Anda di halaman 1dari 10

Footnote, Innote, dan Bibliography

Posted on November 17, 2013 by 1DEE under Materi

Footnote (catatan kaki), innote (catatan perut), dan bibliography (daftar pustaka) biasanya
digunakan untuk mencantumkan sumber bacaan yang menjadi referensi dalam penulisan
sebuah karangan ilmiah atau artikel. Pencantuman sumber bacaan ini dimaksudkan untuk
menguatkan teori yang dibahas dalam karangan ilmiah yang kita buat. Selain itu, sumber
bacaan ini juga bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada si pencetus teori atau ide
dan menghindari dugaan plagiarisme terhadap karya orang lain. Sumber bacaan tidak hanya
kita dapatkan dari buku, tetapi bisa diambil dari majalah, sumber internet, koran, artikel,
tesis, dan lain-lain.

Dalam materi kali ini, kami akan membahas teknik-teknik untuk mencantumakn sumber
bacaan. Ada tiga macam teknik, yaitu footnote, innote, dan bibliography.

A. Footnote

Memuat keterangan yang tercantum pada kaki halaman sebagai petunjuk sumber bacaan,
perluasan pembahasan tambahan yang tidak relevan jika dimasukkan ke dalam teks, dan
keterangan makna bahasa asing.

Cara menulis footnote:

1. Gelar seseorang tidak dicantumkan,


2. Jika teks di atas berupa paragraf, maka footnote juga harus berupa paragraf. Namun,
jika teks tidak berupa paragraf (rata kanan-kiri), maka footnote pun demikian,
3. Penomoran menggunakan angka 1, 2, 3, dan seterusnya. Angka ditulis agak di atas
sedikit (superscript),
4. Penulisan singkatan ibid., loc. cit., dan op.cit. menggunakan huruf kecil,
5. Penulisan judul buku menggunakan huruf miring, sedangkan judul artikel diapit tanda
kutip (” “),
6. Penulisan nama orang tidak dibalik,
7. Penulisan nama koran dan situs menggunakan huruf miring, dan
8. Untuk referensi dari internet, sertakan tanggal, waktu, dan tempat pengaksesan (bila
diperlukan).

Ada beberapa istilah yang dipakai dalam penulisan footnote, yaitu

1. Ibid. atau ibidium digunakan selama sumber referensi tepat sama dengan yang di atas
dan tidak ada selingan referensi apapun. Ibidium dapat digunakan apabila halaman
sumber referensi berbeda,
2. Loc. cit. atau loco citati digunakan apabila sumber referensi sudah pernah digunakan
sebelumnya, tetapi terdapat selingan referensi lainnya, dan
3. Op. cit. atau opere citati digunakan apabila sumber referensi sudah pernah digunakan
sebelumnya, terdapat selingan referensi lainnya, tetapi halamannya berbeda.

Contoh:
Anggap saja data di bawah ini merupakan urutan sumber referensi yang digunakan dan kita
sedang berlatih membuat footnote. 

1. Judul buku Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi: Autobiografi Parlindoengan


Loebis halaman 52 karangan Parlindoengan Loebis yang diterbitkan oleh Komunitas
Bambu & KITLV pada 2006, di Jakarta.
2. Judul artikel “Salon yang Mempercantik Jiwa” karangan Gede Prama yang dimuat
dalam Kompas, halaman 7, 4 November 2006, di Jakarta.
3. Merujuk sumber referensi nomor 2.
4. Merujuk sumber referensi nomor 1, halaman 55.
5. Judul buku Mengubah Dunia: Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan Gagasan
Baru  halaman 88 karangan David Bornstein yang diterbitkan oleh Yayasan Nurani
Dunia & INSIST Press pada 1993, di Jakarta.
6. Judul buku Orang Indonesia dan Orang Prancis: Dari Abad XVI sampai dengan
Abad XX halaman 100 karangan Bernard Dorleans yang diterbitkan oleh Kepustakaan
Populer Gramedia pada 2006, di Jakarta.
7. Merujuk sumber referensi nomor 6, halaman 101.
8. Merujuk sumber referensi nomor 5 dengan halaman yang sama.
9. Judul artikel “Bangga Sebagai Warga Negara Indonesia” karangan Romeo
Andromeda P., S.H. yang dimuat dalam http://www.korantempo.com pada awal 2007.
10. Judul buku Kamus Istilah Hukum halaman 75 diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa pada 2005.
B. Innote

Menurut R. Masri Sareb Putra (2011: 60), seorang penulis harus mengutip sumber ketika
sumber tersebut benar-benar diperlukan untuk mendukung gagasan penulis bahwa sebelum
itu pernah ada orang lain yang menyampaikan gagasan serupa. Kutipan terbagi menjadi dua
jenis, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama menulis kutipan langsung:

1. Kutipan kurang dari empat baris,


2. Apa yang dikatakan oleh narasumber dan kesalahan ejaannya pun ikut dituliskan.
Namun, jika dimasukkan ke dalam karangan ilmiah perlu diralat. Contoh: tenaga
kera -> tenaga ker[j]a,
3. Dimasukkan ke dalam teks dan diapit tanda kutip (” “),
4. Sumber rujukan dituliskan di dalam kurung sebelum atau sesudah teks kutipan dengan
urutan (nama akhir, tahun terbit: halaman),
5. Apabila penulis menghilangkan beberapa bagian kalimat, pada bagian tersebut perlu
disertakan tanda elipsis (…). Namun, jika satu kalimat atau lebih, digantikan dengan
titik-titik sepanjang satu baris, dan
6. Spasi antar baris dibuat renggang (1.5).

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama menulis kutipan tidak langsung:


1. Kutipan lebih dari tiga baris,
2. Hanya mengambil intisari dan penulis harus mengolah kutipan tersebut dengan bahasa
sendiri,
3. Ditulis dalam paragraf baru yang menjorok ke dalam, dan
4. Spasi antar baris dibuat normal (1).

Contoh:

Mengutip dari buku 1001 Ways How to Love Coffee halaman 12 karangan Martin Jo.
C. Bibliography

Biasanya bibliography adalah unsur yang paling penting dalam menuliskan sumber referensi.
Hampir sama dengan footnote, perbedaannya hanya tata cara penulisan dan
letak bibliography dituliskan pada akhir karangan ilmiah.

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan selama menuliskan bibliography.

1. Judul atau tulisan DAFTAR PUSTAKA, ditulis dengan huruf kapital semua dan
diletakkan di tengah,
2. Menggunakan jenis alinea menggantung (hanging),
3. Spasi antar baris untuk satu referensi adalah 1, sedangkan spasi antar baris antara
referensi satu dengan referensi lainnya adalah 2,
4. Penulisan nama orang dibalik dan tidak menggunakan gelar. Apabila penulis lebih
dari satu, maka penulis kedua dan ketiga tidak dibalik. Jika penulis lebih dari tiga,
maka nama yang ditulis adalah penulis pertama, dkk,
5. Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan abjad dari nama belakang penulis,
6. Jika tidak terdapat tahun terbit, ganti dengan ‘Tanpa Tahun’,
7. Jika seorang penulis menerbitkan buku lebih dari satu dalam setahun dan semua
bukunya dipakai sebagai referensi, maka tulis terlebih dahulu buku yang terbit
pertama kali, lalu diikuti buku kedua. Tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya. Untuk
buku kedua, ketiga, dan seterusnya, nama pengarang diganti dengan ‘———-‘,
8. Jika tidak terdapat nama pengarang, maka gunakan nama institusi yang menerbitkan,
9. Jika dalam 5 tahun terdapat sumber bacaan yang sama, maka gantikan judul buku
dengan ‘———–‘, nama pengarang, tahun, kota, dan penerbit ditulis seperti biasa,
10. Penulisan judul buku menggunakan huruf miring, sedangkan judul artikel diapit tanda
kutip (” “),
11. Penulisan nama koran dan situs menggunakan huruf miring, dan
12. Untuk referensi dari internet, sertakan tanggal, waktu, dan tempat pengaksesan (bila
diperlukan).

Contoh:

Anggap saja data di bawah ini merupakan sumber referensi yang digunakan dan kita sedang
berlatih membuat  bibliography. 

1. Judul buku Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi: Autobiografi Parlindoengan


Loebis halaman 52 karangan Parlindoengan Loebis yang diterbitkan oleh Komunitas
Bambu & KITLV pada 2006, di Jakarta.
2. Judul artikel “Salon yang Mempercantik Jiwa” karangan Gede Prama yang dimuat
dalam Kompas, halaman 7, 4 November 2006, di Jakarta.
3. Merujuk sumber referensi nomor 2.
4. Merujuk sumber referensi nomor 1, halaman 55.
5. Judul buku Mengubah Dunia: Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan Gagasan
Baru  halaman 88 karangan David Bornstein yang diterbitkan oleh Yayasan Nurani
Dunia & INSIST Press pada 1993, di Jakarta.
6. Judul buku Orang Indonesia dan Orang Prancis: Dari Abad XVI sampai dengan
Abad XX halaman 100 karangan Bernard Dorleans yang diterbitkan oleh Kepustakaan
Populer Gramedia pada 2006, di Jakarta.
7. Merujuk sumber referensi nomor 6, halaman 101.
8. Merujuk sumber referensi nomor 5 dengan halaman yang sama.
9. Judul artikel “Bangga Sebagai Warga Negara Indonesia” karangan Romeo
Andromeda P., S.H. yang dimuat dalam http://www.korantempo.com pada awal 2007.
10. Judul buku Kamus Istilah Hukum halaman 75 diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa pada November 2005.
11. Judul buku Kamus Istilah Ekonomi halaman 75 diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa pada Desember 2005.
12. Judul buku Interpersonal Communication halaman 25 karangan Sarah Trenholm dan
Arthur Jensen yang diterbitkan oleh Wadsworth pada 2004, di California.
13. Judul artikel “Didikan Jerman, Budaya Jawa” karangan Soetjipto Wirosardjono. yang
dimuat dalam http://www.republika.com, di Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai