Anda di halaman 1dari 31

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Pengertian

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri,

bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar

terdiri atas otot polos dengan beberapa jaringan ikat. Kira-kira 95%

berasal dari korpus uteri dan 5% dari serviks. Hanya kadang-kadang

saja berasal dari tuba fallopi atau ligamentum rotundum. Mioma uteri

adalah tumor pelvis yang paling sering terjadi pada kira-kira 25%

wanita kulit putih dan 50% kulit hitam pada umur 50 tahun ( Benson &

Pernoll, 2008 : 548).

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium

dan merupakan tumor jinak tersering pada wanita di atas usia 30 tahun.

Angka kejadiannya diperkirakan 3 dari 10 wanita berusia > 30 tahun

menderita mioma uteri ( Endjun, 2008 : 271).

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-

sel jaringan otot polos jaringan fibroid dan kolagen (Nurarif & Hardi,

2013 : 445).

Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya

adalah otot polos rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan

di usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti

(Anwar, 2011 :274).


13

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot

uterus dan jaringan ikat yang menopangnya (Unicef, 2013).

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot

uterus yang disebut juga dengan mioma uteri atau uterin fibroid. Mioma

uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun (Marmi, 2010).

Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas,

lebih sering muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis

tumornya tidak hanya satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim,

pada otot rahimnya, atau bisa juga dibagian dinding dalam rahim

sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan. Rata-rata pada

wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).

2. Etiologi

Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium,

menurut teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi

2 faktor yaitu insiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi

pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari

penelitian menggunakan glucose-6-phospatase dihydrogenase diketahui

bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniselular. Transformasi

neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik

dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid

seks dan growth factor lokal.


14

3. Klasifikasi mioma uteri

Mioma uteri menurut letaknya dibagi menjadi 3 yaitu

1) Mioma submukosum : dibawah endometrium dan menonjol ke

cavum uteri

2) Mioma intramural : berada di dinding uterus di antara serabut

miometrium

3) Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga

menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa (Nurafif &

Hardi, 2013 :445 ).


15

Menurut (Anwar, 2011) Mioma diklasifikasikan

berdasarkan lokasinya

1) Mioma submukosa : menempati lapisan dibawah

endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri.

2) Mioma intramural : mioma yang berkembang diantara

miometrium.

3) Mioma subrerosa : mioma yang tumbuh dibawah

lapisan serosaa uterus dan dapat bertumbuh ke arah luar

dan juga bertangkai.

4. Degenerasi

Mioma kadang-kadang mengalami proses degenerasi

sehingga tampak menyerupai kantung gestasi (anekhoik), atau

dapat pula mengalami proses kalsifikasi sehingga tampak lebih

hiperekhoik dibanding miometrium normal. Mioma yang cepat

membesar dan memiliki vaskularisasi yang baik, tampak

hipoekhoik homogen. Mioma uteri submukosum sering

menimbulkan menometroragia, dismenorea, atau keguguran

berulang. Mioma serviks jarang terjadi, diperiksakan terjadi pada

8% dari semua jenis mioma uteri, serviks tampak membesar dan

kehilangan akhogenitas normalnya (Endjun, 2008).


16

Bila terjadi perubahan pasokan darah selama

pertumbuhanya, maka mioma dapat mengalami perubahan

sekunder atau degeneratif sebagai berikut.

a. Degenerasi jinak

1) Atrofi : ditandai dengan pengecilan tumor yang

umumnya terjadi setelah persalinan atau menopause.

2) Hialin : terjadi pada mioma yang telah matang atau

tua di mana bagian yang semula aktif tumbuh kemudian

terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi da berubah

warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur

menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi

hialin.

3) Kistik : setengah mengalami hialinisasi, hal

tersebut berlanjut dengan cairnya gelatin sehingga mioma

konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekanan

fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya

cairan kista ke kavum uteri, kavum peritonium, atau

retroperitoneum.

4) Klasifikasi : disebut juga degenerasi kalkareus yang

umumnya mengenai mioma subrerosa yang sangat rentan

terhadap defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan

pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.


17

5) Septik : dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis

dibagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang

ditandai dengan nyeri, kaku dinding perut, dan demam akut.

6) Kaneus : degenerasi merah yang diakibatkan oleh

trombosis yang yang diikuti dengan terjadinya bendungan

vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan

warna mioma.

7) Miksomatosa : degenerasi lemak yang terjadi setelah

proses degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat

jarang dan umumnya asimtomati.

b. Degenerasi ganas

1) Transformasi ke arah keganasan : bisa menjadi miosarkoma

terjadi pada 0,1% - 0,5% penderita mioma uteri

( prawirohardjo, 2011).

5. Tanda dan Gejala mioma uteri

Menurut (Benson & Pernoll, 2008) tanda gejala mioma uteri yaitu :

1) perdarahan uterus abnormal

Perdarahan uterus abnormal dijumpai pada kira-kira 30% pasien

dengan mioma uteri.Menoragi merupakan pola perdarahan uterus

abnormal yang paling umum dan meskipun pola apa saja

mungkin terjadi, paling sering berupa perdarahan bercak pre

menstruasi dan sedikit perdarahan terus menerus setelah

menstruasi.
18

2) efek penekanan.

3) nyeri dan infertilitas.

Menurut (Anwar, 2011) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :

1) Perdarahan abnormal uterus

Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal

ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka

dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama

dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan

suplementasi zat besi.

2) Nyeri

Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali

apabila kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak

terkait dengan proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah,

infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya

untuk mengeluarkan mioma subrerosa dari kavum uteri.

3) Efek tekanan

Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan,

tetapi tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan

organ dengan mioma. Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan

terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum

(prawiroharjo 2011).
19

Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri

yaitu :

1) Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia.

Disebabkan oleh :

a) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.

b) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.

c) Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.

d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya

sarang mioma diantara serabut miometrium sehingga tidak

dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan

baik.

2) Nyeri

Dapat timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis

setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang

dilahirkan dapat menyempitkan canalis servikalis sehingga

menimbulkan dismenore.

3) Gejala penekanan

Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada

uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan

hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum menyebabkan

obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe

menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.


20

4) Disfungsi reproduksi

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab

infertilitas masih belum jelas, 27- 40% wanita dengan mioma

uteri mengalami infertilitas.

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, bisa menyebabkan :

a. Infertilitas

b. Bertambahnya resiko abortus

c. Hambatan pada persalinan

d. Inersia atau atonia uteri

e. Kesulitan pelepasan plasenta dan

f. Gangguan proses involusi masa nifas (Unicef, 2013).

6. Diagnosis

Menurut (Unicef, 2013) Diagnosis dari mioma uteri

a. Adanya masa yang terlihat menonjol atau teraba seperti

bagian janin.

b. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan USG

Menurut (Benson & Pernoll, 2008) Diagnosis banding

mioma uteri yaitu Pembesaran atau ketidak peraturan uterus yang

di sebebkan oleh mioma dapat di sebab kan oleh kehamilan,

adenomiosis atau neoplasma uteri yang salah didiagnosis. Keadaan

lain yang perlu di pertimbangkan adalah subinfolusi, kelainan

kongenital, perlekapan adneksa, omentum atau usus besar,

hipertrofi jinak dan sarkoma atau karsinoma.


21

7. Komplikasi

Menurut (Marmi, 2010) Komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3

yaitu :

1) Pertumbuhan leimiosarkoma

2) Torsi (putaran tangkai)

3) Nekrosis dan infeksi

8. Terapi

Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan,

konservasi fungsi reproduksi, keadaan umum, dan gejala yang

ditimbulkan. Bila kondisi pasien sangat buruk, lakukan upaya

perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi, suplementasi zat

esensial, ataupun transfusi. Pada keadaan gawat darurat akibat

infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah gawat

darurat untuk menyelamatkan penderita. Pilihan prosedur bedah

terkait dengan mioma uteri adalh miomektomi atau histerektomi

( Anwar, 2011).

9. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik

mioma uteri meliputi :

a. Tes laboratorium

Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat

disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi.


22

Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukan

adanya kehilangan darah yang kronik.

b. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin

Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus

yang simetrik menyerupai kehamilan atau terdpat bersama-

sama dengan kehamilan.

c. Ultrasonografi

Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat

membantu.

d. Pielogram intravena

Dapat membantu dalm evaluasi diagnostik.

1) Pap smear serviks

Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks

sebelum histerektomi.

2) Histerosal pingogram

Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian

hari untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus dan

kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).

Menurut (Marmi, 2010) deteksi mioma uteri dapat dilakukan

dengan cara :

1) Pemeriksaan darah lengkap

Hb : turun, Albumin : turun, Lekosit : turun atau

meningkat, Eritrosit : turun.


23

2) USG : terlihat massa pada daerah uterus.

3) Vaginal toucher : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba

massa, konsistensi dan ukurannya.

4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel

neoplasma tersebut.

5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang

dapat menghambat tindakan operasi

6) ECG : mendeteksi, kelainan yang mungkin terjadi yang dapat

mempengaruhi tindakan operasi.

Menurut (Setyorini, 2014) pemeriksaan fisik mioma uteri meliputi :

1) Pemeriksan abdomen : teraba massa didaerah pubis atau

abdomen bagian bawah dengan konsistensi kenyal, bulat,

berbatas tegas, sering berbenjol atau bertangkai, mudah

digerakan, tidak nyeri.

2) Pemeriksaan bimanual : didapatkan tumor tersebut menyatu

atau berhubungan dengan uterus, ikut bergerak pada

pergerakan serviks.

10. Planning

a. Olahraga secara teratur dan konsumsi makanan yang banyak

mengandung nutrisi terutama dari tumbuh- tumbuhan sehingga

dapat membuat daya tahan tubuh meningkat.

b. Jagalah kebersihan diri khususnya bagian kewanitaan sekurang-

kurangnya sekali sehari.


24

c. Berhenti merokok dan berhenti minum minuman yang

berakohol.

d. Mempertahankan berat badan yang ideal dan kenali gejala tumor

(Nurarif & Hardi, 2013).

11. Penanganan

Menurut (Benson & Pernoll, 2008) Penanganan mioma

tergantung pada sejumlah variabel termasuk jumlah, ukuran,

lokasi, gejala, degomerasi, keinginan reproduksi (umur, paritas,

harapan untuk melahirkan), kesehatan umum, dekatnya dengan

menopause dan kemungkinan keganasan. Untuk mioma kecil tanpa

gejala, penatalaksanaan konservatif (yaitu pemantauan cermat

tetapi tanpa terapi) berupa pemeriksaan (dan pencitraan

ultrasonografi bila ada) setiap 4-6 bulan. Sebenarnya sebagian

besar kasus dapat ditangani deangan cara ini sehingga tidak perlu

operasi.

Menurut (Marmi, 2010) Indikasi mioma uteri yang dapat

diangkat adalah mioma submukosum bertangkai. Pada mioma uteri

yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa

menopause tidak dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap

tiga bulan atau enam bulan. Adapun cara penanganan pada mioma

uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif

diantaranya yaitu histerektomi dan umumnya dilakukan

histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi total tersebut


25

dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral

Salpingho Ophorectomy (TAH-BSO). TAH-BSO adalah suatu

tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus, serviks, kedua

tuba fallopi dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding,

perut pada malignan neoplasmatic desease, leymioma dan chronic

endrometriosis.

Menurut (Yatim, 2008) obat-obatan yang biasa diberikan

kepada penderita mioma uteri yang mengalami perdarahan melalui

vagina yang tidak normal antara lain :

1. Obat anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid

Antiinflamation = NSAID)

2. Vitamin

3. Dikerok (kuretase)

4. Obat-obat hormonal (misalnya pil KB)

5. Operasi penyayatan jaringan myom ataupun mengangkat rahim

keseluruhan (Histerektomi)

6. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan,

tidak memerlukan pengobatan khusus.


26

12. Patofiologi Uterus

Uterus
Uterus

Abnormal Normal

1. Terdapat benjolan Tidak ada benjolan


2. Perdarahan uterus
abnormal
3. Efek tekanan
4. Penekanan ureter,
kandung kemih dan
rektum.
5. Nyeri dan infertilitas

Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes laboratorium
2. Ultrasonografi
3. Pap smear
4. Histerosal pingogram

Submukosum

Intramural

Subrerosum

Mioma Uteri

Bagan 2. 1 patofisiologi uterus

Sumber : (Prawirohardjo, 2011), (Benson & Pernoll, 2008), (Nurafif & Hardhi, 2013)
27

B. Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,

mulai dan pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi (Mufdilah 2012:110).

2. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan

a. Secara sistematis mengumpulkan dan pemperbaharui data yang

lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang

komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk

mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan

interpretasi data dasar.

c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam

menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan

bersama klien.

d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat

keputusan dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi secara

individu.
28

g. Melakukan konsultasi, prencanaan dan melaksanakan manajemen

dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan

selanjutnya.

h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu,

dalamsituasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan

normal.

i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan

kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

(Mufdilah, 2012:111)

3. Sasaran Manajemen Kebidanan

Bidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki

kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari

gangguan kesehatan.Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan

metode pendekatan yang disebut manajemen kebidanan.Metode dan

pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami

oleh pasien atau klien dan kemudian merumuskan permasalahan

tersebut, serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya.

Permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh bidan

mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen

kebidanan.Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka

sasaran manajemen kebidanan ditujukan baik kepada individu ibu dan

anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.Manajemen kebidanan

dapat digunakan oleh bidan didalam melaksanakan kegiatan


29

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan

tanggung jawab.

Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan dalam

melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan. Manajemen kebidanan

tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu,

akan tetapi dapat juga diterapkan didalam pelaksanaan pelayanan

kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan masyarakat. Manajemen

kebidanan mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan

rasional, sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam

memecahkan masalah pasien dan kliennya. Dan kemudian akhirnya

tujuan mewujudkan kondisi ibu atau anak yang sehat, dapat dicapai

(Mufdilah, 2012:122).

4. Menurut Hellen Varney Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

1) langkah 1 (Pertama) Pengumpulan Data Dasar

Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan

langkah berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpau

informasi tentang klien atau orang yang meminta asuhan.Memilih

informasi data yang tepat diperlukan analisa situasi yang

menyangkut manusia yang rumit karena sifat manusia yang

komplek. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan

dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan

berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai


30

sumber.Sumber yang dapat memberikan informasi paling akurat

yang dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil

mungkin.Pasien dalam sumber informasi yang akurat dan

ekonomis, disebut sumber data primer, sumber data alternative atau

sumber data sekunder adalah data yang yang sudah ada praktikan

kesehatan lainnya, anggota keluarga.

Pengumpulan data dasar yaitu meliputi identitas pasien

misalnya pada Ny. N umur 51 tahun dengan keluhan utamanya ibu

merasakan ada benjolan saat diraba di perut bagian bawah,

dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, benjolan tumbuh

membesar dan dirasakan makin besar 4 hari terakhir, riwayat

kesehatan keluarga : tidak ada riwayat penyakit menular, penyakit

keturunan dan tidak ada yang menderita tumor.

Data secara garis besar, diklasifikasikan menjadi data subyektif

dan data obyektif. Pada waktu mengumpulkan data subyektif bidan

harus : mengembangkan hubungan antar pesonal yang efektif

dengan pasien/ klien/ yang diwawancarai, lebih memperhatikan

hal- hal yang menjadi keluhan utama pasien dan yang

mencemaskan, berupaya mendapatkan data/ fakta yang sangat

bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien.

Pada waktu mengumpulkan data obyektif bidan harus :

mengamati ekspresi dan perilaku pasien, mengamati perubahan/

kelainan fisik, memperhatikan aspek sosial budaya pasien,


31

menggunakan teknik pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan

pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan keluhan pasien.

Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrumen atau alat

pengukur. Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka,

irama, kuantitas. Misalnya : tinggi badan dengan meteran, berat

badan dengan timbangan, tekanan darah dengan tensimeter.

2) Langkah II (Kedua) Interprestasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interprestasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data

dasar yang sudah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang spesifik.

Langkah awal dari perumusan masalah atau diagnosa

kebidanan adalah pengelolaan atau analisa data yaitu

menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan lainnya

sehingga tergambar fakta.

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh

bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur diagnosa kebidanan.

Standar nomenklatur diagnosa kebidanan :

1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.


32

3. Memilki ciri khas kebidanan.

4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik

kebidanan.

5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen

kebidanan.

DS :

a. ibu mengatakan nyeri saat menstruasi

b. Ibu mengatakan menstruasi banyak.

DO :

a. TFU 1 jari bawah pusat dan teraba massa dengan

ukuran 15x 15 cm dibagian abdomen bawah

b. VT : Portio : lunak, OUE/ OUI : tertutup

c. USG : uterus antifleksi ukuran 15x15 cm

3) Langkah III (Ketiga) Mengidentifikasi Diagnose atau

Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau

diagnose potensial lain berdasarkan rangkaian masalah

dan diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnose yang sudah diindentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan


33

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah

potensial ini benar-benar terjadi.

Diagnosa potensial : infertilitas.

4) Langkah IV (Keempat) Mengidentifikasi dan Menetapkan

Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana

bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu,

beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan

tindakan segera sementara menunggu intruksi lain. Bidan

mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan

asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan.

Kolaborasi dengan dokter dan menentukan rencana

operasi.

5) Langkah V (Kelima) Merencanakan Asuhan yang

Komprehensif atau Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah sebelumnnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau

masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada

langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap

di lengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-sama


34

disetujui oleh bidan maupun wanita itu agar efektif, karena

pada akhirnya wanita itulah yang akan melaksankan

rencana itu atau tidak. Oleh karena itu tugas dalam

langkah ini termasuk membuat dan mendiskusikan

rencanan dengan wanita itu begitu juga termasuk

penegasan akan persetujuannya.

Jelaskan pada ibu tentang penyakit dan kondisi yang

dialaminya dan tindakan yang akan dilakukan, kolaborasi

dengan dokter tentang rencana operasi, informed consent

dan informed choice pada ibu dan keluarga tentang

rencana operasi, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung zat besi, vitamin dan

gizi seimbang seperti sayuran, buah-buahan serta

mengkonsumsi susu, beri kesempatan untuk

mengungkapkan perasaanya, beri KIE tentang personal

hygiene, penatalaksanaan pemberian obat.

6) Langkah VI (keenam) Melaksanakan Perencanaan dan

Penatalaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara

efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan

selurunya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan

dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan


35

lainnya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan

dokter dan keterlibatannya dalam manajemenasuhan bagi

pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga

bertanggung jawab terhadap terlaksanakannya rencana

asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen

yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan

meningkatkan mutu asuhan.

Kaji ulang apakah tindakan antisipasi untuk mengatasi

masalah atau diagnosa potensial yang diidentifikasi sudah

tepat.

Menjelaskan pada ibu tentang penyakit mioma uteri,

melakukan kolaborasi dengan dokter tentang rencana

operasi pengangkatan mioma, memberikan inform consent

dan inform choice pada ibu dan keluarga, memberi KIE

tentang personal hygiene.

7) Langkah VII ( Ketujuh) Evaluasi

Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifm dari

asuahan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan apakah bener-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana

tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam penatalaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa


36

sebagaiamana rencana tersebut telah efektif sedang

sebagaimana belum efektif. Manajemen kebidanan ini

merupakan suatu kontinen, maka perlu mengulangi

kembali dari awal setiap asuhan mengidentifikasi mengapa

proses manajemen tidak efektif serta melakukan

penyesuaian pada rencana asuhan berikutnya.


37

C. Teori Hukum Kewenangan Bidan

Lingkup praktik kebidanan adalah terkait erat dengan fungsi,

tanggung jawab dan aktivitas bidan yang telah mendapatkan pendidikan,

kompeten dan memiliki kewenangan untuk melaksanakanya. Bidan dalam

melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan

dan kewenangan yang diberikan.Kewenangan tersebut diatur melalui

Peraturan Mentri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010. Tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik

Bidan, kewenangan Bidan adalah :

1. Kewenangan Bidan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik

Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

a) Pasal 9

Bidan dalam penyelenggaraan praktik, berwenang untuk

memberikan pelayanan meliputi :

1) Pelayanan kesehatan ibu

2) Pelayanan kesehatan anak

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.
38

b) Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana diamksud dalam

pasal 9 nomor 3, berwenang untuk :

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana dan

2. Memberi alat kontrasepsi oral dan kondom

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009

c) Pasal 71

1) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara

fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mat bebas

dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,

fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan.

2) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

a. Saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah

melahirkan

b. Pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan

seaksual dan

c. Kesehatan sistem reproduksi

3) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanankan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif.
39

Dalam menjalankan tuganya, bidan melakukan

kolaborasi konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi

pasien, kewenangan dan kemampuanya. Dalam keadaan

darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan

yaitu yang ditunjukan untuk menyelamatkan jiwa.

Lingkup praktik bidan adalah pada BBL, bayi,

balita, anak, perempuan, remaja putri, wanita pranikah,

wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas, wanita pada

masa interval dan wanita menoupose (Mufdilah, 2012.104).


40

D. Kewenangan Bidan dalam Menangani Mioma Uteri

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 Kompetensi bidan di Indonesia dalam

melaksanakan Asuhan Kebidanan pada wanita/ ibu dengan gangguan

reproduksi terdapat pada kompetensi 9 yaitu :

1. Pengetahuan dasar

a. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit

menular seksual (PMS), HIV/AIDS.

b. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang

lazim.

c. Tanda, gejala dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi

meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

2. Ketrampilan dasar

a. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem

reproduksi.

b. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus

spontan (bila belum sempurna).

c. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada

wanita/ ibu dengan gangguan sistem reproduksi.

d. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan

pada gangguan reproduksi meliputi : keputihan, perdarahan tidak

teratur dan penundaan haid.


41

e. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang

dilakukan.

3. Ketrampilan tambahan

a. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.

b. Mengambil dan pengiriman sediaan pap smear


42

13. Pathway Mioma Uteri

Mioma Uteri

Mioma Mioma Intramural Mioma Subrerosum


Submukosum

Tumbuh keluar dinding uterus


Dibawah endometrium Berada di dinding
sehingga menonjol pada
dan menonjol ke cavum uterus diantara serabut
permukaan uterus, diliputi oleh
uteri. miometrium.
serosa.

Tanda dan Gejala

1. Perdarahan abnormal (hipermenorea, menoragia, metroragia)


2. Nyeri pada uterus
3. Efek penekanan ureter, kandung kemih dan rektum

Penatalaksanaan

1. Miomektomi
2. histerektomi

Bagan 2.2 Pathway mioma uteri

Sumber : (Nurafif& Hardhi, 2013), (Anwar, dkk, 2011), (Benson & Pernoll, 2008)

Anda mungkin juga menyukai