal SM. Infectious Disease 3 rd ed. Elsevier Mosby, 2010
* Cohen J, Powderly WG, Opal SM. Infectious Disease 3 rd ed.

II. BETA LACTAMASE INHIBITOR (PENGHAMBAT BETA LACTAMASE)

β-Lactamase inhibitor adalah derivat dari asam clavulanat (Clavulanic Acid) dan derivat dari
penicillanic acid sulfone dan biasa disebut pula “β-Lactam compounds”. Memiliki aktivitas
antibakteri yang lemah tetapi merupakan inhibitor yang potent bagi Amber class A β-
Lactamase dan dapat melindungi hydrolyzable penicillin dari inaktivasi oleh enzim tersebut.

Ada 3 β-Lactam inhibitor yang dimanfaatkan secara klinis yaitu clavulanic acid, sulbactam
dan tazobactam. Ketiganya memiliki perbedaan dalam aspek farmakologi, stabilitas, potency,
dan aktifitas. Tetapi perbedaan tersebut hanyalah memiliki makna klinis yang sangat kecil.
Setiap inhibitor tersebut hanya tersedia dalam bentuk fixedcombination antara β-Lactamase
inhibitor dengan Penicillin yang spesifik. Spektrum antibakterial dari kombinasi tersebut
tergantung pada Penicillin yang membentuk kombinasi dengan β-lactamase inhibitor
tersebut.
β-lactamase inhibitor memperluas spektrum antibiotik yang telah ada karena inaktivasi obat
oleh enzim β-lactamase tak terjadi.

β-lactamase inhibitor hanya efektif terhadap Amber class A β-lactamases (i.e, Penicillinase),
yang sering kali merupakan “plasmid encoded”. Sedangkan Ambler Class B, C dan D β-
lactamase tidaklah dipengaruhi oleh β-lactamase inhibitor.

Class A enzim β-lactamase dihasilkan oleh Staph. Aureus, H. Influenza, Moraxella


catarrhalis Bacteroides spp dan Enterobacteriaceae. β-lactamase inhibitor juga menghambat
ESBL (Extended Spectrum β-Lactamase) yang merupakan mutant dari class A β-lactamase,
walaupun peranan kombinasi dengan inhibitor untuk penatalaksanaan infeksi oleh organisme
yang tergolong ESBL belum ada.

II.1 Clavulanate

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed

β-Lactamase inhibitor clavulanate pertama kali ditemukan dalam kultur Streptomyces


clavugerus. Clavulanate dikombinasikan dengan amoxicillin yang tersedia dalam bentuk
sediaan oral maupun parenteral. Sedangkan dalam bentuk kombinasi dengan ticarcillin hanya
tersedia dalam bentuk sediaan parenteral.

Farmakologi

Clavulanate diabsorbsi cukup dari saluran pencernaan. Kadar puncak dalam serum 4μg/mL
dalam anak dan dewasa tercapai dalam waktu 40 – 120 menit setelah pemberian sebanyak
125 mg. Kombinasi Clavulanate dengan Amoxicillin tidak mengubah secara signifikan
parameter farmakologi kedua obat tersebut. Absorpsi Clavulanate tidak dipengaruhi
pemberian makanan, susu, ataupun antasida Alumunium hydroxide.

Melalui pemberian secara intra vena, clavulanate yang dikombinasi dengan amoxxicillin
ataupun ticarcillin, clavulanate terdistribusi secara cepat, dan menghasilkan kadar puncak
8μg/mL sesudah pemberian secara intravena. Waktu paruh di dalam serum adalah sekitar 1
jam. Tidak terjadi akumulasi clavulanate kecuali jika creatinine clearance 10 mL/min.
Penyesuaian dosis tergantung pada dosis Amoxicillin ataupun Ticarcillin.

Clavulanate mengalami degradasi secara in vivo dengan metabolit yang dikeluarkan melalui
paru, feces dan urine. Hanya 20 – 60% yang tak berubah dalam 6 jam setelah pemberian
dosis tunggal secara oral. Clavulanate dapat melewati placenta dan dapat ditemukan dalam
darah umbilicus dan dalam cairan amnion tetapi tidak dapat ditemukan dalam air susu ibu.
Clavulanate tidak dapat melalui meningen yang tidak mengalami proses inflamasi.

Efek Samping

Tidak ada efek samping yang bermakna dalam penggunaan clavulanate yang dikombinasikan
dengan amoxicillin maupun ticarcillin. Insiden reaksi kulit sama besarnya dengan
penggunaan Penicillin lainnya secara tunggal. Diare merupakan efek samping tersering,
terutama jika diberikan dosis oral selama beberapa hari. Dosis Clavulanate yang dianjurkan
adalah tidak boleh melebih 125 mg dua atau tiga kali pemberian/hari.

Penggunaan Klinis

Amoxicillin-Clavulanate terbukti berguna untuk terapi otitis media pada anak-anak yang
disebabkan oleh kuman penghasil β-lactamase seperti H. influenzae dan M. Catarrhalis. Juga
dipergunakan untuk pengobatan sinusitis ataupun pneumonia yang disebabkan oleh kuman
penghasil β-lactamase yang masih susceptible maupun untuk kuman non penghasil β-
lactamase. Juga sangat berguna untuk pengobatan polymicrobial infection.

Ticarcillin-Clavulanate (Timentin) memiliki spektrum pengobatan yang mencakup gram


positif cocci selain enterococci dan methicillinresistant staphlococci, enterobacteriaceae,
termasuk pula strain resisten obat, P.aeruginosa dan gram positif dan gram negatif anaerob.
Terbukti sangat efektif pula untuk mengatasi berbagai macam infeksi, termasuk pula
community acquired penumonia, hospital acquired dan ventilator associated pneumonia,
infeksi ginekologi, infeksi intraabdominal, infeksi kulit dan jaringannya serta osteomyelitis.
II.2 Sulbactam

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed

Sulbactam adalah 6-desaminopenicillin sulfone. Sulbactam merupakan β-lactamase inhibitor


yang memiliki spektrum yang lebih luas dibandingkan clavulanic acid, tapi potensiasinya tak
sekuat clavulanate. Sulbactam dalam bentuk kombinasi dengan Ampicillin (Unasyn).
Farmakologi
Dalam tubuh manusia, Sulbactam memiliki farmakokinetik yang serupa dengan Ampicillin.
Kadar puncak rata-rata setelah pemberian secara i.v 1 gram adalah sebesar 68μg/mL. Waktu
paruh dalam plasma adalah 1 jam. Sulbactam diekskresikan melalui ginjal dengan "urinary
recovery rate” sebesar 70 – 80 %. Ekskresi bilier minimal. Waktu paruh tak banyak berubah
kecuali jika cratinine clearance berkurang hingga menjadi 30 mL/min. Waktu paruh menjadi
9,2 jam pada creatinine clearance 5 – 15 mL/min. Penetrasi melalui meningen yang
mengalami inflamasi adalah rendah.
Efek Samping
Hasil uji klinis menunjukan bahwa kombinasi sulbactam dengan ampicillin tidak memiliki
efek terhadap sistem hematologi, ginjal, hati ataupun sistem saraf pusat. Diare bukanlah suatu
persoalan setelah pemberian secara intra vena. Terkadang terjadi peningkatan nilai
transaminase.
Penggunaan Klinis
Ampicillin – Sulbactam memiliki spektrum antibakterial yang serupa dengan amoxicillin-
clavulanate. Biasa digunakan untuk mixed bacterial infections seperti pada infeksi intra
abdominal. Infeksi dalam bidang obstetri dan ginekologi, infeksi jaringan lunak dan infeksi
pada tulang.
II.3 Tazobactam
Tazobactam merupakan penicillanic acid sulfone β-lactamase inhibitor dengan struktur yang
menyerupai sulbactam. Spektrum yang dimilikinya menyerupai sulbactam namun potensi
yang dimiliki menyerupai clavulanic acid. Tersedia dalam bentuk sediaan parenteral dengan
kombinasi hanya dengan piperacillin (Zosyn).
Farmakologi
Nilai rerata kadar puncak dalam serum dalam 30 menit setelah pemberian 375mg
Tazobactam yang dikombinasikaan dengan piperacillin adalah 25 g/mL. Tazobactam
terutama diekresikan melalui ginjal dan penyesuaian dosis perlu dilakukan untuk creatinine
clearances 40 mL/min. Kombinasi tazobactam dengan piperacillin akan mengurangi
clearance tazobactam tetapi tidak berpengaruh pada piperacillin. Waktu paruh Tazobactam
adalah 1 jam pada subyek yang sehat dengan fungsi ginjal normal. Meningkat menjadi 3.6
jam pada subyek yang memiliki creatinine clearance < 20mL/min dan menjadi 7 jam pada
pasien ginjal stadium akhir. Tazobactam dapat menembus meningen yang mengalami
inflamasi.
Efek Samping
Data yang dimiliki masih sangat terbatas.
Penggunaan Klinik
Kombinasi Piperacillin-Tazobactam memiliki spektrum terapi yang terluas dibandingkan
kombinasi antibiotik dengan β-lactamase inhibitor lainnya. Terutama digunakan untuk
pneumonia, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi intraabdominal, infeksi polymicrobial,
dan febril neutropenia.

III. CEPHALOSPORINS

Pertama kali ditemukan pada tahun 1945 oleh Giuseppe Brotzu, hasil dari isolasi
Cephalosporin acremoniumCephalosporins menyerupai Penicillin namun lebih stabil
terhadap berbagai bakteri penghasil β-lactamase dan memiliki spektrum aktifitas yang lebih
luas. Namun ada strain tertentu dari E.coli dan Klebsiella sp. yang mengekspresikan
“extended spectrum β-lactamase”yang dapat menghidrolisa sebagian cephalosporins dan
menimbulkan persoalan. Cephalosporins tidak aktif terhadap enterococci dan L.
Monocytogenes.
III.1 Struktur

Struktur dasar dari antibiotik golongan Cephalosporins adalah cincin β-lactam dan molekul 7-
aminocepahlosporanic acid (7-ACA).

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed

III.2 Klasifikasi dan Penggolongan


Dari berbagai penggolongan yang ada, maka yang paling banyak dipergunakan adalah
klasifikasi cephalosporin menjadi beberapa generasi berdasarkan aktifitas spektrum anti
mikrobial.
1. Cephalosporins generasi I
Menunjukan aktifitas pada bakteri gram positif, contohnya antara lain: Cefazolin,
Cefadroxil, Cephalothin, Cephalexin.

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
2. Cephalosporin generasi II
Memiliki kemampuan aktifits terhadap basil Gram negatif namun dengan tetap
mempertahankan kemampuan terhadap cocci Gram positif. Kelompok Cefamycin
juga dimasukan dalam Cephalosporins generasi kedua. Cefamycin dikenal dengan
kemampuannya dalam mengatasi bakteri anaerob Gram negatif, misalnya Bacteroides
spp. Adapun yang termasuk dalam Cephalosporins generasi kedua misalnya:
Cefuroxime, Cefotetan, Cefoxitin, Cefaclor, Cefprozil, dan Loracarbef

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed

3. Cephalosporins generasi III


Memiliki kemampuant terhadap bacil Gram negatif yang telah ditingkatkan , namun
beberapa senyawa dalam kelompok ini mengalami pengurangan kemapuan terhadap
cocci Gram positif. Ceftazidime yang merupakan golongan ini memiliki kemampuan
terhadap Pseudomonas aeruginosa. Adapun yang termasuk dalam Cephalosporins
generasi II diantaranya: Ceftazidime, Cefotaxime, Ceftriaxone, Cefixime, dan
Cefdinir.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed

4. Cephalosporins Generasi IV
Generasi ke empat memiliki spektrum terluas dari semua generasi Cephalosporins.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah Cefepime dan Cefpirome. Memiliki
kemampuan terhadap hampir semua Bacilli Gram negatif termasuk Pseudomonas
aeruginosa namun tetap mempertahankan kemampuan terhadap cocci Gram positif.
Cephalosporins generasi III dan generasi IV biasa juga disebut sebagai “Extended
Spectrum Cephalosporins.

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
5. MRSA Active Cephalosporins
Meliputi ceftaroline dan ceftobiprole. Kemampuan unik dari kelompok ini adalah
kemampuannya dalam menghadapi MRSA. Selain itu obat golongan ini juga
memiliki kemampuan untuk menghadapi Streptococcus pneumoniae dan
Enterococcus faecalis. Aktifitas terhadap bacilli Gram negatif sama dengan
cephalosporins generasi III.

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed

III.3 Mekanisme Kerja

Mekanisme antibakterial golongan Cephalosporins sama seperti obat antibiotika golongan β


lactam lainnya. Pertumbuhan bakteri dihambat dengan mempengaruhi proses pada sinteis
dinding sel. Target utamanya adalah struktur ikatan Peptidoglycan. Peptidoglycan merupakan
rantai polisakarida yang terdiri dari N-acetylglucosamine (NAG) dan N-acetylmuramic
(NAM). Rantai polisakarida tersusun bersilangan pada sisi pentapepetida dari NAM dan
membentuk struktur menyerupai sarang. Struktur ini menyusup ke dalam membran
sitoplasma dengan bantuan kerja berbagai enzim, termasuk transpeptidase, carboxypeptidase,
dan endopeptidase. Cincin lactam yang ada pada penicillin dan cephalosporin suatu
konformasi yang mirip dengan terminal d-alanine-d-alanine pentapeptide. Antibiotik
membentuk ikatan kovalen dengan enzim-enzim tersebut, terutama transpeptidase sehingga
terjadi penurunan aktifitas enzim. Enzim-enzim tersebut itulah yang dikenal dengan istilah
PBP (Penicillin Binding Protein).
Letak dari PBP antara kuman Gram positif dan kuman Gram negatif berbeda. Pada kuman
gram positif, PBP terletak pada permukaan luar dari sel. Sedangkan pada kuman Gram
negatif, adanya lapisan lipopolisakarida menyebabkan cephalosporins harus melakukan
penetrasi ataupun berdifusi untuk dapat mencapai PBP. PBP yang menjadi sasaran bervariasi
menurut type dan jumlahnya. Cocci gram positif dan gram negatif biasanya memiliki 3 – 5
PBP sedangkan bacilli gram negatif umumnya memiliki 7 – 10 PBP. Obat Cephalosporins
memiliki afinitas berbeda terhadap berbagai PBP tersebut. Dalam konsentrasi rendah,
cephalosporins cenderung terikat pada PBP 3 pada kuman bacilli gram negatif. Apa yang
sesungguhnya terjadi setelah pembentukan ikatan kovalen antar cephalosporins dan PBP
sehingga menyebabkan terjadinya lisis dan kematian sel belum sepenuhnya dipahami.
Secara keseluruhan, Cephalosporins dianggap sebagai obat bakterisidal.

III.4 Mekanisme Resistensi


Ada empat mekanisme utama terjadinya resistensi terhadap antibiotik golongan
Cephhalosporin yaitu:
- Destruksi antibiotik oleh enzim β lactamase
- Pengurangan penetrasi antibiotik melalui lapisan lipopolisakarida
- Peningkatan efflux obat dari ruang periplasmic
- Perubahan pada PBP sehingga terjadi penurunan afinitas.
Biasanya mekanisme resistensi hanya terjadi melalui salah satu dari mekanisme tesebut,
namun persentase mikroorganisme yang memiliki mekanisme resistensi multipel semakin
meningkat. Produksi enzim β lactamase yang dapat menghidrolisa β lactam merupakan
mekanisme resistensi yang paling dominan bagi kebanyakan kuman gram negatif.

III.5 Farmakologi

Cephalosporins adalah senyawa polar yang larut dalam air. Untuk generasi I, II, dan III
tersedia dalam bentuk sediaan oral dan parenteral. Sedangkan untuk generasi IV dan MRSA
active cephalosporin hanya tersedia untuk penggunaan parenteral. Untuk lebih mudahnya
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
Semua formulasi parenteral tersedia untuk pemberian secara intramuscular maupun secara
intra vena. Semua formulasi parenteral kecuali cephradine, stabil pada larutan yang disimpan
dalam suhu ruangan selama 24 jam atau lebih. Sedangkan sediaan oral tersedia dalam bentuk
tablet, kapsul maupun suspensi. Sebagian besar Cephalosporin dieliminasi melalui ginjal,
dengan waktu paruh 1 hingga 2 jam. Mekanisme utama untuk ekskresi melalui ginjal iti
terutama melalui sekresi tubulus. Pemberian Probenecid dapat memperpanjang waktu paruh
beberapa obat Cephalosporins.

III.6 Efek Samping dan Toksisitas

Sama halnya dengan obat-obat antibiotik golongan β lactam lainnya, efek samping
Cephalosporins yang paling sering dijumpai adalah reaksi hipersensitifitas. Namun angka
kejadian reaksi hipersensitifitas akibat Cephalosporins tidaklah sebesar pada Penicillin.
Reaksi hipersensitifitas yang berat dapat menyebabkan anaphylaxis, serum sickness ataupun
angioedema. Reaksi silang antara obat-obat cephalosporin sedang dalam tahap penelitian.
Penggunaan skin test untuk memprediksi kemungkinan terjadinya reaksi hipersensitifitas
tidaklah cukup meyakinkan. Pada saluran cerna dapat muncul berbagai keluhan, diantaranya
diare. Efek pada susunan saraf sangat jarang dan sama seperti pada beta lactam lainnya.

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
III.7 Penggunaan Klinik

Cephalosporin Generasi I

Terutama digunakan sebagai alternatif pengganti penicillin untuk mengatasi infeksi


staphylococcal dan nonenterococcal streptococcal, termasuk pula infeksi pada kulit dan
jaringan lunak (soft tissue). Cefazolin yang dikombinasikan dengan probenecid dalam dosis
sehari sekali sangat efektif untuk infeksi kulit dan soft tissue. Cefazolin juga
direkomendasikan untuk antibiotika profilaksis untuk prosedur implantasi, serta
berbagaiprosedur bedah lainnya.

Cephalosporin Generasi II

Karena memiliki potensi untuk melawan S. Pneumoniae, H. influenzae dan M. Catarrhalis,


maka Cephalosporins generasi II banyak dipergunakan untuk mengatasi berbagai infeksi
saluran pernafasan. Cefuroxime dapat digunakan untuk penatalaksanaan meningitis,
community acquired pneumonia (walau sudah tak direkomendasikan lagi), juga untuk
berbagai infeksi yang serius yang disebabkan oleh kuman yang susceptible. Tetapi
cefuroxime tidak dapat digunakan untuk penatalaksanaan infeksi nosokomial. Sediaan oral
cephalosporin generasi II efektif untuk berbagai infeksi ringan dan sedang di masyarakat.

Cephalosporin Generasi III

Generasi III Cephalosporins digunakan untuk berbagai infeksi yang berat yang disebabkan
oleh organisme yang telah resisten terhadap berbagai macam obat antibiotik. Tetapi strain
yang mengekspresikan “Extended Spectrum β-Lactamase” (ESBL) tidaklah termasuk yang
bisa ditangani oleh antibiotik ini. Penggunaan generasi III cephalosporins untuk infeksi oleh
kuman golongan enterobacter haruslah dihindari walaupun jika hasil pemeriksaan secara in
vitro terhadap isolat menunjukan masih susceptible karena adanya resiko resistensi.
Ceftriaxone dan Cefotaxime dapat digunakan untuk mengatasi meningitis, termasuk
meningitis yang disebabkan oleh pneumococci, meningococci, H. influenzae dan kuman
enteric batang gram negatif yang susceptible, tetapi tidak untuk L. Monocytogenes.

Cephalosporins Generasi IV

Cefepime adalah salah satu contoh dari obat cephalosporin generasi IV. Cefepime memiliki
afinitas yang baik untuk Pseudomonas aeruginosa, Enterobacteriaceae, Staph. aureus dan
Strep. Pneumoniae. Juga sangat aktif dalam menghadapi haemophillus dan neisseria.
Cephalosporin Active Against MRSA

Antibiotik golongan β-blactam yang mempunyai kemampuan untuk melawan MRSA saat ini
sedang dalam pengembangan. Ceftaroline dan Ceftobiprole, keduanya memiliki peningkatan
kemampuan untuk terikat dengan PBP 2a yang biasanya berperan dalam mekanisme
resistensi methicillin pada staphylococci.

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
IV. CARBAPENEM

Struktur Carbapenem masih berhubungan dengan antibiotik golongan β-lactam lainnya. Di


United States telah ada empat obat dari golongan ini yang beredar yaitu Ertapenem,
Doripenem, Imipenem, dan Meropenem. Sedangkan yang ke-lima yaitu Panipenem telah
beredar di Jepang, Cina, dan Korea Selatan. Carbapenem merupakan obat antibiotik golongan
β-lactam dengan spektrum pengobatan yang terluas karena mereka sangat stabil terhadap
enzim β-lactamase. Carbapenem merupakan derivat dari thienamycin, suatu senyawa yang
dihasilkan oleh Streptomyces cattleya.

IV.1 Struktur Kimia

Carbapenem memiliki inti yang berbeda dibandingkan penicillin di mana terjadi penggantian
methylene untuk sulfur dan ikatan ganda pada struktur cincin.

*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
IV.2 Mekanisme Kerja
Carbapenem terikat dengan afinitas yang kuat pada molekul dengan berat yang tinggi,
Penicillin Binding Protein (PBP) dari gram positif dan gram negatif. Carbapenem menembus
lapisan membran luar (outer membrane) dari bakteri gram negatif melalui outer membran
protein spesifik yaitu, OprD. Ini membedakannya dengan Cephalosporins atau penicillin yang
menggunakan OmpC ataupun OmpF. Permeabilitas membran yang berbeda dan stabilitas
terhadap enzim β-lactamase yang luar biasa. Carbapenem tidak mengalami hidrolisis ataupun
mengalami hidrolisis tapi sangat lambat oleh kuman yang biasa tergolong penicillinase dan
cephalosporinase (Ambler class A & C enzyme), yaitu Staphlococcus aureus, Escherichia
coli, Enterobacter cloacae, Citrobacter freundii, Proteus rettgeri, Seratia marcescens,
Proteus vulgaris

IV.3 Mekanisme Resistensi

Carbapenem mengalami hidrolisis oleh Ambler class B enzyme, zincdependent


metalloenzyme ditemukan pada Stenotrophomonas maltophilia, Bacillus dan species lainnya.
Selain itu ada pula plasmid-borne class A carbapenemase, yaitu KPC-1, KPC-2, dan KPC-3,
di mana KPC merupakan akronim dari Klebsiella pneumoniae Producing Carbapenemase.
Dinamakan demikian karena ditemukan dalam strain yang resisten terhadap Carbapenemase
dari Klebsiella pneumoniae. Sedangkan pengurangan produksi atau tidak adanya OprD
berperan dalam resistensi P.aeruginosa, Enterobacter spp, dan kuman gram negatif lainnya.
Doripenem, ertapenem dan meropenem merupakan substrat dari multidrug efflux system
MexA-MexB-OprM yang terdapat pada P.aeruginosa.

IV.4 Farmakologi

Doripenem, ertapenem, imipenem dan meropenem diabsorpsi sangat jelek pada pemberian
secara oral sehingga harus diberikan secara parenteral. Semuanya dieksresikan melalui ginjal.
Doripenem, imipenem dan meropenem secara farmakologis mirip. Waktu paruh untuk ketiga
obat tersebut adalah 1 jam sedangkan untuk ertapenem adalah 4 jam. Waktu paruh yang
panjang memungkinkan ertapenem diberikan secara once-daily dosing. Imipenem biasa
diberikan setiap 6 jam sedangkan doripenem dan meropenem diberikan setiap 8 jam. Semua
carbapenem memerlukan penyesuaian dosis pada pasien yang mengalami
gangguan/penurunan fungsi ginjal.
IV.5 Efek Samping

Carbapenem umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan memiliki profil toksisitas yang
serupa dengan penicillin. Rash, urticaria, immediate hipersensitivity, reaksi silang, diare, dan
mual merupakan efek samping yang biasa terjadi. Semua carbapenem dikaitkan dengan
terjadinya kejang terutama imipenem. Ertapenem dan meropenem tampaknya kurang bersifat
epileptogenic.

IV.6 Penggunaan Klinis

Carbapenem diindikasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman yang masih susceptible
namun resisten terhadap obat-obat lain yang tersedia. Misalnya untuk infeksi oleh
Pseudomonas aeruginosa dan untuk penatalaksanaan infeksi campuran antara aerob dan
anaerob. Carbapenem juga aktif terhadap banyak kuman yang tergolong “highly penicillin
resistant strain of pneumococcus.

V. MONOBACTAM

Monobactam aktif hanya terhadap kuman gram negatif aerob. Aztreonam merupakan satu-
satunya monobactam yang tersedia di pasaran dan strukturnya berupa monocyclic β lactam
yang merupakan hasil modifikasi dari senyawa yang dihasilkan oleh Chromobacterium
violaceum. Tidak bermanfaat untuk kuman Gram positif dan anaerobic. Aztreonam
melakukan penetrasi membran bagian luar dari kuman gram negatif., dan resisten terhadap
hydrolsis oleh class A plasmid dan chromosomal β lactamase dan class B enzyme.
Diinaktifasi oleh class A carbapenemase, ESBL dan class C β-lactamase. Aztreonam
menghambat enterobacteriaceae pada konsentrasi < 0,5μg/mL P. aeruginosa, E. cloacae, dan
C.freundii. Aztreonam tidak diabsorpsi melalui saluran pencernaan. Pemberian aztreonam
sebanyak 500 mg secara intramuscular akan menghasilkan konsentrasi dalam serum sebesar
21-27 μg/mL pada 1 jam pertama dan akan menjadi 4 – 6 μg/mL 6 jam sesudahnya.
Konsentrasi dalam serum 1 jam sesudah pemberian secara intramuskular memberikan hasil
yang sama dengan pemberian secara intra vena.
Aztreonam diekskresikan melalui ginjal. Pada dewasa dengan fungsi ginjal dan hati yang
normal, waktu paruh aztreonam sekitar 2 jam. Pada neonatus usia 7 hari dan berat badan <2,5
kg, waktu paruh aztreonam berkisar antara 5,5 – 9,9 jam. Sedangkan pada dewasa dengan
gangguan fungsi ginjal, maka waktu paruhnya berubah menjadi 8 jam pada keadaan
creatinine clearance <10 μg/mL. Sedangkan pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang
ringan maka tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Aztreonam ditoleransi dengan sangat baik. Skin rash dapat muncul. Aztreonam adalah obat β
lactam yang dapat digunakan dengan aman pada pasien dengan rash ataupun dengan reaksi
hipersensitifitas terhadap penicillin maupun obat golongan β lactam lainnya karena tidak ada
cross reactivity. Reaksi hematologi, gastrointestinal, nephrotoxic, maupun neurotoxic jarang
terjadi.
Aztreonam jarang digunakan untuk terapi empiris karena spektrum aktifitas yang dimilikinya
terbatas pada kuman aerobic gram negatif. Aztreonam telah digunakan dengan aman
bersamaan dengan clindamycin, erythromycin, metronidazole, penicillins dan vancomycin.
Penggunaan yang paling utama adalah untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman aerob gram
negatif pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap penicillin maupun β lactam
lainnya. Juga bisa digunakan untuk terapi infeksi yang disebabkan metallo-β-lactamase.
Dosis yang biasa diberikan adalah 1 – 2 gram secara intra vena maupun secara intra muskular
setiap 6 – 8 jam.

.
.
Kepustakaan

1. Mandell GL, Bennett JE, Dollin R. Mandell, Douglas, and Bennett’s Principle and
Practice of Infectious Diseases. 7th ed. Philadephia: Elsevier Churchil Livingstone,
2010.
2. Cohen J, Powderly WG, Opal SM. Infectious Disease 3rd ed. Elsevier Mosby, 2010.
3. Bennet PM, Brown MJ. Clinical Pharmacology 9th ed.Churchil Livingstone, 2003.
4. Guilfoile Patrick. Antibiotic-Resistant Bacteria.Infobase Publishing, 2007.
5. Bauman RW. Microbiology: with Diseases by Body System, 3rd ed. Pearson, 2012.
6. Customer Education: Antibiotics Classification and Modes of Action. Biomerieux,
2008.
7. Katzung BG, Masters BS, Trevor AJ, Basic and Clinical Pharmacology, 11th ed.
Lange, 2009.

Anda mungkin juga menyukai