Anda di halaman 1dari 27

FOOTNOTE, INNOTE,

DAN BIBLIOGRAPHY
Footnote (catatan kaki), innote (catatan perut), dan bibliography (daftar
pustaka) biasanya digunakan untuk mencantumkan sumber bacaan yang
menjadi referensi dalam penulisan sebuah karangan ilmiah atau artikel.
Pencantuman sumber bacaan ini dimaksudkan untuk menguatkan teori yang
dibahas dalam karangan ilmiah yang kita buat. Selain itu, sumber bacaan ini
juga bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada si pencetus teori atau ide
dan menghindari dugaan plagiarisme terhadap karya orang lain. Sumber bacaan
tidak hanya kita dapatkan dari buku, tetapi bisa diambil dari majalah, sumber
internet, koran, artikel, tesis, dan lain-lain.
Dalam materi kali ini, kami akan membahas teknik-teknik untuk mencantumakn
sumber bacaan. Ada tiga macam teknik, yaitu footnote, innote,
dan bibliography.
A. Footnote
Memuat keterangan yang tercantum pada kaki halaman sebagai petunjuk
sumber bacaan, perluasan pembahasan tambahan yang tidak relevan jika
dimasukkan ke dalam teks, dan keterangan makna bahasa asing.

Cara menulis footnote:
1. Gelar seseorang tidak dicantumkan,
2. Jika teks di atas berupa paragraf, maka footnote juga harus berupa
paragraf. Namun, jika teks tidak berupa paragraf (rata kanan-kiri),
maka footnote pun demikian,
3. Penomoran menggunakan angka 1, 2, 3, dan seterusnya. Angka
ditulis agak di atas sedikit (superscript),
4. Penulisan singkatan ibid., loc. cit., dan op.cit. menggunakan huruf
kecil,
5. Penulisan judul buku menggunakan huruf miring, sedangkan judul
artikel diapit tanda kutip (” “),
6. Penulisan nama orang tidak dibalik,
7. Penulisan nama koran dan situs menggunakan huruf miring, dan
8. Untuk referensi dari internet, sertakan tanggal, waktu, dan tempat
pengaksesan (bila diperlukan).
Ada beberapa istilah yang dipakai dalam penulisan footnote, yaitu
1. Ibid. atau ibidium digunakan selama sumber referensi tepat sama
dengan yang di atas dan tidak ada selingan referensi apapun.
Ibidium dapat digunakan apabila halaman sumber referensi
berbeda,
2. Loc. cit. atau loco citati digunakan apabila sumber referensi sudah
pernah digunakan sebelumnya, tetapi terdapat selingan referensi
lainnya, dan
3. Op. cit. atau opere citati digunakan apabila sumber referensi sudah
pernah digunakan sebelumnya, terdapat selingan referensi lainnya,
tetapi halamannya berbeda.
Contoh:
Anggap saja data di bawah ini merupakan urutan sumber referensi yang
digunakan dan kita sedang berlatih membuat footnote. 
1. Judul buku Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi:
Autobiografi Parlindoengan Loebis halaman 52 karangan
Parlindoengan Loebis yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu &
KITLV pada 2006, di Jakarta.
2. Judul artikel “Salon yang Mempercantik Jiwa” karangan Gede
Prama yang dimuat dalam Kompas, halaman 7, 4 November 2006,
di Jakarta.
3. Merujuk sumber referensi nomor 2.
4. Merujuk sumber referensi nomor 1, halaman 55.
5. Judul buku Mengubah Dunia: Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan
Gagasan Baru halaman 88 karangan David Bornstein yang
diterbitkan oleh Yayasan Nurani Dunia & INSIST Press pada 1993,
di Jakarta.
6. Judul buku Orang Indonesia dan Orang Prancis: Dari Abad XVI
sampai dengan Abad XX halaman 100 karangan Bernard Dorleans
yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada 2006, di
Jakarta.
7. Merujuk sumber referensi nomor 6, halaman 101.
8. Merujuk sumber referensi nomor 5 dengan halaman yang sama.
9. Judul artikel “Bangga Sebagai Warga Negara Indonesia” karangan
Romeo Andromeda P., S.H. yang dimuat
dalam http://www.korantempo.com pada awal 2007.
10. Judul buku Kamus Istilah Hukum halaman 75 diterbitkan
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada 2005.
B. Innote
Menurut R. Masri Sareb Putra (2011: 60), seorang penulis harus mengutip
sumber ketika sumber tersebut benar-benar diperlukan untuk mendukung
gagasan penulis bahwa sebelum itu pernah ada orang lain yang menyampaikan
gagasan serupa. Kutipan terbagi menjadi dua jenis, yaitu kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama menulis kutipan langsung:


1. Kutipan kurang dari empat baris,
2. Apa yang dikatakan oleh narasumber dan kesalahan ejaannya pun
ikut dituliskan. Namun, jika dimasukkan ke dalam karangan ilmiah
perlu diralat. Contoh: tenaga kera -> tenaga ker[j]a,
3. Dimasukkan ke dalam teks dan diapit tanda kutip (” “),
4. Sumber rujukan dituliskan di dalam kurung sebelum atau sesudah
teks kutipan dengan urutan (nama akhir, tahun terbit: halaman),
5. Apabila penulis menghilangkan beberapa bagian kalimat, pada
bagian tersebut perlu disertakan tanda elipsis (…). Namun, jika satu
kalimat atau lebih, digantikan dengan titik-titik sepanjang satu
baris, dan
6. Spasi antar baris dibuat renggang (1.5).
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama menulis kutipan tidak langsung:
1. Kutipan lebih dari tiga baris,
2. Hanya mengambil intisari dan penulis harus mengolah kutipan
tersebut dengan bahasa sendiri,
3. Ditulis dalam paragraf baru yang menjorok ke dalam, dan
4. Spasi antar baris dibuat normal (1).
Contoh:

Mengutip dari buku 1001 Ways How to Love Coffee halaman 12 karangan


Martin Jo.
C. Bibliography
Biasanya bibliography adalah unsur yang paling penting dalam menuliskan
sumber referensi. Hampir sama dengan footnote, perbedaannya hanya tata cara
penulisan dan letak bibliography dituliskan pada akhir karangan ilmiah.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan selama menuliskan bibliography.
1. Judul atau tulisan DAFTAR PUSTAKA, ditulis dengan huruf
kapital semua dan diletakkan di tengah,
2. Menggunakan jenis alinea menggantung (hanging),
3. Spasi antar baris untuk satu referensi adalah 1, sedangkan spasi
antar baris antara referensi satu dengan referensi lainnya adalah 2,
4. Penulisan nama orang dibalik dan tidak menggunakan gelar.
Apabila penulis lebih dari satu, maka penulis kedua dan ketiga tidak
dibalik. Jika penulis lebih dari tiga, maka nama yang ditulis adalah
penulis pertama, dkk,
5. Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan abjad dari nama belakang
penulis,
6. Jika tidak terdapat tahun terbit, ganti dengan ‘Tanpa Tahun’,
7. Jika seorang penulis menerbitkan buku lebih dari satu dalam
setahun dan semua bukunya dipakai sebagai referensi, maka tulis
terlebih dahulu buku yang terbit pertama kali, lalu diikuti buku
kedua. Tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya. Untuk buku
kedua, ketiga, dan seterusnya, nama pengarang diganti dengan
‘———-‘,
8. Jika tidak terdapat nama pengarang, maka gunakan nama institusi
yang menerbitkan,
9. Jika dalam 5 tahun terdapat sumber bacaan yang sama, maka
gantikan judul buku dengan ‘———–‘, nama pengarang, tahun,
kota, dan penerbit ditulis seperti biasa,
10. Penulisan judul buku menggunakan huruf miring, sedangkan
judul artikel diapit tanda kutip (” “),
11. Penulisan nama koran dan situs menggunakan huruf miring,
dan
12. Untuk referensi dari internet, sertakan tanggal, waktu, dan
tempat pengaksesan (bila diperlukan).
Contoh:

Anggap saja data di bawah ini merupakan sumber referensi yang digunakan
dan kita sedang berlatih membuat bibliography. 
1. Judul buku Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi:
Autobiografi Parlindoengan Loebis halaman 52 karangan
Parlindoengan Loebis yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu &
KITLV pada 2006, di Jakarta.
2. Judul artikel “Salon yang Mempercantik Jiwa” karangan Gede
Prama yang dimuat dalam Kompas, halaman 7, 4 November 2006,
di Jakarta.
3. Merujuk sumber referensi nomor 2.
4. Merujuk sumber referensi nomor 1, halaman 55.
5. Judul buku Mengubah Dunia: Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan
Gagasan Baru halaman 88 karangan David Bornstein yang
diterbitkan oleh Yayasan Nurani Dunia & INSIST Press pada 1993,
di Jakarta.
6. Judul buku Orang Indonesia dan Orang Prancis: Dari Abad XVI
sampai dengan Abad XX halaman 100 karangan Bernard Dorleans
yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada 2006, di
Jakarta.
7. Merujuk sumber referensi nomor 6, halaman 101.
8. Merujuk sumber referensi nomor 5 dengan halaman yang sama.
9. Judul artikel “Bangga Sebagai Warga Negara Indonesia” karangan
Romeo Andromeda P., S.H. yang dimuat
dalam http://www.korantempo.com pada awal 2007.
10. Judul buku Kamus Istilah Hukum halaman 75 diterbitkan
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada November
2005.
11. Judul buku Kamus Istilah Ekonomi halaman 75 diterbitkan
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada Desember
2005.
12. Judul buku Interpersonal Communication halaman 25
karangan Sarah Trenholm dan Arthur Jensen yang diterbitkan oleh
Wadsworth pada 2004, di California.
13. Judul artikel “Didikan Jerman, Budaya Jawa” karangan Soetjipto
Wirosardjono. yang dimuat dalam http://www.republika.com, di
Jakarta.
DAPUS :

https://dewilestaribhsindumn2013.wordpress.com/2013/11/17/footnote-innote-dan-bibliography/

FOOTNOTE, INNOTE, DAN


BIBLIOGRAPHY
Footnote (catatan kaki), innote (catatan perut), dan bibliography (daftar pustaka) biasanya digunakan untuk
mencantumkan sumber bacaan yang menjadi referensi dalam penulisan sebuah karangan ilmiah atau artikel.
Pencantuman sumber bacaan ini dimaksudkan untuk menguatkan teori yang dibahas dalam karangan ilmiah
yang kita buat. Selain itu, sumber bacaan ini juga bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada si
pencetus teori atau ide dan menghindari dugaan plagiarisme terhadap karya orang lain. Sumber bacaan tidak
hanya kita dapatkan dari buku, tetapi bisa diambil dari majalah, sumber internet, koran, artikel, tesis, dan lain-
lain.

Dalam materi kali ini, kami akan membahas teknik-teknik untuk mencantumkan sumber bacaan. Ada tiga
macam teknik, yaitu footnote, innote, dan bibliography.

A. Footnote

Memuat keterangan yang tercantum pada kaki halaman sebagai petunjuk sumber bacaan, perluasan
pembahasan tambahan yang tidak relevan jika dimasukkan ke dalam teks, dan keterangan makna bahasa asing.

Cara menulis footnote:

1. Gelar seseorang tidak dicantumkan,


2. Jika teks di atas berupa paragraf, maka footnote juga harus berupa paragraf. Namun, jika
teks tidak berupa paragraf (rata kanan-kiri), maka footnote pun demikian,
3. Penomoran menggunakan angka 1, 2, 3, dan seterusnya. Angka ditulis agak di atas sedikit
(superscript),
4. Penulisan singkatan ibid., loc. cit.,dan op.cit. menggunakan huruf kecil,
5. Penulisan judul buku menggunakan huruf miring, sedangkan judul artikel diapit tanda kutip (”
“),
6. Penulisan nama orang tidak dibalik,
7. Penulisan nama koran dan situs menggunakan huruf miring, dan
8. Untuk referensi dari internet, sertakan tanggal, waktu, dan tempat pengaksesan (bila
diperlukan).

Ada beberapa istilah yang dipakai dalam penulisan footnote, yaitu


1. Ibid. atau ibidium digunakan selama sumber referensi tepat sama dengan yang di atas dan
tidak ada selingan referensi apapun. Ibidium dapat digunakan apabila halaman sumber
referensi berbeda,
2. Loc. cit. atau loco citati digunakan apabila sumber referensi sudah pernah digunakan
sebelumnya, tetapi terdapat selingan referensi lainnya, dan
3. Op. cit. atau opere citati digunakan apabila sumber referensi sudah pernah digunakan
sebelumnya, terdapat selingan referensi lainnya, tetapi halamannya berbeda.

Anggap saja data di bawah ini merupakan urutan sumber referensi yang digunakan dan kita sedang berlatih
membuat footnote. 

1. Judul buku Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi: Autobiografi Parlindoengan


Loebis halaman 52 karangan Parlindoengan Loebis yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu
& KITLV pada 2006, di Jakarta.
2. Judul artikel “Salon yang Mempercantik Jiwa” karangan Gede Prama yang dimuat
dalam Kompas, halaman 7, 4 November 2006, di Jakarta.
3. Merujuk sumber referensi nomor 2.
4. Merujuk sumber referensi nomor 1, halaman 55.
5. Judul buku Mengubah Dunia: Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan Gagasan Baru halaman
88 karangan David Bornstein yang diterbitkan oleh Yayasan Nurani Dunia & INSIST Press
pada 1993, di Jakarta.
6. Judul buku Orang Indonesia dan Orang Prancis: Dari Abad XVI sampai dengan Abad
XX halaman 100 karangan Bernard Dorleans yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer
Gramedia pada 2006, di Jakarta.
7. Merujuk sumber referensi nomor 6, halaman 101.
8. Merujuk sumber referensi nomor 5 dengan halaman yang sama.
9. Judul artikel “Bangga Sebagai Warga Negara Indonesia” karangan Romeo Andromeda P.,
S.H. yang dimuat dalam http://www.korantempo.com pada awal 2007.
10. Judul buku Kamus Istilah Hukum halaman 75 diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa pada 2005.

B. Innote

Menurut R. Masri Sareb Putra (2011: 60), seorang penulis harus mengutip sumber ketika sumber tersebut
benar-benar diperlukan untuk mendukung gagasan penulis bahwa sebelum itu pernah ada orang lain yang
menyampaikan gagasan serupa. Kutipan terbagi menjadi dua jenis, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama menulis kutipan langsung:

1. Kutipan kurang dari empat baris,


2. Apa yang dikatakan oleh narasumber dan kesalahan ejaannya pun ikut dituliskan. Namun,
jika dimasukkan ke dalam karangan ilmiah perlu diralat. Contoh: tenaga kera -> tenaga
ker[j]a,
3. Dimasukkan ke dalam teks dan diapit tanda kutip (” “),
4. Sumber rujukan dituliskan di dalam kurung sebelum atau sesudah teks kutipan dengan
urutan (nama akhir, tahun terbit: halaman),
5. Apabila penulis menghilangkan beberapa bagian kalimat, pada bagian tersebut perlu
disertakan tanda elipsis (…). Namun, jika satu kalimat atau lebih, digantikan dengan titik-titik
sepanjang satu baris, dan
6. Spasi antar baris dibuat renggang (1.5).

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama menulis kutipan tidak langsung:

1. Kutipan lebih dari tiga baris,


2. Hanya mengambil intisari dan penulis harus mengolah kutipan tersebut dengan bahasa
sendiri,
3. Ditulis dalam paragraf baru yang menjorok ke dalam, dan
4. Spasi antar baris dibuat normal (1).

Contoh:

Mengutip dari buku 1001 Ways How to Love Coffee halaman 12 karangan Martin Jo.

C. Bibliography

Biasanya bibliography adalah unsur yang paling penting dalam menuliskan sumber referensi. Hampir sama
dengan footnote, perbedaannya hanya tata cara penulisan dan letak bibliography dituliskan pada akhir
karangan ilmiah.

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan selama menuliskan bibliography.

1. Judul atau tulisan DAFTAR PUSTAKA, ditulis dengan huruf kapital semua dan diletakkan di
tengah,
2. Menggunakan jenis alinea menggantung (hanging),
3. Spasi antar baris untuk satu referensi adalah 1, sedangkan spasi antar baris antara referensi
satu dengan referensi lainnya adalah 2,
4. Penulisan nama orang dibalik dan tidak menggunakan gelar. Apabila penulis lebih dari satu,
maka penulis kedua dan ketiga tidak dibalik. Jika penulis lebih dari tiga, maka nama yang
ditulis adalah penulis pertama, dkk,
5. Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan abjad dari nama belakang penulis
6. Jika tidak terdapat tahun terbit, ganti dengan ‘Tanpa Tahun’,
7. Jika seorang penulis menerbitkan buku lebih dari satu dalam setahun dan semua bukunya
dipakai sebagai referensi, maka tulis terlebih dahulu buku yang terbit pertama kali, lalu diikuti
buku kedua. Tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya. Untuk buku kedua, ketiga, dan
seterusnya, nama pengarang diganti dengan ‘———-’,
8. Jika tidak terdapat nama pengarang, maka gunakan nama institusi yang menerbitkan,
9. Jika dalam 5 tahun terdapat sumber bacaan yang sama, maka gantikan judul buku dengan
‘———–’, nama pengarang, tahun, kota, dan penerbit ditulis seperti biasa,
10. Penulisan judul buku menggunakan huruf miring, sedangkan judul artikel diapit tanda kutip (”
“),
11. Penulisan nama koran dan situs menggunakan huruf miring, dan
12. Untuk referensi dari internet, sertakan tanggal, waktu, dan tempat pengaksesan (bila
diperlukan).

Anggap saja data di bawah ini merupakan sumber referensi yang digunakan dan kita sedang berlatih
membuat bibliography. 

1. Judul buku Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi: Autobiografi Parlindoengan


Loebis halaman 52 karangan Parlindoengan Loebis yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu
& KITLV pada 2006, di Jakarta.
2. Judul artikel “Salon yang Mempercantik Jiwa” karangan Gede Prama yang dimuat
dalam Kompas, halaman 7, 4 November 2006, di Jakarta.
3. Merujuk sumber referensi nomor 2.
4. Merujuk sumber referensi nomor 1, halaman 55.
5. Judul buku Mengubah Dunia: Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan Gagasan Baru halaman
88 karangan David Bornstein yang diterbitkan oleh Yayasan Nurani Dunia & INSIST Press
pada 1993, di Jakarta.
6. Judul buku Orang Indonesia dan Orang Prancis: Dari Abad XVI sampai dengan Abad
XX halaman 100 karangan Bernard Dorleans yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer
Gramedia pada 2006, di Jakarta.
7. Merujuk sumber referensi nomor 6, halaman 101.
8. Merujuk sumber referensi nomor 5 dengan halaman yang sama.
9. Judul artikel “Bangga Sebagai Warga Negara Indonesia” karangan Romeo Andromeda P.,
S.H. yang dimuat dalam http://www.korantempo.com pada awal 2007.
10. Judul buku Kamus Istilah Hukum halaman 75 diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa pada November 2005.
11. Judul buku Kamus Istilah Ekonomi halaman 75 diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa pada Desember 2005.
12. Judul buku Interpersonal Communication halaman 25 karangan Sarah Trenholm dan Arthur
Jensen yang diterbitkan oleh Wadsworth pada 2004, di California.
13. Judul artikel “Didikan Jerman, Budaya Jawa” karangan Soetjipto Wirosardjono. yang dimuat
dalam http://www.republika.com, di Jakarta.
DAPUS :

https://sitinurbaya-bhsind-umn-j1-blog.tumblr.com/post/89764320885/footnote-innote-dan-
bibliography/amp

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sebuah karya tulis pasti tidak lepas dari beberapa referensi yang berkaitan dengan tema atau topik
karya ilmiah tersebut. Hal ini untuk menunjukkan kualitas baik atau tidaknya sebuah karya ilmiah.
Semakin baik buku atau referensi yang dikutip maka semakin baik pula kualitas karya ilmiah tersebut.

Pada hakekatnya sebuah karya ilmiah disajikan bagi semua pembaca yang berkepentingan dengan karya
tersebut atau bisa juga bagi pembaca yang ingin menambah wawasan keilmuanya. Seorang pembaca
yang baik akan senantiasa mengkritisi apa yang ia baca, hal ini dilakukan dengan cara melihat referensi
yang dimuat oleh sebuah karya ilmiah yang ia baca. Maka dari itu seorang penulis harus benar dalam
menuliskan notasi ilmiah pada karya tulisnya.

Makalah ini akan mengulas sedikit mengenai pengertian notasi ilmiah, teknik-tekniknya, metode
penulisannya beserta singkatan-singkatan yang dipakai dalam notasi ilmiah.

B.     Perumusan Masalah

Untuk memudahkan penyusunan makalah ini, dibuatlah dibuatlah rumusan masalah sebagaimana
berikut :

Apa definisi notasi ilmiah ?

Apa saja teknik-teknik notasi ilmiah ?

Cara-cara menulis footnote, inote dan endnote ?

Apa singkatan ibid, op. cit dan loc. cit. ?

C.    Teknik Pemecahan Masalah

Dalam memecahkan masalah tentang notasi ilmiah kami menggunakan sebuah literatur buku dan media
internet dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

ADVERTISEMENT
REPORT THIS AD

D.    Sistematika Penulisan

Makalah ini tersusun atas tiga bagian, yaitu :

Bab I, memuat tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, teknik pemecahan masalah.

Bab II, berisi tentang isi atau kajian inti dari makalah

Bab III, berisi tentang intisari dari makalah dan kesimpulan dari kajian makalah.

BAB II

NOTASI ILMIAH

A.    Pengertian Notasi Ilmiah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian notasi adalah sistem lambing (tanda) yang
menggambarkan blangan nada-nada dan ujaran. Proses pelambangan, nada atauujaran dengan tanda
(huruf), catatan pendek yang perlu diketahui atau diingat. Sedangkan ilmiah adalah bersifat ilmu,. Secara
ilmu pengetahuan. Jad notasi ilmiah adalah ilmu tentang sistem lambing (tanda) yang menggambarkan
bilangan nada atau ujaran dengan tanda huruf. [1]

B.     Teknik-Teknik Notasi Ilmiah

Ada tiga teknik yang popular yang banyak digunakan di berbagai perguruan tinggi baik PTN maupun PTS,
yakni sebagai berikut::

1.      Footnote

Footnote adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber kutipan, pendapat buah pikiran,
fakta-fakta, atau ikhtisar. Footnote dapat juga brisi komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di
dalam teks, seperti keterangan wawancara, pidato di televisi, dan yang sejenisnya. Gelar akademik dan
gelar kebangsawanan tidak disertakan serta nama pengarang atau penulis tidak dibalik.[2]

Footnote yang merupakan rujukan ditulis berdasarkan cara berikut ini.

Nama pengarang tanpa dibalik urutannya, diikuti koma.

Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan gelar tersebut.

Judul karangan dicetak miring tidak diikuti koma

Nama penerbit dan angka tahun diapit tanpa kurung dikuti koma.

Nomor halaman dapat disingkat hlm atau h. Angka nomor halaman diakhiri titik (.).[3]
 

Contoh-contoh footnote

v  Footnote diambil dari buku :

12 Andrew Spencer, Morphological Theory: An Introduction to Word Strucuture in Generative


Grammar, (Cambridge, Massachusetts: Blackwell Publishers, 1993), hlm. 81.

v  Footnote dari majalah

16 Ahmad Ta’rifin, “Menimbang Paradigma Liberalisme dalam Praktik Persekolahan”


(Pekalongan: Forum Tarbiyah: Jurnal Pendidikan Islam STAIN Pekalongan, No. 1 Juni, III, 2005), hlm. 123.

v  Footnote dari surat kabar

17 Rokhmah Sugiarti, “Meluruskan Mitos Jari-jari Perempuan” (Semarang: Suara Merdeka, 29 Mei
2000), hlm. 7.

v  Footnote dari makalah

18 Din Syamsuddin, “Peranan Golkar dalam Pendidikan Politik Bangsa”, Makalah Disampaikan dalam
Seminar Nasional Peranan Pendidikan Islam dalam Pendidikan Politik di Indonesia yang Diselenggarakan
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 19-21 Mei 1996.

v  Karangan yang tidak diterbitkan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi

19 Afdol Tharik Wastono, “Kongruensi dan Reksi dalam Bahasa Arab” (Jakarta: Tesis Magister umaniora,
Perpustakaan UI, 1997), hlm. 82.

v  Pidato di televisi

22 Penjelasan A. Latief dalam siaran Pembinaan Bahasa Indonesia melalui TVRI, Selasa, 4 Agustus 1987
pukul 20.35 WIB.[4]

2.      Innote

Pada teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam
narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat. Pada innote ketentuannya adalah
sebagai berikut.

Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan

Menulis nama akhir pengarang

Mencantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung

Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
Contoh :

Perkembangan bahasa merupakan hal yang sangat urgen dalam tahap perkembangan jiwa anak,
menurut Yule (1996: 178 – 180), perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu (1)
tahap pralinguistik (pre-language Stages); (2) tahap satu kata, satu frasa (the one-word or holophrastic,
stage); (3) tahap dua kata, satu frasa (the two – word stage); dan (4) tahap menyerupai telegram
(telegraphic speech).[5]

3.      Endnote

Pada teknik endnote, nama pengarang diletakkan setelah bunyi kutipan atau dicantumkan di bagian
akhir narasi, dengan ketentuan sebagai berikut.

Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan

Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung

Menulis nama akhir pengarang tanpa koma, tahun terbit titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung
dan akhirnya diberi titik.

Contoh :

Ada aspek penguasaan pragmatik, anak dianggap sudah dapat berbahasa pada waktu ia mampu
mengeluarkan kata-kata pertamanya, yaitu sekitar usia satu tahun. Akan tetapi sesungguhnya sejak
masa-masa awal setelah kelahirannya anak mampu berkomunikasi dengan ibunya.

Demikian juga orang-orang dewasa di lingkungannya pun memperlakukan anak seolah-olah sudah dapat
berbicara (Spencer dan Kass, 1970 : 130).[6]

C.    Penulisan Ibid, op.cit, dan loc. cit.

Singkatan ini digunakan untuk memendekkan penulisan informasi pustaka dalam footnote. Penulisan
harus memperlihatkan persyaratan baku yang sudah lazim.

Ibid

Ibid singkatan kata ibidium berarti di tempat yang sama dengan diatasnya.

Ibid ditulis dibawah catatan kaki yang mendahuluinya

Ibid tidak dipakai apabila telah ada catatan kaki lain yang menyelinginya.

Ibid diketik atau ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring, dan diakhiri titik.

Apabila referensi berikutnya berasal dari jilid atau halaman lain, urutan penulisan : ibid, koma, jilid,
halaman.

Contoh :

4 Hernomo, Mengikat Mana, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 109-130.


5 Ibid., 133-145.[7]

op. cit. (ofere citato)

loc. cit (loco citato)

Loc. cit singkatan loco citato, berarti di tempat yang telah disebutkan,

Merujuk sumber data pustaka yang sama yang berupa buku kumpulan esa, jurnal, ensiklopedi, atau
majalah, dan telah diselingi sumber lain .

Jika halaman sama kata loc.cit tidak diikuti nomor halaman, jika halaman berbeda kata loc. cit diikuti
nomor

Menyebutkan nama famili (keluarga) pengarang.

Contoh :

Sarwiji Suwandi, “Peran Guru dalam meningkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia Siswa berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi“, Kongres Bahasa Indonesia VIII, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), 1-15

Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurum Imm, (Jakarta : Pustaka Binaman Presindo,
1994), 1-40

Suwandi, loc.cit.[8]

BAB III

PENUTUP

Jadi, notasi ilmiah adalah ilmu tentang sistem lambang (tanda) yang menggambarkan bilangan, nada
atau ujaran dengan tanda huruf.

Teknik-Teknik Notasi Ilmiah

Footnote (catatan kaki)

Innote (Sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam narasi atau
kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat)

Endnote (Catatan Akhir)

a. Cara-cara menulis footnote

Ø Nama pengarang tanpa dibalik urutannya, diikuti koma.


Ø Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan gelar tersebut.

Ø Judul karangan dicetak miring tidak diikuti koma

Ø Nama penerbit dan angka tahun diapit tanpa kurung dikuti koma.

Ø Nomor halaman dapat disingkat hlm atau h. Angka nomor halaman diakhiri titik (.).

a. Cara-cara menulis innote

Ø Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan

Ø Menulis nama akhir pengarang

Ø Mencantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman didalam kurung.

Ø Menampilkan kutpan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.

a. Cara-cara menulis endnote

Ø Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan

Ø Menampilkan kutipan baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung

Ø Menulis nama akhir pengarang, tanda koma, tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam
kurung dan akhirnya diberi titik.

Penulisan Ibid, Op. Cit. dan Loc. Cit

Singkatan ini digunakan untuk memendekkan penulisan informasi pustaka dalam footnote. Penulisan
harus memperhatikan persyaratan baku yang sudah lazim.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kelompok kami yang berjudul notasi ilmiah dengan lancar, akan tetapi kami menyadari bahwasanya
masih banyak kekurangan dalam pembuatan, penyampaian ataupun isi makalah ini. Oleh karena itu,
kami harapkan saran, tambahan serta kritik dari dosen pengampu, demi sempurnanya makalah kami.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih sekaligus mohon maaf. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami, khususnya bagi pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 2003. Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku
Kompas.

Karyanto, Umum Budi. 2007. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: STAIN Press.

 
HS. Widjono.. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Widiasarana.

[1] J.S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asia dalam Bahasa Indonesia. hal. 244.

[2] Umum Budi Karyanto, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, hal. 81.

[3] Widjono H.S, Bahasa Indonsia, hal. 69.

[4] Karyanto, op. cit., 84-87

[5] Umum Budi Karyanto, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, hal. 88-89

[6] Ibid., h. 89-90.

[7] Widjono HS. Bahasa Indonesia. Hal. 69-70

[8] Ibid., 70-71

DAPUS

https://makalahsemua.wordpress.com/

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indeks merupakan istilah yang terdapat dalam bidang perpustakaan dan dianggap sebagai salah satu
sistem temu kembali informasi. Mengindeks dan mengkatalog merupakan suatu kegiatan yang ada di
perpustakaan, kedua pekerjaan tersebut sama namun sedikit berbeda, biasanya dalam mengindeks ada
unsur sedikit menganalisa atau menguraikan suatu karya. Misalnya suatu karya dimana dimana dalam
karya tersebut terdiri dari beberapa karya orang yang berbeda, baik judul maupun subyeknya, maka
sebaiknya masing-masing itu perlu kita uraikan satu-persatu dengan membuatkan indeksnya.
Pengindeks perlu mampu menentukan isi subyek sutau dokumen dengan menggunakan kosakata yang
diperkenankan oleh sistem, pengindeks juga perlu memahami isi subyekdan menterjemahkan isi kedalam
bahasa indeks yang diterapkan.
Setelah perang dunia ke II praktek mengindeks cenderung menerapkan sistem kosakata yang tidak
terkendali. Pengindeks memilih kosakata yang digunakan oleh pengarang seperti yang terdapat dalam
dokumen. Dalam pengindeksan disebut menggunakan “Natural Language”. Dalam menerapkan kosakata
yang terkendali untuk tugas-tugas mengindeks, kita memilih kosakata yang telah ditentukan oleh tajuk-
tajuk subyek. Pengindeks menerapkan Natural Language seperti ditentukan dalam dokumen, kadang-
kadang disebut “Indexing By Extraction”, karena kata-kata diambil dari dokumen itu sendiri. Antara tahun
1950-1960 menonjol pemakaian thesaurus untuk mengendaklikan kosakata dalam pengindeksan.

B. Tujuan
Memberi pemahaman kepada pembaca mengenai konsep Pengindeksan dan ringkasan, berikut
menggunakan bahan bentuk indeks dan abstrak di dalam membantu mendapatkan informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Indeks dan abstrak merupakan dua istilah yang terdapat dalam bidang Ilmu Perpustakaan, dan di anggap
sebagai jantung kepada sistem akses informasi. Pengguna perpustakaan terutama para peneliti
menggunakan indeks dan abstrak untuk mendeteksi bahan di Perpustakaan. Bahan yang biasa diindeks
dan berisi ringkasan adalah artikel dari jurnal, kertas kerja persidangan dan tesis. Contoh bahan yang di
indeks tetapi tidak di buat ringkasan adalah berita koran.

Sebelum di terangkan lebih lanjut mengenai indeks dan abstrak, siswa harus memahami maksud
bibliografi dan unsur informasi bibliografik.

Maksud bibliografi dan Unsur Info Bibliografi


Bibliografi adalah daftar bahan-bahan yang disusun mengenai sesuatu perkara oleh orang perseorangan
atau kelompok atau badan-badan tertentu.

Unsur informasi bibliografik atau data bibliografik adalah entri-entri penting yang dapat digunakan untuk
tujuan dapatan semula informasi. Contoh entri tersebut adalah: nama penulis, judul, perkara, tahun, dan
informasi-informasi lain dari bahan yang ingin diindeks yang difikirkan penting.

1. Definisi Pengindeksan

Indeks merupakan istilah yang terdapat dalam bidang perpustakaan dan dianggap sebagai salah
satu sistem temu kembali informasi.
Indeks dari segi bahasa didefinisikan sebagai:

a. Sesuatu yang menunjuk atau menanda

b. Daftar nama-nama yang disusun secara alfabetis

Dengan kata lain indeks merupakan daftar urutan nama, tempat, ataupun subyek dalam sebuah
dokumen yang diterbitkan. Daftar tersebut dapat menjadi rujukan untuk mencari dokumen yang dicari.

Definisi lain menjelaskan pengindeksan adalah sebagai suatu proses menganalisa isi kandungan suatu
bahan atau sumber informasi dan menerangkannya dengan menggunakan bahasa atau istilah di dalam
sistem pengindeksan. Sistem pengindeksan ini bertujuan untuk menganalisa (menguraikan) suatu karya.
Misalnya suatu karya dimana dalam karya tersebut terdiri dari beberapa karya orang yang berbeda, baik
judul maupun subyeknya. Maka sebaiknya masing-masing karya itu perlu kita uraikan satu persatu
dengan membuatkan indeksnya.

Para pengguna perpustakaan biasanya menggunakan indeks untuk mencari dokumen yang ada di
perpustakaan terutama dokumen yang biasa di indeks seperti; artikel dari jurnal, kertas kerja dan tesis.

Sebuah indeks yang baik harus dapat memberi panduan yang spesifik, juga mampu menentukan lokasi
sumber informasi dengan efisien dan dapat digunakan untuk mencari sumber-sumber informasi lain yang
berkaitan, oleh karena itu sebuah indeks harus lengkap dan tepat (complete and accurate).

2. Fungsi Pengindeksan

Fungsi-fungsi pengindeksan antara lain :


• Memberi panduan secara rinci untuk mendapatkan suatu bahan
• Memudahkan pencarian suatu bahan atau sumber informasi dengan baik dan benar
• Membantu dalam mencari suatu bahan yang akan dicari
• Memberitahu hubungan antara suatu bahan atau sumber informasi dengan bahan atau sumber
informasi lainnya
• Menyediakan suatu pandangan yang menyeluruh yang terdapat dalam teks atau koleksi.

3. Unsur-unsur indeks

Unsur-unsur indeks antara lain :


a. Kosakata :
• Hubungan antara klasifikasi-pengindeksan
• Perbedaan dan persamaan entri klasifikasi
• Tajuk subyek, istilah, deskriptor, kata kunci (Keyword).

b. Bentuk Indeks :
• Bentuk-bentuk yang ada
• Bentuk-bentuk indeks yang dihasilkan komputer.

4. Komponen, Cakupan dan Jenis-jenis indeks


Jenis-jenis indeks :
• Indeks Belakang Buku
• Indeks Berantai (Chain Index)
• Indeks Nama / Pengarang
• Indeks Berabjad
• Indeks Kata kunci (keyword index)
• Indeks KWIC / KWOC

Indeks terbagi dalam beberapa jenis yaitu :

a. Indeks Belakang Buku


Indeks belakang buku adalah suatu istilah yang terdapat dibelakang sebuah buku dan biasanya disusun
sesuai urutan abjad. Indeks ini digunakan sebagai panduan oleh pengguna dalam mencari topik yang
dikehendaki tanpa perlu membaca keseluruhan isi dari suatu dokumen.

Contoh indeks belakang buku seperti yang terdapat dalam Encyclopedia Britannica adalah :

Automatic indexing
Definition, 177
Nature of, 147-52
Other approaches, 152

Automatic methods
Abstracting, 153-54
b. Indeks Berantai
Indeks berantai adalah suatu kaedah mengindeks yang dapat membantu pengguna mengetahui
hubungan antara satu istilah dengan istilah yang lain. Indeks berantai menghubungkan setiap konsep
dengan konsep lain yang berkaitan. Indeks berantai menyediakan entri-entri tunggal secara terpilih satu
demi satu yang tersusun sesuai dengan urutan abjad.

Contoh indeks berantai seperti yang telah diperkenalkan oleh Ranganathan yaitu :
UNITED STATES
Television industry. Computer. Animation.
TELEVISION. United States.
Computers. Animation.
COMPUTERS. Television industry. United States.
Animation.
ANIMATION. Computers.
Television industry. United States.

c. Indeks Nama Pengarang (Author Index)


Indeks nama pengarang adalah suatu data yang berdasarkan urutan abjad nama pengarang. Pembaca
biasanya merujuk kepada suatu hasil penulisan berdasarkan nama pengarang. Indeks berantai ini dapat
membantu pengguna dalam mengenal suatu dokumen atau sumber informasi berdasarkan bidangnya,
karena biasanya seorang pengarang itu kerap kali menulis dan dikenali berdasarkan bidang yang
digelutinya.
d. Indeks Berabjad
Seperti halnya indeks nama pengarang indeks berabjad pada umumnya disusun sesuai urutan abjad
berdasarkan subyek-subyek tertentu. Indeks ini dapat menjadi panduan ringkas dan terperinci dengan
memasukkan istilah yang berkaitan termasuk nama pengarang dan nama tempat.

e. Indeks Kata Kunci (Keyword Index)


Indeks kata kunci adalah satu bentuk indeks yang dibuat berdasarkan istilah yang terdapat dalam setiap
dokumen. Misalnya, yang dapat menjadi penunjuk kepada seluruh isi kandungannya. Salah satu dari
sumber istilah tersebut adalah judul (tittle).

Komponen utama bagi sebuah indeks adalah entri indeks (Indeks Entry) yang berfungsi sebagai panduan
isi sebuah dokumen atau koleksi dari ilmu pengetahuan yang direkam (Recorder Knowledge). Entri ini
terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

 Headings, biasanya meliputi kata kunci atau istilah menerangkan suatu perkara.
 Modification, menerangkan suatu perkara dengan lebih tepat. Modifikasi yang baik akan
membantu mempastikan kerelevanan bagi suatu entri. Ketepatan modifikasi yang tinggi
akan meminimalkan resiko memperoleh hasil pencarian yang tidak relevan.
 References, atau disebut juga dengan “Locator “ atau petunjuk dengan menggunakan
simbol, nomor kelas, yang menerangkan suatu bahan atau sumber informasi.
Contoh:

Heading ————- Abstracting 22-23

Forms 169-70

Modification ———– Journal 151-6

Petunjuk 30-1 ———– Reference

5. Pengindeksan Berkomputer
Pengindeksan juga dapat dilakukan secara otomatis yaitu dengan menngunakan komputer. Salah
satunya dengan adanya perangkat lunak khusus dan dengan cara membuat pangkalan data, proses
pengindeksan ini dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat. Perangkat lunak yang digunakan
seperti CDS/ISIS (Computerized Documentation System/Integrated Set of Information Systems),
PASCALadalah perangkat lunak yang mudah digunakan dan sesuai untuk membuat pangkalan data
untuk menyimpan dan mendapatkan informasi.

Perangkat lunak ini memberi kemudahan kepada pengguna yaitu :

 Menentukan jenis dan bentuk entri dalam sebuah pangkalan data yang telah dibuat.
 Memasukkan data terbaru
 Melakukan pengindeksan dalam menyusun entri-entri.
 Melakukan pencarian (searching).
 Melakukan cetakan (printing).
Layanan Pengindeksan dan pengabstrakan ini dapat dilakukan melalui 2 cara :

 Secara petunjuk yaitu menggunakan kartu. Kemudian kartu ini akan disusun menurut abjad
sama ada bawah penulis atau kata sumber / perkara
 Secara elektronik yaitu menggunakan komputer. Biasanya semua data yang dimasukkan ke
dalam komputer akan diindeks oleh perangkat lunak yang digunakan. Proses penyusunan
(sorting) akan di buat secara otomatis
Contoh Dokumen yang biasa di Indeks :

Bahan Buku
• Pengarang
• Judul buku
• Edisi
• Tempat terbit
• Penerbit
• Tahun di terbitkan

Contoh : Yusup Hashim. Teknologi pengajaran. Edisi 2. Shah Alam: Fajar Bakti, 1998.

Bahan Jurnal
• Pengarang
• Judul artikel
• Judul Jurnal
• Jilid
• Nomor / bilangan
• Tahun di terbitkan
• Muka surat

Contoh : Ding, Choo Ming. Khidmat abstrak, indeks di Internet. Pemikir 13. (Juli – September 1998): 175-
190.

Artikel Surat kabar


• Pengarang
• Judul artikel
• Judul koran
• Tanggal di terbitkan
• Muka surat
• Kolom
Contoh: Shamsul Azree. Banyak kerabat GAPENA tidak aktif. Berita Harian, 31.12.1993: 25

Kertas kerja seminar / persidangan


• Pengarang
• Judul kertas kerja
• Nama Seminar
• Tempat Seminar
• Tahun Seminar diadakan

Contoh: Ahmad Kamari. Application of approriate engineering principles to improve food processing
efficiency. Food engineering and the food industry seminar. Serdang, 17 May, 1983.

Bahan Tesis
• Pengarang
• Judul tesis
• Jenis tesis
• Tahun di terbitkan

Contoh: Amran Kasimin. Arabic words in the Indonesian vocabulary. Tesis Sarjana Universitas
Kebangsaan Malaysia, 1976.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indeks merupakan hal yang penting kepada para pengguna terutama kepada para peneliti. Kini
kebanyakan informasi dapat diakses melalui layanan indeks berkomputer atau secara online di dalam
bentuk pangkalan data CD-ROM atau melalui Internet. Hanya dengan mengetik kata-kata berdasarkan
kata sumber tertentu yang diperlukan, semua bahan atau sumber informasi yang berkaitan dengan kata
tersebut akan terdaftar.
Pencarian informasi dengan metode ini lebih mudah daripada metode lama yaitu melalui indeks dalam
bentuk petunjuk. Dengan cara yang lama pengguna harus melihat indeks yang kadang-kala mempunyai
banyak jilid atau jumlah kartu yang banyak sebelum mengetahui informasi yang dicari atau diperlukan.
Dengan proses Pengindeksan dibantu oleh sistem berkomputer, ia akan menjadikan proses pencarian
informasi menjadi lebih efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
 http://pkukmweb.ukm.my/~library/ind_abs.htm
 Pringgoadisuryo, Luwarsih, Hubungan Indeks-menelusur Informasi.dalam Kerjasama Jaringan
Perpustakaan dan Akses Informasi. Jakarta : Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional, 1995.
 Rimbarawa, Kosam, Dasar-dasar Organisasi Informasi. Jakarta : Hakaeser, 2007.
 Soekarman K, Daftar Tajuk Subyek Untuk Perpustakaan. Jakarta : Gunung Mulia, 1990.

Anda mungkin juga menyukai