Anda di halaman 1dari 16

Footnote (catatan kaki), innote (catatan perut), dan bibliography

(daftar pustaka) biasanya digunakan untuk mencantumkan sumber


bacaan yang menjadi referensi dalam penulisan sebuah karangan
ilmiah atau artikel. Pencantuman sumber bacaan ini dimaksudkan
untuk menguatkan teori yang dibahas dalam karangan ilmiah yang
kita buat. Selain itu, sumber bacaan ini juga bertujuan untuk
memberikan penghargaan kepada si pencetus teori atau ide dan
menghindari dugaan plagiarisme terhadap karya orang lain.
Sumber bacaan tidak hanya kita dapatkan dari buku, tetapi bisa
diambil dari majalah, sumber internet, koran, artikel, tesis, dan lain-
lain.
Dalam materi kali ini, kami akan membahas teknik-teknik untuk
mencantumakn sumber bacaan. Ada tiga macam teknik,
yaitu footnote, innote, dan bibliography.
A. Footnote
Memuat keterangan yang tercantum pada kaki halaman sebagai
petunjuk sumber bacaan, perluasan pembahasan tambahan yang
tidak relevan jika dimasukkan ke dalam teks, dan keterangan
makna bahasa asing.
Cara menulis footnote:
1 Gelar seseorang tidak dicantumkan,
2 Jika teks di atas berupa paragraf, maka footnote juga harus berupa
paragraf. Namun, jika teks tidak berupa paragraf (rata kanan-
kiri), maka footnote pun demikian,
3 Penomoran menggunakan angka 1, 2, 3, dan seterusnya. Angka
ditulis agak di atas sedikit (superscript),
4 Penulisan singkatan ibid., loc. cit., dan op.cit. menggunakan huruf
kecil,
5 Penulisan judul buku menggunakan huruf miring, sedangkan judul
artikel diapit tanda kutip (” “),
6 Penulisan nama orang tidak dibalik,
7 Penulisan nama koran dan situs menggunakan huruf miring, dan
8 Untuk referensi dari internet, sertakan tanggal, waktu, dan tempat
pengaksesan (bila diperlukan).
Ada beberapa istilah yang dipakai dalam penulisan footnote, yaitu
1 Ibid. atau ibidium digunakan selama sumber referensi tepat sama
dengan yang di atas dan tidak ada selingan referensi apapun.
Ibidium dapat digunakan apabila halaman sumber referensi
berbeda,
2 Loc. cit. atau loco citati digunakan apabila sumber referensi sudah
pernah digunakan sebelumnya, tetapi terdapat selingan
referensi lainnya, dan
3 Op. cit. atau opere citati digunakan apabila sumber referensi
sudah pernah digunakan sebelumnya, terdapat selingan
referensi lainnya, tetapi halamannya berbeda.
Contoh:
Anggap saja data di bawah ini merupakan urutan sumber referensi
yang digunakan dan kita sedang berlatih membuat footnote.
1 Judul buku Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi:
Autobiografi Parlindoengan Loebis halaman 52 karangan
Parlindoengan Loebis yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu
& KITLV pada 2006, di Jakarta.
2 Judul artikel “Salon yang Mempercantik Jiwa” karangan Gede
Prama yang dimuat dalam Kompas, halaman 7, 4 November
2006, di Jakarta.
3 Merujuk sumber referensi nomor 2.
4 Merujuk sumber referensi nomor 1, halaman 55.
5 Judul buku Mengubah Dunia: Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan
Gagasan Baru halaman 88 karangan David Bornstein yang
diterbitkan oleh Yayasan Nurani Dunia & INSIST Press pada
1993, di Jakarta.
6 Judul buku Orang Indonesia dan Orang Prancis: Dari Abad XVI
sampai dengan Abad XX halaman 100 karangan Bernard
Dorleans yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer
Gramedia pada 2006, di Jakarta.
7 Merujuk sumber referensi nomor 6, halaman 101.
8 Merujuk sumber referensi nomor 5 dengan halaman yang sama.
9 Judul artikel “Bangga Sebagai Warga Negara Indonesia” karangan
Romeo Andromeda P., S.H. yang dimuat dalam
http://www.korantempo.com pada awal 2007.
10 Judul buku Kamus Istilah Hukum halaman 75 diterbitkan oleh
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada 2005.
B. Innote
Menurut R. Masri Sareb Putra (2011: 60), seorang penulis harus
mengutip sumber ketika sumber tersebut benar-benar diperlukan
untuk mendukung gagasan penulis bahwa sebelum itu pernah ada
orang lain yang menyampaikan gagasan serupa. Kutipan terbagi
menjadi dua jenis, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama menulis kutipan langsung:
1 Kutipan kurang dari empat baris,
2 Apa yang dikatakan oleh narasumber dan kesalahan ejaannya pun
ikut dituliskan. Namun, jika dimasukkan ke dalam karangan
ilmiah perlu diralat. Contoh: tenaga kera -> tenaga ker[j]a,
3 Dimasukkan ke dalam teks dan diapit tanda kutip (” “),
4 Sumber rujukan dituliskan di dalam kurung sebelum atau sesudah
teks kutipan dengan urutan (nama akhir, tahun terbit:
halaman),
5 Apabila penulis menghilangkan beberapa bagian kalimat, pada
bagian tersebut perlu disertakan tanda elipsis (…). Namun, jika
satu kalimat atau lebih, digantikan dengan titik-titik sepanjang
satu baris, dan
6 Spasi antar baris dibuat renggang (1.5).
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama menulis kutipan tidak
langsung:
1 Kutipan lebih dari tiga baris,
2 Hanya mengambil intisari dan penulis harus mengolah kutipan
tersebut dengan bahasa sendiri,
3 Ditulis dalam paragraf baru yang menjorok ke dalam, dan
4 Spasi antar baris dibuat normal (1).
Contoh:
Mengutip dari buku 1001 Ways How to Love Coffee halaman 12
karangan Martin Jo.
C. Bibliography
Biasanya bibliography adalah unsur yang paling penting dalam
menuliskan sumber referensi. Hampir sama dengan footnote,
perbedaannya hanya tata cara penulisan dan letak bibliography
dituliskan pada akhir karangan ilmiah.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan selama
menuliskan bibliography.
1 Judul atau tulisan DAFTAR PUSTAKA, ditulis dengan huruf kapital
semua dan diletakkan di tengah,
2 Menggunakan jenis alinea menggantung (hanging),
3 Spasi antar baris untuk satu referensi adalah 1, sedangkan spasi
antar baris antara referensi satu dengan referensi lainnya
adalah 2,
4 Penulisan nama orang dibalik dan tidak menggunakan gelar.
Apabila penulis lebih dari satu, maka penulis kedua dan ketiga
tidak dibalik. Jika penulis lebih dari tiga, maka nama yang
ditulis adalah penulis pertama, dkk,
5 Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan abjad dari nama
belakang penulis,
6 Jika tidak terdapat tahun terbit, ganti dengan ‘Tanpa Tahun’,
7 Jika seorang penulis menerbitkan buku lebih dari satu dalam
setahun dan semua bukunya dipakai sebagai referensi, maka
tulis terlebih dahulu buku yang terbit pertama kali, lalu diikuti
buku kedua. Tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya. Untuk
buku kedua, ketiga, dan seterusnya, nama pengarang diganti
dengan ‘———-‘,
8 Jika tidak terdapat nama pengarang, maka gunakan nama institusi
yang menerbitkan,
9 Jika dalam 5 tahun terdapat sumber bacaan yang sama, maka
gantikan judul buku dengan ‘———–‘, nama pengarang,
tahun, kota, dan penerbit ditulis seperti biasa,
10 Penulisan judul buku menggunakan huruf miring, sedangkan
judul artikel diapit tanda kutip (” “),
11 Penulisan nama koran dan situs menggunakan huruf miring,
dan
12 Untuk referensi dari internet, sertakan tanggal, waktu, dan
tempat pengaksesan (bila diperlukan).
Contoh:
Anggap saja data di bawah ini merupakan sumber referensi yang
digunakan dan kita sedang berlatih membuat bibliography.
1 Judul buku Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi:
Autobiografi Parlindoengan Loebis halaman 52 karangan
Parlindoengan Loebis yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu
& KITLV pada 2006, di Jakarta.
2 Judul artikel “Salon yang Mempercantik Jiwa” karangan Gede
Prama yang dimuat dalam Kompas, halaman 7, 4 November
2006, di Jakarta.
3 Merujuk sumber referensi nomor 2.
4 Merujuk sumber referensi nomor 1, halaman 55.
5 Judul buku Mengubah Dunia: Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan
Gagasan Baru halaman 88 karangan David Bornstein yang
diterbitkan oleh Yayasan Nurani Dunia & INSIST Press pada
1993, di Jakarta.
6 Judul buku Orang Indonesia dan Orang Prancis: Dari Abad XVI
sampai dengan Abad XX halaman 100 karangan Bernard
Dorleans yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer
Gramedia pada 2006, di Jakarta.
7 Merujuk sumber referensi nomor 6, halaman 101.
8 Merujuk sumber referensi nomor 5 dengan halaman yang sama.
9 Judul artikel “Bangga Sebagai Warga Negara Indonesia” karangan
Romeo Andromeda P., S.H. yang dimuat dalam
http://www.korantempo.com pada awal 2007.
10 Judul buku Kamus Istilah Hukum halaman 75 diterbitkan oleh
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada
November 2005.
11 Judul buku Kamus Istilah Ekonomi halaman 75 diterbitkan oleh
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada Desember
2005.
12 Judul buku Interpersonal Communication halaman 25
karangan Sarah Trenholm dan Arthur Jensen yang diterbitkan
oleh Wadsworth pada 2004, di California.
13 Judul artikel “Didikan Jerman, Budaya Jawa” karangan
Soetjipto Wirosardjono. yang dimuat dalam
http://www.republika.com, di Jakarta.
9 November 2013
UMN, Gading Serpong
Sumber: Kuntarto, Niknik M. 2011. Cermat dalam Berbahasa,
Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana
Media.

Anda mungkin juga menyukai