NIM : P07520120123
KELAS : 1C D3 Keperawatan
Cairan yang tersedia 500 cc harus habis dalam 10 jam. Berapakah jumlah tetesan setiap menitnya?
Jawab :
Gunakan rumus diatas, masukan angka yang ada :
500 x 20
= ———————— = 16,6 tetes/menit
10 x 60
2. Rumus mencari lamanya dalam jam (dewasa) ;
Cairan yang tersedia 500 cc NaCl 0,9%. Diberikan dengan titrasi infus 20 tetes/menit. Berapa jam
yang dibutuhkan sampai cairan tersebut habis?
Jawab :
500 x 20
= ———————— = 8,3 jam
20 x 60
Berapakah jumlah tetesan per menit jika seseorang membutuhkan 3 plabot NaCl 0,9% dalam 1
hari?
Jawab :
Cairan yang tersedia 500 cc harus habis dalam 12 jam. Berapakah jumlah tetesan setiap menitnya?
Jawab :
500 x 60
= ———————— = 41,6 tetes/menit atau 1 tetes tiap 1,4 detik.
12 x 60
Cairan yang tersedia 500 cc NaCl 0,9%. Diberikan dengan titrasi infus 40 tetes/menit. Berapa jam
yang dibutuhkan sampai cairan tersebut habis?
Jawab :
Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan
= —————————————————————————————
Tetesan yang ditentukan (jam) x 60menit
Maka jumlah jam yang dibutuhkan sampai cairan habis adalah ;
500 x 60
= ———————— = 12,5 jam
40 x 60
Sebenarnya mudah saja, gunakan rumus diatas, baik yang untuk anak ataupun untuk dewasa.
Semisal, hasil perhitungan untuk dewasa yaitu 16,6 tetes/menit. Jadi ketika hendak diubah menjadi
per detik maka :
60
= ———— = 3,6 = 1 tetes tiap 3,6 detik.
16,6
Untuk Makro
• 20 tetes/menit=1cc = 60 cc/jam, Lamanya habis= 500 cc/60= 8,3 =8 jam (bulatkan )
• 15 tetes/menit= 11 jam
• 10 tetes permenit=17 jam artinya dalam waktu 1 jam=30 cc
• 5 tetes permenit= 33 jam
• 60 tetes/menit= 3 jam
• 40 tetes/menit= 4 jam
• 30 tetes/ menit= 6 jam
Untuk Mikro
Sedikit patokan tambahan mengenai pola pemberian tetesan infus yang harus habis sebagai berikut :
• 1 kolf = 500 cc = 7 tts/mnt, habis dalam 24 jam.
• 2 kolf = 1000 cc = 14 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 12 jam, sehingga 24 jam habis 2 kolf.
• 3 kolf = 1500 cc = 20 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 8 jam, sehingga 24 jam habis 3 kolf.
• 4 kolf = 2000 cc = 28 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 6 jam, sehingga 24 jam habis 4 kolf.
• 5 kolf = 2500 cc = 35 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 4.5 jam, sehingga 24 jam habis 5 kolf.
Lokasi Vena Untuk Pemasangan Infus Pada Orang Dewasa:
Macam-macam vena :
1. Vena digitalis
Vena digitalis terdapat pada punggung tangan yang mengalir di sepanjang sisi lateral jari tangan dan
terhubung ke vena dorsalis oleh cabang-cabang penyambung.
Vena Basilika
Vena basilika ditemukan pada sisi ulnaris lengan bawah. Vena ini berjalan ke atas pada bagian
posterior atau belakang lengan dan kemudian melengkung ke arah permukaan anterior atau region
antekubiti. Vena ini kemudian berjalan lurus ke atas dan memasuki jaringan yang lebih dalam.
4. Vena Mediana Kubiti
Vena mediana atau antekubiti merupakan vena yang berasal dari vena lengan bawah dan umumnya
terbagi dalam dua pembuluh darah, satu berhubungan dengan vena basilika dan yang lainnya
berhubungan dengan vena sefalika. Vena mediana kubiti ini biasanya digunakan untuk pengambilan
sampel darah.
1. Vena perifer
Cari vena perifer yang mudah diakses. Pada anak umur > 2 bulan, biasanya menggunakan
vena sefalik pada siku depan atau vena interdigtalis -4 pada punggung tangan.
Seorang asisten harus menjaga posisi lengan agar tidak bergerak dan membantu untuk
membendung aliran vena di proksimal tempat suntikan dengan genggaman tangannya.
Bersihkan daerah sekeliling kulit dengan larutan anti septik (yodium, isopropil alkohol,
atau alkohol 70%), kemudian masukkan hampir seluruh panjang kanul kedalam pembuluh
vena. Fiksasi posisi kateter dengan plester. Pasang bidai pada lengan dengan posisi yang
nyaman (misalnya posisi siku lurus atau pergelangan tangan sedikit fleksi).
2. Vena KulitKepala
Vena didaerah kulit kepala sering digunakan pada anak umur < 2 tahun, tetapi terbaik pada
bayi muda.
Cari salah satu vena kulit kepala yang cocok (biasanya vena yang terletak di garis median
frontal, daerah temporal, di atas atau di belakang telinga).
Cukur daerah tersebut, jika perlu, dan bersihkan kulit dengan larutan anti septik. Seorang
asisten harus membendung vena proksimal tempat tusukan. Isi semprit dengan garam
normal dan isikan kedalam jarum bersayap. Lepaskan semprit dan biarkan ujung akhir pipa
jarum terbuka. Masukkan jarum bersayap seperti dijelaskan di atas. Darah akan mengalir
keluar pelan melalui ujung akhir pipa jarum yang menandakan bahwa jarum telah berada
di dalam vena.
Harus diperhatikan untuk tidak masuk ke arteri, yang dapat dikenali dengan palpasi. Jika
darah mengalir berdenyut, tarik jarum dan tekan luka tusukan sampai perdarahan berhenti,
kemudian cari venanya.
Perawatan Kanul
Fiksasi posisi kanul bila terpasang. Mungkin perlu pembidaian sendi di sekitarnya untuk
membatasi gerakan kateter. Jaga kulit permukaan tetap bersih dan kering. Isi kanul dengan larutan
heparin atau garam normal segera setelah pemasangan awal dan setelah tiap penyuntikan.
1. Normal Saline
Resusitasi, Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh
keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang
bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
Diare, Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
Luka Bakar, Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang
terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer
laktat, atau dekstrosa.
Gagal Ginjal Akut, Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga
homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan
kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan
glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan
sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang
dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada
pembuluh darah dan tromboflebitis.
K Ca
Na(mmol/l Cl(mmol/l Glukosa Laktat Asetat
Cairan Tonusitas (mmol/ (mmol/l
) ) (mg/dl) (mmol/l) (mmol/l)
) )
154
½ Saline (hipotonus 77 77
)
253
Dextrose 5
(hipotonus 5000
%
)
561
D5NS (hipertonu 154 154 5000
s
330
D5 ¼NS 38,5 38,5 5000
(isotonus)
2/3 D &
Hipertonus 51 51 3333
1/3 S
Ringer 273
130 109 4 3 28
Laktat (isotonus)
273
D5 RL 130 109 4 3 50 28
(isotonus)
Ringer 273,4
130 109 4 3 28
Asetat (isotonus)
1. Albumin
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang dimurnikan
dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang dibutuhkan lebih
kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka
lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :
Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia,
atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal
ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.
Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien dengan
hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat memberikan
efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.
Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi
besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.
Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis. Sirosis
memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan yang baik
bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan albumin pada
terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal impairment dan kematian. Adanya bakteri
dalam darah dapat menyebabkan terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS), yaitu
sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.
Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap bisa
digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas.
Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori.
HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada kondisi
sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.
Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada sepsis
karena :
Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang
manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada pasien
sepsis dengan hipovolemia.
HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus,
dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi
(contoh: transplantasi ginjal).
Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada pasien
dengan sepsis.
Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan dalam
jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.
Contoh : HAES steril, Expafusin.
3. Dextran
Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc
mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :
Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia
cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.
Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas darah,
dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa dextran-40
mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.
MANNITOL
D-Manitol. C6H14O6
Indikasi
Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, meningkatkan diuresis pada
pencegahan dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal, menurunkan tekanan
intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai larutan irigasi genitouriner pada
operasi prostat atau operasi transuretral.
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter Jenis Cairan Infus asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL
pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat
meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema
serebral
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi
(dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500
ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
Komposisi :
Tiap 1000 ml isi mengandung
Elektrolit (meq/L) :
Na+ 38,5
Cl- 38,5
Glukosa 37,5 g/L
kcal/L : 150
KA-EN 3A
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
Kompisisi KA-EN 3A
Tiap liter isi mengandung
sodium klorida 2,34 g
potassium klorida 0,75 g, sodium laktat 2,24 g
anhydrous dekstros 27 g.
Elektrolit (mEq/L)
Na+ 60
K+ 10
Cl- 50
laktat- 20
glukosa : 27 g/L.
kcal/L : 108
KA-EN 3B
Tiap liter isi mengandung
sodium klorida 1,75g,
ptasium klorida 1,5g,
sodium laktat 2,24g,
anhydrous dekstros 27g.
Elektrolit (mEq/L) :
Na+ 50,
K+ 20,
Cl- 50,
laktat- 20,
glukosa 27 g/L.
kcal/L. 108
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
Komposisi :
Tiap liter isi mengandung bahan :
sodium klorida 1,75g,
potassium klorida 1,5g,
sodium laktat 2,24g,
anhydrous dekstros 100g.
Elektrolit (mEq/L) :
Na+ 50,
K+ 20,
Cl- 50,
laktat- 20,
glukosa 100 g/L;
kcal/L: 400
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
· Na 30 mEq/L
· K 8 mEq/L
· Cl 28 mEq/L
· Laktat 10 mEq/L
· Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
Mengandung elektrolit mEq/L
Na+ = 154
Cl– = 154
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
Mengandung elektrolit mEq/L
Na+ = 130
Cl– = 108.7
K+ = 4
Ca++ = 2.7
Laktat = 28
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Komposisi
Setiap liter Amiparen isi mengandung
L-leucine 14g,
L-isoleucine 8g,
L-valine 8g,
lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g),
L-threonine 5,7g,
L-tryptophan 2g,
L-methionine 3,9g,
L-phenylalanine 7g,
L-cysteine 1g,
L-tyrosine 0,5g,
L-arginine 10,5g,
L-histidine 5g,
L-alanine 8g,
L-proline 5g,
L-serine 3g,
aminoacetic acid 5,9g,
L-aspartic acid 30 w/w%,
total nitrogen 15,7g,
sodium kurang lebih 2 mEq,
acetate kira-kira 1220 mEq.
Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
Komposisi :
Tiap liter Jenis Cairan Infus Aminovel 600 berisi
amino acid (L-form) 50g,
D-sorbitol 100g,
ascorbic acid 400mg,
inositol 500mg,
nicotinamide 60mg,
pyridoxine HCl 40mg,
riboflavin sodium phosphate 2,5mg,
Elektrolit :
a. Sodium 35 mEq,
b. potassium 25 mEq,
c. magnesium 5 mEq,
d. acetate 35 mEq,
e. maleate 22 mEq,
f. chloride 38 mEq.
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
Nutrisi dini pasca operasi
Tifoid
Komposisi
Tiap liter infuse mengandung
air.
TUTOFUSIN OPS
Per liter :
Natrium 100 mEq,
Kalium 18 mEq,
Kalsium 4 mEq,
Magnesium 6 mEg,
Klorida 90 mEq,
Asetat 38 mEq,
Sorbitol 50 gram.
Indikasi :
Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi.
Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi, intra operasi dan pasca
operasi
Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi isotonik dan kehilangan
cairan intraselular
Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial
Kontraindikasi :
Insufisiensi ginjal
intoleransi Fruktosa & Sorbitol
kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate
keracunan Metil alkohol
Obat-obatan
1. Alcohol 70%
2. Cairan sesuai advis dokter, misal NaCl 0,9%, Dextrose 5% dll.
Pelaksanaan Persiapan Pasien :
1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
3. Meminta kesediaan pasien untuk di rawat
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien
Persiapan Lingkungan :
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
5. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
6. Membawa alat ke dekat pasien
Pelaksanaan :
7. Mencuci tangan
8. Memakai sarung tangan
9. Membuka daerah yang akan dipasang infus
10. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus
11. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril
12. Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian
mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk
mengeluarkan udara dan mengisi selang infus
13. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
14. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah
bawah)
15. Menggantungkan selang infus pada standar infus
16. Buka abocath dari bungkusnya
17. Potong 3 lembar plester
18. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat :
pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang,
pembuluh darah tidak di area persendian
19. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang akan
dipasang infus dengan torniquet
20. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien di
dalam genggaman
21. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
22. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap
keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum
teraliri oleh darah, temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri
jarum dan abocath
23. Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
24. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh
darah
25. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan
masukkan ujung sela infus set ke abocath
26. Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah
terpasang
27. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka
roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang
benar
28. Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara
terbalik di bawah selang infus, kemudian disilangkan
29. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan
diplester
30. Mengatur/menghitung jumlah tetesan
31. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi
spalk
32. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
33. Merapikan alat dan pasien
34. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Evaluasi a. Aliran dan tetesan infus lancar
b. Tidak terjadi hematom
c. Sterilitas terjaga
d. Infus terpasang rapi
e. Pasien nyaman
f. Lingkungan bersih
Unit terkait Unit Stroke dan Ruang Rawat Inap
6 Referensi Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.