Antibiotika Beta Laktam
Antibiotika Beta Laktam
PENDAHULUAN
Antibiotik golongan β-lactam merupakan obat anti mikrobial yang sangatlah berguna
dan sangat sering diresepkan yang memiliki persamaan struktur dan mekanisme kerja, yaitu
menghambat sintesis peptidoglycan pada dinding bakteri. Merupakan grup Antibiotik yang
terdiri beberapa sub grup yaitu Penicillin yang sangat aktif terutama terhadap kokus gram
positif, penghambat β-Lactamase (β-Lactamase inhibitor) seperti asam clavulanat yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan penicillin dalam melawan organisme penghasil
β-Lactamase, Cephalosporins yang terbagi atas beberapa generasi, Carbapenem yang
memiliki spektrum antimikrobial yang terluas dan Monobactam yang aktif terhadap kuman
Gram negatif.
Semua hal tersebut di atas akan coba diuraikan secara singkat dalam uraian tentang
antibiotik golongan β-Lactam berikut di bawah ini.
I. PENICILLIN
Penicillin merupakan salah satu grup obat antibiotika terpenting. Walaupun telah banyak
antibiotika lain yang ditemukan setelah penemuan Penicillin oleh Alexander Flemming pada
tahun 1928 dan penggunaannya untuk pertama kali oleh Florey, Chain dan Abraham untuk
menolong pasien dengan infeksi staphylococcal dan streptococcal pada tahun 1941, namun
antibiotik golongan β-Lactam tetap sering digunakan sebagai pilihan pertama untuk
mengatasi berbagai infeksi bakteri.
I.1 Struktur Kimia
Struktur dasar penicillin adalah suatu inti yang terdiri dari cincin thiazolidine, cincin β-
Lactam dan sebuah rantai sisi (side chain). Inti dari struktur cincin, khususnya cincin β-
Lactam sangat esensial dalam aktifitas anti bakterial. Sedangkan rantai sisi menentukan
spektrum antibakterial dan aspek farmakologi dari beberapa obat golongan Penicillin.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
Penicillin seperti obat β-lactam lainnya, bekerja dengan cara menghambat sintesis
peptidoglycan pada dinding sel bakteri, khususnya pada proses transpeptidasi yang berguna
untuk menstabilkan ikatan pada Peptidoglycan.
Peptidoglycan merupakan komponen utama pada dinding bakteri, di mana pada bakteri Gram
positif terdiri dari 50 – 100 lapisan molekul peptidoglycan sedangkan Gram negatif hanya
mengandung satu atau dua lapisan molekul peptidoglycan. Walaupun hanya terdiri dari 1 – 2
lapisan molekul, tetapi pada bakteri Gram negatif terdapat membran luar yang terdiri dari
lapisan lipopolisakarida yang tak ada pada bakteri Gram positif.
Mekanisme resistensi bakteri terahadap Penicillin dan juga obat antibiotik golongan β-
Lactam ada empat yaitu:
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
(lanjutan)
Dari berbagai referensi yang ada, maka terdapat bermacam-macam klasifikasi dan
penggolongan Penicillin. Bila berdasarkan aktivitas antibakterialnya maka dapat digolongkan
menjadi 5 kelas dengan beberapa tumpang tindih dalam pembagiannya, yaitu:
Ada pula yang membagi Penicillin menjadi 6 grup berdasarkan penyerapan dan aktifitasnya,
yaitu menjadi:
- Grup 1 : Benzylpenicillin dan bentuk parenteral dengan masa kerja panjang
- Grup 2 : Penicillin yang dapat diserap secara oral, misalnya: Penicillin V
- Grup 3 : Penicillin antistaphylococcal, misalnya: meticillin, flucoxacillin
- Grup 4: Extended spectrum Penicillin, misalnya: amoxicillin
- Grup 5: Antipseudomonal penicillin, misalnya: ticarcillin, piperacillin
- Grup 6 : Penicillin anti β-lactamase
I.5 Farmakokinetik
Setelah pemberian secara oral maka tingkat absorpsi penicillin berbeda-beda, tergantung
stabilitas mereka dalam asam dan ikatan protein. Absorpsi Nafcillin dalam saluran
pencernaan sangatlah buruk sehingga tidak memungkinkan untuk diberikan secara oral.
Dicloxacillin, ampicillin, dan amoxicillin stabil pada suasana asam dan memiliki penyerapan
yang relatif baik dengan konsentrasi dalam serum mencapai 4 – 8 mcg/ml setelah pemberian
dosis oral 500 mg. Absorpsi sebagian besar penicillin yang diberikan secara oral dipengaruhi
oleh makanan sehingga sebaiknya diberikan 1 – 2 jam setelah makan.
Absorpsi obat penicillin yang diberikan secara parenteral berlangsung secara cepat dan utuh.
Pemberian secara intravena lebih disukai daripada pemberian secara intramuscular karena
sifat iritasi dan nyeri lokal yang timbul setelah pemberian intramuskular dalam dosis besar.
Konsentrasi dalam serum 30 menit setelah pemberian 1 gram penicillin (setara dengan 1,6
juta unit penicillin G) adalah 20 – 50 mcg/ml. Penicillin yang memiliki ikatan protein plasma
yang kuat cenderung memiliki kadar obat bebas yang lebih rendah di dalam plasma, misalnya
Penicillin G dan Ampicillin. Ikatan dengan protein sangat bermakna secara klinis terutama
jika mencapai 95% atau lebih.
Benzathine dan Procaine Penicillin diformulasikan untuk absorpsi yang lambat, sehingga
menyebabkan pemanjangan waktu konsentrasi di dalam darah dan jaringan. Sebuah suntikan
tunggal benzathine penicillin dalam dosis 1,2 juta unit secara intramuscular akan dapat
mempertahankan kadar dalam serum di atas 0,02 mcg/ml selama 10 hari, yang cukup untuk
mengobati infeksi oleh streptokokus β hemolitikus. Setelah 3 minggu maka kadar dalam
serum masih melebihi 0,003 mcg/ml, yang dapat mencegah infeksi oleh streptokokus β
hemolitikus. Konsentrasi Penicillin dalam jaringan kurang lebih setara dengan konsentrasinya
di dalam serum. Penicillin juga diekskresikan melalui sputum dan air susu ibu sebanyak 3 –
15% dari kadarnya dalam serum. Penetrasi ke dalam jaringan mata, prostat, dan susunan saraf
pusat tidaklah baik, namun akan meningkat pada saat terjadi rekasi inflamasi seperti pada
meningitis bakteri.
Ekskresi Penicillin terutama melalui ginjal, hanya sebagian kecil melalui cara lain. 10% dari
ekskresi melalui ginjal adalah melalui filtrasi glomerulus, sedangkan 90% melalui sekresi
tubulus. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan penyesuaian dosis pada pasien yang
mengalami gangguan fungsi ginjal, terutama yang memiliki creatinine clearance 10ml/min.
Nafcillin terutama diekskresikan melalui saluran empedu. Oxacillin, dicloxacillin, dan
cloxacillin dieliminasi melalui ginjal dan empedu, sehingga tidak perlu ada penyesuaian dosis
untuk obat-obat tersebut pada kasus dengan gangguan fungsi ginjal. Pada bayi yang baru
lahir, proses ekskresi penicillin belumlah berjalan dengan baik, sehingga perlu dilakukan
penyesuaian dosis berdasarkan berat badan. Penyesuaian dosis untuk pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal dapat dilihat pada tabel berikut di bawah.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
Penicillin adalah obat yang relatif aman. Efek samping yang paling berbahaya adalah reaksi
hipersensitifitas (reaksi alergi). Semua penicillin memiliki “cross sensitizing” dan “cross
reacting”. Reaksi alergi yang terjadi dapat berupa syok anafilaktik, uticaria, serum sickness,
angioedema, pruritus, dsb. Riwayat alergi penicillin sebelumnya tidaklah dapat dipercaya
sepenuhnya. Dari sekitar 5 – 8 % yang mengklaim memiliki riwayat reaksi alergi terhadap
penicillin, ternyata hanya sebagian kecil yang benar-benar mengalaminya ketika diberikan
Penicillin. Sebaliknya sekitar 1% dari mereka yang pernah menerima Penicillin dan tak
menunjukan reaksi hipersensitifitas, ternyata justru mengalami reaksi alergi pada pemberian
Penicillin yang berikutnya. Sebagian besar pasien yang alergi terhadap Penicillin dapat
diobati dengan menggunakan obat lainnya. Tetapi pada keadaan tertentu dan jika memang
sangat diperlukan (misalnya pada enterococcal endocarditis atau neurosyphilis pada pasien
yang memang alergi dengan Penicillin), desensitisasi dapat dilakukan dengan cara secara
bertahap meningkatkan dosis Penicillin.
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, pmeberian penicillin dosis tinggi akan dapat
menyebabkan kejang. Nafcillin dapat menyebabkan neutropenia, Oxacillin dapat
menyebabkan hepatitis dan methicillin dapat menyebabkann nephritis interstitial (sehingga
tidak dipergunakan lagi). Pemberian penicillin secara oral dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan gangguan saluran pencernaan, terutama mual, muntah dan diare. Ampicillin
dihubungkan dengan kejadian pseudomembran colitis.
Antibiotik golongan β-Lactam dapat digunakan untuk berbagai macam penyakit infeksi.
Obat-obat golongan ini terdistribusi secara luas dan secara rutin sering digunakan untuk
penatalaksanaan sinusitis, otitis, pharyngitis, epiglottitis, infeksi gigi, bronchitis, pneumonia,
meningitis, infeksi saluran kemih, peritonitis, infeksi bilier dan saluran pencernaan, infeksi
kulit dan jaringan lunak, osteomyelitis, septic arthritis dan infeksi pada pemasangan alat
prosthetic, termasuk pula pada pemasangan i.v line. Penicillin G merupakan pilihan utama
untuk penatalaksanaan infeksi oleh Streptococcus pyogenes, penicillin susceptible strain dari
Streptococcus pneumoniae dan enterococci. Penicillin G yang diberikan secara intravena
tetap merupakan terapi pilihan pada pneumococcal dan meningococcal meningitis,
streptococcal dan enterococcal endocarditis. Tak ada penicillin yang lebih baru ataupun
antibiotik dari kelas lainnya yang terbukti lebih efektif. Streptococcus Pneumoniae yang
masih susceptible gterhadap Penicillin dihambat pada konsentrasi kurang dari 0,1μg
Penicillin. Penicillin lainnnya juga sangat aktif namun minimal inhibitory concentration
(MIC) yang dimilikinya melebihi Penicillin G. Penicillin, ampicillin dan amoxicillin
merupakan senyawa yang paling aktif, dengan MIC yang jarang melebih 4μg/mL, jika
dibandingkan dengan MIC sebesar 128 μg/mL dari ticarcillin untuk strain resisten penicillin.
Untuk infeksi pneumococcal yang berat yang disebabkan oleh strain Penicillin resisten
dengan MIC > 1 μg/mL, terutama pada pasien yang immunicompromised, vancomycin
maupun obat-obat antibiotik dari golongan non β-Lactam menjadi pilihan dibandingkan
penicillin maupun β-Lactam lainnya.
Penicillin dapat digunakan untuk mengatasi pneumococcal meningitis hanya jika isolat
tersebut merupakan penicillin susceptible. Pada umumnya semua Neisseria meningitidis
susceptible terhadap penicillin sedangkan Neisseria gonorrhoae seringkali resisten terhadap
Penicillin sehingga tidak lagi direkomendasikan untuk penatalaksanaan Gonorrhea.
Penicillin G merupakan obat pilihan utama (drug of choice) untuk semua stadium penyakit
Syphilis. Infeksi pada masa nifas terjadi karena streptococci anaerob ataupun grup B
streptococci (Streptococcus agalactiae), mapun infeksi genital oleh Clostridial juga
menggunakan Penicillin G.
Penggunaan Penicillin dan obat-obat golongan β-Lactam lainnya beserta spektrum, dan cara
pemberiannya serta dosisnya ada dalam tabel berikut.
* Cohen J, Powderly WG, Opal SM. Infectious Disease 3 rd ed. Elsevier Mosby, 2010
* Cohen J, Powderly WG, Opal SM. Infectious Disease 3 rd ed.
β-Lactamase inhibitor adalah derivat dari asam clavulanat (Clavulanic Acid) dan derivat dari
penicillanic acid sulfone dan biasa disebut pula “β-Lactam compounds”. Memiliki aktivitas
antibakteri yang lemah tetapi merupakan inhibitor yang potent bagi Amber class A β-
Lactamase dan dapat melindungi hydrolyzable penicillin dari inaktivasi oleh enzim tersebut.
Ada 3 β-Lactam inhibitor yang dimanfaatkan secara klinis yaitu clavulanic acid, sulbactam
dan tazobactam. Ketiganya memiliki perbedaan dalam aspek farmakologi, stabilitas, potency,
dan aktifitas. Tetapi perbedaan tersebut hanyalah memiliki makna klinis yang sangat kecil.
Setiap inhibitor tersebut hanya tersedia dalam bentuk fixedcombination antara β-Lactamase
inhibitor dengan Penicillin yang spesifik. Spektrum antibakterial dari kombinasi tersebut
tergantung pada Penicillin yang membentuk kombinasi dengan β-lactamase inhibitor
tersebut.
β-lactamase inhibitor memperluas spektrum antibiotik yang telah ada karena inaktivasi obat
oleh enzim β-lactamase tak terjadi.
β-lactamase inhibitor hanya efektif terhadap Amber class A β-lactamases (i.e, Penicillinase),
yang sering kali merupakan “plasmid encoded”. Sedangkan Ambler Class B, C dan D β-
lactamase tidaklah dipengaruhi oleh β-lactamase inhibitor.
II.1 Clavulanate
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
Farmakologi
Clavulanate diabsorbsi cukup dari saluran pencernaan. Kadar puncak dalam serum 4μg/mL
dalam anak dan dewasa tercapai dalam waktu 40 – 120 menit setelah pemberian sebanyak
125 mg. Kombinasi Clavulanate dengan Amoxicillin tidak mengubah secara signifikan
parameter farmakologi kedua obat tersebut. Absorpsi Clavulanate tidak dipengaruhi
pemberian makanan, susu, ataupun antasida Alumunium hydroxide.
Melalui pemberian secara intra vena, clavulanate yang dikombinasi dengan amoxxicillin
ataupun ticarcillin, clavulanate terdistribusi secara cepat, dan menghasilkan kadar puncak
8μg/mL sesudah pemberian secara intravena. Waktu paruh di dalam serum adalah sekitar 1
jam. Tidak terjadi akumulasi clavulanate kecuali jika creatinine clearance 10 mL/min.
Penyesuaian dosis tergantung pada dosis Amoxicillin ataupun Ticarcillin.
Clavulanate mengalami degradasi secara in vivo dengan metabolit yang dikeluarkan melalui
paru, feces dan urine. Hanya 20 – 60% yang tak berubah dalam 6 jam setelah pemberian
dosis tunggal secara oral. Clavulanate dapat melewati placenta dan dapat ditemukan dalam
darah umbilicus dan dalam cairan amnion tetapi tidak dapat ditemukan dalam air susu ibu.
Clavulanate tidak dapat melalui meningen yang tidak mengalami proses inflamasi.
Efek Samping
Tidak ada efek samping yang bermakna dalam penggunaan clavulanate yang dikombinasikan
dengan amoxicillin maupun ticarcillin. Insiden reaksi kulit sama besarnya dengan
penggunaan Penicillin lainnya secara tunggal. Diare merupakan efek samping tersering,
terutama jika diberikan dosis oral selama beberapa hari. Dosis Clavulanate yang dianjurkan
adalah tidak boleh melebih 125 mg dua atau tiga kali pemberian/hari.
Penggunaan Klinis
Amoxicillin-Clavulanate terbukti berguna untuk terapi otitis media pada anak-anak yang
disebabkan oleh kuman penghasil β-lactamase seperti H. influenzae dan M. Catarrhalis. Juga
dipergunakan untuk pengobatan sinusitis ataupun pneumonia yang disebabkan oleh kuman
penghasil β-lactamase yang masih susceptible maupun untuk kuman non penghasil β-
lactamase. Juga sangat berguna untuk pengobatan polymicrobial infection.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
III. CEPHALOSPORINS
Pertama kali ditemukan pada tahun 1945 oleh Giuseppe Brotzu, hasil dari isolasi
Cephalosporin acremoniumCephalosporins menyerupai Penicillin namun lebih stabil
terhadap berbagai bakteri penghasil β-lactamase dan memiliki spektrum aktifitas yang lebih
luas. Namun ada strain tertentu dari E.coli dan Klebsiella sp. yang mengekspresikan
“extended spectrum β-lactamase”yang dapat menghidrolisa sebagian cephalosporins dan
menimbulkan persoalan. Cephalosporins tidak aktif terhadap enterococci dan L.
Monocytogenes.
III.1 Struktur
Struktur dasar dari antibiotik golongan Cephalosporins adalah cincin β-lactam dan molekul 7-
aminocepahlosporanic acid (7-ACA).
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
2. Cephalosporin generasi II
Memiliki kemampuan aktifits terhadap basil Gram negatif namun dengan tetap
mempertahankan kemampuan terhadap cocci Gram positif. Kelompok Cefamycin
juga dimasukan dalam Cephalosporins generasi kedua. Cefamycin dikenal dengan
kemampuannya dalam mengatasi bakteri anaerob Gram negatif, misalnya Bacteroides
spp. Adapun yang termasuk dalam Cephalosporins generasi kedua misalnya:
Cefuroxime, Cefotetan, Cefoxitin, Cefaclor, Cefprozil, dan Loracarbef
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
4. Cephalosporins Generasi IV
Generasi ke empat memiliki spektrum terluas dari semua generasi Cephalosporins.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah Cefepime dan Cefpirome. Memiliki
kemampuan terhadap hampir semua Bacilli Gram negatif termasuk Pseudomonas
aeruginosa namun tetap mempertahankan kemampuan terhadap cocci Gram positif.
Cephalosporins generasi III dan generasi IV biasa juga disebut sebagai “Extended
Spectrum Cephalosporins.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
5. MRSA Active Cephalosporins
Meliputi ceftaroline dan ceftobiprole. Kemampuan unik dari kelompok ini adalah
kemampuannya dalam menghadapi MRSA. Selain itu obat golongan ini juga
memiliki kemampuan untuk menghadapi Streptococcus pneumoniae dan
Enterococcus faecalis. Aktifitas terhadap bacilli Gram negatif sama dengan
cephalosporins generasi III.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
III.5 Farmakologi
Cephalosporins adalah senyawa polar yang larut dalam air. Untuk generasi I, II, dan III
tersedia dalam bentuk sediaan oral dan parenteral. Sedangkan untuk generasi IV dan MRSA
active cephalosporin hanya tersedia untuk penggunaan parenteral. Untuk lebih mudahnya
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
Semua formulasi parenteral tersedia untuk pemberian secara intramuscular maupun secara
intra vena. Semua formulasi parenteral kecuali cephradine, stabil pada larutan yang disimpan
dalam suhu ruangan selama 24 jam atau lebih. Sedangkan sediaan oral tersedia dalam bentuk
tablet, kapsul maupun suspensi. Sebagian besar Cephalosporin dieliminasi melalui ginjal,
dengan waktu paruh 1 hingga 2 jam. Mekanisme utama untuk ekskresi melalui ginjal iti
terutama melalui sekresi tubulus. Pemberian Probenecid dapat memperpanjang waktu paruh
beberapa obat Cephalosporins.
Sama halnya dengan obat-obat antibiotik golongan β lactam lainnya, efek samping
Cephalosporins yang paling sering dijumpai adalah reaksi hipersensitifitas. Namun angka
kejadian reaksi hipersensitifitas akibat Cephalosporins tidaklah sebesar pada Penicillin.
Reaksi hipersensitifitas yang berat dapat menyebabkan anaphylaxis, serum sickness ataupun
angioedema. Reaksi silang antara obat-obat cephalosporin sedang dalam tahap penelitian.
Penggunaan skin test untuk memprediksi kemungkinan terjadinya reaksi hipersensitifitas
tidaklah cukup meyakinkan. Pada saluran cerna dapat muncul berbagai keluhan, diantaranya
diare. Efek pada susunan saraf sangat jarang dan sama seperti pada beta lactam lainnya.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
III.7 Penggunaan Klinik
Cephalosporin Generasi I
Cephalosporin Generasi II
Generasi III Cephalosporins digunakan untuk berbagai infeksi yang berat yang disebabkan
oleh organisme yang telah resisten terhadap berbagai macam obat antibiotik. Tetapi strain
yang mengekspresikan “Extended Spectrum β-Lactamase” (ESBL) tidaklah termasuk yang
bisa ditangani oleh antibiotik ini. Penggunaan generasi III cephalosporins untuk infeksi oleh
kuman golongan enterobacter haruslah dihindari walaupun jika hasil pemeriksaan secara in
vitro terhadap isolat menunjukan masih susceptible karena adanya resiko resistensi.
Ceftriaxone dan Cefotaxime dapat digunakan untuk mengatasi meningitis, termasuk
meningitis yang disebabkan oleh pneumococci, meningococci, H. influenzae dan kuman
enteric batang gram negatif yang susceptible, tetapi tidak untuk L. Monocytogenes.
Cephalosporins Generasi IV
Cefepime adalah salah satu contoh dari obat cephalosporin generasi IV. Cefepime memiliki
afinitas yang baik untuk Pseudomonas aeruginosa, Enterobacteriaceae, Staph. aureus dan
Strep. Pneumoniae. Juga sangat aktif dalam menghadapi haemophillus dan neisseria.
Cephalosporin Active Against MRSA
Antibiotik golongan β-blactam yang mempunyai kemampuan untuk melawan MRSA saat ini
sedang dalam pengembangan. Ceftaroline dan Ceftobiprole, keduanya memiliki peningkatan
kemampuan untuk terikat dengan PBP 2a yang biasanya berperan dalam mekanisme
resistensi methicillin pada staphylococci.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
IV. CARBAPENEM
Carbapenem memiliki inti yang berbeda dibandingkan penicillin di mana terjadi penggantian
methylene untuk sulfur dan ikatan ganda pada struktur cincin.
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
IV.2 Mekanisme Kerja
Carbapenem terikat dengan afinitas yang kuat pada molekul dengan berat yang tinggi,
Penicillin Binding Protein (PBP) dari gram positif dan gram negatif. Carbapenem menembus
lapisan membran luar (outer membrane) dari bakteri gram negatif melalui outer membran
protein spesifik yaitu, OprD. Ini membedakannya dengan Cephalosporins atau penicillin yang
menggunakan OmpC ataupun OmpF. Permeabilitas membran yang berbeda dan stabilitas
terhadap enzim β-lactamase yang luar biasa. Carbapenem tidak mengalami hidrolisis ataupun
mengalami hidrolisis tapi sangat lambat oleh kuman yang biasa tergolong penicillinase dan
cephalosporinase (Ambler class A & C enzyme), yaitu Staphlococcus aureus, Escherichia
coli, Enterobacter cloacae, Citrobacter freundii, Proteus rettgeri, Seratia marcescens,
Proteus vulgaris
IV.4 Farmakologi
Doripenem, ertapenem, imipenem dan meropenem diabsorpsi sangat jelek pada pemberian
secara oral sehingga harus diberikan secara parenteral. Semuanya dieksresikan melalui ginjal.
Doripenem, imipenem dan meropenem secara farmakologis mirip. Waktu paruh untuk ketiga
obat tersebut adalah 1 jam sedangkan untuk ertapenem adalah 4 jam. Waktu paruh yang
panjang memungkinkan ertapenem diberikan secara once-daily dosing. Imipenem biasa
diberikan setiap 6 jam sedangkan doripenem dan meropenem diberikan setiap 8 jam. Semua
carbapenem memerlukan penyesuaian dosis pada pasien yang mengalami
gangguan/penurunan fungsi ginjal.
IV.5 Efek Samping
Carbapenem umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan memiliki profil toksisitas yang
serupa dengan penicillin. Rash, urticaria, immediate hipersensitivity, reaksi silang, diare, dan
mual merupakan efek samping yang biasa terjadi. Semua carbapenem dikaitkan dengan
terjadinya kejang terutama imipenem. Ertapenem dan meropenem tampaknya kurang bersifat
epileptogenic.
Carbapenem diindikasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman yang masih susceptible
namun resisten terhadap obat-obat lain yang tersedia. Misalnya untuk infeksi oleh
Pseudomonas aeruginosa dan untuk penatalaksanaan infeksi campuran antara aerob dan
anaerob. Carbapenem juga aktif terhadap banyak kuman yang tergolong “highly penicillin
resistant strain of pneumococcus.
V. MONOBACTAM
Monobactam aktif hanya terhadap kuman gram negatif aerob. Aztreonam merupakan satu-
satunya monobactam yang tersedia di pasaran dan strukturnya berupa monocyclic β lactam
yang merupakan hasil modifikasi dari senyawa yang dihasilkan oleh Chromobacterium
violaceum. Tidak bermanfaat untuk kuman Gram positif dan anaerobic. Aztreonam
melakukan penetrasi membran bagian luar dari kuman gram negatif., dan resisten terhadap
hydrolsis oleh class A plasmid dan chromosomal β lactamase dan class B enzyme.
Diinaktifasi oleh class A carbapenemase, ESBL dan class C β-lactamase. Aztreonam
menghambat enterobacteriaceae pada konsentrasi < 0,5μg/mL P. aeruginosa, E. cloacae, dan
C.freundii. Aztreonam tidak diabsorpsi melalui saluran pencernaan. Pemberian aztreonam
sebanyak 500 mg secara intramuscular akan menghasilkan konsentrasi dalam serum sebesar
21-27 μg/mL pada 1 jam pertama dan akan menjadi 4 – 6 μg/mL 6 jam sesudahnya.
Konsentrasi dalam serum 1 jam sesudah pemberian secara intramuskular memberikan hasil
yang sama dengan pemberian secara intra vena.
Aztreonam diekskresikan melalui ginjal. Pada dewasa dengan fungsi ginjal dan hati yang
normal, waktu paruh aztreonam sekitar 2 jam. Pada neonatus usia 7 hari dan berat badan <2,5
kg, waktu paruh aztreonam berkisar antara 5,5 – 9,9 jam. Sedangkan pada dewasa dengan
gangguan fungsi ginjal, maka waktu paruhnya berubah menjadi 8 jam pada keadaan
creatinine clearance <10 μg/mL. Sedangkan pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang
ringan maka tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Aztreonam ditoleransi dengan sangat baik. Skin rash dapat muncul. Aztreonam adalah obat β
lactam yang dapat digunakan dengan aman pada pasien dengan rash ataupun dengan reaksi
hipersensitifitas terhadap penicillin maupun obat golongan β lactam lainnya karena tidak ada
cross reactivity. Reaksi hematologi, gastrointestinal, nephrotoxic, maupun neurotoxic jarang
terjadi.
Aztreonam jarang digunakan untuk terapi empiris karena spektrum aktifitas yang dimilikinya
terbatas pada kuman aerobic gram negatif. Aztreonam telah digunakan dengan aman
bersamaan dengan clindamycin, erythromycin, metronidazole, penicillins dan vancomycin.
Penggunaan yang paling utama adalah untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman aerob gram
negatif pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap penicillin maupun β lactam
lainnya. Juga bisa digunakan untuk terapi infeksi yang disebabkan metallo-β-lactamase.
Dosis yang biasa diberikan adalah 1 – 2 gram secara intra vena maupun secara intra muskular
setiap 6 – 8 jam.
.
.
Kepustakaan
1. Mandell GL, Bennett JE, Dollin R. Mandell, Douglas, and Bennett’s Principle and
Practice of Infectious Diseases. 7th ed. Philadephia: Elsevier Churchil Livingstone,
2010.
2. Cohen J, Powderly WG, Opal SM. Infectious Disease 3rd ed. Elsevier Mosby, 2010.
3. Bennet PM, Brown MJ. Clinical Pharmacology 9th ed.Churchil Livingstone, 2003.
4. Guilfoile Patrick. Antibiotic-Resistant Bacteria.Infobase Publishing, 2007.
5. Bauman RW. Microbiology: with Diseases by Body System, 3rd ed. Pearson, 2012.
6. Customer Education: Antibiotics Classification and Modes of Action. Biomerieux,
2008.
7. Katzung BG, Masters BS, Trevor AJ, Basic and Clinical Pharmacology, 11th ed.
Lange, 2009.