Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN CA COLLON DI RUANG BUGENVIL

RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

Oleh :
Yeni Indri Lestari
2011040195

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
A. Definisi
Kolon adalah bagian terbesar dari usus besar. Panjangnya hampir 5 kaki.
Kolon memiliki empat bagian yaitu kolon ascending, transverse, descending,
dan sigmoid. Dindingnya memiliki empat lapisan utama mukosa, submukosa,
muskularis propia, dan serosa atau adventitia. Kanker adalah penyakit yang
ditandai dengan pertumbuhan sel yang abnormal, bila hal ini terjadi di usus besar
atau rectum maka disebut kanker kolorektal (American Cancer Society, 2017).
American Cancer Society (ACA) tahun 2016, menjelaskan bahwa kanker
kolorektal adalah kanker yang dimulai di usus besar atau rektum. Kanker ini juga
bisa disebut kanker usus besar atau kanker rektum, tergantung tempat
bermulanya. Kanker usus besar dan kanker rektum sering dikelompokkan
bersama karena memiliki banyak kesamaan.
Hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma. Adenokarsinoma
adalah kanker sel yang melapisi kelenjar dan, dalam kasus kanker usus besar,
memmproduksi lendir (National Comprehensive Cancer Network, 2016)
Awalnya kanker kolorektal dapat muncul sebagai polip jinak tetapi dapat
menjadi ganas, menginvasi dan menghancurkan jaringan normal, dan meluas ke
struktur sekitarnya [ CITATION Sme152 \l 1033 ].

B. Etiologi
Sebagian besar kanker kolon dimulai dari polip pada lapisan dalam usus
besar atau rektum Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi kanker selama
beberapa tahun, namun tidak semua polip menjadi kanker. Kemungkinan
berubah menjadi kanker tergantung pada jenis polip. 2 jenis polip utama adalah:
a) Adenomatous polyps (adenoma): Polip ini kadang berubah menjadi kanker.
Karena itu, adenoma disebut kondisi pra-kanker.
b) Hyperplastic polyps dan inflammatory polyps: Polip ini lebih sering terjadi,
namun secara umum tidak bersifat pra-kanker.
Adapun faktor resiko dari kanker kolorektal berdasarkan National Cancer
Institute (2017) adalah :
a) Usia
Menurut ACA (2017), risiko kanker kolorektal meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Proporsi kasus yang di diagnosis pada individu yang
berusia dibawah 50 tahun meningkat dari 6 % pada tahun 1990 menjadi 11%
pada tahun 2013. Sebagian besar (72%) pada kasus ini terjadi pada individu
dengan usia di atas 40 tahun.
b) Genetik
Hampir 30% pasien kanker kolorektal memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit ini, sekitar 5% diantaranya disebabkan oleh kelainan genetic yang
diwariskan. Individu dengan riwayat keluarga tingkat pertama (orangtua,
saudara kandung atau anak) yang didiagnosis dengan kanker kolorektal
memiliki risiko 2 sampai 4 kali dibandingkan mereka yang tidak memiliki
riwayat keluarga dengan penyakit tersebut.
c) Riwayat menderita adenoma beresiko tinggi (polip kolorektal yang
berukuran 1 sentimeter atau lebih besar atau memiliki sel yang terlihat
abnormal di bawah mikroskop).
d) Riwayat menderita kolitis ulserativa kronis atau penyakit Crohn selama 8
tahun atau lebih. Penyakit Crohn juga sering disebut colitis granulomatosis
atau colitis transmural, merupakan peradangan di seluruh dinding
granulomatois, sedangkan colitis ulseratif secara primer adalah inflamasi
yang terbatas di selaput lendir kolon. Risiko terjadinya kanker kolon pada
Crohn;s lebih besar.
e) Mengonsumsi alcohol
Konsumsi alcohol sedang dan berat (<12,5 gram perhari, sekitar satu
minuman), dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolon. Dibandingkan
dengan seseorang yang tidak minum alcohol dan hanya mengonsumsi
sesekali, seseorang yang rata-rata mengonsumsi 2 sampai 3 minuman
beralkohol per hari memiliki risiko kanker 20% lebih tinggi, dan yang
mengonsumsi lebih dari 3 minuman per hari memiliki sekitar 40%
peningkatan risiko.
f) Merokok
Badan Penelitian Kanker Internasional pada November 2009 melaporkan
bahwa merokok dapat menyebabkan kanker kolorektal. Kaitan terhadap
rectum lebih besar dibandingkan dengan kolon.
g) Gaya hidup (obesitas)
Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker kolon yang lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita. Secara khusus seseorang dengan berat badan normal,
pria obesitas memiliki 50% risiko kanker kolon lebih tinggi dan kanker
rectal 20%, sedangkan wanita obesitas memiliki sekitar 20% peningkatan
risiko kanker kolon dan risiko kanker rectal 10%. Obesitas dapat berdampak
negative pada kesehatan metabolic yang merupakan fungsi utama dari semua
proses biokimia didalam tubuh. Studi terbaru menunjukkan bahwa kesehatan
metabolic yang buruk memiliki kaitan dengan kejadian kanker kolorektal.

C. Tanda Gejala
Kanker kolon seringkali dapat dideteksi dengan prosedur skrining. Adapun
manifestasi klinis dari kanker kolon menurut [ CITATION Nat16 \l 1033 ] adalah :
a) Anemia
b) Perdarahan pada rectum
c) Nyeri abdomen
d) Perubahan kebiasaan defekasi
e) Obstruksi usus atau perforasi.

Sementara [ CITATION Sme152 \l 1033 ] menjelaskan manifestasi klinis dari


kanker kolon maupun kanker rektum yaitu :
a. Keluarnya darah di dalam atau pada feses
b. Penurunan berat badan dan keletihan
c. Lesi di sisi kanan kemungkinan disertai dengan nyeri abdomen yang tumpul
dan melena
d. Lesi sisi kiri dikaitkan dengan obstruksi (nyeri dan kram abdomen,
penyempitan ukuran feses, konstipasi dan distensi) dan darah berwarna
merah terang di feses.
e. Lesi rectal dikaitkan dengan tenesmus (mengejan yang nyeri dan tidak efektif
saat defekasi), nyeri rectal, mengalami konstipasi dan diare secara
bergantian, feses berdarah
f. Tanda-tanda komplikasi : obstruksi usus parsial atau komplet, ekstensi tumor
dan ulserasi ke pembuluh darah sekitar (perforasi, pembentukan abses,
peritonitis, sepsis, atau syok)
g. Dalam banyak kasus, gejala tidak muncul sampai kanker kolorektal berada
dalam stadium lanjut.

D. Patofisiologi
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun
umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan
lambat, sebagian besar tumbuh dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi
ganas. Ketika polip membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai
menginvasi dinding usus. Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan
besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus kiri
bermula sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai darah (Black
& Hawks, 2014).
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar kedalam lapisan
lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker
kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus,
submukosa, dan dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar,
kurvatura mayor lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran
genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan.
Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran
tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai
namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat
juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder
seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari tumor ke
area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa
atau selama pemotongan pembedahan (Black & Hawks, 2014).
Penyebaran kanker kolon dapat melalui 3 cara, yaitu penyebaran secara
langsung ke organ terdekat, melalui sistem limpatikus dan hematogen, serta
melalui implantasi sel ke daerah peritoneal. Karsinoma kolon dan rektum mulai
berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil menembus dinding dan meluas
secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Penyebaran perkontinuitatum menembus
jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus, vagina
atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar parailiaka, mesenterium
dan paraaorta. Penyebaran hematogen terutama ke hati. Penyebaran peritoneal
mengakibatkan peritonitis karsinomatosa dengan atau tanpa asites.
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan
20–30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending (Black dan Jacob, 1997).
Kanker kolorektal terutama adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
sebanyak 95%. Tumor pada kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada
pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel maligna menyebar
dengan cara (Black & Hawks, 2014):
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung
misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung
juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai
paru-paru, ginjal dan tulang.
c. Tertanam ke rongga abdomen.
E. Pathway
WEB OF CAUTION (WOC)
Tumor recti dan kolon asendens
- Adenomatus polyps ( adenomas)
- Hyperplastic polyps and
inflammatory polyps Ukuran massa dalam lumen

Menembus dinding kolon dan jaringan


Faktor predisposisi :
sekitarnya
- Usia
- Genetik
- Riwayat adenoma perdarahan Obstruksi usus halus
- Colitis ulserativ cronis atau penyakit
Crohn Perdarahan saluran cerna
- Alcohol Distensi abdomen Mual atau muntah
- Merokok
- Gaya hidup Gangguan eliminasi bowel

Bunyi usus
Anema

Defekasi cair
Ansietas

Perubahan warna feses berat badan

Nyeri Akut Nyeri abdomen Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan
Risiko ketidakseimbangan cairan dan Diare
elektrolit
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi.
b) Radiologi
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada
dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium
mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan
letaknya. Tes ini menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana
terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil
kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium  secara
umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
c) Computer Tomografi (CT)
Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan
liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah
metastasis.
d) Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi
sel.
e) Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi
anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat
perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang
mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C
untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen.
f) Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening  di
abdomen dan hati.
G. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah
sebagai berikut ;
a) Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi  tidak menjamin
semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga
menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar
kanker.
b) Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya
sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di
tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi
merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel
kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah.. Kerusakan sel tubuh
menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
c) Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker  yang kuat, dapat masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar.
Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di
makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan
akan memberikan efek yang lebih bagus.
d) Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk
dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen
(perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
H. Pengkajian
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah
serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum
kurang dari 1.000 cc/hari minimal.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai
berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga
perlu dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian
mengenai diit rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting
untuk dikaji.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien
apakah sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri
waktu defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar
darah segar dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah
yang keluar. Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces,
ada darah/nanah.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya
aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi
banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan
mengangkat barang-barang berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri
pada anus. 
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami
gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap penyakit. Koping yang
digunakan dan alternatif pemecahan masalah
I. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, ketidakmampuan mencerna makanan, kurang asupan
makanan.
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (infeksi)
c) Ansietas berhubungan dengan pembedahan yang akan dilakukan dan
diagnosis kanker
d) Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi
J. Rencana Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


.
1. Ketidakseimbangan 1. Status Nutrisi • Monitor input dan output cairan
nutrisi: kurang dari 2. Status nutrisi : • Anjurkan pasien mendiskusikan kebutuhan makanan kepada
kebutuhan tubuh asupan makanan ahli diet
berhubungan & cairan • Monitor parameter fisiologi (tanda vital, elektrolit), sesuai yang
dengan faktor 3. Nafsu makan dibutuhkan
biologis, 4. Fungsi • Monitor perubahan pernapasan dan jantung sebagai indikasi
ketidakmampuan gastrointestinal kelebihan cairan atau dehidrasi.
mencerna • Pantau berat harian dan gejala
makanan, kurang • Menentukan riwayat dari jumlah dan jenis intake cairan dan
asupan makanan kebiasaan eliminasi
• Menetukan status nutrisi pasien dan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
• Identifikasi alergi pasien pada makanan atau ketidakmampuan.
• Menentukan pilihan makanan pasien.
• Lengkapi pengkajian nutrisi pasien
• Monitor proses makan/cairan dan hitung intake kalori.
• Anjurkan makan makanan yang disukai klien.
• Berikan terapi cairan IV
2. Nyeri akut 1. Control nyeri • Lakukan pengkajian lebih luas terkait nyeri termasuk lokasi,
berhubungan 2. Tingkat nyeri karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
dengan agen cedera 3. Pemulihan kehebatan nyeri dan faktor presipitasi
biologi (infeksi) pembedahan : • Obervasi ketidaknyamanan nonverbal, terutama pada
penyembuhan ketidakmampuan dalam berkomunikasi efektif
4. Status • Gunakan starategi komunikasi terapeutik untuk menyatakan
kenyamanan : pengalaman nyeri dan menyatakan penerimaan sebagai respon
fisik pasien terhadap nyeri
5. Pergerakan • Mengeksplor pengetahuan dan keyakinan pasien terhadap nyeri
• Evaluasi pengalaman nyeri sebelumnya baik riwayat individu
atau keluarga tentang nyeri kronik atau kecacatan yang
diperoleh
• Bantu pasien untuk mencari dan menyediakan dukungan
• Menentukan pilihan analgesic
• Monitor tanda vita sebelum mmeberikan analgesic
• Pilih dan implementasikan jenis tindakan (mis., famakoogi, non
farmakologi, interpensonal) untuk mengurangi nyeri
3. Ansietas 1. Tingkat • Monitor TTV
berhubungan kecemasan • Instruksikan klien untuk menggunakan metode mengurangi
dengan 2. Tanda-tanda vital kecemasan ( seperti teknik nafas dalam, distraksi, visualisasi,
pembedahan yang meditasi, relaksasi otot progressif, mendengar music)
akan dilakukan dan • Jelaskan semua prosedur pada pasien/keluarga
diagnosis kanker • Informasikan kepada klien atau orang terdekat kapan dan
dimana tindakan akan dilakukan
• Berikan kesempatan bagi klien untuk bertanya ataupun
mendiskusikan perasaannya

4. Risiko 1. Keseimbangan • Monitor input dan output klien


ketidakseimbangan cairan • Monitor TTV
elektrolit 2. Hidrasi • Monitor dengan ketat risiko terjadinya perdarahan pada pasien
Faktor risiko : • Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk
• Diare atau dehidrasi
• Kekurangan • Timbang berat badan harian
volume cairan
• Muntah
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.


Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Black, J.C & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan medikal bedah edisi 8 buku 3.
Singapore: Elsheiver
Johnson, M.,et all. (2002). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition, IOWA
Mc Closkey, C.J., et all. (2002). Nursing Interventions Classification (NIC)
second Edition,
NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.
(Made Sumarwati & Nike Budhi Subekti, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. (Ed 8). (Vol. 3). Jakarta: EGC
Wilkinson, J.M. & Ahhern. N. R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan edisi
9.(Esty Wahyuningsh, penerjemah). Jakarta: EG
Jong & Sjamsuhidajat. (1997). Buku ajar ilmu bedah. (Edisi Revisi). Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai