Anda di halaman 1dari 6

Lingkar pinggang merupakan sebuah garis keliling, yang menunjukkan estimasi lingkar tubuh

pada bagian abdomen (Klein, Allison, Heysmfield, Kelley, Leibel, Nonas dan Kahn, 2007).
Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara tulang rusuk terbawah dan tepi
atas tulang panggul. Saat pengukuran, subjek berdiri dengan kaki rapat, lengan pada kedua sisi
tubuh, memakai pakaian yang tipis dan dalam kondisi akhir ekspirasi normal. Pita pengukur
yang digunakan tidak boleh dilingkarkan terlalu kencang hingga menekan kulit subjek dan
pengukuran dilakukan paralel dengan lantai (WHO, 2008).

Pengukuran lingkar pinggang menyediakan informasi tentang distribusi lemak tubuh.


Peningkatan lingkar pinggang berkaitan dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik antara
lain adalah diabetes mellitus tipe 2, impaired glucose tolerance, atau toleransi glukosa normal

dengan resistensi insulin, secara bersamaan 2 atau lebih dengan peningkatan tekanan darah,
obesitas abdominal dan atau BMI >30 kg/m2, kolesterol HDL rendah, trigliserida tinggi, dan
mikroalbuminuria (National Obesity Forum, 2006).

Menurut Brigham and Women’s Hospital (2012), variasi yang terkait umur dan etnis dalam
distribusi lemak tubuh mempengaruhi nilai lingkar pinggang. Lingkar pinggang dapat menjadi
indikator risiko yang lebih baik daripada BMI dalam memperkirakan risiko penyakit terkait
obesitas di antara populasi tertentu seperti Asia-Amerika dan pediatrik.
Menurut International Diabetes Federation (2006), obesitas sentral paling mudah diukur dengan
menggunakan lingkar pinggang yang menggunakan guideline seperti ditunjukkan pada gambar
2, di mana dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan etnisnya secara spesifik (bukan berdasarkan
negara tempat tinggal).

Gambar 2. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Perbedaan Etnis oleh

International Diabetes Federation, 2006.

Penelitian Klein, dkk. (2007) menyatakan bahwa lingkar pinggang merupakan metode yang
menunjukkan korelasi paling baik dengan risiko penyakit dan mencerminkan adanya perubahan
pada jaringan adiposa abdominal. Pada penelitian Pongsatha (2012), pengukuran lingkar
pinggang merupakan prediksi yang baik untuk sindrom metabolik termasuk untuk kadar glukosa
darah puasa. Hal tersebut didukung oleh penelitian Kato, Takahashi, Inoue, Tsugane, Kadowaki
dan Noda (2008) yang menyatakan lingkar pinggang merupakan parameter yang praktis dan
nyaman untuk mendeteksi akumulasi faktor resiko (seseorang mengalami dua atau lebih
keadaan: hipertensi, dislipidemia dan hiperglikemia kondisi puasa). Penelitian El Hafez,
Hadhoud, Saad dan Salem (2011) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif bermakna antara
lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa (p < 0,01 ; r = 0,15).

Lingkar pinggang merupakan salah satu indikator antropometri yang banyak digunakan untuk
mengukur obesitas. Hasil ukur dari lingkar pinggang ini lebih menggambarkan lemak tubuh
dengan memperkirakan jaringan adiposa viseral. (Adam, 2006)
Lingkar pinggang diukur melalui lingkar pertengahan garis antara tepi inferior costa (tulang iga)
terbawah dan crista iliaca (bagian lateral sebelah atas tulang panggul). Subjek yang diukur
berada dalam posisi berdiri pada saat akhir ekspirasi (Seidell, 2009)

Penimbunan lemak di daerah pinggang atau abdominal akan menimbulkan distribusi lemak yang
bersifat sentral (obesitas sentral) dan dihubungkan dengan berbagai penyakit seperti hipertensi,
hiperlipidemia, dan hiperglikemia (Alain, 2010)

Lingkar pinggang berkorelasi positif dengan lemak perut dan kelebihan lemak perut merupakan
prediktor dari faktor resiko dan morbiditas penyakit obesitas terkait diabetes tipe 2, hipertensi,
dislipidemia dan penyakit kardiovaskuler (Meilani, 2012)

Penelitian pada individu Jordania mengemukakan bahwa lingkar pinggang merupakan prediktor
independen dari kejadian hipertensi dengan subjek berusia diatas 18 tahun (Batiha, 2015),

namun penelitian lain pada subjek berusia 35-54 tahun di Padang menyatakan bahwa lingkar
pinggang memiliki korelasi yang lemah dengan tekanan darah baik sistolik maupun diastolic
(Desmawati, 2014)

Kategori lingkar pinggang dibagi menjadi dua kategori, yaitu (Meredith, 2014):

− Resiko rendah apabila ≤ 80 cm dan resiko tinggi apabila ≥88 cm pada perempuan.

− Resiko rendah apabila ≤ 94 cm dan resiko tinggi apabila ≥102 cm pada laki-laki.

Berikut ini cara mengukur lingkar pinggang dengan benar:

1. Persiapan

Gunakan meteran yang biasa digunakan untuk membuat baju. Lepaskan kaus dan bebaskan
pinggang dari rok atau celana panjang sehingga bagian tengah perut terekspos. Berdirilah di
depan cermin jika mungkin sehingga Anda dapat mengukur lingkar pinggang dengan benar.

2. Temukan spot yang tepat

Tekan jemari Anda pada batang tubuh di dekat bagian kanan pinggang. Tekan jari-jari pada kulit
untuk menemukan tulang dasar panggul. Teruslah menekan dan pindahkan jari di sepanjang tepi
tulang pinggul sampai Anda menemukan lengkungan atas tulang tersebut. Titik tertinggi akan
terletak di sisi batang tubuh, hanya sedikit di bagian bawah tulang iga. Spot ini berada di dekat
atau pada level yang sama dengan pusar Anda.

3. Lingkarkan meteran

Posisikan meteran secara horizontal di spot atas tulang pinggul. Kemudian lingkarkan di seputar
perut dan seluruh batang tubuh. Pastikan meteran itu melintang secara horizontal. Tempatkan
ujung meteran angka 0 di spot sementara sisanya melingkari perut dan batang tubuh.

4. Ukur

Jangan mengecilkan perut. Berdirilah tegak dan buang napas dengan lembut ketika Anda
mengukur perut. Pastikan juga agar pita meteran itu tidak menekan kulit perut. Lihatlah pada
nomor di mana angka 0 bertemu dengan angka terakhir yang melingkari pinggang. Itulah ukuran
pinggang Anda.

Dapus

Adam JMF. Obesitas dan Diabetes Mellitus tipe 2 dalam J.M.F., Adam (ed). Obesitas dan
Sindrom Metabolik. Bandung. FK Universitas Padjajaran. 2006. 81-91.

Seidell JC, Visscher TL. Aspek Kesehatan Masyarakat pada Gizi Lebih. In: Gibney MJ,
Margetts BM, Kearney JM, Arab L, editors. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 2009. p.
204.

Alain G, Ronan R, Pierre HD, Celine L, Sylviane V, Beverley B, et al. Increases in waist
circumference and weight as predictor of type 2 diabetes individuals with impaired fasting
glucose influence of baseline BMI. Diabetes Care. 2010. 33: 1850-1852.

Meilani M. Pendekatan indeks antropometri sebagai alat skreening hipertensi pada orang dewasa
di daerah urban (Analisis Riskesdas 2007) [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia; 2012.

Batiha A, Alazzam M, Albashtawy M, Tawalbeh L, Tubaishat A, Alhalaiqa FN. The relationship


between hypertension and anthropometric indices in a Jordanian Population. 2015;7(5): 233-243.
Desmawati D. Korelasi pengukuran antropometri dengan tekanan darah dan angiotensinogen
plasma pada dewasa. MKA. 2014;37 (2): 72-79

Meredith S, Madden AM. Categorisation of health risk associated with excessive body weight
identified using body mass index , a body shape index and waist circumference. 2014;4: 185-
186.

Klein, S., Allison, D., Heymsfield, S., Kelley, D., Leibel, R., Nonas, C., et al., 2007, Waist
Circumference and Cardiometabolic Risk: A Consensus Statement from Shaping America’s
Health: Association for Weight Management and Obesity Prevention; NAASO, The Obesity
Society; The American Society for Nutrition; and The American Diabetes Association, AM J
Clin Nutr 2007; 85, pp: 1199.

International Diabetes Federation, 2006, Metabolic Syndrome, The IDF Consensus Worldwide
Definition of The Metabolic Syndrome, Belgium, pp. 10.

Pongsatha, S., Morakot, N., Sangchun, K., Chaovisitsaree, S., 2012, Correlation Between Waist
Circumference and Other Factors in Menopausal Women in Thailand, Menopause Clinic,
Health, 4 (2012), pp. 62-63.

Kato, M., Takahaski, Y., Inoue, M., Tsugane, S., Kadowaki, T., Noda, M., 2008, Comparisons
between Anthropometric Indices for Predicting The Metabolic Syndrome in Japanese, Asia Pac J
Clin Nutr, 17(2), pp: 226.

El Hafez, F., Hadhoud, K., Saad, M., Salem, H., 2011, Waist Circumference in Metabolic
Syndrome in The Egyption Population, Journal of American Science, 7 (12), pp: 1261.

Anda mungkin juga menyukai