Anda di halaman 1dari 2

Analisis dapat diartikan sebagai usaha pemisahan suatu kesatuan materi bahan menjadi

komponen-komponen penyusunnya sehingga dapat dikaji lebih lanjut. Analisis dalam


cabang ilmu kimia berarti penguraian bahan menjadi senyawa-senyawa penyusunnya yang
kemudian dapat dipakai sebagai data untuk menetapkan komposisi (susunan) bahan tersebut
(Lestari, 2012).

Kata analisis berasal dari kata Yunani kuno yang masuk ke dalam bahasa Latin modern yaitu
kata analusis yang berarti melepaskan. Kata analusis sendiri terdiri dari dua suku kata yaitu
ana yang berarti kembali dan luein yang berarti melepas sehingga analuein berarti melepas
kembali atau mengurai. Kata analusis ini kemudian terserap ke dalam bahasa Inggris
menjadi analysis (kalau tunggal) atau analyses (kalau jamak). Kata analysis tersebut
kemudian menjadi kosa kata bahasa Indonesia dan juga bahasabahasa lain (Lestari, 2012).

Analisis zat gizi dalam bahan pangan tidak semua bagian dapat dianalaisis karena bahan
makanan mempunyai bagian tertentu yang dapat dimakan. Analisis bagian dapat dimakan
(BDD) pada bahan makanan dilakukan dengan memberikan perlakukan pada bahan
makanan seperti membersihkan, menyiangi bagian yang tidak dapat dimakan sehingga
didapatkan bagian yang siap dianalisis (Widajanti L, 2016).

senyawa anorganik adalah senyawa yang berasal dari sumber daya alam, yang memiliki ciri-
ciri mudah terbakar, tidak semua senyawa anorganik yang memiliki unsur karbon, larut
dalam pelarut air atau anorganik, dan bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen
terlarut hingga mencapai anaerob (Siregar dkk, 2012).

Abu adalah zat anorganik sisa suatu pembakaran zat organik dalam bahan pangan. Bahan
pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur
mineral. Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk
menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan,
dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan (Amelia dkk, 2014).
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu
berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahna, kemurnian
serta kebersihan suatu bahna yang dihasilkan. Bahan makanan dibakar dalam suhu yang
tinggi dan menjadi abu. Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya
kandungan mineral yang terdapat dalam makanan atau pangan (Amelia dkk, 2014).

Lestari, Lily Arsanti dkk. 2012. Pendahuluan dan metode sampling Modul Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (kuliah). Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada

Widajanti, Laksmi dkk. 2016. Petunjuk praktikum analisis zat gizi. Semarang : Universitas
Diponegoro.

Siregar dan Y. Husni. 2012. Respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai
(Glycine max (L) Merrill) terhadap pemberian pupuk bokashi. Jurnal Online
Agroekoteknologi, 1(1): 220-236.

Amelia, Mulyo Riska dkk. 2014. “Penetapan kadar abu (AOAC 2005)”. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai