Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KEPERAWATAN DASAR II

NAMA : Yuwanda Citra Barus

NIM : P07520120123

KELAS : 1C D3 Keperawatan

DOSEN : Wiwik Dwi Arianti, S.Kep, Ns, M.Kes

Rumus Menghitung Tetesan infus:

Cara Menghitung Tetesan Infus Dewasa

1. Rumus menghitung tetesan infus tiap menit (dewasa);

Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan


= —————————————————————————————
Tetesan yang ditentukan (jam) x 60menit

Contoh soal menghitung tetesan tiap menit (dewasa) :

Cairan yang tersedia 500 cc harus habis dalam 10 jam. Berapakah jumlah tetesan setiap menitnya?

Jawab :
Gunakan rumus diatas, masukan angka yang ada :

Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan


= —————————————————————————————
Tetesan yang ditentukan (jam) x 60menit
Maka jumlah tetesan tiap menitnya adalah ;

500 x 20
= ———————— = 16,6 tetes/menit
10 x 60
2. Rumus mencari lamanya dalam jam (dewasa) ;

Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan


= —————————————————————————————
Tetesan yang ditentukan (jam) x 60menit

Contoh soal menghitung tetesan tiap jam (dewasa) :

Cairan yang tersedia 500 cc NaCl 0,9%. Diberikan dengan titrasi infus 20 tetes/menit. Berapa jam
yang dibutuhkan sampai cairan tersebut habis?

Jawab :

Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan


= —————————————————————————————
Tetesan yang ditentukan (jam) x 60menit
Maka jumlah jam yang dibutuhkan sampai cairan habis adalah ;

500 x 20
= ———————— = 8,3 jam
20 x 60

3. Rumus cepat menghitung tetesan infus per menit (dewasa):

= Jumlah plabot infus x 7


Contoh soal :

Berapakah jumlah tetesan per menit jika seseorang membutuhkan 3 plabot NaCl 0,9% dalam 1
hari?

Jawab :

= Jumlah plabot infus x 7 = 3 x 7 = 21 tetes/menit atau 1 tetes tiap 2,8 detik.


Cara Menghitung Tetesan Infus Anak

1. Rumus menghitung tetesan infus tiap menit (anak) :

Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan


= —————————————————————————————
Waktu yang ditentukan (jam) x 60menit
Contoh soal menghitung tetesan tiap menit (anak) :

Cairan yang tersedia 500 cc harus habis dalam 12 jam. Berapakah jumlah tetesan setiap menitnya?

Jawab :

Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan


= —————————————————————————————
Waktu yang ditentukan (jam) x 60menit
Maka jumlah tetesan tiap menitnya adalah ;

500 x 60
= ———————— = 41,6 tetes/menit atau 1 tetes tiap 1,4 detik.
12 x 60

2. Rumus menghitung jumlah lamanya dalam jam (anak) :

Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan


= —————————————————————————————
Tetesan yang ditentukan (jam) x 60menit
Contoh soal menghitung jumlah tetesan tiap jam (anak) :

Cairan yang tersedia 500 cc NaCl 0,9%. Diberikan dengan titrasi infus 40 tetes/menit. Berapa jam
yang dibutuhkan sampai cairan tersebut habis?

Jawab :
Jumlah Cairan yang dibutuhkan x faktor tetesan
= —————————————————————————————
Tetesan yang ditentukan (jam) x 60menit
Maka jumlah jam yang dibutuhkan sampai cairan habis adalah ;

500 x 60
= ———————— = 12,5 jam
40 x 60

Cara Menghitung Tetesan Infus Per Detik

Sebenarnya mudah saja, gunakan rumus diatas, baik yang untuk anak ataupun untuk dewasa.
Semisal, hasil perhitungan untuk dewasa yaitu 16,6 tetes/menit. Jadi ketika hendak diubah menjadi
per detik maka :

60
= ———— = 3,6 = 1 tetes tiap 3,6 detik.
16,6

Untuk Makro
• 20 tetes/menit=1cc = 60 cc/jam, Lamanya habis= 500 cc/60= 8,3 =8 jam (bulatkan )
• 15 tetes/menit= 11 jam
• 10 tetes permenit=17 jam artinya dalam waktu 1 jam=30 cc
• 5 tetes permenit= 33 jam
• 60 tetes/menit= 3 jam
• 40 tetes/menit= 4 jam
• 30 tetes/ menit= 6 jam

Untuk Mikro
Sedikit patokan tambahan mengenai pola pemberian tetesan infus yang harus habis sebagai berikut :
• 1 kolf = 500 cc = 7 tts/mnt, habis dalam 24 jam.
• 2 kolf = 1000 cc = 14 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 12 jam, sehingga 24 jam habis 2 kolf.
• 3 kolf = 1500 cc = 20 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 8 jam, sehingga 24 jam habis 3 kolf.
• 4 kolf = 2000 cc = 28 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 6 jam, sehingga 24 jam habis 4 kolf.
• 5 kolf = 2500 cc = 35 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 4.5 jam, sehingga 24 jam habis 5 kolf.
Lokasi Vena Untuk Pemasangan Infus Pada Orang Dewasa:

Macam-macam vena :
1. Vena digitalis
Vena digitalis terdapat pada punggung tangan yang mengalir di sepanjang sisi lateral jari tangan dan
terhubung ke vena dorsalis oleh cabang-cabang penyambung.

2. Vena Dorsalis Superfisialis


Vena ini terletak di metakarpal atau punggung tangan yang berasal dari gabungan vena-vena
digitalis yang berasal dari jari-jari tangan. Vena digitalis ini adalah pilihan vena nomor dua setelah
vena digitalis jika tidak berhasil.
3. Vena Sefalika
Vena sefalika merupakan pembuluh darah vena yang terletak di lengan bagian bawah pada posisi
radial lengan yang posisinya sejajar dengan ibu jari. Vena ini berjalan ke atas sepanjang bagian luar
dari lengan bawah dalam region antekubiti. Vena sefalika lebih kecil dan biasanya lebih
melengkung dari vena basilika.

Vena Basilika
Vena basilika ditemukan pada sisi ulnaris lengan bawah. Vena ini berjalan ke atas pada bagian
posterior atau belakang lengan dan kemudian melengkung ke arah permukaan anterior atau region
antekubiti. Vena ini kemudian berjalan lurus ke atas dan memasuki jaringan yang lebih dalam.
4. Vena Mediana Kubiti
Vena mediana atau antekubiti merupakan vena yang berasal dari vena lengan bawah dan umumnya
terbagi dalam dua pembuluh darah, satu berhubungan dengan vena basilika dan yang lainnya
berhubungan dengan vena sefalika. Vena mediana kubiti ini biasanya digunakan untuk pengambilan
sampel darah.

Lokasi Pemasangan Infus Pada Bayi:

Memasang Kanul Vena Perifer

Pilih pembuluh vena yang sesuaiuntukpemasangankanuldenganjarumbersayap 21/ 23G.

1. Vena perifer

 Cari vena perifer yang mudah diakses. Pada anak umur > 2 bulan, biasanya menggunakan
vena sefalik pada siku depan atau vena interdigtalis -4 pada punggung tangan.
 Seorang asisten harus menjaga posisi lengan agar tidak bergerak dan membantu untuk
membendung aliran vena di proksimal tempat suntikan dengan genggaman tangannya.
 Bersihkan daerah sekeliling kulit dengan larutan anti septik (yodium, isopropil alkohol,
atau alkohol 70%), kemudian masukkan hampir seluruh panjang kanul kedalam pembuluh
vena. Fiksasi posisi kateter dengan plester. Pasang bidai pada lengan dengan posisi yang
nyaman (misalnya posisi siku lurus atau pergelangan tangan sedikit fleksi).

2. Vena KulitKepala
Vena didaerah kulit kepala sering digunakan pada anak umur < 2 tahun, tetapi terbaik pada
bayi muda.
 Cari salah satu vena kulit kepala yang cocok (biasanya vena yang terletak di garis median
frontal, daerah temporal, di atas atau di belakang telinga).
 Cukur daerah tersebut, jika perlu, dan bersihkan kulit dengan larutan anti septik. Seorang
asisten harus membendung vena proksimal tempat tusukan. Isi semprit dengan garam
normal dan isikan kedalam jarum bersayap. Lepaskan semprit dan biarkan ujung akhir pipa
jarum terbuka. Masukkan jarum bersayap seperti dijelaskan di atas. Darah akan mengalir
keluar pelan melalui ujung akhir pipa jarum yang menandakan bahwa jarum telah berada
di dalam vena.
 Harus diperhatikan untuk tidak masuk ke arteri, yang dapat dikenali dengan palpasi. Jika
darah mengalir berdenyut, tarik jarum dan tekan luka tusukan sampai perdarahan berhenti,
kemudian cari venanya.
Perawatan Kanul
Fiksasi posisi kanul bila terpasang. Mungkin perlu pembidaian sendi di sekitarnya untuk
membatasi gerakan kateter. Jaga kulit permukaan tetap bersih dan kering. Isi kanul dengan larutan
heparin atau garam normal segera setelah pemasangan awal dan setelah tiap penyuntikan.

Komplikasi Yang Umum Terjadi


Infeksi superfisial pada kulit tempat pemasangan kanul merupakan komplikasi yang paling umum.
Infeksi bisa menyebabkan tromboflebitis yang menyumbat vena dan menimbulkan demam. Kulit
sekelilingnya akan memerah dan nyeri. Lepas kanul untuk menghindari risiko penyebaran lebih
lanjut. Kompres daerah infeksi dengan kain lembap hangat selama 30 menit setiap 6 jam. Jika
demam menetap lebih dari 24 jam, berikan antibiotik (yang efektif terhadap bakteri stafilokokus),
misalnya kloksasilin.

Memberikan Obat Intravena Melalui Kanul


Pasang semprit yang berisi obat intravena keujung kanul dan masukkan obat. Setelah obat masuk,
suntik 0.5 ml larutan heparin (10–100 units/ml) atau garam normal kedalam kanul sampai seluruh
darah terdorong masuk dan kateterterisi penuh dengan cairan. Jika pemasangan infuse melalui
vena atau vena kulit kepala tidak memungkinkan dan jika pemberian cairan infuse sangat
mendesak demi keselamatan anak:

 Siapkan pemasangan infus intraoseus


 atau gunakan vena sentral
 atau lakukan pemotongan vena.
Jenis Cairan Infus Komposisi serta Indikasinya:

1. Normal Saline

Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.


Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :

 Resusitasi, Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh
keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang
bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
 Diare, Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
 Luka Bakar, Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang
terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer
laktat, atau dekstrosa.
 Gagal Ginjal Akut, Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga
homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan
kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan
glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.

Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan


ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.
Adverse Reaction  : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Ringer Laktat (RL)

Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq/l.


Kemasan : 500, 1000 ml.
Cara Kerja Obat : Keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit
dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium
merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan
anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi
untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan
cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.
Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik,
karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
Adverse Reaction  : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.
Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati pemberian
pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.
3. Dekstrosa

Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan
sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang
dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada
pembuluh darah dan tromboflebitis.

4. Ringer Asetat (RA)


Larutan ini merupakan salah satu Jenis Cairan Infus kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan
RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat
dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki komposisi
elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi
berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis. Metabolisme asetat juga didapatkan
lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat
tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare.
Indikasi : Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal ini dikarenakan
adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi
dalam hati menjadi bikarbonat.
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai
pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok
hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi anestesi
regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada stroke
akut dengan komplikasi dehidrasi.
Tabel  Komposisi Beberapa Jenis Cairan Infus Kristaloid

K Ca
Na(mmol/l Cl(mmol/l Glukosa Laktat Asetat
Cairan Tonusitas (mmol/ (mmol/l
) ) (mg/dl) (mmol/l) (mmol/l)
) )

NaCl 0,9 308


154 154
% (isotonus)

154
½ Saline (hipotonus 77 77
)

253
Dextrose 5
(hipotonus 5000
%
)

561
D5NS (hipertonu 154 154 5000
s

330
D5 ¼NS 38,5 38,5 5000
(isotonus)

2/3 D &
Hipertonus 51 51 3333
1/3 S

Ringer 273
130 109 4 3 28
Laktat (isotonus)

273
D5 RL 130 109 4 3 50 28
(isotonus)
Ringer 273,4
130 109 4 3 28
Asetat (isotonus)

Jenis Cairan Infus Koloid


Cairan infus jenis Koloid Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit
menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya
pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan
lebih mahal.
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga cenderung tidak keluar dari
membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan dapat menarik
cairan dari pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume yang sama
dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan meningkatkan tekanan
osmose plasma.

1. Albumin
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang dimurnikan
dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang dibutuhkan lebih
kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka
lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :

 Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia,
atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal
ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.
 Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien dengan
hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat memberikan
efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.
 Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi
besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.
 Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis. Sirosis
memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan yang baik
bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan albumin pada
terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal impairment dan kematian. Adanya bakteri
dalam darah dapat menyebabkan terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS), yaitu
sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.

Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.


Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.

2. HES (Hydroxyetyl Starches)

Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.


Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas pembuluh
darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi,
hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg). Sepsis, karena
dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat
perdebatan.
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian
menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :

 Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap bisa
digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas.
 Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
 Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori.
 HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada kondisi
sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.
Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada sepsis
karena :

 Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang
manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
 HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada pasien
sepsis dengan hipovolemia.
 HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus,
dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi
(contoh: transplantasi ginjal).
 Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada pasien
dengan sepsis.

Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan dalam
jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.
Contoh : HAES steril, Expafusin.

3. Dextran
Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc
mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :

 Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia
cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.
 Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas darah,
dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa dextran-40
mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.

Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,


hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria yang
parah.
Adverse Reaction : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering dilaporkan
dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran pada tubulus renal.
Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang signifikan.
Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.
4. Gelatin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,
Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki efek
antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.
Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada
keadaan hiperkalsemia.
Adverse reaction : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000 pasien,
dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila dibandingkan
dengan starches.
Contoh : haemacel, gelofusine.

Jenis Cairan Infus Khusus

MANNITOL
D-Manitol. C6H14O6
Indikasi
Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, meningkatkan diuresis pada
pencegahan dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal, menurunkan tekanan
intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai larutan irigasi genitouriner pada
operasi prostat atau operasi transuretral.

ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter Jenis Cairan Infus asering mengandung:

 Na 130 mEq
 K 4 mEq
 Cl 109 mEq
 Ca 3 mEq
 Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:

 Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
 Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL
pada neonatus
 Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran
 Mempunyai efek vasodilator
 Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat
meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema
serebral

KA-EN 1B
Indikasi:

 Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi
(dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
 Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500
ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
 Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

Komposisi :
Tiap 1000 ml isi mengandung

 sodium klorida 2,25 g


 anhidrosa dekstros 37,5 g.

Elektrolit (meq/L) :

 Na+ 38,5
 Cl- 38,5
 Glukosa 37,5 g/L
 kcal/L : 150
KA-EN 3A

Indikasi:

 Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
 Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
 Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
 Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

Kompisisi  KA-EN 3A
Tiap liter isi mengandung
 sodium klorida 2,34 g
 potassium klorida 0,75 g, sodium laktat 2,24 g
 anhydrous dekstros 27 g.
Elektrolit (mEq/L)
 Na+ 60
 K+ 10
 Cl- 50
 laktat- 20
 glukosa : 27 g/L.
 kcal/L : 108

KA-EN 3B
Tiap liter isi mengandung
 sodium klorida 1,75g,
 ptasium klorida 1,5g,
 sodium laktat 2,24g,
 anhydrous dekstros 27g.
Elektrolit (mEq/L) :
 Na+ 50,
 K+ 20,
 Cl- 50,
 laktat- 20,
 glukosa 27 g/L.
 kcal/L. 108

KA-EN MG3
Indikasi :
 Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
 Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
 Mensuplai kalium 20 mEq/L
 Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
Komposisi :
Tiap liter isi mengandung bahan :
 sodium klorida 1,75g,
 potassium klorida 1,5g,
 sodium laktat 2,24g,
 anhydrous dekstros 100g.

Elektrolit (mEq/L) :
 Na+ 50,
 K+ 20,
 Cl- 50,
 laktat- 20,
 glukosa 100 g/L;
 kcal/L: 400

KA-EN 4A
Indikasi :
 Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
 Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
 Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
 Na 30 mEq/L
 K 0 mEq/L
 Cl 20 mEq/L
 Laktat 10 mEq/L
 Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B
Indikasi:
 Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
 Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
 Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
·                     Na 30 mEq/L
·                     K 8 mEq/L
·                     Cl 28 mEq/L
·                     Laktat 10 mEq/L
·                     Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS
Indikasi:
 Untuk resusitasi
 Kehilangan Na > Cl, misal diare
 Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
Mengandung elektrolit mEq/L
 Na+ = 154
 Cl– = 154

Otsu-RL
Indikasi:
 Resusitasi
 Suplai ion bikarbonat
 Asidosis metabolik
Mengandung elektrolit mEq/L
 Na+ = 130
 Cl– = 108.7
 K+ = 4
 Ca++ = 2.7
 Laktat = 28

MARTOS-10
Indikasi:
 Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
 Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
 Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN
Indikasi:

 Stres metabolik berat


 Luka bakar
 Infeksi berat
 Kwasiokor
 Pasca operasi
 Total Parenteral Nutrition
 Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

Komposisi
Setiap liter Amiparen isi mengandung

 L-leucine 14g,
 L-isoleucine 8g,
 L-valine 8g,
 lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g),
 L-threonine 5,7g,
 L-tryptophan 2g,
 L-methionine 3,9g,
 L-phenylalanine 7g,
 L-cysteine 1g,
 L-tyrosine 0,5g,
 L-arginine 10,5g,
 L-histidine 5g,
 L-alanine 8g,
 L-proline 5g,
 L-serine 3g,
 aminoacetic acid 5,9g,
 L-aspartic acid 30 w/w%,
 total nitrogen 15,7g,
 sodium kurang lebih 2 mEq,
 acetate kira-kira 1220 mEq.
 Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.

AMINOVEL-600
Indikasi:
 Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
 Penderita GI yang dipuasakan
 Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
 Stres metabolik sedang
 Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
Komposisi :
Tiap liter Jenis Cairan Infus Aminovel 600 berisi
 amino acid (L-form) 50g,
 D-sorbitol 100g,
 ascorbic acid 400mg,
 inositol 500mg,
 nicotinamide 60mg,
 pyridoxine HCl 40mg,
 riboflavin sodium phosphate 2,5mg,

Elektrolit :
a.       Sodium 35 mEq,
b.      potassium 25 mEq,
c.       magnesium 5 mEq,
d.      acetate 35 mEq,
e.       maleate 22 mEq,
f.       chloride 38 mEq.

Setiap 50g asam amino berisi :


a.       L-isoleucine 3,2gram,
b.      L-leucine 2,4g,
c.       L-lysine (calculated as base) 2g,
d.      L-methionine 3g,
e.       L-phenylalanine 4g,
f.       L-threonine 2g,
g.      L-tryptophan 1g,
h.      L-valine 3,2g,
i.        L-arginine (calculated as base) 6,2g,
j.        L-histidine (calculated as base) 1g,
k.      L-alanine 6g,
l.        glycine 14g,
m.    L-proline 2g

PAN-AMIN G
Indikasi:
 Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
 Nutrisi dini pasca operasi
 Tifoid
Komposisi
Tiap liter infuse mengandung

 L-arginine HCl 2,7g,


 L-histidine HCl H2O 1,3g,
 L-isoleucine 1,8g,
 L-leucine 4,1g,
 L-lysine HCl 6,2g,
 L-methionine 2,4g,
 L-phenyilalanine 2,9g,
 L-threonine 1,8g,
 L-tryptophane 0,6g,
 L-valine 2g,
 glycine 3,4g,
 D-sorbitol 50g

 air.

TUTOFUSIN OPS
Per liter :
 Natrium 100 mEq,
 Kalium 18 mEq,
 Kalsium 4 mEq,
 Magnesium 6 mEg,
 Klorida 90 mEq,
 Asetat 38 mEq,
 Sorbitol 50 gram.
Indikasi :

 Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi.
 Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi, intra operasi dan pasca
operasi
 Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi isotonik dan kehilangan
cairan intraselular
 Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial

Kontraindikasi :

 Insufisiensi ginjal
 intoleransi Fruktosa & Sorbitol
 kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate
 keracunan Metil alkohol

Standar Operasional Prosedur (SOP)


Tindakan Keperawatan : Pemasangan Infus
1 Pengertian Pemasangan infuse merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang
memerlukan masukan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set
(Potter, 2005).
2 Tujuan a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh cairan elektrolit, vitamin,
protein, kalori dan nitrogen. Pada klien yang tidak mampu
mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut.
b. Memulihkan keseimbangan asam-asam.
c. Memulihkan volume darah dan,
d. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan
3 Indikasi a. Pasien Syok
b. Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih
c. Intoksikasi berat
d. Sebelum tranfusi darah
e. Pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu
4 Persiapan Alat steril
Alat 1.      Bak instrument berisi hand scon dan kasa steril
2.      Infus set steril
3.      Jarum / wingnedle / abocath dengan nomer yang sesuai
4.      Korentang dan tempatnya
5.      Kom tutup berisi kapas alcohol

Alat tidak steril


1.      Standart infus
2.      Bidai dan pembalut jika perlu
3.      Perlak dan alasnya
4.      Pembendung (tourniquet)
5.      Plester
6.      Gunting verban
7.      Bengkok
8.      Sarung tangan bersih

Obat-obatan
1.      Alcohol 70%
2.      Cairan sesuai advis dokter, misal NaCl 0,9%, Dextrose 5% dll.
Pelaksanaan Persiapan Pasien :
1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
3. Meminta kesediaan pasien untuk di rawat
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien
Persiapan Lingkungan :
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
5. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
6. Membawa alat ke dekat pasien
Pelaksanaan :
7. Mencuci tangan
8. Memakai sarung tangan
9. Membuka daerah yang akan dipasang infus
10. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus
11. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril
12. Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian
mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk
mengeluarkan udara dan mengisi selang infus
13. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
14. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah
bawah)
15. Menggantungkan selang infus pada standar infus
16. Buka abocath dari bungkusnya
17. Potong 3 lembar plester
18. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat :
pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang,
pembuluh darah tidak di area persendian
19. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang akan
dipasang infus dengan torniquet
20. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien di
dalam genggaman
21. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
22. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap
keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum
teraliri oleh darah, temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri
jarum dan abocath
23. Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
24. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh
darah
25. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan
masukkan ujung sela infus set ke abocath
26. Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah
terpasang
27. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka
roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang
benar
28. Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara
terbalik di bawah selang infus, kemudian disilangkan
29. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan
diplester
30. Mengatur/menghitung jumlah tetesan
31. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi
spalk
32. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
33. Merapikan alat dan pasien
34. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Evaluasi a. Aliran dan tetesan infus lancar
b. Tidak terjadi hematom
c. Sterilitas terjaga
d. Infus terpasang rapi
e. Pasien nyaman
f. Lingkungan bersih
Unit terkait Unit Stroke dan Ruang Rawat Inap
6 Referensi Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai