Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

I. Definisi
Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini orang lain dan bertentangan dengan realita normal. (Stuart
&Sundeen, 1998 dalam Fitria, 2014).

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas


yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi/informasi secara akurat. (Yosep, 2010).

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Keliat, 2006).

II. Rentang Respon


Rentang respons waham menurut keliat (1999) dalam Fitria (2014):

Respons Adaptif Respons Maladaptif

- Pikiran logis - Kadang proses - Gangguan isi


- Persepsi akurat pikir terganggu pikir waham
- Emosi konsisten - Ilusi - Perubahan proses
dengan - Emosi berlebihan emosi
pengalaman - Berprilaku yang - Perilaku tidak
- Perilaku sesuai tidak biasa terorganisasi
- Hubungan sosial - Menarik diri - Isolasi sosial
harmonis

1
Penyebab
III. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannnya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3) Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/ bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
4) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbik.
5) Faktor Genetik

(Fitria, 2014).

IV. Faktor Presipitasi


1) Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2) Koping Biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan. ( Fitria, 2014).

2
Proses Terjadinya
Proses terjadinya waham menurut Yusuf, dkk (2015):
a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diwakili dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapt terjadi pada
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorong untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu
terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak
memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat
ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah atau telepon
genggam.
b. Fase Kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita,
malu, dan tidak berharga.
c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia
yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan
dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, enghadapi kenyataan bagi
apsien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang
lain.

3
d. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-lama pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungan. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi. Keyakinan
yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan
dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

Pohon Masalah

Pohon masalah menurut Fitria (2014):

Effect Resiko Tinggi Perilaku kekerasan

Core Problem perubahan Proses Pikir: Waham

Causa Isolasi Sosial: Menarik Diri

Harga Diri Rendah Kronis

4
V. Jenis/Tanda Gejala
a. Jenis Waham
Jenis-jenis waham menurut Yusuf, dkk (2015):
- Waham Kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnay, “saya
ini direktur sebuah bank swasta lho ...” atau “saya punya beberapa
perusahaan multinasional”.
- Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/ mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “saya tahu .. kalian semua
memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
- Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau
saya mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada semua
orang”.
- Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/ terserang
penyakit, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnaya, “saya sakit menderita penyakit menular ganas”, setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
- Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.

b. Tanda Gejala
Tanda gejala waham menurut Yusuf, dkk (2015):
- Kognitif

5
o Tidak mampu membedakan nyata dan tidak nyata
o Individu sangat percaya pada keyakinannya
o Sulit berpikir realita
o Tidak mampu mengambil keputusan
- Afektif
o Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
o Afek tumpul
- Perilaku dan hubungan sosial
o Hipersensitif
o Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
o Depresif
o Ragu-ragu
o Mengancam secara verbal
o Aktivitas tidak tepat
o Stereotipe
o Impulsif
o Curiga
- Fisik
o Kebersihan kurang
o Muka pucat
o Sering menguap
o Berat badan menurun
o Nafsu makan berkurang & sulit tidur

VI. Proses Keperawatan


VI.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan waham menurut Fitria
(2012):
- Subjektif

6
o Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
o Pasien mangatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus

- Objektif
o Pasien terus berbicara tentang kemampuan yang dimiliki
o Pembicaraan pasien cenderung berulang-ulang
o Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

VI.2 Diagnosa Keperawatan


Perubahan proses pikir : waham

7
VI.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Nama Klien : Ruangan :


No CM : Dx Medis :

No. Diagnosa Perencanaan


Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Perubahan SP 1: Setelah interaksi Dorong klien mengenal orientasi realitanya Bila klien mampu
proses pikir Klien dapat klien dapat mengenal orientasi
waham mengenal orientasi mengenal orientasi realitas akan
realitanya realitanya membantu klien
menyelesaikan
wahamnya
SP 1: Setelah interaksi Dorong klien untuk dapat menjelaskan Pemenuhan
Klien dapat klien dapat tentang kebutuhan yang tidak terpenuhi kebutuhan klien
menjalankan menjelaskan yang tidak
tentang kebutuhan tentang kebutuhan terpenuhi
yang tidak yang tidak terpakai merupakan pemicu
terpenuhi sehingga klien
meyakini sesuatu
yang tidak sesuai
dengan realita dan
diucapkan berulang-
ulang
SP 1: Setelah interaksi Dorong klien untuk dapat memenuhi Pemenuhan
klien dapat klien dapat kebutuhannya kebutuhan yang
memenuhi memenuhi tidak terpenuhi
kebutuhan kebutuhannya merupakan langkah

8
awal yang tepat
untuk mengetahui
penyebab utama
waham sehingga
realita bisa diterima
oleh klien.

SP 1: Setelah interaksi Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Pemenuhan


Klien dapat klien dapat klien kebutuhan klien
memasukkan dalam memasukkan dalam perlu dilakukan
jadwal kegiatan jadwal kegiatan secara rutin dalam
harian harian kegiatan harian
akan membantu
menyelesaikan
masalah waham
klien

SP 2: Setalah interaksi Evaluasi jadwal kegiatan harian klien Evaluasi penting


Klien dapat klien dapat dalam menentukan
mengevaluasi mengevaluasi rencana selanjutnya
jadwal kegiatan jadwal kegiatan
hariannya hariannya
SP 2: Setelah interaksi Diskusikan dengan klien tentang kemampuan Setelah klien
Klien dapat klien dapat yang dimilikinya mengetahui
berdiskusi tentang berdiskusi tentang kemampuan yang
kemampuan yang kemampuan yang dimiliki secara
dimiliki dimilikinya nyata akan menjadi
solusi untuk
mengaktualisasikan

9
dirinya sehingga
merasa berharga.

SP 2: Setelah interaksi, Latihan kemampuan yang dimilki klien Kemampuan yang


Klien dapat melatih klien dapat melatih dimiliki perlu
kemampuan yang kemampuan yang diaplikasikan dalam
dimiliki dimiliki wujud nyata dan
dilatih sampai klien
merasa dirinya
berharga.
SP 3: Setelah interaksi, Evaluasi jadwal kegiatan hariannya Evaluasi penting
Klien dapat klien dapat dalam menentukan
mengevakuasi mengevaluasi rencana selanjutnya.
jadwal kegiatan jadwal kegiatan
hariannya hariannya
SP 3: Setelah interaksi, Berikan pendidikan kesehatan tentang Pemberian obat
Klien mendapatkan klien dapat penggunaan obat secara teratur pada klien dapat membantu
pendidikan menggunakan obat klien untuk
kesehatan tentang secara teratur menurunkan tingkat
penggunaan obat kecemasan dari
secara teratur kebutuhannya yang
belum terpenuhi

SP 3: Setelah interaksi, Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Penggunaan obat


Klien memasukkan klien dapat klien secara teratur yang
dalam jadwal memasukkan dalam dimasukkan dalam
kegiatan hari jadwal kegiatan kegiatan dalam
harian kegiatan jadwal
harian akan
mempermudah
mengevaluasi

10
tingkat keberhasilan
klien sudah
berorientasi pada
realita.

11
VII. Strategi Pelaksanaan Tindakan
a. SP Klien
1) SP I
a) Membantu orientasi realitas
b) Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
c) Membantu klien memnuhi kebutuhannya
d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2) SP II
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
c) Melatih kemampuan yang dimiliki
3) SP III
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

b. SP Keluarga
1) SP I
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
waham.
c) Menjelaskan cara merawat klien waham.

2) SP II
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien waham.
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien waham.

12
3) SP III
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

Keliat, B A. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta: FIK,


Universitas Indonesia

Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi revisi). Bandung: Reflika Aditama

Yusuf, Ah., Fitryasari, R. PK., Nirhayati, N.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

14
Banjarmasin, 25 September 2020

Ners Muda

(Muhammad Ripqi, S.Kep)

Preseptor Akademik,

(Nor Afni, Ns., M.Kep)

15

Anda mungkin juga menyukai