Anda di halaman 1dari 291

Modul Diklat PKB Guru

Kelompok Kompetensi C

TEKNIK ELEKTRONIKA DASAR

MODUL DIKLAT PKB

GURU PAKET KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI

DIREKTORAT GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
MALANG
2016
MODUL DIKLAT PKB
GURU PAKET KEAHLIAN ELEKTRONIKA DASAR
(Kelompok Kompetensi C)

Penyusun : Sodikin Susa’at, M.T

Penyunting : Drs. Marnizon

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA


KEPENDIDIKAN BIDANG OTOMOTIF DAN ELEKTRONIKA
(PPPPTK BOE) MALANG

2016

i
KATA PENGANTAR

Profesi guru dan tenaga kependidikan harus dihargai dan dikembangkan sebagai
profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dikarenakan guru dan tenaga
kependidikan merupakan tenaga profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu
―Menciptakan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif‖. Untuk itu guru dan tenaga
kependidikan yang profesional wajib melakukan pengembangan keprofesian
berkelanjutan.
Modul Diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru dan Tenaga
Kependidikan untuk institusi penyelenggara program pengembangan
keprofesian berkelanjutan merupakan petunjuk bagi penyelenggara pelatihan di
dalam melaksakan pengembangan modul yang merupakan salah satu sumber
belajar bagi guru dan tenaga kependidikan. Buku ini disajikan untuk memberikan
informasi tentang penyusunan modul sebagai salah satu bentuk bahan dalam
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru dan tenaga
kependidikan.
Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi secara maksimal
dalam mewujudkan buku ini, mudah-mudahan buku ini dapat menjadi acuan dan
sumber inspirasi bagi guru dan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
penyusunan modul untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan buku ini di
masa mendatang.

Jakarta, April 2016


Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan,

Sumarna Surapranata, Ph.D,


NIP 19590801 198503 1002

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hubungan dua buah atom silikon 5


Gambar 1.2 Bentuk fisik atom silicon 5
Gambar.1.3 Penampilan dua dimensi bahan semikonduktor dari atom silicon 5
Gambar 1.4 Hubungan dan re-kombinasi kristal silicon 6
Gambar 1.5 Perjalanan Elektron dan Hole pada kristal Silokon pada pengaruh
medan listrik 6
Gambar 1.6 Gerakan elektron pada bahan semikonduktor 7
Gambar 1.7 Gerakan elektron pada semikonduktor yang diberi tegangan 7
Gambar 1.8 Pembentukan kristal (dopping) dan hubungan mekanis sebuah silikon
type-N 8
Gambar 1.9 Pembentukan kristal (dopping) dan hubungan mekanis sebuah silikon
type-P 9
Gambar 1.10b. Daerah barrier 9
Gambar 1.11 Pembawa mayoritas 10
Gambar 1.12 Pembawa minoritas 10
Gambar 2.1 Simbol Dioda 13
Gambar. 2.2 Sifat dasar diode 14
Gambar 2.3. Rangkaian dioda forward bias 14
Gambar 2.4 Kurva karakteristik dioda forward bias 15
Gambar 2.5 Rangkaian dioda reverse bias 15
Gambar 2.6 Kurva karakteristik dioda reverse bias) 15
Gambar. 2.7 Karakteristik diode 16
Gambar 2.8 Dioda sebagai penyearah gelombang sinus 17
Gambar 2.9 Penyearah setengah gelombang 17
Gambar 2.10 Penyearah gelombang penuh dengan dua buag diode 20
Gambar 2.11 Penyearah gelombang penuh dengan empat diode 21
Gambar 2.12 Filter C pada Penyearah Setengah Gelombang 22
Gambar 2.13 Filter Pada Penyearah Gelombang Penuh 23
Gambar 2.14 Pengganda Tegangan 24
Gambar 2.15 Bentuk gelombang pengganda tegangan 24
Gambar 3.1. dioda zener dalam arah forward 28
Gambar 3.2 Depletion layer pada dioda zener dalam arah forward 29

iii
Gambar 3.3 Dioda zener dalam arah reverse 29
Gambar 3.4 Arus bocor dioda zener pada arah reverse 30
Gambar 3.5 Grafik Karakteristik Dioda Zener 31
Gambar 3.7 Penstabil tegangan dengandioda zener 32
Gambar 4.1 Material, struktur junction dan simbol transistor PNP 40
Gambar 4.2 Sistem tegangan bias pada transistor PNP 40
Gambar 4.3 Material, struktur junction dan simbol transistor PNP 41
Gambar 4.2 Sistem tegangan bias pada transistor NPN 41
Gambar 4.3 Tegangan Bias transistor 42
Gambar 4.4 Karakteristik input transistor 43
Gambar 4.5 Karakteristik output transistor IC = f(UCE) 44
Gambar 4.6 Karakteristik output transistor IC = f(IB) 45
Gambar 4.7 Karakteristik dinamis IC = f(IB) 45
Gambar 4.8 Karakteristik UCE fungsi UBE 46
Gambar 4.9 Penetapan tegangan bias transistor 46
Gambar 4.10 Kurva karakteristik transistor 47
Gambar 4.11 Tegangan bias transistor 48
Gambar 4.12 Kurva karakteristik transistor 49
Gambar 4.13 Kurva disipasi daya transistor 50
Gambar 4.14 Penetapan nilai tahanan kolektor 51
Gambar 4.15 Performansi arus kolektor 51
Gambar 4.16 Penetapan tahanan basis 52
Gambar 4. 17 Pemasangan tahanan R2 53
Gambar 4.18 Pemasangan NTC sebagai stabilisator 54
Gambar 4.19 Tahanan umpan balik RE 54
Gambar 4.20 Kapasitor bypass CE 55
Gambar 4.21 Tahanan umpan balik teganga R1 56
Gambar 4.22 Penguat klas A 56
Gambar 4.23 Penguat klas B 57
Gambar 4.24 Penguat klas AB 57
Gambar 4.25 Penguat klas C 58
Gambar 4.26 Hubungan basis bersama (common base) 58
Gambar 4.27 Analisa DC rangkaian basis bersama 59
Gambar 4.28 Analisa ac rangkaian basis bersama 60

iv
Gambar 4.29 Hubungan emitor bersama (Common Emitor) 61
Gambar 4.30 Tahanan input :rBE 62
Gambar 4.31 Tahanan out put : rCE 62
Gambar 4.32 Kurva Ib = f (Ic) 62
Gambar 4.33 Kurva Ib = f (Ube) 62
Gambar 4.34 Analisa DC rangkaian emitor bersama 63
Gambar 4.35 Analisa ac rangkaian emitor bersama 64
Gambar 4.36 Hubungan kolektor bersama (common collector) 65
Gambar 4.37 Analisa DC rangkaian kolektor bersama 66
Gambar 4.38 Analisa ac rangkaian kolektor bersama 66
Gambar 5.1 Keluarga Transistor (Semi Konduktor) 72
Gambar 5.2a Struktur FET 72
Gambar 5.2b Junction FET 72
Gambar 5.3a JFET saluran P 73
Gambar 5.3bJFET saluran N 73
Gambar 5.4 Rangkaian pengukuran kurva JFET 73
Gambar 5.5 Kurva Karakteristik JFET 73
Gambar 5.6 Elektroda JFET 76
Gambar 5.7. Kurva karakteristik output dari JFET 77
Gambar 5.8. Kurva Transkonduktansi 78
Gambar 5.10. Arti grafik dari transkonduktansi 80
Gambar 5.11. Self Bias FET 82
Gambar 5.12. Rangkaian FET Common Source 83
Gambar 5.13 Kurva Transkonduktansi 85
Gambar 5.14 Rangkaian penguat bertingkat JFET. 86
Gambar 5.15. Bias sumber arus 88
Gambar 5.16. Menaikkan impedansi input dengan memasang RG 89
Gambar 5.17. Rangkaian Penguat Tunggal Common Source 90
Gambar 5.18. Rangkaian Common Gate 90
Gambar 5.19. Rangkaian Common Drain 91
Gambar 5.20 Rangkaian penguat diferensial 91
Gambar 5.21 Rangkaian sumber arus konstan 92
Gambar 5.22 FET sebagai saklar 92
Gambar 6.1a). Konstruksi Pembentukan DIACS 96

v
Gambar 6.1b). Simbol DIACS 96
Gambar 6.2a. Pembentukan DIACS 96
Gambar 6.2b. Simbol DIACS yang beredar dikalangan umum 96
Gambar 6.3 Karakteristik DIAC 97
Gambar 6.4 Pembentukan SCR 98
Gambar 6.5 Rangkaian pengganti SCR dan Symbol SCR 98
Gambar 6.6 Rangkaian ekivalen SCR 99
Gambar 6.7. Karakteristik SCR 100
Gambar 6.8. Sifat statis SCR 100
Gambar 6.9. Prinip kerja SCR 101
Gambar 10. SCR sebagai pengendali kecerahan lampu 102
Gambar 11. Pemotongan pulsa pada SCR 103
Gambar 6.12. Pembentukan Triac 103
Gambar 6.13. Rangkaian pengganti Triac 104
Gambar 6.14 Konfigurasi Triac 104
Gambar 6.15 Skema Pengganti Triac 105
Gambar 6.16 Skema Pengganti Pemberian Bias Pada Triac 105
Gambar 6.17 Karakteristik Triac 106
Gambar 6.18 Mengemudikan Triac dengan Diac 106
Gambar 6.19 Penyulutan Triac 107
Gambar 6.20 Pengaturan Daya 108
Gambar 6,21. Pengaturan kecepatan motor dengan triac 108
Gambar 7.1a. Besaran Digital TTL 129
Gambar 7.1b. Besaran Digital C-MOS 129
Gambar 8.1 Rangkaian listrik ekivalen AND 132
Gambar 8.3 Simbol gerbang AND 132
Gambar 8.4 Diagram masukan-keluaran gerbang AND 132
Gambar 8.5 Rangkaian listrik ekivalen gerbang OR 133
Gambar 8.6 simbol gerbang OR 133
Gambar 8.7 Diagram masukan-keluaran gerbang OR 134
Gambar 8.8 Rangkaian listrik ekivalen gerbang NOT 134
Gambar 8.9 Gambar symbol gerbang NOT 134
Gambar 8.10 Diagram masukan-keluaran gerbang NOT 135
Gambar 9.1 Rangkaian listrik ekivalen gerbang NAND 138

vi
Gambar 9.2 Gambar symbol gerbang NAND 138
Gambar 9.3 Diagram masukan-keluaran gerbang NAND 138
Gambar 9.4 Rangkaian listrik ekivalen gerbang NOR 139
Gambar 9.5 Gerbang NOR 139
Gambar 9.6 Diagram masukan-keluaran gerbang NOR 140
Gambar 9.7 Rangkaian listrik ekivalen gerbang EX-OR 140
Gambar 9.8 Simbol gerbang EX-OR 141
Gambar 9.9 Diagram masukan-keluaran gerbang EX-OR 141
Gambar 9.10 Rangkaian listrik ekivalen gerbang EX-NOR 142
Gambar 9.11 Simbol gerbang EX-NOR 142
Gambar 9.12 Diagram masukan-keluaran gerbang EX-NOR 143
Gambar 11.1 Gambar blok sekuensial 156
Gambar 11.1 Rangkaian PSNS 157
Gambar 11.2 Blok diagram SR flip-flop. 158
Gambar 11.3 Rangkaian clocked S-R flip-flop 158
Gambar 11.4 Cloced S-R flip flop dengan gerbang NAND 159
Gambar 11.5 RS flip-flop dengan NOR 159
Gambar 11.6 JK flip-flop 160
Dari tabel 11.3 tersebut di atas bisa dituliskan persamaan JK flip-flop 160
Gambar 11.4 D-flip-flop 160
Gambar 11.5 T flip-flop 161
Gambar 11.6aRangkaian penghitung naik asinkron 162
Gambar 11.6b Penghitung naik asinkron (Asynchron Up Counter) 162
Gambar 11.7a Rangkaian Penghitung turun asinkron 163
Gambar 11.7b Bentuk pulsa penghitung turun asinkron 163
Gambar 11.8a Rangkaian penghitung naik sinkron 164
Gambar 11.8b Bentukenghitung naik sinkron 164
Gambar 11.9a Rangkaian penghitung turun sinkron 164
Gambar 11.9b Bentuk pulsa penghitung turun sinkron 164
Gambar 12.1 Blok decoder 2 to 4 168
Gambar 12.2 Rangkaian decoder 2 to 4 168
Gambar 12.3 Rangkaian decoder 4 to 16 169
Gambar 12.4 Multiplekser 169
Gambar 12.5 Rangkaian multiplekser dengan SOP 170

vii
Gambar 12.6 Transfer dari system BCD ke kode grey 171
Gambar 12.7 Transfer dari kode grey ke BCD Normal 171
Gambar 12.8 Rangkaian kode grey 172
Gambar 12.9 Rangkaian enkoder grey 172
Gambar 12.10 Piringan BCD normal. 172
Gambar 12.11 Piringan kode grey. 172
Gambar 12.12a Pemancar even parity 174
Gambar 12.12b Penerima even parity 174
Gambar 12.14 Rangkaian blok pemancar data 176
Gambar 12.15 Rangkaian blok penerima data 176
Gambar 12.16 Blok hamming code 177
Gambar 12.17 Terjadi kesalahan pada line ke 6 (1102) 178

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis Bahan Semi Konduktor 4
Tabel 5.1 Data sheet JFET 75
Tabel 5.2 Penjelasan Tentang Simbol - simbol dan Kode –kode 75
Tabel 5.3 T0220 77
Tabel 7.1. Pencacah Biner dan Desimal 113
Tabel 7.2 Konversi Desimal ke Biner 113
Tabel 7.3 Konversi Biner ke decimal 114
Tabel 7.4 Konversi Desimal ke Biner 114
Tabel 7.5. Konversi Desimal ke Biner Pecahan 115
Tabel 7.6. Konversi Desimal ke Biner Pecahan 115
Tabel 7.7. Pencacah Sistem Bilangan Desimal, Biner, Heksadesimal 116
Tabel 7.8 Konversi bilangan heksadesimal ke decimal 117
Tabel 7.9 Konversi bilangan pecahan heksadesimal ke decimal 117
Tabel 7.10 Konversi Desimal ke Heksadesimal 118
Tabel 6.11bilangan octal 120
Tabel 7.12 Konversi Desimal ke Oktal 121
Tabel 7.13 Konversi bilangan oktal ke dalam biner. 121
Tabel 6.14 Kode BCD 8421 127
Tabel 8.1 Tabel kebenaran AND 132
Tabel 8.2 Tabel kebenaran OR 133
Tabel 8.3 Tabel kebenaran NOT 135
Tabel 9.1 Tabel kebenaran NAND 138
Tabel 9.2 Tabel kebenaran NOR 139
Tabel 9.3 Tabel kebenaran EX-OR 141
Tabel 10.1 Tabel kebenaran 2 masukan 1 keluaran 146
Tabel 10.2 Tabel kebenaran contoh 1 147
Tabel 10.3 Tabel kebenaran contoh 2 147
Tabel 10.4Tabel kebenaran contoh 3 147
Tabel 10.5 Tabel kebenaran contoh 4 148
Tabel 10.6 Tabel Karnaugh Map 3 masukan 1 keluaran 148
Tabel 10.7Tabel kebenaran contoh 5 148
Tabel 10.8 Tabel kebenaran contoh 5 149

ix
Tabel 10.9 Tabel kebenaran contoh 6 149
Tabel 10.10 Tabel kebenaran contoh 7 149
Tabel 10.11 Tabel kebenaran contoh 8 150
Tabel 10.12 Tabel kebenaran 4 masukan 1 keluaran 150
Tabel 10.13 Tabel kebenaran 4 masukan 1 keluaran contoh 9 151
Tabel 10.14 Tabel kebenaran 5 masukan 1 152
Tabel 10.15 Tabel kebenaran contoh 10 153
Tabel 11.1 Tabel kebenaran PSNS 157
Tabel 11.2 Tabel kebenaran S-R flip-flop 158
Tabel 11.3 Tabel kebenaran JK flip-flop 160
Tabel 11.4 Tabel kebenaran D flip flop 161
Tabel 12.1 Tabel kebenaran dari rangkaian decoder : 168
Tabel 12.2 Tabel kebenaran multiplekser 170
Tabel 12.3 Tabel kebenaran kode grey 171
Tabel 12.4 Data 4 bit dengan parity 172
Tabel 12.5 Tabel data even parity 173
Tabel 12.6 Tabel kebenaran odd parity 174
Tabel 12.7 Tabel kebenaran hamming code 175
Tabel 12.8 Contoh data 1001 177
Tabel 12.9 Kesalahan pada penerima data 1011 177

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. International System of Units (SI)—Metric Units 206
Lampiran 2 Simbol komponen Listrik dan Elektronika Standard Amerika 207
Lampiran 3 Skema Blok Pemancar SSB Metode Filter 208
Lampiran 3 Skema Blok Pemancar SSB Metode Penggeser Fasa 208
Lampiran 3 Skema Blok Pemancar SSB dengan PLL 209
Lampiran 3 Skema PLL 210

xi
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkembangan elektronika dimulai dari pengembangan rangkaian elektronika
analog menjadi elektronika digital. Sehingga elektronika digital akan dibahas mulai
dari sejarah penemuan system digital, system bilangan, pengkodean, dan
konversi system bilangan digital, aljabar boole gerbang dasar, gerbang kombinasi,
logika sekuensial, hingga aplikasi dari rangkaian-rangkaian digital sederhana.
Sedangkan untuk elektronika analog akan dibahas tentang beberapa rangkaian
elektronika yang menggunakan komponen semikonduktor seperti dioda, transistor
dan komponen elektronika daya.
Untuk dasar rangkaian elektronika digital dan analog mempelajari tentang
karakteristik, data spesifikasi, penetapan titik kerja dan prinsip kerja, serta aplikasi
rangkaian dasar. Yang pasti pembahasan teknik digital dimulai dari sistem
bilangan, aljabar boole, gerbang dasar, gerbang kombinasional, rangkaian
sekuansial.termasuk komponen digital dalam bentuk chip (IC: Integrated Circuits),
seperti gerbang NOT, OR, AND, NAND, NOR, EXOR, Flip-Flop, dan sebagainya.
Sedangkan untuk elektronika analog hanya membahas komponen aktif
semikonduktor, seperti dioda, zener dioda, transistor bipolar, field effect
transistor, MOS FET, Thyristor, Triac, Diac.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan secara singkat sejarah kronologis penemuan teknik digital.
2. Menjelaskan beberapa istilah teknik digital sesuai dengan kronologis
sejarahnya.
3. Memahami macam dan sifat dari berbagai sistem logika dalam teknik digital.
4. Mengenal beberapa penggunaan software dalam teknik digital dan analog.

Peta Kompetensi

12
Ruang Lingkup
1. Elektronika Digital terdiri dari:
a. Sejarah Sistem Digital
b. Penggunaan Software
c. Sistem Bilangan Digital
d. Gerbang dasar
e. Gerbang Kombinasional
f. Rangkaian sekuensial
g. Rangkaian aplikasi digital
2. Elektronika Analog terdiri dari:
a. Dioda
b. Zener dioda
c. Transistor
d. FET dan MOS FET
e. Elektronika daya (DIAC, Thyrirstor, TRIAC)

13
Saran Cara Penggunaan Modul
Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, dalam menggunakan modul ini
maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain :
1. Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada
masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta
diklat dapat bertanya pada instruktur pengampu kegiatan belajar.
2. Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa
besar pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas
dalam setiap kegiatan belajar.
3. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal
berikut:
a. Petunjuk-petunjuk keselamatan kerja yang berlaku.
b. Langkah kerja setiap prosedur praktikum dengan baik.
c. Sebelum melaksanakan praktikum, identifikasi (tentukan) peralatan dan
bahan yang diperlukan dengan cermat.
d. Gunakan alat sesuai prosedur pemakaian yang benar.
e. Untuk melakukan kegiatan praktikum yang belum jelas, harus meminta ijin
guru atau instruktur terlebih dahulu.
f. Setelah selesai, kembalikan alat dan bahan ke tempat semula
g. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada
kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur yang
mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.

14
Kegiatan Pembelajaran 1 :
MEMAHAMI SEJARAH TEKNIK DIGITAL

A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan materi pemahaman sejarah teknik digital,
peserta diharapkan dapat;
 Menjelaskan kronologis asal mula teknik digital konvensional
 Menjelaskan beberapa peralatan digital yang pernah dibuat berdasarkan
sejarahnya
 Menjelaskan para penemu peralatan system digital berdasarkan sejarahnya.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


 Menguraikan kronologis asal mula teknik digital konvensional
 Menguraikan histori urutan penemuan peralatan system digital yang pernah
dibuat berdasarkan historis sejarahnya
 Menguraikan para penemu peralatan system digital berdasarkan sejarahnya.
 Mempresentasikan beberapa contoh pengembangan peralatan digital masa
kini
 Menyajikan dalam presentasi beberapa contoh aplikasi peralatan digital
saat sekarang.
C. Uraian Materi
1. Sejarah Teknik Digital
Teori logika dikembangkan di banyak kebudayaan dalam sejarah ,
termasuk China , India , Yunani , dan dunia Islam . Pada abad ke-18 Eropa,
mencoba untuk mengangkat operasi logika formal dengan cara simbolis atau
aljabar telah dibuat oleh filsafat matematika Leibniz dan Lambert, tetapi pekerjaan
mereka tetap terisolasi dan hanya sedikit orang yang mengetahuinya.
Teknologi yang mendasar dari Teknik Digital ditemukan pada abad 18 yaitu
oleh Charles Babage, seorang matematikawan dari Inggris yang pertama kali
mengemukakan gagasan tentang komputer yang dapat deprogram adalah
Charles Babbage (lahir 26 Desember 1791 dan meninggal dunia pada 18
Oktober 1871, umur 79 tahun). Sebagian dari mesin yang dikembangkannya
adalah Mesin analisis dari Model Percobaan, Mesin Diferensial, namun tidak
selesai dan sekarang dapat dilihat di Museum Sains London, dan bahkan pada
saat itu dilanjutkan perakitannya oleh putra Babage.

15
Demikian halnya dengan pem
direkomendasikan oleh George Bo
jawab untuk temuan aljabar Boolean
Neumann masih mempe-ngaruhi
modern. Hingga akhirnya muncul Enia
Steve Jobs, Andrei Wozniak, hingg
kawan-kawannya.
George Boole yang lahir 2

Gambar 1.1 Charles Babbage (1791-1871) meninggal 8 Desember 1864 adalah s


dan filosof kelahiran Inggris dan ahli lo
persamaan diferensial dan logika alj
dikenal sebagai penulis The Laws
penemu prototipe dari apa yang s
Boolean, yang menjadi dasar dari k
Boole dianggap di belakang sebag
komputer.
Gambar 1.2 George Boole (1815-1864) Boole berkata, "...no general m
questions in the theory of probabilit
which does not explicitly recognise ...
thought which are the basis of all reas
adalah: ... ―ada metode umum untuk
teori probabilitas yang dapat dibentu
eksplisit mengakui hukum-hukum un
merupakan dasar dari semua penalara

Ayah George Boole, John Boole (1779


pedagang di Lincoln dan memberinya
pendidikan sekolah dasar, tetapi lebih s
Gambar 1.3 Mesin Analisis Model Percobaan Ciptaan Babage
di Museum Sain London (1871)
dan akademis lanjut. William Brooke, s
Lincoln, mungkin telah membantu dia de
juga mungkin telah belajar di sekolah Th
Dia belajar sendiri secara ot
modern. Pada usia 16 tahun Boole me
SMP di Doncaster, di Sekolah Heigham
juga sebagai pencari nafkah untuk oran
adik kandungnya. Dia secara singkat me
George Boole berpartisipasi pula dalam
Gambar 1.4 Bagian Mesin Diferensial Model Percobaan
Ciptaan Babage yang ditemukan di

16
laboratoriumnya Lembaga Mekanika Lincoln, yang d
Edward Bromhead. Tanpa seora
bertahun-tahun untuk menguasai k
berhasil mendirikan sekolah send
kemudian ia mengambil alih Akadem
Lincoln, dan pada kematian Robert
kembali ke Lincoln, di mana ia mengelola sebuah sekolah asrama. Boole menjadi
tokoh lokal terkemuka, pengagum John Kaye, uskup. Ia mengambil bagian dalam
kampanye lokal untuk penutupan awal. Dengan ER Larken dan lain-lain dia
mendirikan bangunan masyarakat pada tahun 1847. Dia terkait juga dengan
Chartist Thomas Cooper, yang istrinya juga merupakan relasi dalam pembuatan
mesin peralatan tersebut.Pada tahun1838 dan seterusnya Boole telah membuat
kontak dengan hebat pada orang matematika simpatik akademis Inggris, dan
membaca lebih luas. Ia belajar aljabar dalam bentuk metode simbolis, karena ini
yang dipahami pada waktu itu, dan mulai menerbitkan makalah penelitian. Dan
pada 1847 Boole menerbitkan pamflet Analisis Matematika Logika. Ia kemudian
dianggap sebagai eksposisi cacat sistem logis, dan ingin sebuah penyelidikan dari
Hukum Pemikiran (1854), di mana yang Didirikan Teori Matematika Logika dan
Probabilitas harus dilihat sebagai pernyataan dewasa dari pandangannya.
Keterlibatan awal Boole dalam logika itu dipicu oleh perdebatan saat ini pada
kuantifikasi, antara William Hamilton yang mendukung teori "kuantifikasi predikat",
dan pendukung Boole's Augustus De Morgan yang maju versi dualitas De
Morgan, seperti yang sekarang disebut. Pendekatan Boole adalah akhirnya lebih
jauh jangkauannya dari baik sisi dalam kontroversi. Mendirikan apa yang pertama
kali dikenal sebagai "aljabar logika" tradisi.
Boole tidak menganggap logika sebagai cabang dari matematika, tetapi ia
memberikan sebuah metode simbolik umum inferensi logis. Boole diusulkan
bahwa proposisi logis harus diekspresikan melalui persamaan aljabar. Manipulasi
aljabar simbol dalam persamaan akan menyediakan metode yang gagal-aman
deduksi logis: yaitu logika direduksi menjadi jenis aljabar. Dengan satu kesatuan
Boole dilambangkan "obyek-obyek alam masuk akal"; simbol literal, seperti x, y, z,
v, u, dan lain-lain, digunakan dengan arti "pilihan" yang terikat pada kata sifat dan
kata benda bahasa alam. Jadi, jika x = bertanduk dan y= domba, maka tindakan
yang berurutan dari pemilihan (yaitu pilihan) yang diwakili oleh x dan y, jika
dilakukan pada persatuan, memberikan kelas "domba bertanduk". Dengan

17
demikian, (1 - x) akan mewakili operasi memilih semua hal di dunia kecuali hal
bertanduk, yaitu segala sesuatu tidak bertanduk, dan (1 - x) (1 - y) akan
memberikan segala sesuatu tidak bertanduk atau domba.
Status Boole sebagai matematikawan diakui oleh pengangkatannya pada
tahun 1849 sebagai guru besar pertama matematika di College Cork Ratu di
Irlandia. Dia bertemu dengan calon istrinya, Maria Everest, pada tahun 1850
ketika dia sedang mengunjungi pamannya Ryall John yang adalah Profesor dari
Yunani. Mereka menikah beberapa tahun kemudian. Dia mempertahankan
hubungan dengan Lincoln, bekerja di sana dengan ER Larken dalam kampanye
untuk mengurangi pelacuran. Boole telah dipilih mahasiswa Fellow di Royal
Society pada tahun 1857 dan menerima gelar kehormatan dari dari Universitas
Dublin dan Universitas Oxford. Pada tanggal 8 Desember 1864, Boole meninggal
karena serangan demam. Ia dimakamkan di Gereja Irlandia pemakaman St
Michael, Church Road, Blackrock pinggiran Cork City.

Sejarah komputer memang lebih melibatkan, para penemu yang tidak akan
ada habisnya. Inilah yang pertama kali sejarah tentang computer berawal pada
tahun 1671. Pada tahun tersebut, seorang Prancis bernama Gottfired Wilhelm
Von Leibniz yang merupakan seorang filosof sekaligus ahli Matematika
merancang mesin hitung. Mesin ini mampu menjumlah, mengurangi, mengalikan
serta menghitung pembagian. Mesin ini menggunakan sistem binary. Sistem ini
adalah sebuah sistem penjumlahan dua digit dengan menggunakan teorinya
Boole yaitu sistem biner.
Kemudian pada tahun 1991, dengan menggunakan rencana asli dari
Babbage, sebuah mesin diferensial dikembangkan dan mesin ini dapat berfungsi
secara sempurna (lihat gambar 1.4, di atas), yang membuktikan bahwa gagasan
Babbage tentang mesin ini memang dapat diimplementasikan.
Charles Babbage lahir di Inggris, di jalan Crosby Row no 44, Walworth Road,
London. Ada beberapa pendapat tentang tanggal kelahiran Babbage. Seperti
yang dimuat dalam harian The Times menyebutkan kelahirannya tanggal 26
Desember 1792. Namun beberapa hari kemudian seorang keponakan Babbage
menulis bahwa Babbage sebenarnya dilahirkan setahun sebelumnya, pada1791.
Charles Babbage termasuk orang yang jahat, karena dia pernah mencuri uang di
bank. Awal alasan perancangan mesinnya saat itu adalah perhitungan dengan
menggunakan tabel matematika sering mengalami kesalahan. Babbage ingin
mengembangkan cara melakukan perhitungan secara mekanik, sehingga dapat

18
mengurangi kesalahan perhitungan yang sering dilakukan oleh manusia. Saat itu,
Babbage mendapat inspirasi dari perkembangan mesin hitung yang dikerjakan
oleh Wilhelm Schickard, Blaise Pascal, dan Gottfried Leibniz. Gagasan awal
tentang mesin Babbage ditulis dalam bentuk surat yang ditulisnya kepada
Masyarakat Astronomi Kerajaan berjudul "Note on the application of machinery
to the computation of astronomical and mathematical tables" (catatan mengenai
penerapan mesin bagi penghitungan tabel astronomis dan matematis)
tertanggal 14 Juni 1822.
Demikian pula pada pertengahan abad ke-19, George Boole dan kemudian
Augustus De Morgan menyajikan matematika sistem logika. Pekerjaan mereka
adalah membangun kerja yang oleh orang ahli dan penggemar ilmu aljabar
(algebraist) seperti George Peacock, mengembangkan doktrin logika tradisional
Aristotelian ke dalam kerangka yang cukup untuk studi dasar matematika (Katz
1998, hal . 686 ). Kemudian Charles Sanders Peirce membangun di atas karya
Boole untuk mengembangkan sebuah sistem yang logis untuk hubungan dan
bilangan, yang diterbitkan di beberapa makalah 1870-1885. Gottlob Frege
menyajikan pengembangan independen dari logika dengan bilangan, yang
diterbitkan pada 1879, sebuah karya umumnya dianggap sebagai penanda titik
balik dalam sejarah logika. Karya Frege tetap tidak jelas , namun sampai Bertrand
Russell mulai mempromosikannya dekat pergantian abad. Notasi dua dimensi
Frege dikembangkan terus, walaupun tidak pernah diadopsi oleh kalayak secara
luas dan tidak digunakan dalam teks-teks kontemporer.
Dari 1890-1905, Ernst Schröder menerbitkan tentang Aljabar Logika dalam tiga
jilid, karya ini diringkas dan memperluas karya Boole, De Morgan, dan Peirce, dan
referensi yang komprehensif untuk logika simbolik seperti pada akhir abad ke-19 .

1.1. Berbagai Penemuan Teori Digital


Kekhawatiran bahwa matematika tidak dibangun di atas pondasi yang tepat
mengarah ke pengembangan sistem aksiomatik untuk bidang mendasar
matematika seperti aritmatika, analisis, dan geometri. Dalam logika, aritmatika
merujuk pada teori alam nomor. Giuseppe Peano ( 1889) menerbitkan satu set
aksioma untuk aritmatika yang datang untuk menanggung nama-nya (Peano
aksioma), menggunakan variasi dari sistem logis dari Boole dan Schröder tetapi
menambahkan pembilang. Peano tidak menyadari pekerjaan Frege pada saat itu.
Sekitar waktu yang sama Richard Dedekind menunjukkan bahwa alam nomor

19
secara unik ditandai dengan sifat induksi mereka. Dedekind (1888) mengusulkan
karakterisasi yang berbeda, yang tidak memiliki karakter logis formal aksioma
Peano itu. Karya Dedekind, bagaimanapun, terbukti teorema dapat diakses dalam
sistem Peano, termasuk keunikan dari himpunan bilangan asli (sampai
isomorphism) dan definisi rekursif dari penjumlahan dan perkalian dari fungsi
penerus dan induksi matematika.
Pada menjelang pertengahan abad ke-19, kelemahan dalam aksioma Euclid
untuk geometri dikenal (Katz 1998, hal . 774). Selain kemerdekaan dalil
theparallel, yang didirikan oleh Nikolai Lobachevsky pada tahun 1826
(Lobachevsky 1840), matematikawan menemukan bahwa teorema tertentu
diambil untuk diberikan oleh Euclid tidak pada kenyataannya dapat dibuktikan dari
aksiomanya. Diantaranya adalah teorema bahwa baris berisi setidaknya dua titik ,
atau bahwa lingkaran dari radius yang sama yang dipisahkan oleh pusat radius
yang harus berpotongan. Hilbert (1899) mengembangkan seperangkat geometri,
membangun pada pekerjaan sebelumnya oleh Paskah (1882). Keberhasilan
axiomatic geometri termotivasi Hilbert untuk mencari axiomatizations lengkap
daerah lain matematika, seperti nomor alam dan garis nyata. Hal ini akan terbukti
menjadi area utama penelitian pada paruh pertama abad ke-20.
Abad ke-19 melihat kemajuan besar dalam teori analisis riil, termasuk teori
konvergensi fungsi dan seri Fourier. Matematikawan seperti Karl Weierstrass
mulai membangun fungsi yang membentang intuisi, seperti fungsi kontinu tempat
terdiferensiasi. Konsepsi sebelumnya fungsi sebagai aturan untuk perhitungan,
atau grafik yang halus, tidak lagi memadai. Weierstrass mulai menganjurkan
arithmetization analisis, yang berusaha untuk axiomatize analisis dengan
menggunakan sifat-sifat nomor alam . Keberhasilan teori definisi limit dan teori
kesinambungan fungsi sudah dikembangkan oleh Bolzano pada tahun 1817
(Felscher 2000), tetapi tetap relatif tidak dikenal. Cauchy pada tahun 1821
mendefinisikan kontinuitas dalam hal infinitesimals (lihat Cours d' Analyse). Pada
1858, Dedekind mengusulkan definisi bilangan real dalam hal pemotongan
Dedekind bilangan rasional (Dedekind 1872), definisi masih bekerja dalam teks-
teks kontemporer.
Georg Cantor mengembangkan konsep dasar teori himpunan tak terbatas.
Hasil awal mengembangkan teori kardinalitas dan provedthat reals dan alam
nomor memiliki kardinalitas yang berbeda ( Cantor 1874 ). Pada tahun 1891, ia
menerbitkan bukti baru dari uncountability dari bilangan real yang

20
memperkenalkan argumen diagonal, dan menggunakan metode ini untuk
membuktikan teorema Cantor bahwa tidak ada set dapat memiliki kardinalitas
yang sama seperti powerset-nya. Cantor percaya bahwa setiap set bisa tertata
dengan baik, namun tidak mampu menghasilkan bukti untuk hasil ini,
meninggalkan sebagai masalah terbuka pada tahun 1895 (Katz 1998).
Pada dekade-dekade awal abad ke-20, bidang utama studi ditetapkan teori
dan logika formal . Penemuan paradoks dalam set informal yang teori
menyebabkan beberapa bertanya-tanya apakah matematika itu sendiri tidak
konsisten , dan untuk mencari bukti konsistensi.
Pada tahun 1900, Hilbert berpose daftar terkenal dari 23 masalah untuk abad
berikutnya.
Ditemukannya Teori Set dan paradoks, Ernst Zermelo (1904) memberikan
bukti bahwa setiap set bisa tertata dengan baik, hasil Georg Cantor tidak mampu
untuk mendapatkan . Untuk mencapai bukti, Zermelo memperkenalkan aksioma
pilihan, yang menarik perdebatan sengit dan penelitian di kalangan
matematikawan dan pelopor teori himpunan. Kritik langsung dari metode yang
dipimpin Zermelo untuk menerbitkan penjelasan kedua hasilnya, langsung
menangani kritik buktinya (Zermelo 1908). Tulisan ini menyebabkan penerimaan
umum aksioma pilihan dalam komunitas matematika.
Skeptisisme tentang aksioma pilihan diperkuat oleh paradoks, dan baru-baru
ini ditemukan dalam teori himpunan naif. Cesare Burali-Forti (1897) adalah orang
pertama yang menyatakan paradoks: paradoks Burali-Forti menunjukkan bahwa
koleksi semua nomor urut tidak dapat membentuk satu set. Segera setelah itu,
Bertrand Russell menemukan paradoks Russell pada tahun 1901, dan Jules
Richard (1905) menemukan paradoks Richard.
Zermelo (1908) memberikan set pertama aksioma untuk teori himpunan.
Aksioma ini, bersama dengan aksioma tambahan pengganti yang diusulkan oleh
Abraham Fraenkel, sekarang disebut Zermelo-Fraenkel menetapkan teori (ZF).
Aksioma Zermelo yang dimasukkan prinsip pembatasan, menghindari paradoks
Russell .
Pada tahun 1910, volume pertama dari Principia Mathematica oleh Russell dan
Alfred North Whitehead diterbitkan. Karya ini mengembangkan teori fungsi dan
kardinalitas dalam kerangka benar-benar formal jenis teori, yang Russell dan
Whitehead dikembangkan dalam upaya untuk menghindari paradoks. Principia
Mathematica dianggap salah satu karya paling berpengaruh dari abad ke-20,

21
meskipun kerangka jenis teori tidak terbukti populer sebagai teori dasar untuk
matematika ( Ferreiros 2001).
Penemu teori Logika simbolik Leopold Löwenheim (1915) dan Thoralf Skolem
(1920 ) diperoleh teorema Löwenheim - Skolem, yang mengatakan bahwa logika
orde pertama tidak bisa mengontrol kardinalitas struktur yang tak terbatas. Skolem
menyadari bahwa teorema ini akan berlaku untuk orde pertama formalizations
teori himpunan, dan itu berarti setiap formalisasi tersebut memiliki model dihitung.
Fakta berlawanan dengan intuisi ini dikenal sebagai paradoks Skolem itu.
Dalam disertasi doktornya, Kurt Gödel (1929) membuktikan teorema kelengkapan,
yang menetapkan korespondensi antara sintaks dan semantik dalam logika orde
pertama. Gödel menggunakan teorema kelengkapan untuk membuktikan teorema
kekompakan, menunjukkan sifat finitary dari orde pertama konsekuensi logis.
Hasil ini membantu mendirikan logika orde pertama sebagai logika dominan yang
digunakan oleh matematikawan.
Pada tahun 1931, Gödel diterbitkan pada proposisi formal Undecidable dari
Principia Mathematica dan Sistem Terintegrasi, yang membuktikan
ketidaklengkapan (dalam arti yang berbeda dari kata) dari semuanya cukup kuat,
efektif teori orde pertama. Hasil ini, yang dikenal sebagai Teorema Gödel 's
ketidaklengkapan, menetapkan pembatasan yang parah pada dasar aksiomatik
untuk matematika, dan mencolok serta punya pukulan yang kuat untuk
programnya Hilbert. Hal ini menunjukkan ketidakmungkinan memberikan bukti
konsistensi aritmatika dalam setiap teori formal aritmatika. Menurut Hilbert,
bagaimanapun tidak mengakui pentingnya teorema ketidaklengkapan untuk
beberapa kurun waktu.
Teorema Gödel menunjukkan bahwa bukti konsistensi dari setiap cukup kuat ,
sistem aksioma yang efektif tidak dapat diperoleh dalam sistem itu sendiri, jika
sistem konsisten, maupun dalam sistem lemah. Hal ini membuka kemungkinan
bukti konsistensi yang tidak dapat diformalkan dalam sistem yang mereka anggap.
Gentzen (1936) membuktikan konsistensi aritmatika menggunakan sistem yang
terbatas. Hasil Gentzen yang memperkenalkan ide-ide potong eliminasi dan bukti
-teori ordinal , yang menjadi alat utama dalam teori bukti. Gödel ( 1958 )
memberikan bukti konsistensi yang berbeda, yang mengurangi konsistensi
aritmatika klasik dengan aritmatika intuitif dalam jenis yang lebih tinggi.
Alfred Tarski mengembangkan dasar-dasar teori model, yang dimulai tahun
1935 oleh sekelompok ahli matematika terkemuka berkolaborasi dengan nama

22
samaran Nicolas Bourbaki untuk menerbitkan serangkaian teks matematika
ensiklopedi. Teks-teks ini, ditulis dalam gaya keras dan aksiomatik, menekankan
presentasi ketat dan teori set. Terminologi diciptakan oleh teks-teks ini, seperti
kata-kata bijection, injection, dan surjection, dan dasar-dasar set-teori teks yang
digunakan, secara luas diadopsi di seluruh matematika.
Studi tentang komputabilitas kemudian dikenal sebagai teori rekursi, karena
formalisasi awal oleh Gödel dan Kleene mengandalkan definisi rekursif fungsi.
Ketika definisi ini ditunjukkan setara dengan formalisasi Turing yang melibatkan
mesin Turing, menjadi jelas bahwa konsep baru. Fungsi komputasi telah
ditemukan, dan bahwa definisi ini cukup kuat untuk mengakui berbagai
penokohan independen. Dalam karyanya pada teorema ketidaklengkapan pada
tahun 1931, Gödel tidak memiliki konsep yang ketat dari sistem formal yang
efektif, ia segera menyadari bahwa definisi baru computability dapat digunakan
untuk tujuan ini, sehingga dia menyatakan teorema ketidaklengkapan dalam
umum yang hanya bisa tersirat dalam kertas asli.
Banyak hasil dalam teori rekursi diperoleh pada tahun 1940 oleh Stephen Cole
Kleene dan Emil Leon Post. Kleene (1943) memperkenalkan konsep relatif
computability, meramalkan oleh Turing (1939), dan hirarki ilmu hitung. Kleene
kemudian digeneralisasi teori rekursi untuk tingkat tinggi functionals. Kleene dan
Kreisel mempelajari versi formal matematika intuitionistic, khususnya dalam
konteks teori bukti.
Pada intinya, sistem logis formal telah diketemukan secara matematika.
Penawaran logika dengan konsep-konsep matematika dinyatakan dengan
menggunakan sistem logis formal. Sistem ini, meskipun mereka berbeda dalam
banyak rincian, berbagai masyarakat umum hanya mempertimbangkan ekspresi
dalam bahasa formal tetap. Sistem proposional logika dan logika orde pertama
adalah yang paling banyak dipelajari hari ini, karena penerapannya untuk dasar
matematika dan karena diinginkan bukti teori sifat mereka.
Selanjutnya penemuan Aljabar logika, yaitu suatu aljabar yang menggunakan
metode aljabar abstrak untuk mempelajari semantik logika formal. Sebuah contoh
yang mendasar adalah penggunaan aljabar Boolean untuk mewakili nilai-nilai
kebenaran dalam logika proporsional klasik, dan penggunaan Heyting aljabar
untuk mewakili nilai-nilai kebenaran dalam logika proposisional intuitionistic.
Logika kuat, seperti logika orde pertama dan logika tingkat tinggi, yang dipelajari
dengan menggunakan lebih rumit struktur aljabar seperti aljabar cylindric.

23
Kemudian seterusnya, telah ditemukan Teori Set, yaitu studi tentang sekumpulan
abstrak benda. Banyak gagasan dasar, seperti nomor urut dan kardinal,
dikembangkan secara informal oleh Cantor sebelum axiomatizations formal teori
himpunan dikembangkan .
Studi tentang teori komputabilitas dalam ilmu komputer berkaitan erat dengan
studi computability dalam logika matematika . Ada perbedaan penekanan, namun.
Ilmuwan komputer sering fokus pada bahasa pemrograman dan kelayakan
kemampuan sistem komputer, sementara peneliti dalam logika matematika sering
fokus pada komputabilitas (kemampuan sistem yang terkomputer) sebagai konsep
teoritis dan kemampuan dari sistem yang non komputer (non computability).
Teori Curry-Howard antara bukti dan program berkaitan dengan teori bukti,
terutama logika intuitionistic. Ilmu komputer juga berkontribusi untuk matematika
dengan teknik untuk pemeriksaan otomatis berkembang atau bahkan menemukan
bukti-bukti, seperti membuktikan teorema otomasi dan logika pemrograman.
Teori kompleksitas deskriptif berkaitan logika kompleksitas komputasi. Hasil yang
signifikan pertama di daerah ini, teorema Fagin (1974) menetapkan bahwa NP
justru set bahasa dinyatakan oleh kalimat eksistensial orde kedua logika.
Di era sekarang, sistem logika digital ini justru yang menjadi dasar
pengoperasionalan komputer, selain Libniz, ada seorang Prancis lain yang
memiliki peran dalam meletakkan dasar system operasional komputer. Orang
tersebut bernama Jacquard. Jacquard menggunakan sistem yang menyerupai
computer untuk digunakan dalam proses pengawasan alat tenun. Sistem inilah
yang kemudian mempengaruhi penemuan komputer dan juga pembuatan sistem
kolom data pada Biro Sensus Amerika yang ditemukan oleh Herman Hollerith
pada akhir abad 19. Meski demikian, sejarah mencatat bahwa penemu komputer
pertama di dunia adalah seorang yang berasal dari Inggris, Charles Babbage.
Babbage melakukan penyelesaian pada prinsip pemakaian umum komputer
digital yang didasari dari penemuan sebelumnya oleh Libnizz dan Jacquard.
Babbage yang lahir pada 26 Desember 1792, mengeluhkan sistem perhitungan
yang memanfaatkan tabel matematika yang kerap terjadi kesalahan. Babbage
ingin mengubah sistem perhitungan tersebut melalui sistem mekanik untuk
menekan kesalahan perhitungan.
Gagasan tersebut dituangkannya dalam sebuah catatan yang diberi nama “note
on the application of machinery to the computation of astronomical and
mathematical tables". Catatan ini dibuat pada tanggal 14 Juni 1822 yang berisi

24
tentang semua konsep yang ada dalam benaknya. Sayangnya teknologi yang ada
pada abad 19 belum mampu mendukung gagasan yang ada di benak Babbage.
Akhirnya, hingga meninggal pada usia 79 tahun tanggal 18 Oktober 1871,
gagasan Babbage belum mampu terwujudkan. Dan gagasan itu pun terkubur
bersama dengan jasad Babbage. Beruntunglah, Babbage sempat meninggalkan
warisan berupa catatan tentang gagasannya yang pada akhirnya mampu
menciptakan sebuah penemuan yang mengubah peradaban dunia.

1.2. Gambaran Logika dalam Teknik Digital

Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari jemari.
Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai
sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena
itu, digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri
dari angka 1 dan 0 atau ON dan OFF (bilangan biner). Semua sistem komputer
menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat disebut juga dengan
istilah Bit (Binary Digit).
Peralatan canggih, seperti komputer, pada prosesornya memiliki serangkaian
perhitungan biner yang rumit. Dalam gambaran yang mudah-mudah saja, proses
biner seperti saklar lampu, yang memiliki 2 keadaan, yaitu OFF (0) dan ON (1).
Misalnya ada 20 lampu dan saklar, jika saklar itu dinyalakan dalam posisi A,
misalnya, maka ia akan membentuk gambar bunga, dan jika dinyalakan dalam
posisi B, ia akan membentuk gambar hati. Begitulah kira-kira biner digital tersebut.
Gambaran digital ini ternyata juga menjadi gambaran pemahaman suatu
keadaan yang saling berlawanan. Pada gambaran saklar lampu yang ditekan
pada tombol ON, maka ruangan akan tampak terang. Namun apabila saklar
lampu yang ditekan pada tombol OFF, maka ruangan menjadi gelap. Kondisi alam
semesta secara keseluruhan menganut sistem digital ini. Pada belahan bumi
katulistiwa, munculnya siang dan malam adalah suatu fenomena yang tidak
terbantahkan. Secara psikologis, manusia terbentuk dengan dua sifatnya, yaitu
baik dan buruk. Konsep Yin dan Yang ternyata juga bersentuhan dengan konsep
digital ini.
Walaupun sinyal digital sering dikaitkan dengan sistem digital biner yang
digunakan pada elektronika dan komputer, sistem digital telah ada sejak dahulu,
tidak harus biner maupun dengan system elektronik. Sebagai contoh, teks yang
tertulis dalam buku memiliki jenis karakter terbatas dan penggunaan alfabet

25
sebagai simbol diskrit, demikian juga kode Morse menggunakan kode titik dan
garis untuk menyimbolkan karakter. Kode ini digunakan untuk mengirimkan pesan
menggunakan gelombang cahaya. Contoh lain, sistem huruf Braille adalah sistem
biner pertama untuk pengkodean karakter dengan menggunakan 6 bit kode
dengan pola titik, termasuk juga semaphore menggunakan bendera atau benda
lainnya, dipegang dengan posisi tertentu untuk mengirimkan pesan kepada
penerima yang berada pada jarak tertentu.
Secara prinsip di era digital sekarang ini, semua orang pasti pernah
memanfaatkan jasa komputer. Mesin yang pada awalnya diciptakan untuk
membantu proses penghitungan ini, kini menjadi sebuah bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun, meski sudah sering
menggunakannya, tidak banyak orang yg mengetahui mengenai sejarah dan
penemu komputer pertama kali di dunia. Bagi mereka yang menganggap bahwa
komputer merupakan penemuan terhebat pada abad 21, tetapi pandangan
tersebut boleh dikatakan salah. Sebab, pada dasarnya penemuan komputer
pertama kali sudah muncul sejak tahun 1600-an. Meskipun komputer pada zaman
tersebut belum secanggih dan selangka sebagaimana komputer yang kita temui
pada saat ini. Namun harus diakui, bahwa konsep dasar komputer yang kita
jalankan sekarang ini mengadopsi system yang diterapkan pada mesin hitung
yang digunakan pada tahun 1600-an tersebut. Justru yang jadi pertanyaan
adalah, siapa pertama kali yang menemukan computer? Hal ini tidak dapat
dijawab dengan nama tunggal. Sehingga lebih tepat pertanyaannya di rubah,
siapa mereka yang menemukan komputer. Karena dalam sepanjang sejarah,
banyak orang telah menciptakan perangkat dan yang membantu dalam
pengembangan mesin ini. Misalkan kalau nengok ke belakang lebih jauh, banyak
penemuan penting pertama untuk abad ke-4 sebelum masehi, ketika Babilonia
mengembangkan sempoa.
Konsep penting lain yang akan membantu menyebabkan komputer terjadi pada
masa awal dan termasuk penerapan angka Arab dan konsep nol, dan pada abad
ke-17, perkembangan kalkulator mekanis pertama oleh Wilhelm Schickard dan
Blaise Pascal.
Tonggak lain di sepanjang jalan adalah rencana yang dibuat oleh Charles
Babbage di awal abad 19 untuk menciptakan bertenaga uap, meskipun tidak
pernah dibangun dengan sukses, maksud dari perangkat ini adalah untuk
menghitung tabel astronomi. "Difference Engine" Babbage kemudian beralih ke

26
ide menciptakan sebuah Analytical Engine, yang akan dirancang untuk
menyelesaikan semua masalah matematika. Ide Babbage menyebabkan tulisan-
tulisan dari Augusta Ada Byron pada Analytical Engine. Dia jelas digambarkan
beberapa cara di mana komputer modern sekarang beroperasi dan membahas
konsep analisis data dan memori antara lain. Atau berikutnya, karya Pascal,
Bryon, Boole dan Babbage, luar biasa dan jauh mendahului kemampuan untuk
membangun mesin dengan komponen elektronik yang dapat menyimpan memori.
Pengembangan dan penggunaan umum dari listrik menyebabkan precursor
komputer banyak pada 1940-an. Ini termasuk kalkulator programmable Konrad
Zuse, dan penemuan transistor oleh Bell Telephone. Beberapa model komputer
awal seperti Colossus, dibangun pada tahun 1943 adalah mesin besar yang
digunakan untuk memecahkan kode.
Beberapa perkembangan lain pada paruh kedua abad ke-20 termasuk penemuan
konduktor semi, dan sirkuit terpadu. Mesin-mesin yang dikembangkan di awal
abad 20 bisa memiliki programabilitas terbatas atau tidak bisa diprogram. Namun
penciptaan apa yang disebut arsitektur program yang tersimpan konsep dijelaskan
oleh John von Neumann mengubah cara komputer dapat menyimpan memori.

27
1.3. Revolosi Teknik Digital
Teknologi yang mendasar ditemukan pada tahun 1980 ini dan menjadi
ekonomis untuk diadobsi secara luas setelah penemuan Personal Computer (PC).
Teknologi revolusi digital dikonversi sebelumnya adalah analog ke dalam sebuah
format digital. Dalam komunikasi digital, misalnya perangkat keras mempunyai
kemampuan memperkuat sinyal digital dan menyebarkannya informasi tanpa
kehilangan sinyal. Hal yang sama pentingnya dengan revolusi digital adalah
kemampuan untuk dengan mudah memindahkan informasi digital antara media,
dan untuk mengakses atau mendistribusikannya jarak jauh.
Sebagai contoh gambar 1.5
menggambarkan betapa cepatnya
revolusi digital dari mesin ketik
manual menjadi mesin ketik
dengan komputer. Revolusi
digital ini terdapat
Gambar 1.5 Mesin Ketik manual
perubahan teknologi
dan Laptop
mekanik dan elektronik, dari
teknologi analog ke
teknologi digital yang terjadi sejak
tahun 1980-an dan berlanjut
sampai sekarang ini.

Revolusi itu pada awalnya mungkin dipicu oleh sebuah generasi remaja yang
lahir pada tahun 80-an. Analogi dengan revolusi pertanian, revolusi Industri,
revolusi digital menandai awal era informasi di jamannya. Revolusi digital ini telah
mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang sangat
canggih saat ini. Sebuah teknologi yang membuat perubahan besar kepada
seluruh dunia, dari mulai membantu mempermudah segala urusan sampai
membuat masalah karena tidak bisa menggunakan fasilitas digital yang semakin
canggih ini dengan baik dan benar. Berikut sejarah singkat mengenai Revolusi
Digital dalam perkembangan teknologi.
Komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan
tepat serta dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan
menyimpan data input, memprosesnya, dan menghasilkan output dibawah
pengawasan suatu langkah instruksi- instruksi program dan tersimpan di memori

28
(storage program). Pengolahan data dengan menggunakan computer dikenal
dengan nama Pengolahan data elektronik (PDE) atau Elektronik Data
Processing (EDP). Pengolahan data adalah manipulasi dari data kedalam bentuk
yang lebih berguna dan lebih berarti berupa informasi dengan menggunakan
suatu alat elektronik, yaitu computer. Komputer yang kita gunakan sekarang ini
tidak serta merta muncul begitu saja melainkan melalui proses yang panjang
dalam evolusinya. Hal ihwal munculnya komputer mungkin dapat dilihat dalam
kilas balik sejarah sejak digunakannya Abacus ditemukan
di Babilonia (Irak) sekitar 5000 tahun yang lalu sebagai alat perhitungan manual
yang pertama, baik di lingkup sekolah maupun kalangan pedagang, saat itu. Pada
periode selanjutnya telah banyak ditemukan alat-alat hitung mekanikal sejenis
yaitu Pascaline yang ditemukan oleh Blaine Pascal pada
tahun 1642, Arithometer oleh Charles Xavier Thomas de Colmar pada
tahun 1820, Babbage’s Folly oleh Charles Babbage pada tahun 1822,
dan Hollerith oleh Herman Hollerith pada tahun 1889. Kesemuanya masih
berbentuk mesin sepenuhnya tanpa tenaga listrik. Ukuran dan kerumitan
strukturnya berdasarkan atas tingkat pengoperasian perhitungan yang dilakukan.
Barulah pada tahun 1940, era baru komputer elektrik dimulai sejak ditemukannya
komputer elektrik yang menerapkan sistem aljabar Boolean. Pada dekade1980-an
komputer menjadi mesin yang akrab bagi masyarakat umum di negara maju, dan
jutaan orang membeli komputer untuk digunakan di rumah, termasuk 17
juta Commodore 64 s sendiri antara tahun 1982 dan 1994.

1.4 Lahirnya World Wide Web, Ponsel, Jejaring Sosial, hingga Sistem Audio
Video
1.4.1. World Wide Web

Pada tahun 1992 World Wide Web dirilis ke 5 tahun 1996, Internet berada di
kesadaran mainstream dan banyak bisnis website yang tercantum dalam iklan
mereka. Pada tahun 1999, hampir setiap negara memiliki sambungan, dan lebih
dari setengah negara-negara di Amerika menggunakan Internet secara teratur.
Pada tahun 1989, 15% rumah tangga di Amerika Serikat memiliki komputer, dan
pada tahun 2000 hampir 51%.
Sejarah Web bermula di European Laboratory for Particle Physics (lebih
dikenal dengan nama CERN), di kota Geneva dekat perba-
tasan Perancis dan Swiss. CERN merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh

29
18 negara di Eropa. Dibulan Maret1989, Tim Berners Lee dan peneliti lainnya dari
CERN mengusulkan suatu protokol sistem distribusi informasi di Internet yang
memungkinkan para anggotanya yang tersebar di seluruh dunia saling membagi
informasi dan bahkan untuk menampilkan informasi tersebut dalam bentuk
grafik. Web Browser pertama dibuat dengan berbasiskan pada teks. Untuk
menyatakan suatu link, dibuat sebarisan nomor yang mirip dengan suatu menu.
Pemakai mengetikkan suatu nomor untuk melakukan navigasi di dalam Web.
Kebanyakan software tersebut dibuat untuk komputer-komputer yang
menggunakan Sistem Operasi UNIX, dan belum banyak yang bisa dilakukan oleh
pemakai komputer saat itu yang telah menggunakan Windows. Tetapi semua ini
berubah setelah munculnya browser Mosaic dari NCSA (National Center for
Supercomputing Applications). Pada 1990, Berners-Lee, yang kali ini berusia 35
tahun, berpikir ulang dan menghidupkan kembali proyeknya. Kali ini ia bekerja
dengan sebuah mesin yang sangat canggih, komputer NeXT buatan Steve
Jobs (pendiri Apple). Kebetulan, komputer tersebut memiliki paduan perangkat
keras dan perangkat lunak yang tepat untuk menampilkan informasi secara
visual.[7] Selama beberapa bulan, Berners-Lee menulis ulang program
komputernya dan berhasil menciptakan browser, sejenis perangkat penjelajah
internet. Ia juga membuat beberapa halaman web yang bisa diakses. Ini adalah
versi pertama dari World Wide Web, nama yang dicetuskan sendiri oleh Berners-
Lee dan biasa disingkat WWW.

1.4.2. Ponsel
Ponsel menjadi pemandangan umum di negara-negara barat, dengan bioskop
mulai menampilkan iklan memberitahu orang-orang untuk membungkam ponsel
mereka. Martin Cooper merupakan penemu ponsel yang digunakan lebih dari
separuh populasi dunia. Handset pertama dilahirkannya pada 1973 dengan
bantuan tim Motorola dengan berat dua kilogram. Ketika dia di jalanan New
York dan membuat panggilan ponsel pertama dari prototipe ponselnya, dia tidak
pernah membayangkan perangkat buatannya itu akan sukses suatu saat. Untuk
memproduksi ponsel pertama, Motorola memerlukan biaya setara dengan US$1
juta. Di tahun 1983, ponsel portabel ada yang berharga US $4 ribu (setara dengan
Rp 40 juta) sampai dengan US$10 ribu (setara dengan Rp 100 juta). Cooper
mengatakan bahwa timnya menghadapi tantangan bagaimana memasukkan
semua bahan ke dalam sebuah ponsel untuk pertama kalinya. Namun akhirnya

30
desainer industri telah melakukan pekerjaan super dan insinyur menyelesaikan
dua kilogram perangkat ponsel pertama. Bahan yang sangat penting untuk ponsel
pertama adalah baterai dengan berat empat atau lima kali dari pada ponsel yang
ada saat ini. Saat itu waktu hidup baterai hanya sekitar 20 menit. Setelah
merevolusi, masyarakat di dunia mengembangkannya pada tahun 1990-an,
revolusi digital menyebar ke massa di semua negara, termasuk di negara
berkembang pada tahun 2000-an. Pada akhir
tahun 2005 populasi Internet mencapai 1 milyar sampai 3 milyar orang di seluruh
dunia menggunakan ponsel sampai akhir dekade ini. Bahkan sampai saat ini,
televisipon akan mengalami transisi dari penyiaran analog ke penyiaran dengan
sinyal digital.

1.4.3. Situs Jejaring Sosial

Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang


memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang
tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung
dalam situs tersebut. Hubungan antara perangkat mobile dan halaman web
internet melalui "jaringan sosial" telah menjadi standar dalam komunikasi digital.
Awal mula situs jejaring sosial ini muncul pada tahun 1997 dengan beberapa situs
yang lahir berbasiskan kepercayaan setelah itu kejayaan situs jejaring sosial mulai
diminati mulai dari tahun 2000-an serta 2004 muncul situs pertemanan bernama
Friendster lanjut ke tahun-tahun berikutnya tahun 2005 dan seterusnya muncul
situs-situs seperti MySpace, Facebook, Twitter dan lain-lain. Zaman semakin
canggih karena teknologi yang selalu diperbaharui, segala sesuatu saat ini lebih
mudah dilakukan. Selain dampak positif banyak dampak negatif yang ditimbulkan
dari jejaring sosial.
Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar
terhadap dunia, lahirnya berbagai macam teknologi digital yang semakin maju
telah banyak bermunculan. Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam
mengakses suatu informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas
dari teknologi digital dengan bebas dan terkendali. Tetapi di sayangkan semakin
berkembangnya teknologi justru semakin banyaknya kejahatan yang terdeteksi.
Maka dari itu segala sesuatunya harus memiliki perlindungan hak cipta dan
mengontrol anak-anak dan remaja khususnya. Begitu banyak game online yang

31
menyebabkan kerusakan mental anak saat ini, pornografi dan pelanggaran hak
cipta pun banyak dilanggar.

1.4.4. Perkembangan Alat Audio Video

Awalnya perkembangan Gramophone sampai ke Compact Disk (CD) dalam


bentuk MP3, yang dulunya piringan hitam, dimana merupakan sebuah alat yang
memiliki pena yang bergetar untuk menghasilkan bunyi dari sebuah cakram (disc),
alat yang diperlukan untuk memutar piringan hitam adalah Gramophone seiring
berkembangnya teknologi kemudian piringan hitam berfungsi untuk merekam
suara ataupun video dan setelah itu berkembang menjadi CD. Compact Disk (CD)
dibuat dalam usaha merampingkan media penyimpanan musik dengan
memperbaiki kualitas suara yang dihasilkan. Kemudian MP3, untuk
mempermudah dalam mendengar ataupun memutar video dan atau musik.
Kemudian VHS tape untuk DVD untuk Blu-ray yang merupakan format terbaru
untuk menyimpan data berupa video.

Format ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan teknologi HDTV (High
Definition TV) yang menjanjikan kualitas video yang jauh lebih tajam. Sekeping
Blu-ray dengan single-layer mampu menyimpan data hingga 27 GB. Hal ini setara
dengan 2 jam video dengan kualitas tinggi (high defenition) atau sekitar 13 jam
dengan kualitas video standar. Sedangkan untuk double layer, mampu
menampung hingga 54 GB untuk sekitar 4,5 jam video dengan kualitas tinggi atau
20 jam dengan kualitas video standar. Bahkan ada rencana untuk
mengembangkan terus ukurannya hingga dua kali lebih besar.

2. Pengenalan Software dalam Teknik Elektronika Digital dan Analog


Software elektronik dalam teknik digital yang banyak digunakan dalam dunia
pendidikan saat ini adalah mulai dari EWB (Electronic Work Bench), Electronic
Livewire, Electronic Circuit Wizard, Multisim, P-Spice, Proteus, Eagle, dan bahkan
ampai Altium.
Tetapi dalam teknik digital dasar cukup software yang sederhana saja, supaya
tidak terlalu memakan memori komputer, dan yang lebih penting lagi dapat
kompatibel dengan sistem windows atau sistem operasi komputer yang
digunakan.

32
Oleh karena itu software elektronik yang cukup baik dan layak serta
direkomendasikan dalam dalam teknik digital dasar ini adalah Electronic Circuit
Wizard, atau Livewire, Proteus, Multisim, atau Eagle saja. Sehingga untuk
menunjang proses pembelajaran selanjutnya pada komputer atau lap-top harus
sudah terinstal salah satu dari software tersebut.
Contoh bentuk tampilan beberapa software elektronik tersebut adalah:

33
1. Bentuk tampilan software Electronic Work Bench (EWB)

Gambar 1.6 Bentuk Tampilan Software EWB

Kelemahan sofware EWB ini tidak bisa bekerja dengan baik pada Window
7 ke atas, hanya untuk Windows XP ke bawah yang bisa baik dengan
EWB versi yang tampilannya ini.
2. Bentuk tampilan software Electronic Circuit Wizard atau Electronic
Livewire.

34
Gambar 1.7 Bentuk Tampilan Software Electronic Circuit Wizard

3. Bentuk tampilan software Multisim.

Gambar 1.8 Bentuk Tampilan Software Multisim

35
D. Aktifitas Pembelajaran
1. Selama proses pembelajaran, guru/peserta hendaknya
mendiskripsikan bagaimana kejadian adanya teknik digital
berdasarkan sejarahnya.
2. Perhatikan proses penemuan-penemuan beberapa peralatan system
digital.
3. Untuk menambah wawasan dan informasi anda, carilah di youtube, atau
di website, siapa-siapa penemu peralatan system digital sesuai sejarah.

E. Latihan/Tugas
1. Jelaskan secara ringkas kronologis dari sejarah singkat awal mula tentang
penemu teknik digital !
2. Buatlah kelompok diskusi untuk mendiskusikan tentang contoh-contoh
peralatan yang menggunakan system digital.
3. Jelaskan software yang anda ketahui dalam penggambaran skema
rangkaian dalam teknik digital !
4. Sebutkan kelebihan dan kekurangannya dari software yang anda ketahui
tersebut !
5. Kapan dan oleh siapa system bilangan biner dari digital ditemukan
pertama kali?
6. Sebutkan beberapa contoh peralatan yang menggunakan system digital!
7. Apakah fungsi atau guna dari system digital pada peralatan atau mesin ?
8. Berikan contoh gambaran saat kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari
yang menggunakan pemikiran logika dalam system digital !
9. Berapa kemungkinan kondisi logika konvensional dalam system digital?
10.Tunjukkan dan simulasikan salah satu gambar skema elektronik teknik
digital yang menggunakan salah satu software elektronik !

F. Rangkuman

1. Kronologis asal mula teknik digital konvensioal pertama-tama


dikembangkan oleh kebudayaan China, India, Yunani, dan pengaruh
kebudayaan dunia Islam.

36
- Pada abad ke-18 di Eropa mencoba mengangkat topic ―operasi logika
formal‖ dengan cara menyimbolkan secara aljabar yang diprakarsai oleh
Leibniz dan Lambert.
- Selanjutnya, Charles Babage (lahir 26 Desember 1791, dan wafat 18
Oktober 1871, umur 79 tahun) sebagai matematikawan Inggris
menemukan gagasan pertama tentang komputer yang dapat diprogram,
dengan menggunakan mesin analisis model percobaan, yaitu Mesin
Diferensial, namun belum selesai tuntas, dan sekarang bisa dilihat di
museum Sains London, yang selanjutnya dilanjutkan perakitannya oleh
putra Babage sendiri.
- Berikutnya pemikir lain George Boole, dengan temuan aljabar Boolean
(Boole algebra) (kelahiran Inggris, 2 November 1815, dan meninggal 8
Desember 1864) ahli matematika dan filosof yang ahli dibidang logika,
karyanya lebih dikenal dengan nama Persamaan diferensial dan logika
aljabar. Saat ini Boole terkenal sebagai penulis The Laws of Thought
yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Logika Boolean.
Selanjutnya termasuk ide-ide Von Neumann yang masih mempengaruhi
operasi dari computer-komputer modern.
 Menguraikan kronologis asal mula teknik digital konvensional
 Menguraikan histori urutan penemuan peralatan system digital yang pernah
dibuat berdasarkan historis sejarahnya
 Menguraikan para penemu peralatan system digital berdasarkan sejarahnya.
 Mempresentasikan beberapa contoh pengembangan peralatan digital masa
kini
 Menyajikan dalam presentasi beberapa contoh aplikasi peralatan digital
saat sekarang.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


1. Umpan Balik
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, periksa penguasaan
pengetahuan dan keterampilan anda menggunakan daftar periksa di bawah
ini:
No Indikator Ya Tidak Bukti
1. Menjelaskan uraian singkat sejarah

37
adanya system digital

2. Menyebutkan beberapa alat yang


ditemukan dan dibuat oleh Babage
3. Menyebutkan siapa saja para
penemu system digital dengan alat
yang ditemukannya
4. Menjelaskan bagaimana awal mula
system digital dipraktikkannya
5. Menjelaskan bagaimana awal mula
system world wide web dibuat
6. Menjelaskan bagaimana awal mula
sejarah situs jejaring social dibuat
7. Menjelaskan beberapa software
yang bias digunakan dalam
merancang dan mensimulasikan
rangkaian elektronik digital dan
analog.

2. Tindak Lanjut
a. Buat rencana pengembangan dan implementasi praktikum sesuai standar
di lingkungan laboratorium kerja anda.
b. Apakah anda mengimplementasikan rencana tindak lanjut ini sendiri atau
berkelompok?
 sendiri
 berkelompok – silahkan tulis nama anggota kelompok yang lain dalam
tabel di bawah.
No: Nama anggota kelompok lainnya (tidak termasuk diri anda)

c. Pikirkan suatu situasi atau kondisi di dalam bengkel/laboratorium anda


yang mungkin dapat anda ubah atau tingkatkan dengan
mengimplementasikan sebuah rencana tindak lanjut.

38
d. Apakah judul rencana tindak lanjut anda?
e. Apakah manfaat/hasil dari rencana aksi tindak lanjut anda tersebut?
f. Uraikan bagaimana rencana tindak lanjut anda memenuhi kriteria SMART

Spesifik

Dapat diukur

Dapat dicapai

Relevan

Rentang/Ketepatan
Waktu

H. Kunci Jawaban

39
Kegiatan Pembelajaran 2:
SISTEM, KONVERSI, OPERASI ARITMATIK
BILANGAN, DAN PENGKODEAN DALAM SISTEM DIGITAL

A. Tujuan Pembelajaran
1. 1. Memahami sistem dan konversi bilangan pada sistem digital.
2. 2. Memahami sistem konversi bilangan pada sistem digital.
3. Memahami operasi sitem aritmatik bilangan pada sistem digital.
4. Memahami pengkodean logika pada sistem digital

B. Uraian Materi
1. Pengenalan macam-macam sistem bilangan dalam sistem digital.
2. Pengenalan macam-macam sistem konversi bilangan dalam sistem
digital.
3. Cara mengkonversi dari berbagai sistem bilangan dalam sistem digital.
4. Operasi Aritmatik dari berbagai sistem bilangan dalam sistem digital.
5. Pengkodean logika pada sistem digital.

C. Alokasi Waktu
16 jam pelajaran

D. Metode Pembelajaran
Teori dan Tugas, serta Simulasi

E. Media pembelajaran
- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital, dan Alat bantu Trainer

F. Referensi:
1. Malvino; Leach. Terjemahan Irwan Wijaya. 1994. Prinsip-Prinsip dan
Penerapan Digital. Jakarta: Penerbit Erlangga.

40
2. Leonhardt.1984. Grundlagen der Digitaltechnik. Muenchen,
Deutshland: Carl Hanser Verlag.
3. Susa‘at, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital.
Malang: Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK
BOE/VEDC Malang.
4. Marnizon. 2011. Teknik Digital Dasar: Sistem Bilangan. Malang:
Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri P4TK BOE/VEDC
Malang.
5. Mano, Morris.2002. Digital Design: Third Edition. Upper Saddle River, New
Jersey: Prentice Hall.

41
Menentukan Sistem, Konversi, dan Operasi Aritmatik
Bilangan, dan Pengkoden dalam Sistem Digital

1. Sistem Bilangan
Banyak sistem bilangan yang dapat dan telah dipakai dalam kehidupan
sehari-hari untuk melaksanakan perhitungan. Tetapi ada sistem bilangan yang
sudah jarang dipakai ataupun tidak dipakai lagi sama sekali dan ada pula sistem
bilangan yang hanya dipakai pada hal-hal tertentu saja.
Sistem bilangan limaan (quinary) dipergunakan oleh orang Eskimo dan orang
Indian di Amerika Utara zaman dahulu. Sistem bilangan Romawi yang sangat
umum dipakai pada zaman kuno, kini pemakaiannya terbatas pada pemberian
nomor urut seperti I untuk pertama, II untuk kedua, V untuk kelima dan
seterusnya; kadang-kadang dipakai juga untuk penulisan tahun seperti MDCCCIV
untuk menyatakan tahun 1804. Sistem bilangan dua belasan (duo decimal)
sampai kini masih banyak dipakai seperti 1 kaki = 12 Inchi, 1 lusin = 12 buah, 1
gros = 12 lusin dan sebagainya. Namun yang paling umum dipakai kini dalam
kehidupan sehari-hari adalah sistem bilangan puluhan (decimal).
Karena komponen-komponen komputer digital yang merupakan sistem digital
bersifat saklar (switch), sistem bilangan yang paling sesuai untuk teknik digital
adalah sistem bilangan biner (binary). Keserdehanaan pengubahan bilangan biner
ke bilangan oktal, desimal, dan heksadesimal atau sebaliknya, membuat bilangan
oktal, desimal, dan heksadesimal juga banyak dipakai dalam dunia teknik digital,
terutama dalam hubungan pengkodean. Beberapa besaran yang digunakan
dalam teknik digital antara lain: bit (digit)x; nibble x x x x; Byte x x x x x x x x,
dengan struktur seperti berikut.

Gambar 2.1 Urutan Satuan Sistem Bilangan

42
Catatan: 1 Byte = 2 1 (2) nibble = 2 3
(8) bit (digit); 1 bit = 1/4 nibble = 1/8 Byte,
sehingga besar dari 1 Giga = 210 (1024) M = 220 (1048576) k = 230
(1073741824) bit, nibble, Byte.

2.1.1 Bilangan Desimal (berbasis 10).

Sistem bilangan desimal (decimal system) adalah sistem bilangan yang


berbasis 10 yaitu sistem bilangan yang banyak dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sistem bilangan ini disusun oleh sepuluh simbol angka yang
mempunyai nilai yang berbeda satu sama lainnya dan karena itu dikatakan bahwa
dasar/basis (base, radix) dari pada sistem bilangan ini adalah 10 (sepuluh), dan
biasanya dalam penulisannya adalah: Kesepuluh angka dasar tersebut
secara umum dituliskan dengan kode simbol angka seperti berikut: 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9. Nilai yang terkandung dalam setiap simbol angka secara terpisah
(berdiri sendiri) disebut nilai mutlak (absolute value). Jelaslah bahwa harga
maksimum yang dapat dinyatakan oleh satu bit (digit) angka adalah 9. Harga-
harga yang lebih besar dapat dinyatakan dengan memakai lebih dari satu bit
(digit) angka secara bersama-sama. Nilai yang dikandung setiap angka di dalam
suatu bilangan ditentukan oleh letak angka itu di dalam deretan nilai mutlaknya.
Cara penulisan ini disebut sebagai sistem nilai berdasarkan letak/posisi (positional
value system).
Angka yang berada paling kanan dari suatu bilangan bulat tanpa bagian
pecahan disebut berada pada letak ke 0 dan yang di kirinya adalah ke 1, ke 2 dan
seterusnya sampai dengan ke (n-1) jika bilangan itu terdiri dari n angka. Nilai letak
dari pada angka paling kanan, yaitu kedudukan ke 0, adalah terkecil, yaitu 100 = 1,
nilai letak ke 1 adalah 101, nilai letak ke 2 : 102 =100, dan seterusnya nilai letak ke
n-1 adalah 10n-1 (tabel 2.1).

Tabel 2.1 Urutan Bit Bilangan Desimal pangkat (+)


bit (digit) ke 3 bit (digit) ke 2 bit (digit) ke 1 bit (digit) ke 0
ribuan ratusan puluhan satuan
103 102 101 100
1000 100 10 1

Contoh : 124310 = (1 X 103) + (2 X 102) + (4 X 101) + (3 X 100)


= 1000 + 200 + 40 + 3

43
Untuk bilangan yang mengandung pecahan, bagian bilangan bulat dan
pecahannya dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, Australia,
dan lain-lain). Angka di kanan tanda koma (decimal point) disebut pada
kedudukan negatif, yaitu letak ke -1, ke -2, ke -3 dan seterusnya dan nilai letaknya
adalah 10-1=1/10=0,1; 10-2=1/100=0,01; 10-3= 1/1000=0,001, dan seterusnya,
-m
sedangkan angka 10 adalah untuk kedudukan ke (-m) dari yang paling kanan di
belakang koma (tabel 2.2).

Tabel 2.2 Urutan Bit dari Bilangan Desimal pangkat (-)


bit (digit) ke -1 bit (digit) ke -2 bit (digit) ke -3 bit (digit) ke -4
sepersepuluh seperseratus seperseribu sepersepuluhribu
-1 -2 -3
10 10 10 10-4
1/10 1/100 1/1000 1/10000
0,1 0,01 0,001 0,0001

Contoh : 0,913510 =(0 X 100) + (9 X 10-1) + (1 X 10-2) + (3 X 10-3) + (5 X 10-4)


= 0 + 0,9 + 0,01.+ 0,003.+ 0,0005

Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali
dari pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0
pada bilangan 0,913 adalah 0x100 = 0 dan yang diberikan oleh angka 9 adalah
9x10-1 = 0,9; yang diberikan oleh angka 1 adalah 1x10-2 = 0,01; yang diberikan
oleh angka 3 adalah 3x10-3 = 0,003. Suatu bilangan desimal yang terdiri atas n
angka di kiri tanda koma dan m untuk angka di kanan tanda koma.

2.1.2 Bilangan Heksadesimal (berbasis 16).

Bilangan heksadesimal biasa disebut bilangan basis 16, artinya ada 16


simbol yang mewakili bilangan ini untuk satu bit (digit). Sistem bilangan
Heksadesimal terdiri atas 16 simbol angka sehingga bilangan dasarnya adalah 16.
Sepuluh dari simbol tersebut diambil dari kesepuluh simbol angka pada sistem
bilangan desimal dan enam angka yang lain diambil dari huruf dalam abjad A
sampai F. Jadi ke-16 simbol hexadesimal adalah: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B,
C, D, E, F. Dari huruf A, B, C, D, E, F berturut-turut bernilai 10, 11, 12, 13, 14, 15.
Harga desimal yang dinyatakan oleh bilangan heksa desimal juga dapat dihitung
dengan memasukkan harga R = 16 ke dalam persamaan di depan (tabel 2.3).

44
Tabel 2.3 Urutan Bit Bilangan Hexadesimal pangkat (+)

bit (digit) ke 3 bit (digit) ke 2 bit (digit) ke 1 bit (digit) ke 0


163 162 161 160
4096 256 16 1

Contoh: 3C516 = (3 x 162) + (C x 161) + (5 x 160)


= (3 x 256) + (12 x 16) + (5 x 1)
= 768 + 192 + 5
= 96510

Untuk bilangan yang mengandung pecahan, bagian bilangan bulat dan


pecahannya dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, Australia,
dan lain-lain). Angka di kanan tanda koma (decimal point) disebut pada
kedudukan negatif, yaitu letak ke -1, ke -2, ke -3 dan seterusnya dan nilai letaknya
adalah 16-1=1/16=0,0625;
16-2=1/256=0,00390625; 16-3=1/4096= 0,000244140625 dan seterusnya
16-m untuk kedudukan ke (-m) paling kanan di belakang koma (tabel 2.4).

Tabel 2.4 Urutan Bit Bilangan Hexadesimal pangkat (-)

bit (digit) ke -1 bit (digit) ke -2 bit (digit) ke -3


16-1 16-2 16-3
1/16 1/256 1/4096
0,0625 0,00390625 0,000244140625

Contoh : 0,3B516 = (0 X 160) + (3 X 16-1) + (B X 16-2) + (5 X 16-3)


= (0 X 1) + (3 X 0,0625) + (11 X 0,00390625) + (5 X
0,000244140625)
= 0 + 0,1875 + 0,04296875 + 0,001220703125
= 0,2316894812510

Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali dari
pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0 pada
bilangan 0, 3B516 adalah 0x160 = 0 dan yang diberikan oleh angka 3 adalah 3x16-1
= 3x0,625 = 0,1875; yang diberikan oleh angka B adalah Bx16-2 = 10x0, 00390625
= 0,00390625; yang diberikan oleh angka 5 adalah 5x16-3 = 5 x 0,
000244140625.= 0,001220703125. Secara umum, suatu bilangan heksa desimal

45
yang terdiri atas n angka di kiri tanda koma dan m untuk angka di kanan tanda
koma.

2.1.3 Bilangan Oktal (berbasis 8).

Bilangan oktal disebut bilangan berbasis 8, artinya ada 8 simbol yang


mewakili bilangan ini. Bilangan oktal mempunyai delapan macam simbol angka,
yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, oleh karena itu dasar dari pada bilangan ini adalah
delapan. Harga desimal yang dinyatakan oleh bilangan oktal diperoleh dengan
memasukkan R= 8 ke dalam persamaan tersebut (tabel 2.5).

Tabel 2.5 Urutan Bit Bilangan Oktal pangkat (+)

bit (digit) ke 3 bit (digit) ke 2 bit (digit) ke 1 bit (digit) ke 0


3 2 1
8 8 8 80
512 64 8 1

Contoh : 23458 = (2 x 83) + (3 x 82) + (4 x 81)+ (5 x 80)


= (2 x 512) + (3 x 64) + (4 x 8)+ (5 x 1)
= 1024 + 192 + 32 + 5
= (1253)10

Untuk bilangan yang mengandung pecahan, bagian bilangan bulat dan


pecahannya dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, Australia,
dan lain-lain). Angka di kanan tanda koma (decimal point) disebut pada
kedudukan negatif, yaitu letak ke -1, ke -2, ke -3 dan seterusnya dan nilai letaknya
adalah 8-1=1/8=0,125;
8-2=1/64=0,015625; 8-3=1/256= 0,00390625 dan seterusnya 8-m untuk kedudukan
ke (-m) paling kanan di belakang koma (tabel 2.6).

Tabel 2.6 Urutan Bit Bilangan Oktal pangkat (-)


bit (digit) ke -1 bit (digit) ke -2 bit (digit) ke -3
-1 -2
8 8 8-3
1/8 1/64 1/256
0,125 0,015625 0,00390625

Contoh : 0,3458 = (0 X 80) + (3 X 8-1) + (4 X 8-2) + (5 X 8-3)


= (0 X 1) + (3 X 0,125) + (4 X 0,015625) + (5 X 0,00390625)

46
= 0 + 0,375 + 0,0625 + 0,01953125
= 0,4570312510

Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali dari
pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0 pada
bilangan 0, 3458 adalah 0x80 = 0 dan yang diberikan oleh angka 3 adalah 3x8-1 =
3x0,125 = 0,375; yang diberikan oleh angka 4 adalah 4x8-2 = 4x0,015625 = 0,0625;
yang diberikan oleh angka 5 adalah 5x8-3 = 5x0,00390625.= 0,01953125. Secara
umum, suatu bilangan oktal yang terdiri atas n angka di kiri tanda koma dan m
untuk angka di kanan tanda koma.

47
2.1.4 Bilangan Biner (berbasis 2).

Sistem bilangan biner mempunyai hanya dua macam simbol angka, yaitu 0
dan 1, oleh karena itu dasar dari sistem bilangan biner ini adalah dua. Harga yang
ditunjukkan oleh bilangan biner dalam puluhan dapat dihitung dengan memakai
persamaan dengan memasukkan R= 2 ke dalamnya (tabel 2.7).

Tabel 2.7 Urutan Bit Bilangan Biner pangkat (+)

bit (digit) ke 3 bit (digit) ke 2 bit (digit) ke 1 bit (digit) ke 0


23 22 21 20
8 4 2 1

Contoh : 11012 = (1 x 23) + (1 x 22) + (0 x 21) + (1 x 20)


= (1 x 8) + (1 x 4) + (0 x 2) + (1 x 1)
=8+4+0+1
= 1310
Bila bekerja dengan lebih dari satu macam bilangan, maka mungkin akan
mengalami kebingungan bila tidak memakai suatu tanda yang menyatakan dasar
setiap bilangan. Untuk mencegah hal ini, pada setiap bilangan dicantumkan dasar
bilangannya, seperti (101)2 atau 1012 untuk menyatakan besaran nilai 101 dalam
bilangan biner. Jadi, contoh di atas dapat dituliskan seperti berikut ini (1101)2 =
11012 = (13)10 = 1310
Untuk bilangan yang mengandung pecahan, bagian bilangan bulat dan
pecahannya dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, Australia,
dan lain-lain). Angka di kanan tanda koma (decimal point) disebut pada
kedudukan negatif, yaitu letak ke -1, ke -2, ke -3 dan seterusnya dan nilai letaknya
adalah 2-1=1/2=0,5;
2-2=1/4=0,25; 2-3=1/8= 0,125 dan seterusnya 2-m untuk kedudukan ke (-m)
paling kanan di belakang koma (tabel 2.8).

48
Tabel 2.8 Urutan Bit Bilangan Biner pangkat (-)
bit (digit) ke -1 bit (digit) ke -2 bit (digit) ke -3 bit (digit) ke -4
2-1 2-2 2-3 2-4
1/2 1/4 1/8 1/16
0,5 0,25 0,125 0,0625

Contoh : 0,11012 = (0 x 20) + (1 x 2-1) + (1 x 2-2) + (0 x 2-3) + (1 x 2-4)


= (0 x 1) + (1 x 0,5) + (1 x 0,25) + (0 x 0,125) + (1 x 0,0625)
= 0 + 0,5.+.0,25 + 0 + 0,0625
= 0,812510

Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali
dari pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 0
pada bilangan 0,11012 adalah 0x20 = 0x1 = 0 dan yang diberikan oleh angka 1
adalah 1x2-1 = 1x0,5 = 0,5; yang diberikan oleh angka 1 adalah 1x2-2 = 1x0,25 =
0,25; yang diberikan oleh angka 0 adalah 0x2-3 = 0x0,125 = 0 yang diberikan oleh
angka 1 adalah 1x2-4 = 1x0,0625.= 0,0625. Secara umum, suatu bilangan biner
yang terdiri atas n angka di kiri tanda koma dan m untuk angka di kanan tanda
koma.

2.2 Konversi Bilangan


Berbagai macam teori sistem Konversi Bilangan yang dikenal dalam teknik
digital, diantaranya:
(1) Konversi bilangan Desimal ke Biner, dan sebaliknya;
(2) Konversi bilangan Desimal ke Oktal, dan sebaliknya;
(3) Konversi bilangan Desimal ke Duodesimal, dan sebaliknya;
(4) Konversi bilangan Biner ke Hexadesimal, dan sebaliknya;
2.2.1 Konversi Bilangan Desimal ke Biner.
Sebelum mempelajari sistem konversi berbagai macam bilangan,
sebaiknya perlu dipelajari tabel pesamaan bilangan secara tabel dari berbagai
sistem kepangkatan dari berbagai bilangan mulai dari bilangan: 2; 8; 16; dengan
beberapa kelipatan kepangkatannya di bawah ini (tabel 2.9 dan tabel 2.10).

Tabel 2.9 Urutan Konversi Bilangan Hexadesimal, Oktal, Biner, dan Desimal
pangkat (+)

49
163 162 161 160
84 83 82 81 80
212 211 210 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20
4096 2048 1024 512 256 128 64 32 16 8 4 2 1

Tabel 2.10 Urutan Konversi Bilangan Hexadesimal, Oktal, Biner, dan Desimal
pangkat (-)
16-1 16-2 16-3
8-1 8-2 8-3 8-4
2-1 2-2 2-3 2-4 2-5 2-6 2-7 2-8 2-9 2-10 2-11 2-12
1/ 1/ 1/ 1/1 1/3 1/6 1/12 1/25 1/51 1/102 1/204 1/409
2 4 8 6 2 4 8 6 2 4 8 6

Ada beberapa macam metode penyelesaiannya :


1). Metode mengembalikan dari desimal ke biner dengan menjumlahkan 2n.
45 10 = 32 + 0 + 8 + 4 +0 + 1
= 25+0+23+22+0+20
= 1 0 1 1 0 12

50
3). Menggunakan tabel (tabel 2.11)

Tabel 2.11 Tabulasi Konversi Bilangan Desimal ke Biner


25 24 23 22 21 20
32 16 8 4 2 1
4510 32 8 4 1
1 0 1 1 0 1

2.2.2 Konversi Bilangan Desimal ke Oktal


Ada beberapa macam metode penyelesaiannya :

1). Metode mengembalikan dari desimal ke oktal dengan menjumlahkan


n
8.
98 10 = 64 + 32 + 2
= (1 x 82) + (4 x 81) + (2 x 80)
= 1 4 28

3). Menggunakan tabel (2.12)

Tabel 2.12 Tabulasi Konversi


Bilangan Desimal ke Oktal

82 81 80
64 8 1
9810 64 32 2
1x64 4x8 2x1
1 4 2

2.2.3 Konversi Bilangan Desimal ke Heksadesimal


Ada beberapa macam metode penyelesaiannya :
1). Metode mengembalikan dari desimal ke oktal dengan menjumlahkan 16n.

51
1982 10 = 1792 + 176 + 14
= (7 x 162) + (11 x 161) + (14 x 160)
= (7 x 162) + (B x 161) + (E x 160)
= 7 B E16
2). Membagi berulang-ulang.
1982/16 = 123 + sisa 14 = E E (bit paling rendah)
123/16 = 7 + sisa 11 = B B
7/16 = 0 + sisa 7 = 7 7 (bit paling tinggi)
Hasil = 198210 = 7BE16

3). Menggunakan tabel (tabel 2.13).

Tabel 2.13 Tabulasi Konversi Bilangan


Desimal ke Hexadesimal
162 161 160
256 16 1
198210 1792 176 14
7x256 11x16 14x1
7x256 Bx16 Ex1
7 B E

2.2.4 Konversi Cara lain dari Sistem Bilangan


a) Heksadesimal ke Desimal, Oktal, Biner.
Sebelum mempelajari mengkonversikan berbagai macam bilangan, sebaiknya
perlu dipelajari pesamaan bilangan, bahwa: 1 bit heksadesimal = 4 bit biner;
dan 1 bit oktal = 3 bit biner (tabel 2.14).

52
Tabel 2.14 Tabel Konversi Bilangan Heksadesimal ke Desimal, Oktal, Biner
heksadesimal desimal oktal biner
016 010 08 00002
116 110 18 00012
216 210 28 00102
316 310 38 00112
416 410 48 01002
516 510 58 01012
616 610 68 01102
716 710 78 01112
816 810 108 10002
916 910 118 10012
A16 1010 128 10102
B16 1110 138 10112
C16 1210 148 11002
D16 1310 158 11012
E16 1410 168 11102
F16 1510 178 11112

(1) Mengkonversikan dari Heksadesimal ke Desimal, Oktal, Biner.


Jika diketahui awalnya bilangan heksadesimal akan dikonversikan ke
bilangan lainnya, cara yang paling sederhana adalah pertama konversikan
bilangan heksadesimal tersebut ke bilangan desimal, kedua konversikan ke
bilangan biner, ketiga setelah diketahui hasil bilangan binernya baru
konversikan dari biner tersebut ke bilangan oktal.
Contoh mengkonversikan dari bilangan heksa desimal ke desimal, oktal,
biner:
D4716 = .....................10 = .....................8 = .......................2

-Pertama konversikan ke bilangan desimal.


D4716 = (D x 162) + (4 x 161) + (7 x 160)
= (13 x 256) + (4 x 16) + (7 x 1)
= 3328 + 64 + 7
= 339910
-Kedua konversikan ke bilangan biner.

53
Seperti diketahui pada catatan di atas bahwa satu bit (digit) heksadesimal
sama dengan empat bit (digit) biner (1bit heksa = 4 bit biner).
D4716 = D 4 716
= 1101 0100 01112
= 1101010001112
-Ketiga konversikan hasil bilangan biner ke bilangan oktal.
Seperti diketahui pada catatan di atas bahwa tiga bit (digit) biner sama
dengan satu bit (digit) oktal (3 bit biner = 1bit oktal).
D4716 = 1101010001112
= 110 101 000 1112
= 6 5 0 78
= 65078
Jadi D4716 = 339910 = 65078 = 1101010001112

(2) Mengkonversikan dari Desimal ke Heksadesimal, Oktal, Biner.


Jika diketahui awalnya bilangan desimal akan dikonversikan ke bilangan
lainnya, cara yang paling sederhana adalah pertama konversikan bilangan
desimal tersebut ke bilangan biner, kedua konversikan hasil bilangan biner,
yang telah diketahui hasilnya ke bilangan heksadesimal, oktal.
Contoh mengkonversikan dari bilangan desimal ke heksadesimal, oktal,
biner:
88510 = .....................16 = .....................8 = .......................2
-Pertama konversikan ke bilangan biner.
88510 = 512 + 256 + 64 + 32 + 16 + 4 + 1
= (1 x 29) + (1 x 28) + (1 x 26) + (1 x 25) + (1 x 24) + (1 x 22) + (1 x
20)
= 11011101012
-Kedua konversikan ke bilangan heksadesimal.
Seperti diketahui, bahwa 1-bit (digit) heksadesimal = 4-bit (digit) biner.
88510 = 11011101012 = 11 0111 01012
= 3 7 516 = 37516
-Ketiga konversikan hasil bilangan biner ke bilangan oktal.
Karena,3-bit (digit) biner = 1-bit (digit) oktal (3-bit biner = 1bit oktal).
88510 = 11011101012 = 1 101 110 1012
= 1 5 6 58 = 15658
Jadi 88510 = 37516 = 15658 = 11011101012

54
b) Oktal ke Heksadesimal, Desimal, Biner.
Jika diketahui awalnya bilangan oktal akan dikonversikan ke bilangan
lainnya, cara yang paling sederhana adalah pertama konversikan
bilangan oktal tersebut ke bilangan desimal, kedua konversikan ke
bilangan biner, ketiga setelah diketahui hasil bilangan binernya baru
konversikan dari biner tersebut ke bilangan heksadesimal.
Contoh mengkonversikan dari bilangan oktal ke heksadesimal, desimal,
biner:
45678 = .....................16 = .....................10 = .......................2
-Pertama konversikan ke bilangan desimal.
45678 = (4 x 83) + (5 x 82) + (6 x 81) + (7 x 80)
= (4 x 512) + (5 x 64) + (6 x 8) + (7 x 1)
= 2048 + 320 + 48 +7
= 339910
-Kedua konversikan ke bilangan biner.
Karena, 1-bit (digit) oktal = 3-bit (digit) biner.
45678 = 4 5 6 78
= 100 101 110 1112
= 1001011101112
-Ketiga konversikan hasil bilangan biner ke bilangan heksadesimal.
Dan 1-bit (digit) heksadesimal = 1-bit (digit) biner.
45678 = 1001011101112 = 1001 0111 01112
= 9 7 716
= 97716
Jadi 45678 = 97716 = 339910 = 1001011101112

c) Biner ke Heksadesimal, Desimal, Oktal


Jika diketahui awalnya bilangan biner akan dikonversikan ke bilangan
lainnya, cara yang paling sederhana adalah pertama konversikan bilangan
biner tersebut ke bilangan desimal, kedua konversikan ke bilangan
heksadesimal, ketiga konversikan ke bilangan oktal.
Contoh mengkonversikan dari bilangan oktal ke heksadesimal, desimal,
biner:
1100100101012 = .....................16 = .....................10 = .......................8

55
-Pertama konversikan ke bilangan desimal.
1100100101012 = (1 x 211)+ (1 x 210) + (1 x 27) + (1 x 24) + (1 x 22) + (1
x 20)
= 2048 + 1024 + 128 +16 + 4 + 1
= 322110
-Kedua konversikan ke bilangan heksadesimal.
Seperti diketahui pada catatan di atas bahwa satu bit (digit)
heksadesimal sama dengan empat bit (digit) biner (1bit heksa = 4 bit
biner).
1100100101012 = 1100 1001 01012
= 12 9 5
= C 9 516
= C9516
-Ketiga konversikan ke bilangan oktal.
1100100101012 = 110 010 010 1012
= 6 2 2 58
= 62258
2. Operasi Aritmatik Sistem Bilangan
2. 1. Penjumlahan Bilangan Heksadesimal

Pada sistem penjumlahan bilangan heksadesimal perlu diperhatikan bahwa


nilai radiknya (r) = 16 dan memiliki tampilan simbol bilangan A16 sampai F16 yang
menggantikan simbol bilangan desimal 1010 sampai 1510, sehingga bila ada hasil
penjumlahan lebih dari 1610 maka kelebihan hasil dari 1610 yang ditulis sebagai
hasil dan membawa pindahan 116 bergeser ke kiri sebagai penambah untuk bit
lebih tinggi berikutnya.

Contoh : 78916 + 94916 = ............ 16.


Penyelesaiannya :
Kolom pertama dari kanan => 916 + 916 = 1216 = 1810 ==> 1810 - 1610 = 210 = 216
Membawa pindahan 116 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 116 + 816 + 416 = D16 = 1310
Membawa pindahan 016 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 016 + 716 + 916 = 1016 = 1610 ==> 1610 - 1610 = 010 = 016
Membawa pindahan 116 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom keempat ==> 116 + 016 + 016 = 116 = 110

56
Pindahan 1 0 1 (16)

7 8 9 (16)

9 4 9 (16) +

Hasil 1 0 D 2 (16)

2.2. Pengurangan Bilangan Heksadesimal


Pada pengurangan bilangan heksadesimal perlu diperhatikan bahwa nilai
radiknya (r) = 16 dan memiliki tampilan simbol bilangan A16 sampai F16 yang
menggantikan simbol bilangan desimal 1010 sampai 1510. Bila ada bilangan yang
dikurangi lebih kecil dari pengurangnya maka harus pinjam 116 = 1610 dari bit yang
lebih tinggi, nilai tersebut ditambahkan pada bit peminjam sehingga bilangan yang
dipinjam berkurang 116 .
Contoh : 47516 - 2BC16 = ............ 16.

Penyelesaiannya :
Kolom pertama => 516 - C16 = (116 + 516) - C16 = (1610 + 510) - 1210 = 910 = 916
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 616 - B16 = (116 + 616) - B16 = (1610 + 610) - 1110 = 1110 = B16
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 316 - 216 = (016 + 316) - 216 = (010 + 310) - 210 = 110 = 116
Meminjam 016 dari bit lebih tinggi berikutnya.

Pinjaman 0 1 1 (16)

4 7 5 (16)

2 B C (16) -

Hasil 1 B 9 (16)

2.3. Penjumlahan Bilangan Oktal


Pada penjumlahan bilangan oktal dapat dikerjakan seperti penjumlahan
bilangan heksadesimak. perlu diperhatikan bahwa nilai radiknya (r) = 8 dan
memiliki tampilan simbol bilangan 18 sampai 78, sehingga bila ada hasil
penjumlahan lebih dari 810 maka kelebihan hasil dari 810 yang ditulis sebagai hasil
dan membawa pindahan 110 bergeser ke kiri sebagai penambah untuk bit lebih
tinggi berikutnya.

57
Contoh : 2368 + 2548 = ............ 8.
Penyelesaiannya :
Kolom pertama ==>.68 + 48 = 128 = 1010 ==> 1010 - 810 = 210 = 28
Membawa pindahan 18 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 18 + 38 + 58 = 118 = 910 ==> 910 - 810 = 110 = 18
Membawa pindahan 18 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 18 + 28 + 28 = 58

Pindahan 1 1 (8)

2 3 6 (8)

2 5 4 (8) +

Hasil 5 1 2 (8)

2.4. Pengurangan Bilangan Oktal


Pada pengurangan bilangan oktal dapat dikerjakan seperti pengurangan
bilangan heksadesimal. perlu diperhatikan bahwa nilai radiknya (r) = 8 dan
memiliki tampilan simbol bilangan 18 sampai 78, Bila ada bilangan yang dikurangi
lebih kecil dari pengurangnya maka harus pinjam 18 = 810 dari bit yang lebih tinggi,
nilai tersebut ditambahkan pada bit peminjam sehingga bilangan yang dipinjam
berkurang 18 .
Contoh : 4538 – 2678 = ............ 8.
Penyelesaiannya :

Kolom pertama ==> 37 - 78 = (18 + 38) - 78 = (810 + 310) - 710 = 410 = 48


Meminjam 18 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 48 - 68 = (18 + 48) - 68 = (810 + 410) - 610 = 610 = 68
Meminjam 18 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 38 – 28 = (08 + 38) – 28 = (010 + 310) - 210 = 110 = 18

Pinjaman 0 1 1 (8)

4 5 3 (8)

2 6 7 (8) -

Hasil 1 6 4 (8)

58
2.5. Penjumlahan Bilangan Biner
Pada penjumlahan bilangan biner bit yang akan dijumlahkan dapat
dilakukan seperti penjumlahan bilangan lainnya. Dalam hal penjumlahan ini
masing-masing bit mempunyai empat kemungkinan.
B A Pindahan Hasil
0 + 0 0 0
0 + 1 0 1
1 + 0 0 1
1 + 1 1 0

Contoh : 10112 + 11012 = ............ 2.


Penyelesaiannya :
Kolom pertama ==>.12 + 12 = 102 ==> pindahan 12 hasil 02
Membawa pindahan 12 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 12 + (02 + 12) = yang dalam kurung hasilnya pindahan 02
hasil 12
selanjutnya ==> 12 + 12 = pindahan 12 hasil 02
Membawa pindahan 12 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 12 + (12 + 12) = yang dalam kurung hasilnya pindahan 12 hasil
02
selanjutnya ==> 12 + 02 = pindahan 02 hasil 12
Membawa pindahan 12 ke bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom keempat ==> 12 + (02 + 02) = yang dalam kurung hasilnya pindahan 02
hasil 02
selanjutnya ==> 12 + 02 = pindahan 02 hasil 12

Pindahan 1 1 1 1 2

1 0 1 1 2

1 1 0 1 2 +
Hasil 1 1 0 0 0 2

2.6. Pengurangan Bilangan Biner


Pada pengurangan bilangan biner dapat dikerjakan seperti pengurangan
bilangan lainnya. Dalam hal pengurangan ini masing-masing bit mempunyai
empat kemungkinan. Bila ada bilangan yang dikurangi lebih kecil dari

59
pengurangnya maka harus pinjam 12 = 110 dari bit yang lebih tinggi, nilai tersebut
ditambahkan pada bit peminjam sehingga bilangan yang dipinjam berkurang 12.
(tabel 2.15).

60
Tabel 2.15 Pengurangan Bilangan Biner

B A Pinjaman Hasil
0 - 0 0 0
0 - 1 1 1
1 - 0 0 1
1 - 1 0 0

Sebelum bahasan pengurangan bilangan biner dilanjutkan perlu dipelajari terlebih


dahulu mengenai bilangan negatif. Bilang negatif perlu dipelajari jika pada
permasalahan bilangan yang akan dikurangi lebih kecil dari bilangan
pengurangnya seperti gambaran berikut.

Gambar 2.2 Gambaran Sistem Pengurangan Bilangan Digital dengan


Bilangan Pengurang yang lebih Besar dari pada Bilangan
yang dikurangi

61
Dari gambar 2.2 tersebut di atas dapat diuraikan secara detail untuk bilangan plus
dan minus sebagai berikut:

Bilangan negatif adalah bilangan yang mempunyai bobot di bawah nol. Misalnya,
bilangan desimal -510, atau bilangan biner minus lima (10112) adalah bilangan 5 di
bawah 0.
Contoh : 4538 – 2678 = ............ 8.
Penyelesaiannya :
Kolom pertama ==>.37 - 78 = (18 + 38) - 78 = (810 + 310) - 710 = 410 = 48
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom kedua ==> 48 - 68 = (18 + 48) - 68 = (810 + 410) - 610 = 610 = 616
Meminjam 116 dari bit lebih tinggi berikutnya.
Kolom ketiga ==> 38 – 28 = (08 + 38) – 28 = (010 + 310) - 210 = 110 = 116

Pinjaman 0 1 1 8

4 5 3 8

2 6 7 8 -

Hasil 1 6 4 8

Catatan: 1 bit heksadesimal = 4 bit biner; 1 bit oktal = 3 bit biner.

3. Kode Logika Sistem Digital yang lain


Pada aturan standar DIN 44300 (Deutsche Internationale Norm) terdapat
difinisi tentang kode, yaitu merupakan suatu pemberian makna yang jelas dari

62
sesuatu. Sesuatu di sini dapat berupa barang, benda, ataupun hal yang fiktif
sekalipun. Pengkodean dapat berbentuk huruf alphabet, angka, atau berupa
bilangan-bilangan. Sebagai contoh bilangan Romawi dan bilangan Arabic
dikodekan seperti berikut.

Kode Bilangan Romawi Kode Bilangan dalam Arabic

I 1

IV 4

V 5

VI 6

X 10

C 100

M 1000

Sehubungan dengan pengkodean ini, maka dalam sistem digital dibuat kode
bilangan logika‗1‘ (high) dan ‗0‘ (low) yang biasa direpresentasikan aplikasinya
untuk saklar listrik ―ON‖ atau ―OFF, atau dengan istilah yang sering digunakan
yaitu bilangan biner sebagai pengkodean sistem bilangan berbasis 2 (dual code)
atau ―binary code‖. Adapun besarnya nilai bilangan ini tergantung pada
pembobotan dari urutan letak bit (binary digit), yaitu mulai dari bit terendah (LSB:
Low Significant Bit) sampai bit tertinggi (MSB: Most Significant Bit).
Sebagai contoh, berikut disajikan urutan letak bit (binary digit) dan pembobotan
dari sistem bilangan biner (berbasis 2), yaitu ‗1‘ atau ‗0‘
Sebagai contoh, kode bilangan desimal 18 adalah sama dengan 0001 0010 dalam
kode biner (dual code) untuk 8-bit atau 10010 kode biner untuk 5-bit, yaitu sama
dengan (1x21) + (1x24) = 1810, ini artinya pengkodean bilangan desimal 1810=
100102 biner.
Terdapat 4-kode dalam logika sistem biner (dual code) yang sering disebut
―tetradische-codes” dalam sistem digital, yaitu (1) kode BCD (8-4- 2-1), (2) kode
Aiken (2-4-2-1), (3) kode Excess-3, dan (4) kode Gray. Berikut dari berbagai
sumber tentang ilustrasi tabel pengkodean logika dari sistem digital tersebut.
Kode Tetradic (www.reiner-tolksdorf.de) merupakan sesuatu pengkodean yang
tidak ubahnya seperti yang ada dalam bilangan biner dalam mewakili penomoran.

63
Intinya terdiri dari 4-digit. Berikut ini (tabel 2.16; tabel 2.17; dan tabel 2.18) adalah
gambaran singkat dari kode BCD tetradic yang disajikan kedalam kode BCD (8-4-
2-1), kode Aiken (2-4-2-1), kode Excess-3, dan kode Gray.

Tabel 2.16 Contoh Ringkasan Tetradic Code


(sumber: www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03)

64
Tabel 2.17 Macam-macam Pengkodean Logika (sumber:
www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )

Keterangan: dez. : desimal; binärzahl: bilangan biner (bahasa German)

65
Tabel 2.18 Tetradische Code dalam Logika Sistem Digital (sumber: Leonhardt, 1984)

Tabel 2.19 Nilai Desimal dan Pembobotan Bilangan Biner


Pembo-
D C B A
botan
Desimal 23 22 21 20
3.1. Kode 8421 (BCD)
0 0 0 0 0
1 0 0 0 1
2 0 0 1 0
3 0 0 1 1
4 0 1 0 0
5 0 1 0 1
6 0 1 1 0
7 0 1 1 1
8 1 0 0 0
9 1 0 0 1

66
Pengkodean BCD (Binary Code Decimal) merupakan signifikansi dari kode
8421. Kode ini sesuai dengan angka biner untuk desimal 0 sampai 9. Karena itu,
hal ini juga disebut sebagai kode BCD atau dahulu juga sering disebut juga “dual
code”.
Kode BCD ini digunakan dalam multi-digit angka desimal untuk menghitung
secara decade (lihat tabel 2.19).

Dengan sangat mudah cara yang lain dapat juga dilakukan, artinya tidak
perlu melakukan koreksi seperti di atas, tetapi langsung dikelompokan
setiap 4-bit biner dari 2-digit bilangan desimalnya.

Contoh 2 :
(1) 8+9 = 17 hasilnya dikelompokan per digit = 4-bit, yaitu: 1 7 =
0001 0111
(2) 9+10= 19 hasilnya dikelompokan per digit = 4-bit, yaitu: 1 9 =
0001 1001

Bukti bahwa hasil tersebut benar, maka akan dibuktikan seperti cara di atas, yaitu:

67
Hasilnya terbukti sama-sama benarnya baik yang menggunakan cara seperti
contoh 1, maupun cara seperti contoh 2.
Tabel 2.19 Pengkodean 8-4-2-1 (BCD) sumber:
www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )

Keterangan: dez. : desimal; binärzahl: bilangan biner (bahasa German)

Koreksi dimaksudkan untuk selalu menambahkan dengan bilangan (6)10,


karena bilangan desimal hanya 0 sampai (9)10, sedangan bilangan dengan
kode BCD mulai 0 sampai (15)10, sehingga ada kekurangan (6)10. Karena
kode ini tidak selalu simetris, maka dari itu komplemen-komplemen baru
harus selalu dilakukan.

3.2. Kode Aiken (2421 Code)


Pengkodean Aiken mempunyai signifikansi dengan urutan : 2421. Kode
Aiken adalah simetris, sebagai contoh angka/bilangan desimal 9, 8, 7, 6, sampai
5 pada kode Aiken berturut-turut merupakan negasi dari angka/bilangan desimal
0, 1, 2, 3, sampai 4, sedangkan angka/bilangan desimal 0, 1, 2, 3, sampai dengan
angka desimal 4 adalah sama dengan angka/bilangan biner dari angka-angka itu
masing-masing (yaitu 0, 1, 2, 3, sampai 4), lebih jelasnya lihat Kode Aiken (tabel
2.20). Jadi kode Aiken daerah Pseudotetrade berada di tengah, yaitu hanya bisa
mulai bilangan desimal 5 sampai dengan 10 adalah simetris, sedangkan untuk
bilangan sebelum 5, yaitu 4, 3, 2, 1, dan 0

68
Dalam penambahan dan pengurangan, kode Aiken membawa keuntungan
komputasi dan teknologi rangkaian.
Misalkan, untuk nilai hasil logika 0000 dan atau 1111 semua dalam 4-bit,
maka akan cenderung terdapat kekeliruan/kesalahan, karena dari contoh kasus
ini, nilai dari logika ‗0‘ bisa terdapat pada bit ke-1, ke-2, ke-3, dan sampai dengan
bit ke-4, demikian juga nilai logika ‗1‘ terjadi kecenderungan ada di bit ke-1 sampai
dengan bit ke-4 juga, artinya logika ‗0‘ atau logika ‘1‘ yang dimaksudkan berada di
berapa urutan 4-bit tersebut.
Kelemahan yang lain, adalah bahwa kode Aiken tidak dapat mengkonversi
bilangan biner ke kode Aiken, karena selalu tidak cocok. Sebagai gambaran maka
akan direpresentasikan tabulasi hasil pengkodean Aiken.
Contoh:
Bilangan kode Aiken berikut konversinya ke dalam desimal adalah:
(1) 4 = 0x2 + 1x4 + 0x2 + 0x1 = 410
(2) 3 = 0x2 + (1x4-1x1) + 0x1 = 310
(3) 2 = 0x2 + 0x4 + 1x2 + 0x1 = 210
(4) 1 = 0x2 + 0x4 + 0x2 + 1x1 =110

69
Tabel 2.20 Pengkodean Aiken (2421) (sumber:
www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )

Keterangan: dez. : desimal; binärzahl: bilangan biner (bahasa German)

3.3. Kode Excess-3


Kode Excess-3 adalah suatu kode bilangan yang selalu ditambahkan
dengan angka 3 dalam bentuk biner. Daerah angka Pseudotetraden berada pada
angka 0, 1, dan 2, demikian juga pada angka 12, 14, dan 15 (secara biner). Kode
Excess-3 ini simetris seperti simetrisnya suatu garis antara 4 dan 5. Adanya
perubahan logika ‗1‘ dengan ‗0‘ pada daerah tetrade yang sama jarak/interval,
maka terdapat daerah tetrade baru yang simetris seperti garis.
Karena tanpa valensi, kode Exess- 3 juga sering disebut sebagai kode Stiblitz.
Kode Excess-3 juga disebut sebagai kode dekade simetris, karena komputasinya
membawa keuntungan dalam hal penambahan dan pengurangan bilangan.

70
Tabel 2.21 Pengkodean Excess-3 (2421) (sumber:
www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )

Keterangan: dez. : desimal; binärzahl: bilangan biner (bahasa German)

3.4. Kode Gray


Untuk mengatur ekspresi biner yang terkait dengan bilangan desimal,
maka kode Gray . Dalam perubahan kode Gray, dari nomor ke nomor hanya
sedikit, sehingga saklar pencacah/penghitung “counter” butuh hanya satu Fip-Flop
. Untuk alasan inilah, kode tersebut disebut sebagai langkah tunggal atau kode
progresif. Hal ini digunakan secara tidak langsung dalam optimasi sirkuit di bidang
teknik listrik. Di sini sangat sesuai dengan di bagian PLC (Programmable Logic
Controller), dan teknologi kontrol lainnya. Kode Gray merupakan fitur penting yang
harus diakui dalam dunia sistem digital, kode ini memiliki langkah progresif.

71
Tabel 2.22 Pengkodean Gray (sumber:
www.reiner-tolksdorf.de, diakses 2014/12/03 )

Keterangan: dez. : desimal; binärzahl: bilangan biner (bahasa German)

Dari tabel kebenaran kode Gray di atas dapat digambar secara diagram Karnaugh
Map sebagai berikut.

Gambar 2.3 Diagram Karnaugh Map untuk


Kode Gray (sumber: Leonhardt, 1994)

72
Gambar 2.4 Diagram Karnaugh Map untuk
Kode Gray dengan Model Pemetaan lain
(sumber: Leonhardt, 1994)

73
J. Latihan/Tugas

1. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Biner ! (minimum atau maksimum)

2. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Oktal ! (minimum sampai maksimum)

3. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Hexadesimal ! (minimum sampai maksimum)

4. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Desimal ! (minimum sampai maksimum)

5. Sebutkan kode simbol sistem bilangan Duodesimal ! (minimum sampai maksimum)

6. Sebutkan 4-macam kode lain dalam logika sistem digital selain kode bilangan di atas!
7. Konversikan bilangan Desimal berikut kedalam Biner, Oktal, dan Hexadesimal
(a). 12(10)=..... (2)=...... (8)=..... (12) (c). 245(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12)
(b). 112(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12) (d). 2048(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12)

8. Konversikan bilangan Hexadesimal berikut kedalam Biner, Oktal, dan Desimal:


(a). 1B(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10) (c). A16(16) =..... (2)=...... (8)=..... (10)
(b). 1BC(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10) (d). 1024(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10)

9. Konversikan bilangan Biner berikut kedalam Hexadesimal, Oktal, dan Desimal:


(a). 1101 0110(2) =..... (16)=...... (8)=..... (10) (c). 1111 0011(2) =..... (16)=...... (8)=..... (10)
(b). 1100 1111(2) =..... (16)=...... (8)=..... (10) (d). 1101 1110(2) =..... (16)=...... (8)=..... (10)
10. Jumlahkan bilangan Oktal berikut, dan hasilnya konversikan ke Desimal:
(a). 126(8) + 105(8) =..... (8)=...... (10) (c). 432(8) + 10(8) =..... (8)=...... (10)
(b). 237(8) + 241(8) =..... (8)=...... (10) (d). 027(8) + 432(8) =..... (8)=...... (10)
11. Kurangkan bilangan Oktal berikut, hasilnya konversikan ke Desimal dan Hexadesimal
(a). 126(8) - 105(8) =..... (8)=..... (10)=...... (16) (c). 432(8) - 10(8) =..... (8) =..... (10)=...... (16)
(b). 237(8) - 141(8) =..... (8) =..... (10)=...... (16) (d). 127(8) - 111(8) =.... (8)=..... (10)=...... (16)

12. Operasikan Aritmatik bilangan Hexadesimal berikut, hasilnya konversikan ke Biner


dan Desimal.
(a). 1F6(16) + 1CB(16) =..... (2)=..... (10) (c). 41E(16) - 10A(16) =..... (2) =..... (10)
(b). 20D(16) + 1FE(16) =..... (2) =..... (10) (d). ED21(16) - 1FE(8) =.... (2)=..... (10)
13. Operasikan Aritmatik bilangan Desimal berikut, hasilnya konversikan ke Hexadesimal
(a). 64(10) + 128(10) =..... (10)=..... (16) (c). 256(10) - 32(10) =..... (10) =..... (16)
(b). 256(10) + 32(10) =..... (10) =..... (16) (d). 128(10) - 64(10) =..... (10)=..... (16)

74
14. Tentukan kode (a) Aiken; (b) Excess-3 dari bilangan desimal 5; 4; 3 berikut

15. Konversikan bilangan-bilangan berikut ini sesuai dengan permintaan


soal !
(a). 1B(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10) (e). 1BC(16)=..... (2)=...... (8)=..... (10)
(b). 112(10) =..... (2)=...... (8)=..... (12) (f). 12(16)=..... (10)=...... (8)=..... (2)
(c). 1101 0110(2)=...... (8)=..... (10) (g). 101(16)=..... (10)=...... (8)=..... (2)
(d). 1001 1110(2) =..... (10)=..... (16) (h). 12(8)=..... (10)=...... (16)=..... (2)

16. Operasikan Aritmatik bilangan berikut, dan hasilnya konversikan yang


sesuai dengan permintaan soal !

(a). 1F6(16) + 1CB(16) =..... (2)=..... (10) (e). 237(8) + 241(8) =..... (8)=...... (10)

(b). 256(10) + 32(10) =..... (10) =..... (16) (f). 432(8) - 10(8) =..... (8) =..... (10)

(c). 256(10) - 32(10) =..... (10) =..... (16) (g). 1101 0110(2) +0101 0111(2) =......(2)=..... (16)

(d). 41E(16) - 10A(16) =..... (2) =..... (10) (h). 1101 0110(2) -0101 0101(2) =......(2)=..... (10)

17. Tunjukkan aplikasi sistem bilangan biner pada peralatan elektronika


digital !, Jelaskan secara singkat prinsip kerjanya !
18. Tunjukkan aplikasi sistem bilangan hexadesimal pada peralatan
elektronika
digital ! Jelaskan secara singkat prinsip kerjanya !
19. Terangkan konversi kode bilangan Biner menjadi kode Aiken, dan dari
kode BCD menjadi kode Excess-3
20. Sistem bilangan apakah yang digunakan pada teknik digital untuk
rangkaian logika konvensional ?

K. Rangkuman

L. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

1. Umpan Balik

2. Tindak Lanjut

75
b) Buat rencana pengembangan dan implementasi praktikum sesuai standar
di lingkungan laboratorium kerja anda.
c) Apakah anda mengimplementasikan rencana tindak lanjut ini sendiri atau
berkelompok?
 sendiri
 berkelompok – silahkan tulis nama anggota kelompok yang lain dalam
tabel di bawah.
No: Nama anggota kelompok lainnya (tidak termasuk diri anda)

d) Pikirkan suatu situasi atau kondisi di dalam bengkel/laboratorium anda


yang mungkin dapat anda ubah atau tingkatkan dengan
mengimplementasikan sebuah rencana tindak lanjut.
e) Apakah judul rencana tindak lanjut anda?
f) Apakah manfaat/hasil dari rencana aksi tindak lanjut anda tersebut?
g) Uraikan bagaimana rencana tindak lanjut anda memenuhi kriteria SMART

Spesifik

Dapat diukur

Dapat dicapai

Relevan

Rentang/Ketepatan
Waktu

76
Kegiatam Pembelajaran 3

MEMAHAMI PENERAPAN ALJABAR BOOLE


PADA RANGKAIAN GERBANG LOGIKA DIGITAL

A. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami aljabar Boole untuk operasi logika dasar dari rangkaian digital.
2. Menerapkan aljabar Boolean dan hukum De-Morgan kedalam fungsi tabel
biner, dan fungsi rangkaian gerbang logika dasar dan kombinasi.
3. Mensimulasikan gerbang logika dasar dan kombinasi menggunakan
perangkat lunak dan melakukan pengukuran, serta interprestasi data hasil
pengukuran.
4. Memahami dan memadukan aljabar Boole dan hukum De Morgan untuk
penyederhaan rangkaian logika dasar dan kombinasi.
5. Melakukan eksperimen dari analisis aljabar bolean untuk penerapan
rangkaian gerbang logika dasar dan kombinasi.
6. Memahami prinsip dasar metode pencarian kesalahan pada gerbang dasar
rangkaian elektronika digital.

B. Uraian Materi
1. Pengenalan Aljabar Boole dan Hukum-hukum De-Morgan
2. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Dasar dan Kombinasi
3. Penggunaan aljabar Boole dan Hukum De Morgan untuk Penyederhanaan
Rangkaian logika dasar dan kombinasi.
4. Penerapan Rangkaian gerbang logika untuk metode Pencarian Kesalahan
pada Rangkaian Elektronika Digital

C. Alokasi Waktu

24 jam pelajaran

D. Metode Pembelajaran
Teori, Tugas, Simulasi, dan Eksperimen.

77
E. Media pembelajaran

- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital
- Alat bantu/ Trainer,
- Komponen/IC Digital jenis TTL (74LSxx)

F. Referensi
1. Kappler Wolfgang. Digital-Elektronik: Heft 1-12. Pforzheim: ITT
Fachlehrgaenge

2. Susa‘at, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:


Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.

3. Marnizon. 2011. Teknik Digital Dasar: Sistem Bilangan. Malang: Materi


Bahan Diklat Guru Elektronika Industri P4TK BOE/VEDC Malang.

78
3. Memahami Penerapan Aljabar Boole pada Rangkaian Gerbang Logika
3.1. Pendahuluan

Rangkaian digital memliki dua tingkatan diskrit, yang pada abad ke 19


oleh George Boole memberikan bentuk matematis logika dengan memakai huruf
dan simbol-simbol tertentu untuk mengungkapkan fungsi logika. Namun pada
pertengahan abad ke 20 aljabar Boole menjadi menonjol berkat penelitian Cland
E.Sannon menemukan penerapan praktis kedua kondisi ‗1‘/‘0‘, ―Ya‖/―Tidak‖,
―Benar‖/―Salah‖ yang terdapat dalam Aljabar Boole dengan menggunakan
komponen listrik/elektronika seperti sakelar, dioda, transistor.
Salah satu contoh termudahnya adalah saklar yang mempunyai salah satu pilihan
dari dua macam kemungkinan yaitu buka dan tutup atau ON dan OFF. Aljabar
Boole (Boolean Algebra) adalah rumusan matematika yang menjelaskan
hubungan logika antara fungsi pensaklaran digital ON dan OFF . Aljabar boolean
meiliki dua macam nilai dasar logika, diantaranya hanya bilangan biner yang
terdiri dari angka ‗0‘ dan ‗1‘ maupun pernyataan rendah (low) dan tinggi (high).
Seperti aljabar biasa Aritmatik) terikat pada aturan dan hukum yang telah
ditetapkan, demikian pula halnya aljabar Boole terdapat sepuluh hukum dasar
yang biasa digunakan. Untuk menggambarkan tiap-tiap hukum tersebut
digunakan rangkaian sakelar sebagai variabel masukan. Sehingga Boole
memberikan ilustrasi bilangan sistem biner dengan analogi kelistrikan berupa
saklar NO/NC (Normally Open / Normally Closed) seperti gambar berikut ini.

S0

Saklar

Normal terbuka Normal tertutup


[Normally opened (NO)] [Normally closed (NC)]

Biner 0 1

Gambar 3.1 Model Saklar OFF/ON analogi dari logika ‗0‘/‘1‘

Suatu fungsi logika atau operasi logika yang dimaksud dalam aljabar Boolean
adalah suatu kombinasi variabel biner seperti misalnya pada masukan (input) dan

79
variabel keluaran (output) dari suatu rangkaian digital yang dapat ditunjukkan
bahwa di dalam aljabar Boole semua hubungan logika antara variabel input-output
biner dapat dijelaskan oleh tiga operasi logika dasar yaitu :
- Operasi NOT (negation)
- Operasi AND (conjuction)
- Operasi OR (disconjuction)
Operasi dari ketiga gerbang logika tersebut dapat digambarkan dengan simbol
gambar standar ASA (Assosiation Standard of American) dan IEC (Intenational
Electrotechnical Commision) pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Simbol Gerbang Logika Dasar (ASA dan IEC)

Operasi operasi tersebut dijelaskan dalam tiga bentuk yaitu :


1. Tabel fungsi (tablel kebenaran) yang menunjukkan keadaan semua
variabel masukan dan variabel keluaran untuk setiap kemungkinan.
2. Simbol rangkaian untuk menjelaskan rangkaian digital.
3. Ilustrasi diagram Venn
4. Persamaan fungsi

80
3.2. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Gerbang Dasar

3.2.1 Operasi Logika pada Gerbang NOT (NOT gate)


Gerbang NOT adalah sebagai gerbang pembalik (Inverter) atau
gerbang NOT (NOT gate) yang merupakan logika dasar yang untuk fungsi inversi
atau komplementasi. Tujuan dari pembalik (Inverter) adalah untuk mengubah satu
tingkat logika (TINGGI / RENDAH) pada masukan (input) ke tingkat logika yang
berlawanan pada variabel keluarannya (output), secara istiah logika teknik digital,
dapat merubah dari fungsi logika '0' ke '1' dan sebaliknya. Gambar 3.3
menggambarkan 5 macam bentuk penggambaran fungsi operasi NOT, yaitu tabel
kebenaran, simbol logika standar untuk pembalik (inverter), ilustrasi diagram
Venn, dan fungsi persamaan output-input yang menggambarkan hubungan antara
variabel-variabel dan operasi gerbang logika NOT.
Karena fungsi gerbang NOT (NOT gate) atau pembalik (inverter) adalah membalik
sebuah variabel masukan (input) biner, maka jika masukannya (input) bernilai
logika ‗0‘ maka variabel keluarannya (output) akan bernilai logika ‗1‘.

Tabel Simbol NOT Simbol NOT Ilustrasi diagram Persamaan


kebenaran (standar IEC) (standar ASA) Venn operasi fungsi output:
pembalik (inverter) yx
atau, jika input
A A’ sama dengan
1 0 x 1 y
A, maka
0 1 output adalah
A’ (bukan A).

(a) (c) (d) (e)


(b)

Gambar 3.3 Operasi NOT, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol NOT (standar IEC);
(c) simbol NOT (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi inverter;
(e) persamaan fungsi output

Gerbang NOT ini mempunyai satu masukan dan mempunyai satu variabel
keluaran yang dilambangkan dengan tanda (¯) di atas variabel atau tanda single
apostrophe (').
Fungsi gerbang NOT adalah untuk mengubah logika masukan (input) yang
bernilai logika ‗1‘ menjadi logika ‗0‘ pada variabel keluarannya (output), dan begitu
pula sebaliknya yaitu mengubah fungsi logika masukan (input) ‗0‘ menjadi logika
‗1‘ pada variabel keluarannya (output). Untuk membuktikan fungsi logika gerbang
NOT dapat dibuat rangkaian dengan menggunakan komponen digital seperti

81
rangkaian terpadu “IC” (integradted circuit) tipe seri TTL (transistor-transistor logic)
seri 74LSxxx, dan sebuah saklar A sebagai variabel masukan, dan LED sebagai
indikator keluaran A‘.

Gambar 3.4 Rangkaian Digital Logika NOT

Dari gambar rangkaian di atas sakelar A berfungsi sebagai pemberi logika


masukan (input) pada gerbang NOT dimana jika sakelar A terhubung ke ground
berarti diberi masukan logika nol ‗0‘ jika sakelar A terhubung ke +VB berarti diberi
masukan logika satu ‗1‘.
Variabel keluaran Q dengan indikator LED (light emitting diode) sebagai tanda
keluaran gerbang NOT, yaitu jika LED menyala berarti variabel keluaran Q
gerbang NOT sesuai perjanjiannya mengeluarkan logika satu ‗1‘ dan jika LED
mati berarti variabel keluaran Q gerbang NOT mengeluarkan logika nol ‗0‘.
Hubungan fungsi operasi antara variabel masukan dengan variabel keluaran
gerbang NOT pada tabel kebenaran gambar di atas.
Jadi kesimpulan gerbang NOT adalah jika pulsa diagram masukan A
berlogika nol ‗0‘ (low), maka pada waktu bersamaan variabel keluaran Q berlogika
‗1‘ (high). Karena itu dari rangkaian logika gerbang NOT di atas dapat
dianalogikan dengan menggunakan relay seperti gambar di bawah berikut.

Gambar 3.5 Analogi Logika Gerbang NOT menggunakan Rangkaian Relay

82
Dari gambar di atas ini, cara kerja rangkaiannya adalah jika saklar A tidak
ditekan (berlogika ‗0‘) relay K tidak aktif, kontak relay K kondisinya normal tertutup
sehingga lampu Q menyala (berlogika ‗1‘), sebaliknya jika saklar A ditekan
(berlogika ‗1‘) mengakibatkan relay K aktif, karena anak relay K awal kondisinya
normal tertutup, akibat relay K aktif menjadikan anak relay K menjadi terbuka
sehingga lampu Q padam (berlogika ‗0‘).
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap
variabel masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan
level pulsa dari fungsi logika gerbang NOT seperti gambar berikut.

input A 0 1 0 1

output 0 0
1 1
Q

Gambar 3.6 Bentuk dan Level Pulsa input-output Logika Gerbang NOT

3.2.2 Operasi Logika pada Gerbang AND


Operasi logika AND mempunyai variabel masukan paling sedikit dua
buah dan/atau lebih, misalnya mulai dari x0, x1 sampai xn atau mulai dari A, B,
sampai...Z, dan mempunyai satu variabel keluaran y atau Q. Variabel keluaran y
atau Q akan berlogika ‗1‘ hanya jika semua variabel masukannya x0, x1 sampai xn
atau A, B, sampai...Z dalam keadaan logika ‗1‘ semua. Untuk itu sebaliknya,
variabel keluaran y atau Q akan bernilai logika ‗0‘ (low), jika salah satu atau
semua variabel masukan bernilai logika ‗0‘ (low) juga. Secara diagram Venn
dengan luasan area yang mewakili fungsi variabel keluaran berwarna merah,
seperti gambar 3.7, yaitu: y = X0 ∩ X1= X0 ʌ X1 = X0 . X1, atau Q= A ∩ B = A ʌ B =
A . B.

Tabel kebenaran Simbol AND Simbol Ilustrasi Persamaan fungsi output:


(standar IEC) AND diagram Venn
B A Q (standar operasi AND y = x0 ∩ x1= x0 ʌ x1= x0.x1
0 0 0 ASA)
0 1 0 x
0 atau jika masukannya A
& y dan B dan output Q,
1 0 0 x
1
1 1 1 maka:

Q= A ∩ B = AʌB = A.B

83
(a)
(b)
(c) (d) (e)

Gambar 3.7 Operasi AND, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol AND (standar IEC);
(c) simbol AND (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi AND;
(e) persamaan fungsi output

Secara jelas, variabel keluaran gerbang AND akan berlogika satu ‗1‘ (high)
apabila semua masukan berlogika ‗1‘ (high) dan apabila salah satu atau semua
masukan berlogika ‗0‘ (low) maka variabel keluaran (output) akan berlogika ‗0‘
(low).
Oleh karena itu, gerbang AND dilambangkan dengan perkalian menggunakan
tanda intersection (∩) atau (ʌ) atau secara penulisan aljabar Boole (.).

Untuk membuktikan fungsi logika gerbang AND dapat dibuat rangkaian dengan
menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu ―IC‖ (integradted
circuit) tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, dan dua buah saklar
A, B sebagai variabel masukan, dan LED sebagai indikator keluaran Q, seperti
gambar di bawah ini.

Gambar 3.8 Rangkaian Digital Logika AND

Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang AND di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara seri untuk mengaktifkan sebuah relay. Bentuk diagram
persamaan listrik masukan maupun variabel keluaran gerbang AND dapat
dirangkai seperti gambar di bawah.

84
Gambar 3.9 Analogi Logika Gerbang AND menggunakan Rangkaian Relay

Dari gambar di atas cara kerja rangkaiannya adalah jika salah satu atau kedua
saklar A dan/atau B tidak ditekan yang berarti salah satu atau kedua masukan
(berlogika ‗0‘), maka relay K tidak aktif, sehingga anak (kontak) relay K kondisinya
normal terbuka (posisi 2) yang akan membuat variabel keluaran lampu Q padam
OFF (berlogika ‗0‘). Tetapi jika kedua saklar A, B ditekan (berlogika ‗1‘), yang
berarti kedua masukan (berlogika ‗1‘), maka relay K aktif, sehingga anak (kontak)
relay K kondisinya tertutup (posisi 1), yang mengakibatkan variabel keluaran
lampu Q menyala ON (berlogika ‗1‘). Secara diagram bentuk dan level pulsa dari
fungsi logika gerbang AND seperti gambar 3.10 berikut.

Gambar 3.10 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika AND

3.2.3 Operasi Logika pada Gerbang OR

Operasi logika OR mempunyai variabel masukan paling sedikit dua buah


dan/atau lebih, mulai dari x0, x1 sampai xn atau mulai dari A, B, sampai...Z, dan
mempunyai satu variabel keluaran y atau Q. Variabel keluaran akan berlogika ‗1‘
hanya jika salah satu atau semua variabel masukannya mulai dari x0, x1 sampai

85
xn atau mulai dari A, B sampai ..Z dalam keadaan logika ‗1‘. Untuk itu, jika variabel
masukan x0, x1 sampai xn atau A, B sampai ..Z bernilai logika ‗0‘ (low) semua,
maka variabel keluaran y atau Q akan bernilai logika ‗0‘ (low).
Secara diagram Venn operasi logika gerbang OR seperti gambar 3.11
dengan luasan area fungsi variabel keluaran OR, yaitu: y = X0 ᴜ X1= X0 v X1 = X0
+ X1, atau Q= A U B = A V B; atau ditulis Q = A + B. Jadi gerbang logika OR
adalah suatu gerbang logika yang variabel keluarannya akan berlogika ‗1‘, bila
salah satu variabel masukan berlogika ‗1‘, dan variabel keluaran akan berlogika
‗0‘, bila semua variabel masukan berlogika ‗0‘. Ini berlaku untuk gerbang logika
OR yang mempunyai dua atau lebih jumlah variabel masukannya, dengan satu
variabel keluaran.

86
Tabel Simbol OR Simbol Ilustrasi Persamaan fungsi
kebenaran (standar IEC) OR diagram Venn output:
(standar operasi OR
B A Q ASA) y = x0Ux1= x0Vx1=
0 0 0 x
0 x0+x1
>
1
_ y
0 1 1 x
1

1 0 1 atau jika
1 1 1 masukannya A dan
B dan output Q,
maka:

(a) (b) (d) Q= AUB = A V B =


(c) A+B

(e)
Gambar 3.11 Operasi OR, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol OR (standar IEC);
(c) simbol OR (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi OR;
(e) persamaan fungsi output

Variabel keluaran gerbang OR akan berlogika ‗1‘ (high) apabila salah satu atau
semua variabel masukan berlogika ‗1‘ (high), tetapi jika semua variabel masukan
berlogika ‗0‘ (low) maka variabel keluaran (output) akan berlogika ‗0‘ (low). Secara
aljabar Boole gerbang OR diberi union (U) atau (V), (+).
Untuk membuktikan fungsi logika gerbang OR dapat dibuat rangkaian dengan
menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu ―IC (integradted circuit)
tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, dan dua buah saklar A, B
sebagai variabel masukan dan LED sebagai indikator keluaran Q seperti gambar
3.12

Gambar 3.12 Rangkaian Digital Logika OR

Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang OR di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara paralel untuk mengaktifkan sebuah relay. Bentuk diagram

87
persamaan listrik masukan maupun variabel keluaran gerbang OR dapat dirangkai
seperti gambar 3.13 di bawah.

Gambar 3.13 Analogi Logika Gerbang OR menggunakan Rangkaian Relay

Dari gambar di atas cara kerja rangkaiannya adalah jika saklar A dan saklar B
tidak ditekan (berlogika ‗0‘) relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya
normal terbuka sehingga lampu Q padam (berlogika ‗0‘). Jika salah satu saklar A
atau B saja yang ditekan, yang berarti salah satu masukan (berlogika ‗1‘), atau
kedua tombol tekan A, B ditekan bersama-sama, yang berarti kedua masukan
(berlogika ‗1‘), maka relay K akan aktif, karena anak (kontak) relay K kondisinya
ditarik ke (posisi 1), sehingga lampu Q menyala ON (berlogika ‗1‘). Tetapi
sebaliknya, jika saklar A, B tidak ditekan keduanya, yang berarti kedua masukan
(berlogika ‗0‘), maka relay K tidak aktif, sehingga anak relay K kondisinya tetap
terbuka (posisi 2), sehingga lampu Q padam OFF (berlogika ‗0‘).
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap dua variabel
masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan level
pulsa dari fungsi logika gerbang OR seperti gambar 3.14 berikut.

88
Gambar 3.14 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika OR

3.3. Operasi Aljabar Boole untuk Logika Gerbang Kombinasi

Logika kombinasi merupakan perpaduan rangkaian logika dari gerbang dasar


yang satu dengan gerbang dasar yang lainnya. Contohnya, NAND (NOT-AND),
NOR (NOT-OR), dan EXOR (Exclusive-OR). Dari semua gerbang logika di atas
mempunyai dua variabel masukan atau lebih, dan satu variabel keluaran.
Sehingga rumusan Aljabar Boole (Boolean Algebra) yang digunakan untuk
menjelaskan merupakan gabungan dan berhubungan antara fungsi logika
gerbang satu dengan logika gerbang yang lainnya.
Suatu operasi aljabar Boole dalam fungsi logika suatu gerbang kombinasi
adalah operasi rumusan aljabar Boole dengan dua variabel masukan atau lebih
dengan satu variabel keluaran sesuai dengan fungsi dan sifat dari fungsi logika
gerbang masing-masing, yaitu antara variabel input-output biner dengan tiga
operasi logika kombinasi (NAND, NOR, dan EXOR).
Adapun fungsi operasi-operasi tersebut meliputi beberapa uraian penjelasan,
diantaranya:
tabel fungsi (tablel kebenaran) yang menunjukkan keadaan semua variabel
masukan dan variabel keluaran untuk setiap kemungkinan; simbol rangkaian
untuk menjelaskan rangkaian digital; Ilustrasi diagram Venn; dan persamaan
fungsi output gerbang logika.

3.3.1 Operasi Logika pada Gerbang NAND

Operasi NAND merupakan kombinasi dua buah operasi logika dasar


AND yang keluarannya diberi NOT. Masukan paling sedikit dua variabel masukan
atau lebih, misalnya mulai dari x0, x1 sampai xn atau A, B, sampai ..Z, dengan
satu variabel keluaran y atau Q.
Variabel keluaran y atau Q akan berlogika ‗0‘ (low), hanya jika semua
masukannya x0, x1 sampai xn atau semua masukan A, B sampai ..Z dalam

89
keadaan logika ‗1‘ (high) semua. Dengan demikian, jika salah satu atau semua
variabel masukannya berlogika ‗0‘ (low), maka keluaran akan berlogika ‗1‘ (high).
Secara diagram Venn, operasi logika gerbang NAND dapat digambar pada
gambar 3.13 (d) yang memberikan wawasan tentang luasan area yang mewakili

fungsi variabel keluaran NAND, y = x  x = x  x = x . x , atau Q= A  B


0 1 0 1 0 1

= A  B ; atau ditulis Q = A.B .


Jadi sifat dari variabel keluaran gerbang NAND tersebut akan berlogika ‗1‘ (high)
apabila salah satu atau semua masukan berlogika ‗0‘ (low), tetapi apabila semua
variabel masukan berlogika ‗1‘ (high) maka variabel keluaran (output) akan
berlogika ‗0‘ (low) juga. Oleh karena itu, gerbang NAND dilambangkan dengan

atau menggunakan tanda not intersection ( ..  .. ) atau ( ..  ... ) atau secara

penulisan aljabar Boole dengan tanda ( .... ).

Tabel Simbol NAND Simbol Ilustrasi Persamaan fungsi


kebenaran (standar IEC) NAND diagram Venn
B A Q
(standar operasi NAND y= x x
x
0 ASA) 0 1
0 0 1 & y
x
1 atau jika
0 1 1 masukannya A
1 0 1 dan B dan output
1 1 0 Q, maka:

Q= A  B  A  B 
A.B
(a) (b) (d)

(c) (e)

Gambar 3.15 Operasi NAND, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol NAND
(standar IEC);
(c) simbol NAND (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi
NAND;
(e) persamaan fungsi output

Untuk membuktikan fungsi logika gerbang NAND dapat dibuat rangkaian seperti
gambar 3.15, dengan menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu
―IC (integradted circuit) tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx.

90
Gambar 3.16 Rangkaian Digital Logika NAND

Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang NAND di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara seri sebagai variabel maksukan untuk mengaktifkan sebuah
relay sebagai variabel keluaran. Bentuk diagram persamaan listrikdari variabel
masukan maupun keluaran gerbang NAND dapat gambar rangkaian persamaan
kelistrikannya yang menggunakan relay lengkap dengan kontak NO-NC (normally
open, normally closed) seperti gambar 3.17.

Gambar 3.17 Analogi Gerbang Logika NAND menggunakan Rangkaian Relay

Prinsip kerja gambar rangkaiannya di atas adalah jika saklar A dan saklar B tidak
ditekan (A=B= berlogika ‗0‘) relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya
normal terbuka (posisi 2), sehingga lampu Q menyala (berlogika ‗1‘). Jika salah
satu saklar A atau B saja yang ditekan, yang berarti salah satu masukan
(berlogika ‗1‘) dan masukan yang lain (berlogika ‗0‘), atau kedua tombol tekan A, B
ditekan bersama-sama, yang berarti kedua variabel masukan (berlogika ‗1‘)maka
relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal terbuka (posisi 2),

91
sehingga lampu Q tetap menyala, yang berarti keluaran Q (berlogika ‗1‘). Tetapi
jika kedua tombol tekan ditekan bersama-sama (A=B=berlogika ‗1‘), maka kondisi
maka relay K akan aktif, karena anak (kontak) relay K kondisinya ditarik ke (posisi
2), sehingga lampu Q mati (OFF) (berlogika ‗0‘).
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap dua
variabel masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan
level pulsa dari fungsi logika gerbang NAND seperti gambar 3.16 berikut. dan
secara pulsa diagram, hubungan antara variabel masukan dan keluaran gerbang
NAND seperti dalam teori ilmu sinyal dan sistem yang digambarkan seperti
gambar 3.18 .

92
input A 0 1 0 1

input B 0 0 1 1

output 1 1 1 0
Q

Gambar 3.18 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika
NAND

a. 3.3.2 Gerbang Logika pada Gerbang NOR

Operasi NOR merupakan kombinasi dua buah operasi logika dasar OR yang
keluarannya diberi NOT. Masukan paling sedikit dua variabel masukan atau lebih,
misalnya mulai dari x0, x1 sampai xn atau A, B, sampai ..Z, dengan satu variabel
keluaran y atau Q.
Variabel keluaran y atau Q akan berlogika ‗1‘ (high), hanya jika semua
masukannya x0, x1 sampai xn atau semua masukan A, B sampai ..Z dalam
keadaan logika ‗0‘ (low) semua. Dengan demikian, variabel keluaran akan
berlogika ‗0‘ (low) jika salah satu atau semua variabel masukannya berlogika ‗1‘
(high). Secara diagram Venn, operasi logika gerbang NOR dapat dilihat pada
(gambar 3.17. d) yang merupakan area fungsi dari variabel keluaran NOR, yaitu y

= x  x = x  x = x  x , atau Q= A  B = A  B ; atau ditulis Q = A  B.


0 1 0 1 0 1

Jadi sifat dari variabel keluaran gerbang NOR tersebut akan berlogika ‗0‘ (low)
apabila salah satu atau semua masukan berlogika ‗1‘ (high), tetapi apabila salah
satu atau semua variabel masukan berlogika ‗1‘ (high) maka variabel keluaran
akan berlogika ‗1‘ (high). Oleh karena itu, gerbang NOR dilambangkan dengan

atau menggunakan tanda not union ( ..  .. ) atau ( ..  ... ) atau secara penulisan

aljabar Boole dengan tanda ( ..  . ), sehingga operasi logika NOR sama dengan

93
gabungan dari dua buah operasi logika dasar yaitu OR dan NOT. Masukan paling
sedikit dua variabel, dan dapat lebih variabel mulai dari x0, x1 sampai xn dan satu
variabel variabel keluaran y, atau jika variabel masukannya A, B, C sampai...Z,
dengan variabel keluaran Q, maka dapat dibuat tabel kebenaran dan diagram
Venn, serta persamaan fungsinya seperti gambar berikut.

Tabel Simbol NOR Simbol Ilustrasi Persamaan fungsi


kebenaran (standar IEC) NOR diagram Venn
B A Q
(standar operasi NOR y= x x
x
0 ASA) 0 1
0 0 1 >
1
_ y
x
1 atau jika masukannya
0 1 0 A dan B dan output Q,
1 0 0 maka:
1 1 0
Q= A  B  A B  A  B

(b) (d) (e)


(a) (c)

Gambar 3.19 Operasi NOR, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol NOR
(standar IEC);
(c) simbol NOR (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn operasi
NOR;
(e) persamaan fungsi output.

Untuk membuktikan fungsi logika gerbang NOR dapat dibuat rangkaian dengan
menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu ―IC (integradted circuit)
tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LSxxx, seperti gambar 3.20.

Gambar 3.20 Rangkaian Digital Logika NOR

Sedangkan gambar rangkaian persamaan kelistrikannya menggunakan relay


lengkap dengan kontak NO-NC (normally open, normally closed) seperti gambar
3.21, dan secara pulsa diagram, hubungan antara variabel masukan dan

94
keluaran gerbang NOR seperti dalam teori ilmu sinyal dan sistem yang
digambarkan seperti gambar 3.22.
Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang NOR di atas, maka dapat dibuat analogi
rangkaian persamaan listriknya dengan rangkaian dua atau lebih saklar yang
disambung secara paralel untuk mengaktifkan sebuah relay. Bentuk diagram
persamaan listrik dari variabel masukan maupun keluaran gerbang NOR dapat
dirangkai dengan menggunakan relay seperti gambar 3.21. Prinsip kerja
rangkaian ini adalah jika saklar A dan saklar B tidak ditekan (A=B= berlogika ‗0‘)
relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal terbuka (posisi 2),
sehingga lampu Q menyala (berlogika ‗1‘).

Gambar 3.21 Analogi Gerbang Logika NOR menggunakan Rangkaian Relay

Jika salah satu saklar A atau B saja yang ditekan, yang berarti salah satu
masukan (berlogika ‗1‘) dan masukan yang lain (berlogika ‗0‘), atau kedua tombol
tekan A, B ditekan bersama-sama, yang berarti kedua variabel masukan
(berlogika ‗1‘)maka relay K tidak aktif, anak (kontak) relay K kondisinya normal
terbuka (posisi 2), sehingga lampu Q tetap menyala, yang berarti keluaran Q
(berlogika ‗1‘). Tetapi jika kedua tombol tekan ditekan bersama-sama
(A=B=berlogika ‗1‘), maka kondisi maka relay K akan aktif, karena anak (kontak)
relay K kondisinya ditarik ke (posisi 2), sehingga lampu Q mati (OFF) yang berarti
keluaran Q berlogika ‗0‘).
Dengan fungsi dan sifat hubungan antara variabel keluaran terhadap dua
variabel masukan tersebut, maka dapat digambarkan secara diagram bentuk dan
level pulsa dari fungsi logika gerbang NOR seperti gambar 3.22 berikut.

input A 0 1 0 1

95
input B 0 0 1 1

output 1 1 1 0
Q

Gambar 3.22 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika NOR

b. 3.3.3. Operasi Logika pada Gerbang Exclusive OR (EXOR)


Operasi EXOR merupakan kombinasi beberapa buah operasi logika dasar
NOT, AND, dan OR, dengan dua variabel masukan, dan satu variabel keluaran,
misalnya variabel masukannya x0, x1 atau A, B, dan variabel keluaran y atau Q.
Variabel keluaran y atau Q akan berlogika ‗0‘ (low), hanya jika semua
masukannya x0, x1 atau masukan A, B dalam keadaan sama logika, artinya
variabel keluaran Q akan berlogika ‗1‘ bila kedua variabel masukan sama kondisi
logikanya, yaitu A=B=‘1‘ (high), atau A=B=‘0‘ (low) semua. Dan sebaliknya,
variabel keluaran Q akan berlogika ‗1‘ (high) jika kedua variabel masukannya
tidak sama kondisi logikanya, yaitu A≠B (A berlogika ‗1‘, B berlogika ‗0‘, ataukah
A berlogika ‗0‘, B berlogika ‗1‘, yang penting tidak sama kondisi logika kedua
variabel masukannya).
Secara diagram Venn, operasi logika gerbang EXOR dapat dilihat pada (gambar
3.23.d) yang merupakan area fungsi dari variabel keluaran EXOR, yaitu y =x0
x1, atau Q =A B, atau juga bisa ditulis, Q =
Jadi sifat dari variabel keluaran gerbang EXOR tersebut akan berlogika ‗0‘ (low)
apabila kondisi kedua variabel masukan sama nilai logikanya, tetapi apabila
kondisi semua variabel masukan tidak sama nilai logikanya (artinya logika variabel
satu dengan variabel lainnya tidak sama), maka variabel keluaran akan berlogika
‗1‘ (high). Oleh karena itu, gerbang EXOR dilambangkan dengan atau
menggunakan tanda ( ) atau ( ), sehingga operasi logika EXOR sama dengan
gabungan dari dua buah operasi logika dasar yaitu AND, NOT, dan OR. Masukan
paling sedikit dua variabel, dan dapat lebih, mulai dari x0, x1 sampai xn dan satu
variabel variabel keluaran y, atau jika variabel masukannya A, B, C sampai...Z,

96
dengan variabel keluaran Q. Sehingga secara tabel kebenaran dan diagram Venn,
serta persamaan fungsinya dapat diuraikan seperti gambar berikut.

Tabel Simbol Simbol Ilustrasi diagram Persamaan fungsi


kebenaran EXOR EXOR Venn operasi
y = x0  x1
(standar (standar EXOR
B A Q
IEC) ASA) atau jika
0 0 0
masukannya A dan
0 1 1 x
0 B dan output Q,
1 0 1 =
1 y
x
1
maka:
1 1 0
Q= AB =A
B=AB‘+A‘B
(b)
(a) (d)
(c) (e)
Gambar 3.23. Operasi EXOR, (a) tabel kebenaran (truth table); (b) simbol EXOR
(standar IEC);
(c) simbol EXOR (standar ASA); (d) ilustrasi diagram Venn
operasi EXOR;
(e) persamaan fungsi output.

Tabel kebenaran memprlihatkan bahwa ketika variabel masukan x0 = x1 =


logika ‘0‘ atau ketika ketika x0 = x1 = logika ‗1‘, maka variabel keluaran y atau Q
akan berlogika ‗0‘. Variabel keluaran akan berlogika ‗1‘ hanya jika kondisi logika
kedua masukannya x0 ≠ x1 , atau A≠B, dengan katan lain variabel masukan A
berbeda dengan variabel masukan B).
Pada prakteknya, sebuah operasi EXOR disamping menggunakan rangkaian
terpadu gerbang tunggal seri TTL (seperti tipe 74LS86) dapat dibangun juga dari
operasi logika gerbang dasar AND, NOT, dan OR, dengan seri rangkaian terpadu
TTL 74LSxxx, yang berturut-turut adalah (74LS08; 74LS04, dan 74LS32), seperti
yang diperlihatkan pada gambar berikut.

97
Rangkaian EXOR dari EXOR
Rangkaian EXOR dari gerbang gerbang dasar (standar dengan satu
dasar (standar IEC) ASA) gerbang
tunggal
x0 1 &
>
_1 y
&
x1 1

(a) (b)
(c)

Gambar 3.24 Operasi EXOR yang dibangun dari (a); (b) Operasi Logika Dasar;
(c) Operasi Gerbang kombinasi (tunggal)

Untuk mengekspresikan fungsi logika gerbang EXOR dapat dibuat rangkaian


dengan menggunakan komponen digital seperti rangkaian terpadu ―IC‖
(integradted circuit) tipe seri TTL (transistor-transistor logic) seri 74LS86, seperti
gambar 3.25.

Gambar 3.25 Rangkaian Digital Operasi Logika EXOR

Dari tabel kebenaran dan sifat gerbang EXOR di atas, maka secara analogi
rangkaian persamaan listriknya yang dibangun dengan menggunakan dua buah
saklar atau lebih sebagai variabel masukan, dimana untuk mengaktifkan relay
lengkap dengan kontak NO-NC (normally open, normally closed) yang
disambungkan dengan lampu Q sebagai indikator keluaran seperti gambar 3.26.

98
Gambar 3.26 Analogi Gerbang Logika EXOR menggunakan Rangkaian Relay

Prinsip kerja rangkaian ini adalah jika saklar A ditekan tertutup ON (logika
‗1‘) dan saklar B tidak ditekan OFF, maka relay K1 aktif, posisi K1 pada posisi 1,
karena saklar B masih OFF, maka relay K2 tidak aktif, sehingga K2 pada posisi 2,
maka lampu Q akan dialiriri arus listrik dari tegangan 24V melalui lampu lalu terus
sampai ke ground, dan akibatnya lampu Q menyala ON (berarti logika ‗1‘),
demikian juga sebaliknya, atau dengan kata lain, jika variabel masukan A ≠ B,
atau selalu berbeda kondisi logikanya), maka salah satu dari relay K1 atau K2
akan aktif, sehingga keluaran lampu Q akan menyala ON, yang berarti logika ‗1‘).
Namun jika kedua variabel masukan A = B, yaitu sama-sama OFF saja (berlogika
‗0‘), atau sama-sama ON saja keduanya (logika‘1‘), maka relay K1, atau K2
keduanya sama-sama tidak aktif, atau sama-sama aktif, sehingga keluaran lampu
Q tidak pernah mendapat aliran listrik dari 24V menuju ke ground, atau dengan
kata lain lampu Q kondisinya mati OFF (berlogika ‗0‘).
Jadi, operasi logika EXOR adalah, jika kedua variabel masukan A=B, kondisi
logika apapun, maka variabel keluaran lampu Q akan mati OFF (berlogika ‗0‘),
dan sebaliknya jika kedua variabel masukan A≠B, maka variabel keluaran lampu
Q akan menyala ON (berlogika ‗1‘).
Sedangkan hubungan antara variabel masukan dan keluaran gerbang
EXOR seperti yang digambarkan seperti gambar 3.27, yaitu merupakan fungsi
diagram bentuk dan level pulsa dari logika gerbang EXOR yang menyatakan
hubungan antara variabel masukan dan keluaran.

input A 0 1 0 1

99
input B 0 0 1 1

output 0 1 1 0
Q

Gambar 3.27 Diagram Bentuk dan Level Pulsa input-output Gerbang Logika EXOR

Dari rangkaian gambar 3.27 di atas suatu operasi EXOR dapat juga dihubungkan
bertingkat (kaskade), sehingga secara keseluruhan operasi EXOR tersebut
menjadi memiliki tiga variabel masukan A , B dan C, serta sebuah variabel
keluaran Q.
Perilaku EXOR dengan tiga masukan tersebut ditunjukkan oleh tabel kebenaran di
bawah ini.

(a) (b)
Gambar 3.28 Rangkaian EXOR bentuk Kaskade (a) standar IEC; (b) standar
ASA

Dari rangkaian EXOR secara Kaskade tersebut dapat dibuat tabel kebenaran
(truth table) sesuai dengan prinsip-prinsip dari operasi dasar EXOR seperti
berikut.

Tabel kebenaran EXOR Kaskade


INPUT OUTPUT
C B A Q
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1

100
3.4. Hukum De Morgan
De Morgan adalah seorang ahli matematik dari Inggris yang hidup pada tahun
1806 sampai 1871. Dia juga mengembangkan aljabar boole yang disebut dengan
hukum De Morgan, yaitu hukum De Morgan 1, dan De Morgan 2.

c. 3.4.1 Hukum De Morgan 1


Suatu variabel masukan (A, B) dari fungsi logika OR ATAU jika masing-
masing masukannya dibalik inverter, maka hasil fungsi variabel keluarannya
adalah sama dengan NAND TIDAK DAN, sehingga secara penulisan aljabar
Boole adalah:
A‘ + B‘ = (A . B)‘ (3.1)

Tetapi apabila variabel masing-masing masukan (A‘, B‘) dari suatu fungsi logika
NOR TIDAK ATAU dibalik inverter maka fungsinya sama dengan AND DAN,
maka penulisan secara aljabar Boole adalah:

(A‘ + B‘)‘ = A . B (3.2)

d. 3.4.2 Hukum De Morgan 2


Suatu variabel masukan (A, B) fungsi AND DAN masing-masing dibalik
inverter maka fungsinya variabel keluarannya sama dengan NOR TIDAK
ATAU. Secara aljabar Boole, dapat ditulis sebagai berikut:

A‘ . B‘ = (A + B)‘ (3.3)

101
Tetapi, apabila variabel masukan (A‘, B‘) dari fungsi NAND TIDAK DAN dibalik
inverter, maka fungsin variabel keluarannya sama dengan OR ATAU, secara
aljabar Boole ditulis:
(A‘ . B‘)‘ = A + B (3.4)

Dari rumus hukum De Morgan di atas dapat dibuat gambar rangkaian gerbang
logikanya dengan menggunakan gerbang logika dasar, yaitu NOT, OR, AND,
NOR, dan NAND, seperti gambar 3.29 berikut. Namun untuk uraian penjelasan
penyederhanaan rangkaian dengan menggunakan metode matematik aljabar
Boole akan dijelaskan pada pokok bahasan berikutnya.

B' B'
B B
(A'+B') (A'.B')
A' A'
A A

(A.B)' A+B (A+B)'


B A.B B
A A

B (A.B)' B (A+B)'
A A

Gambar 3.29 Rangkaian Gerbang Logika Hukum De Morgan

Secara tabel kebenaran, fungsi variabel keluaran dari hukum De Morgan tersebut
adalah:

Tabel Kebenaran Fungsi Keluaran Tabel Kebenaran Fungsi Keluaran


Hukum De Morgan 1 Hukum De Morgan 2
B A B‘ A‘ A‘+B‘ (A.B)‘ B A B‘ A‘ A‘.B‘ (A+B)‘
0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0

B' B'
B (A'.B') (A'.B')' B (A'+B') (A'+B')'
A' A'
A A

B' B'
B B (A'+B')'
(A'.B')'
A' A'
A A

B A+B B A.B
A A

Gambar 3.30 Rangkaian Gerbang Logika Hukum De Morgan

102
Dengan tabel kebenaran, fungsi variabel keluaran hukum De Morgan tersebut
adalah:
Tabel Kebenaran Fungsi Keluaran Tabel Kebenaran Fungsi keluaran
Hukum De Morgan 1 Hukum De Morgan 2
B A B‘ A‘ (A‘+B‘)‘ A.B B A B‘ A‘ (A‘.B‘)‘ A+B
0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0
0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1
1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1

Dari hukum De Morgan tersebut, maka dapat dikembangkan untuk suatu


rangkaian gerbang logika disusun dari gerbang logika yang lainnya, seperti
gambar berikut.

NOT NAND NOR


A A' (A.A)'=A' (A+A)'=A'
A A

AND NAND NOR


A' (A'+B')'
((A.B)')' (A')'.(B')'
B (A.B) B (A.B)' A
A.B A.B
A A B'
B

OR NAND NOR
(A'.B')'
B' (A')'+(B') (A+B)' ((A+B)')'
B (A+B) B
A+B
B
A+B
A A' A
A

Gambar 3.31 Rangkaian suatu Gerbang Logika dibangun dari Gerbang logika
yang lain
3.5. Membangun dan Menyederhanakan Gerbang Logika Menggunakan
Aljabar Boole

Dalam Penyusunan dan Penyederhanaan Gerbang Logika biasanya


digunakan lebih dahulu penyederhanaan dengan bantuan rumus atau formula,
dan kaidah-kaidah dalam aljabar Boole untuk meringkas dan menyederhanaan
persamaan. Biasanya dalam persamaan aljabar Boole ditentukan bahwa logika
‗1‘=‘H‘=high, dan logika ‗0‘=‘L‘=low, dan tanda AND adalah ʌ atau ∩ atau . ,
sedangkan untuk OR adalah V atau U atau + . Rumus-rumus penting dalam
aljabar Boole tersebut adalah seperti berikut:

(1) A . 1 = A (16) A+1=1

103
(2) A . 0 = 0 (17) A+A=A
Komutati
(3) A.B = B.A (18) A.A=A
f
Komutati
(4) A + B = B + A (19) A.A‘=0
f
(20) Distributif
(5) A+B+C=A+(B+C)=B+(A+C) Asosiatif
A+BC=(A+B)(A+C)
(6) A.B.C = Absorpsi
Asosiatif (21) A+AB=A
(A.B).C=A.(B.C)=B.(A.C)
(7) A(B+C)= A.B + A.C Distributif (22) A(A+B)=A Absorpsi
(8) 0 . 0 = 0 (23) A(A‘+B)=AB Absorpsi
(9) 0 . 1 = 0 (24) A+A‘.B=A+A‘B Absorpsi
(10) 1. 0 = 0 (25) (A+B)‘=A‘.B‘ De Morgan
(11) 1. 1 = 1 (26) (A+B)=(A‘.B‘)‘ De Morgan
(12) 0+0 = 0 (27) (A.B)‘=(A‘+B‘) De Morgan
(13) 0+1 = 1 (28) A.B=(A‘+B‘)‘ De Morgan
(15) 1+1 = 1 (29) ((A.B)‘)‘=A.B

3.5.1 Membangun Gerbang NOT, AND, NAND, OR, NOR, dan EXOR

Pada prinsipnya terdapat berbagai cara untuk membangun rangkaian


gerbang logika yang dibangun dari gerbang logika dasar adalah sama seperti
halnya untuk menyederhanakan rangkaian gerbang logika, yaitu dengan
menggunakan salah satu metode, diantaranya:
(1) hukum-hukum De Morgan, dan operasi aljabar Boole,
(2) fungsi tabel kebenaran keluaran yang diinginkan
(3) fungsi diagram Venn
(4) fungsi diagram Karnaugh Map
Hal ini dimaksudkan untuk supaya lebih mudah dalam menentukan komponen
gerbang logika dasar yang akan digunakan.
Beberapa hal yang akan dibahas dalam membangun rangkaian gerbang
logika dari gerbang logika yang lain, diantaranya, membangun rangkaian: (a)
NOT, (b) AND, (c) NAND, (d) OR, (e) NOR, (f) EXOR, dan lain-lainya.
Pada dasarnya untuk membangun gerbang logika yang dibangun dari
gerbang yang tersebut atau gerbang yang lain adalah sesuatu kreatifitas, hal ini

104
juga untuk mengatasi salah satu problem bila dalam rangkaian tersebut tidak ada
komponen gerbang logika yang diperlukan.

Simbol dan
Gerbang Susunan Rangkaian terbuat dari Gerbang
Persamaan Aljabar
Logika logika lain
Boole

NOT
Q=A‘=((A‘)‘)‘

AND
Q=A.B=((A.B)‘)‘=(A‘+
B‘)‘

NAND
Q=(A.B)‘=((A‘+B‘)‘)‘=(
A‘+B‘)

OR
Q=A+B=((A+B)‘)‘
=(A‘.B‘)‘

NOR

Q=(A+B)‘=(A‘.B‘)

EXOR
Q=A‘B+AB‘=(A B)‘

Gambar 3.32 Rangkaian Suatu Gerbang Logika dibangun dari Gerbang logika
yang lain

105
3.5.2 Membangun Gerbang Logika 3- atau 4-Input dengan Gerbang logika 2
Input

Untuk membangun gerbang logika 3-input dengan menggunakan gerbang


logika 2-input adalah sesuatu yang harus dilakukan, hal ini juga salah satunya
untuk mengatasi problem bila dalam rangkaian tersebut tidak ada komponen
gerbang logika yang diperlukan. Contohnya, untuk membangun rangkaian 3-input
dan 4-input menggunakan gerbang logika 2-input, diantaranya: OR, dan AND.

Simbol dan
Gerbang Susunan Rangkaian terbuat dari Gerbang
Persamaan Aljabar
Logika logika lain
Boole

OR
(3-input)
Q=A+B+C

AND

(3-input)
Q=A.B.C

OR

(4-input)

Q=A+B+C+D

AND

(4-input)
Q=A.B.C.D

Gambar 3.33 Rangkaian Gerbang Logika 3-, dan 4-input dibangun dari
Gerbang logika 2-input

3.6. Peta Diagram Karnaugh ( Karnaugh Map-diagram)


Telah diketahui bahwa dalam kasus penyederhanaan fungsi logika secara
aljabar Boole cukup membosankan dan hasilnya kadang-kadang masih belum
dapat teringkas secara sederhana, dan bahkan terdapat perbedaan dari satu

106
orang ke orang lain, tergantung dari kelincahan seseorang mempermainkan
rumus-rumus logika aljabar Boole dan hasil penyederhanaan juga tidak segera
dapat dipastikan sebagai fungsi yang minimum.
Cara lain untuk mempermudah proses penyederhanaan dan mencegah
kemungkinan memperoleh hasil yang dianggap sudah minimum, padahal masih
dapat lagi disederhanakan, adalah cara diagram/pemetaan digunakanlah diagram
atau peta Karnaugh.
Metode diagram/peta Karnaugh adalah teknik untuk mereduksi
persamaan logika digital dengan menggunakan grafik (gambar) sehingga
dapat diikuti prosesnya secara visual. Cara ini jauh lebih mudah daripada cara
penyederhanaan aljabar terutama untuk fungsi-fungsi dengan 3 atau 4 variabel
masukan. Peta Karnaugh menggambarkan harga/keadaan suatu fungsi untuk
setiap kombinasi masukan yang mungkin dibentuk. Jadi sebenarnya, peta
karnaugh memetakan tabel kebenaran dalam kotak-kotak segi empat yang
jumlahnya tergantung dari jumlah variabel masukan.
Untuk mengurung logika yang sudah dimasukan ke dalam diagram/peta Karnaugh
mulailah dengan jumlah logika terbanyak.
3.6.1 Karnaugh Map untuk 2 Variabel Input

Suatu fungsi logika dengan 2 variabel masukan, maka peta Karnaugh akan
terdiri atas 22 = 4 kotak dan seterusnya untuk n variabel masukan petanya akan
terdiri atas 2n kotak.
Setiap kotak berisi ‖0‖ atau ‖1‖ yang menunjukkan keadaan fungsi untuk
kombinasi masukan yang diwakili kotak bersangkutan. Untuk fungsi dengan 2
variabel masukan peta karnaugh disusun seperti gambar di bawah.

Peta Karnaugh 2 Tabel Kurungan logika


Kurungan logika ―1‖
masukan kebenaran ―0‖

B‘
(B)‘ = B‘

Gambar 3.34 Diagram/peta Karnaugh 2 Variabel Masukan

107
3.6.2 Karnaugh Map untuk 3 Variabel Input

Jika fungsi logika itu terdiri dari 3 variabel masukan, maka peta Karnaugh
akan terdiri atas 23 = 8 kotak dan seterusnya untuk n variabel masukan petanya
akan terdiri atas 2n kotak.

Peta karnaugh 3 Tabel Kurungan logika Kurungan logika


masukan kebenaran ―1‖ ―0‖

(A‘.B)+(A.C) ((A‘.B‘)+(A.C‘))‘

Gambar 3.34 Diagram/peta Karnaugh 3 Variabel Masukan

Setiap kotak berisi ‖0‖ atau ‖1‖ yang menunjukkan keadaan fungsi untuk
kombinasi masukan yang diwakili kotak bersangkutan. Untuk fungsi dengan 3
variabel masukan peta Karnaugh disusun seperti gambar di atas. Dari hasil
analisis keluaran yang dihasilkan dapat dibangun gerbang logika secara
elektronika digital sebagai berikut.

(A‘.B)+(A.C)

((A‘.B‘)+(A.C‘))‘

(a) Hasil pengurungan logika ‗1‘ (b) Hasil pengurungan logika ‗0‘

Gambar 3.35 Rangkaian Logika Hasil analisis Karnaugh Map

Dengan cara pemetaan Karnaugh ini adalah cara yang paling efektif untuk
menyederhanakan persamaan dan pembuatan rangkaian logikanya.

108
Yang jelas, semua fungsi logika keluaran bisa dipetakan dengan
Karnaugh, namun cara ini juga bukan satu-satunya untuk menyederhanakan
persamaan logika dalam pembuatan rangkaian logika, tetapi ada cara lain seperti
menggunakan tabel kebenaran, hukum-hukum aljabar Boole dan De Morgan.

3.6.3 Karnaugh Map untuk 4 Variabel Input

Berikutnya untuk fungsi logika dengan 4 variabel masukan, peta Karnaugh


akan terdiri atas 24 = 16 kotak dan seterusnya untuk n variabel masukan petanya
akan terdiri atas 2n kotak.
Setiap kotak berisi ‖0‖ atau ‖1‖ yang menunjukkan keadaan fungsi untuk
kombinasi masukan yang diwakili kotak bersangkutan. Untuk fungsi dengan 4
variabel masukan peta Karnaugh disusun seperti gambar berikut di bawah.

109
Peta Karnaugh 4 masukan Tabel kebenaran

Kurungan logika ―1‖ Kurungan logika ―0‖

(A‘.D)+(A.B.D)+(A.B.C‘)
(A‘.D‘)+(C.D‘)+(A.B‘)
((A‘.D)+(A.B).(D+C‘))‘
(D‘.(A‘+C))+(A.B‘)

Gambar 3.36 Diagram/peta Karnaugh 4 Variabel Masukan

110
K. Latihan/TudgasAS 3:
1. Apa nama simbol dari berbagai fungsi gerbang logika berikut:

a. d. g.

b. e. h.

c. f. i.

2. Buatlah simbol dari nama-nama fungsi gerbang logika berikut:

AND-gate NAND-gate NOT-gate dari


a. d. g.
(3-input) (schmitt trigger 2-input) NAND (4-input)

Untuk fungsi output


OR-gate EXOR-gate
b. e. h. Q=A‘B‘ dari NOR-
(4-input) (2-input)
gate (2-input)

Untuk fungsi output


EXNOR NOR-gate
c. f. i. Q=A‘+B‘ dari
(2-input) (3-input)
NAND-gate (2-input)

3. Berdasarkan tabel kebenaran berikut, tentukan persamaan aljabar Boole untuk


fungsi output.
Input Output
B A Q
0 0 1 Q= .......................................
0 1 0
1 0 0
1 1 1

111
4. Buatlah rangkaian gerbang logika dari fungsi aljabar Boole berikut.
a. Q = (A‘ . B‘) + (A . B)‘
b. Q = (A‘ . B‘)‘ + (A‘ . B‘)
c. Q = (A . B)‘ + (A‘ . B‘)
d. Q = (A‘ . B‘) + (A . B)
5. Buatlah persamaan aljabar Boole fungsi output untuk rangkaian fungsi gerbang
logika seperti berikut.
a. c.

b. d.

6.Dari analogi gambar rangkaian kelistrikan berikut, tentukan:


+24V

A K1 K2
a. Persamaan fungsi output Q secara
aljabar Boole terhadap fungsi input (A
B
dan B)
b. Rangkaian fungsi gerbang logikanya
K1 K2 Q
0V

112
7. Dari diagram Karnaugh map di bawah ini, tentukan

A’ A a. fungsi output Q terhadap inputnya (ABC)

C’ 1 1 0 0 secara persamaan aljabar Boole untuk

C 0 1 0 1 kurungan logika‘1‘

B’ B B’ b. gambar rangkaian gerbang fungsi logika dari


persamaan aljabar Boole tersebut.

8. Dari diagram bentuk dan level pulsa berikut, tentukan persamaan aljabar Boole
dari fungsi output Q, dan tentukan gambar rangkaian fungsi gerbang logikanya

9. Tentukan rangkaian gerbang fungsi logikanya menggunakan teknik gerbang


dasar dan kombinasi (NOT, AND, OR) dari persamaan aljabar Boole berikut
a. Q = ((A‘ . B) + C‘) + (A . (B‘ . C))
b. Q = (A‘ . (B + C‘)) . (A . (B‘ . C))
10. Amati gambar rangkaian gerbang fungsi logika berikut !
Kemudian, dari rangkaian gerbang
fungsi logika berikut, buatlah tabel
kebenarannya (truth table), dan
persamaan aljabar Boole

1. Dari gambar rangkaian fungsi gerbang logika (gambar a., dan b) tersebut,
buatlah analisis output Q secara aljabar Boole,

113
a C B A b. C B A

Q Q

2. Dari gambar pulsa diagram di bawah ini A, B, C, D sebagai input dan Q sebagai
output
Tentukan persamaan aljabar Boole, dan buat rangkaian gerbang fungsi output
terhadap input

3. Buatlah model alat Lampu Lalu Lintas (Model Traffic Light) dengan ketentuan
seperti berikut:
Perhatikan model lampu lalu lintas
(gambar tugas-3.1) di samping, dan
lihat tabel kondisi nyala lampu di
bawah jika warna gelap kondisi lampu
mati atau berlogika ‖0‖ sedangkan
warna terang kondisi lampu menyala
atau berlogika ‖1‖ (seperti gambar
tugas 3.3).

Gambar tugas-3.1
Catatan:
Gambar yang berwarna (gambar tugas 3.1; gambar tugas 3.2) hanya
merupakan ilustrasi saja, untuk tugasnya lihat (gambar tugas 3.3) yang

114
tidak berwarna.

Gambar tugas 3.2 Ilustrasi Waktu Nyalanya Lampu Lalu Lintas

Gambar Tugas 3.3 Nyala/Matinya Lampu Sesusi Tugas

Tugas :
a. Lengkapi tabel kebenaran di bawah berdasarkan kondisi lampu di atas lalu
masukan kondisi logikanya ke dalam peta/diagram karnaught dan lengkapi
persamaan aljabar boolenya.

I. Dari soal dengan diagram peta Karnaugh berikut, tentukanlah:

115
a. Persamaan aljabar Boole fungsi output Q
terhadap input ABCD
b. Rangkaian gerbang fungsi logikanya

5. Dari persamaan aljabar Boole berikut, tentukan rangkaian gerbang fungsi


logikanya : (a). Q = (A‘ . B‘) + (A . B)‘
(b). Q = (A . B)‘ + (A‘ . B‘)

6. Dari gambar rangkaian kelistrikan dengan saklar A, dan B sebagai input, dan
Q sebagai output.

+24V
Tentukan: a. Persamaan aljabar Boole-nya
A K c. Rangkaian gerbang logikanya
d. Rangkaian gerbang logikanya
dengan menggunakan komponen
B
gerbang logika yang lainnya

K Q
0V

7. Dengan menggunakan diagram Venn seperti contoh gambar berikut, gambarlah


secara diagram Venn untuk fungsi gerbang logika:
a. OR-gate c. EXOR-gate
b. AND-gate d. NAND-gate

116
L. Rangkuman

M. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


1. Umpan Balik
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, periksa penguasaan
pengetahuan dan keterampilan anda menggunakan daftar periksa di bawah
ini:
No Indikator Ya Tidak Bukti
1. Menjelaskan uraian singkat sejarah
adanya system digital
2. Menyebutkan beberapa alat yang
ditemukan dan dibuat oleh Babage
3. Menyebutkan siapa saja para
penemu system digital dengan alat
yang ditemukannya
4. Menjelaskan bagaimana awal mula
system digital dipraktikkannya
5. Menjelaskan bagaimana awal mula
system world wide web dibuat
6. Menjelaskan bagaimana awal mula
sejarah situs jejaring social dibuat
7. Menjelaskan beberapa software
yang bias digunakan dalam
merancang dan mensimulasikan
rangkaian elektronik digital dan
analog.

2. Tindak Lanjut
g. Buat rencana pengembangan dan implementasi praktikum sesuai standar
di lingkungan laboratorium kerja anda.
h. Apakah anda mengimplementasikan rencana tindak lanjut ini sendiri atau
berkelompok?
 sendiri
 berkelompok – silahkan tulis nama anggota kelompok yang lain dalam
tabel di bawah.
No: Nama anggota kelompok lainnya (tidak termasuk diri anda)

117
i. Pikirkan suatu situasi atau kondisi di dalam bengkel/laboratorium anda
yang mungkin dapat anda ubah atau tingkatkan dengan
mengimplementasikan sebuah rencana tindak lanjut.
j. Apakah judul rencana tindak lanjut anda?
k. Apakah manfaat/hasil dari rencana aksi tindak lanjut anda tersebut?
l. Uraikan bagaimana rencana tindak lanjut anda memenuhi kriteria SMART

Spesifik

Dapat diukur

Dapat dicapai

Relevan

Rentang/Ketepatan
Waktu

N. Kunci Jawaban

118
Kegiatan Pembelajaran 4:
MEMAHAMI RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL

A. Tujuan Pembelajaran

1. Memahami prinsip dasar rangkaian logika sekuensial dan Diagram State.


2. Mensimulasikan rangkaian Flip-flop (S-R-, J-K-, D-, dan Toggle- Flip-flop),
menggunakan perangkat lunak dan keras untuk melakukan pengukuran, dan
interprestasi hasil pengukuran.
1. Menyimpulkan rangkaian Flip-Flop berdasarkan hasil simulasi, dan tabel
eksitasi.
2. Memahami prinsip dasar Komponen IC digital untuk keperluan
penentuan metode “throubleshooting‖ rangkaian Flip-Flop.

B. Uraian Materi
1. Pengenalan dan Prinsip kerja Logika Sekuensial.
2. Macam-macam Flip-flop (SR-, J-K-, D-, dan Toggle-Flip-flop)
3. Aplikasi dari macam-macam Rangkaian Flip-Flop (S-R-, D-, Toggle-, J-K-
Flip-Flop)
4. Penerapan dan Troubleshooting Rangkaian Logika Sekuensial

C. Alokasi Waktu
16 jam pelajaran

D. Metode Pembelajaran

Teori, Tugas, Simulasi, dan Eksperimen.

E. Media pembelajaran

- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital
- Alat bantu/ Trainer, Komponen/IC Digital jenis TTL (74LSxx)

119
F. Referensi
1. Leonhardt, E. 1984. Grundlagen der Digitaltechnik: Eine Systematische
Einfuerung. Muenchen: Carl Hanser Verlag.
2. Kappler Wolfgang. 1986. Digital-Elektronik: Heft 1-12. Pforzheim: ITT
Fachlehrgaenge
3. Susa‘at, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:
Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.
4. Mukti, A. 2011. Teknik Digital Dasar: Logika Sekuensial. Malang: Materi
Bahan Diklat Guru Elektronika Industri P4TK BOE/VEDC Malang.

120
G. Uraian Materi
4. Rangkaian Logika Sekuensial
Logika sekuensial adalah penggabungan dari logika dasar dan logika
kombinasi yang berfungsi untuk memperlambat (delay) dan untuk menyimpan
data logika sebagai memori (memory storage). Logika ini merupakan salah satu
rangkaian logika yang sangat bermanfaat, yang di interkoneksikan untuk
penyimpanan, pewaktu, perhitungan dan urutan keluarnya data logika.
Berikut gambaran secara diagram blok rangkaian logika sekuensial, di dalamnya
terdapat fungsi delay, dan penyimpan data logika.

Gambar 4.1 Diagram Blok Logika Sekuensial

Bentuk dasar dari rangkaian logika sekuensial adalah rangkaian flip-flop


yang dirangkai dari gerbang logika dasar dan kombinasi, seperti AND dan NAND.
Flip-flop adalah suatu rangkaian bistabil dengan triger yang dapat menghasilkan
kondisi logika ‗0‘ dan 1 pada keluarannya. Keadaan dapat dipengaruhi oleh satu
atau kedua masukannya. Tidak seperti fungsi gerbang logika dasar dan
kombinasi, keluaran suatu flip-flop sering tergantung pada keadaan sebelumnya.
Kondisi tersebut dapat pula menyebabkan keluaran tidak berubah atau dengan
kata lain terjadi kondisi memory. Oleh sebab itu flip-flop dipergunakan sebagai
elemen memory.

121
(a) Rangkaian Delay Elemen (c) Rangkaian Logika (d) Rangkaian Logika
Penyimpan (b) Oscillasi 4 NAND- Kombinasional & Sekuensial &Timing
Gate Timing Diagram Diagram

Gambar 4.2 Kelengkapan Isi Rangkaian Logika Sekuensial


Nama lain dari flip-flop ini adalah multivibrator bistabil, dimana keluarannya
adalah suatu tegangan rendah (logika ‗0‘) atau tinggi (logika ‗1‘). Keluaran ini tetap
rendah (‗0‘) atau tinggi (‗1‘) selama belum ada masukkan yang merubah keadaan
tersebut. Rangkaian yang bersangkutan harus di dikendalikan (“drive”) oleh satu
masukkan yang disebut pemicu (trigger). Keadaan tersebut akan berubah kembali
bila ada masukkan pemicu lagi.
Ada tiga jenis multivibrator, yaitu : astabil, monostabil, dan bistabil. Pada
bagian ini hanya membahas multivibrator bistabil (flip-flop), karena topik ini
berhubungan dengan penggunaan logika sekuensial pada pengembangan
rangkaian logika yang lebih lanjut, yaitu pencacah (“counter”).
Berdasarkan cara penyimpanannya flip-flop dapat digolongkan atas:

1. SR flip-flop,
2. JK flip-flop
3. D flip-flop
4. T flip-flop

122
4.1 SR Flip-flop (Set-ReSet)
SR flip-flop atau sering disebut RS flip-flop adalah suatu flip-flop yang
mempunyai dua masukan dan dua keluaran. Rangkaian flip-flop ini merupakan
flip-flop yang paling sederhana, yang memiliki dua masukan yaitu R = Reset, dan

S = Set, serta dua keluaran Q dan Q atau bisa ditulis Q‘. Dua (2) input tersebut

yaitu, S=Set dan R=Reset, dan dua (2) output yaitu Q dan Q atau juga bisa
ditulis Q‘ tersebut salah satunya bertindak sebagai 1 bit memori yaitu output Q.
Untuk input S=‘1‘, dan R=‘1‘ adalah kondisi yang tidak dibenarkan (tidak boleh
diset serentak) karena akan menghasilkan output yang tidak konsisten.
Tabel Kebenaran Simbol

S R Q Q
0 0 Tidak berubah
S Q
0 1 0 1
R Q
1 0 1 0

1 1 Tidak tentu
(b)

(a)

Gambar 4.3 RS Flip-flop (a) tabel kebenaran, (b) simbol

Gambar 4.4 RS Flip-flop dengan ―Clock‖

123
(b) RS- FF (NAND-Gate)
(d) RS- FF (NOR-Gate)
(a) RS FF (NAND-Gate) & Tabel State (c) RS FF (NOR-Gate) & Tabel State
& Diagram Pulsa & Diagram Pulsa

Gambar 4.5 RS Flip-flop (a) (b) dengan NAND-gate, (c) (d) dengan NOR-gate

Flip-flop RS dapat dibentuk dari kombinasi dua gerbang NAND atau


kombinasi dua gerbang NOR seperti gambar di atas. Sesuai dengan namanya
(gambar 4.3) dan (gambar 4.5), keluaran flip flop Q = 1 dan Q = ‗0‘ pada saat S =
1 dan R = ‗0‘,dan reset ketika S = ‗0‘ dan R = 1 akan menghasilkan keluaran Q =
‗0‘ dan Q = 1. Kondisi tersebut adalah kondisi satbbil dari RS flip-flop.
Ketika kedua masukan R dan S berlogika ‗0‘, keluaran flip-flop tidak berubah tetap
seperti pada kondisi sebelumnya. Tetapi ketika kedua masukan R dan S berlogika
‗1‘ maka keluaran flip-flop tidak dapat diramalkan karena kondisinya tidak tentu
tergantung pada toleransi komponen dan tunda waktu temporal dan lain
sebagainya dan kondisi tersebut dapat diabaikan.

124
Pada prakteknya sebuah RS Flip-flop dapat dibangun dari rangkaian dua buah
gerbang NAND yang saling dihubungkan silang seperti ditunjukan pada berikut.

Tabel Kebenaran Rangkaian RS Flip flop


S R Q Q
S & Q
0 0 Tidak tentu

0 1 0 1

1 0 1 0 & Q
R
1 1 Tidak berubah
(b)

(a)

Gambar 4.6 Rangkaian RS Flip-flop dengan gerbang NAND

Berbeda dengan flip flop dengan gambar di atas, keluaran dari flip-flop adalah
kebalikan dari flip-flop tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya garis di atas
variabel input-nya.
Lebih lanjut tipe yang sangat penting dari flip-flop adalah master slave flip-flop
atau disebut juga dua memory yang pada dasarnya dibangun dari dua flip-flop
yang terhubung secara seri. Jalur kontrol dapat diatur dari sebuah clock melalui
penambahan sebuah gerbang NAND. Gambar rangkaian dasarnya ditunjukkan
dalam gambar berikut.

S
& &
& & Q

Clock &

& Q
& &
&
R
Kontrol Master Kontrol Slave
Clock I Flip flop Clock II Flip flop

Gambar 4.7. Master-Slave Flip-flop menggunakan NAND

Pertama kita lihat pada master flip-flop. Jika masukan clock adalah ‗0‘ kedua
keluaran dari kontrol clock I adalah ‗1‘. Ini artinya bahwa suatu perubahan
keadaan pada masukan S dan R tidak berpengaruh pada master flip-flop. Flip flop

125
tersebut mempertahankan keadaan. Di sisi lain jika masukan clock adalah ‗1‘
maka keadaan dari S dan R menentukan keadaan master flip-flop.
Slave flip flop memperlihatkan perilaku yang sama. Kadang kontrol clock adalah
dibalik oleh sebuah inverter. Ini artinya bahwa clock ‗1‘ dari master flip flop
menjadi ‗0‘ pada slve flip flop.
Operasi flip-flop ini dijelaskan lebih mudah dari sekuensial temporal dari pulsa
clock seperti ditunjukan oleh berikut.
Dari gambar pulsa clock (gambar 4.8) dapat diuraikan fungsi tegangan
pulsa terhadap waktu, mulai dari waktu t1, t2 sampai dengan t3, dan t4.

t1 : Ketika pulsa clock muncul dari ‗0‘ ke ‗1‘ terjadi toleransi daerah ‗0‘ ke arah ‗1‘
keluaran clock terbalik ke ‗0‘. Misalnya keluaran slave flip-flop akan OFF
dan mempertahankan kondisi.

Vclock

0 t
t1 t2 t3t4

Gambar 4.8 Sekuensial temporal untuk master slave flip flop

t2 : Ketika pulsa clock muncul dari ‗0‘ ke ‗1‘ mencapai batas terendah dari
toleransi daerah ‗1‘ masukan dari master flip flop adalah dapat diatur,
misalnya master flip-flop dipengaruhi oleh masukan R dan S.
t3 : Ketika pulsa clock turun dari ‗1‘ ke ‗0‘ terjadi toleransi daerah ‗1‘ ke arah‘0‘
masukan master flip-flop kembali ditahan. Misalnya master flip-flop
menghasilkan keadaan baru.
T4 : Ketika pulsa clock turun dari ‗1‘ ke ‗0‘ mencapai batas tertinggi dari toleransi
daerah ‗0‘ masukan dari master flip-flop adalah dapat diatur, misalnya
master flip-flop dipengaruhi oleh masukan R dan S.

Hasilnya bahwa pengaruh masukan R dan S terjadi pada interval t1 sampai t2 data
dikirim ke flip-flop dan pada saat t4 baru data dikirim ke keluaran. Selama
masukan clock ‗0‘ data tersimpan di dalam flip-flop.

126
4.2 JK Flip-flop

Flip-flop ini mempunyai dua masukan dan dua keluaran, di mana salah
satu keluarannya (Q) berfungsi sebagai komplemen. Flip-flop JK dapat dibentuk
dari kombinasi empat gerbang NAND, flip-flop ini tidak memiliki keadaan terlarang
seperti yang terdapat pada flip-flop RS. Karena dikembangkan dalam master
slave flip-flop, maka pada prakteknya yang terpenting adalah Master slave JK flip-
flop yang dibangun dengan menyambungkan keluaran ke masukan gerbang
seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.9 Rangkaian Dasar dan Simbol JK Flip-flop

Dari gambar 4.10, jika keadaan masukan J = ‗1‘ dan K = ‗0‘ menghasilkan

keluaran Q = ‗1‘ dan Q = ‗0‘ setelah pulsa clock. Untuk J = K = ‗1‘ keluaran akan
selalu berubah setiap kali pulsa clock diberikan.

J & &
& & Q

Clock &

& Q
& &
K &

Gambar 4.10 Rangkaian JK Flip flop menggunakan NAND

127
Tabel Kebenaran Simbol

tn tn+1
J Q
K J Q Q
Clock
0 0 Q Q
K Q
0 1 1 0

1 0 0 1 (b)

1 1 Q Q

(a)

Gambar 4.11 Tabel Kebenaran dan Simbol JK Flip flop

Clock

1
0 t
Q

1
0 t
Q

1
0 t

Gambar 4.12 Diagram pulsa JK Flip flop Ketika masukan J = K = ‗1‘

Gambar 4.13 Bentuk dan Nama Pin IC Dual JK Flip-flop 74LS76

4.3 D Flip-flop

D Flip-flop merupakan modifikasi dari RS flip-flop dengan tambahan

128
gerbang pembalik pada masukan R, sehingga masukan R merupakan komplemen
dari masukan S. Saat, D = ‗0‘ keadaan flip-flop reset (Q = ‗0‘) sedangkan bila D =
‗1‘, maka keadaan flip-flop kondisinya ―Set‖ (Q = ‗1‘). Karena itu D flip-flop ini
dibangun dari suatu flip-flop yang mirip JK Master slave flip-flop, untuk J = K = ‗1‘,
yaitu yang dikenal dengan nama D flip-flop. Versi yang paling banyak
dipergunakan dalam praktek, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

& &
& & Q

Clock

& Q
& &
D

Gambar 4.14 Rangkaian D Flip flop menggunakan NAND

Tabel Kebenaran Simbol

tn tn+1 Q

D Q Clock
Q
K Q
0 0 1

1 1 0 (b)

(a)

Gambar 4.15 Tabel kebenaran dan symbol D Flip flop

Kelebihan D flip-flop dibandingkan dengan JK flip-flop bahwa data masukan


dikirim ke keluaran selama pulsa clock berubah dari ‗0‘ ke ‗1‘. Jika clock = ‗1‘ dan
data masukan di D berubah, perubahan tersebut tidak lama berpengaruh terhadap
keadaan keluaran. Suatu perubahan di D selama clock = ‗1‘ mengakibatkan
pengaruh ke keluaran hanya pada perubahan ‗0‘ ke ‗1‘ berikutnya. Karena
perlambatan internal memungkinkan dengan flip flop ini mengenal sebuah umpan

balik misalnya dari Q ke D tanpa menghasilkan oscilasi. Karena kelebihan


tersebut sering D flip flop ini disebut sebagai Delay flip-flop. Berikut beberapa
contoh IC D Flip-flop 74LS74, dan 74LS75.

129
(a) Dual positive-edge triggered D-FF (a) Tabel Eksitasi D-FF 74LS74 (c) Bentuk Pin D-FF (D-
(74LS74) Latch) 74LS75

Gambar 4.16 Simbol, Timing Diagram, dan Bentuk IC D Flip-flop 74LS74

(b) Simbol dan Tabel Eksitasi D- (b) Timing Diagram D-FF (D- (c) Bentuk Pin D-FF (D-
FF (D-Latch) latch) Latch) 74LS75

Gambar 4.17 Simbol, Timing Diagram, dan Bentuk IC D Flip-flop (D-Latch) 74LS75

130
4.4 T Flip-flop
Flip-flop Toggle merupakan modifikasi dari RS Flip-flop, atau juga bisa
dimodifikasi dari JK Flip-flop. Untuk memodifikasi T Flip-flop yang dibangun dari
RS Flip-flop adalah:
(a) keluaran Q‘ disambungkan masukan S,
(b) dan keluaran Q disambungkan ke masukan R
(c) masukan “clock” sebagai input Toggle.

Sedangkan untuk modifikasi T Flip-flop yang dibangun dari JK Flip-flop yaitu


dengan cara mengubah hubungan pada JK Flip-flop, diantaranya :
(a) menggabungkan kedua masukan J dan K ke logika‘1‘
(b) masukan “clock” sebagai input Toggle.
Sehinga keluaran Q akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan pada clock-
nya. Untuk lebih jelasnya, berikut ditunjukkan tabel eksitasi , dan timing diagram,
dan cara memodifikasi dari T-Flip flop, dan D-Flip flop dari RS-, dan dari JK-Flip
flop.

Tabel Keluaran T-FF

(b) Timing Diagram D-FF (D-latch)


(a) Rangkaian T-FF dari RS-, dan JK-FF

Gambar 4.18 Rangkaian Toggle Flip-flop dan Tabel Keluaran

131
(a) (b) (c) (d)

Gambar 4.19 Model D Flip-flop, dan T Flip-flop yang dibangun dari RS-FF dan JK-FF

4.5 Diagram State Rangkaian Logika Sekuensial

Sebagaimana diketahui, dalam merancang suatu rangkaian Flip-flop untuk


keperluan penghitung atau yang lainnya, harus mengikuti prosedur disain, supaya
terjamin ketelitian dan kebenarannya.
Langkah-langkah dan prosedur State:

- Mendisain rangkaian dengan menggunakan Flip-flop adalah:


(a) Gunakan persamaan next state atau state diagram yang diketahui,
(b) Lalu buatlah tabel present state/ next state untuk rangkaian yang akan
dibangun,
(c) Tambahkan kolom pasangan eksitasi dari masing-masing Flip-flop yang
akan digunakan.
(d) Gunakan KV-map, lalu carilah persamaan logika dari nilai eksitasi yang
didapat,
(e) Buat rangkaiannya sesuai dengan persamaan yang didapat.

132
- Menganalisa rangkaian dengan Flip-flop adalah:

a. State Transisi (penghitung 0-7)

Karena, rangkaian Penghitung Naik Asinkron yang akan dibuat menggunakan


rangkaian Flip-Flop, maka tahapan prosedur yang dilakukan adalah sebagai
berikut.

Diagram state digunakan sebagai rancangan dalam merencanakan rangkaian


sebuah penghitung (naik / turun / acak) dari rangkaian Flip-flop. Contoh state-
transisi untuk persoalan penghitung naik 0 – 7. Untuk itu seperti diperlihatkan
pada gambar berikut.

Gambar 4.20 Model state transisi Penghitung naik 0-7 menggunakan Flip-flop

133
b. Pembuatan Rangkaian Flip-flop untuk Penghitung
Rangkaian Penghitung Naik Asinkron yang dibuat menggunakan rangkaian
Flip-Flop JK diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.21 Rangkaian Penghitung Asinkron naik 0-7 menggunakan FF

c. Simulasi Rangkaian
Sebelum melakukan percobaan dengan IC dan papan percobaan, sebaiknya
rangkaian yang telah dibuat terlebih dahulu disimulasikan dengan computer
menggunakan software EWB atau Livewire.
Beberapa hal yang perlu diingat dalam simulasi menggunakan software, yaitu
lebih baik digunakan Livewire, karena kompatibel dengan windows XP,
windows7 dan windows 2010. Jika digunakan software EWB untuk simulasi,
maka akan terjadi problem ketika koneksi dengan windows 7 ke atas, terutama

gambar tidak sempurna.


Gambar 4.22 Simulasi penghitung naik
asinkron (1)

Gambar 4.23 Simulasi penghitung naik asinkron (7)

134
4.6 State Transisi Penghitung Naik Asinkron (0-5)

Penghitung naik asinkron dengan pembatas yaitu suatu penghitungan naik


pada suatu rangkaian Flip-Flop yang dilengkapi dengan suatu rangkaian
tambahan pembatas. Misalnya, suatu rangkaian penghitung naik 3 bit
menggunakan rangkaian Flip-flop hanya dapat menghitung 0 – 7, rangkaian
penghitung naik ini dapat dibatasi, sehingga penghitungan hanya berfungsi 0 – 5
saja.
State Transisi yang digunakan untuk merancang dalam pembuatan sebuah
penghitung naik asinkron dengan pembatas, diperlihatkan pada gambar berikut

Gambar 4.24 State-transisi penghitung naik 0 – 5

a. Tabel Transisi
Table transisi untuk penghitung naik asinkron dengan pembatas, yaitu untuk
menghitung 0 – 5 dapat disusun sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tabel transisi penghitung naik 0 - 5

Des C B A
0 0 0 0
1 0 0 1
2 0 1 0
Persamaan Logika :
3 0 1 1
R = B.C
4 1 0 0
Simbol :
5 1 0 1
6 1 1 0 RESET
7 1 1 1

135
b. Rangkaian Penghitung Naik Asinkron:
Rangkaian Penghitung Naik Asinkron dari 0 hingga 5 yang dibuat
menggunakan rangkaian Flip-Flop JK diperlihatkan pada gambar di bawah.

Gambar 4.25 Rangkaian penghitung naik asinkron 0 – 5

c. Simulasi
Sebelum melakukan percobaan dengan IC dan papan percobaan, sebaiknya
rangkaian yang telah dibuat terlebih dahulu disimulasikan dengan komputer
menggunakan software EWB / Livewire.

136
137
138
139
Gambar 4.26 Gambar Rangkaian Contoh soal

140
J. Latihan/Tugas

1. Sebutkan jenis kelompok rangkaian apa saja yang terdapat dalam rangkaian
logika sekuensial !
2. Jelaskan perbedaan antara logika dasar, logika kombinasional, dan logika
sekuensial !
3. Sebutkan jenis dan macam-macam dari Flip-flop ! Terangkan prinsip
kerjanya !
4. Sebutkan gerbang logika yang sering digunakan untuk dasar rangkaian
Flip-flop !
5. Buatlah diagram state untuk penghitung naik dan turun asinkron (0-8 dan
8-0) menggunakan JK Flip-flop!

6. Terangkan prinsip kerja dari salah satu logika sekuensial yang


dibangun dari D-Flip flop !
7. Buatlah tabel eksitasi dan rangkaian berikut dengan menggunakan
gerbang sekuensial JK-Flip-flop dari diagram state berikut.

8. Buatlah JK Flip-flop yang berfungsi untuk penghitung naik dan turun 0-


6 lalu turun 6-0 secara terus menerus jika diberikan ―clock‖.
Tugas:

-Buat diagram state dari rangkaian tersebut !

-Isikan bentuk tabel eksitasinya !

-Buat persamaan state dari diagram dan tabel tersebut !

K. Rangkuman

………….
M. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

141
1. Umpan Balik
2. Tindak Lanjut

a. Buat rencana pengembangan dan implementasi praktikum sesuai standar di


lingkungan laboratorium kerja anda.
b. Apakah anda mengimplementasikan rencana tindak lanjut ini sendiri atau
berkelompok?
 sendiri
 berkelompok – silahkan tulis nama anggota kelompok yang lain dalam
tabel di bawah.
No: Nama anggota kelompok lainnya (tidak termasuk diri anda)

c. Pikirkan suatu situasi atau kondisi di dalam bengkel/laboratorium anda


yang mungkin dapat anda ubah atau tingkatkan dengan
mengimplementasikan sebuah rencana tindak lanjut.
d. Apakah judul rencana tindak lanjut anda?
e. Apakah manfaat/hasil dari rencana aksi tindak lanjut anda tersebut?
f. Uraikan bagaimana rencana tindak lanjut anda memenuhi kriteria
SMART

Spesifik

Dapat diukur

Dapat dicapai

Relevan

Rentang/Ketepatan
Waktu

142
Kegiatan Pembelajaran 5:
MEMAHAMI KOMPONEN DIGITAL UNTUK
DASAR LOGIKA BUFFER, DEKODER, DAN PEMBANGKIT
PULSA TTL

A. Tujuan Pembelajaran

1. Memahami prinsip komponen logika digital untuk dasar rangkaian Buffer.


2. Memahami prinsip komponen logika digital untuk dasar rangkaian Driver.
3. Memahami prinsip komponen logika digital untuk dasar rangkaian Dekoder.
4. Mensimulasikan rangkaian dasar logika untuk keperluan Buffer, Driver, dan
Decoder.
5. Memahami rangkaian dasar pembangkit sinyal digital.
6. Memahami prinsip dasar Komponen IC digital untuk keperluan penentuan
metode pencarian kesalahan pada rangkaian Buffer, Driver, dan Dekoder.

B. Uraian Materi
1. Komponen Digital (TTL dan CMOS)
2. Pengenalan Komponen dan Prinsip Dasar Buffer
3. Pengenalan Komponen dan Prinsip Dasar Driver
4. Pengenalan Komponen dan Prinsip Dasar Decoder
5. Pembangkit Sinyal Digital
C. Alokasi Waktu
16 jam pelajaran

D. Metode Pembelajaran

Teori, Tugas, Simulasi, dan Eksperimen.

E. Media pembelajaran

- PC/Notebok
- Sofware Elektronika Digital
- Alat bantu/ Trainer, Komponen/IC Digital jenis TTL (74LSxx)

F. Referensi
1. Leach D. dan Malvino A. 1994. Prinsip-prinsip dan Penerapan Digital.
Jakarta: Erlangga.
2. Kappler Wolfgang. 1986. Digital-Elektronik: Heft 1-12. Pforzheim: ITT
Fachlehrgaenge

143
3. Susa‘at, S. 2011. Teknik Digital Aplikasi: Dasar Aritmatik Digital. Malang:
Materi Bahan Diklat Guru Elektronika Industri, P4TK BOE/VEDC Malang.

144
Uraian Materi
5. Komponen Digital untuk Buffer, Driver, dan Dekoder
Sebelum membicarakan tentang teknik digital lebih lanjut, akan lebih baik
jika mengetahui dan memahami tentang komponen elektronika digital untuk
keperluan praktek, mulai dari buffer, driver, dan dekoder.
Komponen yang dimaksud adalah komponen digital, diantaranya rangkaian
terpadu (IC ―Integrated Circuit‖) jenis kelompok TTL ―Transistor Transistor Logic‖,
dan jenis kelompok CMOS ―Complementary Metal Oxide Semiconductor‖.
Demikian juga komponen-komponen analog pendukung rangkaian logika untuk
Buffer, Driver, dan Dekoder.
Rangkaian dasar Buffer yang akan dibahas adalah tentang IC digital jenis
famili TTL, komponen analog yang berfungsi untuk melewatkan, memperkuat, dan
mengamankan sinyal logik pada rangkaian digital. Sedangkan rangkaian dasar
Driver lebih banyak dibahas tentang karakteristik dari komponen analog atau
digital yang berfungsi untuk mengendalikan beban-beban sederhana dibawah 1
Ampere, (seperti: LED, motor dc, lampu dc, buzzer, speaker, relay, selenoid), dan
lain-lainya.
4. 5.1 Komponen IC Digital Famili TTL
Komponen Digital dari keluarga Transistor Transistor Logic (TTL) adalah
komponen yang banyak digunakan dalam praktek di pendidikan dan di industri.
Komponen IC digital jenis TTL ini telah disusun dengan manajemen penomoran
kode keluarga komponen yang mempunyai arti dan makna teknis, mulai dari jenis,
pabrik pembuat, fungsi operasi, jenis kemasan, hingga temperatur kerja dari
komponen tersebut.
Adapun sistem penomoran seri dari IC digital keluarga TTL adalah seperti
berikut:
74xxx: komponen komersial bekerja pada temperatur 00 C sampai 700 C.
54xxx: komponen khusus untuk militer bisa bekerja pada temperatur -550 C
sampai 1250 C.
Semua seri penomoran ini berlaku untuk seluruh dunia, artinya secara
internasional diakui secara teknik, pada peralatan industri, pendidikan, dan militer.
Berikut diberikan contoh bentuk IC digital keluarga TTL (gambar 5.1)

145
Gambar 5.1 Bentuk Fisik IC Digital Kelurga TTL (tampak atas)

e. 5.1.1 Gambaran Data Teknis

Sebagai contoh IC digital jenis keluarga TTL, dengan tipe seri nomor SN 74
LS 00 NT, atau SN 54 LS 00 NT maka urut akan mempunyai arti sebagai berikut.

SN 74 LS 00 NT
Bahan kemasan/pembungkus IC
(J:ceramic dual in line; N :plastic dual in line;W:ceramic flat pack,
FN:plastic leaded chip carrier, FH; single layer, FK: three layer,
NT:plastic 300 mil wide 24
pin dual in line, JT: ceramic 300 mil wide 24 pin dual in
line, JD: ceramic side brazed dual in line, D:small outline)
Dua atau tiga angka berarti : XXX fungsi logic
(00: quad NAND-gates, 32: quad OR-gate,107: dual J-K FF with
clear)

Kategori bahan semikonduktor yang digunakan


(kosong: komponen standar,S: schkottky, LS: low power
schottky, AS:
advanced schkottky, ALS: advanced low power schottky, HC:
high speed
CMOS, HCU: HCMOS unbuffered, HCT: HCMOS with TTL
inputs).

Keluarga TTL
(74: untuk keperluan komersial, pendidikan, 54: militer)

Standar prefix industri pembuat IC


(SN: Texas Instrumen, HD: Hitachi, MN:Matshusita, LM:
National Semicondustor, MC: Motorolla)

Tegangan kerja:

146
Tegangan kondisi saat logika ‗1‘ (high), dan saat ‗0‘ (low) dari IC digital
tergantung jenis familinya, dan tegangan catu (supply). Berikut diberikan grafik
pemakain tegangan kerja dari masing-masing jenis famili IC.

Gambar 5.2 Level tegangan Kerja IC Kelurga TTL dan CMOS

Keluarga TTL 74LSXX:


Min. Type Maks.
Tegangan kerja 4,75 V 5V 5,25 V
High input level 2V 5,25
Low input level 0,8 V

Keluarga TTL 54LSXX:


Min. Type Maks.
Tegangan kerja 4,5 V 5V 5,5 V
High input level 2V 5,5 V
Low input level 0,8 V

Keluarga CMOS MC40XXX atau MC140XXX:


Min. Type Maks.
Tegangan kerja 4,75 V 12 V 15 V
High input level 4,75 V 10 V 12
Low input level 1,7 V

f. 5.1.2 Keselamatan Kerja


1. Karena IC ini dibuat dari bahan semikonduktor, bahkan ada yang sensitif
terhadap efek medan dan muatan statis, maka untuk menghindari hal
tersebut, biasanya dimulai dari cara memegang IC yang benar diperlihatkan
oleh gambar di bawah :

147
Gambar 5.3 Cara memegang IC Kelurga TTL
dan CMOS yang benar

2. Dan yang lebih aman dan benar , seharusnya badan kita harus tersambung
dengan peralatan anti statis.
3. Hal yang lain lebih penting adalah, jika dilakukan penyolderan maka harus
diperhatikan temperatur solder, dan lama waktu penyolderan, juga kualitas
solder dan timah harus standar.
4. Untuk menentukan kaki atau pin IC secara tepat prhatikan tanda pada
gambar di bawah.

Gambar 5.4 Cara Menentukan Pin IC yang benar


Posisi menentukan urutan nomor kaki atau pin IC selalu dimulai dari indeks, dan
berlawanan arah jarum jam (ccw: counter clock wise).

5. Dalam hal penggunaan, IC TTL ini rentan patah kakinya bila digunakan
berulang-ulang, oleh karena itu bila digunakan praktek, sebaiknya
digunakan trainer yang ada soket IC-nya.
6. Tegangan catu daya (power supply) harus dilakukan pengecekan supaya
tidak terjadi kesalahan yang fatal, yaitu untuk keluarga TTL 5VDC, dan
untuk CMOS 5V-15VDC.
7. Sebaiknya sebelum praktek selalu dilakukan konfirmasi dengan data sheet
atau buku data dari IC tersebut, untuk menjamin kebenarannya.

148
5.2 Dasar IC Buffer, Driver, dan Decoder
Istilah lain dari Buffer dalam teknik elektronika sering disebut penyangga, dan
di dalam komponen ini biasanya terdapat beberapa komponen semikonduktor,
seperti diode, transistor, thyristor. Fungsi dari Buffer dalam sistem digital biasanya
digunakan sebagai penguat sinyal, penyangga, pengemudi, atau bahkan kadang-
kadang sekaligus sebagai pengendali sinyal data yang apabila pengiriman sinyal
data terlalu jauh jaraknya dengan penerima, maka setiap jarak tertentu sinyal
tersebut diperlukan Buffer.
Berikut diberikan beberapa komponen elektronika dasar yang termasuk
sebagai Buffer, disamping berfungsi sebagai penguat sinyal juga dapat
mengendalikan sinyal.

(a) Pembalik sinyal (Inverter) (c) Buffer analog sebagai


b. Buffer
NOR-gate
analog sebagai
NAND-gate

Gambar 5.1 Berbagai contoh Buffer Analog sebagai Pengendali Sinyal Digital

5.1. Buffer Tri-State (3-State Buffer)


Buffer Tri-state adalah seperti buffer biasa yang kita bahas sebelumnya,
dengan pengecualian bahwa ada tambahan masukan untuk mengendalikan
keluaran buffer. Tergantung dari masukan kendalinya, keluaran dari buffer dapat
bernilai logika ‗0‘, atau ‗1‘, atau tak berfungsi sebagai buffer, tapi justru akan
menyekat. Buffer 3-state pada dasarnya terdiri 3-pin, yaitu masukan, keluaran,
dan kontrol. Kontrol digunakan untuk mengaktifkan kapan data bisa ditransfer dari
input ke output dan kapan data bisa ditransfer sebaliknya, serta kapan data pada
input tidak bisa ditransfer ke output.

149
(b) buffer 3-state elektronik (c) buffer 3-state kendali
(a) buffer 3-state mekanis
inverse
Gambar 5.2 Blok Diagram prinsip dan Buffer 3-State

Prinsip kerjanya dapat dijelaskan secara manual seperti gambar saklar


mekanik yang ditambahi tuas pengendali seperti gambar 5.2 (a) di atas.
Sedangkan buffer elektronik digital ada pada gambar 5.2 (b), dan (c). Buffer 3-
state ini dengan satu masukan satu keluaran dan satu kendali. Jika masukan
kendali C bernilai ‗1‘ maka buffer bekerja seperti biasa. Namun jika masukan
kendali C ini bernilai ‗0‘ maka buffer dalam keadaan tak berfungsi, tidak ada sinyal
keluaran. Simbol digunakan untuk menyatakan keadaan tak berfungsi ini. Perlu
diketahui bahwa keadaan tidak menunjukkan ‗0‘ atau ‗1‘, tetapi menyatakan
bahwa tidak ada sinyal. Dalam istilah elektronika keadaan ini disebut
berimpedansi tinggi (high impedance).
Buffer 3-state kendali inversi, ada pada gambar 5.2 (c), mirip dengan buffer
3-state kendali aktif “high‖, kecuali bila masukan sinyal berlogika ‗0‘ terhubung
dengan GND. Dengan buffer 3-state memungkinkan sejumlah keluaran
dihubungkan menjadi satu tanpa
ada risiko hubung singkat, asal dijaga bahwa pada satu saat hanya boleh satu
buffer 3-state yang hidup. Buffer tri-state penting saat implementasi register. Lebih
jelasnya bisa dilihat sistem rangkaian gerbang yang ada dalam buffer 3-state (IC
74LS245).

150
(b) Buffer 3-state 74LS245 (dalam IC)
(a) Blok Diagram Arah Data

Gambar 5.3 Blok Diagram Arah data dan Bagian Dalam Buffer 3-State 74LS245

Jadi data di blok A akan ditransfer ke bagian B, bila kontrol Enable G‘, dan kontrol
DIR (direction : arah), masing-masing berlogika: ‗0‘ ‗1‘. Dan akan terjadi
sebaliknya, yaitu data B akan ditransfer ke bagian A, bila kontrol Enable G‘, dan
kontrol DIR (direction : arah), masing-masing berlogika: ‗0‘, ‗0‘. Sedangkan data
akan tersekat/terisolasi tidak bisa ditransfer kemana-mana, bila kondisi Enable G‘,
dan kontrol DIR, masing-masing: ‗1‘, X (sembarang: irrelevant). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar data pin dan tabel arah transfer data berikut
ini.

151
(a) Data pin IC 74LS 245

(b) Arah data dan tabel operasi transfer


data

Gambar 5.4 Blok Diagram Arah Data, dan Tabel Operasi Data

Gambar 5.5 Rangkaian 3-State Buffer menggunakan IC 74LS244 (simulasi)

5.1. Dasar Driver

Pemakaian driver dalam teknik digital adalah sesuatu yang penting, karena
tanpa driver logika digital hanya bisa dilihat dengan LED (light emitting diode).
Artinya untuk menggerakkan beban atau aktuator secara langsung keluaran
logika digital dari IC digital adalah tidak mungkin. Jadi tujuan dipelajari driver
adalah untuk mengkoneksi antara kontrol logika ‗0‘ dan ‗1‘ yang dianalogikan
dengan tegangan 0 Volt dan 5 Volt hanya mampu menyangga beban sekitar 10
mA. Karena itu arus kontrol yang kecil tadi (sekitar 10 mA tadi) supaya dapat
menyangga beban yang besar, maka dipasanglah driver. Hal ini juga untuk
menaikkan tegangan sesuai kebutuhan beban, dari tegangan logika digital sekitar

152
5Volt, sedangkan tegangan beban ada yang 24 Volt, sehingga sangatlah
diperlukan driver.

Sebagai gambaran hubungan antar blok diagram kontrol logika digital


dengan beban pada plant (pabrik) (gambar 5.6), dan rangkaian realisasinya
secara elektronik bisa dilihat pada gambar 5.7, dimana posisi driver ada pada
kotak yang bertanda tanya (?).

Gambar 5.6 Blok Diagram Hubungan Driver dengan Kontrol Logika Digital

Gambar 5.7 Realisasi Rangkaian Driver Kontrol Logika Digital

Cara menentukan komponen driver rangkaian di atas adalah:


Misalkan : arus yang dibutuhkan motor dc IM= 400 mA/ (motor dc ON pada
tegangan 10V sampai dengan 12Vdc), dan Transistor NPN yang
digunakan berdasarkan data sheet mempunyai ß= 50, IC max. 2 A,
dan VCE sat=0,2 V, VBE silikon= 0,6V; tegangan sumber Vcc=12V.
Tegangan output kontrol logika (Vo) saat logika ‗1‘=‘H‘= 5 Volt, dan
saat logika ‗0‘=‘L‘= 0,2 Volt.
Maka semua komponen, akhirnya dapat ditentukan, yaitu dengan cara:

IC=IM= 400 mA, IB=IC/ß=(400mA/50)=8 mA

R= , dari E12 = 560 Ohm

153
5.2 Dekoder dan Multiplekser
5.2.1 Multiplekser
Multiplekser adalah suatu rangkaian logika yang memiliki banyak masukan
dan satu keluaran. Fungsinya adalah seprti saklar pilih yang dapat dikontrol.
Keluaran bergantung dari sinyal kontrol Si, dan hanya satu dari masukan Xi yang
tersambung ke keluaran. Dimana sinyal masukan yang terdiri dari lebih dari satu
jalur diproses sehingga didapatkan satu keluaran.
Jika multiplexer memiliki 4 masukan x0, x1, x2 dan x3 maka sinyal kontrol
yang diperlukan sebanyak dua masukan s0 dan s1 sehingga secara keseluruhan
semua masukan multiplexer berjumlah 6 masukan.

Tabel kebenaran x0
Data masukan

Keluaran
x1
Kontrol Keluaran y
masukan x2
S1 S0 y x3
0 0 x0
0 1 x1
s1 s0
1 0 x2 Kontrol masukan
1 1 x3
(b) Blok Diagram Multiplekser
(a) Blok Diagram Multiplexer

Gambar 5.8 Multiplexer dengan Empat Masukan

5.2.2 Dekoder

Rangkaian Dekoder mempunyai sifat yang berkebalikan dengan Enkoder


yaitu merubah kode biner menjadi sinyal diskrit. Sebuah dekoder harus memenuhi
syarat perancangan m < 2 n. Variabel m adalah kombinasi keluaran dan n adalah
jumlah bit masukanDekoder adalah suatu rangkaian logika yang memiliki sedikit
masukan dan banyak keluaran.

Tabel kebenaran
x2 x1 x0 y0 y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1

154
y0
y1
x0 y2

D ekoder
x1 y3
x2 y4
y5
y6
y7

Gambar 5.9 Dekoder tiga Masukan Delapan Keluaran

Dekoder pada Gambar 5.9 memiliki tiga masukan x0, x1 dan x2 dan
delapan keluaran ( y0 – y7 ). Bergantung dari kombinasi masukan. Keluaran akan
berganti ke 0 maupun 1. Kombinasi masukan dan keluaran yang dikeluarkan
bergantung dari jenis atau tipe dekoder yang digunakan. Kita ambil contoh pada
keluaran y6 menjadi 1 ketika input x0 = 0, x1= 1, dan x2 = 1. Pada prakteknya,
dekoder yang paling banyak dipergunakan adalah yang keluarannya dibalik.
Rumus umum dekoder adalah memiliki n masukan dan 2 pangkat n keluaran.

5.3 Pembangkit Pulsa TTL Menggunakan IC Timer 555

IC NE 555 adalah termasuk IC timer yang bisa digunakan untuk membuat


pembangkit pulsa gelombang TTL atau biasanya disebut pula pembangkit
frekuensi. Adapun bentuk IC secara phisik seperti di bawah ini. IC NE 555 ini
dilengkapi dengan pin VCO (Voltage Control Oscillator), termasuk pin charge, dan
discharge.

Keterangan Nomor pin/kaki:

Kaki 1 sumber tegangan -


Kaki 2 trigger
Kaki 3 output
Kaki 4 reset
Kaki 5 control voltage
Kaki 6 threshold
Kaki 7 discharge
Kaki 8 sumber tegangan +

(a) Keterangan nomor pin

(a) Bentuk phisik


Gambar 5.10 Bentuk Phisik dan Data nomor Pin IC NE 555

155
Pembangkit pulsa bisa juga dibuat menggunakan IC Timer 555. Untuk merangkai
komponen yang akan digunakan agar frekuensi yang dibutuhkan terpenuhi perlu
diperhatikan teori singkat berikut ini.

(a) Rangkaian Pembangkit Pulsa

(b).Tabel Nilai R dan C pada Frekuensi tertentu

Gambar 5.11 Rangkaian Pembangkit Pulsa dan Tabel Penentu Frekuensi

Analisis Hitungan untuk Menentukan Frekuensi yang dibangkitkan:

Thigh = 0,693 (R1 + R2).C1 Tlow = 0,693 (R2).C1

T = Thigh + Tlow = 0,693 (R1 + R2).C1 + 0,693 (R2).C1 = 0,693 (R1 + 2R2).C1

1 1 1,44
F => F  => F 
T 0,693(R 1  2R 2 ).C 1 (R 1  2R 2 ).C1

F frekuensi = Hz T waktu = detik


R tahanan = ohm C kapasitor = uF

IC NE 555 adalah termasuk IC timer yang bisa digunakan untuk membuat


pembangkit pulsa gelombang TTL atau biasanya disebut pula pembangkit
frekuensi. Adapun bentuk IC secara phisik seperti di bawah ini. IC NE 555 ini

156
dilengkapi dengan pin VCO (Voltage Control Oscillator), termasuk pin charge, dan
discharge.

Keterangan Nomor pin/kaki:

Kaki 1 sumber tegangan -


Kaki 2 trigger
Kaki 3 output
Kaki 4 reset
Kaki 5 control voltage
Kaki 6 threshold
Kaki 7 discharge
Kaki 8 sumber tegangan +

(b) Bentuk phisik (b) Keterangan nomor pin

Gambar 5.10 Bentuk Phisik dan Data nomor Pin IC NE 555

Pembangkit pulsa bisa juga dibuat menggunakan IC Timer 555. Untuk


merangkai komponen yang akan digunakan agar frekuensi yang dibutuhkan
terpenuhi perlu diperhatikan teori singkat berikut ini.

157
(a)
(b) Rangkaian Pembangkit Pulsa

(c) Tabel Nilai R dan C pada Frekuensi


tertentu

Gambar 5.11 Rangkaian Pembangkit Pulsa dan Tabel Penentu Frekuensi

Analisis Hitungan untuk Menentukan Frekuensi yang dibangkitkan:

Thigh = 0,693 (R1 + R2).C1 Tlow = 0,693 (R2).C1

T = Thigh + Tlow = 0,693 (R1 + R2).C1 + 0,693 (R2).C1 = 0,693 (R1 + 2R2).C1

1 1 1,44
F => F  => F 
T 0,693(R 1  2R 2 ).C 1 (R 1  2R 2 ).C1

F frekuensi = Hz T waktu = detik


R tahanan = ohm C kapasitor = uF

158
Kegiatan Pembelajaran 6:
Dioda Semi Konduktor

A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan materi keselamatan kerja ini, peserta
diharapkan dapat;
 Menganalisis susunan bahan atom P/N dan semikonduktor
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
 Mengidentifikasi komponen semikonduktor dioda sesuai jenis dan
fungsinya
 Mengidentifikasi karakteristik dioda semikonduktor sesuai jenis dan
fungsinya
C. Uraian Materi

1) Dioda Semi Konduktor


Dioda semi konduktor merupakan komponen aktif elektronika yang
dirancang untuk beberapa keperluan rangkaian elektronika, seperti penyearah
tegangan bolak-balik, penstabil tegangan, proteksi tegangan balik induksi dan
sebagainya. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan dioda
semikonduktor dan bagaimana karakteristik dioda semikonduktor tersebut
akan dibahas pada pembahasan berikutnya.

a) Dasar Pembentukan Dioda

Dioda dibentuk oleh susunan dua buah semi konduktor type P dan type
N yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga membentuk junction PN.

Anoda Katoda Katoda Anoda

Gambar 2.1 Simbol Dioda

159
b) Sifat dasar dari dioda
Sifat dasar dioda pada tegangan bolak balik adalah seperti
ditunjukkan pada gambar 2.2 , diode akan menghantar pada saat arah
forward (maju) dimana Anoda (material P) diberi tegangan positif,
sedangkan katoda (material N) dihubungkan pada tegangan negatif.
Gambar 22 bagian atas menunjukkan jika tegangan AC dihubungkan
ke Anoda dan katoda terhubung ke beban, maka tegangan pada beban
Nampak seperti pada gambar 2.2 atas (diode akan menyearahkan
simpangan positif) dan jika tegangan AC dihubungkan ke katoda dan Anoda
terhubung ke beban, maka tegangan pada beban Nampak seperti pada
gambar 2.2 bawah (diode akan menyearahkan simpangan negatif)

Gb. 2.2 Sifat dasar dioda

c) Harga Batas Dioda


Yang dimaksud dengan harga batas dari dioda adalah batas
kemampuan arus dan tegangan maksimum dari suatu dioda, sedangkan
peak inverse voltage adalah batas tegangan reverse (breakdown voltage)
dari dioda.Contoh : Dioda 1N4001Dengan melihat data book dari dioda
maka harga batas tegangan dan arus dapat diketahui.Harga batas arus= 1
Ampere. Harga batas tegangan= 50 Volt
Contoh Penerapannya :
Untuk peralatan elektronika yang membutuhkan arus dibawah 1 Amper
dengan tegangan dibawah 50 V maka dioda penyearah yang digunakan
cukup dengan memakai dioda dengan type 1N 4001.

160
Gambar 2.3. datasheet dioda 1N400 series
Sumber: http://onsemi.com

d) Karakteristik Dioda
Ada dua karakteristik diode yaitu, saat arah Forward (maju) yang
ditunjukkan pada gambar 2.4. dan saat Riverse (mundur), yang ditunjukkan pada
gambar 2.6, secara umum karakteristik ini untuk mengetahui hubungan Antara
tegangan UAK yang ditunjukkan dengan pembacaan Volt meter dan arus diode
yang ditunjukkan oleh Amper meter.

Gambar 2.4. Rangkaian dioda forward bias


Pada arah maju kutub positif dari baterai dihubungkan ke Anoda melalui
amper meter untuk mengukur arus yang mengalir di dioda, dan Katoda
dihubungkan ke beban 470Ω dan ke kutub negatif. Pada kaki Anoda dan Katoda
dipasang Volt meter untuk mengetahui tegangan pada Dioda.
Pertama tama tegangan diatur (dinaikkan) secara perlahan lahan mulai dari
0V dan secara bersamaan dilihat perubahan pada amper meternya (A), jika
tegangan dinaikkan secara perlahan akan didapatkan data pengukuran arus

161
Dioda dan jika di gambarkan hubungan antara tegangan arus didapatkan gambar
karakteristik dioda seperti pada gambar 2.5

Gambar 2.5 Kurva karakteristik dioda forward bias


sumber: https://learn.sparkfun.com/tutorials/diodes

Gambar 2.6 Rangkaian dioda reverse bias

Gambar 2.7 Kurva karakteristik dioda reverse bias)

162
Bila kurva karakteristik forward dan reverse bias digabungkan, maka
dihasilkan kurva karakteristik dioda seperti gambar di bawah :

Gambar. 2.8 Karakteristik dioda

e) Penggunaan Dioda sebagai Penyearah Setengah Gelombang


Dioda berfungsi mengubah tegangan (sinyal)AC menjadi DC
(penyearah).Tegangan junction dioda arah maju untuk dioda silikon adalah
UJ yang merupakan tegangan anoda katoda UAK sebesar 0,7 Volt. Tahanan
dinamis dioda arah maju rF adalah tergantung dari arus yang mengalir pada
dioda. Pada saat dioda menghantar, tahanan dinamis dioda ini nilainya
sangat kecil. Tahanan beban RL dipasang sebagai beban. Tegangan input
Ui adalah tegangan bolak-balik yang akan disearahkan.

163
Gambar 2.9 Dioda sebagai penyearah gelombang sinus

Pada saat gelombang sinus bergerak dari 0o sampai dengan 180o ,


dioda on sehingga arus mengalir dari dioda ke beban RL dan kembali ke
sumber (-). Pada saat gelombang sinus bergerak dari 180o sampai dengan
360o, dioda off, sehingga arus tidak mengalir. Dengan demikian pada beban
hanya dilewati arus setengah perioda saja (perhatikan gambar 2.9 warna
merah).

Umumnya jika diode digunakan sebagai penyearah digunakan


trnsformator terlebih dahulu untuk menurunkan tegangan misalnya dari
220V menjadi 12V. Pada gambar 2.10 dibawah ini menunjukkan diode
sebagai penyearah setelah tegangan diturunkan terlebih dahulu, untuk
menyearahkan ½ gelombang cukup di butuhkan 1 Dioda saja.

Gambar 2.10 Penyearah setengah gelombang

Peak Inverse Voltage (PIV) = tegangan puncak yang diterima dioda saat
off, besarnya PIV = Um

Arus rata-rata 
 

I m Sint.d .t  m  Cos t 


1 I
I DC  
2 0 2 0

I DC 
Im
 Cos    Cos0  I m   1   1 …Persamaan 2.1
2 2
2 Im Im
I DC  
2 

164
Tegangan rata-rata beban  Udc = Idc. RL.

Variasi tegangan output terhadap arus output :

Um
Im π
I DC  
π rF  RL ……………………………….…Persamaan 2.2
Um
I DC (rF  RL) 

Um
I DC .rF  I DC .RL   U DC  I DC .RL
 ……….….Persamaan 2.3
Um
U DC   I DC .rF

Bila nilai tahanan dinamis maju rF pada dioda dianggap kecil sekali rF  0 ,
maka rumus disederhanakan menjadi :

Um
U DC   I DC .0
 …………………………………….….Persamaan 2.4
Um
U DC 

U DC Um
Sehingga bisa dituliskan pula: I DC   …Persamaan 2.5
RL R L .

165
f) Penggunaan Dioda sebagai Penyearah Gelombang Penuh
Penyearah gelombang penuh bisa dibentuk dengan dua cara, yaitu
dengan menggunakan empat buah dioda dan dua buah dioda. Bila
dipakai dua buah dioda, maka diperlukan transformator dengan center
tap (CT). Cirinya transformator dengan CT adalah mempunyai tegangan
yang sama disamping Centre Tapnya, misalnya 24V – 12V – 9V – 6V –
CT – 6V – 9V – 12V – 24V, tegangan yang sama berbeda fasa satu
dengan yang lainnya sebesar 180o seperti yang terlihat pada gambar
2.12

1. Penyearah Gelombang Penuh Dengan Dua Buah Dioda

Penyearah gelombang penuh dengan dua buah dioda ditunjukkan


seperti pada Gambar 2.11. Tegangan U1 dan U2 berbeda fasa 180o.

……………………………..Persamaan 2.6
Gambar 2.11 Penyearah gelombang penuh

166
Gambar 2.12bentuk gelombang sebelum disearahkan berbeda fasa 180o
Dan setelah disearahkan

Pada saat gelombang sinus bergerak dari 0 sampai dengan 180o, dioda D1
on dan dioda D2 off, sehingga arus mengalir dari D1 ke beban RL dan kembali ke
sumber CT. Pada saat gelombang sinus bergerak dari 180o sampai dengan 360o,
dioda D2 on dan dioda D1 off, sehingga arus mengalir dari D2 ke beban RL dan
kembali ke sumber CT. Dengan demikian pada beban dilewati arus dari D1 dan
D2, sehingga bentuk output pada beban adalah penyearahan gelombang penuh.

Besarnya arus DC pada penyearah gelombang penuh adalah:

Um
Im π
I DC  2   2
π rF  RL ….……………………………..Persamaan 2.7
Um
I DC (rF  RL)  2 

167
2  Um
I DC .rF  I DC .RL   U DC  I DC .RL
 ..Persamaan 2.8
2  Um
U DC   I DC .rF

Bila nilai tahanan dinamis maju rF pada dioda dianggap kecil sekali

rF  0 , maka rumus disederhanakan menjadi :

2  Um 2  Um
U DC   I DC .0  …………………….Persamaan 2.9
 

U DC 2.Um
Sehingga bisa dituliskan: I DC   …..Persamaan 2.10
RL R L .

2. Penyearah Geombang Penuh Bentuk Jembatan Wheatstone


Pada saat gelombang sinus bergerak dari 0o sampai dengan 180o,
dioda D1 dan D3 on, sedangkan dioda D2 dan D4 off, sehingga arus mengalir
dari D1 ke beban RL dan dan D3 kemudian kembali ke sumber. Pada saat
gelombang sinus bergerak dari 180o sampai dengan 360o, dioda D2 dan D4
on, sedangkan dan dioda D1 dan D3 off, sehingga arus mengalir dari D2 ke
beban RL dan D4 kemudian kembali ke sumber. Dengan demikian pada
beban dilewati arus dari D1, RL, D3 dan D2,RL,D4, sehingga bentuk output
pada beban adalah penyearahan gelombang penuh.

Gambar 2.13Rangkaian penyearah gelombang penuh 4 Dioda

168
Gambar 2.14Bentukpenyearah gelombang penuh dengan empat dioda
Perhitungan tegangan DC hasil penyearahan sama dengan penyearah
gelombang penuh dengan dua buah dioda.

g) Filter Kapasitor
Hasil penyearahan masih belum ideal untuk dipakai sebagai sumber
tegangan DC, karena masih mengandung ripple (tegangan ac dalam DC). Untuk
mengatasi hal tersebut, maka rangkaian penyearah harus diberi filter pada
outputnya. Jenis filter benrmacam-macam. Salah satunya adalah filter kapasitor
yang berupa kapasitor dipasang paralel terhadap beban RL. Prinsipnya adalah
proses pengisian dan pengosongan kapasitor. Sehingga untuk menentukan nilai
kapasitansi dihitung dengan pendekatan perhitungan pengisian dan
pengosongan kapasitor.
a. Filter Kapasitor Pada Penyearah Setengah Gelombang.
Penambahan kapasitor setelah diserahkan memberikan dampak yang
cukup signifikan untuk menaikkan tegangan DC, sekaligus juga membuat
tegangan menjadi semakin rata, untuk itu pemasangan kapasitor disebut
juga sebagai filter untuk membuat tegangan menjadi rata. Pada saat
tegangan beranjak dari 0V tegangan tersebut bersama sama memberikan
supply ke beban dan juga disimpan ke kapasitor tegangan mencapai
puncaknya. Pada saat tegangan turun dari puncak tegangan tidak langsung
turun seperti tegangan aslinya melainkan landai, semakin besar nilai
kapasitor semakin landai turunnya, perhatikan gambar 2.15 dibawah ini hal
ini disebabkan oleh muatan pada kapasitor yang terisi penuh sewaktu
tegangan mencapai puncak berangsur angsur turun akibat pengosongan

169
oleh beban RL, semakin besar beban RL semakin cepat pengosongan
kapasitornya dan semakin curam

Gambar 2.15 Filter C pada Penyearah Setengah Gelombang

Besarnya kapasitansi C(Fahrat) sebuah kapasitor adalah


perbandingan antara muatan kapasitor Q (coulomb) dan tegangan kapasitor
U (Volt).

Q
C [Fahrad] ...........................................................Persamaan 2.11
U

Sedangkan muatan kapasitor adalah besarnya arus I (A) selama waktu t


(detik)

Q = I.t [coulomb] ........................................................Persamaan 2.12

Dari dua persamaan tersebut di atas dapat dituliskan :

I .t
C …………………….............................................Persamaan 2.13
U

Bila diterapkan pada sistem filter, maka persamaan menjadi :

I DC  t
C ….………..............................................Persamaan 2.14
Ur
IDC adalah arus searah pada saat sebelum diberi filter C dan Ur adalah
tegangan ripple [Volt]. Sedangkan t adalah periode pengosongan kapasitor, di

170
mana pada penyearah setengah gelombang besarnya adalah t = T sebesar 20
ms. Bila ditransfer dalam frekuensi, maka t = 1/f  f = 1/t = 1/20ms = 50 Hz. Maka
persamaan bisa dituliskan menjadi :
I DC  1f I DC
Ur   ...........................................................Persamaan 2.15
C f C
Besarnya tegangan DC hasil penyearahan adalah UDC=Um–0,5 Ur
Sehingga bisa dituliskan
I DC
U DC  Um  ..............................................................Persamaan 2.16
2. f .C

b. Filter Pada Penyearah Gelombang Penuh


Filter pada penyearah gelombang penu, pengosongan kapasitor adalah
setengah perioda sinus sebesar t = 0,5 T sebesar 10 ms. Bila ditrasfer ke dalam
domain frekuensi maka  f = 1/10ms = 100 Hz.

Gambar 2.16 Filter Pada Penyearah Gelombang Penuh

Bila dilakukan pendekatan waktu pengosongan kapasitor


T2  T/2 T = 1/f, maka T/2 = 1/(2.f1)
 f1 = frekuensi ac input sebesar 100 Hz.
f1 = 2x f

171
I DC
Ur 
2. f1 .C
................................Persamaan 2.17
I I
U DC  U m  0,5( DC )  U m  DC
2. f1 .C 4. f1 .C
U DC 2.Um
I DC   ................................................................Persamaan 2.18
RL R L .

 2.RUm  I
U DC  U m  0,5 L   U m  DC .................................Persamaan 2.19
 2. f .C  4. f .C
 1 

h) Pengganda Tegangan
Dioda juga bisa dipakai sebagai pengganda tegangan jika dioperasikan
bersama sama dengan kapasitor. Input berupa tegangan AC dan outputnya
adalah tegangan DC seperti pada rangkaian flyback penerima televisi dan lain-
lain. Dengan pengganda tegangan bisa didapatkan tegangan yang lebih tinggi
beberapa kali dari tegangan maksimum input AC nya (dua kali, tiga kali dan
seterusnya). Pengganda tegangan dapat fungsi utamanya adalah menaikkan
tegangan , namun hanya dapat dimanfaatkan untuk beban yang kecil saja.
A +
C1 D2

Uin D1 C2 UL RL

B
_

Gambar 2.17 Pengganda Tegangan

Prinsip Kerja Pengganda Tegangan: Titik A dan B adalah sumber tegangan


AC yang polaritasnya setiap saat berganti antara positif dan negative. Ketika titik
B positif ( + ), dioda D1 konduksi (ON), C1 akan termuati sampai U maksimum,
jadi tegangan pada C1 sebesar U maksimum. Pada siklus berikutnya, Titik A
berubah menjadi positif maka D2 konduksi (ON) D1 off sehingga C2 akan termuati
sebesar tegangan awal yang ada pada C1 ditambah dengan tegangan maksimum
saat titik A berubah menjadi positif, sehingga pada C2 akan mendapatkan
tegangan sebesar 2.U maksimum atau UL = 2.U maksimum.

172
2Um

Gambar 2.18 Bentuk gelombang pengganda tegangan

173
D. Aktifitas Pembelajaran
1. Selama proses pembelajaran, Anda hendaknya mendeiskripsikan
bagaimamana proses pembentukan sebuah diode semikonduktor. .
2. Perhatikan pemberian tegangan pada diode, dan penerapan diode dalam
rangkaian DC saat arah maju dan arah mundur. Serta aplikasi diode
disaat digunakan sebagai penyearah baik untuk penyearah setengah
gelombang atau gelombang penuh.
3. Perhatikan perubahan tegangan setelah pemberian Kapasitor filter,
berapakah besarnya penambahan tegangannya
4. Untuk menambah wawasan dan informasi anda,akses salah satu
publikasi di website yang berkaitan tentangDioda.

174
E. Latihan/Tugas
1. Bagaimana sifat dioda pada saat arah forward (maju) dan saat arah
riverse (mundur)? Jelaskan.
2. Apa yang dimaksud dengan harga batas dioda?
3. Berapa besarnya tegangan barier dioda untuk bahan silicon dan
germanium?
4. Berapakah besarnya tegangan hasil penyearahan pada saat ½
gelombang dan gelombang penuh bila tegangan dari Transformator
adalah 15V?
5. Bila diketahui sebuah penyearah setengah gelombang tanpa filter,
dengan tegangan efektif dari transformator Ui = 6V, berapa besarnya
tegangan hasil penyearahan?
6. Bila soal nomor 5 ditambahkan kapasitor filter sebesar 10mF,
berapakah tegangan DC nya?
7. Gambarkan rangkaian pengganda tegangan sebesar 3X

175
F. Rangkuman

 Dioda semi konduktor merupakan komponen aktif elektronika yang


dirancang untuk beberapa keperluan rangkaian elektronika, seperti
penyearah tegangan bolak-balik, proteksi tegangan balik pada beban
inductor, bersama sama degan Zener sebagai pestabil tegangan, dan
sebagainya.
 Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan dioda
semikonduktor pada manufacture dapat dilihat pada youtube .
 Dioda dibentuk oleh susunan dua buah bahan semi konduktor type P
dan type N yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga membentuk
junction PN.
 Dioda mempunyai sifat menghantar (ON) pada saat material type-P
(anoda) diberi tegangan positif, dan material N dihubungkan ke beban
menuju kearah tegangan negatif, rangkaian yang demikian dikatakan
diode dengan arah Forward.
 Dioda mempunyai sifat tidak menghantar (OFF) pada saat material
type-P (anoda) diberi tegangan negatif, dan material N dihubungkan ke
beban menuju kearah tegangan positif, rangkaian yang demikian
dikatakan diode dengan arah Reverse.
 Dioda berfungsi mengubah sinyal AC menjadi DC (penyearah).
Tegangan junction dioda arah maju untuk dioda silikon adalah UD yang
merupakan tegangan anoda katoda UAK sebesar 0,7 Volt.
 Tahanan dinamis dioda arah maju rF adalah tergantung dari arus yang
mengalir pada dioda. Pada saat dioda menghantar, tahanan dinamis
dioda ini nilainya sangat kecil.
 Tahanan beban RL dipasang sebagai beban. Teganagan input Ui
adalah tegangan bolak-balik yang akan disearahkan.

176
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
1. Umpan Balik
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, periksa penguasaan
pengetahuan dan keterampilan anda menggunakan daftar periksa di bawah
ini:
No Indikator Ya Tidak Bukti
1. Sifat dasar dan karakteristik diode
saat forward dan riverse
2. Harga batas dioda
3. Penggunaan diode sebagai
penyearah
4. Menghitung tegangan DC hasil dari
penyearahan
5. Menghitung kebutuhan kondensator
ketika dipakai filter
6. Mngetahui aplikasi dioda

h) Tindak Lanjut
a. Buat rencana pengembangan dan implementasi praktikum sesuai
standar di lingkungan laboratorium kerja anda.
b. Apakah anda mengimplementasikan rencana tindak lanjut ini sendiri
atau berkelompok?
 sendiri
 berkelompok – silahkan tulis nama anggota kelompok yang lain dalam
tabel di bawah.
No: Nama anggota kelompok lainnya (tidak termasuk diri anda)

c. Pikirkan suatu situasi atau kondisi di dalam bengkel/laboratorium


anda yang mungkin dapat anda ubah atau tingkatkan dengan
mengimplementasikan sebuah rencana tindak lanjut.

177
d. Apakah judul rencana tindak lanjut anda?
e. Apakah manfaat/hasil dari rencana aksi tindak lanjut anda tersebut?
f. Uraikan bagaimana rencana tindak lanjut anda memenuhi kriteria
SMART

Spesifik

Dapat diukur

Dapat dicapai

Relevan

Rentang/Ketepatan
Waktu

178
H. Kunci Jawaban
1. Sifat dasar dioda saat arah Forward adalah menghantar (ON) bila
material type-P dihubungkan ke tegangan positif, sedangkan material
type-N dihubungkan ke tegangan negative dan dilewatkan pada beban.
Sedangkan saat arah Riverse adalah tidak menghantar (OFF) bila
material type-N dihubungkan ke tegangan positif, sedangkan material
type-P dihubungkan ke tegangan negative dan dilewatkan pada beban.
2. Yang dimaksud dengan harga batas dari dioda adalah batas kemampuan
arus dan tegangan maksimum dari suatu dioda, sedangkan peak inverse
voltage adalah batas tegangan reverse (breakdown voltage) dari dioda.
3. Tegangan barier untuk dioda silikon adalah sekotar 0,7 V dan untuk diode
dengan bahan germanium adalah 0,3V
4. Tegangan searah Uo pada penyearah setengan gelombang adalah
Uo = Um/ = (1,414 x 15) /3,14 = 6,75 Vdc
5. Tegangan searah Uo pada penyearah setengan gelombang adalah
Uo = Um/ = (1,414 x 6) /3,14 = 2,7 Vdc
6. Penambahan kapasitor tanpa adanya beban, atau dengan beban resistor
yang sangat besar akan menyebabkan tegangan output sebesar
tegangan maksimumnya = 6V/0,707 = 8,48V
7. Gambar rangkaian pengganda tegangan sebesar 3X

179
Kegiatan Pembelajaran 7:
Dioda Zener

A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan materi keselamatan kerja ini, peserta
diharapkan dapat;
 Menganalisis karakteristik diode zener pada saat arah maju
(forward) dan arah mundur (riverse)
 Menganalisis harga batas Dioda Zener
 Mengaplikasikan Dioda zener sebagai penstabil tegangan paralel
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
 Mampu membandingkan perbedaan diode dengan diode Zener baik saat
arah maju maupun arah mundur
 Mendiskripsikan tegangan breakdown diode zener dalam menentukan
tegangan kerja dari zener
 Menentukan daerah kerja dari diode zener
 Menentukan Iz min dan Iz mak, jika diketahui daya Zener, atau salah
satunya
 Menghitung Rv min dan Rv max serta menentukan nilai Rv
 Menghitung daya Rv dan menentukan PDz (daya diode Zener)
C. Uraian Materi
1. Sifat Dasar Dioda Zener
Dioda zener berbeda dengan dioda penyearah. Dioda zener dirancang
untuk bekerja pada tegangan reverse bias yang biasa disebut ―break down
diode‖ Kaki katoda selalu diberi tegangan yang lebih positif terhadap
anoda. Dengan mengatur tingkat dopping, pabrik dapat menproduksi dioda
zener dengan tegangan break down yang bervariasi mulai kira-kira dari 2V
sampai 200V.
a) Dioda Zener Dalam Kondisi Forward Bias.
Dalam kondisi forward bias dioda zener, kaki katoda diberi tegangan
lebih negatif terhadap anoda atau anoda diberi tegangan lebih positif
terhadap katoda seperti gambar berikut.

180
Gambar 3.1. dioda zener dalam arah forward
Dalam kondisi demikian dioda zener akan berfungsi sama halnya dioda
penyearah dan mulai aktif setelah mencapai tegangan barier yaitu 0,7V.
I
Tahanan dioda (rz) kecil sekali. Sedangkan konduktansi ( ) besar
U
sekali, karena tegangan maju akan mempersempit depletion layer
(daerah perpindahan muatan) sehingga resistansinya menjadi kecil dan
mengakibatkan adanya aliran elektron. Untuk lebih jelasnya lihat gambar
dibawah ini.

Gambar 3.2 Depletion layer pada dioda zener dalam arah forward
b) Dioda Zener Dalam Kondisi Reverse Bias.
Dalam kondisi reverse bias, kaki katoda diberi tegangan yang lebih
positif terhadap anoda.

181
Gambar 3.3 Dioda zener dalam arah reverse
Jika tegangan yang diberikan kepada dioda zener mencapai nilai
breakdown, elektron yang baru dibebaskan dengan kecepatan cukup
tinggi membebaskan elektron valensi yang lain, sehingga arus mengalir
cukup besar. Efek zener berbeda-beda tergantung daridoping pada
metrial pembentukannya.

Gambar 3.4 Arus bocor dioda zener pada arah reverse


Pada daerah reverse, dioda zener mulai aktif bila tegangan dioda
(negatif) sama dengan tegangan zener dioda,atau dapat dikatakan bahwa
I
didalam daerah aktif reverse ( ) konduktansi besar sekali dan sebelum
U
I
aktif ( ) konduktansi kecil sekali.
U
c) Karakteristik Dioda Zener.
Jika digambarkan kurva karakteristik dioda zener dalam kondisi
forward bias dan reverse bias adalah sebagai berikut.

182
Gambar 3.5 Grafik Karakteristik Dioda Zener

d) Harga Batas Dioda Zener


Harga batas adalah data-data komponen dioda zener yang harus di
penuhi dan tidak boleh dilampaui batas maximumnya serta tidak boleh
jauh lebih kecil dari batas minimumnya. Adapaun harga batas tersebut
memuat antara lain keterangan tentang tegangan break down (Uz ), arus
maximumnya dioda zener (Iz), tahanan dalam dioda zener (Rd).

e) Tegangan Breakdown dan Rating Daya


Gambar 3.5 menunjukkan kurva tegangan dioda zener. Pada dioda
zener, breakdown mempunyai kenaikan arus yang hampir vertikal pada
saat tegangan breakdown tercapai. Tegangan tersebut konstan sebesar
UZ.. Disipasi daya dioda zener sama dengan perkalian tegangan dan
arusnya , yaitu : PZ = UZ IZ ………………………Persamaan 3.1
Bila diketahui UZ = 12V dan IZ = 10 mA, maka
PZ = 1,2  0,01 = 0,12 W Selama rating daya dioda zener PZ kurang dari
PZ(max), maka dioda zener tidak akan rusak. Dioda zener yang ada di
pasaran mempunyai rating daya dari 1/4 W sampai lebih dari 50 W . Data
sheet zener dioda biasanya mencantumkan harga arus zener maksimum
IZM Hubungan antara IZM dan rating daya adalah :
PZ(max)
IZM = ……………………………………………Persamaan 3.2
VZ
2. Penggunaan Dioda Zener
Sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki, dioda zener dapat digunakan
sebagai penstabil tegangan searah.

Gambar 3.7 Penstabil tegangan dengandioda zener

183
Salah satu contoh adalah ditunjukkan pada Gambar 2.7. Penyelesaian
rangkaian stabilitas tegangan dengan dioda zener adalah sebagai berikut:
Ui - UZ
Arus pada Rv : IS = ……….……..…Persamaan 3.3
RS

 IZ = IS – IL ……………………………………Persamaan 3.4
Tegangan-beban : UL = UZ
UZ
Arus-beban : IL = ………………...…………Persamaan 3.5
RL
Bila beban RL paralel terhadap dioda zener , maka akan didapatkan
hubungan :
UL = UZ
IS = IZ + I L
Ui = UV + UZ…………………….……………….Persamaan 3.6
Arus zener maksimum akan terjadi , bila arus beban IL dalam keadaan
minimum dan tegangan input Ui maksimum, sehingga IS dalam keadaan
maksimum .
IZ max = ISmax - ILmin…………………….….……….Persamaan 3.7
Sebaliknya arus zener akan minimum bila tegangan input Ui dalam keadaan
minimum dan arus beban dalam keadaan maksimum pada waktu yang
sama.
IZmin= Ismin - ILmax……………………….….…..…Persamaan 3.8

U  U Z min I L min 
PV  1,45  U Z  I L max  i max   …..Persamaan 3.9
 i min
U  U Z max I L max 

PV = Disipasi daya atau hilang daya pada dioda zener


1,45 = Faktor toleransi yang diberikan akibat adanya minority
carrier (pembawa minoritas) yang terdapatdalam zener
Jika tidak ada spesifikasi ( tabel data ) maka diambil harga :
I Z min = 0,1 . IZ max (IZmax diambil dari luar tabel
tanpatambahan pendinginan permukaan)
Untuk menampung kelebihan drop tegangan akibat pemasangan
dioda zener, maka harus dipasang sebuah tahanan depan RV yang
nilainya sebesar :

Uv Ui  U Z
RV   …………………………Persamaan 3.10
IS IZ  IL

184
Nilai RV yang diijinkan adalah nilai antara dua nilai ekstrim (RV max
dan RV min).
U i max  U Z min
RV min  Untuk arus dioda maksimum
I Z min  I L max
U i min  U Z max
RV max   Untuk arus dioda minimum
I Z max  I L min
Harga RV min dan RV dipilih standard E12,E24 atau E48,
danbesarnya daya pada tahanan depan ditentukan oleh tegangan
yang ada.
U i max U Z min 
PRV  ……………………Persamaan 3.11
RV

185
Contoh Perhitungan :
Diketahui :
UL = 5,0 Volt
IL = 40 s/d 100 mA
Ui = 20 V  10%
Cara memilih type dioda zener :
UZ = UL = 5,0 V
(UZ max = 5,4 V, UZ min = 4,8 V sesuai tabel data) .
 U 
 E max - U Z min 
 
 I L min 

PV = 1,45.UZ.IL max  - 
 U U 
Z max  
 L max 
I
 E min 

 22 V - 4,8 V 40 mA 
PV = 1,45x5Vx0,1A  - 
 18 V - 5,4 V 100 mA 
PV = 0,725 W ( 1,366 - 0,400 )
PV = 0,725 W x 0,966 = 0,7 W
Dipilih type dioda ZD 5,1V
IZmax = 170 mA
IZmin = 0,1 x IZmax = 17 mA.
Cara memilih tahanan depan :
U -U 22 V - 4,8 V
RV min = i max Z min = = 82 Ω
I +I 0,04 A + 0,17 A
L min Z max
U -U
RV max = i min Z max = 18 V - 4,8 V = 107,5 Ω
I +I 0,1 A + 0,017 A
L max Z

PRV=
 UE max - U Z min 2 =  22 V - 4,8 V 2 = 2,96 W
R 100 Ω
V
Dipilih tahanan RVyang berada antara Rv min dan Rv max= 100 /3 W

186
A. Lampiran

Dioden Diodes
Zenerdioden Diodes Zener
0,4 W 0,4 W
PHILIPS PHILIPS
Typ BZK 79 Type BZK 79
Toleranz  5% Tolerance  5%
Technische Daten Donnees tecniques
Gehäuse DO-35 Boîtier DO-35
Leistung 500 mW Puissance 500 mW max
max Non-repetitive
Non-repetitive peak reverse power
peak reverse power dissipation 30 W max
0
dissipation 30 W max Junction temperature 200 C max
0
Junction temperature 200 C Thermal resistance from
max junction to tie-point 0,30 K / mW
Thermal resistance from
junction to tie-point 0,30 K /
mW

Art.No Typ
Uz (v) rdiff ( ) SZ (mV /
0
at = 5 at Iztest =5 mA C) = 5 mA
Iztest mA typ max at Iztest typ max
min max min
603278 BZX79-C2V4 2,2 2,6 70 100 -3,5 -1,6 0
603279 BZX79-C2V7 2,5 2,9 75 100 -3,5 -2,0 0
603277 BZX79-C3V0 2,8 3,2 80 95 -3,5 -2,1 0
603243 BZX79-C3V3
3,1 3,5 85 95 -3,5 -2,4 0
603244 BZX79-C3V6
603245 BZX79-C3V9 3,4 3,8 85 90 -3,5 -2,4 0
603247 BZX79-C4V3 3,7 4,1 85 90 -3,5 -2,5 0
603247 BZX79-C4V7 4,0 4,6 80 90 -3,5 -2,5 0
603248 BZX79-C5V1 4,4 5,0 50 80 -3,5 -1,4 0,2
603249 BZX79-C5V6 4,8 5,4 40 60 -2,7 -0,8 1,2
603250 BZX79-C6V2 5,2 6,0 15 40 -2,0 -1,2 2,5
603251 BZX79-C6V8 5,8 6,6 6 10 -0,4 -2,3 3,7
603252 BZX79-C7V5
6,4 7,2 6 15 -1,2 -3,0 4,5
603253 BZX79-C8V2
603254 BZX79-C9V1 7,0 7,9 6 15 -2,5 -4,0 5,3
603255 BZX79-C10 7,7 8,7 6 15 -3,2 -4,6 6,2
603256 BZX79-C11 8,5 9,6 6 15 -3,8 -5,5 7,0
603257 BZX79-C12 9,4 10,6 8 20 -4,5 -6,4 8,0
603258 BZX79-C13 10,4 11,6 10 20 -5,4 -7,4 9,0
603259 BZX79-C15 11,4 12,7 10 25 6,0 8,4 10,0
603260 BZX79-C16 12,4 14,1 10 30 7,0 9,4 11,0
603261 BZX79-C18
13,8 15,6 10 30 9,2 11,4 13,0
603264 BZX79-C24
603266 BZX79-C30 15,3 17,1 10 40 10,4 12,4 14,0
603267 BZX79-C33 16,8 19,1 10 45 12,4 14,4 16,0
22,8 25,6 25 70 18,4 20,4 22,0
28,0 32,0 30 80 24,4 26,6 29,4
31,0 31,0 35 80 27,4 29,7 33,4

187
D. Aktifitas Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran, Anda hendaknya mengidentifikasi macam-macam
seri dari dioda zener. Melalui percobaan, ukurlah karakteristik dioda zener dan
buatlah percobaan penstabil tegangan dengan dioda zener.

188
E. Latihan/Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan dioda zener?
2. Bila diketahui rangkaian penstabil tegangan seperti pada gambar

Tegangan Sumber Ui = 12V +/- 20%, Uz = 6 Vdc, berapa tahanan


depan Rv dan Daya yang harus dipasang, bila arus zener Iz min =
10 mA dan arus beban maksimum 50mA.

189
F. Rangkuman

 Dioda zener adalah dioda yang bekerja pada daerah reverse bias, yang
berbeda dengan dioda penyearah yang bekerja pada forward bias.
 Dioda zener dirancang untuk bekerja pada tegangan reverse bias dan
biasa disebut ―break down diode‖ Kaki katoda selalu diberi tegangan
yang lebih positif terhadap anoda.
 Dengan mengatur tingkat dopping, pabrik dapat menproduksi dioda
zener dengan tegangan break down kira-kira dari 2V sampai 200V.
 Harga batas adalah data-data komponen dioda zener yang harus di
penuhi dan tidak boleh dilampaui batas maximumnya serta tidak boleh
jauh lebih kecil dari batas minimumnya.
 Adapaun harga batas tersebut memuat antara lain keterangan tentang
tegangan break down (Uz ), arus maximumnya dioda zener (Iz),
tahanan dalam dioda zener (Rd).

190
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
1. Umpan Balik
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, periksa penguasaan
pengetahuan dan keterampilan anda menggunakan daftar periksa di bawah
ini:
No Indikator Ya Tidak Bukti
1. Membedakan diode dan Zener

2. Harga batas diode Zener


3. Menghitung tegangan dan daya
Zener jika kondisi beban diketahui
4. Aplikasi zener dalam penstabil
tegangan

2. Tindak Lanjut
a. Buat rencana pengembangan dan implementasi praktikum sesuai
standar di lingkungan laboratorium kerja anda.
b. Apakah anda mengimplementasikan rencana tindak lanjut ini sendiri
atau berkelompok?
 sendiri
 berkelompok – silahkan tulis nama anggota kelompok yang lain dalam
tabel di bawah.
No: Nama anggota kelompok lainnya (tidak termasuk diri anda)

c. Pikirkan suatu situasi atau kondisi di dalam bengkel/laboratorium


anda yang mungkin dapat anda ubah atau tingkatkan dengan
mengimplementasikan sebuah rencana tindak lanjut.

191
d. Apakah judul rencana tindak lanjut anda?
e. Apakah manfaat/hasil dari rencana aksi tindak lanjut anda tersebut?
f. Uraikan bagaimana rencana tindak lanjut anda memenuhi kriteria
SMART

Spesifik

Dapat diukur

Dapat dicapai

Relevan

Rentang/Ketepatan
Waktu

192
H. Kunci Jawaban
1. Dioda zener adalah dioda yang dirancang untuk bekerja pada tegangan
reverse bias dan biasa disebut ―break down diode‖ Kaki katoda selalu
diberi tegangan yang lebih positif terhadap anoda dan difungsikan
sebagai penstabil tegangan DC
2. Diketahui :
Tegangan Ui = 12V +/- 20%,
Uz = 6 Vdc
Iz min=10mA
IL maksimum =50mA

Uin maksimum= 12 + 20% = 12 + 2,4 = 14,4V


Uin minimum = 12 – 20% = 12 – 2,4 = 9,6V
Iz maksimum = 10 x Iz min = 10 x 10 = 100mA
IL min = 0mA
IL maksimum = 50mA
U -U 14,4 V - 6 V
RV min = i max Z min = = 168 Ω
I +I 0,00 A + 0,05 A
L min Z max
U -U
RV max = i minZ max = 9,6 V - 5 V = 76,6 Ω
I +I 0,05 A + 0,01 A
L max Zmin
Dari hasil perhitungan diatas ternyata Rv maks lebih kecil dari Rv min,
hal ini menunjukkan bahwa daya dari diode Zener tidak memenuhi
syarat. Misalnya daya Zener dinaikkan menjadi 2W sehingga Dz
6V/2W Iz maks = 2W/6V = 333,3mA Iz min = 33,3mA
Dan persamaan menjadi :
U -U 14,4 V - 6 V
Rv min = i max Z min = = 25 Ω
I +I 0,00 A + 0,333 A
L min Z max

193
U -U 9,6 V - 5 V
RV max = i minZ max = = 55,2 Ω
I +I 0,05 A + 0,0333 A
L max Zmin
Dari hasil perhitungan diatas dipilih Rv antara Rv min dan Rv maks (25 – 55)
dan dipilih sesuai standard E12 adalah: 27 , 33, 39, 47 misalnya dipilih harga
33Ω

PRV=
 UE max - UZ min 2 =  14,4 V - 6 V 2 = 2,13 W dibulatkan
R 33 Ω
V
menjadi 3W

194
Kegiatan Pembelajaran 8:
Transistor Bipolar

A. Tujuan
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi Transistoipolar ini, peserta
diharapkan dapat;
 Mengevaluasi penggunaan hukum-hukum kelistrikan pada
semikonduktordalam rangkaian dasar elektronika
 Mengevaluasi proses pengujian komponen semikonduktor dalam
rangkaian dasar elektronika
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
 Memeriksa hukum-hukum kelistrikan pada komponen semikonduktor
 Menentukan penerapan hukum-hukum kelistrikan dalam rangkaian dasar
transistor bipolar
 Menemukan karakteristikpadapengujian transistor bipolar
 Membedakan karakteristik transistor bipolar sebagai penguat dan sebagai
sakelar
 Menemukan karakteristik pada pengujian transistor bipolar

C. Uraian Materi

1. Umum
Transistor dibedakan dalam dua jenis yaitu transistor NPN dan Transistor
PNP, yang merupakan susunan dari tiga layer semikonduktor yang membentuk
komposisi buah dioda PN seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1.

a) Susunan Transistor PNP


Transistor PNP terdiri dari dua buah semikonduktor type-P dan
sebuah semikonduktor type-N dengan komposisi sebagai berikut:

195
Gambar 4.1 Material, struktur junction dan simbol transistor PNP

Kaki-kaki anoda dari dua buah dioda tersebut sebagai Kolektor dan Emitor
dengan tanda pada kaki emitor adalah adanya panah, untuk jenis PNP arah
panahnya adalah masuk. Untuk mengaktivkan transistor dibutuhkanlah tegangan
bias yaitu Tegangan Basis terhadap Emitor yang besarnya sekitar  UBE = -0,7V.
Tanda minus menunjukkan Transistor jenis PNP membutuhkan bias Negatif, atau
tegangan di Basis (B) lebih negatif dibandingkan pada Emitor (E) yang besarnya
bervariasi antara -0,6V s.d. -0,9V. Pada transistor penguat sinyal kecil dengan
arus Basis dalam orde µA besarnya UBEhanya sekitar -0,6V saja, namun pada
transistor dengan daya besar dimana arus basis cukup besar dalam ratusan atau
ribuan mA, tegangan UBEbisa mencapai 0,9 dan bahkan mencapai 1Volt.
Tegangan Kolektor terhadap Emitor  UCE = sangat bervariasi, tergantung dari
supply yang di pasangkan pada sumber, atau tergantung dari kegunaanya yang
berkisar antara –2V s.d. –100V. Pada transistor PNP, tegangan Kolektor lebih
negatif terhadap Emitor. Emitor –Basis merupakan dioda P-N arah maju,
sedangkan Basis-Kolektor merupakan dioda P-N arah mundur

Gambar 4.2 Sistem tegangan bias pada transistor PNP

196
b) Susunan Trasistor NPN.
Transistor NPN terdiri dari dua buah semikonduktor type-N dan sebuah
semikonduktor type-P dengan komposisi sebagai berikut:

Gambar 4.3 Material, struktur junction dan simbol transistor PNP

Kaki-kaki katoda dari dua buah dioda tersebut sebagai Kolektor dan Emitor
dengan tanda pada kaki emitor adalah adanya panah, untuk jenis NPN arah
panahnya adalah keluar. Untuk mengaktivkan transistor dibutuhkanlah tegangan
bias yaitu Tegangan Basis terhadap Emitor yang besarnya sekitar  UBE = 0,7V.
Transistor jenis NPN membutuhkan bias Positif, atau tegangan di Basis (B) lebih
positif dibandingkan pada Emitor (E) yang besarnya bervariasi antara 0,6V s.d.
0,9V. Pada transistor penguat sinyal kecil dengan arus Basis dalam orde µA
besarnya UBEhanya sekitar 0,6V saja, namun pada transistor dengan daya besar
dimana arus basis cukup besar dalam ratusan atau ribuan mA, tegangan UBEbisa
mencapai 0,9 dan bahkan mencapai 1Volt. Tegangan Kolektor terhadap Emitor 
UCE = sangat bervariasi, tergantung dari supply yang di pasangkan pada sumber,
atau tergantung dari kegunaanya yang berkisar antara 2V s.d. 100V. Pada
transistor NPN, tegangan Kolektor lebih positif terhadap Emitor. Basis – Emitor
merupakan dioda P-N arah maju, sedangkan Basis-Kolektor merupakan dioda P-
N arah mundur

197
Gambar 4.2 Sistem tegangan bias pada transistor NPN

c) Penguatan Arus Transistor (β)


Arus listrik yang mengalir pada trasistor adalah arah arus dari sumber
tegangan posistip menuju negatif. Maka pada transistor PNP, arus mengalir
dari Emitor menuju Kolektor dan Basis, dengan komposisi kira-kira 99%
mengalir melalui Kolektor dan 1% melalui Basis. Penguatan arus transistor
merupakan perbandingan arus Kolektor IC dan arus Basis IB
IC
 ……………………………………………….Persamaan 4.1
IB
Setiap perubahan kecil pada arus Basis akan mempengaruhi perubahan yang
besar pada arus Kolektor

d) Tegangan Bias Transistor:


Agar transistor bisa bekerja menguatkan sinyal secara optimal, maka
pada transistor harus diberi tegangan bias.

198
Gambar 4.3 Tegangan Bias transistor

UCE  UCB  U BE ………….……………….Persamaan 4.2

UCE = tegangan Kolektor - Emitor


UCB = tegangan Kolektor – Basis
UBE = tegangan Basis – Emitor

I E  IC  I B …………………..……………..….Persamaan 4.3
IE = arus emitor
IC = arus kolektor
IB = arus Basis

e) Kurva karakteristik Transistor


Transistor sebagai penguat sinyal memiliki karakteristik input dan
karakteristik output yang berbeda.
1) Karakteristik Input Transistor
Transistor memiliki karakteristik input pada basis terhadap emitor.
Parameter input terdiri dari tahanan input yang dinamis rBE, tergantung

dari perubahan tegangan basis  UBE sertaperubahan arus basis  IB,

Gambar 4.4 Karakteristik input transistor


Prinsip dari karakteristik input transistor adalah karakteristik dioda maju
(forward) basis-emitor. Dioda akan mulai menghantarkan arus IB pada
saat tegangan UBE = 0,7V (silikon) dan UBE = 0,3V (germanium).Dari
kurva karakteristik input, bisa dihitung besarnya nilai tahanan dinamis
Basis-Emitor rBE yang juga dinotasikan dengan h11e sebesar:
U BE
rBE  ……………………………………….….Persamaan 4.4
I B

199
rBE = tahanan input dinamis
 UBE = perubahan tegangan basis-emitor
 IB = perubahan arus basis

2) Karakteristik Output Transistor


Transistor memiliki karakteristik output antara kolektor terhadap emitor.
Parameter output adalah tahanan dinamis kolektor emitor rCE yang besarnya
tergantung dari perubahan tegangan kolektor-emitor UCE dan perubahan
arus kolektor IC.

Gambar 4.5 Karakteristik output transistor IC = f(UCE) dengan parameter IB


Tahanan dinamis output kolektor-emitor bisa dirumuskansebagai berikut:
U CE
rCE  rCE = tahanan dinamis output ……….…….Persamaan 4.5
I C

UCE = perubahan tegangan kolektor – emitor


IC = perubahan arus kolektor
1
rCE juga dinotasikan sebagai
h22e

Karakteristik arus output merupakan perbandingan kurva arus kolektor IC


fungsi arus basis IB. yang dinotasikan dalam .

200
Gambar 4.6 Karakteristik output transistor IC = f(IB)

Kurva karakteristik arus kolektor IC fungsi arus basis IB secara ideal


merupakan garis linier, berarti penguatan arus B = konstan.

IC
B
IB

Gambar 4.7 Karakteristik dinamis IC = f(IB)

Kemiringan dari kurva IC = f(IB) merupakan penguatan arus dinamis


yang dirumuskan sebagaiberikut
I C
 ………………………………………..….Persamaan 4.6
I B

 = penguatan arus dinamis ac


IC = perubahan arus kolektor
IB = prubahan arus basis

201
dinotasikan juga sebagai h21e

3) Kurva karakteristik UCE fungsi UBE


Setiap perubahan tegangan basis emitor UBE akan diikuti dengan
perubahan tegangan kolektor emitor UCE. Kurva karakteristik UCE fungsi UBE
U BE
dinotasikan sebagai D = h12e D  ……….Persamaan 4.7
UCE

Gambar 4.8 Karakteristik UCE fungsi UBE

4) Perencanaan Titik Kerja Transistor


Ada dua fungsi dari Transistor, yang pertama adalah sebagai sakelar dan
yang kedua adalah sebagai penguat, pada saat transistor difungsikan sebagai
sakelar, transistor menggantikan fungsi dari sakelar , dan lebih mudah didalam
mendesainnya. Ketika transistor digunakan sebagai penguat ada beberapa
ketentuan yang harus diikuti untuk mendapatkan hasil yang baik dan sesuai
dengan desain. Desain penguat sinyal kecil Rangkaian yang paling sederhana
seperti dicontohkan pada gambar 4.9 rangkaian tersebut beri nama Self Bias.
R1 dipergunakan untuk memberikan tegangan positip ke Basis, nilai R1
biasanya cukup besar dalam orde MΩ agar supaya tegangan pada Basis
sekitar 0,55V sd 0,65V dan dengan arus Basis dalam orde beberapa µA saja
sedangkan RL atau RC dipasang antara Kolektor ke positip supply.

202
Gambar 4.9 Penetapan tegangan bias transistor

Titik kerja transistor ditentukan oleh nilai Penentuan arus kolektor ICQ
dan tegangan output kolektor UC yang besarnya mendekati sama dengan
setengah tegangan sumber UB.
UC = ½ UB……………..……………………………..….Persamaan 4.8

Gambar 4.10 Kurva karakteristik transistor


CONTOH:
Bila dalam contoh perencanaan di atas rangkaian transistor diberi
tegangan sumber UB = 12 Volt, arus kotektor ditentukan pada titik kerja
ICQsebesar = 1 mA serta penguatan arus  = 100, maka berapakah
besarnya tahanan-tahanan sebagai pemberi tegangan bias R1 dan
tegangan beban RC?:

203
Diketahui :
UB = 12 Volt
ICQ sebesar = 1 mA
 = 100
Ditanyakan :
R1 dan RL (Rc)
Jawaban:
U C  U CE  12 U B  6V
U BE  0,6V
U B  U C 12V  6V
RL    6000   6k
IC 1mA
U R1  U B  U BE  12V  0,6V  11,4V
U RB U RB 11,4V 11,4V
R1   Ic  1m A   1140 k
IB B 100 10 A
R1  1,14 M

5) Pemberian bias dengan tahanan pembagi tegangan R1 dan R2.


Untuk mendapatkan tegangan bias pada rangkaian penguat
transistor bisa dilakukan dengan pemberian tegangan bias melalui
pembagi tegangan R1 dan R2.sbb:

Gambar 4.11 Tegangan bias transistor


Perhatikan gambar diatas, dengan ditambahkannya R dari basis ke 0V
maka kedua R tersebut berfungsi sebagai pembagi tegangan. Arus input
utama mengalir melalui R1 sebesar IB+IQ , arus tersebut akan bercabang
dua, sebagian ke Basis sebagai Arus Basis dan sebagian lagi ke R2,
resistor yang menghubungkan kaki basis ke 0V.
Arus IQ adalah arus yang mengalir melalui R2, yang nilainya secara
pendekatan praktis diambil antara 2 sampai dengan 10 kali arus basis

204
IB.R1 dan R2 dalam desain nanti akan menentukan impedansi masukan
dari penguat. Contoh di atas kita ambil besarnya IQ = 2 x IB, maka  IQ = 2
x 10A = 20A , dan bersanya tahanan R1 dan R2 bisa dihitung sbb:
U B  U BE 12V  0,6V
R1    570 k
IQ 20 A
U BE 0,6V
R2    300 k
IQ 20 A

6) Pengendalian titik kerja transistor


Penetapan titik kerja transistor pada prinsipnya adalah penetapan besaran
regangan-tegangan DC dan aru-arus DC sebagai berikut:
UCEQ = 6 V
ICQ = 1 mA
IBQ = 10 A
UBEQ = 0,6V

Garis beban yang diakibatkan oleh pemasangan tahanan RL, merupakan garis
lurus yang menghubungkan titik IC maksimum dan UCE maksimum. Titik-titik
tersebut bisa dihitung:
UCE maksimum terjadi pada saat Ic = 0,
berarti pada saat UCEmax besarnya mendekati tegangan sumber UB=12V
ICmaksimum  pada saat UCE = 0, berarti
U B  U CE min 12V
Icmaks=   2mA
RL 6000 
Bila pada rangkaian penguat transistor diberikan sinyal input ac pada basis
sebesar iB = 10µA, maka akan mengakibatkan ayunan arus ac kolektor iC=1
mA, ayunan UCE=8V-4V=4V, serta ayunan UBE=0,60V-0,65V=0,05V

205
Gambar 4.12 Kurva karakteristik transistor
Maka dapat dihitung :Penguatan tegangan
u CE 2V
Vu    40 x
u BE 0,05V

iC 1mA
Penguatan Arus Vi    100 x
i B 10 A

Penguatan Daya Vp = Vi x Vu = 100 x 40 = 4000 x


Daya total pada transistor:

Ptot = UCEQ x ICQ = 6V x 3 mA = 18 mWatt.Bila digambarkan dalam kurva,


maka daya P pada transistor merupakan kurva hyperbolik.Dalam contoh
gambar berikut bila diketahui transistor dengan daya Ptot = 5 Watt, maka
kurva dayanya sebagai berikut:

206
Gambar 4.13 Kurva disipasi daya transistor

7) Penempatan titik kerja dan stabilisator (Perencanaan DC)


Agar transistor sebagai penguat sinyal bisa bekerja dengan stabil, maka
perlu adanya penetapan titik kerja pada daerah yang ideal dan linier.
a) Penentuan nilai Tahanan Kolektor
Untuk menepatkan arus kolektor Ic dan tegangan kolektor emitor UCE,
maka harus direncanakan besarnya tahanan kolektor RC. Untuk bentuk
dasar penguat Common Emotir seperti di bawah ini besarnya tegangan
output Uo sama dengan tegangan UCE sebesar setengan tegangan
sumber.

Gambar 4.14 Penetapan nilai tahanan kolektor


Us  U CE
RC  , Us=UCE + URC……..….Persamaan 4.9
Ic

207
Gambar 4.15 Performansi arus kolektor

Dengan pemilihan atau penentuan macam-macam arus kolektor


Ic,maka akan didapatkan tahanan kolektor (Rc) yang nilainya berbeda-
beda pula seperti contoh dibawah ini.

U RC 6V U 6V
RC1    1,5k  RC 2  RC   2k
Ic 4mA Ic 3mA
U 6V U 6V
RC 3  RC   3k  RC 4  RC   6k
Ic 2mA Ic 1mA
Untuk penentuan ICQ = 4mA didapatkan RC1 = 1,5kΩ
Untuk penentuan ICQ = 3mA didapatkan RC1 = 2kΩ
Untuk penentuan ICQ = 2mA didapatkan RC1 = 3kΩ
Untuk penentuan ICQ = 1mA didapatkan RC1 = 6kΩ

Besarnya penguatan arus ditentukan oleh perubahan arus kolektor dan


Ic
arus basis   ……………………....Persamaan 4.10
I B

b) Tahanan Basis
Agar Transistor bisa menguatkan sinyal, maka diperlukan tegangan
basis-emitor sebesar 0,7V untuk transistor silikon atau 0,3V untuk
germaium. Untuk itu bisa dilakukan dengan menghubungkan basis dengan
tegangan sumber melalui sebuah tahanan basis R1. Tahanan basis
permanen R1, atau tahanan permanen R1 yang diseri dengan
potensiometer untuk menepatkan nilai R1 agar didapatkan Uo = ½ Us = 6V

208
Pada gambar 4.16 penambahan RV yang diseri dengan R1 bertujuan
untuk menepatkan nilai R1 yang tidak ada pada standar E12, misalnya total
R1 adalah 2,4MΩ, maka R1 dipilih 2M2 dan RV dipilih 0,5MΩ, sehingga
dengan mengatur RV didapatkan harga R1 min = 2M2 dan maksimumnya
2,7MΩ

Gambar 4.16 Penetapan tahanan basis

Gambar 4. 17 Pemasangan tahanan R2


Pemberian tegangan bias dapat juga dilakukan dengan penambahan
tahanan basis R2 ke ground yang lebih populer dengan nama pembagi
tegangan seperti pada gambar 4.17cara ini lebih baik jika dibandingkan
dengan Self bias yang seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.16.
Penambahan tahanan R2 disatu sisi akan memperbaiki kualitas pembiasan
transistor, namun disisi lain juga berdampak buruk terhadap menurunnya
tahanan masukan dari penguat itu sendiri. Agar perencanaan penguat

209
tunggal ini lebih mudah, maka dilakukan pendekatan empiris (praktek),
bahwa besarnya
I Q  2  I B ..sampai.dengan.10  I B
……………….....Persamaan 4.11

Us  U BE
R1  ……………………………………….....Persamaan 4.12
IQ  I B

U BE
R2  ………………………………………… …....Persamaan 4.13
IQ

Keuntungan pemasangan R1 dan R2 pada rangkaian di atas adalah,


bahwa R2 diharapkan lebih rendah nilainya dibandingkan dengan tahanan
basis emitor rBE. Tujuannya agar perubahan sinyal input tidak menggeser
nilai rBE . Namun ada kelemahan, bahwa dengan kenaikan suhu transistor
menyebabkan kenaikan arus kolektor, arus basis serta bergesernya titik
kerja transistor. Untuk itu bisa diatasi dengan beberapa cara :

c) Dengan memasang tahanan NTC paralel terhadap R2.

Pergeseran titik kerja akan berdampak buruk terhadap kinerja dari


penguat, hasil penguatan menjadi tidak maksimal, untuk menjaga
kesetabilan titik kerja dipasanglah tahanan NTC seperti yang ditunjukkan
pada gambar 4.18

Gambar 4.18 Pemasangan NTC sebagai stabilisator


NTC singkatan dari Negativ temperature coeficien, yaitu suatu tahanan
yang akan menurun nilai resistansinya jika temperaturnya naik, Pada
gambar 4.18 kanan menunjukkan pergeseran tegangan UBE akibat dari

210
naiknya temperature dari transistor. Karena NTC dipasang parallel dengan
R2 maka jika terjadi kenaikan temperatur secara umum, berakibat turunnya
nilai resistansi NTC yang berfungsi menggeser UBE menjadi kecil.
Mengecilnya UBE akan menurunkan IB dan IC ke posisi semula.

d) Umpan balik arus pada tahanan emitor RE

Dengan menambahkan tahanan RE pada emitor maka tegangan pada


Emitor (UE) akan naik sebanding dengan kenaikan arus Emitor (IE)

Gambar 4.19 Tahanan umpan balik RE


UR2 = UBE + URE
Dengan membesarnya arus basis IB yang diikuti membesarnya arus
kolektor Ic akan diikuti pula oleh mebesarnya arus emitor IE. Akibatnya drop
tegangan pada tahanan emitor URE akan naik dan menekan tegangan basis
emitor UBE. Akibatnya arus basis mengecil dan arus kolektor kembali
mengecil. Dengan peristiwa tersebut di atas, maka tahanan emitor RE
disebut sebagai tahanan umpan balik arus. Namun dengan pemasangan RE
akan berdampak mengecilnya penguatan tegangan Vu yang secara
pendekatan kasar didapatkan:
RC
Vu  ………………………………....Persamaan 4.14
RE
Untuk mengatasi hal tersebut perlu memulihkan penguatan tegangan,
caranga dengan mengecilkan (dianggap hubung singkat) nilai RE bila
dipandang dari sinyal bolak-balik ac. Caranya adalah dengan memasang
kapasitor paralel terhadap RE seperti pad gambar 4.20 dibawah ini.

211
Gambar 4.20 Kapasitor bypass CE
Reaktansi kapasitor dipengaruhi oleh frekuensi sinyal input dan
kapasitansi dari kapasitor yang dirumuskan sebagai berikut :
1
Xc  ……………………………….....Persamaan 4.15
2fC
Xc = reaktansi kapasitif [ Ohm]
f = frekuensi [Hz]
C = kapasitasi [Fahrad]

Pada analisis sinyal ac, kapasitor (C)mempunyai nilai XC yang kecil


yang berfungsi menghubungsingkat antara Emitor ke 0V (ground), sehingga
penguatan tegangan pulih seperti pada saat tanpa RE. Namun seting bias
tegangan DC dan umpan balik arus emitor tidak terganggu, karena pada
tegangan DC kapasitor CE bersifat open (terbuka). Untuk menentukan
besarnya kapasitor emitor CE, dipertimbangkan berdasarkan frekuensi
batas bawah yang akan diperkuat.

CE  ………………………………....Persamaan 4.16
2f b (rBE )
 = penguatan arus
fb = frekuensi batas bawah
rBE = tahanan basis emitor
e) Umpan balik tegangan
Pemberian bias dengan umpan balik tegangan dengan cara
menghubungkan tahanan dari basis menuju ke kolektor, seperti pada
gambar 4.21, R1 dan R2 membentuk pembagi tegangan seperti pada
pemberian bias transistor sebelumnya. Tegangan bias yang diberikan ke

212
Basis diambilkan dari kaki kolektor, disaat satu dan lain hal, misalnya
kenaikan temperature atau kenaikan arus basis sendiri, arus kolektor juga
ikut naik, tetapi tegangan kolektor justru akan turun, menurunnya tegangan
pada kolektor berarti juga menurunnya tegangan bias UBE dan
mmenurunnya IB, sehingga IC juga turun seperti sedia kala

IRC = IR1 + IC
IR1 = IB + IQ
UR1=Us-URC-UR2
R1 =UR1/IR1

Gambar 4.21 Tahanan umpan balik teganga R1

2. Rangkaian Dasar Transistor

a. Klas Penguat klas A


Ic/mA Penguat klas A
IB=70uA
7
IB=60uA
menguatkan semua
6
IB=50uA bagian sinyal input.
5
IB=40uA Penguat tersebut
4
IB=30uA memiliki kerugian daya
IC 3
2 IB=20uA besar, pada saat tidak
1 IB=10uA
IB=0uA ada sinyal, efisiensi lebih
2 4 6 8 10 12 UCE/V kecil serta kerugian daya
E

besar
Gambar 4.22 Penguat klas A

Penguat kelas A menempatkan ICQ ½ dari IC maks , dan tegangan UCE ½


dari UCE maks

b. Penguat klas B

213
Ic/mA
IB=70uA
Penguat klas B
7
IB=60uA ditetapkan tegangan
6
IB=50uA
5 kolektor-emitor UCE pada
4 IB=40uA
IB=30uA
saat tanpa sinyal adalah
3
2 IB=20uA sebesar tegangan sumber,
IB=10uA
1
IB=0uA
sedangkan arus kolejtor IC
IC
0 2 4 6 8 10 12 UCE/V ditetapkan pada titik 0.
E

Karena pada saat tanpa


Gambar 4.23 Penguat klas B
sinyal tidak ada arus kolektor
Ic yang mengalir, maka
efisiensi daya pada saat
tanpa sinyal adalah besar.
Namun penguat klas B ini masih memiliki kelemahan, yaitu
transistor baru bekerja pada saat tegangan basis emitor UBE = 0,7 Volt,
akibatnya ada keterlambatan pada sinyal output. Untuk mengatasi hal
tersebut, bisa dibuat rangkaian penguat klas AB.

c. Penguat klas AB
Untuk memperbaiki performansi dari penguat klas B , maka bisa
diatasi dengan penguat klas AB, di mana titik kerja ditetapkan pada daerah
sedikit diatas cut off (tegangan kolektor – emitor pada teganngan 10
Volt,dan arus kolektor pada 10 A). Dengan demikian, transistor sudah
diberi tegangan bias di atas 0,7 Volt pada saat tanpa sinyal.

Ic/mA
IB=70uA
7
IB=60uA
6
IB=50uA
5
4 IB=40uA
IB=30uA
3
2 IB=20uA
IC 1 IB=10uA
IB=0uA
0 2 4 6 8 10 12 UCE/V
E

Gambar 4.24 Penguat klas AB

d. Penguat klas C

214
Ic/mA Penguat klas C, titik kerja
IB=70uA
7
IB=60uA
ditetapkan pada daerah tidak
6
IB=50uA linier. Tegangan kolektor-
5
4 IB=40uA emitor berada di atas
IB=30uA tegangan sumber, Tuntutan
3
2 IB=20uA ini hanya bisa difasilitasi
1 IB=10uA
IB=0uA dengan memasang induktor
IC
0 2 4 6 8 10 12 UCE/V pada kolektor. Penguat klas
C ini memiliki output yang
Gambar 4.25 Penguat klas C tidak sama dengan sinyal
inputnya.
Sinyal output berupa sinyal harmonisa yang terkandung dalam bentuk
sinyal output kurang dari setengah gelombang sinus.

3. Hubungan Dasar Transistor


Transistor sebagai penguat memiliki tiga konfigurasi berdasarkan
penempatan input dan output. Ketiga konfigurasi tersebut adalah common
Base, common kolektor dan common emitor dimana masing masing
mempunyai karakteristik yang berbeda beda.

a) Hubungan Basis (common base).


Apabila input ditempatkan antara basis dan emitor sedangkan output
ditempatkan antara basis dan emitor, maka basis dimiliki oleh input dan
output, maka penguat tersebut dinamakan penguat dengan hubungan
basis bersama (common base).

Gambar 4.26 Hubungan basis bersama (common base)


Input : IE , UEB,
output : IC , UCB,

215
I C
Perbandingan pembawa  = atau sering disimbulkan dengan hfb ,
I E

IC
h2Ib, fb. Pada analisa tegangan searah A= ,
I E hFB , HFB , FB. Sifat

Common Base (hubungan basis), penguatan tegangan besar


  UCB = V  UEB , penguatan arus kurang dari satu kali.

b) Analisa DC Penguat Common Base (seting bias)


Penguat Common Base adalah bila rangkaian penguat memiliki input
dan output bersama pada Basis. Perhatikan gambar 4.27 kaki Basis
dipasang kapasitor ke 0V, atau dipasang CB yang berfungsi secara AC
menghubungkan singkat Basis dengan 0V atau Ground. Untuk analisa DC,
maka kapasitor tidak mempunyai pengaruh dalam perhitungan untuk
mencari nilai R1, R2, RE dan RL

Gambar 4.27 Analisa DC rangkaian basis bersama


Uo = ½ Us
URC= Us – Uo

U RC U RC
Rc   ………………………….………....Persamaan 4.17
Ic I B

U RE  Us  U RC  U CE ………….…………………....Persamaan 4.18

U RE U RE U RE
RE    …………..……....Persamaan 4.19
IE I B  I C (   1) I B

216
U BE  U RE U R 2
R2   ……………………………..Persamaan 4.20
Iq 10.I B

U S  U R2
R1  ……….............................................Persamaan 4.21
IB  Iq

Prinsip dari analisa DC adalah untuk mendapatkan nilai ideal dari


tahanan-tahanan bias R1, R2. RC dan RE.

c) Analisa ac Penguat Common Base


Analisa ac rangkaian common basis adalah untuk merancang
besarnya penguatan sinyal yang diinginkan, tahanan masukan dan tahanan
keluarannya. Untuk menganalisa secara ac, perlu dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
semua tegangan sumber DC dihubung singkat
semua kapasitor dihubung singkat

Gambar 4.28 Analisa ac rangkaian basis bersama

Zi = RE//(rBE...........................................................Persamaan 4.22
Zo = rCE//RC
Uo  rCE .RC R
Vu     C ………………………Persamaan 4.23
Ui rBE (rCE  RC ) rBE

Vi  ………………………………………………….Persamaan 4.24
 1
Penguatan Daya: Vp = Vi . Vu………….Persamaan 4.25
Beda fasa antara input dan output 

d) Hubungan Emiter bersama(Common Emitor)

217
Apabila input ditempatkan antara basis dan emitor sedangkan output
ditempatkan antara kolektor dan emitor, maka emitor dimiliki oleh input dan
output. Maka penguat tersebut dinamakan penguat dengan hubungan emitor
bersama (common emitor).

Gambar 4.29 Hubungan emitor bersama (Common Emitor)


Input : IB , UBE
I C

Out put : IC , UCE Penguatan arus :


I B

I C
IE = IB+ IC ; IB = IE -IC IB =  IE -  IC, atau  IE =  , sehingga :
ΔI C
ΔI B = -ΔI C

ΔI C 
=
ΔI B 1- 
I C
penguatan arus  = Simbol yang lain : h FE , H ,  FE
I B
21e

Penguatan arus searah


IC
Β= Simbol yang lain : h FE , HFE ,  FE
IB
Hubungan emiter bersama memiliki penguatan tegangan dan arus yang
besar

 UCE = V  UBE

218
Gambar 4.30 Grafik IB=f UBE untuk mencari Gambar 4.31 Grafik IC=f UCE dengan
Tahanan input :rBE parameter IB untuk mencari Tahanan
out put : rCE
IC (mA) IC
(mA)
D
D 100
100
C
C 75
75

B IC B
50
50
IB
A A
25 25
IB (mA) UBE

0,25 0,5 0,75 1 0 ,2 0,4 0,6 0,8 (V)

Gambar 4.32 Kurva Ib = f (Ic) Gambar 4.33 Kurva Ib = f (Ube)

219
e) Analisa DC dari Penguat Common Emitor (seting bias)
Penguat Common Emitor adalah bila rangkaian penguat memiliki input dan
output bersama pada emitor. Untuk analisa DC, maka kapasitor tidak mempunyai
pengaruh dalam perhitungan

Gambar 4.34 Analisa DC rangkaian emitor bersama


Uo = ½ Us
URC= Us – Uo
U RC U RC
Rc   ………………………………….….Persamaan 4.26
Ic  .I B
U RE  Us  U RC  U CE ………………………………..Persamaan 4.27
U RE U RE U RE
RE    ……………………..Persamaan 4.28
IE I B  I C (   1) I B

U BE  U RE U R 2
R2   ………………………...Persamaan 4.29
Iq 10.I B

U S  U R2
R1  …………………………………….Persamaan 4.30
IB  Iq
Prinsip dari analisa DC adalah untuk mendapatkan nilai ideal dari
tahanan-tahanan bias R1, R2. RC dan RE.

f) Analisa ac Penguat Common Emitor


Analisa ac rangkaian common emitor adalah untuk merancang besarnya
penguatan sinyal yang diinginkan. Untuk menganalisa secara ac, perlu
dilakukan langkah-langkah:
semua tegangan sumber DC dihubung singkat
semua kapasitor dihubung singkat

220
Gambar 4.35 Analisa ac rangkaian emitor bersama

Zi = R1//R2//rBE………………………………….……….Persamaan 4.31
Zo = rCE//RC……………….…………………….……….Persamaan 4.32
U o I c .Z o Z RC // rCE
Vu    o  ……….Persamaan 4.33
U i I B .Z i Zi R1 // R2 // rBE
RC<< rCE  rCE diabaikan
R1//R2>> rBE R1//R2 = diabaikan
Maka rumus penguatan tegangan bisa disederhanakan menjadi:
U o I c .Z o Z R h .R
Vu     o   C  21e C ……..Persamaan 4.34
U i I B .Z i Zi rBE h11e

Vi  h21e  
Penguatan Daya
Vp = Vi . Vu
Beda fasa antara input dan output


g) Hubungan kolektor bersama( common collector) atau Pengikut Emiter


(emitor follower)
Apabila input ditempatkan antara basis dan kolektor sedangkan output
ditempatkan antara basis dan kolektor, maka kolektor dimiliki oleh input dan
output. Maka penguat tersebut dinamakan penguat dengan hubungan kolektor
bersama (common collector). Perhatikan gambar 4.36 dibawah ini, kolektor ada
pada jaringan masukan dan keluaran (sebagai Acuan/ Ground pada gambar atas
dan melalui supply pada gambar bawah)

221
-(U-UBC) IC
IE IB

IB +
+ IE
_
_
-U
_
R UE
+ _ UB
IC
+
-UBC -UEC

Gambar 4.36 Hubungan kolektor bersama (common collector)


Input : IB , UBE, ouput : IE , UEC,
Pembawa arus : dari basis ( input ) ke emiter ( out put ), perubahan pada U B
diikuti perubahan pada UE.
IE = IB + IC IE = IB + IC
IE
Perbandingan penguatan arus  ………………..Persamaan 4.35
IB

I I +I I
Maka : E
= B C
=1+ C
 1   ………..Persamaan 4.36
I B I B I B

Sifat rangkaian hubungan kolektor bersama terjadi penguatan arus yang


paling besar tetapi tanpa disertai penguatan tegangan ( kurang dari satu kali)

h) Analisa DC Penguat Common Collector (seting bias)


Penguat Common Collector adalah bila rangkaian penguat memiliki input
dan output bersama pada kolektor. Untuk analisa DC, maka kapasitor tidak
mempunyai pengaruh dalam perhitungan

222
Gambar 4.37 Analisa DC rangkaian kolektor bersama
Uo = ½ Us
URE= Us – Uo
Uo
U RE  Us  U RC  U CE  …………………….……..Persamaan 4.37
2
U RE U RE U RE
RE    ……………...……..Persamaan 4.38
IE I B  I C (   1) I B

U BE  U RE U R 2
R2   …….………………………...Persamaan 4.39
Iq 10.I B
U S  U R2
R1  …….…………………………………...Persamaan 4.40
IB  Iq
Prinsip dari analisa DC adalah untuk mendapatkan nilai ideal dari tahanan-
tahanan bias R1, R2dan RE.

i) Analisa ac Penguat Common Collector


Analisa ac rangkaian common collector adalah untuk menghitung besarnya
penguatan arus, penguatan tegangan, penguatan daya, tahanan masukan dari
penguat dan tahanan keluaran dari penguat. Untuk menganalisa secara ac, perlu
dilakukan langkah-langkah:
 semua tegangan sumber DC dihubung singkat
semua kapasitor dihubung singkat

Gambar 4.38 Analisa ac rangkaian kolektor bersama


Zi = R1//R2//(rBE+RE)………………………………….…...Persamaan 4.41
Zo = RE//{(rBE+Zi)/}………………………………………..Persamaan 4.42

223
Uo U RE I B .(  1).R E (  1).R E
Vu     1
U i U RE  .U BE I B {(  1).RE  rBE } (  1).R E  rBE
……………………………………………………………….Persamaan 4.43
Vi  h21c    1 …………………………………….……...Persamaan 4.44
Penguatan Daya
Vp = Vi . Vu
Beda fasa antara input dan output 

j) Dimensi dari tiga bentuk konfogurasi


Dari ketiga konfigurasi hubungan transistor yang telah dijelaskan diatas
yaitu hubungan emitor bersama, hubungan basis bersama dan hubungan
kolektor bersama dapat dirangkum dalam tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Rangkuman konfigurasi hubungan transistor


Hubungan Hubungan HubunganKol
Emiter Basis ektor
Penguatan Arus Tinggi (100) Rendah (<1) Tinggi (100)
Penguatan Tinggi (250) Tinggi (200) Rendah (<1)
Tegangan
Tahanan Input Cukup (600) Rendah (50) Tinggi (50K)
Tahanan Out put Tinggi (50K) Tinggi (1M) Rendah (00)

224
D. Aktifitas Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran, Anda hendaknya mengidentifikasi karakteristik
transistor bipolar dan melalui percobaan, lakukan analisis tentang penguat tunggal
dengan konfigurasi common emitor, common collector dan common base.

225
E. Latihan/Tugas
1. Sebutkan jenis transistor beserta symbol dan deskripsi singkatnya.
2. Sebutkan cara memberikan bias pada transistor beserta
gambarnya dan penjelasan singkat dari gambar tersebut.
3. Diketahui rangkaian seperti gambar di bawah

1. Berapa nilai resistor basis R1 dan resistor kolektor RL, bila arus
Ic = 2 mA dan  = 200
2. Berapa penguatan tenganan bila rBE = 4,7k
4. Gambar dibawah ini adalah penguat tunggal common emitor
dengan bias voltage devider dan umpan balik arus
emitor,gambarkanlah rangkaian pengganti untuk analisis AC dan
bagaimanakah menghitung Zi dan Zout serta penguatan
tegangannya?

226
F. Rangkuman
 Transistor dibedakan dalam dua macam : NPN dan PNP, yang
merupakan komposisi dari dua buah dioda PN. Penguatan arus
transistor merupakan perbandingan arus Kolektor IC dan arus
Basis IB
IC

IB
 Setiap perubahan kecil pada arus Basis akan mempengaruhi
perubahan yang besar pada arus Kolektor.
 Transistor memiliki karakteristik input pada basis terhadap
emitor. Parameter input terdiri dari tahanan input yang dinamis
rBE, tergantung dari perubahan tegangan basis  UBE

sertaperubahan arus basis  IB.


 Transistor memiliki karakteristik output antara kolektor terhadap
emitor. Parameter output adalah tahanan dinamis kolektor emitor
rCE yang besarnya tergantung dari perubahan tegangan
kolektor-emitor UCE dan perubahan arus kolektor IC. Agar
transistor sebagai penguat sinyal bisa bekerja dengan stabil,
maka perlu adanya penetapan titik kerja pada daerah yang ideal
dan linier.
 Penguat klas A menguatkan semua bagian sinyal input.
 Penguat klas B ditetapkan tegangan kolektor-emitor UCE pada
saat tanpa sinyal adalah sebesar tegangan sumber, sedangkan
arus kolejtor IC ditetapkan pada titik 0.
 Untuk memperbaiki performansi dari penguat klas B , maka bisa
diatasi dengan penguat klas AB, di mana titik kerja ditetapkan
pada daerah sedikit diatas cut off (tegangan kolektor – emitor
pada teganngan 10 Volt,dan arus kolektor pada 10 A).
 Penguat klas C, titik kerja ditetapkan pada daerah tidak linier.
Tegangan kolektor-emitor berada di atas tegangan sumber.

227
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
1. Umpan Balik
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, periksa penguasaan
pengetahuan dan keterampilan anda menggunakan daftar periksa di bawah
ini:
No Indikator Ya Tidak Bukti
1. Minginterpretasikan Prinsip
transistor PNP dan NPN
2. Cara memberikan tegangan bias
pada transistor
Mendeskripsikan konfigurasi
transistor sebagai penguat kommon
base, kommon kolektor dan
kommon emitor
3. Menggambarkan karakteristik input
dan Menghitung tahanan masukan
dinamis dari transistor
4. Menggambarkan karakteristik
output dan Menghitung tahanan
keluaran dinamis dari transistor
5. Merencanakan titik kerja transistor

2. Tindak Lanjut
a. Buat rencana pengembangan dan implementasi praktikum sesuai
standar di lingkungan laboratorium kerja anda.
b. Apakah anda mengimplementasikan rencana tindak lanjut ini sendiri
atau berkelompok?
 sendiri
 berkelompok – silahkan tulis nama anggota kelompok yang lain dalam
tabel di bawah.
No: Nama anggota kelompok lainnya (tidak termasuk diri anda)

228
c. Pikirkan suatu situasi atau kondisi di dalam bengkel/laboratorium
anda yang mungkin dapat anda ubah atau tingkatkan dengan
mengimplementasikan sebuah rencana tindak lanjut.
d. Apakah judul rencana tindak lanjut anda?
e. Apakah manfaat/hasil dari rencana aksi tindak lanjut anda tersebut?
f. Uraikan bagaimana rencana tindak lanjut anda memenuhi kriteria
SMART

Spesifik

Dapat diukur

Dapat dicapai

Relevan

Rentang/Ketepatan
Waktu

229
H. Kunci Jawaban
1. Jenis transistor adalah PNP dan NPN dan dibawah ini adalah
symbol transistornya.

Kaki-kaki anoda dari dua buah dioda tersebut sebagai Kolektor dan
Emitor dengan tanda pada kaki emitor adalah adanya panah, untuk jenis
PNP arah panahnya adalah masuk. Kaki-kaki katoda dari dua buah
dioda tersebut sebagai Kolektor dan Emitor dengan tanda pada kaki
emitor adalah adanya panah, untuk jenis NPN arah panahnya adalah
keluar
2. Pemberian tegangan bias pada transistor yaitu dengan cara:
 Self Bias, rangkaian tersebut beri nama Self Bias. R1
dipergunakan untuk memberikan tegangan positip ke Basis,
nilai R1 biasanya cukup besar dalam orde MΩ agar supaya
tegangan pada Basis sekitar 0,55V sd 0,65V dan dengan arus
Basis dalam orde beberapa µA saja sedangkan RL atau RC
dipasang antara Kolektor ke positip supply

 Voltage Devider, Untuk mendapatkan tegangan bias pada


rangkaian penguat transistor bisa dilakukan dengan pemberian
tegangan bias melalui pembagi tegangan R1 dan R2.Seperti
gambar dibawah ini:

230
 Pemberian bias dengan umpan balik tegangan dengan cara
menghubungkan tahanan dari basis menuju ke kolektor. Tegangan
bias yang diberikan ke Basis diambilkan dari kaki kolektor

3. Diketahui rangkaian seperti gambar di bawah

a. Besarnya R1 dan Rl adalah

231
U C  U CE  12 U B  6V
U BE  0,72V
U B  U C 12V  6V
RL    2000   2k
IC 3mA
U R1  U B  U BE  12V  0,72V  11,28V
U RB U RB 11,78V 11,78V
R1   Ic  3mA   376 k
IB B 200
30 A

b. Penguatan tegangan Vu
Vu = .RL/rBE= 85 kali
4. Analisa ac rangkaian common emitor
Untuk menganalisa secara ac, perlu dilakukan langkah-langkah:
semua tegangan sumber DC dihubung singkat
semua kapasitor dihubung singkat

Zi = R1//R2//rBE
Zo = rCE//RC
U o I c .Z o Z RC // rCE
Vu    o 
U i I B .Z i Zi R1 // R2 // rBE
RC<< rCE  rCE diabaikan
R1//R2>> rBE R1//R2 = diabaikan
Maka rumus penguatan tegangan bisa disederhanakan menjadi:
U o I c .Z o Z R h .R
Vu     o   C  21e C ……..
U i I B .Z i Zi rBE h11e

232
Kegiatan Pembelajaran 9
FET dan MOS FET

A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan materi keselamatan kerja ini, peserta
diharapkan dapat;
 Mengevaluasi penggunaan hukum-hukum kelistrikan pada
semikonduktordalam rangkaian dasar elektronika
 Mengevaluasi proses pengujian komponen semikonduktor dalam
rangkaian dasar elektronika

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


 Memeriksa hukum-hukum kelistrikan pada komponen semikonduktor
 Menentukan penerapan hukum-hukum kelistrikan dalam rangkaian dasar
FET
 Menemukan karakteristikpadapengujian FET
 Membedakan karakteristik FET sebagai penguat dan sebagai sakelar
 Menemukan karakteristik pada pengujian FET

C. Uraian Materi
1. Pengertian FET
FET singkatan dari Field Effect Transistor, adalah suatu komponen
semi konduktor yang cara kerjanya berdasarkan pengendalian arus drain
dengan medan listrik pada gate. FET disebut transistor unipolar karena cara
kerjanya hanya berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas
saja.Sedangkan transistor disebut bipolar junction transistor karena bekerja
berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas dan minoritas.

233
NPN
BIPOLAR JUNCTION TRANSISTOR

PNP
SALURAN N
TRANSISTOR
JFET
SALURAN P SALURAN N
FET
D MOSFET
SALURAN P
MOSFET
SALURAN N
E MOSFET
SALURAN P

Gambar 5.1 Keluarga Transistor (Semi Konduktor)

a) Struktur FET
Kalo diperhatikan dari struktur keluarga transistor seperti yang
terlihat pada gambar 5.1, FET berbeda dengan transistor bipolar (BJT)
karena bukan pertemuan dari 3 lapis seperti layaknya dioda atau
Bipolar junction Transistor, FET merupakan uni polar.
D
D
N
N
G
+
G UDD
P P _
_
UGG
+
S S
Gambar 5.2a Struktur FET Gambar 5.2b Junction FET
Gambar 5.2a menunjukkan struktur suatu FET saluran N. FET
ini terdiri dari batang semi konduktor type N yang pada kedua sisinya
diapit oleh bahan semi konduktor type P. FET memiliki 3 elektroda,
yakni; Source (S), Gate (G), dan Drain (D). Antara (G) dan (S)
dipasang tegangan UGG yang merupakan reverse bias bagi gate (G).
Karena dioda antara (G) dan (S) mengalami reverse bias, maka
timbulah Depletion Layer pada junction (Gambar 5.2b). Supaya terjadi
aliran antara (S) dan (D) , maka antara kedua elektroda ini dipasang
sumber tegangan (UDD). Besar kecilnya arus yang mengalir tergantung
dari lebarnya Depletion Layer tadi. Jika UGG besar, Depletion Layer
akan menjadi sedemikian lebarnya sehingga hampir menutup saluran
antara (D) dan (S). Karena pada Depletion Layer tidak ada pembawa

234
muatan, berarti bahwa jumlah pembawa muatan pada saluran menjadi
kecil. Jika UGG kecil, Depletion Layer cukup tipis dan saluran antara (S)
dan (D) cukup lebar, dengan demikian arus yang mengalir cukup
besar. Jadi tegangan gate menentukan besarnya arus yang mengalir
antara (D - S). Karena G dalam kondisi reverse bias, arus (G)
dianggap sama dengan nol.
Gambar 5.3a menunjukkan simbol dari J FET. dengan saluran N dan
Gambar 5.3b adalah J FET dengan saluran P
D D

G G

S S

Gambar 5.3a Gambar 5.3b

b) Sifat dasar FET


Untuk mengetahui sifat dasar FET dibutuhkan rangkaian penguji
FET seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.4, pada kaki gate di
berikan tegangan yang dapat diatur tegangannya mulai 0V sampai ke
minus (- V/ bias negatif), sedangkan pada kaki D-S diberikan supply
positif
Pada Gambar 5.5 menunjukkan bahwa makin negatif tegangan
Gate-Source UGS, maka makin kecil pula arus Drain ID. Pada kondisi
normal JFET selalu bekerja pada bagian karakteristik linier datar, atau
dengan kata lain JFET dioperasikan pada tegangan Drain yang lebih
besar dari tegangan knee UK.,tetapi lebih kecil dari tegangan
breakdown-nya.

U DS +
_ V
UGG U DD
_
+ V U GS

Gambar 5.4 Rangkaian pengukuran kurva JFET

235
ID GS = 0

GS = -1

GS = -2

GS = -3
UDS
4 15 30

Gambar 5.5 Kurva Karakteristik JFET


Lihat Gambar 5.5, UDS harus dibuat lebih besar dari 4 Volt tetapi
lebih kecil dari 30 V. Dengan demikian UGS harus letakkan antara ( 0
s/d 4V ). Tegangan knee untuk lengkung karakteristik yang paling atas
disebut pinch off voltage (Up),jadi bila pada lembar data tertulis Up=4
Volt, JFET tersebut harus dioperasikan dengan tegangan UDS yang
lebih besar dari 4 Volt. Dari gambar kurva 1.5, dapat kita lihat bahwa
pada tegangan UGS= -4 V arus drain hampir = 0. Nilai UGS yang
menyebabkan ID = 0 ini disebut Gate Source Cut Off Voltage (UGS =
Off). Up dan UGS (off) memiliki hubungan penting yaitu nilai mutlak Up =
nilai mutlak UGS (off) hanya tandanya yang berbeda;
Up =4V
UGSoff = -4 V
Hal ini berlaku untuk semua JFET dan harus diingat bahwa pada
lembaran data JFET hanya akan disebutkan nilai (UGS off) saja.
Lengkung karakteristik yang paling atas dibuat dengan tegangan gate
= 0, keadaan sama dengan keadaan dimana gate dihubung singkat
dengan source. Arus drain hampir datar dan dianggap sama, walau
tegangan drain diubah-ubah dan pada lembar data arus ini disebut Idss.
Pada gambar kurva tampak bahwa jarak antara garis-garis mendatar
itu tidak sama meskipun selisih UGS untuk tiap-tiap garis tetap 1 Volt.

236
c) Harga Batas
Harga batas adalah suatu keterangan tentang data-data
komponen FET dan Mosfet yang harus di penuhi dan tidak boleh
dilampaui batas maksimumnya serta tidak jauh berkurang dari baras
minimumnya .Adapun harga batas tersebut antara lain memuat
tentang : VDS mak , ID mak , Tj mak , PTOT mak , VGS (off) / VGTH , IDSS /
ID on , GFS , RDS , CISS , CRSS .Keterangan tentang harga batas dan
bagaimana cara menggunakannya bias dilihat pada Tabel 5.1 di
bawah. Dengan mengetahui data harga batas tersebut, kita dapat
mengganti FET dengan Type yang lain , asal data harga batas dan
typenya sama .

Tabel 5.1 Data sheet JFET


TYPE NO. C ONS PACKAGE VDS I T P TOT V GS(OFF) ID SS G rs RDS(ON) Ciss CR SS USE MNF SUBTANSI
P J
T RUC OF OF
T ION PINOUT MAX MAX MAX MAX VGS(T H) I D(ON) MAX MAX MAX

NOMOR TYPE
SECAR A PIRANTI PENGGANTI
ALFABETIS YANG MUNGKIN,ATAU
CATATAN
D = DEPLETION
E =ENHANCEMENT
J = JUNCTION.GATE
M = MOSFET PABRIK PEMBUAT , ATAU PABRIK
N = KANAL.N YANG MEMBERIKAN DATA UNTUK
P = KANAL P BUKU INI, LIHAT DAFTAR PABRIK
X = DEPLN/ENHANCT PADA LAMPIRAN D

UNTUK INFORMASI SUSUNAN


KAKI D AN STYLE KEMASAN
MENGACU PADA LAMPIR AN B
KODE YANG MENUNJUKKAN APLIKASI
YANG DI SARANKAN LIHAT PENJELASAN
TEGANGAN DRAIN.SOURC E DI BALIK HALAMAN INI
MAKSIMUM YANG DIIZINKAN

ARUS DR AIN KONTINU MAKSIMUM YANG


DIIZINKAN KAPASITAS UMPAN BALIK DRAIN GATE MAKSIMUM,
(UMUMNYASEKITAR 0,5_0,66 MAKS) - DINYATAKAN
DALAM PIKOFARAD (P) ATAU NANO-FARAD (N)
SUHU PERTEMUAN MAKSIMUM YANG D IIZINKAN

O
O C
'F ' = UD ARA BEBAS PAD A 25 C ; "C " = CASE PADA 25
'H' = UDAR A TERBUKA PADA 25
O
C D ENGAN HE A TSINK KAPASITAS INPUT GATE MAKSIMUM (UMUMNYA -
SEKITAR 0,5_0,66 MAKS) DI NYATAKAN DALAM
TER HUBUNG KE PIRANTI
PIKOFARAD (P) ATAU NANO-fAR AD (N)

VGS(OFF) = TEGANGAN PINCH.OFF(TYPE DEPLETION)ATAU


VGS(TH) = TEGANGAN AMBANG (TYPE ENHANCEMENT), DINYATAKAN RESISTANSI "ON" DRAIN-SOURCE MAKSIMUM, DINYATAKAN
DALAM VOLT (V) DENGAN "mx" = MAX ; "mn" ; = MIN ; "t p" = TIPIKAL, DALAM OHM (R )
DAN "/" = RANGE

ARUS DRAIN "ON" DENGAN GATE TERHUBUNG KE SOURC E TRANSKONDUKTANSI PADA ARUS BIAS MAKSIMUM, DINYATAKAN
(DELPETION) ATAU KE D RAIN (ENHANCEMENT) DALAM SIEMENS (S)

237
Tabel 5.2 Penjelasan Tentang Simbol - simbol dan Kode -kode
Judul kolom Kode kolom ‗USE‖
VDS MAX = Rating tegangan drain source Tiga huruf yang terdapat pada kolom ini digunakan untuk
ID MAX = Batas maksimum arus drain menjelaskan penggunaan dalam terapan. Kode
TJ MAX = Batas maksimum suhu pertemuan dibedakan untuk terapan pada sistem industri, konsumer
PTOT MAX = Batas maksimum disipasi daya dan terapan khusus.
komponen 1. Terapan industri (huruf pertama A, R, S, U atau V)
VGS(off)/ VGTH= Tegangan pinch-off ( VGS(off)) atau (Huruf pertama) (Huruf kedua) (Huruf ketiga)
tegangan ambang (VGTH) A = Audio H = Arus tinggi A = Amplifier
IDSS/IDON = Arus jenuh drain I = Industri L = Arus rendah B = Bidirectional
GFS = Traskonduktansi pada arus drain jenuh R = RF M = Arus menengah C = Chooper
RD = Resistansi drain-source pada arus drain jenuh S = SHF E = Tegangan ekstra tinggi
CISS = Kapasitas masukan pada gate U = UHF G = Pemakaianmum
CRSS = Kapasitas umpanbalik pada drain V = VHF H =Tegangan tinggi L = Bocoran rendah
N = Noise rendah
SATUAN S = Sakelar V = Resistansi Variabel
A = Apere 2. Terapan konsumer (huruf pertama Fatau T)
C = Derajad Celcius FRH = Radio AM/FM, pemakaian umum, penguatan
mA = Miliampere Menengah FRM = Radio AM/FM, pemakaian umum,
mn = Minimum penguatan menengah FVG= FM dan VHF (TV),
mS = MiliSiemen (mili-mho atau mA/V) pemakaian umum
mWC = Miliwatt, kemasan pada 250 C TIA = TV , penguat IF
mWF = Miliwatt, udara bebas 250 C TIG = TV , penguat IF ,penguatan terkontrol
mWH = Miliwatt, dengan heatsink, suhu TLH = TV , output horizontal (line), tegangan tinggi
0
lingkungan 25 C TLM = TV , output horizontal (line), tegangan medium
mx = Maksimum TLE = TV , output horizontal (line), tegangan ekstra
P = Pikofarad (mengacu pada CDSS dan Crss ) tinggi
S = Siemen (mho atau Amp/Volt) TUG = TV , penguat UHF , penguatan terkontrol
tp = Typical TUM = TV , pencampur UHF
A = Mikroampere TUO = TV , osilator UHF
S = MikroSiemen (mho atau A/V) TVE = TV , output horizontal (line), tegangan ekstra
V = Volt tinggi
WC = Watt, kemasan pada 250 C TVH = TV , output horizontal (line), tegangan, tinggi
WF = Watt, udara bebas 250 C TVM = TV , output horizontal (line), tegangan medium
WH = Watt, dengan heatsink, suhu lingkungan 3. Terapan khusus
0 DUA = Pasangan amplifier dual atau diferensial
25 C
kalau satuan muncul ditengah-tengah nilai, hal ini MPP = Pasangan jodoh (matched)
menunjukkan posisi koma desimal; misalnya 3P5 = PHT = Komponen foto
3,5P = 3,5 pikofarad, RO 15 = 15 mohm = 0,015 ohm QUA = Komponen quad (X4)
Kode kolom ‗Package & Pinout‘ SPC = Khusus
Penjelasan lebi lanjut mengenai sistem dan gambar Kolom kode ‗Manufactures‖
yang berhubungan diberikan dalam penandaan Kode tiga yang menunjukkan pabrik pembuat. Arti kode
kelompok susunan kaki secara lengkap di berikan pada Lampiran D. (‗OBS‘
menunjukkan jenis absolut), atau pabrik yang memberikan
data untuk pengisian tabel dalam buku ini

238
3. Data elektroda JFET
Untuk menentukan eketroda dari JFET dIkelompokkan dalam
table susunanan elektroda. Yang ada pada buku tabel (data sheet)
Kelompok susunan elektroda
TO72
1 2 3
1 O Fk Dd TO220
1=drain 1=drain 1=source 1=gate
2=source 2=gate 2=gate F 2=drain D
3=gate1 3case 3=drain 3source 4
4=gate2 4source 4=case k 4=darin d

2
1

Gambar 5.6 Elektroda JFET


Huruf Pengenal Fungsi Kaki
B= Substrate
D = Drain
g= Gate
g1= Gate 1
g2= Gate 2
k= Case
s= Source
Tabel 5.3 T0220
1 2 3 4
A d g s -
B d s g -
C g s d -
D g d s -
E s d g -
F s g d -
G g1 g2 s
H d g2 g1 s
I d s g1 g2
J d g1 g2 d
K s g1 d g2
L s d g2 g1
M s g2 d s
N g1 g g s
O d g k s
P d s b g
Q d g b s
4. Parameter JFET

239
Karakteristik output dari JFET menggambarkan hubungan antara Arus
drain (ID) dan UDS dengan parameter berbagai besaran UGS, seperti yang
terlihat pada gambar 5.7.
Arus Transkonduktansi menghubungkan arus output dengan tegangan
input. Untuk JFET adalah grafik ID terhadap UGS. Dalam Gambar 5.8
menunjukka transkonduktansi dari suatu JFET
ID

UGS=0
10mA

UGS=-1
5,62mA

UGS=-2
2,5mA

UGS=-3
0,625mA
UDS
0
4 15 30

Gambar 5.7. Kurva karakteristik output dari JFET


ID ID ID
IDSS
10mA IDSS 1

9
5,62mA 16
Jangkauan
Bias normal
UDS=15V UDS=15V 1
2,5mA 4

1
0,625mA UGS 16 UGS

-4 -3 -2 -1 UGS(off) 1 3/4 2/4 1/4 UGS(off)

(b)
(a) (c)
Gambar 5.8. Kurva Transkonduktansi

Contoh sebuah JFET mempunyai IDSS sebesar 4 mA dan UGS(off) sebesar -


2 V . Dengan substitusi ke dalam persamaan 1 .di bawah
 UGS 
2
ID = 0,004 1 +  ……………………………………persamaan 5.1
 2 

Dengan persamaan ini kita dapat menghitung arus drain untuk setiap
tegangan gerbang dalam daerah aktif . Banyak lembaran data tidak
memberikan kurva output dan kurva transkonduktansi .Tetapi kita bias
memperoleh harga dari IDSS dan UGS(off) . dengan cara substitusi harga-harga
tersebut ke dalam persamaan 1

5. Normalisasi Kurva Transkonduktansi.


Kita dapat mengatur kembali persamaan 1 untuk mendapatkan

240
2
ID  UGS 
 1 -  …………………………………………persamaan 5.2
IDSS  UGS(off)
UGS
Dengan substitusi 0, 1/4 , 1/2 , 3/4 , dan 1 untuk , kita dapat menghitung
UGS(off)
ID
harga-harga yang bersangkutan yaitu 1 , 9/16 , 1/4 , 1/16 dan 0 . Gambar
IDSS
1.8c meringkas hasil-hasil tersebut ; hal ini berlaku untuk semua JFET.
Berikut ini adalah penggunaan praktis dari kurva dalam Gambar 5.8c . Untuk
memberi tegangan bias JFET Bias titik tengah dengan UGS yang mendekati
.
UGS(off)
UGS 
4
 bias titik tengah ……..…………………..…persamaan 5.3
Contoh sebuah MPF 102 dengan UGS(off) = -8 V, kita harus menggunakan
UGS=-2V untuk mendapatkan arus drain yang mendekati setengah arus
drain maksimum yang diperbolehkan .

6. Transkonduktansi
Besaran gm disebut transkonduktansi, didefinisikan sebagai
 ID
gm = untuk konstan ……………………………….…persamaan 5.4
 UGS
Transkonduktansi sama dengan perubahan arus drain dibagi dengan
perubahan tegangan gerbang yang bersangkutan . Jika perubahan
tegangan gerbang sebesar 0,1 V menghasilkan perubahan arus drain
sebesar 0,2 mA .

gm =
0,2 mA
0,1 V
 
= 2 10 -3 S = 2000 S

Catatan :Sadalah simbol untuk satuan ―siemens,‖ mula-mula dinyatakan


sebagai ―mho‖ .Gambar 1.9 nilai gm adalah kurva transkonduktansi . Untuk
menghitung gm pada suatu titik operasi, kita pilih dua titik yang berdekatan
seperti A dan B pada tiap sisi dari titik Q Rasio perubahan ID terhadap
perubahan dalam UGS memberikan harga gm antara kedua titik tersebut .
Jika kita pilih pasangan titik yang lain pada bagian kurva yang lebih atas
yaitu C dan D kita dapatkan perubahan ID yang lebih besar untuk suatu
perubahan dalam UGS ; karena itu gm pada bagian kurva yang lebih atas
mempunyai harga yang lebih besar . Pada lembaran data untuk JFET
biasanya diberikan harga gm pada UGS = 0 yaitu harga gm antara titik-titik

241
seperti C dan D dalam Gambar 1.9 . Harga gm sebagai gmo untuk
menunjukkan harga tersebut di ukur pada UGS = 0. Dengan menurunkan
kemiringan (slope) dari kurva transkonduktansi pada titik-titik lain, kita dapat
membuktikan setiap gm sama dengan
 UGS 
gm = gm0 1 - …………………………………...…persamaan 5.5
 UGS(off) 

Kadang-kadang , gm dinyatakan sebagai gm (transkonduktansi forward)


atau yfs (transmitansi forward) Jika kita tidak dapat mendapatkan gmpada
lembaran data, dicari gfs atau yfs. Sebagai contoh, lembaran data dari
sebuah JFET 2N5951 memberikan gfs = 6,5 mjS pada UGS = 0; ini ekivalen
dengan gmo = 6,5 mS = 6500 S. Sebagai contoh lain, lembar data
2N5457 , yfs = 3000 S untuk UGS= 0, ekivalen dengan gmo = 3000 S .
ID

Tinggi D
gm
C

Rendah
gm B
A

UGS

Gambar 5.10. Arti grafik dari transkonduktansi

7. Penalaan harga Harga UGS(off)


Dengan perhitungan didapat penurunan rumus sebagai berikut :
2IDSS
UGS(off)   ……………………………………………...…persamaan 5.6
gmo
Ini berguna karena di samping IDSS dan gmo mudah di ukur dengan ketelitian
yang tinggi UGS(off) sukar di ukur ; Persamaan ( 6 ) memberikan jalan untuk
menghitung UGS(OFF) dengan ketelitian yang tinggi. .
Resistansi Cerat AC
Resistansi rDS adalah resistansi ac
UDS
rds = untuk UGS konstan …..................................…persamaan 5.7
ID

242
Diatas tegangan pinchoff, perubahan ID kecil untuk suatu perubahan dalam
UDS karena kurvanya hampir rata ;karena itu rds mempunyai harga yang
besar; secara tipikal antara 10 k sampai 1 M . Sebagai contoh, jika suatu
perubahan dalam tegangan cerat sebesar 2 V menghasilkan perubahan
dalam arus cerat sebesar 0,02 mA ,
2V
rds = = 100 K
0,02 mA
Lembaran data biasanya tidak mendaftar harga rds . Tetapi, mereka
memberikan spesifikasi timbalbalik, baik gos (konduktansi output) atau yos
(admitansi output) . Resistansi drain-source dihubungkan dengan harga
lembaran data sebagai berikut :
1
rds = …...………………………………………………..persamaan 5.7a
gos
1
dan rds = untuk frekuensi rendah …..............…persamaan 5.7b
yos

Contoh sebuah JFET 2N 5951 memberikan gos = 75 S , maka


1 1
rds = = -6
= 13,3 K
gos 75(10 )

Di samping itu lembar data 2N 5457 menunjukkan yos = 50 S. Dengan


1 1
Persamaan 7b didapatkan : rds = = -6
= 20 K
yos 50(10 )

8. Resitansi drain-sourcedalam keadaan bekerja


Pada daerah aktif , JFET bekerja sebagai sebuah sumber arus .
Tetapi dalam daerah jenuh (tegangan drain-source lebih kecil dari Up) akan
bekerja sebagai sebuah resistor, karena dalam daerah jenuh. Suatu
perubahan dalam tegangan drain-source menghasilkan perubahan yang
sebanding dalam arus drain . Ini merupakan alasan daerah jenuh dari JFET
beroperasi pada daerah resistif dan didefinisikan sebagai :
 UDS
rds(on) = …………………………………………....…persamaan 5.8
 ID

243
Contoh: Sebuah perubahan dalam tegangan drain-soutce sebesar 100 mV
menghasilkan suatu perubahan arus drain sebesar 0,7 mA dalam daerah
100 mV
resistif, maka rds(on) = = 142 
0,7 mA

Contoh : Sebuah JFET mempunyai IDSS = 10 mA dan gmo = 4000 S .


Hitung UGS(off), juga hitung untuk gm pada titik tengah bias .
Penyelesaian :
2IDSS 2  0,01
Dengan Persamaan 6 UGS(off) = = = -5 V
gmo 0,004
Sekarang gunakan persamaan ( 5 ) untuk mendapatakan
 UGS   1,25 
gm = gmo 1 -  = 0,004 1 -   3000 S
 UGS(off)   5 

9. Analisa Rangkaian FET


Dalam sub bab ini dibahas analisai DC mengenai titik kerja dan
AC dari rangkaian FET.
a) Bias sendiri (self bias)
Pada Gambar 5.11a menunjukkan self bias yang digunakan
untuk membias JFET . Arus drain mengalir melalui Rp dan RS , dan
menghasilkan tegangan drain source:
UDS = UDD - ID RD + RS  …………………………...…persamaan 5.9
Karena arus gate kecil dapat di abaikan sehinggai UG  0, maka
perbedaan potensial antara gate dan source adalah
UGS = UG - US = 0 - IDRS atau UGS = - IDRS .........…persamaan 5.10
Tegangan bias UGS =0, maka tidak diperlukan sumber tegangan luar
untuk bias gate, maka rangkaian tersebut dikenal sebagai rangkaian
bias sendiri.

244
ID

RD
IDSS

0V
ID
Q
0,5 IDSS

+
RG VS RS UGS
_
UGS(off) UGS(off) 0
4

a Bias sendiri b. Titik Q tipikal.


Gambar 5.11. Self Bias FET

Dalam Gambar 5.11 tegangan gerbang sama dengan


seperempat UGS(off) menghasilkan arus drain sebesar setengah IDSS
(pendekatan). Dengan mensubsitusikan besaran tersebut ke dalam
Persamaan 5.10 dan mencari harga RS didapatkan
-UGS(off)
RS = ……………………………………….…persamaan 5.11
2IDSS
Dengan Persamaan 6, dapat disederhanakan persamaan tersebut
menjadi :
1
RS   bias titik tengah ..……………………..persamaan 5.12
gmo
Jika harga gmo dari suatu JFET diketahui, maka didapatkan resistansi
source yang menentukan arus drain sama dengan setengah IDSS .

Contoh 1:
2N 5457 dalam Gambar 5.11a harga gmo = 5000 S dan IDSS = 5
mA. Berapa harga RS yang menghasilkan bias titik tengah ?
Berapa harga UGS yang bersangkutan ? Harga UDS ?
Penyelesaian
1 1
RS  = -6
= 200 
gmo 5000(10 )

245
+30V +25V

5K 3K

2N 5457 2N 5484

10M RS 10M RS

(a) (b)
Gambar 5.12. Rangkaian FET Common Source
Resistansi sumber ini menghasilkan arus cerat kira-kira 2,5 mA .
Tegangan Gate-Source adalah
-3
UGS = - IDRS = -2,5(10 )200 = -0,5 V

Tegangan Drain-Source adalah


UDS = UDD - ID( RD + RS ) = 30 - 2,5(10 - 3)(5000 + 200) = 17 V

Contoh 2
2N 548 dalam Gambar 1.12b mempunyai gmo = 2,5 mS .
Berapa harga dari RS yang menset bias titik tengah?
Penyelesaian:
1 1
RS  = -3
= 400 
gmo 2,5(10 )
Resistor ini menset ID yang mendekati setengah IDSS .

Contoh 3
Lembar data dari 2N 5457 menunjukkan gmo minimum 1 mS dan gmo
maksimum 5 mS . Ini berarti bahwa jika kita bekerja dengan ribuan 2N
5457 kita akan mendapatkan beberapa yang mempunyai gmo
serendah 1 mS dan beberapa dengan gmo setinggi 5 mS . Jika sebuah
2N 5457 di gunakan dalam rangkaian bias yang dibuat banyak ,
berapa harga RS yang diperlukan untuk menset bias titik tengah ?

246
Penyelesaian:
Disini kita harus berkompromi dan menggunakan harga rata-rata, jika
kita menemukan harga parameter yang sangat menyebar yang paling
baik adalah menggunakan harga rata-rata geometris . Harga rata-rata
geometris untuk transkonduktansi diberikan oleh persamaan berikut .
gmo = gmo(min) gmo(max) ………………………..…..persamaan 5.13
Dengan mensubtitusikan harga minimum dan maksimum dari g mo
2N 5457 kita dapatkan
-3 -3
gmo = 1 (10 )5(10 ) = 2,24 mS

Karena itu,
1 1
RS  = -3
= 446 
gmo 2,24(10 )

b) Grafik bias sendiri


Dengan persamaan-persamaan 5.2; 5.6; dan 5.10, dapat
diturunkan hubungan antara arus drain, transkonduktansi dan
resistor bias source. Grafik ini berlaku untuk semua JFET .
Grafik tersebut akan membantu menentukan titik Q dari
rangkaian terbias sendiri.

Contoh 4
Sebuah rangkaian terbias sendiri menggunakan JFET dengan
IDSS = 10 mA, RS = 100 , dan gmo = 3000 S .
Berapa besarnya arus cerat ?

247
1,0

0,9

0,8

0,7

0,6
ID
I DSS 0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0,1 0,2 0,3 0,5 0,7 1 2 3 4 5 7 10


gm0 RS

Gambar 5.13 Kurva Transkonduktansi


Penyelesaian
gmo RS = 3000(10-6 )100 = 0,3
Karena IDSS diketahui sama dengan 10 mA,
ID = 0,78 IDSS = 0,78(10 mA) = 7,8 mA

Contoh 5
Sebuah JFET mempunyai gmo = 8000 S. Berapa harga RS yang kita
perlukan untuk mendapatkan arus ID seperempat IDSS .
Penyelesaian:
Diketahui ID / IDSS = 0,25. Dalam Gambar 6, baca hasil kali gmo RS yang
bersangkutan , yang adalah
gmo RS = 4
Resitansi sumber yang di perlukan adalah
4 4
RS = = = 500 
gmo 8000(10 - 3)

Contoh 6
Dalam Gambar 7, JFET yang pertama mempunyai IDSS = 8 mA dan gmo
= 4000 S. JFET yang kedua mempunyai IDSS = 15 mA dan gmo = 3300
S. Berapa arus cerat pada tiap tingkat ?
Penyelesaian:
Tingkat pertama mempunyai hasil kali

248
gmo RS = 0,004  680 = 2,72

Gambar 5.14 Rangkaian penguat bertingkat JFET.

Dalam Gambar 5.14, kita baca rasio arus yang bersangkutan


ID
= 0,32
IDSS
Maka,ID = 0,32 IDSS = 0,32  8 mA = 2,56 mA
Tingkat kedua gmo RS = 0,0033  220 = 0,726
ID
Rasio arus adalah = 0,61 dan arus drain adalah
IDSS
ID = 0,61 IDSS = 0,61  15 mA = 9,15 mA

Contoh 7
Berapakah tegangan DC untuk semua titik dalam Gambar 1.14
terhadap tanah ?
Penyelesaian:
Arus Gate biasanya cukup kecil. Karena itu tegangan Gate
terhadap ground untuk kedua tingkat mendekati 0 V. Tingkat
pertama mempunyai arus Drain sebesar 2,56 mA seperti yang
didapatkan dalam Contoh 6. Arus ini mengalir melalui resistor
8,2k dan menimbulkan drop tegangan. Tegangan bias
dikurangi drop tegangan adalah tegangan Drain=Ground .
UD = UDD - IDRD = 30 - 0,00256(8200) = 9 V dan Tegangan Source-
Ground adalah
US = IDRS + 0,00256  680 = 1,74 V
Pada tingkat kedua , tegangan Drain-Ground

249
UD = 30 - 0,00915(2000) = 11,7 V
dan tegangan Source –Ground:
US = 0,00915  220 = 2,01 V

c) Bias sumber arus


Bias sumber arus adalah upaya untuk menstabilkan arus Drain
terhadap perubahan parameter FET. Untuk mendapatkan kesetabilan
dari perubahan yang diakibatkan oleh parameter FET dilakukan hal
seperti dibawah ini:

1) Dua Catu Daya


Pada Gambar 5.15a menunjukkan sebuah catu ganda .
Transistor bipolar bekerja sebagai sebuah sumber arus dan
menetapkan JFET mempunyai ID sama dengan IC .Dalam
Gambar 7a, transistor bipolar mempunyai arus emiter sebesar
UEE
IE  . Dioda kolektor bekerja sebagai sebuah sumber arus,
RE
karenanya menetapkan arus Drain mendekati sama dengan IE.
Kondisi yang harus dipenuhi:
IC < IDSS …..………………………………….....persamaan 5.15
Hal ini menjaga UGS berpolaritas negatif
+UDD

RD

IC

RG

RE

UEE

(a)
(b)

250
+UDD +30V

RD 8K

R1 20K +22
+10
+12

RG 10M
+10

+10

R2 RE K 10K

(c) (d)
Gambar 5.15. Bias sumber arus
Bias sumber arus seperti Gambar 5.15a menentukan UGS
konstan. Perubahan yang berarti hanyalah UBE dari transistor
bipolar. Tetapi perubahan UBE ini hanyalah sepersepuluh volt.
Karena itu dengan rangkaian seperti Gambar 5.15a didapatkan
harga ID yang hampir penuh (solid). Sebagai contoh yang nyata,
arus emiter dalam Gambar 5.15b adalah
UEE 10
IE  = = 1 mA
RS 10,000
Ini memaksa arus Drain mendekati harga sama dengan 1mA.
Tegangan Drain ke Ground adalah :
UD = UDD - IDRD = 30 - 0,001(10,000) = 20 V

2) Catu Tunggal pada rangkaian FET.


Dapat bias digunakan sumber arus seperti ditunjukkan
dalam Gambar 5.15c, dalam rangkaian ini pembagi arus (R1 dan
R2) menetapkan bias pembagi tegangan pada transistor bipolar.
Dioda kolektor bekerja sebagai sebuah sumber arus yang
memaksa arus drain sama dengan arus kolektor. Secara khusus
perhatikanlah Gambar 5.15c, jangan merubah posisi bawah RG.

Contoh 8
Analisa rangkaian Gambar 5.15d .
Penyelesaian :
Tegangan bias Thevenin adalah 10V. yang terbanyak timbul
10
melalui RE dan menset IE  = 1 mA . Dioda kolektor
10,000

251
menetapkan arus 1 mA mengalir melelui JFET . Jika aliran ini
melalui resistansi Drain (8 k), arus tersebut menimbulkan
penurunan sebesar 8 V dan menyebabkan tegangan Drain 22 V
terhadap Ground. Karena basis adalah 10 V ke ground, Gate
juga harus 10 V ke. Dengan mengumpan UGS sebesar -2 V ,
kolektor 12 V terhadap ground, ini lebih dari cukup untuk bias
balik dioda kolektor .

10. Konfigurasi Rangkaian JFET


Rangkaian JFET bisa didisain menjadi tiga konfigurasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan rangkaian tersebut yaitu Konfigurasi
common source, common drain dan common gate
a) Common Source.
Dalam konfigurasi ini sinyal masukan (Ui) dimasukkan antara
Gate dan Source, sedangkan beban dipasang antara Drain dan
Source. Dalam rangkaian ini impedansi input adalah tak terhingga dan
sinyal output berbeda fasa 180o terhadap sinyal input. Konfigurasi ini
adalah yang paling banyak diterapkan untuk aplikasi penguat secara
umum sebagai tandingannya adalahdengan rangkaian tunggal emitor
bila menggunakan transistor.

+12V

R1 RD
2,2M 15K C3

C1

RG
Rd
22M

Ui
E R2 RS C2
1,2M 33K

Gambar 5.16. Menaikkan impedansi input dengan


memasang RG

252
D

Rd G RBb
Uo

E Ui

S S

Gambar 5.17. Rangkaian Penguat Tunggal


Common Source

b) Common Gate
Rangkaian Common Gate Configuration seperti terlihat pada
Gambar 5.18. Dalam konfigurasi ini pengendalian dilakukan pada
Source, sinyal output diambil dari Drain. Tidak terjadi perbedaan fasa
antara input dan output, tetapi konfigurasi penguat ini mempunyai
Impedansi input yang rendah.Perbandingan jika menggunakan
transistor adalah common base
Rd
S
D

RBb
E Ui Uo

G G

Gambar 5.18. Rangkaian Common Gate

c) Common Drain Configuration


Rangkaian Common Drain seperti terlihat pada Gambar 5.19.
Dalam rangkaian ini pengendalian dilakukan pada Gate, sedangkan
output diambil pada Source. Tegangan sinyal output adalah lebih kecil
dari tegangan sinyal input. Tidak terjadi perbedaan fasa antara sinyal
input dan output, oleh karena itu rangkaian disebut sebagai Source
Follower.Impedansi output rendah.

253
D

Rd G
S

E Ui Uo RBb

D D

Gambar 5.19. Rangkaian Common Drain

11. Aplikasi Penggunaan dengan FET


FET dipergunakan pada rangkaian dengan spesifikasi impedansi
input tinggi serta impedansi output rendah, seperti pada rangkaian
penguat RF dsb.
a) FET sebagai Penguat Sinyal Analog
1) Rangkaian Penguat Diferensial
Karena sifat-sifat khusus seperti dijelaskan pada sub bab
di atas, maka salah satu aplikasi FET adalah dirancang sebagai
penguat diferensial seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.20.
dibawah ini.

+UQ
RD RD
UA
A1 A2

T1 T2
UE1 UE2

-UQ

Gambar 5.20 Rangkaian penguat diferensial

2) Rangkaian Sumber Arus Konstan


Rangkaian sumber arus konstan dipakai sebagai
pengganti resistor yang statis menjadi sumber arus konstan
yang dinamis.

254
+
I

Rs

Gambar 5.21 Rangkaian sumber arus konstan


(UGS)
I = arus konstant,-UGS = RS . I, I =
RS

3) FET sebagai saklar


Jika sakelar manual tidak mampu mengimbangi kecepatan
yang dibutuhkan maka solusinya adalah dengan menggunakan
Saklar elektronik pada saat tertentu dibutuhkan untuk
menghindari sifat mekanis. Saklar on  FET menghantarkan,
Saklar off  FET menutup, dan Karakteristik saklar
(penghubung) : FET Kanal - n
D S

Gambar 5.22. FET sebagai saklar


Persyaratan hubung (kanal -n, polaritas normal)

255
D. Aktifitas Pembelajaran
1. Selama proses pembelajaran, Anda hendaknya mengidentifikasi
struktur pembentukan dari sebuah FET, membedakan prinsip kerja
antara FET dan Transistor, berdasarkan karakteristiknya
2. Perhatikan cara mencari nilai transkonduktansi dari FET, dan
bagaimanakan menggunakan transkonduktansi ini dalam menghitung
penguatan pada penguat dengan FET
3. Perhatikan pemberian tegangan bias pada FET, dan amatilah
mengapa FET mempunyai tahanan input yang sangat besar?
4. Perhatikan perbedaan secara kelistrikan maupun rangkaian dari ketiga
konfigurasi FET.

256
E. Latihan/Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan FET?
2. Kenapa FET disebut dengan transistor unipolar? Jelaskan.
3. Apa yang dimaksud dengan transkonduktansi
4. Sebuah perubahan dalam tegangan drain-soutce sebesar 100 mV
menghasilkan suatu perubahan arus drain sebesar 0,7 mA dalam daerah
resistif. Berapa resistansi Drain-Source (rds)?

257
B. Rangkuman
 FET singkatan dari Field Effect Transistor, adalah suatu komponen
semi konduktor yang cara kerjanya berdasarkan pengaturan arus
dengan medan listrik. FET disebut transistor unipolar karena cara
kerjanya hanya berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas
saja.
 Sedangkan transistor disebut bipolar junction transistor karena
bekerja berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas dan
minoritas. Makin negatif tegangan Gate-Source UGS, maka makin
kecil pula arus Drain ID.
 Pada kondisi normal JFET selalu bekerja pada bagian karakteristik
linier datar, atau dengan kata lain JFET dioperasikan pada tegangan
Drain yang lebih besar dari tegangan knee UK.,tetapi lebih kecil dari
tegangan breakdown-nya.
 Harga batas adalah suatu keterangan tentang data- data komponen
Fet dan Mosfet yang harus di penuhi dan tidak boleh dilampaui
batas maksimumnya serta tidak jauh berkurang dari baras
minimumnya .Adapun harga batas tersebut antara lain memuat
tentang : VDS maks, ID maks, Tj mask, PTOT maks, VGS (off) / VGTH,
IDSS / ID on, GFS, RDS, CISS, CRSS. Dengan mengetahui data harga
batas tersebut, kita dapat mengganti FET dengan Type yang lain,
asal data harga batas dan typenya sama.

258
C. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
1. Umpan Balik
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, periksa penguasaan
pengetahuan dan keterampilan anda menggunakan daftar periksa di bawah
ini:
No Indikator Ya Tidak Bukti
1. Minginterpretasikan kedudukan FET
dalam keluarga transistor
semikonduktor
2. Struktur dan symbol dari FET
saluran N dan saluran P
3. Menginterpretasikan kurva
karakteristik input JFET
Menginterpretasikan kurva
karakteristik output JFET
4. Menginterpretasikan harga batas
dari JFET
5. Menghitung nilai transkonduktansi
FET
6. Mendesain FET sebagai penguat

2. Tindak Lanjut
a. Buat rencana pengembangan dan implementasi praktikum sesuai
standar di lingkungan laboratorium kerja anda.
b. Apakah anda mengimplementasikan rencana tindak lanjut ini sendiri
atau berkelompok?
 sendiri
 berkelompok – silahkan tulis nama anggota kelompok yang lain dalam
tabel di bawah.
No: Nama anggota kelompok lainnya (tidak termasuk diri anda)

259
c. Pikirkan suatu situasi atau kondisi di dalam bengkel/laboratorium
anda yang mungkin dapat anda ubah atau tingkatkan dengan
mengimplementasikan sebuah rencana tindak lanjut.
d. Apakah judul rencana tindak lanjut anda?
e. Apakah manfaat/hasil dari rencana aksi tindak lanjut anda tersebut?
f. Uraikan bagaimana rencana tindak lanjut anda memenuhi kriteria
SMART

Spesifik

Dapat diukur

Dapat dicapai

Relevan

Rentang/Ketepatan
Waktu

260
D. Kunci Jawaban
1. FET singkatan dari Field Effect Transistor, adalah suatu komponen semi
konduktor yang cara kerjanya berdasarkan pengaturan arus dengan
medan listrik
2. FET disebut transistor unipolar karena cara kerjanya hanya
berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas saja
3. Transkonduktansi sama dengan perubahan arus drain dibagi
dengan perubahan tegangan gerbang yang bersangkutan
100 mV
4. rds(on) = = 142 
0,7 mA

261
Kegiatan Pembelajaran 10
Elektronika Daya

A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan materi keselamatan kerja ini, peserta
diharapkan dapat;
 Mengkreasi sistim rangkaian dasar elektronika daya beserta
proses pengujiannya
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
 Merencanakan desain rangkaian pengujian komponen elektronika daya
 Merealisasikan rangkaian pengujian komponen daya
 Melakukan proses pengujian pada rangkaian dasar elektronika daya

C. Uraian Materi

Elektronika Daya
Rangkaian elektronika Daya adalah komponen elektronika yang
berfungsi sebagai pengendali beban yang berupa daya pada beban lampu,
motor DC motor ac, pemanas, relay dll. Dengan pengendalian daya
menggunakan komponen elektronika daya kekurangan model pengendalian
sebelumnya menjadi lebih efektiv, efisien dan terintegrasi dengan system
control. Komponen elektronika daya yang dimaksudkan adalah:

1. DIAC
DIACS adalah salah satu jenis dari bidirectional thyristor. Rangkaian
ekuivalen DIACS adalah merupakan dua buah dioda empat lapis yang
disusun berlawanan arah dan dapat dianggap sebagai susunan dua buah
latch.
DIACS singkatan dari Diode Alternating Current Switch. Namun secara
umum DIACS hanya disebut dengan DIAC, komponen ini paling sering
digunakan untuk menyulut TRIAC.
Berikut ini adalah gambar konstruksi dari DIAC pada sebelah kiri dan symbol
dari DIAC disebelah kanan :

262
Gambar 6.1a). Konstruksi Pembentukan 6.1b). Simbol DIACS
DIACS

a) Sifat dasar DIAC


DIACS yang tersusun dari 2 buah dioda empat lapis dengan
bahan silicon memungkinkan bekerja pada tegangan tinggi dan arus
yang sebatas kemampuannya Namun DIACS perlu mendapat
perhatian khusus karena setelah mencapai tegangan UBRF tertentu,
kemudian tegangan dengan sendirinya turun tapi arus IF tiba-tiba naik
secara tajam. Untuk itu rangkaian DIACS memerlukan R seri sebagai
pembatas arus. Dan karena konstruksinya yang kalau kita lihat dari
simbol terdiri dari 2 dioda yang tersambung secara anti paralel,maka
DIACS dapat dipergunakan pada rangkaian AC.

N
P

P
N

Gambar 6.2a. 6.2b. Simbol DIACS yang beredar


Pembentukan DIACS dikalangan umum

b) Karakteristik DIAC
Seperti halnya dioda dan Transistor, DIACS-pun mempunyai
daerah -daerah yaitu daerah tertutup dan daerah kerja Daerah kerja

263
pun ada dua yaitu daerah kerja arah maju dan daerah kerja arah
mundur . Kalau dioda dan transistor daerah tertutupnya antara 0,2V -
0,3 V dan 0,6 V - 0,7 V . Daerah tersebut orang mengatakan daerah
tegangan ―Jucntion― jadi apabila tegangan ini belum terlampaui dioda /
transistor tidak akan bekerja .

Gambar 6.3 Karakteristik DIAC


Keterangan Gambar:
U ( BR ) F : Tegangan patah pada arah maju
U ( BR ) R : Tegangan patah pada arah mundur
I ( BR ) F : Arus patah pada arah maju
I ( BR ) R : Arus patah pada arah mundur
U : Beda tegangan kerja dan tegangan patah
Id : Arus daerah tertutup / diom
Dari kurva diatas dapat kita baca bahwa :Daerah linier yang
terdapat pada daerah kerja DIACS dimulai pada IF = IR = 10 mA,
hanya ini berbeda -beda untuk setiap no seri DIACS
Begitu pula DIACS mempunyai daerah tertutup dan daerah kerja
Uf = 0 Volt sampai Ubr = 32 Volt merupakan daerah tertutup, yaitu
arus tidak mengalir . Setelah ini terlewati , secara tiba-tiba Uf turun
pada tegangan tertentu , arus mengalir naik dengan cepat sehingga
dalam praktek pemasangan DIACS perlu diberikan tahanan depan
sebagai pembatas arus.

2. Thyristor (SCR)

264
a) Dasar Pembentukan
Thyristor berasal dari kata : tyroton dan transistordandisingkat
menjadi Thyristor. Thyristor disebut juga dengan SCR singkatan dari
Silicon Control Rectifier, yang artinya komponen yang terbuat dari
bahan silicon dan dipergunakan untuk penyearah yang dapat
dikendalikan berdasarkan sudut trigernya. Thyristor adalah elemen
semi konduktor yang mempunyai karakteristiktegangan arus yang
spesifik yang akan dibahas pada materi dibawah ini.
Konstruksi dasar Thyristor
K N
+ A A
P
Si N
G
P1 P1
P
+ n1 Q1 n1 n1
G
P2 G P2 P2 Q2
A
n2 n2

K
K

A = ANODA K = KATODA G = GATE


Gambar 6.4 Pembentukan SCR

b) RangkaianPengganti Thyristor
Untuk lebih mudah memahami cara kerja Thyristor, dibawah ini
dijelaskan rangkaian pengganti yang terdiri dari 2 buah transistor
PNP dan NPN yang tersusun seperti pada gambar 6.5. dan
mempunyai 3 kaki yaitu: Anoda, Katoda dan Gate

Q1 = TRANSISTOR PNP
Q2 = TRANSISTOR NPN
Gambar 6.5 Rangkaian pengganti SCR dan Symbol SCR

265
c) Penyulutan
Thyristor bisa disulut kalau polaritas dalam arah maju
Kalau antara gate katoda
di beri tegangan positif
dan arus IG atau IB2
mengalir maka Q2 bekerja
(BIAS MAJU) Akibatnya
mengalir arus
KOLEKTOR IC2
Gambar 6.6 Rangkaian ekivalen SCR

Karena IC2 = IB1 ; Q 1 bekerja dan IC1 mengalir sehingga


 Meskipun arus gate( IG ) diputuskan transistor Q 2 dan Q 1 tetap
MENGHANTAR ( KONDUKSI )
 Kemampuan Thyristor untuk tetap konduksi meskipun arus
sudah di hilangkan di sebut “LATCHING“
 Untuk membuat Thyristor konduksi ; hanya di perlukan PULSA
SINGKAT PADA GATE .
 Sekali konduksi , gate tidak perlu di kendalikan lagi dan Thyristor
tetap konduksi sampai tegangan ANODA - KATODA berkurang
mendekati NOL
 Thyristor dapat juga di sulut agar konduksi tanpa melalui gate ,
yaitu jika tegangan
 ANODA - KATODA di buat RELATIF BESAR .

d) Karakteristik Statis
Kurva karakteristik pada gambar 6.7b menunjukkan bagaimana
arus Gate yang masuk ke SCR menentukan besarnya tegangan yang
diperlukan dari Anoda ke Katoda untuk membuat SCR hidup atau
menghantar .
Jika Gate terbuka (IG=0), dengan tegangan maju diterapkan ke
Anoda -Katoda,SCR dalam keadaan mati.Namun jika tegangan Anoda
- Katoda melampaui tegangan dadal UBo,SCR akan menghantar,dan
arus hanya akan dibatasi oleh tegangan sumber dan tahanan luar
(tahanan yang dihubungkan seri dengan SCR).

266
Pada kondisi dadal kurva karakteristik digambarkan sebagai
garis putus-putus, karena keadaan ini tidak stabil, daerah pensaklaran
cepat.Jika arus Gate bertambah,tegangan dadal maju berkurang,
sehingga untuk nilai IG yang sangat besar (sekitar 50 mA).SCR akan
hidup segera setelah tegangan diterapkan.
Sekali SCR on arus genggam (holding current) IH
diperlukanuntuk menjaga alat tetap on.Jika arus lebih rendah dari IH
dengan cara menaikkan hambatan luar, SCR akan mati.. Perlu
diperhatikan bahwa sekali SCR on,gerbang tidak dapat mengontrol
lagi,tidak dapat membuat SCR off.
Hanya jika UA-K dikurangi ke nol atau jika arus dikurangi
dibawah IH alat akan mati.

Gambar 6.7. Karakteristik SCR

SCR dapat dianalisis dengan cara menggunakan persamaan


duatransistor yang membagi SCR ditengah-tengah, seperti Gambar
6.8

267
(a) (b) (c)
Gambar 6.8. Sifat statis SCR

e) Sifat LISTRIK
Sifat Thyristor Terhadap Arus Searah
 Thyristor bekerja seperti dioda, ia menghantarkan arus dari arah
Anoda ke Katoda
 Thyristor dapat dibuat menghantar (di ON kan ) dengan
memberikan arus pada Gate.
 Setelah arus pada gate dimatikan SCR akan tetap bekerja.

f) Fungsi
Catu daya DC.
Thyristor dapat digunakan untuk rangkaian tambahan pada
pengontrol daya rata-rata DC ke beban atau untuk memindah
dari daya DC yang ada ke AC pada harga yang ditetapkan,
sedangkan frekuensi variabelnya tergantung pada kebutuhan.

Rangkaian Thyristor pada Sumber Arus Searah


Jika UG pada keadaan nol volt dan arus gate (IG) tidak mengalir,
maka thyristor dalam keadaan tidak menghubung (OFF), lihat
Gambar 6.9.

268
+

RL

A US

IG
+ UA
K
UG

_ _

Gambar 6.9. Prinip kerja SCR


 Jika UG dinaikkan dan saat IG mencapai pada harga
tertentu, maka thyristor menghubung (ON)
 Pada saat thyristor sudah menghubung, gate tidak dapat
berfungsi sebagai kendali thyristor.
 Ketika thyristor pada posisi ON praktis Anoda ke Katoda
terhubung singkat, sedangkan selisih tegangan antara
Anoda dan Katoda maksimum 1 volt (biasanya 0,7 volt),
dan SCR akan masih tetap hidup selama tegangan A-K
tersebut lebih besar dari 1V

Untuk mengembalikan Thyristor ke Posisi OFF


dapatdilakukan dengan cara:
 Mengurangi arus thyristor dibawah harga arus genggam
(hold)
 Dengan cara mengurangi atau memutus tegangan sumber
US
 Dengan cara menghubung singkat Anoda ke Katoda (cara
ini harus dilakukan dengan tegangan gate dilepas terlebih
dahulu).
 Melepas tegangan Anoda atau membuat tegangan Anoda
lebih negatif terhadap katoda.

269
g) Aplikasi THYRISTOR
Thyristor sebagai Pengendali Kecerahan Lampu
Dari gambar
sebelahpenyulutan
dilakukan dengan
menggunakan
tegangan AC/DC.

Gambar 6.10. SCR sebagai pengendali


kecerahan lampu

UAK UAK

0 0

160
20

iG
iG

0
0

Gambar 6.11. Pemotongan pulsa pada SCR

 Tahanan R dan kapasitor C mengakibatkan Tegangan Penyulut


yangberpulsa dan juga berfungsi untuk Pengatur Waktu ( + )
penyulutan.

3. TRIAC
Triac singkatan dari Triode Alternating Current Switch . Atinya saklar
trioda untuk arus bolak-balik . Triac adalah merupakan dua SCR (thyristor)
yang dirangkaikan anti paralel dan diberi satu elektroda baru yang disebut
gate.

270
Penggunaan Triac akan lebih menguntungkan dibanding SCR Karena
SCR hanya dapat menghantarkan dan mengendalikan arus kesatu arah saja
. Jika kita hendak memanfaatkan kedua belahan tegangan jaringan , maka
SCR masih perlu dikemudikan dari suatu rangkaian penyearah . Ini akan
merugikan kalau kita bekerja dengan daya yang besar-besar .
1. Dasar Pembentukan TRIAC
TRIAC merupakan komponen Aktif multi layer dan dibuat secara
khusus untuk pengendalian daya AC. Jika pada SCR hanya dapat
mengendalikan satu sisi saja (setengah perioda) maka pada TRIAC
daya dapat dikendalikan sepenuhnya yaitu satu perioda penuh. Pada
gambar 6.12 adalah susunan TRIAC , gambar 6.13a rangkaian
pengganti TRIAC dan gambar 6.13b adalah rangkaian pengganti
dengan Transistor.

Gambar 6.12. Pembentukan Triac


KONSTRUKSI RANGKAIAN PENGGANTI

Gambar 6.13. Rangkaian pengganti Triac


2. Konfigurasi Triac
Triac singkatan dari Triode Alternating Current Switch . Atinya
saklar trioda untuk arus bolak-balik . Triac adalah merupakan dua SCR

271
(thyristor) yang dirangkaikan anti paralel dan diberi satu elektroda baru
yang disebut gate (pintu). Penggunaan Triac akan lebih
menguntungkan dibanding SCR .
Karena SCR hanya dapat menghantarkan arus kesatu arah saja.
Jika kita hendak memanfaatkan kedua belahan tegangan jaringan,
maka SCR masih perlu dikemudikan dari suatu rangkaian penyearah.
Ini akan merugikan kalau kita bekerja dengan daya yang besar-besar .

PUT
2N 50 MEU 21

Simbol Triac Contoh Konstruksi


Gambar 6.14 Konfigurasi Triac
3. Sifat Dasar Triac
Perhatikan gambar 6.15. dari gambar tersebut kita lihat bahwa
elektroda terdiri dari Anoda (A), Katoda (K) dan Gate (G). Dengan
bantuan gambar 6.15(b) maka dapat dijelaskan prinsip kerja / cara
kerja Triac sebagai berikut :

(a) (b)
Gambar 6.15 Skema Pengganti Triac

 Jika ke anoda diberi forward bias, maka saklar S1 menutup (ON)


.

272
 Sebaliknya jika anoda diberi reverse bias, maka saklar S2
menutup (ON) .
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemberian tegangan arus bolak-balik seperti gambar 6.16 (b) adalah
seperti pemberian tegangan forward dan reverse , lihat gambar 6.16
(a), (b) di bawah ini .

It It
A A
+ Rp IA TRIAC IA TRIAC
- Rp
E E
- +
IG G IG G
It K It K

(a) Forward (b) Reverse


Gambar 6.16 Skema Pengganti Pemberian Bias Pada Triac

4. Karakteristik Triac
Triac dapat dipandang SCR yang simetris . Karena kurva
karakteristiknya tidak ada perbedaan antara karakteristik maju dan
karakteristik terbalik (lihat gambar 17.9) .

I1

Ig3 Ig2 Ig1 Ig=0

0 UAK
Ig=0 Ig1 Ig2 Ig3

Gambar 6.17 Karakteristik Triac


Bila diperhatikan gambar diatas, terlihat bahwa karakteristik
maju dan karakteristik terbalik Triac tidak ada perbedaan. Tegangan
tembus (break over) dapat diatur dengan mengatur arus gate seperti
halnya pada SCR. jadi arus Triac akan mengalir dengan mengatur
arus gatenya .

5. Penyulutan Triac

273
Untuk menghidupkan TRIAC, dibutuhkan tegagan picu yang
diumpankan ke kaki gate dari TRIAC, itu artinya TRIAC akan ON
setelah mendapatkan tegangan trigger tersebut. Pada tegangan AC
siklus tegangan akan berulang terus menerus mulai dari 0V menuju ke
puncak + kembali ke 0V lagi terus menuju ke puncak – dan kembali ke
0V lagi, ini untuk satu siklus tegangan. Dengan demikian untuk
mentriger TRIAC selama satu perioda dilakukan dua kali yaitu saat
simpangan positif dan saat simpangan negative, sementara
pemadaman tidak perlu dilakukan karena selama satu siklus saja
sudah 2x menuju ke titik 0V.

Gambar 6.18 Mengemudikan Triac dengan Diac


Tegangan sumber AC akan terbagi pada beban dan pada A-K dari
TRIAC, artinya jika tegangan sedang ada di beban, maka tegangan
pada A-K akan 0V dan begitu sebaliknya jika Tegangan ada pada
Triac maka tegangan pada beban 0V, perhatikan berbentuk gambar
seperti bagian-bagian yang di arsir.
Untuk dapat melihat Bentuk gelombang ini akan dibutuhkan
osilokop yang dipasang pada terminal-terminalnya Triac . (sementara
osiloskop terpasang potensiometer P kita putar-putar untuk melihat
efek perubahan dan pergeseran tegangannya).

6. Triac dalam rangkaian arus AC


Dalam rangkaian AC sebuah Triac memerlukan dua buah
impulse/penyulut yaitu impulse positif dan impulse negatif.

274
U

UT

UR/i

Gambar 6.19 Penyulutan Triac


7. Keuntungan Triac dibandingkan dengan Thyristor
TRIAC THYRISTOR
 Bekerja pada daya  Bekerja pada daya kecil
besar  Pengendali daya untuk
 Pengendali daya setengah siklus siklus
untuk satu siklus saja, sehingga dibutuhkan
penuh 2 SCR anti parallel untuk
pengendalian penuh

8. Pengaturan Daya dengan Triac


Dengan rangkaian seperti di Gambar 6.20 , maka daya di beban
dapat di atur-atur mulai dari 5% hingga 95% maksimum.Jikalau P
besar, maka C1 di-isi muatan terutama lewat R3 oleh muatan yang
ada pada C2. Adapun tegangan pada C2 bergeser-fasa dari tegangan-
jepit.R3 perlu diatur supaya diac tepat tidak padam, pada saat jadi
maksimum.

275
Gambar 6.20Pengaturan Daya
Pada jaman modern ini dalam pemenuhan kebutuhan manusia,
masalah tenaga semakin banyak, sehingga makin banyak melibatkan
peralatan listrik untuk membantu bahkan mengganti. Misalkan
pekerjaan menjahit, kalau dulu harus digerakkan oleh tenaga kaki,
sekarang dapat dibantu oleh tenaga motor listrik dan motor listrik yang
diperlukan harus dapat diatur putarannya, maka dari itu motor listrik
harus di lengkapi rangkaian penguatan putaran motor, seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6,21. Pengaturan kecepatan motor dengan triac

276
D. Aktifitas Pembelajaran
1. Selama proses pembelajaran, Anda hendaknya mengidentifikasi
struktur pembentukan dari sebuah DIAC, SCR dan TRIAC serta
membedakan prinsip kerja antara DIAC, SCR dan TRIAC,
berdasarkan karakteristiknya
2. Perhatikan pemberian tegangan bias pada SCR, dan amatilah
bagaimana SCRdigunakan untuk pengendalian daya ½ siklus?
3. Perhatikan pemberian tegangan bias pada TRIAC, dan amatilah
bagaimana TRIACdigunakan untuk pengendalian daya satu
siklus penuh?
4. Perhatikan perbedaan secara kelistrikan maupun rangkaian dari
ketiga komponen DIAC, SCR dan TRIAC
5. Perhatikan ketiga komponen tersebut, dan aplikasi dari
komponen tersebut dalam pengendalian daya DC maupun AC

277
E. Latihan/Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan DIAC?
2. Gambarkan susunan dan symbol dari DIAC?
3. Sebutkan aplikasi DIAC pada rangkaian pengendali daya?
4. Apa yang dimaksud dengan Thyristor?
5. Gambarkan susunan dan symbol dari Thyrystor / SCR
6. Gambarkan rangkaian ekivalen SCR yang tersusun dari transistor?
7. Bagaimanakah cara menghidupkan dan mematikan SCR?
8. Gambarkan rangkaian aplikasi SCR pada ALARM?
9. Gambarkan rangkaian SCR pada BEL Cepat tepat.?
10. Apa yang dimaksud dengan Triac?
11. Gambarkan susunan dan symbol dari TRIAC?
12. Gambarkan rangkaian ekivalen TRIAC yang tersusun dari transistor?

278
F. Rangkuman
 DIACS singkatan dari Diode Alternating Current Switch. Namun secara umum
DIACS hanya disebut dengan DIAC, komponen ini paling sering digunakan
untuk menyulut TRIAC. DIACS-pun mempunyai daerah -daerah yaitu daerah
tertutup dan daerah kerja Daerah kerja pun ada dua yaitu daerah kerja arah
maju dan daerah kerja arah mundur
 Thyristor adalah elemen semi konduktor yang mempunyai
karakteristiktegangan arus antara terminal pokoknya ( anoda dan katoda
)Thyristor berasal dari kata :tyroton dan transistor. Sifat Thyristor Terhadap
Arus Searah
- Thyristor bekerja seperti dioda, ia menghantarkan arus dari arah Anoda ke
Katoda
- Thyristor dapat dibuat menghantar (di ON kan ) dengan memberikan arus
pada Gate (trigger)
- Setelah arus pada gate dimatikan SCR akan tetap bekerja selama UAK
masih ada (lebih besar dari 0,7 V)
 Triac singkatan dari Triode Alternating Current Switch . Artinya saklar
trioda untuk arus bolak-balik . Triac adalah merupakan dua SCR
(thyristor) yang dirangkaikan anti paralel dan diberi satu elektroda baru
yang disebut gate (pintu)

279
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
1. Umpan Balik
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, periksa penguasaan
pengetahuan dan keterampilan anda menggunakan daftar periksa di bawah
ini:
No Indikator Ya Tidak Bukti
1. Mingidentifikasi struktur
pembentukan dari sebuah DIAC,
SCR dan TRIAC serta
membedakan prinsip kerja antara
DIAC, SCR dan TRIAC
2. Membedakan prinsip kerja antara
DIAC, SCR dan TRIAC
3. Menginterpretasikan kurva
karakteristik DIAC, SCR dan TRIAC
4. Menginterpretasikan teknik trigger
pada DIAC, SCR dan TRIAC
5. Mengaplikasikan ke 3 komponen
dalam pengendalian daya AC

2. Tindak Lanjut
g. Buat rencana pengembangan dan implementasi praktikum sesuai
standar di lingkungan laboratorium kerja anda.
h. Apakah anda mengimplementasikan rencana tindak lanjut ini sendiri
atau berkelompok?
 sendiri
 berkelompok – silahkan tulis nama anggota kelompok yang lain dalam
tabel di bawah.
No: Nama anggota kelompok lainnya (tidak termasuk diri anda)

280
i. Pikirkan suatu situasi atau kondisi di dalam bengkel/laboratorium
anda yang mungkin dapat anda ubah atau tingkatkan dengan
mengimplementasikan sebuah rencana tindak lanjut.
j. Apakah judul rencana tindak lanjut anda?
k. Apakah manfaat/hasil dari rencana aksi tindak lanjut anda tersebut?
l. Uraikan bagaimana rencana tindak lanjut anda memenuhi kriteria
SMART

Spesifik

Dapat diukur

Dapat dicapai

Relevan

Rentang/Ketepatan
Waktu

281
H. Kunci Jawaban
1. DIACS adalah salah satu jenis dari bidirectional thyristor . Rangkaian
ekuivalen DIACS adalah merupakan dua buah dioda empat lapis yang
disusun berlawanan arah dan dapat dianggap sebagai susunan dua buah
latch.
2. Susunan dan symbol DIAC

N
P

P
N

3. Aplikasi DIAC dipakai pada pentrigeran pada TRIAC pad pengendalian


daya AC
4. Thyristor berasal dari kata : tyroton dan transistordandisingkat menjadi
Thyristor. Thyristor disebut juga dengan SCR singkatan dari Silicon
Control Rectifier, yang artinya komponen yang terbuat dari bahan silicon
dan dipergunakan untuk penyearah yang dapat dikendalikan berdasarkan
sudut trigernya
5. Susunan pembentuk SCR dan simbolnya adalah sebagai berikut
A A

P1 P1
n1 Q1 n1 n1
G
P2 G P2 P2 Q2
n2 n2

K
K

6. Rangkaian ekuivalen dari SCR seperti gambar dibawah ini:

282
7. Cara menghidupkan SCR dengan cara diberikan tegangan Trigger pada kaki gate
sesaat saja dan SCR akan tetap hidup selama tegangan antara A-K masih ada
sebesar < 0,7V dan Cara memadamkan adalah dengan cara memutuskan sumber
tegangan ke sumber atau menghubung singkar terminal A-K, atau membalik
polaritas tegangan antara A-K
8. Gambar dibawah ini adalah aplikasi SCR sebagai ALARM

9. Gambar dibawah ini adalah aplikasi SCR sebagai BEL cepat tepat dalam suatu
kompetisi berebut siapa yang paling dahulu memencet bel (SW2 atau SW3) dan
itulah yang berbunyi, pada saat yang pertama ditekan, maka yang kesempatan
yang lainya sudah terkunci, SW1 digunakan untuk mereset.

283
10. Triac singkatan dari Triode Alternating Current Switch . Artinya saklar
trioda untuk arus bolak-balik . Triac adalah merupakan dua SCR (thyristor)
yang dirangkaikan anti paralel dan diberi satu elektroda baru yang disebut
gate (pintu)
11. Susunan dan symbol dari TRIAC

12. Gambar rangkaian ekivalen TRIAC yang tersusun dari transistor

284
285
PENUTUP

Materi yang terdiri dari dasar elektronika analog dan digital tersebut di atas
adalah merupakan paparan ranah pengetahuan. Untuk lebih mendalami ke ranah
skill, maka perlu adanya percobaan-percobaan melalui proses merangkai,
mengukur, menganalisa dan mengambil sebuah kesimpulan.

A. Kesimpulan
Elektronika analog terdiri dari mempelajari tentang dioda semikonduktor, zener
dioda. Transostor bipolar, FET, DIAC, SCR dan Triac serta elektronika digital yang
terdiri dari gerbang dasar, aljabar boole, rangkaian kombinasionall, rangkaian
sekuensial, rangkaian aplikasi digital pada decoder dan encoder, merupakan
dasar pengetahuan yang sangat penting untuk mempelajari aplikasi elektronika
yang lebih luas. Pada aplikasinya rangkaian dasar elektronika analog dan dasar
elektronika digital bisa digambungkan dalam aplikasi rangkaian elektronika sesuai
dengan kebutuhan.

B. Tindak Lanjut
Setelah mempelajari modul ini tentu saja harus ditindaklanjuti dengan
memperbanyak penyelesaian contoh-contoh soal serta memperbanyak
percobaan-percobaan dalam membangun rangkaian, baik elektronika analog
maupun digital, melakukan pengukuran-pengukuran, menganalisis hasil
pengukuran dan mendapatkan kesimpulan. Untuk itu, ini semua tergantung dari
keaktifan pengguna modul dalam mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik.

C. Glosarium
Komponen glosarium merupakan daftar kata-kata/istilah/frase yang berhubungan
dengan uraian naskah, yang dianggap sulit/sukar dimengerti peserta pelatihan
sehingga perlu diberikan penjelasan tambahan untuk memudahkan pemahaman
pembaca, misalnya berkaitan dengan istilah teknis bidang ilmu, kata-kata serapan
dari bahasa asing/daerah, kata-kata lama yang dipakai kembali, dan kata-kata
yang sering dipakai media massa. Glosarium disusun secara alfabetis di akhir

286
setiap modul, tidak bernomor urut, entri diawali dengan huruf kecil (kecuali nama
diri), tidak diakhiri dengan titik (kecuali berupa kalimat).

287
Daftar Pustaka

1. Suwardi, 2007, Sistem Menejemen Pembelajaran : Menciptakan Guru


yang Kreatif, Temprina Media Grafika.
2. _____ 2008, Quantum Teaching. Mempraktekkan metode Quantum
learning di ruang kelas. (Terjemahan). Bandung: Kaifaies
3. Molenda, Michael dkk. 2006 Instructional Media And Technology For
Teaching And Learning. New York: Practice-Hall Inc
4. http://fshamouzcier.blogspot.com/2012/03/clamper-cliper-dan-pelipat-
tegangan.html
5. G Loveday CEng, Sedyana. Ir (1994), Pengujian Elektronik dan Diagnosa
Kesalahan, Jakarta: Elex Media Komputindo. PT.
6. Halliday & Resnick, Pantur Silaban & Erwin Sucipto (1984), Fisika,
Jakarta: Erlangga
7. Heinrich Hübscher, Jürgen Klaue, Werner Pflüger, Siegfried Appelt (1988),
Elektrotechnik Grundbildung Ausgabe E, Berlin: Westermann
Schulbuchverlag Gmbh
8. Karl Schuster (1986), Susunan Materi, Penuntun Berencana 1, Katalis,
Siemens AG.
9. Lehrermappe (1984), Analogtechnik, Bremen: Herausgeber
10. Udo Lob (1989), Cara Kerja Dioda Semikonduktor, Penuntun Berencana
17, Katalis, Siemens AG.

288
GLOSARIUM

289
LAMPIRAN
Lampiran1
International System of Units (SI)—Metric Units

290

Anda mungkin juga menyukai