MATEMATIKA I
Oleh:
Ir. Heni Kusdarwati, MS.
Luthfatul Amaliana, M.Si.
Darmanto, M.Si
Nur Silviyah Rahmi, M.Stat
JURUSAN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1
MATERI
BAB I Teknik Integrasi
Aturan Integrasi Dasar
Integral Parsial
Integral Fungsi Trigonometri dan Substitusi Rasional
Integral Pecah Rasional
BAB II Bentuk Tak Tentu dan Integral Tak Wajar
Bentuk Tak Tentu dan Dalil L’Hopital
Integral Tak Wajar dengan Batas Tak Terhingga
Integral Tak Wajar dengan Integran Tak Terhingga
BAB III Fungsi Dua Variabel atau Lebih
Koordinat Polar
Fungsi Dua Variabel atau Lebih
BAB IV Turunan Fungsi Dua Variabel atau Lebih
Turunan Parsial
Aturan Rantai
Diferensial Total
BAB V Penerapan Turunan
Maksimum dan Minimum
Metode Pengali Lagrange
BAB VI Integral Lipat
Integral lipat dua pada R persegi panjang
Integral lipat dua pada R bukan persegi panjang
Integral lipat dua dalam koordinat polar
BAB VII Penerapan Integral Lipat
Penerapan Integral Lipat Dua
Penggantian Variabel dalam Integral Lipat Dua
BAB VIII PENGANTAR PERSAMAAN DIFERENSIAL
BAB IX PERSAMAAN DIFERENSIAL
Bentuk Umum Persamaan Diferensial Orde Satu Derajat Satu
Persamaan Diferensial Homogen
Persamaan Diferensial yang dapat dibawa ke Bentuk Homogen
2
BAB I
TEKNIK INTEGRASI
Berbagai jenis fungsi dasar telah dipelajari pada Bab sebelumnya di mata kuliah
Matematika Dasar. Fungsi-fungsi dasar tersebut meliputi fungsi konstan, fungsi pangkat,
fungsi aljabar, fungsi logaritma dan eksponensial, fungsi trigonometri dan invers
trigonometri, serta berbagai fungsi lain yang dihasilkan melalui operasi pernjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, dan komposisi dari fungsi-fungsi dasar. Berbeda dengan
turunan yang hanya membutuhkan aturan sistematis, pada proses integrasi dibutuhkan
beberapa teknik dan sejumlah trik khusus, yang hasilnya tidak selalu berupa fungsi dasar.
1 1
3 3 3 3
1
6 [ 1
]1 [
¿ ( x 4+ 11 ) 2 = 92 2 −12 2 ≈ 140,144
6
]
Latihan 1.1
6 ex ex π
2
1.∫ dx 3.∫ dx sin x
√ 1−e2 x 2+e x 5.∫ dx
16+ cos2 x
2.∫ e x sec 2 ( e x ) dx 4. ∫ e cos z sin z dz 0
dx
6.∫
√ 16+6 x−x 2
1.2 Integral Parsial Tak Tentu dan Tentu
4
Dalam teknik integrasi, jika menggunakan substitusi gagal, kemungkinan kedua
adalah menggunakan dua tahap substitusi atau yang lebih dikenal dengan integral parsial.
Integral parsial tak tentu dapat dituliskan sebagai:
∫ u dv =uv−∫ v du
Sedangkan integral parsial tentu dituliskan sebagai berikut:
b b
b
∫ u dv =[ uv ] −∫ v du
a
a a
Rumus-rumus ini memperkenalkan kita mengubah soal integrasi u dv menjadi integrasi v du.
Keberhasilan tergantung pada pemilihan yang tepat untuk u dan dv, kecakapan yang dapat
diasah melalui latihan. Kesalahan dalam memilih u dan dv dapat membuat permasalahan
menjadi lebih rumit.
Contoh
1. Carilah ∫ x cos x dx
Penyelesaian Misal : u=x dv=cos x dx
du=dx v=sin x
Menggunakan integrasi parsial : ∫ x cos x dx=x sin x−∫ sin x dx
¿ x sin x +cosx +C
2
2. Carilah ∫ ln x dx
1
( 1x ) dx v=x
du=
2 2 2
5
4. Carilah ∫ e x sin x dx
Penyelesaian Gunakan u=e x dan dv =sin x dx. Maka du=e x dx dan v=−cos x.
∫ f n ( x ) g ( x ) dx=h ( x ) +∫ f k ( x ) g ( x ) dx
π /2
Penyelesaian
π /2 π/2 π /2
−sin n−1 x cos x n−1
∫
0
sin x dx=n
n [ ] 0
+
n ∫0
sin n−2 x dx
π/2
n−1
¿ 0+ ∫ sinn−2 x dx
n 0
π /2 π /2 π/2 π/2
0 0 0 0
π /2
7 5 3 1 7 5 3 1 π 35
¿ . . . ∫ 1 dx= . . . . = π
8 6 4 2 0 8 6 4 2 2 256
π /2
Rumus umum untuk ∫ sin n x dx dapat dicari dengan cara yang serupa.
0
Latihan 1.2
e 3
ln2 x 5 ln x
1.∫ √t ln t dt 3.∫ dx 7.∫ dx
1 2 x2 √x
π/2
4. ∫ x 2 x dx
2. ∫ x csc 2 x dx
2
2 8.∫ x5 e x dx
π/6 5.∫ ln z dz
9.∫ e at sin t dx
6.∫ x2 cos x dx
10.∫ cos ¿ ¿ ¿
6
1.3 Integral Fungsi Trigonometri
Ketika menggabungkan metode substitusi dengan identitas trigonometri, dapat
diintegrasikan beberapa bentuk trigonometri. Lima jenis integral yang sering muncul,
yaitu:
1.∫ sinn x dx dan∫ cosn x dx
2.∫ sinm x cos n x dx
3.∫ sin mx cos nx dx , ∫ sin mx sin nx dx , ∫ cos mx cos nx dx
4. ∫ tan n x dx ,∫ cot n x dx
5.∫ tan m x sec n x dx ,∫ cot m x csc n x dx
1
¿ ∫ ( 1+2 cos 2 x +cos 2 2 x ) dx
4
1 1 1
¿ ∫ dx + ∫ ( cos 2 x ) ( 2 x ) dx + ∫ ( 1+cos 4 x ) dx
4 4 8
3 1 1
¿ ∫ dx + ∫ cos 2 x ( 2 dx ) + ∫ cos 4 x ( 4 dx )
8 4 32
3 1 1
¿ x + sin 2 x + sin 4 x +C
8 4 32
7
Jenis 2 (∫ sin m x cos n x dx )
Jika salah satu dari m atau n adalah bilangan bulat positif ganjil sedangkan eksponen yang
satunya bilangan sembarang, kita faktorkan sin x atau cos x dan gunakan identitas
sin2 x+ cos2 x=1.
Contoh
3 −4
1. (m atau n ganjil). Carilah ∫ sin x cos x dx
1−cos 2 x 1+cos 2 x 2
∫ sin 2 x cos4 x dx ¿ ∫ ( 2 )(
2
dx)
1
¿ ∫ ( 1+cos 2 x−cos 2 2 x−cos 3 2 x ) dx
8
1 1
[ ]
¿ ∫ 1+cos 2 x− ( 1+cos 4 x )−( 1−sin2 2 x ) cos 2 x dx
8 2
1 1 1
[
¿ ∫ − cos 4 x+ sin2 2 x cos 2 x dx
8 2 2 ]
1 1 1 1
8 [
¿ ∫ dx− ∫ cos 4 x ( 4 dx )+ ∫ sin 2 2 x ( 2 cos 2 x dx )
2 8 2 ]
1 1 1 1
¿
8 2 [
x− sin 4 x + sin 3 2 x +C
8 6 ]
Jenis 3 (∫ sin mx cos nx dx , ∫ sin mx sin nx dx , ∫ cos mx cos nx dx )
Integral jenis ini muncul dalam banyak aplikasi fisika dan engineering. Untuk menangani
integral-integral ini, kita gunakan identitas hasil kali.
1
1. sin mx cos nx= [ sin ( m+n ) x+ sin ( m−n ) x ]
2
−1
2. sin mx sin nx= [ cos ( m+n ) x−cos ( m−n ) x ]
2
8
1
3. cos mx cos nx= [ cos ( m+ n ) x +cos ( m−n ) x ]
2
Contoh
1. Carilah ∫ sin 2 x cos 3 x dx
1
∫ sin 2 x cos 3 x dx= 2 ∫ [ sin 5 x+sin (−x)] dx (identitas hasil kali 1)
1 1
¿ ∫ sin 5 x ( 5 dx )− ∫ sin x dx
10 2
1 1
¿− cos 5 x+ cos x+C
10 2
Pada kasus tangen dan kotangen, faktorkan tan 2 x=sec 2 x−1 dan cot 2 x=csc 2 x−1.
Contoh
5
Carilah ∫ tan x dx
∫ tan5 x dx=∫ tan3 x ( sec 2 x−1 ) dx
¿ ∫ tan 3 x sec 2 x dx−∫ tan 3 x dx
¿ ∫ tan 3 x ( sec 2 x dx ) −∫ tan x ( sec 2 x −1 ) dx
¿ ∫ tan 3 x ( sec 2 x dx ) −∫ tan x ( sec 2 x dx ) +∫ tan x dx
1 1
¿ tan 4 x − tan 2 x−ln |cos x|+C
4 2
9
x sec 4 x dx
−3 /2
1. (n genap, m sebarang bilangan) carilah ∫ tan
∫ tan−3 /2 x sec4 x dx
¿ ∫ ( tan−3 /2 ) ( 1+tan 2 x ) sec 2 x dx
¿ ( tan−3 /2 x ) sec 2 x dx+∫ ( tan 1 /2 x ) sec 2 x dx
¿−2 tan−1 /2 x+2 /3 tan 3/ 2 x +C
3 −1/ 2
2. (m ganjil, n sebarang bilangan) carilah ∫ tan x sec x dx
Latihan 1.3
1.∫ sin3 x dx π/2
5.∫ sin 4 6 x dx
3. ∫ cos5 θ dθ
2.∫ sin4 3 t cos 4 3 t dt 0 6.∫ sin 3t sin t dt
4
4. ∫ tan x dx 7.∫ cot 3 2t dt
∫ x √3 x −4 dx=∫ ( u3 +4 ) u . ( 3 u2 du )
u7 4
¿ 3∫ ( u6 + 4 u3 ) du=3 [ 7 ]
+u +C
3
¿ ( x−4 )7 /3 +3 ( x−4 )4 / 3+ C
7
b. Jika integran melibatkan √ a2−x 2 , √ a2+ x2 , dan √ x 2−a2, asumsikan a positif dan membuat
substitusi trigonometri berikut.
Akar Substitusi Pembatasan pada t
2
1. √ a −x 2 x=a sin t −π /2≤ t ≤ π /2
2. √ a2 + x 2 x=a tan t −π /2≤ t ≤ π /2
3. √ x 2−a2 x=a sec t 0≤ t ≤π ,t ≠ π /2
10
Perhatikan penyederhanaan yang diperoleh dari substitusi ini.
1. √ a2−x 2= √ a2−a2 sin2 t=√ a2 cos2 t=|a cos t|=a cos t
2. √ a2 + x 2=√ a2 +a 2 tan2 t=√ a 2 sec 2 t=|a sec t|=a sec t
3. √ x 2−a2= √ a2 sec 2 t−a2=√ a2 tan2 t=|a tant|=± a tan t
dx
2. Carilah ∫
√ 9+ x 2
Misalkan x=3 tant ,−π / 2<t <π /2, maka dx=3 sec 2 t dt dan √ 9+ x 2=3 sec t
dx 3 sec 2 t
∫ =∫ dt =∫ sec t dt =ln |sec t + tant |+C
√ 9+ x 2 3 sec t
x 9+ x 2
Selanjutnya, integrasi sec t. Karena tant= maka sec t= √ jadi :
3 3
√ 9+ x2 + x
∫ dx 2 =ln
√ 9+ x | 3 |
+C
¿ ln |√ 9+ x 2 + x|−ln3+ C
2
¿ ln |√ 9+ x + x|+ K
Melengkapi Kuadrat
Apabila ekspresi kuadrat berjenis x 2+ Bx +C muncul di bawah tanda akar dalam integran,
metode melengkapi kuadrat akan mempermudah dilakukannya substitusi trigonometri.
Contoh
dx
Carilah ∫ 2
√ x +2 x+ 26
Penyelesaian x 2+ 2 x +26=x 2+2 x+ 1+ 25=( x +1 )2+ 25.
Misalkan u=x+1 dan du=dx maka
2
∫ du2
=∫
5 sec t dt
5 sec t
=∫ sec t dt
√ u +25
√ u2 +25 + u +C
¿ ln |sect + tant |+C=ln| 5 5 |
2 2
¿ ln |√ u +25+u|−ln 5+C=ln|√ x +2 x+26+ x+1|+ K
Latihan 1.4
2
x 2 dx π
dt 3.∫ πx−1
1.∫ 4. ∫ dx
1 √ e
t+ √ 16−x2 0 √ x2 + π2
2
dx
2.∫ x ( 1−x ) dx 3 5.∫
√ 4 x −x2
11
2 x −1 dx
6.∫ 2
dx 7.∫
√ x + 4 x +5 √ 16+6 x−x 2
du 2 x 4 dx
Integral yang pertama, ambil u x 4 x 8 sehingga
2
.
2x 4
x 2
4x 8
dx ln x 2 4 x 8
1 1 x2
dx tan 1 C
2
x 2 4 2 2
2x 2 x2
x 2
4x 8
dx ln x 2 4 x 8 3tan 1
2
K
Jadi
Mencari integral tak tentu menggunakan dekomposisi Pecahan Parsial (Faktor Linier).
Contoh
Terdapat beberapa Faktor Linier Berbeda dan Berulang.
12
3 x 2−8 x+13
Carilah ∫ 2
dx .
( x +3)(x−1)
Penyelesaian
3 x 2−8 x +13 A B C
Proses dekomposisi menghasilkan bentuk = + + . Dengan
(x +3)( x−1) x+ 3 x−1 ( x−1)2
2
6 x2 −3 x +1 A Bx+C
2
= + 2 . Untuk menentukan konstanta A, B dan C, kedua ruas
(4 x+1)( x +1)
❑
4 x +1 x +1
persamaan dikalikan dengan ( 4 x+1)( x 2 +1) dan diperoleh
13
6 x 2 3x 1 2 x 1
(4 x 1)( x2 1) dx 4 x 1dx x2 1
1 4dx 1 2 xdx dx
2 2
2 4x 1 2 x 1 x 1
1 1
ln 4 x 1 ln x 2 1 tan 1 C
2 2
Ringkasan
Untuk mendekomposisikan fungsi rasional f ( x )= p( x)/q( x) menjadi pecahan–pecahan
parsial, lakukan langkah–langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Jika f ( x ) tak sejati (imporer), yaitu jika derajat p ( x ) paling sedikit sama dengan
N (x)
derajat q(x), bagilah p ( x ) dengan q ( x ), diperoleh f ( x )=¿ polinomial +
D( x )
Langkah 2: Uraikanlah D( x ) menjadi suatu hasilkali faktor–faktor kuadrat yang linier dan
tak bisa direduksi lagi dengan koefisien real. Menurut suatu teorema dalam aljabar, hal ini
selalu (secara teoritis) mungkin.
Langkah 3: Untuk masing–masing faktor yang berbentuk (ax +b)k , harapkan dekomposisi
mempunyai suku–suku
A1 A2 Ak
+ + …+
ax+ b (ax +b)2 (ax +b)k
Langkah 4: Untuk masing–masing faktor yang berbentuk ¿ harapkan dekomposisi
mempunyai suku–suku
B 1 x +C1 B2 x+C 2
2
+
a x +bx +c ¿¿
Langkah 5: Tetapkan N ( x )/D ( x) sama dengan jumlah semua suku yang diperoleh dalam
Langkah 3 dan Langkah 4. Banyaknya konstanta yang harus ditentukan harus sama dengan
derajat penyebut, yaitu D( x ).
Langkah 6: Kalikan kedua ruas persamaan yang diperoleh dalam Langkah 5 dengan D ( x )
dan carilah nilai dari konstanta–konstanta yang tidak diketahui. Ini dapat diperoleh dengan
salah satu dari dua metode; (1) Samakan koefisien dari suku–suku yang derajatnya sama; atau
(2) berikan nilai–nilai yang sesuai kepada variabel x
Latihan 1.5
x−7 2
5−x
1. ∫ x 2−x−12 dx 2. ∫ 2 xx 2−+ xx−20
−6
dx 3. ∫ x 2−x ( π + 4 ) + 4 π dx
14
x6
∫ x 6+ 4 x 3 +4
dx ∫ 6 x 2+ 22 x−23
dx ( x 2)2 (1 x)5 dx
4. x 3−4 x2 5. (2 x−1)( x 2+ x −6) 6.
x( x 2) 2
16 x
dx (2 x 1)( x 2 9) dx (sin t 3)(sin 2
t 4 sin t 5)
dt
7. 8. 9.
/4
x 4x
3 6
cos
( x 2 1)2 dx ∫ x 2x−17 dx (1 sin )(sin 2 1) 2
2
d
10. 11. 4 + x −12 12. 0
integrasi. Sebagai contoh, ∫ sin 2 xdx ,∫ x e−x dx ,∫ x √ x 2−1 dx dapat dihitung dengan
menggunakan subtitusi sederhana.
2. Carilah situasi dimana dapat diperoleh hasil kali dua fungsi, yakni turunan fungsi
yang satu dikali turunan faktor lainnya berupa salah satu rumus dasar integrasi.
4. Jika integran berupa fungsi rasional sejati, yakni derajat pembilang lebih kecil
daripada derajat penyebut, maka dekomposisikan integran menggunakan metode
pecahan parsial. Seringkali suku–suku dalam jumlah yang dihasilkan dapat
diintegrasi sekaligus. Jika integran berupa fungsi rasional tak-sejati, terapkan
pembagian panjang untuk menuliskannya sebagai jumlah polinomial dan fungsi
rasional sejati. Kemudian terapkan metode pecahan parsial terhadap fungsi rasional
sejati tersebut.
Latihan 1.6
4
x 1
dx
sin
3
x cos x dx t 2t
dt
1. x 9
2
2. 3. 3
15
ex
4. x 3 x 1 dx
5. 9 16e
2x
dx
6. x
2
9 2 x 2 dx
16 3t 6 x dt
t
dt 5 3x 4
dx t 2 2t 3
7. 8. 9.
y dz 1
3y 5
dy
z 5 4z (9 x ) 2 3
dx
10. 11. 12.
BAB II
BENTUK TAK TENTU DAN INTEGRAL TAK WAJAR
x2 9 x 2 3x 10
lim 2 lim 2
Carilah x3 x x 6 dan x2 x 4 x 4 .
Penyelesaian Kedua limit mempunyai bentuk 0/0, sehingga menurut Aturan L’Hopital,
x2 9 2x 6
lim 2 lim
x 3 x x 6 x3 2 x 1 5
x 2 3 x 10 2x 3
lim 2 lim
x 2 x 4 x 4 x2 2 x 4
Contoh 2
tan 2 x
lim
x 0 ln 1 x
Carilah .
Penyelesaian Pembilang dan penyebut dua-duanya mempunyai limit 0. Karenanya,
tan 2 x 2sec 2 2 x 2
lim lim 2
x 0 ln 1 x x 0 1 1 x 1
Contoh 3
sin x x
lim 3
Carilah x 0 x .
16
Penyelesaian Dengan menggunakan Aturan L’Hopital sebanyak tiga kali,
sin x x cos x 1 sin x cos x 1
lim 3
lim 2
lim lim .
x 0 x x 0 3x x 0 6x x 0 6 6
Latihan 2.1
2 x sin x x sin 2 x x2 6x 8
lim lim lim 2
1. x0 x 2. x0 tan x 3. x2 x 3 x 10
ln sin x
3
lim
x2 2x 2 x 2 1 t t2
lim x lim
4. x 1 x2 1 5. 2 6. x 1 ln t
ln cos 2 x tan x x x2
lim lim lim
7. x0 7 x
2
8. x 0 sin 2 x 2 x 9. x 0 sin x x
L’Hopital,
x Dx 1
lim x
lim x x lim x 0
x e x D e x e
x
Contoh 2
17
xa
x
0 lim
Perlihatkan bahwa, jika a adalah sebarang bilangan real positif, x e
Penyelesaian
Andaikan sebagai kasus khusus bahwa a 2,5 . Maka tiga kali penerapan L’Hopital
memberikan
x 2,5
lim x lim
2,5 x1,5
lim
2,5 1,5 x 0,5
lim
2,5 1,5 0,5 0
x
x e x e x ex x x 0,5e x
a 0 . Misalkan m menyatakan bilangan bulat
Penalaran yang serupa berlaku untuk sebarang
terbesar yang lebih kecil daripada a . Maka m 1 penerapan Aturan L’Hopital memberikan
lim
xa
lim
ax a 1
lim
a a 1 x a2
lim
a a 1 a m 0
x e x x e x x ex x x m 1a e x
Contoh 3
ln x
a
0 lim
Perlihatkan bahwa, jika a adalah sebarang bilangan real positif, x x
Penyelesaian
Baik ln x maupun x keduanya menuju ketika x dengan satu kali penerapan Aturan
a
L’Hopital
x 2,5 2,5 x1,5 ln x 1x 1
lim x
lim x
lim a lim a 1 lim a 0
x e x e x x x ax x ax
Contoh 4
menulis-ulang dalam bentuk 0/0 cukup dengan mengganti tan x menjadi 1 cot x . Dengan
demikian,
1
cos x
ln sin x
lim tan x ln sin x lim lim sin x 2 lim cos x sin x 0.
x 2 x 2 cot x x 2 csc x x 2
Contoh 5
x 1
lim
x 1 x 1 ln x .
Carilah
18
Penyelesaian
Suku pertama bertambah tanpa batas: demikian juga suku kedua. Dapat dikatakan bahwa
limit tersebut berbentuk tak-tentu . Aturan L’Hopital dapat digunakan ketika pecahan
pada kedua suku dapat diubah ke dalam bentuk 0/0 atau / . Karena pecahan dapat diubah
ke dalam bentuk 0/0 maka penerapan Aturan L’Hopital digunakan (dua kali) menghasilkan
x 1 x ln x x 1 x 1 x ln x 1
lim lim lim
x 1 x 1 ln x x 1 x 1 ln x x 1 x 1 1 x ln x
x ln x 1 ln x 1
lim lim
x 1 x 1 x ln x x 1 2 ln x 2
Contoh 6
lim x 1
cot x
Carilah x 0 .
Penyelesaian
y x 1
cot x
Limit tersebut mempunyai bentuk tak-tentu 1 . Misalkan , maka
ln x 1
ln y cot x ln x 1
tan x (untuk x 0
, limitnya mempunyai bentuk 0/0)
Dengan menggunakan Aturan L’Hopital, diperoleh
1
ln x 1
lim ln y lim lim x 21 1
x 0 x 0 tan x x 0 sec x
f x ex
Sekarang y e , dan oleh karena fungsi eksponensial
ln y
adalah kontinu,
x 0 x 0
lim y lim exp ln y exp lim ln y exp1 e
x 0
.
Latihan 2.2
3sec x 5 In (4 8 x)2
lim 1000 lim
tan x lim( x In x )
1.
x
2 2. x 0 3. x (1/2) tan x
2
lim (tan x sec x) lim x x lim (3x) x
4. x / 2 5. x 6. x 0
x
lim In( x 1) In(x 1) lim lim(e x x )
10. x 11. x 0 In x 12. x
19
b
Dalam definisi ∫ f ( x ) dx, diasumsikan interval [a, b] adalah terhingga. Namun, dalam
a
banyak penerapan fisika, ekonomi, dan probabilitas, a atau b (atau keduanya) menjadi ∞ atau
-∞. Oleh karena itu kita harus mencari cara untuk memberikan makna pada lambang seperti
∞ −1 ∞
∫ 1+1x 2 dx ,
2 2
−x
∫ xe dx, ∫ x 2 e−x dx. Integral seperti ini dinamakan integral tak wajar
0 −∞ −∞
1 2 ∞
−x −x
batas integral ∫ xe dx atau ∫ xe dx, atau ∫ xe− x dx menunjukkan hasil yang nyata
0 0 0
berbeda. Jika nilai limit atas integral diperbesar, maka nilai integral (luas daerah) bertambah
∞
−x −b −b
besar, ∫ xe dx= lim ( 1−e −be )=1.
0 b →∞
Contoh
1
2
1 1 1
−1 −1 1 −a −1
∫ xe− x dx=
a
2
−1
∫
2 a
2
e− x (−2 x dx )=
−1 −x
2
e = lim
a a →−∞ 2 [
e + e =
2 2e
2
] [ 2
]
∞
2. Tentukan nilai integral dari ∫ sin x dx.
0
∞ b
b
∫ sin x dx=lim
b→∞
∫ sin x dx=lim
b →∞
[−cos x ]0 =lim [ 1−cos b ]
b→∞
0 0
Nilai limit tersebut tidak ada, sehingga kita simpulkan integral tersebut divergen.
menggabungkan integral dengan batas atas atau batas bawah mengandung ∞ atau −∞.
20
Contoh
∞
∞ b
1 1
∫ 2
dx=lim ∫ 2
dx =lim [ tan ]0 =lim [ tan−1 b−tan−1 0 ]= π
−1 b
−∞ 1+ x b → ∞ 0 1+ x b →∞ b →∞ 2
0 ∞ ∞
1 1 1 π 1 π π
2 adalah fungsi genap, ∫ 2
dx=∫ 2
dx= , maka ∫ 2
dx= + =π.
1+ x −∞ 1+ x 0 1+ x 2 −∞ 1+ x 2 2
Latihan 2.3
1. Evaluasi nilai integral tak wajar berikut apakah konvergen atau divergen.
∞ 0 ∞
1 x
a. ∫ dx d. ∫ 1+ x 2
dx g. ∫ lnx x dx
e x ln x −∞ e
−1 ∞ −∞
1 ln x
b. ∫ x
2
dx e. ∫ 2 dx h. ∫ e−x dx
−∞ 2 x 0
∞ 0
x
c. ∫ dx f. ∫ cos x dx
−e √ x 2 +9 −∞
2. X adalah variabel acak kontinu berdistribusi uniform dengan fungsi kepadatan peluang :
1
{
f ( x )= b−a
0
, jika a< x <b
, jika x ≤ a atau x ≥ b
lim ¿, maka
−¿
x→ b |f (x)|=∞ ¿
b
∫ f ( x ) dx= lim
t
¿¿
a −¿
t →b ∫ f ( x ) dx
a
21
Asalkan limit ini ada dan bukan tak terhingga, integral tersebut konvergen. Jika tidak, maka
integral tersebut divergen.
Contoh
2
dx
1. Hitung integral tak wajar ∫ .
0 √ 4−x 2
2
dx
∫ = lim ¿¿
0 √ 4−x 2 t → 2 ∫ −¿
t
dx
= lim
π
¿= ¿¿
2
0 √ 4−x 2 t→ 2 sin −¿
[ ( )]
−1 x
t
2 0
1
1
2. Buktikan bahwa ∫ p
dx konvergen jika p < 1, tetapi divergen bila p ± 1.
0 x
1
∫ x1p dx= 1
lim ¿¿
0 +¿ −p
t →0 ∫x dx=¿ lim ¿¿
0 − p+1 1 1
+¿
t→ 0
[ x
−p+ 1 t ] {
¿ 1−p , jika p< 1 ¿
∞, jika p> 1
Misalkan f kontinu pada [a, b], kecuali di c, a < c < b, dan lim
x →c
|f ( x)|=∞ maka
b c b
∫ f ( x ) dx=∫ f ( x ) dx +∫ f ( x ) dx
a a c
Contoh
3
dx
Hitunglah integral tak wajar ∫ .
0 ( x−1 )2 /3
Gambar 2.1
22
3 1 3
∫ ( dx )2 /3 =∫ ( dx )2 /3 +∫ ( dx )2 /3
0 x−1 0 x−1 1 x−1
¿ lim ¿
t
dx
t→1 ∫ −¿
2 /3
+ lim ¿¿ ¿¿
0 ( x−1 )
3
dx
s→ 1 ∫ +¿
s ( x−1 )2/3
¿ lim ¿
1 /3 t
t → 1−¿ [ 3 ( x−1 ) ] 0 +¿ lim ¿¿ ¿
3
s →1
+¿
[ 3( x−1)1/3 ]s ¿
¿3 lim ¿
t→1
−¿
[ (t −1 )1/3+1 ]+3 lim
1/3 1/3
¿¿
t→ 1 [2 − (s −1 ) ]¿
+¿
¿ 3+3 ( 21 /3 ) ≈ 6,78
Latihan 2.4
Tentukan nilai integral-integral tak wajar berikut
−5 10
1
a. ∫ 2
dx e. ∫ x lndx100 x
5 3 1
x
π /2
−1
∫ dx f. ∫ tan2 x sec2 x dx
b. 4 0
−2
( x+1 ) 3 3
1
3 g. ∫ dx
dx √x 2
+ x−2
c. ∫ 2 −2
0 x + x −2 ln 3
ex
e h. ∫ dx
d. ∫ x dx
ln x
0 √ e x −1
1
23
BAB III
FUNGSI DUA VARIABEL
Gambar 3.1
2
Contoh persamaan polar adalah r =8 sin θ dan r = . Persamaan polar paling
1−cos θ
baik digambarkan melalui grafik. Grafik persamaan polar adalah himpunan titik-titik, yang
mempunyai paling sedikit sepasang koordinat polar yang memenuhi persamaan. Cara paling
mendasar untuk mensketsakan grafik ialah menyusun tabel nilai-nilai, plot titik-titik
berpadanan, kemudian menghubungkan titik-titik ini dengan sebuah kurva mulus.
24
π √3 π 1
Jika (r, θ) = ( 4 , π /6 ) maka x=cos =4. =2 √ 3 dan y=4 sin =4. =2.
6 2 6 2
2
Jika (x, y) = (−3 , √ 3 ), maka r 2= (−3 )2+ ( √3 ) =12
3
tanθ= √
−3
Nilai (r, θ) adalah ( 2 √ 3 ,5 π /6 ) atau (−2 √ 3 ,−π /6 ).
Gambar 3.3
2. Perlihatkan bahwa grafik r =8 sinθ sebuah lingkaran dengan jalan mengubah ke koordinat
cartesius.
Jika r =8 sin θ dikalikan dengan r, diperoleh r 2=8 r sin θ yang dalam koordinat cartesius
adalah x 2+ y 2=8 y dan dituliskan sebagai :
x 2+ y 2−8 y=0
x 2+ y 2−8 y +16=16
x 2+ ( y−4 )2=16
Persamaan tersebut adalah lingkaran dengan jari-jari 4 dan berpusat di (0, 4).
25
3.2 Fungsi Dua Variabel
Suatu fungsi dua variabel f memetakan setiap pasang titik ( x , y ) pada domain ( D ) ke
tepat satu nilai z=f ( x , y ) pada himpunan bilangan real ( R ) . Sebagai contoh,
f ( x , y )=2 y √ x
maka nilai dari f ( 1,4 )=2 ( 4 ) ( √ 1 ) =8.
Grafik fungsi dua variabel z=f ( x , y ) akan membentuk sebuah permukaan (Gambar
3.4). Namun, dalam penggambarannya diperlukan bantuan software matematika agar lebih
mudah. Berikut adalah beberapa contoh grafik fungsi dua variabel.
Gambar 3.6
26
BAB IV
TURUNAN PARSIAL
dy
pertama dx z=f ( x, y ) , adalah fungsi dua variable (Gambar 4.1) turunan
. Jika
terhadap variabel bebas dinamakan turunan parsial. Turunan parsial pertama terdiri
dari 2 buah, yaitu:
1. Turunan parsial pertama z terhadap x (peubah y dianggap sebagai konstan)
∂ z ∂ f ( x, y)
f x ( x , y )=
=
∂x ∂x
2. Turunan parsial pertama z terhadap y (peubah x dianggap sebagai konstan)
∂ z ∂ f ( x, y)
f y ( x , y )= =
∂y ∂y
dari :
1. Turunan parsial kedua z terhadap x dan x
∂f ∂ 2 f (x , y )
f xx ( x , y )= ∂ ( )=
∂x ∂x ∂ x2
2. Turunan parsial kedua z terhadap y dan y
2
∂f ∂ f ( x, y )
f yy ( x , y )= ∂ ( )=
∂y ∂y ∂ y2
3. Turunan parsial kedua z terhadap x dan y (turunan parsial campuran)
27
2
∂f ∂ f (x,y)
f xy ( x , y )=(f x ) y= ∂ ( )=
∂ y ∂x ∂ y∂ x
4. Turunan parsial kedua z terhadap y dan x (turunan parsial campuran)
2
∂ f ∂ f ( x , y)
f yx ( x , y )=( f y ) x= ∂ ( )=
∂x ∂ y ∂x∂ y
Contoh
Carilah turunan parsial pertama dan kedua dari f ( x , y )=xe y −sin ( x / y )+ x 3 y 2
1
f x ( x , y )=e y− cos( x / y )+3 x 2 y 2
y
x
f y ( x , y )=xe y − 2
cos( x / y )+2 x 3 y
y
1 x
f xx ( x , y )=
y 2
sin
y ()
+6 x y 2
x2 x 2x x
( ) y
f yy x , y =xe + 4 sin
y y ()
− 3 cos
y y ()
+2x
3
x x 1 x
f xy ( x , y )=e − sin ( )− cos ( )+ 6 x y
y 2
y y 3
y y 2
x x 1 x
f yx ( x , y )=e − sin ( )− cos ( )+6 x y
y 2
y y 3
y y 2
Latihan 4.1
Tentukan semua turunan parsial pertama fungsi-fungsi berikut ini
xy 2 2
1. f (x , y)=xe 3. f (x , y )=ln( x −xy+ y )
f (x , y )=e x sin y
2
2. f (x , y , z )=3 x 2 y −xyz+ y 2 e z 4.
5. Carilah turunan kedua dari soal no 1 sampai 4.
6. Carilah kemiringan garis singgung pada kurva perpotongan permukaan
28
Misalkan x=x(t ) dan y= y(t ) terdeferensial di t dan misalkan
z=f ( x( s,t ), y( s,t )) mempunyai turunan turunan parsial pertama yang diberikan oleh
∂z ∂z ∂ x ∂z ∂ y ∂z ∂z ∂ x ∂z ∂ y
= + = +
1. ∂s ∂ x ∂s ∂ y ∂s 2. ∂t ∂ x ∂t ∂ y ∂t
∂z
2 2
Contoh. Jika z=3 x − y dengan x=2 s +7 t dan y=5 st , carilah ∂t dan
nyatakan dalam bentuk s dan t.
Penyelesaian :
∂z ∂z ∂ x ∂z ∂ y
= +
∂t ∂ x ∂t ∂ y ∂t =(6 x)(7)+(−2 y)(5 s)
=42(2s+7t )−10 st (5s) =84 s+294 t )−50 s2 t
Hasil yang sama akan didapatkan jika subtitusikan ekspresi untuk x dan y dalam rumus z dan
kemudian diturunkan parsial terhadap t.
Fungsi implisit
29
Turunan fungsi implisit F( x , y)=0 dapat juga dikerjakan dengan menggunakan Aturan
∂ F dx ∂ F ∂ y dy ∂ F /∂ x
+ =0 =−
Rantai ∂ x dx ∂ y ∂ x sehingga dihasikan rumus dx ∂ F/∂ y
∂ z ∂ F /∂ y
=−
∂ y ∂ F /∂ z
∂z
fungsi implisit dari x dan y, carilah ∂ x
Penyelesaian
2 y +z
∂z ∂ F/∂ x 3 x e − y cos( x−z )
=− =− 3 y +z
∂x ∂ F /∂ z x e + y cos( x−z )
Latihan 4.2
dw
Carilah dt dengan menggunakan Aturan Rantai. Nyatakan jawaban akhir dalam t.
2 3
1. w=x y dengan x=t 3 , y=t 2
∂w
Carilah dengan menggunakan Aturan Rantai. Nyatakan jawaban akhir dalam s dan t.
∂t
s st
1. w=ln( x + y )−ln( x− y ) dengan x=te , y=e
2 2
2. w=x + y ln x dengan x=s/t , y=s t
dy
Carilah dx dari fungsi implisit dengan menggunakan Aturan Rantai
x 3 +2 x2 y− y 3 =0
∂z
−x
Carilah ∂x dari fungsi implisit dengan menggunakan Aturan Rantai ye +z sin x=0
30
4.3 Differensial Total
Contoh . Jika z=f ( x , y )=2 x 3 +xy− y 3 Hitunglah Δz dan dz ketika (x,y) berubah
dari (2,1) ke (2.03;0.98)
Penyelesaian
Δz=f (2.03 ,0.98 )−f (2,1)
=[2(2.03)3 +(2. 03 )(0.98 )−(0.98)3 ]−[2(2)3 +2(1)−13 ]=0. 779062
dz=f x ( x, y) Δx+f y ( x, y) Δy
=(6 x2 + y) Δx+(x−3 y 2 ) Δy dari (2,1) didapatkan Δx=0 .03 dan
Δy=−0.02
dz=(25)(0.03)+(−1 )(−0.02 )=0.77
Latihan 4.3
Gunakan differensial total dz untuk mengaproksimasi perubahan dalam z ketika (x,y)
2 3
bergerak dari P ke Q. z=2 x y dengan P(1,1) dan Q(0.99,1.02)
31
BAB V
PENERAPAN TURUNAN PARSIAL
32
D=D(−1,−2)=f xx (−1,−2)f yy (−1,−2)−f 2xy (−1,−2)=−18(2)−0=−36<0
adalah titik pelana.
Latihan 5.1
Carilah titik kritis dan apakah titik tersebut memberikan maksimum local minimum local atau
titik pelana :
3 3 2 2
1. f (x , y )=x + y −6 xy 2. f (x , y)=e−(x + y −4 y)
∂L ∂L ∂L
=0 =0 =G( x , y)=0
Syarat perlu : adanya ektrim ialah : ∂ x , ∂y dan ∂λ
∂L ∂L
=0 =0
Syarat cukup : Titik kritis dapat diperoleh dari persamaan ∂x , ∂y dan
∂L ∂2 L
=G( x , y)=0 =0
∂λ . Sedangkan macam ektrim dapat ditinjau dari tanda ∂ x2 dan
2
∂L
=0
∂ y2
2 2
z=2 x +4 y +5 dengan syarat
Contoh : Tentukan macam dan nilai ekstrim dari
x+ y=3
Penyelesaian
∂L ∂L
=4 x +λ=0 =8 y+λ=0
Titik kritis dapat diperoleh dari persamaan ∂x , ∂y dan
∂L
=x+ y−3=0
∂λ sehingga diperoleh : 4 x +λ=0 ; 8 y+λ=0 dan x+ y=3
33
Dari ketiga persamaan diperoleh x=2, y=1 dan λ=−8 jadi titik kritisnya (2,1). Karena
∂2 L
=4
∂ x2 , diperoleh titik minimum dengan nilai z=(2 )22 +(4 )12 +5=17
Latihan 5.2
Tentukan macam dan harga ektrim dari fungsi
34
BAB VI
INTEGRAL LIPAT
6.1 Integral lipat dua pada daerah R persegi panjang ( batasan x dan y berupa
konstanta)
Integral lipat dua dengan luas dasar R dan fungsi z=f ( x, y) (Gambar 6.1).
d b
∬ f ( x , y )dA=∫ [∫ f ( x , y )dx]dy
R c a atau urutan pengintegralan
b d
∬ f ( x , y )dA=∫ [∫ f ( x , y )dy]dx
dapat ditukar menjadi R a c .
Gambar 6.1. Integral lipat 2 sebagai volume (V) dari benda pejal dibawah permukaan z
Perhitungan integral lipat dilakukan satu demi satu seperti integral biasa (tidak lipat).
Pertama : Lakukan integral pertama yang di dalam dengan menganggap y sebagai konstanta.
Kedua : Lakukan integral ke dua yang diluar terhadap apa yang dihasilkan dari integral
pertama, dengan menganggap x sebagai konstan.
3 2
∫∫(2 x +3 y )dxdy
Contoh 1. Hitung integral berulang 0 1
Penyelesaian :
Pertama: lakukan integral pertama yang di dalam dengan menganggap y sebagai kontanta.
35
3 2 3 3 3
2
∫∫(2 x +3 y )dxdy=∫ x +3 yx ]21 dy =
∫ (4 + 6 y )−(1+3 y )dy=∫(3+3 y )dy
0 1 0 0 0
Kedua : lakukan integral ke dua yang diluar terhadap apa yang dihasilkan dari integral
pertama, dengan menganggap x sebagai konstan.
3
Pemilihan integral mana yang didahulukan berhubungan dengan bentuk R. Batas dari R
keduanya x dan y suatu konstanta sehingga urutan integral dapat ditukar dengan hasil yang
sama.
2 3 2 2
Latihan 6.1
Hitung integral-integral lipat berikut.
1 2 1 1
2 2 y
∫ ∫( x + y )dxdy ∫∫ ( xy+1)2
dxdy
1. −1 1 3. 0 0
1 1 1 1
2
∫∫( xe xy )dydx
2
0 0
∫∫( xye x + y )dydx
2. 4. 0 0
√3 1
∫∫ ( x2 +8yx2+1 )2 dydx
5. 0 0 (tukarkan urutan integrasinya)
6.2 Integral lipat dua pada daerah R bukan persegi panjang ( batasan x dan y bukan
berupa konstanta)
Jika daerah R seperti Gambar 6.2. batas y berupa fungsi dan x berupa konstanta,
d b
36
Gambar 6.2. Batas y berupa fungsi dan x berupa konstanta
Jika daerah R seperti Gambar 6.3 batas y berupa kontanta dan x berupa fungsi, gunakan :
b d
∬ f ( x , y )dA=∫ [∫ f ( x , y )dy]dx
R a c
∫∫(2 ye x )dxdy
Contoh 1. Hitung integral berulang 0 1 daerah integrasi di Gambar 6.4
1 y2 1 1
2 2
∫ [∫(2 ye x )dx ]dy =∫ [2 ye x ]1y dy=∫(2 ye y −2 ye0 )dy
0 1 0 0
Penyelesaian
1 1 2
y2 y 1
2
y 1 1
∫ [e (2 ydy )−2∫ ydy =[ e ]0−2 [ 2
]0 dy=e−1−2( )=e−2
2
0 0
37
Gambar 6.4. Batas x berupa fungsi dan y berupa konstan
Latihan 6.2.
Hitung integral berulang
5 x π /2 sin y
3 2y π /4 √ 2cos θ
y3
∫ [ ∫ xe dx ]dy ∫[ ∫ rdr ]dθ
2. 1 −y 5. 0 0
2 √ 4−x2
∫[ ∫ ( x+ y)dy ]dx
3. 0 0
∬ ( x 2+2 y )dA
6. s ; S adalah daerah yang dibatasi oleh y=x 2 dan y=√ x
∬ xydA 2
7. s ; S adalah daerah yang dibatasi oleh y=x dan y=1
2
∬ 1+x 2 dA
8. s S adalah daerah segitiga dengan titik-titik sudut di (0,0), (2,2), dan
(0,2)
Tuliskan dan hitung integral berulang dengan urutan integrasi yang ditukar. Mulai
dengan pensketsaan daerah S
2 2y
∫ [∫ xy 2 dx ]dy
0 y2
9.
6.3. Integral lipat dua dalam koordinat polar
Kurva-kurva dalam bentuk lingkaran, kardioda,dan mawar lebih mudah diuraikan
dalam bentuk koordinat polar daripada dalam koordinat cartesius. Integral lipat dari koordinat
kartesius dapat dirubah dalam bentuk koordinat polar, (Gambar 6.5)
Gambar 6.5. Volume benda pejal dalam koordinat kartesius dan koordinat polar
38
∬ f ( x , y )dA=∬ f (r cosθ , r sin θ )rdrdθ
R R
~
I=∫ e−x dx=
2 √π
Contoh 1. Perlihatkan bahwa 0 2
Perhitungan dengan koordinat kartesius : Misalkan Vb benda pejal yang terletak di bawah
2 2
−x −y
permukaan z=e dan di atas bujur sangkar dengan titik-titik puncak (±b,±b)
Gambar 6.6
b b b b b b
2 2 2 2
− x 2− y 2 −x −y −x −y
V b =∫ ∫ e dydx=∫ e [ ∫ e dy] dx=∫ e dx ∫ e dy
−b −b −b −b −b −b
b b
2
−x 2 2 −x 2
=[ ∫ e dx ] =4[∫ e dx ]
−b 0
b ∞ 2
−x 2 2 −x 2 2
V b =lim 4[ ∫ e dx] =4[∫ e dx ] =4 I
b→ ∞ 0 0
39
2π 2π
−r2 1 −x 2 2
V b =lim V b = lim ∫ e rdrd θ=lim ∫ − e ] dθ
a→ ∞ a→∞ 0 a →∞ 0 2
2π
1 2 −a
2
=lim ∫ − [1−e−a ]dθ=lim π [1−e ]=π
a →∞ 0 2 a→∞
2
dengan menyamakan perhitungan dengan koordinat polar dan koordinat kartesius 4 I =π atau
1
I= √π
2
Latihan 6.3.
π 2
∫∫ r cos θ4 drd θ
1. Hitung integral berulang 0 0
1 1
∫∫ x 2 dydx
2. Hitung dengan menggunakan koordinat polar 0 x
∞
1 −(x− μ)2 /2 σ 2
∫ e
−∞ σ √ 2π
dx=1
3. Perlihatkan bahwa :
40
BAB VII
PENERAPAN INTEGRAL LIPAT
8
1 3 768
x 10/3 153, 6
2 10 0 5 .
Pusat massa dapat dihitung menggunakan rumus:
My x ( x, y ) dA M y ( x, y) dA
x S
y x S
m ( x, y) dA
S
m ( x, y) dA
S
Contoh 2.
Carilah pusat massa lamina dari Contoh 1.
Penyelesaian:
768
Dalam Contoh 1 telah dihitung bahwa massa m dari lamina ini adalah 5 . Momen-momen
M x dan M y masing-masing terhadap sumbu-y dan sumbu-x adalah
41
8 x 2/3
M y x ( x, y ) dA x 2 y dy dx 1 8 x 10/3dx 12288 945, 23
2 0
0 0
S 13 .
8 x 2/3
M x y ( x, y ) dA xy 2 dy dx 1 8 x3 dx 1024 341,33.
3 0
0 0
S 3
Dengan demikian dapat ditentukan pusat massa yaitu:
My 80 M x 20
x 6,15, y 2, 22
m 13 m 9 .
Perhatikan bahwa pusat massa (x , y ) berada di bagian kanan atas S, tetapi itu memang
I y x 2 ( x , y ) dA I z ( x 2 y 2 ) ( x , y ) dA I x I y
S dan S .
Contoh 3.
Tentukan momen inersia terhadap sumbu-sumbu x , y dan z untuk lamina pada contoh 1.
Penyelesiaan:
8 x 2/ 3 1 8 11/ 3 6144
I x xy 3 dA xy 2 dy dx x dx 877 , 71
0 0 4 0 7
S .
8 x 2/ 3 1 8 13/ 3
I y x 3 y dA 2 0
x 3 y dy dx x dx 6144
0 0
S .
49152
Iz Ix Iy 7021, 71
7 .
Tinjau masalah penggantian suatu sistem massa umum yang massa totalnya m oleh
sebuah titik tunggal bermassa m dengan momen inersia I yang sama terhadap suatu garis L.
Seberapa jauh seharusnya titik ini berada dari L? Jawabnya adalah r dengan mr 1 .
2
r I
Bilangan m
disebut jejari girasi sistem. Jadi energi kinetis dari suatu sistem yang
Latihan 7.1
42
1. Carilah massa m dan pusat massa (x , y ) dari lamina yang dibatasi oleh kurva-kurva yang
diberikan dan dengan kerapatan yang ditunjukkan.
a. x 0, x 4, y 0, y 3; (x , y ) y 1
b. y 0, y 4 x ; (x , y ) y
2
c. y 0, y sin x , 0 x ; (x , y ) y
d. y 1/ x , y x , y 0, x 2; (x , y ) x
e. y e , y 0, x 0.x 1; (x , y ) y .
x 2
lx , l y
l
2. Carilah momen inersia dan z untuk lamina yang dibatasi oleh kurva-kurva yang
diberikan dan dengan kerapatan yang ditunjukkan
a. y x , x 9, y 0; (x , y ) x y
b. y x , y 4; (x , y ) y
2
43
a) PDF bersama U X Y dan V X Y b) PDF marjinal dari U dan PDF marjinal dari V.
Penyelesaian:
Pandang variabel acak U X Y dan V X Y ini sesuai dengan tranformasi u x y
12 e v dv 12 e u , u 0
u
u
12 e , u .
v
fV (v ) 12 e v du ve v , v 0
v
Latihan 7.2.
1. Misalkan bahwa variabel acak X dan Y mempunyai PDF bersama
1/ 4, jika 0 x 2, 0 y 2
f ( x, y )
0, lainnya
44
Yaitu, X dan Y berdistribusi seragam pada persegi 0≤x≤2,0≤ y≤2 , Carilah
45
BAB VIII
PENGANTAR PERSAMAAN DIFERENSIAL
Pada bab sebelumnya telah dipelajari antiturunan (integral) dari sebuah fungsi f untuk
mendapatkan fungsi baru F. Sehingga dapat dituliskan persamaan:
∫ dy=∫ 2 x dx
y +C 1=x 2+C 2
46
y=x 2 +C 2−C1
y=x 2 +C
Metode 2 banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah yang bukan berbentuk sederhana
dy
seperti =g( x).
dx
47
Penyelesaian:
dy x +3 x 2
Persamaan = 2 setara dengan y 2 dy=( x+3 x 2) dx .
dx y
Kemudian kedua ruas diintegralkan, sehingga diperoleh:
3 x2
y=
√
3
2
+3 x3 +C
3 x2
y=
√3
2
+3 x3 +216
Untuk memeriksa kembali, dapat dilakukan subtitusi kedalam kedua ruas dari persamaan
diferensial semula untuk melihat bahwa ini memberikan hasil yang sama. Perlu juga
dilakukan pemeriksaan bahwa y = 6 ketika x = 0.
−2
dy 1 3 x 2
=
dx 3 2 (
+3 x 3+ 216 ) 3
( 3 x +9 x 2)
x+3 x 2
¿ 2 /3
3 2
( 2
x +3 x3 +216 )
Pada ruas kanan, diperoleh:
x+3 x 2 x +3 x 2
=
y2 2 /3
3 2 .
2 (
x + 3 x 3 +216 )
Kedua ekspresi tersebut sama. Ketika x = 0, maka didapatkan hasil:
3. 02
y=
√
3
2
+3. 03 +216=√3 216=6 .
48
8.2 Permasalahan Gerak
Apabila s(t), v(t), dan a (t) masing-masing menyatakan posisi, kecepatan, percepatan
pada saat t dari suatu benda yang bergerak sepanjang suatu garis koordinat, maka:
ds
v ( t )=s ' ( t )=
dt
dy d 2 s
a ( t )=v ' ( t )= =
dt d t 2
Jika s(t) diketahui maka dapat dihitung v(t) dan a (t). Sebaliknya jika diketahui percepatan
a (t), maka dapat dihitung kecepatan v(t) dan posisi s(t).
dv
(s menaik), tetapi a= adalah negatif (tarikan grativitasi ke arah bawah, sehingga
dt
dv
memperkecil v). Dihitung penyelesaian persamaan diferensial =−32 dengan syarat
dt
tambahan bahwa v = 50 dan s = 1000 pada saat t = 0. Baik Metode 1 (anti-diferensial
langsung) ataupun Metode 2 (pemisahan variabel) dapat bekerja dengan baik.
Metode 1.
dv
=−32.
dt
49
v=∫ −32 dt =−32 t+C.
Karena v=50 pada t=0, maka diperoleh C=50 sehingga:
v=−32 t+50.
ds
Karena v= , maka didapatkan persamaan diferensial kedua.
dt
ds
=−32t +50.
dt
Ketika diintegralkan, diperoleh:
s=∫ (−32 t+50)dt
¿−16 t 2 +50 t+ K .
Karena s = 1000 pada t =0, maka didapatkan K = 1000 dan s=−16 t 2 +50 t+1000 .
Jadi pada saat t = 4,
v=−32 ( 4 )+ 50=−78 feet /detik
s=−16 ¿ feet.
Apabila v=v 0 dan s=s 0 pada t=0, maka prosedur pada contoh 3 sesuai dengan rumus-rumus
benda-jatuh yang sudah dikenal yaitu:
a=−32.
v=−32 t+ v 0.
s=−16 t 2 + v 0 t +s 0.
Contoh 4.
Percepatan suatu benda yang bergerak sepanjang suatu garis koordinat diberikan oleh a (t )=¿
meter/detik. Jika kecepatan pada saat t=0 adalah 4 meter/detik, carilah kecepatan 2 detik
kemudian.
Penyelesaian:
dv
a (t)= =¿
dt
v=∫ ¿ ¿
1
¿ ¿¿
2
Karena v = 4 pada saat t = 0, maka
−1
4= .
4¿¿
145
yang memberikan C= , sehingga
36
50
−1
v=
4¿¿
Pada t = 2,
−1 145
v= + =4,023 meter/detik.
4 (49) 36
Pada soal 6 dan 7 sebuah benda bergerak sepanjang suatu garis koordinat menurut percepatan
a cm/detik dengan kecepatan awal v 0 (dalam cm/detik) dan jarak berarah s0 (dalam cm).
Carilah kecepatan v beserta jarak berarah s setelah 2 detik.
6. a=t ; v 0=3 ; s 0=0.
3
7. a=√ 2t +1 ; v 0=0 ; s0 =10.
8. Sebuah bola dilemparkan ke atas dari permukaan bumi dengan kecepatan awal 96
feet/detik. Berapa tinggi maksimum yang dicapainya?
51
BAB IX
PERSAMAAN DIFERENSIAL
Secara definisi, persamaan diferensial (PD) adalah suatu persamaan yang terdiri atas satu atau
lebih turunan suatu fungsi yang tidak diketahui. PD terbagi menjadi dua yaitu PD Biasa
(PDB) yakni PD yang memiliki satu peubah bebas dan PD Parsial (PDP) yakni PD yang
memiliki lebih dari satu peubah bebas. Orde dari sebuah PD ditentukan dari turunan tertinggi
dari suatu fungsi yang pada PD tersebut. PDB dengan peubah bebas dan turunannya bersifat
linier, maka dinamakan PDB Linier (PDBL).
a. Bentuk implisit
dy (9.2)
(
F x, y ,
dx )
=0
b. Bentuk eksplisit
dy (9.3)
=f ( x , y)
dx
Suatu fungsi y=f (x ) merupakan solusi dari PD dengan y sebagai peubah tak bebas dan x
peubah bebas apabila y=f (x ) disubstitusikan ke PD maka akan diperoleh persamaan
52
identitas atau benar untuk semua x pada interval I. Fungsi y=f (x ) disebut solusi umum jika
memuat konstanta sembarang dan disebut solusi khusus jika sebaliknya.
dy
Diketahui PD =−sin x , maka
dx
d (cos x +c )
a. y=cos x+ c disebut solusi umum karena =−sin x →−sin x +sin x=0.
dx
d (cos x +1)
b. y=cos x+1 disebut solusi khusus karena =−sin x →−sin x +sin x=0.
dx
Contoh.
53
c −c dy
Selanjutnya akan diverifikasi dengan menyubstitusi +2 untuk y dan 2 untuk
x x dx
pada PD sehingga diperoleh
dy 1 c 1 c
dx x x x x
−c
= ( 2− y ) →− 2 = 2− + 2 = 2 .
x [ ( )]
c
Oleh karena itu, y= +2 merupakan solusi PD untuk setiap nilai c.
x
Untuk solusi khusus PD, dinyatakan syarat awal (initial condition) y ( x 0 )= y 0 merupakan
solusi PD y= y (x) yang akan bernilai y 0 ketika x=x 0. Jadi, grafik dari solusi khusus PD
dy
akan melewati titik ( x 0 , y 0 ). Permasalahan nilai awal dari PD Orde-1 adalah PD =f ( x , y)
dx
mempunyai solusi yang harus memenuhi syarat awal y ( x 0 )= y 0.
Contoh.
1 x dy
9.5. Tunjukkan bahwa y= ( x +1 )− e merupakan solusi dari PD = y−x dengan
3 dx
2
syarat awal y ( 0 )= . !
3
Solusi:
dy
Perhatikan bahwa PD = y−x adalah PD Orde-1 dengan f (x , y )= y−x. Turunan
dx
1 x
dari y= ( x +1 )− e adalah
3
dy d 1 1
=
dx dx (
x +1− e x =1− e x .
3 3 )
1 x
Substitusikan y= ( x +1 )− e pada y−x, sehingga
3
1 1
y−x =( x+1 ) − e x −x=1− e x .
3 3
Permasalahan nilai awal:
1 1 2
[
y ( 0 )= ( x+1 ) − e x
3 ] x=0
=1− = .
3 3
54
1 x
Jadi, fungsi y= ( x +1 )− e merupakan solusi PD dan memenuhi syarat awal
3
2
y ( 0 )= . Grafik solusi PD contoh 9.4 dinyatakan pada Gambar 9.1.
3
55
Latihan 9.1
1. Tentukan PD jika diketahui solusi umumnya adalah
c−cos x
a. y= .
x
b. g ( x , y , c )=x 4−cxy +2=0.
c. g ( x , y , c )=3 x2 −c x 2 y+ c 2=0.
2. Tentukan solusi umum dari PD berikut.
dy
a. =sin x .
dx
dy 2
b. + y =0.
dx
dy
2
c. ( x +1 ) x( dx )
+ y −2 x 2 y=0 .
dy (9.4)
+ P ( x ) y =Q( x)
dx
di mana P dan Q merupakan fungsi kontinyu dari x. Persamaan 9.4 juga disebut
dengan bentuk standar.
Contoh.
dy
9.6. Nyatakan PD x =x 3 +4 xy −2 y , x >0 dalam bentuk standar!
dx
Solusi:
dy
x =x 3 +4 xy −2 y
dx
56
dy 2y
=x 2+ 4 y−
dx x
dy 2y dy 2
dx
−4 y− =x 2 → − y 4 + =x 2 .
x dx x ( )
dy 2 2
Jadi,
dx ( )
− y 4− =x 2 adalah bentuk standar dengan P ( x ) = −4− dan
x x ( )
Q(x )=x 2.
Perhatikan
dy
+ P ( x ) y =Q( x)
dx
dy
v( x) + P ( x ) v (x ) y =v ( x )Q(x )
dx
dy d
v( x) dipilih untuk membentuk v ( x ) + P ( x ) v ( x ) y= [ v ( x ) y ]
dx dx
d
dx
[ v ( x ) y ]=v (x) Q( x )
v ( x ) y =∫ v ( x ) Q ( x ) dx
1
y= ∫ v ( x ) Q ( x ) dx .
v (x)
Mengapa P ( x ) tidak muncul pada solusi? Sebenarnya muncul, tetapi secara tidak
langsung. Perhatikan
d dy
[ v ( x ) y ] =v ( x ) + P ( x ) v ( x ) y
dx dx
dy dv dy
v(x) + y =v ( x ) + P ( x ) v ( x ) y
dx dx dx
dv
y =P ( x ) v ( x ) y
dx
57
dv
=P ( x ) v ( x )
dx
dv
=P ( x ) dx
v (x )
dv
∫ v ( x ) =∫ P ( x ) dx
ln v ( x)=∫ P ( x ) dx
P ( x ) dx
e ln v (x)=e∫
P ( x ) dx
v( x)=e∫ .
dy
Jadi, untuk mencari solusi PDB Linier + P ( x ) y =Q( x), maka kedua sisi PD
dx
dikalikan dengan faktor pengintegral dan selanjutnya mengintegralkan kedua sisi.
Contoh.
dy
9.7. Cari solusi dari PD x =x 2 +3 y , x >0!
dx
Solusi:
dy dy 3
x =x 2 +3 y → − y =x .
dx dx x
−3
Sehingga diketahui bahwa P ( x ) = .
x
P ( x ) dx
v ( x )=e∫
∫ −3
x
dx
¿e
58
¿ e−3 ln x
−3
¿ e ln x
1
¿ .
x3
1 dy 3 1
(
∙
x dx
3
−y = 3∙x
x x )
1 dy 3 1
∙ − 4 y= 2
x dx x
3
x
d 1 1
( )
dx x 3
y = 2
x
1 1
3
y=∫ 2 dx
x x
1 −1
y= +c
x3
x
y=−x2 +c x 3 , x> 0.
9.3. PD HOMOGEN
Suatu PD Orde 1 disebut sebagai PD Homogen jika PD tersebut dapat diubah ke dalam
bentuk:
dy y (9.5)
y'=
dx
=g
x ( )
Penyelesaian PD Orde 1 homogen dilakukan dengan cara mengubah PD homogen
y
menjadi PD Variabel Terpisah. Misal z= , maka
x
y
z= → y=xz → dy =xdz+ zdx
x
Substitusikan pada persamaan 9.5 sehingga didapatkan
59
dy xdz + zdx dz dz
y'= = =x + z=g ( z ) → x =g ( z )−z
dx dx dx dx
Atau
dz dx (9.6)
=
g ( z )−z x
Persamaan 9.6 merupakan PD Variabel Terpisah.
Contoh.
Solusi:
Perhatikan bahwa
2 xy y ' + x 2−2 y 2=0
2 y 2 −x2 2 y2 x2 y x y 1
y'= → y' = − → y'= − → y'= −
2 xy 2 xy 2 xy x 2y x y
2
x ()
y
Jika dimisalkan z= , maka
x
dy 1
y'= =z− =g(z ).
dx 2z
dz dx
Diketahui bahwa = dan dengan mensubstitusikan g(z ) diperoleh
g ( z )−z x
dz dx dx
= →−2 zdz=
1 x x
( z− −z
2z )
dx
Jadi, dengan mengintegralkan kedua sisi dari −2 zdz= didapatkan
x
1
−∫ 2 z dz=∫ dx →−z 2=ln x +c
x
y
Substitusi kembali z= sehingga
x
y 2
− ( )
x
=ln x+ c → y 2=x 2 ( ln x +c ) .
Perhatikan PD berikut.
60
( a 1 x +b1 y +c 1 ) dx+ ( a2 x +b 2 y +c 2 ) dy=0 (9.7)
Persamaan (9.7) dapat dikaji dari 3 kasus, yaitu:
a1 b1 c1
i. Jika = = =k , maka PD pada (9.7) dapat diubah menjadi PD variabel
a2 b2 c2
terpisah dengan bentuk
kdx +dy =0. (9.8)
a1 b1 c
ii. Jika = =k ≠ 1 dan dengan substitusi u=a2 x+b 2 y , maka PD pada (9.7)
a2 b2 c2
dapat diubah menjadi PD variabel terpisah dengan bentuk
u+c 2
( )
( ku +c 1 ) dx+ b ( du−a2 dx )=0
2
a1 b1
iii. Jika ≠ dengan substitusi u=a1 x +b 1 y +c 1 dan v=a2 x+ b2 y+ c 2, maka
a2 b2
dapat diperoleh
b 2 du−b1 dv a2 du−a 1 dv
dx= ; dy =
a 1 b2 −a2 b1 a2 b1 +b2 a1
Maka PD pada (9.7) menjadi
u ( b 2 du−b1 dv )−v ( a2 du−a1 dv )=0
Contoh.
Solusi:
a1 b1 4 −6 c 2
Kasus ini merupakan kasus ke-2 yaitu = = = =2≠ 1 = dengan
a2 b2 2 −3 c2 3
u=a2 x+b 2 y =2 x−3 y . Perhatikan persamaan 9.9. Substitusikan nilai dan persamaan
yang bersesuaian, maka didapatkan
61
3
dx +
u+ 3
( −8u−12
2
( )
) du=0 →dx − 18 ( u+u+33 ) du=0 → dx− 18 1+ u+ 3 2
2
du=0
3
1
∫ dx− 8 ∫ 1+
( ) 2
u+
3
2
du=c
1 3 3
x−
8 [ ( )]
u+ ln u + =c
2 2
1 3 3
x−
8 [
2 x−3 y + ln 2 x−3 y+ =c
2 2 ( )]
3 3
(
8 x−2 x+ 3 y − ln 2 x−3 y + =c
2 2 )
3 3
(
6 x +3 y− ln 2 x−3 y + =c
2 2 )
Latihan 9.2 dan 9.3
1. Cari solusi umum dari PD:
a. y ' sin 2 x= y cos 2 x.
'
b. x y − y−x tan ( xy )=0.
y
x y − y−x sec ( )=0.
'
c.
x
d. (−x +3 y +2 ) dx+ (−2 x +2 y+3 ) dy=0.
2. Tentukan solusi khusus dari PD: ( x +1 ) y ' =2 y dengan syarat awal y ( 0 )=1!
62
DAFTAR PUSTAKA
Nababan, S.M., Sugimin, dan Warsito. 2009. Materi Pokok Pengantar Matematika.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Weir, M. D., Hass, J., dan Thomas, G.B. 2010. Thomas’ Calculus: Early Transcendentals,
12th Edition. Pearson Education, Inc. Boston.
Purcell E.J. and Varberg, D. 2003. Calculus, 9th Ed. Prentice Hall and Inc. New Jersey.
Wrede, R. and Spiegel, M. R. 2002. Advanced Calculus, 2nd Ed. McGraw-Hill Companies.
New York.
63