Oleh :
Yeni Indri Lestari
2011040195
B. Etiologi
Sebagian besar kanker kolon dimulai dari polip pada lapisan dalam usus
besar atau rektum Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi kanker selama
beberapa tahun, namun tidak semua polip menjadi kanker. Kemungkinan
berubah menjadi kanker tergantung pada jenis polip. 2 jenis polip utama adalah:
a) Adenomatous polyps (adenoma): Polip ini kadang berubah menjadi kanker.
Karena itu, adenoma disebut kondisi pra-kanker.
b) Hyperplastic polyps dan inflammatory polyps: Polip ini lebih sering terjadi,
namun secara umum tidak bersifat pra-kanker.
Adapun faktor resiko dari kanker kolorektal berdasarkan National Cancer
Institute (2017) adalah :
a) Usia
Menurut ACA (2017), risiko kanker kolorektal meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Proporsi kasus yang di diagnosis pada individu yang
berusia dibawah 50 tahun meningkat dari 6 % pada tahun 1990 menjadi 11%
pada tahun 2013. Sebagian besar (72%) pada kasus ini terjadi pada individu
dengan usia di atas 40 tahun.
b) Genetik
Hampir 30% pasien kanker kolorektal memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit ini, sekitar 5% diantaranya disebabkan oleh kelainan genetic yang
diwariskan. Individu dengan riwayat keluarga tingkat pertama (orangtua,
saudara kandung atau anak) yang didiagnosis dengan kanker kolorektal
memiliki risiko 2 sampai 4 kali dibandingkan mereka yang tidak memiliki
riwayat keluarga dengan penyakit tersebut.
c) Riwayat menderita adenoma beresiko tinggi (polip kolorektal yang
berukuran 1 sentimeter atau lebih besar atau memiliki sel yang terlihat
abnormal di bawah mikroskop).
d) Riwayat menderita kolitis ulserativa kronis atau penyakit Crohn selama 8
tahun atau lebih. Penyakit Crohn juga sering disebut colitis granulomatosis
atau colitis transmural, merupakan peradangan di seluruh dinding
granulomatois, sedangkan colitis ulseratif secara primer adalah inflamasi
yang terbatas di selaput lendir kolon. Risiko terjadinya kanker kolon pada
Crohn;s lebih besar.
e) Mengonsumsi alcohol
Konsumsi alcohol sedang dan berat (<12,5 gram perhari, sekitar satu
minuman), dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolon. Dibandingkan
dengan seseorang yang tidak minum alcohol dan hanya mengonsumsi
sesekali, seseorang yang rata-rata mengonsumsi 2 sampai 3 minuman
beralkohol per hari memiliki risiko kanker 20% lebih tinggi, dan yang
mengonsumsi lebih dari 3 minuman per hari memiliki sekitar 40%
peningkatan risiko.
f) Merokok
Badan Penelitian Kanker Internasional pada November 2009 melaporkan
bahwa merokok dapat menyebabkan kanker kolorektal. Kaitan terhadap
rectum lebih besar dibandingkan dengan kolon.
g) Gaya hidup (obesitas)
Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker kolon yang lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita. Secara khusus seseorang dengan berat badan normal,
pria obesitas memiliki 50% risiko kanker kolon lebih tinggi dan kanker
rectal 20%, sedangkan wanita obesitas memiliki sekitar 20% peningkatan
risiko kanker kolon dan risiko kanker rectal 10%. Obesitas dapat berdampak
negative pada kesehatan metabolic yang merupakan fungsi utama dari semua
proses biokimia didalam tubuh. Studi terbaru menunjukkan bahwa kesehatan
metabolic yang buruk memiliki kaitan dengan kejadian kanker kolorektal.
C. Tanda Gejala
Kanker kolon seringkali dapat dideteksi dengan prosedur skrining. Adapun
manifestasi klinis dari kanker kolon menurut [ CITATION Nat16 \l 1033 ] adalah :
a) Anemia
b) Perdarahan pada rectum
c) Nyeri abdomen
d) Perubahan kebiasaan defekasi
e) Obstruksi usus atau perforasi.
D. Patofisiologi
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun
umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan
lambat, sebagian besar tumbuh dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi
ganas. Ketika polip membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai
menginvasi dinding usus. Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan
besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus kiri
bermula sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai darah (Black
& Hawks, 2014).
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar kedalam lapisan
lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker
kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus,
submukosa, dan dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar,
kurvatura mayor lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran
genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan.
Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran
tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai
namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat
juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder
seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari tumor ke
area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa
atau selama pemotongan pembedahan (Black & Hawks, 2014).
Penyebaran kanker kolon dapat melalui 3 cara, yaitu penyebaran secara
langsung ke organ terdekat, melalui sistem limpatikus dan hematogen, serta
melalui implantasi sel ke daerah peritoneal. Karsinoma kolon dan rektum mulai
berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil menembus dinding dan meluas
secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Penyebaran perkontinuitatum menembus
jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus, vagina
atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar parailiaka, mesenterium
dan paraaorta. Penyebaran hematogen terutama ke hati. Penyebaran peritoneal
mengakibatkan peritonitis karsinomatosa dengan atau tanpa asites.
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan
20–30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending (Black dan Jacob, 1997).
Kanker kolorektal terutama adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
sebanyak 95%. Tumor pada kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada
pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel maligna menyebar
dengan cara (Black & Hawks, 2014):
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung
misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung
juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai
paru-paru, ginjal dan tulang.
c. Tertanam ke rongga abdomen.
E. Pathway
WEB OF CAUTION (WOC)
Tumor recti dan kolon asendens
- Adenomatus polyps ( adenomas)
- Hyperplastic polyps and
inflammatory polyps Ukuran massa dalam lumen
Bunyi usus
Anema
Defekasi cair
Ansietas