Anda di halaman 1dari 159

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341909176

ANALISA RANGKAIAN LISTRIK (Teori Dasar, Penyelesaian Soal dan Soal-Soal


Latihan)

Book · August 2017

CITATIONS READS

0 362

3 authors, including:

Nelly Safitri Suryati Suryati


Politeknik Negeri Lhokseumawe Politeknik Negeri Lhokseumawe
22 PUBLICATIONS   39 CITATIONS    4 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PENGEMBANGAN SISTEM DISTILASI SURYA HIBRID (POWER POINT TRACKING METHOD) ESSENTIAL OIL UNTUK KEMANDIRIAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK INDUSTRI
View project

PENGEMBANGAN SISTEM DISTILASI SURYA HIBRID (POWER POINT TRACKING METHOD) ESSENTIAL OIL UNTUK KEMANDIRIAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK INDUSTRI
View project

All content following this page was uploaded by Nelly Safitri on 04 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISA RANGKAIAN
LISTRIK
(Teori Dasar, Penyelesaian Soal dan Soal-Soal Latihan)

Dr. Nelly Safitri, M.Eng Sc


Suryati, M.Si
Rachmawati, M.Eng
(Teori dasar, Penyelesaian soal dan Soal-soal latihan)

Penerbit Politeknik Negeri Lhokseumawe


Lhokseumawe, Aceh
ANALISA RANGKAIAN
LISTRIK
(Teori Dasar, Penyelesaian Soal dan Soal-Soal Latihan)

Cetakan Pertama

Penerbit Politeknik Negeri Lhokseumawe


Lhokseumawe, Aceh
ANALISA RANGKAIAN
LISTRIK
(Teori Dasar, Penyelesaian Soal dan Soal-Soal Latihan)

Oleh
Dr. Nelly Safitri, M.Eng Sc
Suryati, M.Si
Rachmawati, M.Eng
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Lhokseumawe

Cetakan Pertama

Diterbitkan oleh:
Penerbit Politeknik Negeri Lhokseumawe
Jalan Banda Aceh-Medan Km 280, Buketrata, 24301
Telp. 0645-42670
Lhokseumawe, Aceh

ISBN: 978-602-17282-5-3
ANALISA RANGKAIAN
LISTRIK
(Teori Dasar, Penyelesaian Soal dan Soal-Soal Latihan)

Oleh : Dr. Nelly Safitri, M.Eng Sc


Suryati, M.Si
Rachmawati, M.Eng
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Lhokseumawe

© Hak Cipta dilindungi oleh Undang Undang


Diterbitkan oleh
Penerbit Politeknik Negeri Lhokseumawe
Jalan Banda Aceh-Medan Km 280, Buketrata, 24301
Telp. 0645-42670
Lhokseumawe, Aceh

Cetakan Pertama

Dicetak oleh : Penerbit Politeknik Negeri Lhokseumawe


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan kesempatan penulis untuk berbagi ilmu dan
kemampuan menyusun buku teks ini kepada pembaca
sekalian. Adapun buku Analisa Rangkaian Listrik ini penulis
susun dalam rangka pemenuhan akan buku teks yang
membahas secara sederhana konsep dan hukum-hukum dasar
rangkaian listrik DC, AC satu fasa dan juga tiga fasa. Selain
teori yang disajikan secara sederhana, juga disertai contoh soal
dengan pembahasan yang rinci dan soal-soal latihan bagi
mahasiswa teknik elektro khususnya mahasiswa politeknik
diploma tiga dan empat. Buku ini merupakan rangkuman
daripada beberapa referensi buku teks rangkaian listrik dan
terjemahan bab 1 buku pegangan Electric Power Calculation
terbitan McGraw Hill.
Ucapan terima kasih penulis untuk semua jajaran
pimpinan Politeknik Negeri Lhokseumawe atas dukungan
kepada penulis untuk menyelesaikan buku ini. Juga ucapan
terimakasih penulis untuk unit Peningkatan dan
Pengembangan Aktifitas Instruksional (P2AI) khususnya
jajaran unit P2AI yang telah memberi kesempatan bagi penulis
untuk mengembangkan kemampuan menulis buku ajar.
Harapan penulis kiranya buku ini bermanfaat bagi
mahasiswa teknik elektro dalam mengikuti matakuliah
rangkaian listrik.

Lhokseumawe, Desember 2017


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

BAB 1. KONSEP RANGKAIAN LISTRIK 1


1.1 Pendahuluan 1
1.2 Sistem-sistem Satuan 2
1.3 Arus listrik 3
1.4 Tegangan 5
1.5 Energi 5
1.6 Daya 6
1.7 Rangkaian Listrik 6
1.8 Soal dan Penyelesaian 11
1.9 Soal-soal Latihan 18

BAB 2. HUKUM – HUKUM RANGKAIAN LISTRIK 20


2.1 Pendahuluan 20
2.2 Hukum Ohm 21
2.3 Hukum Kirchoff I 22
2.4 Hukum Kirchoff II 23
2.5 Soal dan Penyelesaian 24
2.6 Soal Latihan 25

BAB 3. ANALISA RANGKAIAN DC 31


3.1 Pendahuluan 31
3.2 Analisis Simpul 31
3.3 Analisis mesh 33
3.4 Analisis arus cabang 33
3.5 Soal dan Penyelesaian 34
3.6 Soal Latihan 38
BAB 4. TEOREMA RANGKAIAN 42
4.1 Pendahuluan 42
4.2 Teorema superposisi 43
4.3 Teorema substitusi 44
4.4 Teorema Thevenin 44
4.5 Teorema Norton 46
4.6 Teorema Transformasi Sumber 48
4.7 Soal dan Penyelesaian 49
4.8 Soal Latihan 53

BAB 5. ANALISA RANGKAIAN AC 56


5.1 Pendahuluan 56
5.2 Pengukuran rms 56
5.3 Bentuk Gelombang 59
5.4 Fasor 59
5.4 Bilangan Kompleks dan Operasi Bilangan
Kompleks 60
5.5 Impedansi dan Admitansi 62
5.6 Soal dan Penyelesaian 63
5.7 Soal Latihan 65

BAB 6. ANALISA RANGKAIAN SINUSOIDAL 66


6.1 Pendahuluan 66
6.2 Respon Elemen Sinusoidal 66
6.3 Sudut Fasa 69
6.4 Respon Sinusoidal RC Seri 70
6.5 Respon Sinusoidal RL Seri 71
6.6 Respon Sinusoidal LC Seri 72
6.8 Soal dan Penyelesaian 73
6.9 Soal Latihan 75

BAB 7. ANALISA RANGKAIAN RLC 77


7.1 Pendahuluan 77
7.2 Rangkaian RLC Seri 77
7.3 Rangkaian RLC Paralel 80
7.4 Soal dan Penyelesaian 82
7.5 Soal Latihan 85
BAB 8. ANALISA DAYA 87
8.1 Pendahuluan 87
8.2 Daya Sesaat 87
8.3 Daya Rata-rata 88
8.4 Faktor Daya 89
8.5 Daya Kompleks 91
8.6 Perbaikan Faktor Daya 93
8.7 Soal dan Penyelesaian 97
8.8 Soal Latihan 102

BAB 9. RANGKAIAN TIGA FASA 105


9.1 Pendahuluan 105
9.2 Sumber Tiga Fasa yang Seimbang 105
9.3 Beban Tiga Fasa 111
9.4 Hubungan Sumber dan Beban 115
9.5 Daya Pada Sistem Tiga Fasa Seimbang 121
9.6 Sistem Tiga Fasa Tak Seimbang 122
9.7 Soal Latihan dan Penyelasaian 123
9.8 Soal Latihan 128

DAFTAR PUSTAKA 131


TAKARIR 132

PROFIL PENULIS 145


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gelombang perubahan arus 4


Gambar 1.2 Prinsip kerja aliran energi dalam rangkaian 6
Gambar 1.3 (a) kombinasi seri N buah resistor
(b) rangkaian resistor ekivalen 8
Gambar 1.4 (a) Rangkaian N buah resistor secara paralel,
(b) Rangkaian resistor ekivalen 9
Gambar 1.5 Penyederhanaan rangkaian kombinasi; 10
Gambar 1.6 Rangkaian kombinasi 19 Resistor 11
Gambar 1.7 Penamaan Resistor dalam rangkaian 13
Gambar 1.8 Resistor seri digantikan dengan nilai
equivalennya 14
Gambar 1.9 Resisor paralel digantikan dengan nilai
equivalensinya 15
Gambar 1.10 Penyederhanaan kombinasi seri-paralel
pada rangkaian Gambar 1.8 15
Gambar 1.11 Penyederhanaan akhir rangkaian 15
Gambar 2.1 Resistor dan urutan cincinnya 21
Gambar 2.2 Arus-arus pada titik percabangan 23
Gambar 2.3 Arah voltage drop dan voltage rise dalam
sebuah Loop 24
Gambar 3.1 Model rangkaian dengan titik simpul 32
Gambar 3.2 Arah aliran arus cabang 34
Gambar 3.3 Rangkaian DC untuk analisa simpul 34
Gambar 3.4 Penyederhanaan rangkaian 34
Gambar 3.5 Rangkaian DC untuk analisa Mesh 36
Gambar 3.6 Penyederhanaan rangkaian setelah
analisa Mesh 36
Gambar 3.7 Rangkaian DC untuk analisa arus cabang 37
Gambar 3.8 Penyederhanaan rangkaian 37
Gambar 4.1 Ilustrasi teorema subsitusi 44
Gambar 4.2 Equivalensi rangkaian dengan menerapkan
teorema Thevenin 45
Gambar 4.3 Analisa rangkaian Thevenin 45
Gambar 4.4 Equivalensi rangkaian dengan menerapkan
teorema Norton 47
Gambar 4.5 Equivalensi rangkaian dengan menerapkan
teorema transformasi sumber 48
Gambar 4.6 Analisa rangkaian dengan teorema
transformasi sumber 49
Gambar 4.7 Penerapan teorema superposisi: 50
Gambar 4.8 Penerapan teorema Thevenin: 51
Gambar 4.9 Penerapan teorema Norton 52
Gambar 5.1 Perbandingan sinyal AC dan DC 57
Gambar 5.2 Beda fasa dalam satu perioda 57
Gambar 5.3 Diagram fasor tegangan dan arus 60
Gambar 5.4 Rangkaian R L C dengan sumber AC 63
Gambar 6.1 Beda fasa antara tegangan dan arus 70
Gambar 6.2 Rangkaian RC seri dengan sumber AC 70
Gambar 6.3 Rangkaian tanpa sumber 71
Gambar 6.4 Rangkaian equivalensi seri paralel yang
dianalisa 74
Gambar 7.1 RLC seri. 78
Gambar 7.2 Fasor impedansi 79
Gambar 7.3 Grafik untuk rangkaian RLC seri 79
Gambar 7.4 RLC paralel 81
Gambar 7.5 Grafik untuk rangkaian RLC paralel, 81
Gambar 7.6 Rangkaian RLC seri yang dianalisa 83
Gambar 7.7 Rangkaian RLC paralel yang dianalisa 84
Gambar 8.1 Segitiga daya 90
Gambar 8.2 Fasor tegangan dan arus dan segitiga daya 91
Gambar 8.3 Menghitung daya AC 98
Gambar 8.4 Segitiga daya untuk rangkaian equivalensi 99
Gambar 8.5 Menghitung daya dan faktor reaktif rangkaian 99
Gambar 8.6 Perbaikan faktor 101
Gambar 9.1 Sumber tegangan pada rangkaian AC 106
Gambar 9.2 Sumber tegangan tiga-fasa 107
Gambar 9.3 Tegangan pada sistem tiga-fasa 108
Gambar 9.4 Fasor-fasor tegangan 109
Gambar 9.5 Sistem tiga kawat 110
Gambar 9.6 Urutan fasa 110
Gambar 9.7 Sistem empat kawat 111
Gambar 9.8 Sumber tiga-fasa hubungan D 111
Gambar 9.9 Beban terhubung Y 113
Gambar 9.10 Diagram fasor arus dan tegangan
untuk beban terhubung Y 113
Gambar 9.11 Beban terhubung D 114
Gambar 9.12 Diagram fasor arus dan tegangan
untuk beban terhubung D 114
Gambar 9.13 Sistem Y-Y seimbang yeng memperlihatkan
impedansi sumber, beban dan kawat
penghubung sumber dan beban 115
Gambar 9.14 Diagram fasor memperlihatkan hubungan
tegangan line Vab dengan tegangan fasa Van
dan Vbn 116
Gambar 9.15 Diagram fasor yang memperlihatkan
hubungan tegangan line dengan
tegangan fasa 116
Gambar 9.16 Y-D seimbang 117
Gambar 9.17 Diagram fasor hubungan sumber dan beban
dengan sistem Y-D seimbang 118
Gambar 9.17 Hubungan D-D seimbang 118
Gambar 9.18 Hubungan D-Y seimbang 119
Gambar 9.19 Diagram fasor D-Y seimbang 120
Gambar 9.20 Sistem tiga-fasa dengan beban Y tak seimbang 122
Gambar 9.21 Sistem tiga-fasa seimbang Y-Y yang dianalisa 123
Gambar 9.22 Rangkaian yang dianalisa untuk perhitungan
daya 126
Gambar 9.23 Rangkaian tiga-fasa tak seimbang yang
Dianalisa 127


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Besaran dan satuan kelistrikan 2


Tabel 1.2 Awalan dalam satuan SI 3
Tabel 2.1 Kode warna resistor 22
Tabel 5.1 Bentuk gelombang dan tegangan yang
dihasilkan 60
Tabel 5.2 Pengertian impedansi, admitansi dan
konduktansi secara matematis 63
Tabel 6.1 Sifat komponen RLC 68
Tabel 6.2 Respon sinusoidal RLC terhadap arus dan
tegangan 69
Tabel 9.1 Hubungan tegangan/arus line pada sistem
tiga-fasa urutan abc 120
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
(Teori Dasar, Penyelesaian Soal dan Soal-Soal Latihan)

Penulisan buku teks Analisa Rangkaian Listrik ini dilatar


belakangi oleh kebutuhan akan buku yang praktis dan sederhana
untuk pemahaman mahasiswa teknik, khususnya mahasiswa
politeknik untuk jurusan teknik elektro. Buku Analisa Rangkaian
Listrik ini menyediakan prosedur perhitungan langkah demi langkah
rincian yang biasa dihadapi dalam menyelesaikan rangkaian
equivalensi. Buku berisi topik tentang rangkaian listrik sederhana,
arus searah (DC) dan bolak-balik (AC) dan setiap topik ditulis dengan
sedikit penekanan pada teori. Pada prinsipnya buku ini adalah
kumpulan beberapa referensi termasuk terjemahan daripada buku
Handbook of Electric Power Calculation – chapter 1. Secara garis besar
buku ini berisi konsep dan hukum rangkaian listrik baik DC, AC dan
sinusoidal, juga rangkaian tiga fasa.
Format yang relatif sederhana dan komprehensif ini menambah
penggunaan buku pegangan ini menjadi lebih aplikatif bagi pembaca,
khususnya mahasiswa teknik dan ilmu eksak serta teknisi, tentu saja
pembaca diharapkan sudah menguasai matematika dan kalkulus
dasar untuk perhitungan-perhitungan yang muncul dalam buku teks
ini.

Penerbit Politeknik Negeri Lhokseumawe


Jalan Banda Aceh-Medan Km 280, Buketrata, 24301
Telp. 0645-42670 Lhokseumawe, Aceh
website: www.pnl.ac.id
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!

Bab 1
KONSEP RANGKAIAN LISTRIK

Tujuan instruksional umum


•! Mengenalkan sistem-sistem satuan
•! Mengenalkan arus, tegangan, energi dan daya
•! Menjelaskan pengertian dan analisa rangkaian listrik

Tujuan instruksional khusus


•! Mengenalkan sistem satuan sesuai standar internasional.
•! Mengenalkan rangkaian equvalensi secara seri dan paralel
yang menggambarkan aliran arus, tegangan dan daya.
•! Memberikan contoh soal penyelesaian rangkaian sederhana
seri dan paralel dan kombinasi seri-paralel untuk arus DC dan
AC.

1.1 Pendahuluan
Pada bab ini dibahas tentang konsep rangkaian listrik.
Rangkaian listrik didefinisikan sebagai kumpulan elemen atau
komponen listrik yang memiliki terminal atau kutub paa kedua
ujungnya seperti resistor (R), induktor (L), kapasitor (C) dan
sumber tegangan dan atau sumber arus yang dihubungkan dengan
cara tertentu (seri atau paralel) yang memiliki paling sedikit satu
lintasan tertutup (closed loop). Lintasan tertutup adalah lintasan
yang dimulai dari titik tertentu sebagai permulaan dan kembali
ketitik tersebut tanpa terputus, dengan mengacuhkan jarak
lintasan.
Sebelum pembahasan rangkaian listrik, ada baiknya
mengenal terlebih dahulu sistem-sistem besaran dan satuan yang
digunakan. Besaran dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu
yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka atau

!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

nilai dan setiap besaran pasti memiliki satuan. Contoh-contoh


besaran dalam ilmu kelistrikan dan elektronika seperti tegangan,
arus listrik, hambatan, frekuensi dan daya listrik. Sedangkan satuan
dapat didefinisikan sebagai acuan yang digunakan untuk
memastikan kebenaran pengukuran atau sebagai pembanding
dalam suatu pengukuran besaran. Satuan ini dalam bahasa Inggris
sering disebut dengan Unit. Contoh-contoh satuan dalam ilmu
kelistrikan dan elektronika seperti Ampere, Volt, Ohm, Joule, Watt,
Farad dan Henry.

1.2 Sistem-sistem Satuan


Berikut adalah besaran dan satuan yang sering digunakan
dalam ilmu kelistrikan dan elektronika. Standar yang digunakan
biasanya adalah Standar International (SI). Dalam tabel 1.1 berikut
dapat dilihat beberapa besaran dan satuan yang sering digunakan
dalam rangkaian listrik. Kemudian tabel 1.2 memuat awalan yang
digunakan dalam satuan SI.

Tabel 1.1. Besaran dan satuan kelistrikan


Besaran Satuan Simbol
Tegangan Volt V
Arus Listrik Ampere A
Hambatan/Resistansi Ohm Ω
Konduktansi Siemens G
Kapasitansi Farad F
Muatan Listrik Coulomb C
Induktansi Henry H
Daya Listrik Watt W
Impedansi Ohm Ω
Frekuensi Hertz Hz
Energi Joule J

"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Tabel 1.2. Awalan dalam satuan SI


Prefix Simbol Desimal 10n
Terra T 1.000.000.000.000 1012
Giga G 1.000.000.000 109
Mega M 1.000.000 106
kilo k 1.000 103
(Tidak ada) (Tidak ada) 1 100
centi c 1/100 10-2
mili M 1/1.000 10-3
micro µ 1/1.000.000 10-6
nano N 1/1.000.000.000 10-9
pico p 1.000.000.000.000 10-12

Contoh penulisan satuan-satuan tersebut seperti berikut:


1kV = 1 kilo Volt = 1.000 Volt
1mA = 1 mili Ampere = 1/1000 Ampere atau 0,001 Ampere
1MΩ = 1 Mega Ohm = 1.000.000 Ohm
1µF = 1 micro Farad = 1/1.000.000 Farad

1.3 Arus Listrik


Arus listrik dapat didefinisikan sebagai perubahan kecepatan
muatan terhadap waktu atau muatan yang mengalir dalam satuan
waktu dengan simbol i (asal dari bahasa Perancis: intensite), dengan
kata lain arus adalah muatan yang bergerak. Selama muatan
tersebut bergerak maka akan muncul arus, namun jika muatan
tersebut diam maka arus pun akan hilang. Muatan akan bergerak
jika ada energi luar yang memepengaruhinya. Muatan
didefinisikan sebagai satuan terkecil dari atom atau sub bagian dari
atom.
Dalam teori atom modern dinyatakan bahwa atom terdiri
dari partikel inti (proton bermuatan (+) dan neutron bersifat netral)
yang dikelilingi oleh muatan elektron (-). Pada umumnya atom
bermuatan netral. Muatan terdiri dari dua jenis yaitu muatan
positif dan muatan negatif. Untuk mengukur muatan listrik
dalam satuan SI digunakan coulomb.

#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Simbol : Q = muatan konstan


q = muatan tergantung satuan waktu
-19
muatan 1 elektron = -1,6021 x 10 coulomb
18
1 coulomb = -6,24 x 10 elektron

Arus secara matematis didefinisikan sebagai laju perubahan


muatan terhadap perubahan waktu dengan satuan Ampere. Dalam
bentuk matematis dapat ditulis sebagai berikut,

#$
!"
#%

Secara teori rangkaian arus didefinisikan sebagai pergerakan


muatan positif. Arah arus positif mengalir dari potensial tinggi
menuju potensial rendah, dan arah arus negatif mengalir dari
potensial rendah menuju potensial tinggi.
Arus searah/direct current (DC) didefinisikan sebagai arus
yang mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap satuan waktu,
artinya diaman pun kita meninjau arus tersebut pada wakttu
berbeda akan mendapatkan nilai yang sama. Sedangkan arus
bolak-balik/alternating current (AC) didefinisikan sebagai arus yang
mempunyai nilai yang berubah terhadap satuan waktu dengan
karakteristik akan selalu berulang untuk perioda waktu tertentu
(mempunyai perioda waktu : T).

(a) (b)
Gambar 1.1. Gelombang perubahan arus (a). DC, (b). AC

$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

1.4 Tegangan
Tegangan atau beda potensial (voltage) dapat didefinisikan
sebagai kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu muatan
(sebesar satu coulomb) pada elemen atau komponen dari satu
terminal/kutub ke terminal/kutub lainnya, atau pada kedua
terminal/kutub akan mempunyai beda potensial jika kita
menggerakkan/memindahkan muatan sebesar satu coulomb dari
satu terminal ke terminal lainnya.
Tegangan secara matematis didefinisikan sebagai perubahan
energi yang dikeluarkan terhadap perubahan muatan listrik
dengan satuan Volt. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut,

#$
!"
#%

Pada dua terminal/kutub apabila salah satunya memiliki


potensial yang lebih tinggi daripada yang lain, maka terjadi
kemungkinan tegangan jatuh (voltage drop) atau tegangan naik
(voltage rise). Tegangan jatuh terjadi apabila potensial dipandang
dari terminal lebih rendah ke tinggi, dan tegangan naik terjadi
apabila potensial dipandang dari terminal lebih tinggi ke terminal
lebih rendah.

1.5 Energi
Energi dapat didefinisikan sebagai sesuatu kerja pemindahan
sesuatu dengan mengeluarkan gaya sebesar satu Newton dengan
jarak tempuh atau sesuatu tersebut berpindah dengan selisih jarak
satu meter. Dalam hukum kekekalan energi berlaku dimana energi
sebetulnya tidak dapat dihasilkan dan tidak dapat dihilangkan,
energi hanya berpindah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya.
Untuk menyatakan apakah energi dikirim atau diserap tidak hanya
polaritas tegangan tetapi arah arus juga berpengaruh.
Dalam sudut pandang elemen/komponen, penyerapan
energi terjadi jika arus positif meninggalkan terminal positif
menuju terminal elemen/komponen, dengan kata lain arus positif
menuju terminal positif elemen/komponen tersebut (Gambar
1.2.(a)). Apabila pengiriman energi terjadi jika arus positif masuk

%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

terminal positif dari terminal elemen/komponen, atau arus positif


meninggalkan terminal positif elemen/komponen (Gambar 1.2.
(b)).

(a) (b)
Gambar 1.2. Prinsip kerja aliran energi dalam rangkaian (a) Penyerapan
energi, (b). Pengiriman energi.

Energi definisikan sebagai penyerapan/pengiriman tegangan yang


mengalir melalui perubahan muatan yang dilewatinya, dengan
satuan Joule. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut,

!" # $!%

1.6 Daya
Daya dapat didefinisikan sebagai Daya sama dengan jumlah
energi yang dihabiskan per satuan waktu. Dalam sistem SI, satuan
daya adalah joule per detik (J/s). Secara matematis, daya adalah
perubahan kerja terhadap perubahan muatan listrik dengan satuan
Watt. Daya dapat dituliskan sebagai berikut,

#$ #$ #%
!" " " '(
#% #% #&

1.7 Rangkaian Listrik


Rangkaian listrik dapat didefinisikan sebagai sambungan
dari bermacam-macam elemen listrik pasif seperti resistor,
kapasitor, induktor, transformator, sumber tegangan, sumber arus,
dan saklar (switch). Pada umumnya rangkaian listrik merupakan
&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

susunan elemen/komponen listrik secara seri maupun paralel.


Pada sub bab ini dibahas rangkaian listrik sederhana dengan hanya
menggunakan resistor sebagai elemen/komponen listrik, dan
sumber tegangan DC.

A.! Rangkaian Seri Resistor


Rangkaian seri resistor adalah rangkaian dua buah resistor
atau lebih yang disusun secara berurutan. Dua buah resistor atau
lebih apabila dirangkai secara seri maka nilai hambatannya
totalnya akan bertambah besar. Penyederhanaan rangkaian yang
tersusun seri dapat dilakukan dengan menggantikan resistor
tersebut dengan sebuah resistor tunggal yang ekivalen Req yang
memberikan tegangan jatuh V yang sama ketika membawa arus I
yang sama. Tegangan jatuh pada R1 adalah IR1 dan tegangan jatuh
pada R2 adalah IR2. Tegangan jatuh pada kedua resistor adalah
jumlah tegangan yang jatuh pada masing-masing resistor .

V= IR1 + IR2 = I(R1+R2)

Sehingga
#
!"
$% &$'

tegangan pada resistor R2 adalah:

!
!" # $%" # %
%& ' %" "

&'
Atau !" # $%" # !
&( )&'

Dengan cara yang sama, tegangan pada resistor R1 juga dapat


dihitung melalui:
$%
!" # !
$% &$'

Dengan membuat tegangan jatuh sama dengan IReq, kita peroleh

'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Req =R1 + R2

resistansi ekivalen untuk N buah resistor yang terhubung seri


adalah:
Req = R1 + R2 + R3 + ….. + RN

Dimana :
Req= Total Nilai Resistor
R1= Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
RN = Resistor ke-N

Gambar 1. 3. (a) kombinasi seri N buah resistor (b) rangkaian resistor


ekivalen

B.! Rangkaian Paralel Resistor


Rangkaian paralel resistor adalah rangkaian dua buah
resistor atau lebih yang disusun secara sejajar sehingga nilai
Hambatan totalnya menjadi lebih kecil dari nilai Resistor terkecil
yang membentuknya.
Sebuah rangkaian yang mengandung N buah resistor dalam
hubungan paralel, seperti terlihat pada gambar 2 akan
menghasilkan arus total sama dengan jumlah arus dalam R1 yaitu
I1, arus yang melewati R2 yaitu I2 dan arus yang melewati resistor
ke N yaitu IN, yang ditulis dengan:

I = I1 + I2+…+IN

(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

atau
# # # #
!" " ( ( *(
$%& $' $) $+

Arus yang mengalir melalui R2 adalah:

$%
!" # !
$% & $"

dan arus yang mengalir melalui R1 adalah:

$%
!" # !
$" & $%

Persamaan untuk mencari REq pada rangkaian parallel adalah:

! ! ! !
% ' ' )'
"#$ "& "( "*

Gambar 1.4. (a) Rangkaian N buah resistor secara paralel, (b) Rangkaian
resistor ekivalen

Untuk dua buah resistor yang tersusun secara paralel nilai


resistansi ekivalennya adalah:

)!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

%
!"# $
% %
'
!& !(

Atau dalam bentuk yang lebih sederhana:

!% & !'
!"# $
!% ( !'

C.! Rangkaian Kombinasi


Rangkaian seri-paralel resistor adalah gabungan antara
rangkaian seri resistor dan rangkaian paralel resistor, dan untuk
menghitung nilai hambatan totalnya adalah dengan cara
menggabungkan dua rumus diatas yaitu, rumus rangkaian seri
resistor dan rumus rangkaian paralel resistor.

(a) (b) (c)


Gambar 1.5. Penyederhanaan rangkaian kombinasi; (a). Rangkaian
kombinasi 3 Resistor, (b). Penyederhanaan rangkaian bagian Resistor yang
diparalelkan, (c). Resistor equivalen.

Untuk menghitung berapa nilai hambatan total (Rtotal) dari


rangkaian campuran seperti Gambar 1.5, langkah pertama adalah
menghitung nilai hambatan pada rangkaian paralelnya (R1 dan R2),
baru kemudian menghitung rangkaian serinya (Rp dan R3).
Untuk mempermudah penulisan rangkaian biasanya dibuat
notasi simbol/lambang. Sebagai lambang rangkaian seri biasanya
ditandai dengan simbol plus (+), misal R1 diseri dengan R2 maka
dapat ditulis R1 + R2. Sedangkan lambang rangkaian paralel
biasanya ditandai dengan simbol dua garis (||), misal R1 diparalel
dengan R2 maka dapat ditulis R1 || R2.
Saat mencari hubungan antara masukan dan keluaran pada
rangkaian yang telah diketahui, misalkan mencari keluaran

!*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

tegangan/arus ataupun menentukan energi/daya yang dikirim.


Ada 2 cabang utama dari teori rangkaian (input, rangkaian,
output):
1! Analisa rangkaian (rangkaian dan input untuk mencari output)
2! Sintesa rangkaian/desain (input dan output untuk mencari
rangkaian)

1.8 Soal dan Penyelesaian


Rangkaian arus DC berisi 19 resistor yang disusun seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.6. Hitung arus yang lewat dan
jatuhnya voltase di setiap resistor dalam rangkaian ini.

FIGURE 1.1 Gambar 1.6. Rangkaian


A series-parallel dc circuit to kombinasi
be analyzed. 19 Resistor.

!!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Langkah-langkah penyelesaian
1.! Penamaan komponen/elemen dalam rangkaian
Beri label semua bagian. Tandai arah arus melalui masing-
masing resistor (Gambar 1.7). Resistansi ekuivalen dari kombinasi
resistor paralel seri dapat ditemukan dengan aplikasi berturut-turut
dari aturan untuk menggabungkan Resistor seri dan Resistor
pararel.

2.! Gabungkan Semua Resistor Seri


Dalam rangkaian seri, resistansi total atau ekuivalen REQS
yang terlihat oleh sumbernya sama dengan jumlah nilai resistor
individual:

REQS = R1 + R2 + R3 + … + RN

Hitung rangkaian yang setara dengan Resistor yang dihubungkan


secara seri di bagian DE, CG, dan GF:

REQS (bagian DE) = R13 + R14 = 200 + 40 = 240Ω,


REQS (bagian CG) = R7 +R8 = 200 + 400 = 600Ω,, dan
REQS (bagian GF) = R10 + R11 = 400 + 200 = 600Ω.

Ganti elemen seri yang termasuk dalam bagian DE, CG, dan GF
dengan nilai equivalensinya (Gambar 1.8).

3.! Gabungkan semua Resistor paralel


Dalam kasus rangkaian paralel dari dua resistor yang tidak
sama secara paralel, resistansi total atau ekuivalen REQP dapat
dihitung sebagai berikut:

REQP = R1|| R2 = R1. R2 /(R1 . R2).

Resistansi paralel setara selalu kurang dari yang lebih kecil dari dua
resistor.
Pada bagian CG, R5||R6 = (1000 . 1500) / (1000 + 1500) = 600Ω.
Bagian CG sekarang terdiri dari dua Resistor 600Ω secara paralel.

!"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar
FIGURE 1.2 Labeling 1.7. of
the circuit Penamaan
Fig. 1.1. Resistor dalam rangkaian

Dalam kasus rangkaian resistansi N yang sama secara


paralel, resistansi total atau ekuivalen, REQP dapat ditentukan dari
persamaan berikut: REQP = R/N, di mana R adalah resistansi
masing-masing resistor paralel dan N adalah jumlah Resistor
terhubung secara paralel. Untuk bagian CG, RCG = 600/2 = 300Ω;
untuk bagian BC, RBC = 100/3 =33! " Ω; untuk bagian EF, REF =
104/2 = 52Ω; untuk bagian GF, RGF = 600/2 = 300Ω.
Dalam rangkaian tiga atau lebih resistor yang tidak sama
secara paralel, resistansi total atau ekuivalen REQP sama dengan
kebalikan dari jumlah timbal balik dari nilai resistansi individual:
REQP = 1 /(1 /R1 1 /R2 1 /R3 1 /RN).
Resistansi paralel setara selalu kurang dari nilai terkecil
resistor dalam kombinasi paralel. Hitung daya tahan ekuivalen
elemen yang dihubungkan secara paralel di bagian DE:
R15 ||R16 ||R17 = 1/(1/100 + 1/200 + 1/600) = 60Ω.
Hitung RDE: 240 || 60 = (240).(60) / (240 + 60) = 48Ω.

!#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar
FIGURE 1.8. elements
1.3 Series Resistorreplaced
seri digantikan dengan
by their equivalent nilai equivalennya.
values.

Ganti semua elemen paralel dengan nilai equivalensinya (Gambar


1.9).

4.! Gabungkan resistance yang tersisa untuk mendapatkan


resistance total
Kombinasikan resistansi seri ekuivalen pada Gambar 1.9
untuk mendapatkan rangkaian paralel seri sederhana pada
Gambar 1.10.
RAB + RBC = RAC = REQS = 20 + 33! " = 53! " Ω,
RCG = RGF + RCF = REQS = 300 + 300 = 600 Ω,
RCD + RDE + REF = RCF = REQS = 20 + 48 + 52 = 120 Ω.

!$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar. 1.9. 1.4


FIGURE Resisor paralel
Parallel digantikan
elements replaceddengan
by theirnilai equivalensinya.
equivalent values.

Hitung resistansi ekivalen total REQT: REQT = 53! " + (600||120)


=153! "Ω. Rangkaian menjadi sederhana seperti diilustrasikan
pada Gambar 1.11.

Langkah-langkah penyelesaian:
!

Gambar
FIGURE 1.10.ofPenyederhanaan
1.5 Circuit Fig. 1.4 reduced to a sim- Gambar
FIGURE 1.11.
1.6 Final Penyederhanaan
reduced circuit of Fig. 1.1.
kombinasi seri-paralel pada akhir rangkaian.
rangkaian Gambar 1.8.

1.! Hitung total arus pada Gambar 1.6 menggunakan hukum


Ohm
I1 = E/REQT, dimana arus total I1 adalah total beda potensial E, dan
resistansi garis REQT. Nilai substitusi menghasilkan:
I1 = E/REQT = 460/153! " = 3A.

2.! Hitunglah Current Through, dan Voltage Drop yang melewati


setiap Resistor dalam rangkaian
Lihat Gambar.1.4 dan 1.8. Analisis hasil pada R1 menghasilkan I1 =
3A (dihitung pada Langkah 5); V1 = VAB = I1.R1 = (3).(20) = 60V;
dan tegangan pada R2, R3, dan R4,

!%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

VBC = V2 = V3 = V4 = I1.RBC = (3).(33! ") = 100 V.

Arus yang mengalir I2 = I3 = I4 = 100/100 = 1A. Oleh karena itu, VCF


dapat dihitung:
VCF = E - (VAB + VBC) = 460 - (60 + 100) = 300V.

Arus dari C ke G sampai F adalah 300/600 = 0,5 A.

Hukum arus Kirchoff (KCL) menyatakan: Jumlah aljabar dari arus


yang memasuki simpul atau persimpangan sirkuit sama dengan
jumlah aljabar dari arus yang meninggalkan simpul atau
persimpangan tersebut: pada simpul C, KCL diterapkan hingga
diperoleh
I12 = 3 - 0,5 = 2,5A. Oleh karena itu, V12 = VCD = I12R12 = (2.5).(20) =
50V.

Prinsip pembagi tegangan menyatakan bahwa voltase VN disetiap


Resistor RN dalam rangkaian seri sama dengan produk dari voltase
total yang diterapkan VT dan RN dibagi dengan jumlah resistor seri,
REQS: VN = VT.(RN/REQS).

Persamaan ini menunjukkan bahwa VN sebanding dengan RN dan


VCG = VGF = 300 .(300/600) = 150V.
Oleh karena itu, I7 = I8 = 150/600 = 0,25A, V7 =I7.R7 = (0,25).(200) =
50V, V8 = I8 .R8 = (0,25).(400)= 100V, I10 = I11 = 150/600 = 0,25A,
V10 = I10.R10 = (0,25).(400) = 100V, V11 = I11. R11 = (0,25).(200) = 50V.

Prinsip pembagi arus menyatakan bahwa dalam rangkaian yang


mengandung cabang paralel N, arus IN pada cabang tertentu RN
sama dengan produk IT arus yang diterapkan dan resistansi
ekuivalen REQP dari rangkaian paralel yang dibagi oleh RN: IN = IT
(REQP/RN). Bila ada dua resistor RA dan RB secara paralel, IA saat ini
di RA adalah
IA = IT [RB /( RA + RB)]; IB saat ini di RB adalah IB = IT [RA/(RA + RB)].
Bila RA sama dengan RB, IA = IB = IT/2, untuk perhitungan yang
tersisa:
(R5 || R6) = R7 + R8 = 600Ω.

!&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Dari persamaan sebelumnya, nilai arus yang memasuki kombinasi


paralel R5 dan R6 adalah I5 + I6 = 0,5/2 = 0,25A.
I5 = 0,25.(1500/2500) = 0,15A, dan I6 = 0,25.(1000/2500) = 0,10A.
Hukum Ohm dapat digunakan untuk memeriksa nilai V5 dan V6,
yang seharusnya sama dengan VCG dan yang sebelumnya dihitung
sama dengan 150V: V5 = I5.R5 = (0,15).(1000) = 150V dan
V6 = I6.R6 =(0,10).(1500) = 150V.

Gangguan arus masuk G sama dengan 0,5 A.


Karena R9 = R10 + R11, I9 = I10 = 0,5/2 = 0,25A.
Dari hukum Ohm: V9 = I9.R9 = (0,25).(600) = 150V,
V10 = I10.R10 = (0,25).(400) = 100V, V11 = I11.R11 = (0,25).(200) = 50V.
Nilai ini diperoleh sejak VGF = V9 = 150V = V10 + V11 = 100 + 50 =
150V.

Perhitungan yang tersisa menunjukkan bahwa:


VDE = I12.RDE = (2.5).(48) = 120V, I13 = I14 = 120/240 = 0,5A,
V13 = I13.R13 = (0,5).(200) = 100V, dan V14 = I14.R14 = (0.5).(40) = 20V.
Karena V15 = V16 = V17 = VDE = 120V, I15 = 120/100 = 1.2A,
I16 = 120/200 = 0.6A, dan I17 = 120/600 = 0,2A.

Nilai saat ini diperiksa, karena


I15 + I16 + I17 + I13,14 = 1,2 + 0,6 + 0,2 + 0,5 = 2,5A, yang memasuki
simpul D dan yang meninggalkan simpul E.
Karena R18 R19, I18 = I19 = 2.5 /2 = 1.25A dan
VEF = V18 = V19 = (2.5).(52) = 130V.

Hukum tegangan Kirchoff (KVL) menyatakan bahwa jumlah


aljabar dari potensi naik dan turun di sekitar lingkaran tertutup
atau jalur nol. Hukum ini juga dapat dinyatakan sebagai: ΣVrises =
ΣVdrops.

Sebagai tanda akhir


E = VAB + VBC + VCD + VDE =VEF atau
460V = 60V + 100V + 50V + 120V + 130V = 460V.

!'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

1.9 Soal-Soal Latihan


1.! Tentukan hambatan total pengganti dalam rangkaian berikut
ini:

Total Hambatan penggantinya RT = 10Ω.

2.! Tentukan Req dari rangkaian berikut ini:

Req = = 14.4Ω.

3.! Tentukan nilai arus i pada rangkaian berikut ini:

i = (3 )/2A.

4.! Perhatikan gambar dibawah ini dan Hitung Resistasi Total dan
Arus Yang mengalir.

!(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Resistansi Total RT = 10Ω dan Arus yang mengalir IT = 0,5A.

5.! Perhatikanlah gambar rangkaian berikut ini:

Tentukanlah: (a). Hambatan Pengganti (RT)


(b). Arus Total
(c). Kuat Arus Pada Masing-masing Resistor
(d). Tegangan pada masing-masing resistor

(a). RT = 6Ω
(b). IT = 2A
(c). I1 = 2A I2 = 1.33A I3 = 0.67A
(d). V1 = 8V V2 = 4V V3 = 4V

!)!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Bab 2
! HUKUM-HUKUM RANGKAIAN
LISTRIK
!
!
Tujuan instruksional umum
•! Mengenalkan Hukum Ohm
•! Mengenalkan Kirchoff 1 dan 2

Tujuan instruksional khusus


•! Mengenalkan sistem hukum Ohm pada rangkaian seri, paralel
dan kombinasi.
•! Mengenalkan hukum Kirchoff 1 dan 2 pada rangkaian seri,
paralel dan kombinasi.
•! Memberikan contoh soal dan penyelesaian rangkaian
sederhana seri dan paralel dan kombinasi untuk hukum-
hukum tersebut diatas.

2.1 Pendahuluan
Bab ini membahas tentang hukum-hukum yang berlaku
dalam sebuah rangkaian equivalensi daripada rangkaian listrik.
Hukum-hukum tersebut yaitu Hukum Ohm, Hukum Kirchoff 1
dan Hukum Kirchoff 2.
Tujuan analisis rangkaian listrik pada umumnya untuk
menentukan kuat arus dan beda potensial (tegangan) pada suatu
rangkaian listrik. Untuk analisis rangkaian listrik ini, di samping
hukum Ohm, hukum yang banyak dipakai adalah hukum
Kirchhoff. Ada dua hukum Kirchoff yakni hukum Kirchoff I atau
KCL (Kirchhoff’s Current Law) dan hukum Kirchoff II atau KVL
(Kirchhoff’ s voltage Law).

"*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

2.2 Hukum Ohm


Menurut hukum Ohm, arus yang melewati suatu
penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung
pengahantar tersebut. Kesebandingan tersebut dapat diubah
menjadi persamaan dengan memberikan konstanta kesebandingan
yang disebut konduktansi.
I = arus yanglewat penghantar, satuannya ampere (A)
V= beda potensial ujung-ujung penghantar, satuannya volt (V)
G = konduktansi penghantar, satuanya mho = (ohm)-1 = (Ω)−1
Kebalikan konduktansi disebut resistansi (R), satuannya ohm = (Ω).
Jadi hukum Ohm dapat dituliskan menjadi :

I = G V = 1/R V=V/R

Penghantar yang konduktansinya besar biasanya disebut


konduktor, sedangkan jika resistansinya yang besar sering disebut
resistor.
Resistansi resistor dapat diukur dengan ohmmeter. Namun
dapat pula diketahui melalui kode warna yang berupa cincin
warna yang tertulis pada badan resistor. Arti kode warna tersebut
dapat dilihat pada tabel 2.1.

Cincin ke 1 2 3 4
Gambar 2.1. Resistor dan urutan cincinnya.

Contoh :
Warna cincin ke-1 sampai ke-4 suatu resistor berturut-turut
adalah: cokelat, hitam, merah, emas. Maka:
Angka ke-1 :1, Angka ke-2 :0, Faktor perkalian : 102, Toleransi : 5%.
Jadi besar resistansinya:
R = (10x 102 ± 5%) Ω = (1000 ± 50) Ω. Artinya harga berkisar antara
950Ω sampai dengan 1050Ω, dengan harga rata-rata (terbaik)
sebesar 1000Ω.

"!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Dewasa ini ada resistor yang mempunyai 5 cincin. Kode


warna untuk 5 cincin sama dengan kode warna pada 4 cincin.
Cincin ke-1 sampai ke-3 berturut-turut menunjukkan angka
pertama, kedua, dan ketiga. Sedangkan cincin ke-4 da ke-5 masing-
masing menunjukkan faktor perkalan dan toleransi.

2.3 Hukum Kirchoff 1


Hukum Kirchoff I menyatakan bahwa jumlah aljabar kuat
arus yang menuju suatu titik cabang pada lintasan tertutup (loop)
sama dengan jumlah aljabar arus yang meninggalkan titik cabang
tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

ΣImenuju titik cabang = ΣImeninggalkan titik cabang

Tabel 2.1. Kode warna Resistor


Cincin ke-
Warna
1 2 3 4
Hitam 0 0
Coklat 1 1 1%
Merah 2 2 2%
Jingga 3 3
Kuning 4 4
Hijau 5 5
Biru 6 6
Ungu 7 7
Abu-abu 8 8
Putih 9 9
Emas 5%
Perak 10%
Tak berwarna 20%

misalkan pada Gambar 2.2. dapat dilihat arus I1, I2, dan I3
meninggalkan titik cabang, sementara arus I4 dan I5 menuju titik
cabang. Jadi persamaan yang dapat dibentuk adalah:

""!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

ΣImenuju titik cabang = ΣImeninggalkan titik cabang


I1 + I2 + I3 = I4 + I5

I1
I5

I2 A
I4

I3
Gambar 2.2. Arus-arus pada titik percabangan.

2.4 Hukum Kirchoff II


Hukum Kirchoff II menyatakan bahwa jumlah aljabar
penurunan tegangan (voltage drop) pada lintasan tertutup (loop)
menuruti arah yang ditentukan sama dengan jumlah aljabar
kenaikan tegangan (voltage rise) nya. Secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:

ΣVdrop = ΣVrise

Pada Gambar 2.3, arah pembacaan mengikuti arah jarum jam


seperti yang ditunjukkan panah melingkar, jadi mengikuti arah a-
b-c-d-e-f-a. Pada baterei, arah pembacaan dari a ke b atau dari – ke
+, sehingga dari a ke b terjadi voltage rise sebesar E1, sebaliknya
dari d ke e terjadi voltage dropsebesar E2. Pada resistor R1 arah
pembacaan dari b ke c dan arus mengalir dari b ke c juga, oleh
karena arus mengalir dari tegangan tinggi ke rendah, maka
tegangan b lebih besar dari tegangan c sehingga dari b ke c terjadi
voltage drop sebesar I R1. Dengan penalaran yang sama maka dari
c ke d, e ke f, f ke a berturut-turut terjadi voltage drop sebesar I R2, I
R4, dan I R3.

"#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

R1 R2
b I c d

+ +
E1 - - E2

a R3 f R4 e
Gambar 2.3. Arah voltage drop dan voltage rise dalam sebuah loop.

Maka pada loop berlaku persamaan:


ΣVdrop = ΣVrise
I R1 + I R2 + E2 + I R4 + I R3 = E1
I (R1 + R2 + R4 + R3) = E1 - E2

Saat menggunakan hukum tersebut, jika dari perhitungan


diperoleh harga arus bertanda (-), maka arah arus yang benar
adalah berlawanan dengan arah yang telah ditentukan secara
sembarang pada langkah awal.

2.5 Soal dan Penyelesaiannya


Berdasarkan data pada tabel, nilai hambatan listrik adalah…..
Apakah data pada tabel menggambarkan hukum Ohm?

Tegangan (Volt) Arus (Ampere)


2 4
4 8
3 6
5 10
Pembahasan

R = V / I = 2 volt / 4 Ampere = 1/2 Ω


R = V / I = 4 volt / 8 Ampere = 1/2 Ω
R = V / I = 3 volt / 6 Ampere = 1/2 Ω
R = V / I = 5 volt / 10 Ampere = 1/2 Ω

"$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Kuat arus di dalam sepotong kawat penghantar ialah 4 A. Apabila


beda potensial pada kedua ujungnya 12 Volt, berapa hambatan ?

Pembahasan
R = V / I = 12 volt / 4 Ampere = 3 Ω

2.6. Soal-soal Latihan


1.! Hitunglah Arus i, dan konduktansi G serta daya p dari
rangkaian berikut ini:

i = 6 mA , G = 0.2 ms dan p = 180 mW.

2.! Untuk rangkaian di bawah ini, tentukanlah tegangan,


konduktansi dan daya.

20 V, 100µS, 40 mW

3.! Misalkan bahwa R=1200Ω untuk resistor yang ditunjukkan


pada gambar berikut ini. Carilah daya yang diserap oleh R
pada t = 0,1 detik jika
(a) I = 20e-12t mA; (b) v = 40 cos 20t V; (c) vi = 8t1,5 VA.
! "###$###%

&

(a)! 43,54 mW; (b) 230,9 mW; (c) 253,0 mW.

"%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

4.! Resistansi dari sebuah konduktor yang memiliki panjanr l dan


luas penampang melintang seragam A diberikan oleh R =
l/σA. Dimana σ adalah konduktivitas listrik. Jika σ =5,8 x 107
S/m untuk tembaga, maka (a) berapakah resistansi dari kawat
tembaga #18 (diameter = 1,024 mm) dengan lanjang 50 kaki?
Jika sebuah papan rangkaian memiliki pita penghantar foil
tembaga setebal 33 µm dan lebar 0,5 mm yang dapat
membawa arus sebesar 3 A dengan aman pada suhu 50oC. (b)
carilah resistansi dari pita penghatar yang panjangnya 15 cm
ini, serta (c) carilah daya.

(a)! 319,1 mΩ; (b) 156,7 mΩ ; (c) 1,411 W.

5.! Pada rangkaian berikut ini, tegangan v̟ muncul pada resistor


r̟. Hitunglah vout jika vs = 0,01 cos 1000t V.

5Ω
"# "#
r!
vs !! 103 vR )#*Ω $%&'
(# (#

vout = -0,01 cos 1000t V

6.! Sebuah kawat sepanjang 10 m beresistansi 0,2 Ω di aliri arus 5


A (a) berapakah beda potensial pada kawat? (b) berapakah
besarnya medan listrik dalam kawat?

(a)!1 V; (b) 0,1 V/m

7.! Pada temperatur berapakah resistansi sebuah kawat tembaga


akan 10% lebih besar dari pada resistansinya pada suhu 20oC?

45,6oC

"&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

8.! Carilah I pada masing masing rangkaian dalam gambar 3


berikut ini.
$"% &"%

!"# &"# !"# $%


'( !"#

(a) (b)
!"Ω '"Ω

#$

%"& !"Ω '"Ω

(c)

(a)!ix = 3 A; (b) Ix = -3 A; (c) ix = 0

9.! Carilah ix dan iy pada rangkaian gambar berikut.


ix =1 A; iy = 5 A

"!"$

!"Ω

#"$ iy

#"Ω

ix

10.! Sebuah baterai dengan ggl 6V dan resistansi internal 0,3Ω


dihubungkan ke resistansi volmeter R. tentukan arus dan daya
yang dikirim oleh baterai ketika R (a) 5Ω dan (b) 10Ω.

"'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

(a)!I = 1,13 A, P = 6, 79 W; (b) I = 0,583 A, P =3,50 W.

11.! Tentukan v dalam rangkaian berikut.

5Ω
&#
18 V $%#Ω !"#Ω
'
(#
%"#Ω

v = 8V.

12.! Tentukan tegangan v dan arus i

i = 2 mA; v = 120 V

,
+ ()"#Ω

!"#Ω V $%"&'
)"#Ω (*"#Ω
_

13.! Berdasarkan rangkaian pada gambar di bawah ini, carilah (a)


v1 dan iy jika diketahui ix = 5 A; (b) ix dan iy jika diketahui v1 = 3
V.
!"#Ω
ix
$#######v1 -
iy
!"#Ω
!"#Ω
ix
!"#Ω !"#Ω

(a) v1 = 25 Vdan iy = 2,5 A; (b) ix = 600 mA dan iy = 300 mA

"(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

14.! Tentukan arus I dalam rangkaian gambar berikut ini


!#Ω !#Ω !#Ω

$"# !("Ω
%#$

) &
!"# %&'"# !"#$ %#$

!("Ω
!#Ω

'$

(a) (b)

(a)! 125 mA; (b) -1A

15.! (a) Gunakanlah hukum Kirchhoff dan Ohm dalam prosedur


langkah demi langkah untuk mengevaluasi semua arus dan
tegangan pada rangkaian berikut. (b) hitunglah daya yang
diserap oleh kelima elemen rangkaian, dan tunjukkanlah
bahwa jumlahnya sama dengan nol.
i'
"###+
i* i! i( i)
5i! "#
"# "# "#
60 V !*
20Ω !! !* !(
5Ω $%
&# &# ( &# &#

(a)!v1 = v2 = 60 V, i2 = 3 A, v3 = 15 V, v4 = 45 V, v5 = 45 V,
i5 = 9 A, i4 = 15 A, i3 = 24 A, i1 = 27 A
(b)!P1 = -1,62 kW, P2= -180 W, P2 = 360 W, P4 = 405W, ∑Pab = 0

16.! Suatu rangkaian tertentu mengandung enam buah elemen


serta memiliki empat buah node, yang dilabeli dengan angka
1, 2, 3 dan 4. Setiap elemen rangkaian dihubungkan di antara
sepasang node yang berbeda. Tegangan v12 (referensi positif
pada node yang disebut pertama) adalah 12 V, dan v34 = -8 V.
carilah v13, v23 dan v24, jika v14 sama dengan (a) 0; (b) 6 V; (c) -6
V.

")!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

(a) v13 = 8 V, v23 = -4 V, v24 = -12 V;


(b) v13 = 14 V, v23 = 2 V, v24 = -6 V
(c) v13 = 2 V, v23 = -10 V, v24 = -18 V

17.! (a) Tentukan arus dalam masing-masing resistor, (b) tentukan


beda potensial antara titik a dan b (c) daya yang dikirim oleh
setiap baterai dari rangkaian pada gambar berikut.

!"Ω #"Ω

%&"' %&"'
$"Ω

)
(a) i4 = 2/3 A, i3 = 8/9 A, i6 = 14/9 A;
(b) vb – va = -28/3 V;
(c) 8 W disuplai oleh ggl di kiri, 32/3 W disuplai oleh ggl
di kanan

18.!Tentukan v2

!"Ω !"Ω
%
V22 &"$ #"$
#"Ω
'

v2 = 5V.

#*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Bab 3
! ANALISA RANGKAIAN DC
!

Tujuan instruksional umum


•! Mengenalkan berbagai metode analisis rangkaian DC seperti
analisis simpul, mesh dan arus cabang.

Tujuan instruksional khusus


•! Mengenalkan metode analisis rangkaian DC secara simpul.
•! Mengenalkan metode analisis rangkaian DC secara mesh.
•! Mengenalkan metode analisis rangkaian DC secara arus
cabang.
•! Membahas contoh soal dan penyelesaian rangkaian sederhana
untuk metode-metode tersebut diatas.

3.1 Pendahuluan
Dalam Bab 3 ini dibahas berbagai metode untuk menganalisa
suatu rangkaian listrik. Pada prinsipnya rangkaian DC maupun AC
dengan perlakuan tertentu dapat dianalisa dengan metode yang
sama. Adapun analisa yang dibahas adalah analisa simpul, mesh
dan arus cabang. Beberapa soal dan penyelesaiannya mengikuti
setelah penjelasan terhadap analisa-analisa tersebut.

3.2 Analisa Simpul


Titik simpul atau node atau juction adalah titik pertemuan
dari dua atau lebih elemen/komponen dalam rangkaian. Junction
atau titik simpul utama atau titik percabangan adalah titik
pertemuan dari tiga atau lebih elemen/komponen rangkaian.

#!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Untuk lebih jelasnya mengenai dua pengertian dasar diatas,


Gambar 3.1 memgilustrasikan modelnya.

Gambar 3.1. Model rangkaian dengan titik simpul.

Jumlah node = 5, yaitu : a, b, c, d, e=f=g=h


Jumlah junction = 3, yaitu : b, c, e=f=g=h

Analisis node berprinsip pada Hukum Kirchoff I/KCL


dimana jumlah arus yang masuk dan keluar dari titik percabangan
akan samadengan nol, dimana tegangan merupakan parameter
yang tidak diketahui. Atau analisis node lebih mudah jika
pencatunya semuanya adalah sumber arus. Analisis ini dapat
diterapkan pada sumber searah/DC maupun sumber bolak-
balik/AC. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada analisis
simpul, yaitu :
•! Tentukan simpul referensi sebagai ground/potensial nol.
•! Tentukan simpul tegangan, yaitu tegangan antara simpul
non-referensi dan ground.
•! Asumsikan tegangan simpul yang sedang
diperhitungkan lebih tinggi daripada tegangan simpul
manapun, sehingga arah arus keluar dari simpul tersebut
positif.
•! Jika terdapat N simpul, maka jumlah simpul voltage adalah
(N-1). Jumlah simpul voltage ini akan menentukan
banyaknya persamaan yang dihasilkan.

Pada analisis simpul sumber tak bebas perlakuannya hampir


sama seperti analisis simpul dengan sumber bebas. Yang perlu

#"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

diperhatikan adalah penentuan indeks simpul tegangan tidak


boleh sama dengan nilai indeks parameter sumber tak bebasnya.

Analisis simpul mudah dilakukan bila pencatunya berupa


sumber arus. Apabila pada rangkaian tersebut terdapat sumber
tegangan, maka sumber tegangan tersebut diperlakukan sebagai
supersimpul, yaitu dengan menganggap sumber tegangan tersebut
dianggap sebagai satu simpul.

3.3 Analisa Mesh


Analisa mesh adalah arus yang dimisalkan mengalir dalam
suatu lintasan tertutup (loop). Arus loop sebenarnya tidak dapat
diukur (arus permisalan). Berbeda dengan analisis simpul,
analisis ini berprinsip pada hukum Kirchoff II/KVL. Analisis ini
dapat diterapkan pada rangkaian DC maupun AC. Hal-hal yang
perlu diperhatikan :
•! Pada setiap loop, nuatlah arus asumsi yang melingkari
loop. tidak ada ketentuan cara pengambilan arus loop, yang
penting arus tersebut masih dalam satu lintasan tertutup.
Arah arus dapat searah satu sama lain ataupun
berlawanan baik searah jarum jam maupun
berlawanan dengan arah jarum jam.
•! Biasanya jumlah arus loop menunjukkan jumlah
persamaan arus yang terjadi.
•! Metoda ini mudahdihitung jika sumber pencatunya adalah
sumber tegangan.
•! Jumlah persamaan = Jumlah cabang – Jumlah junction + 1.

3.4 Analisa Arus Cabang


Metode analisa arus cabang adalah arus yang benar-benar
ada (dapat diukur) yang mengalir pada suatu cabang. Cabang
dapat didefinisikan sebagai :
•! Mempunyai satu elemen rangkaian
•! Bagian rangkaian dengan dua terminal dengan arus yang
sama

##!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

• Jumlah persamaan = Jumlah arus cabang yang ada


Pada Gambar 3.2, arus cabang terlihat saat meninggalkan R1,
terbagi menuju R2 dan R3. Dari gambar diperoleh,

Σ persamaan = Σ arus cabang = 3


arus cabang i1 dan i2 arus cabang i3 arus cabang i2

ΣV = 0 i3 = I Σi = 0
i1 R1 + i2 R2 − V = 0 i1 + i3 = i2

Gambar 3.2. Arah aliran arus cabang.

3.5 Soal dan Penyelesaian


Hitung arus melalui masing-masing resistor pada rangkaian
DC Gambar 3.3 dengan menggunakan analisis simpul.

FIGURE 1.11 Circuit to be analyzed by nodal


Gambar 3.3 Rangkaian DC untuk Gambar
FIGURE 3.4 Penyederhanaan
1.12 Labeling the circuit of
analisa simpul rangkaian Gambar 3.3 setelah
analisa simpul.

Langkah-langkah perhitungan
1.! Penamaan komponen/elemen dalam rangkaian

#$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Beri label semua simpul (Gambar 3.3). Salah satu simpul (simpul
A) dipilih sebagai referensi. rangkaian diasumsikan meiliki
pentanahan, yang berada pada tegangan nol atau potensial tanah.
simpul B dan D sudah diketahui berpotensi menjadi sumber
tegangan. Tegangan pada simpul C (VC) tidak diketahui.
Asumsikan bahwa VC >VB dan VC >VD. Gambarlah ketiga arus I1,
I2, dan I3 dari simpul C, yaitu menuju simpul referensi.

2.! Aplikasikan KCL pada simpul C.


I1 + I2 + I3 = 0.

3.! Hitung arus dengan mengacu pada tegangan rangkaian


dengan menggunakan Hukum Ohm.
Lihat Gambar 3.4. I1 = V1/R1 = (VC - 8)/2, I2 = V2/R2 = (VC - 24)/1,
dan I3 = V3/R3 = VC/4.

4.! Subsitusikan dalam KCL persamaan pada langkah 2.


Dengan mensubstitusikan persamaan yang diperoleh pada
langkah 3 ke KCL pada langkah 2, kita dapati
I1 + I2 + I3 = 0 atau (VC - 8)/2 + (VC - 24)/1 = VC/4 = 0. Karena satu-
satunya yang tidak diketahui adalah VC, persamaan sederhana ini
dapat dipecahkan untuk mendapatkan VC = 16V.

5. Hitung semua arus.


I1 = (VC - 8)/2 = (16 - 8)/2 = 4A dan I2 = (VC - 24)/1 = (16 - 24)/1 = -
8A. Tanda negatif menunjukkan bahwa I2 mengalir ke simpul C
dan bukan jauh dari simpul C. I3 = VC/4 = 16/4 = 4A.

Hitung arus melalui masing-masing resistor pada rangkaian DC


Gambar 3.5 dengan menggunakan analisis mesh.

Langkah-langkah perhitungan
1.! Hitung arus mesh
Istilah mesh digunakan karena kesamaan penampilan antara loop
jaringan jala-jala. Jala-jala adalah jalur tertutup tanpa jalur tertutup
lainnya di dalamnya. Sebuah loop juga merupakan jalur tertutup,
namun sebuah loop mungkin memiliki jalur tertutup lainnya di

#%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

dalamnya. Misalnya, loop yang dibuat oleh jalur tertutup BCDAB


(Gambar 3.5) bukan mesh karena mengandung dua jalur tertutup:
BCAB dan CDAC.
Arus loop I1 dan I2 bergerak searah jarum jam (Gambar 3.6). Arus
loop arus mesh adalah arus fiktif yang memungkinkan kita
memperoleh arus cabang aktual dengan lebih mudah. Jumlah arus
loop yang dibutuhkan selalu sama dengan jumlah jaringan untuk
memastikan bahwa persamaan yang dihasilkan semuanya
independen. Arus loop dapat ditarik ke segala arah, namun
alirannya yang searah jarum jam ke arah semuanya
menyederhanakan proses penulisan persamaan.

2.! Tentukan polaritas dalam setiap loop


Identifikasi polaritas untuk menentukan arah arus loop yang
diasumsikan. Polaritas di R3 berlawanan untuk setiap arus loop.
Polaritas E1 dan E2 tidak terpengaruh oleh arah arus loop yang
melewatinya.

Circuit to be analyzed using


Gambar
FIGURE 3.5 Rangkaian
1.9 Circuit DC
to be analyzed using Gambar 3.6 Penyederhanaan
untuk analisa Mesh rangkaian Gambar 3.5 setelah analisa
Mesh.

3.! Terapkan KVL pada masing-masing Mesh


Terapkan KVL pada masing-masing jala ke segala arah. Akan lebih
mudah bila mengikuti arah yang sama pada saat bersamaan:
mesh I: +8 -2I1 - 4(I1 - I2) = 0; mesh II: 24 - 4(I2 - I1) - I2 = 0.

4.! Selesaikan persamaan


Memecahkan dua persamaan yang sama menghasilkan: I1 = -4A
dan I2 = -8A. Tanda (-) menunjukkan bahwa kedua arus loop
mengalir ke arah yang berlawanan dengan yang diasumsikan;
Artinya, keduanya mengalir berlawanan arah jarum jam. Loop
current I1 adalah 4A ke arah CBAC. Loop current I2 adalah 8A ke

#&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

arah ADCA. Arah sebenarnya dari arus loop I2 melalui resistor R3


adalah dari C ke A. Arah sebenarnya dari arus loop I1 melalui
resistor R3 adalah dari A sampai C. Oleh karena itu, arus melalui R3
sama dengan (I2 - I1) atau 8 - 4 = 4A ke arah CA.

Hitung arus melalui masing-masing resistor pada rangkaian DC


dua sumber Gambar 3.7 dengan menggunakan metode arus
cabang.

Langkah-langkah perhitungan
1. Penamaan komponen/elemen dalam rangkaian
Beri label semua simpul (Gambar 3.8). Ada empat simpul dalam
rangkaian ini, yang ditunjukkan oleh huruf A, B, C, dan D. Gambar
3.8 berisi tiga cabang, yang masing-masing merupakan jalur dalam
jaringan. Cabang ABC terdiri dari sumber tegangan E1 dan R1
secara seri, cabang ADC terdiri dari sumber tegangan E2 dan R2
secara seri, dan cabang CA hanya terdiri dari R3. Tetapkan arus
yang berbeda arah ke setiap cabang jaringan (I1, I2, I3). Tunjukkan
polaritas masing-masing resistor seperti yang ditentukan oleh arah
yang diasumsikan. Polaritas terminal catu daya tetap dan karena
itu tidak tergantung pada arah arus yang diasumsikan.

FIGURE 1.7 Circuit to be analyzed by

Gambar 3.7 Rangkaian DC Gambar 3.8. Penyederhanaan rangkaian


untuk analisa arus cabang Gambar 3.7 setelah analisa arus cabang.

2. Terapkan KVL dan KCL pada rangkaian


Lingkaran tertutup adalah sambungan cabang yang terus menerus
yang memungkinkan kita menelusuri jalur yang meninggalkan
satu titik dalam satu arah dan kembali ke titik awal yang sama dari
arah lain tanpa meninggalkan jaringan.

#'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Menerapkan KVL ke jumlah minimum simpul yang akan


mencakup semua cabang cabang:

loop1 (ABCA): 8 - 2I1 - 4I3 = 0;


loop2 (ADCA): 24 - I2 - 4I3 = 0.
KCL pada simpul C: I1 + I2 = I3.

3. Selesaikan persamaan pada langkah 2.


Tiga persamaan diatas dapat diatasi dengan metode eliminasi atau
dengan menggunakan determinan orde ketiga, menghasilkan: I1 = -
4A, I2 = 8A, dan I3 = 4A. Tanda negatif untuk I1 menunjukkan
bahwa arus aktual mengalir ke arah yang berlawanan dengan yang
diasumsikan.

3.6 Soal-soal Latihan


1.! Tentukan arus mesh i1 dan i2 dalam rangkaian berikut ini:

i1 = 6A dan i2 = 4A.

2.! Carilah arus I1 dan I2 untuk jaringan yang ditunjukkan pada


Gambar di bawah ini:

I1 = -6A I2 = 9A.

#(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

3.! Gunakan metode analisis arus cabang untuk menentukan


setiap arus cabang pada rangkaian berikut.

IR1 = 138 mA IR2 = 160 mA IR3 = 21.8 mA.

4.! Carilah nilai arus untuk tiap cabang pada rangkaian berikut:

I1 = 2A I2 = 1A I3 = 1A.

5.! Dari rangkaian pada gambar berikut, tentukan arus cabang, I1,
I2, I3 menggunakan mesh analisis.

I1 = i1 = 1A , I2= i2 = 1A , I3= i1- i2 = 0.

#)!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

6.! Tentukan arus mesh i1 dan i2 pada rangkaian berikut:

i1 = 23A i2 = 0A.

7.! Gunakan analisa mesh untuk menentukan i1, i2,dan i3.

i1 = 3.474A, i2 = 0.4737A, i3 = 1.1052A.

8.! Tentukan nilai i dengan analisis node.

i = 1A.

$*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

9.! Tentukan nilai tegangan v dengan analisis node.

v = 64V.

10.! Tentukan nilai arus i dengan analisis node.

i = 1A.

11.! Tentukan nilai arus i pada rangkaian berikut ini:

!" !
iT = = A.
#$ "

$!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Bab 4
! TEOREMA RANGKAIAN
!
!
!

Tujuan instruksional umum


Mengenalkan teorema-teorema yang berlaku dalam rangkaian
listrik seperti teorema superposisi, subsitusi, Thevenin dan Norton.

Tujuan instruksional khusus


•! Mengenalkan teorema superposisi dalam rangkaian DC
sederhana dengan kombinasi komponen/elemen secara seri
dan paralel.
•! Mengenalkan teorema subsitusi dalam rangkaian DC
sederhana dengan kombinasi komponen/elemen secara seri
dan paralel.
•! Mengenalkan teorema Thevenin dalam rangkaian DC
sederhana dengan kombinasi komponen/elemen secara seri
dan paralel.
•! Mengenalkan teorema Norton dalam rangkaian DC sederhana
dengan kombinasi komponen/elemen secara seri dan paralel.

4.1 Pendahuluan
Dalam bab ini dibahas beberapa teorema yang sering
digunakan saat menganalisa rangkaian listrik. Beberapa kondisi
rangkaian seperti memiliki dua sumber tegangan, memiliki dua
sumber, tegangan dan arus, dan sebagainya mengharuskan kita
untuk menerapkan teorema-teorema seperti superposisi, subsitusi,
Thevenin dan juga Norton ke dalam rangkaian tersebut. Penjelasan
singkat masing-masing teorema dan contoh soal beserta langkah-
langkah penyelesaiannya tersaji dalam bab ini secara berurutan.

$"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

4.2 Teorema Superposisi


Teorema ini hanya berlaku untuk rangkaian yang bersifat
linier, rangkaian linier adalah suatu rangkaian dimana persamaan
yang muncul akan terpenuhi jika y = kx, dimana k merupakan
konstanta dan x adalah variabel. Dalam setiap rangkaian linier
dengan beberapa buah sumber tegangan atau sumber arus dapat
dihitung dengan cara menjumlah secara aljabar tegangan atau arus
yang disebabkan oleh tiap sumber bebas yang bekerja sendiri,
dengan semua sumber tegangan bebas atau arus bebas lainnya
yang diganti dengan tahanan dalamnya.
Pengertian dari teorema di atas bahwa jika terdapat n buah
sumber bebas, maka dengan teorema superposisi berarti sama
dengan n buah keadaan rangkaian yang akan dianalisis, dimana
nantinya n buah keadaan tersebut akan dijumlahkan. Jika terdapat
beberapa buah sumber tak bebas, maka tetap saja teorema
superposisi menghitung n buah sumber yang bebasnya.
Rangkaian linier tentu tidak terlepas dari gabungan rangkaian yang
mempunyai sumber independent atau sumber bebas, sumber tak
bebas linier (sumber tak bebas arus atau tegangan sebanding
dengan pangkat satu dari tegangan atau arus lain, atau sebanding
dengan jumlah pangkat satu besaran-besaran tersebut) dan elemen
resistor (R), induktor (L), dan kapasitor (C).
Secara umum prinsip superposisi untuk rangkaian listrik
dapat dinyatakan dalam suatu rangkaian listrik yang mengandung
lebih dari satu sumber (tegangan atau arus), tanggapannya dapat
diperoleh dengan menjumlahkan semua tanggapan yang diperoleh
dari masing-masing sumber secara tersendiri dengan membuat
semua sumber lainnya sama dengan nol-hubungan singkat untuk
sumber tegangan dan hubungan terbuka untuk sumber arus.
Untuk penerapan teorema superposisi pada sumber bebas, jika
terdapat n buah sumber bebas maka terdapat n buah keadaan yang
dihasilkan pada saat masing-masing sumber bebas tersebut aktif.
Jika terdapat n buah sumber tak bebas, maka penjumlahan aljabar
sumber yang aktif adalah sejumlah sumber bebasnya. Atau jika
terdapat n buah sumber bebas dan terdapat minimal satu buah
sumber tak bebas, maka teorema superposisinya dengan
menjumlahkan keadaan masing-masing sumbernya bebasnya.

$#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

4.3 Teorema Subsitusi


Pada teorema ini berlaku bahwa: Suatu komponen atau
elemen pasif yang dilalui oleh sebuah arus yang mengalir (sebesar
i) maka pada komponen pasif tersebut dapat digantikan dengan
sumber tegangan Vs yang mempunyai nilai yang sama saat arus
tersebut melalui komponen pasif tersebut. Jika pada komponen
pasifnya adalah sebuah resistor sebesar R, maka sumber tegangan
penggantinya bernilai Vs = i.R dengan tahanan dalam dari sumber
tegangan tersebut sama dengan nol. Gambar 4.1 mengilustrasikan
penerapan teorema subsitusi dalam rangkaian.

Gambar 4.1. Ilustrasi teorema subsitusi.

4.4 Teorema Thevenin


Pada teorema ini berlaku bahwa Suatu rangkaian listrik
dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber tegangan yang dihubungserikan dengan sebuah tahanan
ekivelennya pada dua terminal yang diamati.

#
!" ' !()
$%&

Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk


menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu membuat rangkaian
pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan seri
dengan suatu resistansi ekivalennya.

$$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

RTH
+ +
a a
Jaringan RTH
VTH
Jaringan
VTH
Linear Esternal
- -
b b

!"#$"%&'"()*"+"(&,*+-"./(&01/-/(+(&
Gambar 4.2. Equivalensi rangkaian dengan menerapkan t
eorema thevenin.

Analisa rangkaian thevenin ditunjukan melalui gambar berikut ini:

R1 RTH
a a

R2
Vin VTh

b b
Gambar 4.3. Analisa rangkaian Thevenin.

Dari Gambar 4.3 dapat ditentukan resistansi Thevenin (Rth) sebagai


berukut:

R1 R2 R2
RTh VTh x Vin
R1 ! R2 R1 ! R2

Menentukan resistansi pengganti (Rth)


•! Cara memperoleh resistansi pengganti (Rth) adalah dengan
mematikan atau menonaktifkan semua sumber bebas pada
rangkaian linier A untuk sumber tegangan tahanan
dalamnya sama dengan 0 atau rangkaian hubung singkat
(short circuit) dan untuk sumber arus tahanan dalamnya
sama dengan ∞ atau rangkaian terbuka (open circuit).
•! Jika pada rangkaian tersebut terdapat sumber dependent
atau sumber tak bebasnya, maka untuk memperoleh
resistansi penggantinya, terlebih dahulu kita mencari arus
hubung singkat (isc), sehingga nilai resistansi penggantinya
(Rth) didapatkan dari nilai tegangan pada kedua terminal

$%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

tersebut yang dirangkaian terbukakan dibagi dengan arus


pada kedua terminal tersebut yang dihubungsingkatkan.

Langkah-langkah penyederhanaan rangkaian dengan teorema


Thevenin:
•! Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter
yang ditanyakan.
•! Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, open circuit-
kan pada terminal a-b kemudian hitung nilai tegangan
dititik a-b tersebut (Vab = Vth).
•! Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka
tentukan nilai tahanan diukur pada titik a-b tersebut saat
semua sumber di non aktifkan dengan cara diganti dengan
tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas diganti
rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas
diganti dengan rangkaian open circuit) (Rab = Rth).
•! Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai
tahanan pengganti Theveninnya didapatkan dengan cara:

%"#
!"# $
&'(

•! Untuk mencari Isc pada terminal titik a-b tersebut


dihubungsingkatkan dan dicari arus yang mengalir pada
titik tersebut (Iab = Isc).
•! Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya,
kemudian pasangkan kembali komponen yang tadi dilepas
dan hitung parameter yang ditanyakan.

4.5 Teorema Norton


Pada teorema ini berlaku bahwa: Suatu rangkaian listrik
dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber arus yang dihubungkan secara paralel dengan sebuah
tahanan ekivelennya pada dua terminal yang diamati.

$&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Tujuan untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu dengan


membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber arus yang
diparalel dengan suatu tahanan ekivalennya.

#
!" & !'(
$%

+ a
a
Jaringan
Jaringan IN RN
Eksternal
Linear
-
! b
b

Gambar 4.4. Equivalensi rangkaian dengan menerapkan


teorema Norton.

Dari rangkaian Gambar 4.4 dapat ditentukan resistansi Norton


sebagai berikut:
R1 R2 V
RN IN
R1 ! R2 R N

Langkah-langkah penyederhanaan rangkaian dengan teorema


Norton:
•! Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter
yang ditanyakan.
•! Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, short circuit
kan pada terminal a-b kemudian hitung nilai arus dititik a-b
tersebut (Iab = Isc = IN).
•! Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka
tentukan nilai tahanan diukur pada titik a-b tersebut saat
semua sumber di non aktifkan dengan cara diganti dengan
tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas diganti
rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas
diganti dengan rangkaian open circuit) (Rab = RN = Rth).
•! Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai
tahanan pengganti Nortonnya didapatkan dengan cara :

$'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

$%&
!" #
'"

•! Untuk mencari Voc pada terminal titik a-b tersebut dibuka


dan dicari tegangan pada titik tersebut (Vab = Voc).
•! Gambarkan kembali rangkaian pengganti Nortonnya,
kemudian pasangkan kembali komponen yang tadi dilepas
dan hitung parameter yang ditanyakan.

4.6 Teorema Transformasi Sumber


Sumber tegangan yang dihubungserikan dengan resistansi
dapat diganti dengan sumber arus yang dihubungparalelkan
dengan resistansi yang sama atau sebaliknya. Teorema ini berguna
untuk menyederhanakan rangkaian dengan multi sumber
tegangan atau multi sumber arus menjadi satu sumber pengganti
(Teorema Millman). Gambar 4.5 mengilustrasikan rangkaian
equivalensi dengan teorema transformasi sumber ini.

Gambar 4.5. Equivalensi rangkaian dengan menerapkan teorema


transformasi sumber.

Langkah-langkah analisa rangkaian dengan teorema transformasi


sumber adalah sebagai berikut:
•! Ubah semua sumber tegangan ke sumber arus.
•! Jumlahkan semua sumber arus paralel dan tahanan paralel.

$(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

V1 V2 V3
it ! !
R1 R2 R3
1 1 1 1
! !
Rt R1 R2 R3

•! Konversikan hasil akhir sumber arus ke sumber tegangan.

Vek it .Rt
Rek Rt

Gambar 4.6 mengilustrasikan langkah-langkah analisa rangkaian


dengan teorema ini.
!"#$%&'()#%&)("'*%+',#-,#-%.'%&)("'*%#*)&
%
%
%
/)(0#$.#-%&'()#%&)("'*%#*)&%1#*#0'0%2#-%+#$#-#-
!"#$%&'()*#+,*'(-+*),(&+'./0%&+*&.'+)%+'./0%&+1%2*#2*#
(a)
!
!
!
!
(b) (c)
Gambar 4.6. Analisa rangkaian dengan teorema
transformasi sumber

4.7 Soal dan Penyelesaian


Hitung nilai arus melalui resistor R3 pada rangkaian DC Gambar
4.7(a) dengan menggunakan teorema superposisi.

Langkah-langkah perhitungan
1. Pertimbangkan EA (Gambar 4.7(b))
Karena EB tidak memiliki resistansi internal, sumber EB digantikan
oleh hubung singkat. (Sumber arus, jika ada, diganti dengan sirkuit

$)!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

terbuka). Oleh karena itu, RTA = 100 + (100 || 100) = 150Ω dan ITA =
EA/RTA = 30/150 = 200mA. Dari aturan pembagi arus, I3A =
200mA/2 = 100 mA.
2. Pertimbangkan EB (Gambar 4.7(c))
Karena EA tidak memiliki resistansi internal, sumber EA
dihubungsingkatkan. Oleh karena itu,
RTB = 100 + (100 || 100) = 150Ω dan ITB = EB/RTB = 15/150 = 100
mA. Dari aturan pembagi arus, I3B = 100 mA/2 = 50mA.

(c)
Gambar 4.7. Penerapan teorema superposisi: (a) arus dalam R3 yang akan
ditentukan; (b) efek EA saja; dan (c) efek EB saja.

3. Hitung nilai I3
Jumlah aljabar dari arus komponen I3A dan I3B digunakan untuk
memperoleh kebalikan dan arah sebenarnya dari I3:
I3 = I3A - I3B = 100 - 50 = 50mA (ke arah I3A).

Hitung nilai arus IL melalui resistor RL pada rangkaina DC Gambar


4.8(a) dengan menggunakan teorema Thevenin.

Langkah-langkah perhitungan
1. Hitung tegangan Thevenin (Gambar 4.8(b))
%*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Bila rangkaian ekuivalen Thevenin ditentukan untuk jaringan,


prosesnya dikenal sebagai "thevenizing". Resistor beban dilepas
seperti ditunjukkan pada Gambar 48(b). Tegangan terminal sirkuit
terbuka dari nilai ini adalah ETh. Karena tidak ada arus yang bisa
mengalir melalui R3, tegangan ETh (VAB) sama dengan tegangan
resistor R2. Gunakan aturan pembagi tegangan untuk menemukan
ETh:
ETh = (100V) X [100/ (100 + 100)] = 50V.

Gambar
FIGURE 4.8. Penerapan
1.14 Application
Application teorema
of Thevenin’s
of Thevenin’s Thevenin:
theorem:
theorem:( (a) current(a)
I Ito
L ditentukan;
be determined;(b)
(b) calculating
menghitung ETh; (c) menghitung RTh; dan (d) rangkaian ekuivalensi
Thevenin yang dihasilkan.

2. Hitung resistensi Thevenin (Gambar 48(c))


Rangkaian dengan sumber emf dihubungsingkatkan. (Jika sumber
arus ada, digantikan oleh sirkuit terbuka). Nilai ini adalahRTh.
RTh = 50 + (100) || (100) = 100Ω.

3. Gambarkan rangkaian equivalensi Thevenin (Gambar 48(d))


Rangkaian ekuivalen Thevenin terdiri dari kombinasi seri ETh dan
RTh. Resistor beban RL dihubungkan melintasi terminal keluaran
rangkaian ekuivalen ini.
RT = RTh + RL = 100 + 50 = 150Ω, dan IL = ETh/RT = 50/150 = 1/3A.

%!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Hitung nilai IL saat ini melalui resistor RL pada rangkaian dc


Gambar 4.9(a) dengan menggunakan teorema Norton.

Gambar 4.9. Penerapan teorema Norton: (a) IL yang akan ditentukan; (b)
menghitung RN; (c) menghitung IN; dan (d) rangkaian ekuivalensi Norton
yang dihasilkan.

Langkah-langkah perhitungan
1. Hitung resistor paralel Norton, RN (Gambar 4.9(b))
Resistor beban dihilangkan (Gambar 4.9(b)). Semua sumber diatur
ke nol (sumber arus digantikan oleh sirkuit terbuka, dan sumber
tegangan digantikan oleh hubung singkat). RN = 50 + (100 ||100) =
100Ω. Perbandingan Gambar 4.8(c) dan 4.9(b) menunjukkan bahwa
RN = RTh.

2. Hitunglah sumber arus Norton, IN (Gambar 4.9(c))


IN adalah arus hubung singkat antara terminal A dan B.
RT = 100 + (100 + 50) = 133 1/3Ω dan IT = E/RT = (100/1331/3) =
3/4A. Dari aturan pembagi arus: IN = (3 / 4 A).(100) /(100 50) =
0,5A.

%"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

4.8 Soal-soal Latihan


1.! Berapakah arus i dengan teorema superposisi ?

i = i1 + i2 = 1 – 0.5 = 0.5A.

2.! Tentukan nilai i dengan superposisi !

i = i1+i2 = 6-3 = 3A.

3.! Gunakan teorema superposisi untuk menghitung v dalam


rangkaian berikut:

v = 10V.

4.! Dengan menggunakan Teorema Thevenin Tentukan nilai arus


i pada rangkaian berikut!

%#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

i = 19/8A.

5.! Tentukan rangkaian pengganti Thevenin dari rangkaian pada


gambar berikut, dan tentukan arus melalui RL= 6Ω.

VTh = 30 V, untuk RL = 6! makan IL = 3A.

6.! Dengan teorema Thevenin tentukan rangkaian pengganti


bagian kiri terminal pada rangaian berikut, kemudian hitung i.

VTh = 6V, RTh = 3! , i = 1.5A.

%$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

7.! Tentukan Rangkaian pengganti Norton.

IN = 1A.

8.! Tentukan rangkaian pengganti norton dari rangkaian beriukut


ini:

RN = 3! , IN= 4.5A.

%%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Bab 5
! ANALISA RANGKAIAN AC
!

Tujuan instruksional umum


•! Mengenalkan nilai rms dan bentuk gelombang pada rangkaian
AC
•! Mengenalkan bilangan kompleks dan operasi bilangan
kompleks
•! Mengenalkan impedansi dan admitansi

Tujuan instruksional khusus


•! Mengenalkan pengukuran rms pada rangkaian AC dan
bentuk gelombang yang dihasilkan serta analisanya.
•! Mengenalkan bilangan kompleks dan operasi bilangan
kompleks pada rangkaian AC.
•! Mengenalkan impedansi dan admitansi dalam rangkaian AC.
•! Memberikan contoh soal dan penyelesaian rangkaian AC
sederhana untuk pembahasan tersebut diatas.

5.1 Pendahuluan
Bab ini membahas tentang arus bolak-balik/AC dalam
rangkaian listrik beserta analisanya. Analisa rangkaian AC ini
meliputi sinyal yang dihasilkan seperti sinyal periodik, dan bentuk
gelombang yang muncul saat pengukuran rms dilakukan. Selain
itu bab ini juga membahas bilangan kompleks dan operasi bilangan
kompleks, serta impedansi dan admitansi dalam rangkaian.

5.2 Pengukuran rms


Arus AC yang muncul dalam suatu rangkaian yang diberi
sumber tegangan AC dapat berupa sinyal periodik maupun sinyal

%&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

tak periodik. Sinyal periodik adalah suatu sinyal yang bersifat


berulang untuk selang waktu tertentu yang sama (perioda) yang
biasanya dinyatakan dalam fungsi sinusoidal. Contoh sinyal AC
diberikan pada Gambar 5.1, termasuk dibandingkan dengan sinyal
DC.

!" #" #"


!
Gambar 5.1. Perbandingan sinyal AC dan DC.

Tegangan AC dinyatakan sebagai v(t) = Vo cosωt


diumpankan pada suatu komponen elektronik arusnya
kemungkinan berbeda fasa dengan tegangan supply, dinyatakan
sebagai i(t) = Io cos(ωt +φ), seperti ditunjukkan pada Gambar 5.2
berikut ini.

!
Gambar 5.2. Beda fasa dalam satu perioda.

Fasa (beda fasa) menunjukkan perbedaan dalam satu perioda, yang


dinyatakan sebagai: φ = 2̟t/T. Secara umum sinyal listrik
merupakan gabungan dari sinyal DC dan sinyal AC, yaitu v(t)

%'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

=VDC +VAC (t). Andaikan sinyal tegangan yang dikehendaki


adalah sinyal tegangan DC (misalnya sumber tegangan DC),
akibatnya komponen AC dari sinyal gabungan itu tidak
dikehendaki dan sinyal AC ini dikenal sebagai tegangan ripple.
Sebaliknya jika yang dikehendaki adalah sinyal AC dan ternyata
masih ada sinyal DC-nya maka sinyal DC ini dikenal sebagai
tegangan offset.
Tegangan ripple adalah tegangan AC yang terdapat dalam
tegangan DC, untuk mengukurnya dilakukan dengan
menggunakan osiloskop, dengan men-set kopling AC pada
osiloskop sehingga kapasitor yang terdapat pada terminal input
dipakai untuk mem-bypass tegangan AC dan menahan tegangan
DC.

Nilai rata-rata dari suatu sinyal listrik dinyatakan sebagai:


!&)$&% .$0$(.$0$% "$.&% /1$01% /&+3$)% )&/0.&(% "&+3$0$($+% /# $$$&2%
4!
" " 5# 6$# 7% 1+01(% /&+3$)% -#.&,"&(%
!3
! !
4 4 :
untuk sinyal periodik V(t)=Vo cosωt diperoleh

! !
" " # #
$ $" !,/ #%# $" !,/ %# !'
!! !! !

Sedangkan tegangan dan arus RMS dari sinyal sinusoida


dinyatakan sebagai:

%!
%"#$ &! %!! !,/ ! ' %
!
(!
( "#$ )! ( !! !,/ ! ' %
!

Bentuk umum dari daya RMS adalah:


"
%!"# &' ($! !,/ ! ) ($ * $ !,/ &
!

%(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

!
Untuk sinyal lainnya tidak lagi sama dengan # Amplitudonya ,
"
misalnya untuk sinyal kotak (dengan duty cycle 50%) nilai

!
RMS = # Amplitudonya.
"

Jika sumber tegangan AC diberikan ke hambatan secara seri, maka


beda fasa antara tegangan dan arus adalah φ = 0 atau cosφ = 1 ,
sehingga daya RMS yang diberikan pada hambatan R adalah:
!"#$ % &' ( )' % &"#$ ( )"#$

5.3 Bentuk Gelombang


Bentuk gelombang dapat didefinisikan sebagai persamaan
atau grafik yang menggambarkan karakteristik sinyal sebagai
fungsi dari waktu. Dalam rangkaian AC, bentuk gelombang yang
terbentuk dapat berupa gelombang step, gelombang sinusoidal,
gelombang eksponensial, gelombang kotak, gelombang gigi
gergaji, gelombang segitiga dan sebagainya. Tabel 5.1 merunut
bentuk gelombang dan persamaan yang muncul berdasarkan
fungsi waktu.

5.4 Fasor
Fasor adalah bilangan kompleks yang merepresentasikan
besaran atau magnitude dan phasa gelombang sinusoidal.
Rangkaian AC yang dapat dijelaskan dengan menggunakan fasor
disebut berada dalam kawasan frekuensi (frequency domain).
Gambar 5.3 mengilustrasikan diagram fasor tegangan dan arus
dalam rangkaian AC dengan beda fasa antara tegangan dan arus
adalah sebesar Φ.

%)!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar 5.3. Diagram fasor tegangan dan arus.

Tabel 5.1. Bentuk gelombang dan tegangan yang dihasilkan.

5.5 Bilangan Kompleks dan Operasi Bilangan Kompleks


Untuk menyatakan sinyal periodik sinusoidal seringkali
dinyatakan dalam bilangan kompleks A = x + j y, dengan x dan y
adalah bilangan real dan j = √-1 (bilangan imajiner).

&*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

!!"!7!$!+!8!"!'!($03! !$!+!3*/! .!
Representasi ini dapat dinyatakan dengan bentuk polar atau
eksponensial yaitu

!"!"# "

dengan:
"#,%%,&'' (')'*4,'-'5,/01,'
!
1%, 0 '
"

Dua bilangan kompleks A dan Z dinyatakan sebagai:

$
!!"!#!$!$!&!"!'! !"!' !
"!"!/!$!$!0!"!+! $ !"!+ !

Kesamaan
Besaran kompleks A dan Z sama jika a = x dan b = y

Penjumlahan
!"#"$"%"!"#$#/&#$#$#!(#$#0&#
!"#*#$"#+#!"#*#/&#$#$#!(#*#0&#

Perkalian
$
!!"!"!#$! '!#(! $ '!"!$(! $# ) '
!"!$( # ) '!
*+'.(!$#%+!1#(0+-+%+(!1+&+'!5 (-.%!%++- ,#+!
!"#!"!#$!%!$!'(!#/!%!$!0(!"!#$/!+!'0(!%!$!#'/!+!$1(!

Pembagian
" # %$ " %! ##" $! " % #$" #! "
$
! " %! " %! "! !!

&!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Pangkat dan Akar

!."#"$%"&* (."#"%."&*. "#%." . "


)
!
! ! "#$%"&* ()*."#"%)*."&* *."#"%)*." *."

5.6 Impedansi dan Admitansi


Impedansi adalah perbandingan fasor tegangan V dan fasor
arus I pada suatu elemen kutub dua dengan adanya sinyal
masukan gelombang sinusoidal dalam keadaan setimbang atau
(steady state). Sedangkan Admitansi merupakan kebalikan dari
Impedansi. Impedansi dan admitansi bukan merupakan fasor.
Impedansi dapat dihubungkan seri atau paralel seperti halnya
pada resistansi. Secara matematis, pengertian impedansi dan
admitansi dapat dilihat dalam Tabel 5.2.

• !"#$%&'()***!"+*#",*$"%&'()"
" " " ""!"+*-*±*./**000Æ*-1*2$()(3&'()4*/1*2$&53&'()*
*
• 6%")3&'()*****"+*$",*#"%+',)"
* * * ****"+*7,*!"
" " " """*"+*8*±*.9*0000Æ815:'%;53&'()4*
* * * * * ********91(;($#3&'()*
"

&"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!

Tabel 5.2. Pengertian impedansi, admitansi dan konduktansi


secara matematis

5.6 Soal dan Penyelesaian


Rangkaian Gambar berikut ini diberi tegangan bolak balik
dengan amplitudo Vo dan frekuensi ω = 1/ LC . Tentukan:
a.! arus yang mengalir di hambatan dalam L, R, C, dan Vo.
b.! beda fasa antara arus dan tegangan.

"
!

#
$

!
Gambar 5.4. Rangkaian R L C dengan sumber AC.

&#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Penyelesaian
Anggap sumber ideal (tidak ada informasi hambatan
dalamnya). Impedansi rangkaian tersebut adalah:

" ! ! " #! !
$ " % " % " % !
#
"! " # " " #! " # ! !!
! #! !
$ ! ! !
" % ! ! !
#
" # ! " # !
$
! % %# ! ! ! #! !
$ ! ! !
" ! ! !
#
" # ! " # !

dengan memanfaatkan ω = 1/ LC , diperoleh impedansi adalah:

!" "! "


# $ #
" %! ! " %! ! "%

Arus total yang mengalir dalam rangkaian tersebut adalah:


#
!),*%+'+($%-(&,%%.&,($!)%0!%)(&,#(!(&%+*2%(0($( 4% $ !"! %
%
sedangkan arus yang megalir pada resistor adalah:

!
$! % "#" "
! & '!

! ( ! (
$! #
! & '! !, , ! ! &) * &+
&
, '! # , '! # ,' "
( ( $* )+% & $+ )*%
$* )+% & $+ )*% $* )+% # $+ )*% #

dengan
!" "'
!"&$%&& # $!( % ( & &&
" $! ' " $! '

&$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

dengan demikian beda fasa antara tegangan dan arus pada resistor
sebesar
+ ! "#
"%$"+"&'*)$)*")' +"& '
# "!

5.7 Soal Latihan


1.! Diketahui sebuah sinusoid 5 sin(4πt – 60o). Hitung amplituda,
phasa, frekuensi angular, perioda, dan frekuensinya.

Amplituda = 5; Phasa = –60o Frekuensi angular = 4π rad/s;


Perioda = 0.5 s; Frekuensi = 2 Hz.

2.! Cari sudut phasa antara i1 = –4 sin(377t + 25o) dan i2 = 5


cos(377t – 40o), apakah i1 mendahului atau tertinggal dari i2?

i1 mendahului i2 155o .

3.! Hitunglah bilangan kompleks berikut:


!"# [(5 # j2)( "1 # j4) " 5! 60o ]
#
$"# 10 # j5 # 3!40o
# 10 !30o
" 3 # j4
a. –15.5 + j13.67 b. 8.293 + j2.2

4.! Arus listrik AC yang mengalir dalam rangkaian berikut ini


dengan C = 0.25 µF dan R = 3 kΩ dan sumber tegangan V
seperti gambar di bawah ini adalah :
i = 0,005 cos (1000 ̟ t) (dalam satuan A)
a.! tuliskan representasi kompleks dari persamaan arus di atas.
b.! hitung tegangan jaruh pada kapasitor VC dan tegangan
jatuh pada hambatan VR.
c.! gambarkan diagram phasor (dalam 1 gambar) untuk I, VC,
VR dan V.
d.! tuliskan representasi kompleks dari V (amplitudo dan
fasanya).
e.! hitung beda fasa atara I dan VC serta I dan V.

&%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Bab 6
! ANALISA RANGKAIAN SINUSOIDAL
!
!
Tujuan instruksional umum
•! Mengenalkan respon elemen sinusoidal
•! Mengenalkan respon sinusoidal RC, RL dan LC seri
•! Mengenalkan fasor, bilangan kompleks dan admitansi

Tujuan instruksional khusus


•! Mengenalkan respon elemen R, L, C dan kombinasinya pada
rangkaian seri.
•! Mengenalkan sudut fasa, fasor, fasor sebagai bilangan
kompleks dan admitansi.
•! Memberikan contoh soal penyelesaian rangkaian sinusoidal
sederhana RC, RL dan LC seri.

6.1 Pendahuluan
Bab ini membahas rangkaian yang memiliki elemen
sinusoidal dan responnya terhadap elemen tersebut. Selain itu
dibahas juga mengenai sudut fasa, fasor dan fasor sebagai bilangan
kompleks serta admitansi. Soal tentang respon RL, RC dan LC
dalam rangkaian seri dan penyelesaiannya juga dibahas dalam bab
ini.

6.2 Respon Elemen Sinusoidal


Dalam suatu rangakaian listrik dengan kondisi ideal, arus dan
tegangan berada dalam kondisi tetap (steady state). Namun pada
kenyataannya, arus maupun tegangan tersebut mengalami
perubahan/transisi (transient), saat transisi berakhir, maka kondisi

&&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

rangkaian menjadi steady state. Saat menganalisa rangkaian dalam


kondisi transient, ada tiga perbedaan daerah waktu,
•! Sesaat sebelum dilakukan perubahan pada rangkaian (pada
kuliah ini yang dimaksud perubahan adalah posisi dari
saklar pada rangkaian) yang dilambangkan pada saat t(0-).
•! Saat terjadinya perubahan yang dilambangkan pada saat
t(0).
•! Sesaat setelah terjadinya perubahan yang dilambangkan
pada saat t(0+).
Keadaan awal sangat diperlukan agar konstanta sembarang
yang muncul dalam penyelesaian dari persamaan diferensial dapat
dihitung. Sebagaimana diketahui bahwa penyelesaian umum suatu
persamaan diferensial orde satu akan berisikan satu konstanta
sembarang dan untuk persamaan diferensial orde dua akan
berisikan dua buah konstanta sembarang sedangkan untuk orde n
persamaan diferensial akan memiliki n buah konstanta sembarang.
Komponen/elemen pasif dalam rangkaian seperti resistor,
induktor dan kapasitor juga mengalami respon tertentu saat
rangkaian dalam kondisi transient.

Komponen R
Pada resistor ideal, arus dan tegangan dihubungkan dengan
hukum Ohm V = IR, bila tegangan tegangan yang dikenakan pada
resistor (unit step) aka arus akan mempunyai bentuk yang sama
dengan tegangan yang hanya dirubah oleh faktor (1/R), maka
dapat dikatakan bahwa arus yang mengalir pada resistor akan
segera berubah dengan seketika bila tegangan pada terminal
resistor tersebut dirubah, sehingga dapat dikatakan bahwa pada
resistor :
iR(0-) ≠ iR(0) ≠ iR(0+)
Komponen L
Arus yang mengalir pada induktor tidak dapat berubah
dengan seketika, karena energi yang secara tiba-tiba diberikan pada
induktor tidak akan merubah arus yang ada sebelumnya pada
induktor tersebut, maka induktor akan bersifat sebagai rangkaian
terbuka pada saat energi yang baru dikenakan pada induktor

&'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

tersebut, dengan demikian arus iL(0-) yang mengalir akan tetap


mengalir disaat terjadinya perubahan pada terminal induktor, atau
dapat dikatakan
iL(0-) = iL(0) = iL(0+)
Komponen C
Tegangan pada kapasitor C yang memiliki kapasitansi tetap
tidak dapat berubah dengan seketika, hal ini dapat dilihat dari bila
sebuah kapasitor yang tidak bermuatan dihubungkan ke sumber
energi, maka arus akan mengalir dalam waktu sesaat sehingga
kapasitansi ekivalen dengan suatu rangkaian hubung singkat, hal
ini disebabkan tegangan dan muatan adalah berbanding lurus
dalam kapasitor [v = q/c] sehingga muatan nol sebanding dengan
tegangan nol (sifat hubung singkat). Dengan muatan awal yang
ada pada kapasitor, maka kapasitor ekivalen dengan sebuah
sumber tegangan sebesar [v0 = q0/c] dimana q0 adalah muatan
awal. Tabel 6.1 memuat sifat daripada komponen R, L dan C secara
berurutan. Sedangkan respon sinusoidal daripada komponen RLC
terhadap arus dan tegangan dalam rangkaian dapat dilihat dalam
Tabel 6.2.
Tabel 6.1. Sifat komponen RLC
Kondisi Awal Kondisi t = 0+ Kondisi t = ∞

&(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Tabel 6.2. Respon sinusoidal RLC terhadap arus dan tegangan


! " # $%& '( ! " # $%& '( ! " # $%& '( ! " # $%& '(
R $ $ !" # $" %&' () !" # $" %&' ()
!" # %&' () !" # %&' ()
" ! "
L $ $ !" # $%" &'() $* + ,-. / !" # $%" &'() $* + ,-. /
!" # &'() %*+,-. / !" # &'() %*+,-. /
%" %"
C !" # $%&" '()* %+ , -./ 0 !" # $%" &'() $* + ,-. / $ $
!" # &'() %*+,-. / !" # &'() %*+,-. /
%" %"

6.3 Sudut Fasa


Sudut fasa dapat didefinisikan sebagai perubahan tegangan
terhadap arus saat terjadi respon sinusoidal pada komponen dalam
rangkaian yang sedang mengalami kondisi transient. Untuk
komponen Resistor, saat respon sinusoidal terjadi, tegangan dan
arus yang mengalir dalam rangkaian memiliki sudut fasa yang
sama.

Sedangkan untuk komponen Induktor, terjadi perbedaan sudut


fasa, dimana arus muncul terlebih dahulu setelah itu disertai
tegangan, dengan kata lain, tegangan tertinggal daripada arus.

Untuk komponen Kapasitor adalah sebaliknya, tegangan


mendahului arus. Gambar 6.1 mengilustrasikan beda fasa tegangan
terhadap arus untuk komponen R, L dan C.

&)!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

(a) (b) (c)


Gambar 6.1. Beda fasa antara tegangan dan arus untuk (a) Resistor, (b)
Induktor dan (c) Kapasitor.

6.4 Respon Sinusoidal RC Seri


Kapasitor dihubungkan seri dengan resistor seperti pada
Gambar 6.2 berikut.
'
(
!"#$%

&

Gambar 6.2. Rangkaian RC seri dengan sumber AC.

Dengan menerapkan KVL untuk rangkaian AC, berlaku:

!,4-!%! !&%!(!)!
,
#9!%! ! !& !%!&*!
" *
!(!)!

, #%
#9!(!&*!& ! "
!0! '! !&*!(! ,
!
$
! "

'*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Apabila rangkaian RC diatas tanpa sumber tegangan AC, maka


dengan menggunakan hukum Kirchoff, Gambar 6.3(a) dapat
dinyatakan secara matematis sebagai berikut:

" "#% "#&


4'$#)#+' #! (' ' ( )''
"$ "$ "$
atau
! "!
#5#6$ # % &$ '1.64+$ 2'34#/##0$ &+(('3'04+#.$ +0+$ #&#.#*$
$ "%
! 5% 6 ! & % 4 #$ $
menghasilkan persamaan diferensial sebagai berikut:
! "#
# ! $!
& "# # & % ' $

dengan I0 = I (t-0), adalah arus permulaan, yaitu

"!
!#&#.#*!#364!#7#.*!8#+56.! # ! *!
$
untuk waktu t = ∞ arus I(t) = 0.

! " ! "

! !
(a) (b)
Gambar 6.3. Rangkaian tanpa sumber, (a) RC, (b) LC.

6.5 Respon Sinusoidal RL Seri


Perhatikan Gambar 6.3(a), dan dengan mengikuti KVL,
diperoleh : V = I R + I jωL = I (R + jω). Sehingga impedansi total
untuk RL seri adalah:

'!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

""#"$"%, '"#"" 5#0+,"- '.$/0"

6.6 Respon Sinusoidal LC Seri


Dengan mengganti kapasitor dengan induktor (Gambar
6.3(b)), dan berdasarkan KVL, VL + VC = 0, maka saat VL dan VC
kita subsitusikan, diperoleh:
!" #
$ !"
!% &

dengan menggunakan I = dQ/dt, diperoleh

! !" "
# "#
!$ ! %

Persamaan ini adalah persamaan differensial orde dua,


dengan salah satu solusi umum berbentuk: Q = Q0 cos (ωt + Φ).
Dengan Q0 ,ω dan φ masing-masing adalah muatan total mula-
mula, frekuensi sudut dan sudut fasa. Dengan menggunakan
syarat batas Q0 = Qmax, diperoleh tegangan dan arus pada kapasitor
adalah:
#!$ " #! #*- " $
%#
& !$ " " #! -$) " $ & ! #*-! " $ ( )" *
%$
#!$ " #!
' !$ " #*- " $ '! #*- " $
( (

dengan ωr = 1/√LC adalah frekuensi sudut alami.

Perhatikan bahwa pada rangkaian LC, arus yang mengalir pada


rangkaian itu berosilasi, karena energi yang tersimpan di rangkaian
tsb akan digunakan bersama-sama secara berulang antara kapasitor
dan induktor. Sedangkan pada rangkaian RL dan RC berupa arus
transien, energi yang tersimpan di induktor atau di kapasitor akan
dibuang ke hambatan.

'"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Impedansi total dari rangkaian LC tersebut adalah:

!
! ! $ ! $" ! # " # " #! "
$ "
$! $" $ ! $" ! # " # " " ! "

# !
$ #
"
! !"

pada saat ω = 1/√LC, Z = ∞.

6.7 Soal dan Penyelesaian


Jika pada Gambar 6.2, tegangan sumber yang diberikan
adalah Vs = 5 cos ωt volt, dan resistor yang terpasang adalah R =
2Ω, dan impedansi total Z = 2Ω, maka arus yang mengalir adalah:

Penyelesaian

!% !% & &
!*#$# %
#$# %
#$# ' #'
#$# #$#%*'&# '# )(#
' '# )(
" " #
# $ $

untuk Vs = 5.√2. ωt volt maka is = 2,5 cos (ωt +π/4).

Rangkaian seri paralel ditunjukkan pada Gambar 6.4. Hitung ZEQ,


I1, I2, dan I3.

'#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar 6.4. Rangkaian equivalensi seri paralel yang dianalisa.

Langkah-langkah penyelesaian
1. Gabungkan semua impedansi seri
Solusinya adalah aljabar vektor harus digunakan untuk reaktansi.
Z1 = 300 + j600 - j200 = 300 + j400 = 500∠53.1oΩ,
Z2 = 500 + j1200 = 1300∠67,4oΩ, dan Z3 = 800 + j600 = 1000∠36.9oΩ.

2. Gabungkan semua impedansi paralel


Dengan menggunakan aturan penjumlahan produk, maka
diperoleh ZBC = Z2.Z3/(Z2 + Z3) = (1300∠67,4o) . (1000∠36,9o)/[(500
+ j1200) + (800 - j600)] = 908∠5,7 = 901 + j90.2Ω.

3. Gabungkan semua impedansi seri untuk mendapatkan


impedansi total, ZEQ
ZEQ = Z1 + ZBC = (300 + j400) + (901 + j90.2) = 1201 + j490 =
1290∠22.4oΩ.

4. Hitung arus
I1 = E/ZEQ = 100∠0o/1290∠22,4o = 0,0775∠22,4oA. Dari aturan
pembagi arus diperoleh

'$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

I2 = I1. Z3/(Z2 + Z3) = (0,0775∠22,4o).(1000∠36,9o)/[(500 + j1200) +


(800 - j600)] = 0,0541∠84,1oA.
I3 = I1.Z2/(Z2 + Z3) = (0,0775∠22,4o).(1300∠67,4o)/[(500 + j1200) +
(800 - j600)] = 0.0709∠20.2oA.

6.9 Soal Latihan


1.! Ubahlah pernyataan fasor dari sinyal sinus berikut ini ke
pernyataan sinus di kawasan waktu.

a). V1 =150 −45o V, pada frekuensi siklus 50Hz


b). V2 =30+ j40 V, pada frekuensi sudut ω=1000 rad/detik.
c). I = 15 + j5 +10 180o mA , pada ω = 1000 rad/detik.

a).v1(t)=150.cos(314t−45o)V b).v2(t)=50cos(1000t+53,1o)V
c). i(t) = 7,07 cos(1000 t + 45 )mA.
o

2.! Arus yang melalui induktor 0,5H adalah iL(t)=0,4.cos(1000t)A.


Tentukanlah: a) impedansi induktor; b) Fasor tegangan pada
induktor; c) bentuk gelombang tegangan pada induktor.

a). ZL = j×1000×0,5= j500 Ω b). VL = 200 90oV


c). vL(t)=200.cos(1000t+90o)V

3.! Suatu beban diberi tegangan


v(t) = 120.cos(314t+10o) V mendahului tegangan 90o. . Arus
yang mengalir adalah i(t)= 5.cos(314t+40o)A. Carilah
impedansi beban tersebut.

ZB = 20,8 − j12 Ω.

4.! Tegangan sumber pada rangkaian berikut adalah vs(t)=250.cos


(500t)V. !

-/(% ,!+)*)!,))"&)$))!*$! 566!" 86$9!


7!
!"# #" :6(;!

)/0!1 )./&))!!)-*,!),/-!+)*)!
'%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

a). Tentukan fasor arus pada rangkaian


b). Tentukan fasor tegangan disetiap elemen
c). Gambarkan fasor tegangan sumber dan elemen
d). Nyatakan bentuk gelombang arus dan tegangan elemen

a). I = 2 36,87oA
b). VR = 200 36,87oV,
VC = 200 −53,13oV, VL = 50 126,87oV
c). Vs =VC +VR +VL,
d). i(t)=2.cos(500t+36,87o)A,
vR(t ) = 200.cos(500t + 36,87o)V
vC(t) = 200 cos(500t − 53,13o)V,
vL (t) = 50cos(500t +126,87o)V

5.! Arus sumber pada rangkaian berikut adalah


is(t)=50.cos(1000t)mA.
!"#$%(+($$$!"&*+,,
-$$!"
"#$" .,#/,
$01,2,
,

a). Tentukan fasor tegangan kapasitor


b). Tentukan fasor arus tiap cabang
c). Gambarkan fasor arus sumber dan arus cabang dan tegangan
kapasitor.
d). Gambarkan fasor tegangan kapasitor, tegangan resistor dan
induktor.

a). VC = 39,5 −18,4oV


b). I1 =79 61,6omA I2 = 79 −71,5omA
c). Is = I1 + I2
I1 90o mendahului V I2 tertinggal dari VC
d). Gambar fasor.

'&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Bab 7
! ANALISA RANGKAIAN RLC
!
!
Tujuan instruksional umum
Mengenalkan rangkaian RLC seri dan paralel

Tujuan instruksional khusus


•! Mengenalkan respon elemen R, L, C dalam rangkaian RLC
seri.
•! Mengenalkan respon elemen R, L, C dalam rangkaian RLC
paralel.

7.1 Pendahuluan
Bab ini membahas tentang rangkaian dengan sumber
tegangan AC dan memiliki komponen/elemen seperti resistor,
induktor dan kapasitor dalam seri maupun paralel.

7.2 Rangkaian RLC Seri


Pada rangkaian RLC seri (Gambar 7.1), ketiga komponen R, L
dan C dilewati arus yang sama, yaitu I. Sehingga pada R akan
muncul tegangan VR, pada L akan muncul tegangan VL dan pada C
akan muncul tegangan VC, dimana

VR = R I VL = XL I dan VC = XC I

Fasa VR sama dengan I, fasa VL mendahului fasa I sebesar 90o,


sedangkan fasa VC tertinggal terhadap fasa I sebesar 90o.
V adalah resultan dari VR, VL dan VC atau

''!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

(VL VC ) 2
V VR2 (VL VC ) 2 tan -1
VR
Karena I adalah sama, maka diagram fasor bisa juga dinyatakan untuk impedansi sbb:
Karena I adalah sama, maka diagram fasor bisa juga dinyatakan
untuk impedansi sebagai Gambar 7.2.

Impedansi gabungan R, L dan C seri adalah

)*+ '*, - #$
!" #$ % &'( )'*+ $, !" # $%&'(
. ,! "
%

(a) (b)

(c)
Gambar 7.1. RLC seri. (a). Rangkaian equivalen RLC seri, (b). Fasor
tegangan dan arus, (c). Bentuk gelombang tegangang dan arus terhadap
waktu.

'(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar 7.2. Fasor impedansi Gambar 7.1.

Pada frekuensi tertentu, dimana XL = XC, maka θ = 0o yang disebut


frekuensi resonansi RLC (frekuensi roll- off RLC), yaitu pada
1
2 f L atau
2 f C
#
!"
$% &'

Apabila digrafikkan antara frekuensi dan besarnya impedansi serta


sudut fasanya tampak seperti Gambar 7.3.

(a) (b)

Gambar 7.3. Grafik untuk rangkaian RLC seri (a). Impedansi terhadap
frekuensi, (b). Sudut fasa terhadap frekuensi.

Pada frekuensi rendah, nilai impedansi besar dan arus kecil. Ketika
frekuensi bertambah, impedansi akan menurun sedang arus akan
membesar. Tepat pada frekuensi resonansi, impedansi akan
minimum (sebesar R) dan arus akan maksimum (sebesar Vt/R).

')!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Ketika frekuensi naik lagi, impedansi akan membesar lagi sedang


arus akan menurun lagi. Fasa juga akan berubah dari mendekati -
90o pada frekuensi rendah, kemudian akan mengecil mendekati 0o.
Tepat pada frekeunsi resonansi, besar fasa adalah 0o. Fasa
kemudian akan naik ke mendekati 90o ketika frekuensi naik lagi.

7.3 Rangkaian RLC Paralel


Pada rangkaian RLC paralel (Gambar 7.3) masing- masing R,
L dan C mempunyai tegangan yang sama, V. Sedang arus yang
lewat R adalah IR, L adalah IL dan C adalah IC. Sehingga,

V V V
IR ; IL ; IC
R XL XC

Fase IR akan dengan V, fasa IC mendahului fasa V sebesar 90o,


sedang fase IL tertinggal terhadap fasa V sebesar 90o.
I adalah resultan dari IR, IL dan IC atau
adalah resultan dari IR, IL dan IC atau
(IC I L )2
I I 2
R (IC IL ) 2
tan -1
IR

karena V adalah sama, maka fasor dinyatakan sebagai admitansi.


Admitansi gabungan R L dan C adalah sebagai berikut:

( (
! ! ! ! + & #$
# & ) ! " #$% &' )* )+
!"
" $% '( '* , ( , %
,

Pada frekuensi tertentu, dimana XL = XC, maka θ = 0o yang disebut


frekuensi resonansi RLC (frekuensi roll-off RLC), yaitu pada

1
2 f L atau
2 f C
#
!"
$% &'
(*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

(a) (b)

(c)
Gambar 7.4. RLC paralel. (a). Rangkaian equivalen RLC paralel, (b). Fasor
tegangan dan arus, (c). Bentuk gelombang tegangang dan arus terhadap
waktu.

Apabila digrafikkan antara frekuensi dan besarnya impedansi serta


sudut fasanya tampak Gambar 7.4.

(a) (b)

Gambar 7.5. Grafik untuk rangkaian RLC paralel, (a). Impedansi terhadap
frekuensi, (b). Sudut fasa terhadap frekuensi.

Pada frekuensi rendah, nilai impedansi kecil dan arus besar. Ketika
frekuensi bertambah, impedansi akan bertambah sedang arus akan
mengecil. Tepat pada frekuensi resonansi, impedansi akan

(!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

maksimum (sebesar R) dan arus akan minimum (sebesar Vt/R).


Ketika frekuensi naik lagi, impedansi akan menurun lagi sedang
arus akan membesar lagi. Fasa juga akan berubah dari mendekati -
90o pada frekuensi rendah, kemudian akan mengecil mendekati 0o.
Tepat pada frekeunsi resonansi, besar fasa adalah 0o. Fasa
kemudian akan naik ke mendekati 90o ketika frekuensi naik lagi.

7.4 Soal dan Penyelesaian


Hitung arus pada rangkaian RLC seri Gambar 7.6(a).

Langkah-langkah penyelesaian
1. Hitung Z
Frekuensi sudut ω= 2π f = (2) (3.1416) (60) = 377 rad/s. Tapi XL =
ωL; Oleh karena itu, XL = (377) (0,5) = 188,5Ω.
Juga, XC = 1/ωC = 1/[(377) (26.5) 10-6] = 100Ω.
Kemudian Z = √R + j(XL - XC) = R + jXEQ, dimana XEQ = XL - XC
bersifat net equivalent reactance.

Dalam bentuk polar, impedansi rangkaian RLC seri dinyatakan


sebagai Z =√R2 + X2EQ ∠tan-1 (XEQ/R) = |Z|=∠θ. Z = 100 + j(188,5 -
100) = 100 + j88.5 = √(100)2 + (88.5)2 ∠tan-1(88.5/100) = 133.5
∠41.5oΩ.
Segitiga impedansi (Gambar 7.6(b)) mengilustrasikan impedansi
total.
Terapkan KVL pada rangkaian. E = VR + jVL - jVC = VR + jVX
dimana tegangan menjadi VX = VL – VC.

2. Gambarkan Diagram Fasor


Diagram fasor pada Gambar 7.6(c) menunjukkan hubungan
tegangan sehubungan dengan arus sebagai referensi.

("!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

(a) (b) (c)


Gambar 7.6. Rangkaian RLC seri yang dianalisa (a). Rangkaian
equivalensi, (b). Impedansi total, (c). Fasor tegangan dan arus

3. Hitung I
Dari hukum Ohm untuk rangkaian AC, |I| = 120/133.5 = 0.899A.
Karena I adalah referensi, dapat dinyatakan dalam bentuk kutub
seperti I = 0.899 ∠0oA. Sudut antara tegangan dan arus pada
Gambar 7.5(c) sama dengan sudut segitiga impedansi pada
Gambar 7.5(b). Oleh karena itu E = 120 ∠41,5oV.

Hitung impedansi total daripada rangkaian RLC paralel Gambar


7.6(a).

Langkah-langkah penyelesaian
1. Hitung arus di R, L, dan C
Dalam rangkaian paralel, lebih mudah menggunakan tegangan
sebagai referensi; Oleh karena itu E = 200 ∠0oV. Karena parameter
R, L, dan C dari rangkaian ini sama dengan Gambar 7.5(a) dan
frekuensi dengan 60 Hz, XL = 188,5Ω dan XC = 100Ω.

Dari hukum Ohm: IR = E/R = 200∠0o/100∠0o = 2∠0oA.


IL = E/XL = 200∠0o/188.5∠90o = 1,06∠90o = -j1.06A, dan
IC = E/XC = 200∠0o/100∠90o = 2∠90o = +j2A. Namun IT = IR - jIL +
jIC; Oleh karena itu, IT = 2 - j1.06 + j2 = 2 + j0.94 = 2.21∠25.2A.

(#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

2. Hitung ZEQ
Impedansi adalah ZEQ = E/IT = 200∠0o/2.21∠25.2o = 90.5∠25.2o.
ZEQ, berubah menjadi bentuk rectangular ZEQ = 82,6 + j39 = REQ -
jXEQ. Gambar 7.7(b) mengilustrasikan diagram fasor arus dan
tegangan. Diagram impedansi ekuivalen diberikan pada Gambar
7.6(c). Perhatikan bahwa ZEQ juga bisa dihitung dengan

1
Z EQ !
1 1 1
" #
R jX L jX C
karena ZL = jXL dan ZC =jXC.

(a)

(b) (c)
Gambar 7.7. Rangkaian RLC paralel yang dianalisa (a). Rangkaian
equivalensi, (b). Impedansi total, (c). Fasor tegangan dan arus.

($!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

7.5 Soal Latihan


1.! Jika pada rangkaian RLC Paralel menggunakan sumber
tegangan 12√2 cos (1000t + ̟/4) volt dan masing-masing
komponen 10Ω, 30mH dan 100µF. Tentukan arus total yang
mengalir dihitung dengan cara menghitung arus yang
mengalir di masing-masing komponen. (tegangan efektif = 12
volt).

IR = 0,6√2 + j 0.6√2 IL = 0,2√2 – j0,2√2


IC = -0,6 √2 + j0,6√2
Itotal = 1,08"74,20 i(t) = 1,08√2 cos (1000t + 74,20) A.

2.! Hitung arus dari rangkaian berikut ini.

I = 0.899 A atau dalam bentuk phasor I = 0.899"0o A.

3.! Hitung arus RLC pada rangkaian paralel berikut

IR = 2"00 A. IL = 1.06"-900 = -j1.06 A dan Ic = 2"900 = +j2A.

4. Dari gambar rangkaian pada soal no.2 tentukan nilai


impedansi ZEQ.
ZEQ = 90.5"-25.20Ω.

(%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

5.! Jika diketahui vs (t)=750 cos(5000t+300), maka tentukan i(t).

i(t) = 5 cos (5000t – 23.130)A.

6.! Sebuah rangkaian RLC seri dengan L = 160 mH, C = 100µF, R


= 40Ω dihubungkan dengan sumber tegangan sinusoidal V(t)
= 40 V Sin ωt, dimana ω = 200 rad/s.
Tentukan : (a) Impedansi Rangkaian (b) Phase Ø

(a) Z = 43.9 Ω (b) Ø = -24.2

7.! Tentukan v(t), iR(t), iL(t) dan iC(t) dari rangkaian RLC paralel
berikut ini.

V(t) = (-14e-5000t + 26e-20000t) mA


iR(t) = ( -70e-5000t + 130e-20000t) mA
iL(t) = (56e-5000 t – 26e-20000 t) mA
iC(t) = (14e-5000t – 104e-20000t) mA

(&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Bab 8
! ANALISA DAYA
!
!
Tujuan instruksional umum
•! Mengenalkan daya sesaat, daya rata-rata, faktor daya dan daya
kompleks
•! Mengenalkan perbaikan faktor daya

Tujuan instruksional khusus


•! Mengenalkan perhitungan tentang daya sesaat, daya rata-rata,
faktor daya dan daya kompleks.
•! Mengenalkan cara menghitung perbaikan faktor daya.

8.1 Pendahuluan
Bab ini membahas tentang daya dalam sebuah rangkaian
AC. Dimulai dengan daya sesaat, daya rata-rata, faktor daya dan
daya kompleks. Selanjutnya transformator juga dibahas secara
singkat, diikuti dengan pembahasan tentang penyediaan daya dan
perbaikan faktor daya.

8.2 Daya Sesaat


Daya sesaat adalah daya yang terjadi pada saat hanya waktu
tertentu ketika sebuah komponen mempunyai nilai tegangan dan
arus yang mengalir padanya hanya saat waktu tersebut. Secara
matematis dapat didefinisikan sebagai daya yang yang
diterima/dikirim elemen pada waktu tertentu merupakan hasil kali
v(t) dengan i(t) dengan satuan watt.

p = v.i , arus dinyatakan dengan i = Im cos(ωt + θ), dengan


θ = -tan-1(X(jω)/R) dan harga Im = Vm/(√R2 + X(jω)2.

('!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Harga v dapat dinyatakan sebagai v = Vm cos ωt. Sehingga daya


sesaat dapat dinyatakan sebagai

#$ %&$
!" ()* + , ()*-./ , +0
'

Terlihat bahwa daya sesaat terdiri dari 2 komponen, komponen


tetap dan berubah terhadap waktu.

8.3 Daya Rata-rata


Daya rata-rata adalah daya yang dihasilkan sebagai integral
dari fungsi periodik waktu terhadap keseluruhan range waktu
tertentu dibagi oleh periodanya sendiri. Untuk melihat hasil daya
rata-rata pada setiap komponen pasif yang dilaluinya. Pada kondisi
sumber tegangan dan arus periodik secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut:

v(t + T) = v(t ) dan i(t + T) = i(t )

sehingga daya dapat dituliskan menjadi p = v.i = v(t + T). i(t + T).
Dari nilai p yang dinyatakan sebelumnya komponen berubah
terhadap waktu mempunyai periode 2ωT2 = 2π sehingga T2 = π/ω.
Ini sama dengan setengah dari periode sumber. Jadi, dengan kata
lain daya rata-rata dapat dinyatakan sebagai nilai rata-rata dari
suatu fungsi periodik adalah integral fungsi waktu selama periode
lengkap dibagi dengan priode.
Daya rata-rata dinotasikan dengan P, dan memiliki waktu
awal to, dengan t = 2T2, maka P dapat ditulis sebagai berikut:

() *+
#
!" % & '&
$ ()

Hasil integrasi dalam 2 periode akan sama dengan hasil integrasi


dalam 2 periode sehingga daya rata-rata menjadi:!

((!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

4
# %& ' (&
!" *+, - . *+,/01 . -2 31
$ 5 )
0 0
# %& ' (& # %& ' (&
!" *+, - ./ 2 *+,3)4 2 -5 ./
$ 1 ) $ 1 )
0
#$ % &$ #$ % &$ 0
!" )*+ , -. / )*+2'3 / ,4 -.
'( 1 '( 1
#$ % &$
!" )*+ ,
'(

8.4 Faktor Daya


Secara umum, pengertian daya adalah energi yang
dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik,
daya merupakan jumlah energi listrik yang digunakan untuk
melakukan usaha. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam satuan
Watt. Untuk memperoleh faktor daya, terlebih dahulu kita harus
mengenal daya dan segitiga daya. Terdapat tiga macam daya yaitu:

Daya aktif (P)


Daya aktif (active power) adalah daya yang terpakai untuk
melakukan usaha atau energi sebenarnya. Satuan daya aktif adalah
watt atau horsepower (HP), Horsepower merupakan satuan daya
listrik dimana 1 HP setara 746 Watt.

! " #$ %&' (

Daya reaktif (Q)


Daya Reaktif (reactive power) adalah daya yang di suplai oleh
komponen reaktif. Satuan daya reaktif adalah VAR.

! " #$ %&' (

Daya semu (S)


Daya semu (apparent power) adalah daya yang dihasilkan oleh
perkalian antara tegangan rms(Vrms) dan arus rms (Irms) dalam

()!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil penjumlahan


trigonometri antara daya aktif dan daya reaktif. Satuan daya nyata
adalah VA.
! " #$

Segitiga Daya
Segitiga daya adalahsuatu hubungan antara daya nyata,
daya semu, dan daya reaktif, yang dapat dilihat hubungannya
pada Gambar 8.1 berikut ini.

Gambar 8.1. Segitiga daya.

Pada gambar ini P adalah positif, artinya alih daya terjadi dari arah
sumber ke beban atau beban menyerap daya. Segitiga daya ini bisa
terletak di kuadran pertama atau kuadran keempat, tergantung
apakah Q positif atau negatif. Besar daya kompleks S adalah

! " #$%& '$%&

yang kita sebut juga sebagai daya tampak dan mempunyai satuan
volt-amper (VA). Hubungan antara daya kompleks dan daya rata-
rata serta daya reaktif adalah

S = P + jQ
! " # $%& ' " ()*+ ,)*+ $%& '
! " # $%& ' " ()*+ ,)*+ $%& '

Faktor Daya
Beda sudut fasa antara fasor tegangan dan arus adalah θ, dan
cos θ disebut faktor daya

)*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

/
!"#$%&'(")" * +,- . * '
0

Sudut θ mempunyai rentang nilai antara −90o sampai +90o . Tetapi


karena faktor daya adalah cosθ , maka nilainya selalu positif.
Walaupun demikian faktor daya ini ini bisa lagging atau
leading. Faktor daya disebut lagging jika segitiga daya berada
di kwadran pertama yang berarti bahwa daya reaktif Q bernilai
positif. Hal ini terjadi jika fasor arus berada di belakang fasor
tegangan atau arus lagging terhadap tegangan. Beban-beban
industri dan juga perumahan pada umumnya mempunyai
faktor daya lagging, jadi daya reaktif bernilai positif (Gambar 8.2).
Apabila fasor arus mendahului fasor tegangan atau arus
leading terhadap tegangan maka faktor daya disebut leading.
Dalam hal ini segitiga daya berada di kwadran ke-empat karena
daya reaktif Q bernilai negatif. Keadaan ini terjadi apabila beban
bersifat kapasitif (Gambar 8.2).

Gambar. 8.2. Fasor tegangan dan arus dan segitiga daya.

8.5 Daya Kompleks


Impedansi beban adalah perbandingan antara tegangan
beban dan arus beban. Jika tegangan beban adalah V , arus beban I,
dan impedansi beban adalah ZB , maka

)!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

$
!" # &&&&&&&&&&&'(')&&&&* # !" %
%

Dengan hubungan ini maka daya kompleks yang dialihkan ke


beban dapat diuraikan sebagai

! " #$ % " &' $$ % " &' $ (

. . .
! " #$% "& "'(% )*+,- ! $% *+,- & '(% *+,-
dengan RB dan XB masing-masing adalah resistansi dan
reaktansi beban. Persamaan (14.16) dapat kita uraikan menjadi

' '
S = P + jQ = !" #$%& ()(*+" #$%&
' (
P = !" #$%& ( dan Q = !"# $%&'

Persamaan di atas menunjukkan bahwa daya rata-rata


terkait dengan resistansi beban. Nilai P yang positif
menunjukkan bahwa seluruh daya rata-rata diserap oleh
resistansi beban atau dengan kata lain resistansi bebanlah yang
menyerap daya rata-rata.
Persamaan Q di atas menunjukkan bahwa daya reaktif
terkait dengan reaktansi beban. Jika daya reaktif Q bernilai
positif, maka reaktansi beban juga bernilai positif, yang berarti
beban bersifat induktif. Jika Q negatif berarti beban negatif dan ini
berarti bahwa beban bersifat kapasitif.
Jika beban berupa resistor murni, maka tidak terdapat
perbedaan sudut fasa antara tegangan dan arus beban. Seluruh
daya yang dialihkan ke beban adalah daya rata-rata. Untuk
keadaan ini,
!" # $% & # '( %% & # )( * +, % -

%
! "# $ ! "# $ % &'(

Jika beban berupa kapasitor, perbedaan sudut fasa antara


tegangan dan arus beban adalah 90o dan daya yang
dialihkan ke beban hanya berupa daya reaktif yang negatif.
Untuk keadaan ini,
)"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

!" # $% & # '( %% & # ) * +," % -

&
! "#$ % ! "#$ % & '()

Jika beban berupa induktor, perbedaan sudut fasa antara


tegangan dan arus beban adalah +90o dan daya yang
dialihkan ke beban hanya berupa daya reaktif yang positif.
Untuk keadaan ini,

!" # $% & # '( %% & # ) * +,- % .

&
! "#$ % ! "#$ % & '() ! *"+,-% & '()

menunjukkan bahwa daya yang diserap oleh kapasitor


maupun induktor merupakan daya reaktif akan tetapi
berlawanan tanda. Kapasitor menyerap daya reaktif negatif
sedangkan induktor menyerap daya reaktif positif. Jika
suatu beban mengandung baik kapasitor maupun induktor,
maka daya reaktif yang diserap beban ini adalah jumlah dari
dua daya reaktif yang dalam keadaan tertentu akan saling
meniadakan.
Jika suatu beban bersifat terlalu induktif, artinya terlalu
banyak menyerap daya reaktif positif, kebutuhan daya reaktif
tersebut dapat dikurangi dengan memasang kapasitor paralel
dengan beban. Kapasitor yang diparalelkan itu akan menyerap
daya reaktif negatif, sehingga daya reaktif total akan berkurang.
Inilah yang dilakukan orang untuk memperbaiki faktor daya
beban yang juga akan kita lihat kemudian.

8.6 Perbaikan Faktor Daya


Faktor daya dapat diperbaiki dengan memasang kapasitor
pengkoreksi faktor daya pada sistim distribusi listrik/instalasi
listrik di pabrik/industri. Kapasitor bertindak sebagai pembangkit
daya reaktif dan oleh karenanya akan mengurangi jumlah daya
reaktif, juga daya semu yang dihasilkan oleh bagian utilitas.
Bila daya nyata tinggi yang tergabung dengan faktor daya
rendah tidak dikurangi, maka seluruh jaringan listrik dari pusat

)#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

pembangkit ke sub sirkit pabrik harus mampu membawa arus


beban lebih besar daripada yang diperlukan. Untuk alasan ini,
otoritas penyedia listrik memasukkan ketentuan tagihan yang
berhubungan dengan besarnya operasi faktor daya yang tinggi
pada komersial dan industri. Selain meningkatkan tagihan listrik,
instalasi faktor daya rendah akan menyebabkan kenaikan suhu
operasi, rugi-rugi, tegangan jatuh, dan efisiensi penggunaan energi
listrik menjadi turun.

Keuntungan Perbaikan Faktor Daya dengan Penambahan


Kapasitor adalah:
1.! Bagi Konsumen, khususnya perusahaan atau industri:
•! Diperlukan hanya sekali investasi untuk pembelian dan
pemasangan kapasitor dan tidak ada biaya terus menerus.
•! Mengurangi biaya listrik bagi perusahaan, sebab:
a)! daya reaktif (kVAR) tidak lagi dipasok oleh perusahaan utilitas
sehingga kebutuhan total (kVA) berkurang dan
b)! nilai denda yang dibayar jika beroperasi pada faktor daya
rendah dapat dihindarkan.
•! Mengurangi kehilangan distribusi (kWh) dalam
jaringan/instalasi pabrik.
•! Tingkat tegangan pada beban akhir meningkat sehingga
meningkatkan kinerja motor.
2.! Bagi utilitas pemasok listrik
•! Komponen reaktif pada jaringan dan arus total pada sistim
ujung akhir berkurang.
•! Kehilangan daya I kwadrat R dalam sistim berkurang karena
penurunan arus.
•! Kemampuan kapasitas jaringan distribusi listrik meningkat,
mengurangi kebutuhan untuk memasang kapasitas tambahan.

Metoda Pemasangan Kapasitor


Cara pemasangan kapasitor dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Global compensation
Dengan metode ini kapasitor dipasang di induk panel

)$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Arus yang turun dari pemasangan model ini hanya di


penghantar antara panel induk dan transformator. Sedangkan
arus yang lewat setelah panel induk tidak turun dengan
demikian rugi akibat disipasi panas pada penghantar setelah
panel induk tidak terpengaruh.

2. Sectoral Compensation
Dengan metoda ini kapasitor yang terdiri dari beberapa panel
kapasitor dipasang dipanel SDP. Cara ini cocok diterapkan pada
industri dengan kapasitas beban terpasang besar sampai ribuan
kva dan terlebih jarak antara panel induk dan SDP cukup
berjauhan.

3. Individual Compensation
Dengan metoda ini kapasitor langsung dipasang pada masing
masing beban khususnya yang mempunyai daya yang besar.
Cara ini sebenarnya lebih efektif dan lebih baik dari segi
teknisnya. Namun ada kekurangan nya yaitu harus
menyediakan ruang atau tempat khusus untuk meletakkan
kapasitor tersebut sehingga mengurangi nilai estetika.
Disamping itu jika mesin yang dipasang sampai ratusan buah
berarti total cost yang di perlukan lebih besar dari metode diatas

Komponen-komponen utama yang terdapat pada panel kapasitor


antara lain:

1. Main switch / load break switch


Main switch ini sebagai peralatan kontrol dan isolasi jika ada
pemeliharaan panel, sedangkan untuk pengaman kabel/instalasi
sudah tersedia disisi atasnya dari panel induk. Main switch atau
lebih dikenal load break switch adalah peralatan pemutus dan
penyambung yang sifatnya on load yakni dapat diputus dan
disambung dalam keadaan berbeban, berbeda dengan on-off
switch model knife yang hanya dioperasikan pada saat tidak
berbeban. Untuk menentukan kapasitas yang dipakai dengan
perhitungan minimal 25% lebih besar dari perhitungan KVar
terpasang. Jika daya kvar terpasang 400 Kvar dengan arus 600

)%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Ampere , maka pilihan kita berdasarkan 600A + 25 % = 757A yang


dipakai size 800 Ampere.

2. Kapasitor Breaker.
Kapasitor Breaker digunakan untuk mengamankan instalasi
kabel dari breaker ke kapasitor bank dan juga kapasitor itu sendiri.
Kapasitas breaker yang digunakan sebesar 1,5 kali dari arus
nominal dengan
Im = 10 x Ir.

Untuk menghitung besarnya arus dapat digunakan rumus

In = Qc/ 3 .VL

Selain breaker dapat pula digunakan Fuse, Pemakaian Fuse ini


sebenarnya lebih baik karena respon dari kondisi over current dan
Short circuit lebih baik namun tidak efisien dalam pengoperasian
jika dalam kondisi putus harus selalu ada penggantian fuse. Jika
memakai fuse perhitungannya juga sama dengan pemakaian
breaker.

3. Magnetic Contactor
Magnetic contactor diperlukan sebagai Peralatan
kontrol.Beban kapasitor mempunyai arus puncak yang tinggi ,
lebih tinggi dari beban motor. Untuk pemilihan magnetic contactor
minimal 10 % lebih tinggi dari arus nominal (dengan beban
induktif/kapasitif). Pemilihan magnetic dengan range ampere lebih
tinggi akan lebih baik sehingga umur pemakaian magnetic
contactor lebih lama.

4. Kapasitor Bank
Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai
sifat kapasitif..yang akan berfungsi sebagai penyeimbang sifat
induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60 Kvar.
Dari tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt atau Kapasitor Bank
adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara
parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran
yang sering dipakai adalah Kvar meskipun didalamnya

)&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

terkandung/tercantum besaran kapasitansi yaitu Farad atau


microfarad. Kapasitor ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif
(leading). Sehingga mempunyai sifat mengurangi/menghilangkan
terhadap sifat induktif (lagging)

5. Reactive Power Regulator


Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar
daya reaktif yang akan disupply ke jaringan/system dapat bekerja
sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Dengan acuan pembacaan
besaran arus dan tegangan pada sisi utama Breaker maka daya
reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah yang
akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang diperlukan.
Peralatan ini mempunyai bermacam macam steps dari 6 steps , 12
steps sampai 18 steps.
Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel
kapasitor antara lain:
•! Push button on dan push button off yang berfungsi
mengoperasikan magnetic contactor secara manual.
•! Selektor auto–off–manual yang berfungsi memilih system
operasional auto dari modul atau manual dari push button.
•! Exhaustfan + thermostat yang berfungsi mengatur ambeint
temperature (suhu udara sekitar) dalam ruang panel
kapasitor. Karena kapasitor, kontaktor dan kabel
penghantar mempunyai disipasi daya panas yang besar
maka temperatur ruang panel meningkat setelah setting
dari thermostat terlampaui maka exhust fan akan otomatis
berhenti.

8.7 Soal dan Penyelesaian


Tentukan total watt, total VARS, dan volt-ampere total pada
Gambar 8.3(a). Ingat bahwa watt, VARS, dan volt-ampere
semuanya sama, yaitu produk tegangan dan arus. Namun, kita
menggunakan watt (W) untuk daya aktif (sesaat atau rata-rata),
volt-ampere-reactive (VARS) untuk daya reaktif, dan volt-ampere
(VA) untuk daya semu.

Langkah-langkah penyelesaian

)'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

1. Tentukan segitiga daya


Gambar 8.4 menunjukkan segitiga daya untuk rangkaian AC.
Segitiga daya ditarik mengikuti standar daya reaktif induktif pada
arah +j dan daya reaktif kapasitif dalam arah -j. Dua persamaan
diperoleh dengan menerapkan teorema Pythagoras pada segitiga
daya ini: S2 = P2 + Q2L dan S2 = P2 + Q2C. Persamaan ini dapat
diterapkan pada rangkaian seri, rangkaian paralel, atau kombinasi
seri paralel. Daya reaktif yang dipasok oleh sumber rangkaian RLC
adalah perbedaan antara daya reaktif induktif positif dan daya
reaktif kapasitif negatif: QX = QL - QC, di mana QX adalah daya
reaktif (VARS).

2. Hitung total daya aktif


Operasi penjumlahan aritmatika dapat digunakan untuk
menemukan total daya nyata. PT = P1 + P2 = 200 + 500 = 700W.

3. Hitung total daya reaktif


QX = QL - QC = 1200 - 500 = 700VARS. Karena daya reaktif
total positif, rangkaiannya bersifat induktif (lihat Gambar 8.3(b)).

4. Hitung total daya semu


S = √PT2 + Q2X √(700)2 + (700)2 = 989.8VA.

Gambar 8.3. Menghitung daya ac: (a) rangakaian equivalensi dan (b)
segitiga daya.

)(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

(a) (b)
Gambar 8.4. Segitiga daya untuk rangkaian equivalensi
(a). RC dan (b). RL

Hitung faktor daya (pf) dan faktor reaktif (rf) untuk rangkaian yang
ditunjukkan pada Gambar 8.5.

Langkah-langkah penyelesaian
1. Tinjau analisis faktor daya
Faktor daya rangkaian AC adalah rasio numerik antara daya
aktif P dan daya semu S. Dapat dilihat dengan mengacu pada
segitiga daya pada Gambar 8.4., bahwa rasio ini sama dengan
kosinus sudut faktor daya. Sudut faktor daya sama dengan sudut
fasa antara tegangan pada rangkaian (atau beban) dan arus yang
melalui rangkaian (atau beban) tersebut. pf = cos P/S.

Gambar 8.5. Menghitung daya dan faktor reaktif rangkaian.

))!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

2. Tinjau kembali analisis faktor reaktif


Rasio numerik antara daya reaktif dan daya semu dalam
suatu rangkaian (atau beban) disebut faktor reaktif. Rasio ini sama
dengan sinus sudut faktor daya (lihat Gambar 1.30). rf = sin Q/S.

3. Hitung Faktor Daya dan Reaktif


Z1 = R + jXL = 100 + j100 = 141,4∠45°.
I1 = E/Z1 = 120∠0°/141.4∠45° = 0.849∠45°A.
I1 = (0,6 + j0.6)A. I2 = E/XC = 120∠0°/60∠-90 = 2∠90° = (0 + j2)A.
IT = I1 + I2 = (0,6 + j0.6) + (0 + j2) = (0,6 + j1.4)A = 1,523∠66,8°A.
S = |E||LT| = (120) (1.523) = 182.8VA.
Faktor daya = cos θ = cos 66,8° = 0,394 atau 39,4%;
rf sin θ = sin 66,8° = 0,92 atau 92%.

Hitung nilai kapasitor yang dibutuhkan untuk mendapatkan faktor


daya 100% (Gambar 8.6).

Langkah-langkah penyelesaian
1. Hitung arus motor
S = P/cos θ = 1200/0.7 = 1714VA. Oleh karena itu, arus motor I
adalah: I = S/E (1714VA) (120V) = 14,29A. Komponen aktif arus ini
sefasa dengan tegangan. Komponen ini, yang menghasilkan
konsumsi daya sesungguhnya, adalah: |I|cos θ = (14,29 A) (0,7) =
10A. Karena motor memiliki faktor daya 70%, rangkaian harus
mensuplai 14,29A untuk mewujudkan arus 10A.

!**!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

FIGURE 1.32 Power-factor correction: (

Gambar 8.6.
Power-factor correction: Perbaikan
(a) given faktor
circuit and (b) daya:
adding (a) rangkaian
a capacitor yang
(C) in analisa
parallel to dan (b)
Penambahan kapasitor (c) secara paralel untuk memperbaiki faktor daya.

2. Hitung nilai C
Untuk mendapatkan faktor daya rangkaian 100%, daya semu
induktif daripada motor dan daya semu kapasitif daripada
kapasitor harus sama. QL = |E||I| √1 - cos2 θ, dimana √1 - cos2 θ
adalah faktor reaktif.
Oleh karena itu QL = (120) (14.29) √1 - (0.7)2 = 1714 √0.51 =
1224VARS (induktif). QC harus sama dengan 1224VARS untuk
faktor daya 100%. XC = V2C/QC = (120)2/1224 = 11.76Ω (kapasitif).
Oleh karena itu,
C = 1/ωXC = 1/(377) (11.76) = 225.5µF.

!*!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

8.8! Soal Latihan


1.! Tentukan Segitiga Daya daripada gambar berikut.

P = 4395 W Q = 795 W S = 4472 W

2.! Tentukan nilai kapasitor parallel yang dibutuhkan untuk


memperbaiki sebuah beban 140 KVAR pada 0.85 lagging.
Asumsikan beban tersebut disuplai oleh 110 V (rms), 60 Hz.

C = 30.69 mF

3.! Sebuah sumber 60 Hz dengan V V eff = 240 disuplai oleh 4500


VA ke beban dengan faktor daya 0,75 lagging. Tentukan
kapasitor parallel untuk meningkatkan faktor daya ke :
a. 0,9 lagging b. 0,9 leading

(a) C = 61.3µF (b) C = 212.2µF


4.! Hitunglah besarnya kapasitor yang harus ditambahkan ke
sebuah lampu fluoresen 20 W, 220 VAC, 50 Hz dengan faktor
daya 0,4; sehingga faktor dayanya terkoreksi menjadi 0,93.

ballast
neon=20W

starter

V =220VAC C=?

C = 2,62 uF / 250 VAC.

!*"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

5.! Buktikan bahwa faktor daya yang jelek menyebabkan rugi-


rugi jaringan bertambah besar!

S = (V.A) / cos φ
Faktor daya jelek terjadi bila cos φ < 0,93

6.! Bila diketahui bahwa daya nominal trafo 500kVA, tegangan


hubung singkat 4%, total daya yang disearahkan 50kVA.
Tentukan:
a. Daya hubung singkat, (Psc)
b. Tentukan golongan kapasitor, apakah standar, terisolasi
lebih, atau dengan reaktor anti harmonik.

a.! Psc = 12.500 kVA


b.! kapasitor normal

7.! Bila diketahui bahwa daya nominal trafo 1000kVA, tegangan


hubung singkat 4%, total daya yang disearahkan 150kVA.
Tentukan:
a. Daya hubung singkat, (Psc)
b. Tentukan golongan kapasitor, apakah standar, terisolasi
lebih, atau dengan reaktor anti harmonik.

a.! Psc = 25.000 kVA


b.! kapasitor terisolasi lebih

8.! Bila diketahui bahwa daya nominal trafo 630kVA, tegangan


hubung singkat 4%, total daya yang disearahkan 200kVA.
Tentukan:
a. Daya hubung singkat, (Psc)
b. Tentukan golongan kapasitor, apakah standar, terisolasi
lebih, atau dengan reaktor anti harmonik.

a.! Psc = 15.750 kVA


b.! kapasitor dengan reaktor anti harmonik.

9.! Bila diketahui kapasitor Varplus dengan spesifikasi 50kVAr,


440V/50 Hz. Dapatkah kapasitor tersebut dipasangkan ke

!*#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

jaringan yang membutuhkan 50 kVAr dengan tegangan


nominal 400 V/50 Hz? Mengapa demikian ?

Dapat, karena semakin tinggi tegangan isolasi kapasitor yang


dipasang. Oleh karena itu, apabila tegangan nominal jaringan
adalah 400 V, maka harus dipilih tegangan isolasi kapasitor
400 V juga.

!*$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Bab 9
! RANGAKAIAN TIGA FASA
!
!
Tujuan instruksional umum
•! Mengenalkan sumber dan beban tiga fasa serta hubungannya
•! Mengenalkan daya pada sistem tiga fasa seimbang
•! Mengenalkan sistem tiga fasa tak seimbang

Tujuan instruksional khusus


•! Mengenalkan sumber dan beban tiga fasa serta hubungannya
(Y-Y ,Y-∆, ∆-∆, dan ∆-Y).
•! Mengenalkan perhitungan daya pada sistem tiga fasa
seimbang.
•! Mengenalkan sistem tiga fasa tak seimbang dan perhitungan
parameter-parameternya.

9.1 Pendahuluan
Bab ini membahas tentang rangkaian AC tiga fasa. Dimulai
dari sumber tiga fasa seimbang, beban-beban yang terhubung
dengan sumber tersebut dengan model hubungan Y-Y ,Y-∆, ∆-∆,
dan ∆-Y. Juga daya yang dihasilkan dalam sistem tiga fasa
seimbang tersebut. Selain itu, dalam bab ini juga dibahas sistem tiga
fasa tak seimbang, dengan sumber dan beban serta daya yang
dihasilkan.

9.2 Sumber Tiga-Fasa yang Seimbang


Ada beberapa hal, yang perlu diperhatikan dari sistem tiga-
fasa ini, kebanyakan pembangkit tenaga listrik dibangkitkan
dengan tiga fase pada frekuensi 50 Hz (ω = 3,14.rad/det) atau

!*%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

60.Hz (ω = 377.rad/det). Seandainya pada suatu saat yang


diperlukan hanya satu dua-fasa, maka ini dapat diambil dari sistem
tiga-fasa tersebut. Adapun daya sesaat (instantaneous power)
konstan/tidak mengandung pulsasi. Untuk daya yang sama, maka
sistem tiga-fasa lebih ekonomis daripada sistem satu-fasa, hal ini
disebabkan jumlah konduktor yang diperlukan lebih sedikit pada
sistem tiga-fasa. Daya yang dibangkitkan lebih besar.

vp∠ϕ

vp∠ϕ

vp∠ϕ

(a) (b)
vp∠0°

vp∠ − 120°
vp∠0°

Gambar 8.3 Sistem


vp∠120°Dua Fase Tiga Kawat

vp∠ − 90°

(c) (d)
Gambar 9.1. Sumber tegangan pada rangkaian AC. (a). Satu-fasa, (b). Satu-
fasa tiga kawat, (c). Dua-fasa, (d). Tiga-fasa empat kawat.

Jika dibandingkan dengan rangkaian bersumber tegangan


AC satu-fasa (Gambar 9.1(a)), rangkaian bersumber tegangan dua-
fasa dapat dilihat seperti Gambar 9.1 (c). Apabila dalam sistem
satu-fasa memiliki tiga kawat (Gambar 9.1(b)), maka sistem tiga-
fasa yang menyerupainya dapat dilihat pada Gambar 9.1(d), yaitu
sistem tiga-fasa empat kawat.
Suatu sumber tiga-fasa membangkitkan tegangan tiga-
fasa, yang dapat digambarkan sebagai tiga sumber tegangan yang
terhubung Y (bintang) seperti terlihat pada Gambar 9.2(b).

!*&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Dalam kenyataannnya, tiga sumber tegangan ini dibangkitkan


oleh satu piranti. Titik hubung antara ketiga tegangan itu disebut
titik netral, N. Antara satu tegangan dengan tegangan yang lain
berbeda fasa 120o. Jika tegangan VAN sebagai referensi, maka
dapat digambarkan diagram fasor tegangan dari sistem tiga-fasa
ini seperti terlihat pada Gambar 9.2(c). Urutan fasa dalam
gambar ini disebut urutan positif. Bila fasor tegangan VBN dan
VCN dipertukarkan, akan memperoleh urutan fasa negatif.
Sumber tegangan tiga-fasa pada umumnya dibangkitkan
oleh generator AC yang dihubungkan secara Y karena jika
dihubungkan ∆ akan terbentuk suatu rangkaian tertutup yang
apabila ketiga tegangan tidak tepat berjumlah nol akan terjadi arus
sirkulasi yang merugikan.

(a)

(b)

(c)
Gambar 9.2. Sumber tegangan tiga-fasa. (a). Generator tiga-fasa, (b).
Tegangan yang dibangkitkan generator tiga-fasa berbeda fasa 120° satu
dengan lainnya, (c). Fasor tegangan.

!*'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Dalam analisis rangkaian tiga-fasa, ada enam macam


tegangan yaitu tiga tegangan fasa-netral dan tiga tegangan fasa-
fasa. Seperti terlihat dalam Gambar 9.3, tegangan VAN, VBN, dan
VCN, adalah tegangan-tegangan fasa-netral, masing-masing dari
fasa A, B, dan C. Tegangan fasa-fasa adalah tegangan yang diukur
antara fasa dengan fasa, misalnya antara fasa A dan B, B dan
C, C dan A.

Gambar 9.3. Tegangan pada sistem tiga-fasa.

tegangan fasa-netral VAN sebagai tegangan referensi, maka


hubungan antara fasor-fasor tegangan tersebut adalah:

!"# $ !%& '()


!"# $ !%& '()*+,
!"# $ !%& '()*+,

Tegangan antara fasa dengan fasa kita sebut tegangan fasa-fasa


yaitu VAB, VBC, dan VCA yang fasor-fasornya adalah

!"# $ !"% & !%# $ !"% '!#%


!"# $ !"# % !&# $ !"& '!#&
!"# $ !"% & !%# $ !"% '!#%

Hubungan antara tegangan fasa-netral dan fasa-fasa adalah


(Gambar 9.4)
!"# $ !"% &!#% $ !'( )*+ &!'( )&,-*+

!*(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

% , , ,
! "#$ % & '( )"#* ) )' ! "#* )'
+ + + +
! "#$ %&%'(

Gambar 9.4. Fasor-fasor tegangan

Sehingga diperoleh
!"# $ !%& '()*+,
!"# $ !%& '()*+,-

Jadi amplitudo tegangan fasa-fasa adalah √3 kali lebih besar


dari amplitudo tegangan fasa-netral
!"" # !$ %

sedangkan sudut fasanya berbeda 30o. Dalam sumber tegangan


sistem tiga-fasa seimbang hubungan Y dikenal dua macam sistem,
yaitu sistem tiga kawat dan empat kawat (Gambar 9.5 dan 9.7).
Dalam setiap sistem, berlaku urutan fasa, untuk sistem tiga kawat
berlaku urutan fasa abc dan acb (Gambar 9.6 (a) dan (b)).
Urutan fasa adalah urutan dari harga maksimum yang
dicapai oleh setiap gelombang tegangan tersebut, misalnya
dikatakan urutan abc ini berarti bahwa harga maksimum
gelombang a lebih dahulu tercapai baru diikuti oleh harga
maksimum gelombang b dan gelombang c.

!*)!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar 9.5. Sistem tiga kawat.

Van = Vp ∠0°
Vbn = Vp ∠ − 120°
Vcn = Vp ∠ − 240° = Vp ∠120°

Gambar 8.9. Urutan fase abc


(a)

Van = Vp ∠0°
Vcn = Vp ∠ − 120°
Vbn = Vp ∠ − 240° = Vp ∠120°

(b)
Gambar 9.6. Urutan fasa, (a). Urutan abc, (b). Urutan acb.

!!*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Apabila dihubungkan secara delta (∆) yang ada hanya tegangan


line, yaitu Vab, Vbc dan Vca, dimana tegangan ini juga berbeda
fasa satu sama lainnya dengan sudut 120° (Gambar 9.8).

Gambar 9.7. Sistem empat kawat.

Pada sistem sumber tiga fase yang seimbang ini berlaku :

Van + Vbn + Vcn = 0 atau |Van| = |Vbn| = |Vcn|

Gambar 9.8. Sumber tiga-fasa hubungan ∆.

9.3 Beban Tiga Fasa


Untuk beban terhubung Y, impedansi masing-masing fasa
adalah Z. Dari Gambar 9.9 jelas terlihat bahwa arus yang
mengalir pada rangkaian sama dengan arus yang mengalir di
masing-masing fasa. Jadi

!!!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

$"% $)% $*%


!" # '(!) # '(!* #
& & &

Dari persamaan arus yang terbentuk, tegangan VAN, VBN, dan VCN
adalah tegangan-tegangan fasa yang berbeda fasa 120o satu
terhadap lainnya. Karena tegangan ini dibagi oleh Z yang sama
untuk mendapatkan arus fasa, jelaslah bahwa masing-masing arus
fasa akan tergeser dengan sudut yang sama dari tegangan fasa
yang bersangkutan. Jika kita tetap menggunakan VAN sebagai
referensi maka

$"% $'( )*+ $'(


!" # # # ) , * # !' ) , *
& & )* &
$"% $'( )*+,-. $'(
!" # # # ) *+,-. *- # !' )/0- 0 +,-. 1
& & )- &
$%& $() *+,-./ $()
!" # # # * +0123 +2 # !4 *562 6 0123 7
' ' *. '

bahwa arus-arus fasa mempunyai amplitudo sama, dan satu


sama lain berbeda fasa 120o. Diagram fasor tegangan dan arus
diperlihatkan pada gambar 9.10. Jumlah arus-arus fasa ini adalah
!" # !$ # !% & '

Jika KCL diaplikasikan maka,

!" # !$ # !% # !& ' (


!" # $%!& ' !( ' !) * # +

!!"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar 9.9. Beban terhubung Y Gambar 9.10. Diagram fasor arus


dan tegangan untuk beban
terhubung Y.

Untuk beban terhubung ∆, arus saluran tidak sama dengan


arus fasa, akan tetapi tegangan fasa-fasa terpasang pada impedansi
tiap fasa (Gambar 9.11). Jika hanya arus saluran yang dihitung,
kita dapat memanfaatkan transformasi hubungan Y-∆, sehingga
beban yang terhubung ∆ menjadi terhubung Y dengan

!
!" #
$

dengan catatan bahwa bebannya seimbang. Setelah ditransformasi-


kan menjadi hubungan Y arus-arus saluran serta daya total
dapat kita hitung. Jika kita perlu menghitung arus maupun
daya di tiap fasa dalam keadaan beban tetap terhubung ∆, kita
memerlukan formulasi hubungan antara arus-arus fasa IAB , IBC
, ICA dengan tegangan-tegangan fasa VAB, VBC , dan VCA. Dari
Gambar 9.12 terlihat bahwa

%"# %#( %("


!"# $ ' !#( $ ' !(" $
& & &

Dari gambar ini pula kita memperoleh hubungan

!" # !"$ %!&"' (((!$ # !$& %!"$' (((((!& # !&" %!$& '

!!#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Diagram fasor tegangan dan arus untuk beban yang terhubung ∆


ini, dengan mengambil VAB sebagai referensi, terlihat pada Gambar
9.11.

Gambar 9.11. Beban terhubung ∆. Gambar 9.12. Diagram fasor arus


dan tegangan untuk beban
terhubung ∆.

maka diperoleh
%"# %'' ()* %''
!"# $ $ $ (+
& & (+ &
!"# $ !%& '() * +,-./
!"# $ !%& '() * +,-./

Gambar 9.12 memperlihatkan bahwa sudut yang dibemtuk oleh


fasor IAB dan −ICA adalah 60o. Dengan demikian maka

!" # !"$ %& '('%)* # !+ %& '('%)*


!" # !"$ %& '(')*+, # !- %& '(')*+,
!" # !"$ %& '(')*+, # !- %& '(')*+,

Dapat disimpulkan bahwa:


Untuk beban yang seimbang hubungan Y : Z1 = Z2 = Z3 = ZY.
Untuk beban yang seimbang hubungan ∆ : Z1 = Z2 = Z3 = Z∆
dengan ZY adalah beban per-fasa dan Z∆ adalah beban per-fasa.

Untuk beban seimbang dalam hubungan Y dapat


ditransformasikan kedalam hubungan ∆ : Z∆ = 3ZY atau ZY = 1/3Z∆.

!!$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

9.4 Hubungan Sumber dan Beban


Ada empat hubungan sumber dan beban dalam rangkaian
tiga-fasa sistem seimbang, yaitu Y-Y ,Y-∆, ∆-∆, dan ∆-Y. Untuk
hubungan sumber dan beban dengan sistem Y-Y seimbang, dapat
dilihat pada Gambar 9.13.

ZY =ZS +ZK +ZL

Dimana pada Gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa ZS adalah


impendansi kumparan fasa dalam generator (sumber tegangan).
Van, Vbn, Vcn adalah tegangan-tegangan fasa dari sumber tegangan.
ZaA, ZnN, ZcC atau ZK adalah impendansi penghubung sumber
tegangan dengan beban (umumnya sangat kecil). ZL adalah
impendansi setiap fasa beban.

Bilamana sumber tegangan diasumsikan dengan urutan abc

Van = Vp∠0o Vbn = Vp∠-120o Vcn = Vp∠120o → VL = √3Vp


Dimana Vp = |Van| = |Vbn| = |Vcn| dan VL = |Vab|= |Vbc| =
|Vca|.

Gambar 9.13. Sistem Y-Y seimbang yang memperlihatkan impendansi


sumber, beban dan kawat penghubung sumber dan
beban.

!!%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Van
Ia =
ZY

Vbn Van ∠ − 120° Van In = - (Ia + Ib + Ic) = 0


Ib = = = ∠ − 120° = I a ∠ − 120°
ZY ZY ZY

Vcn Van ∠ − 240° Van


Ic = = = ∠ − 240° = I a ∠ − 240°
ZY ZY ZY

Untuk hubungan sumber dan beban dengan sistem Y-∆ seimbang


(Gambar 9.16), dengan mengasumsikan urutan fasa abc, maka
tegangan fasa-fasa dapat dihitung sebagai berikut:

Vab = 3Vp ∠30° = VAB


Vbc = 3Vp ∠ − 90° = VBC
Vca = 3Vp ∠ − 210° = VCA

Gambar 9.14. Diagram fasor


Gambar 9.15. Diagram fasor yang
memperlihatkan hubungan tegangan
memperlihatkan hubungan
line Vab dengan tegangan fasa Van dan
tegangan line dengan tegangan fasa.
Vbn.

dan arus yang mengalir pada rangkaian adalah:

!!&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

VAB
I AB =
Z∆
VBC
I BC =
Z∆
VCA
I CA =
Z∆

Z∆ Z∆
Z∆

Gambar 9.16. Y-∆ seimbang.

Arus-arus fase dapat juga dihitung dengan menggunakan hukum


Kirchhoff tegangan pada loop aABbna yang menghasilkan

− Van + Z∆ IAB + Vbn = 0

V − Vbn Vbn VAB


I AB = an = =
Z∆ Z∆ Z∆

Arus-arus line ini juga dapat dihitung dari hasil arus-arus fase
dengan menggunakan arus Kirchhoff pada titik-titik simpul A, B
dan C. Pada titik A: Ia = IAB + ICA. Pada titik B: Ib= IBC + IAB. Pada titik
C: Ic= ICA – IBC.

!!'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar 9.17. Diagram fasor hubungan sumber dan beban dengan sistem
Y-∆ seimbang.

Jika diturunkan didapat IL = √3 Ip


Dimana dalam hal ini:

IL =|Ia|=|Ib|=|Ic| dan Ip =|IAB|=|IBC|=|ICA|.

Gambar 9.17 mengilustrasikan hubungan sumber dan beban


dengan sistem ∆-∆ seimbang. Bila rangkaian diasumsikan memiliki
urutan fasa abc, maka: Vab = VAB, Vbc = VBC dan Vca = VCA.
Sehingga arus line dan arus fasa adalah Ia = IAB – ICA, Ib = IBC – IAB
dan Ic = ICA -IBC .

VAB Vab
I AB = =
Z∆ Z∆
VBC Vbc
I BC = =
Z∆ Z∆
VCA Vca
I CA = =
Z∆ Z∆

! ∆-∆!seimbang.
Gambar 9.17. Hubungan

!!(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar 9.18 mengilustrasikan hubungan sumber dan beban


dengan sistem ∆-Y seimbang. Bila sumber tegangan diasumsikan
dengan urutan fasa abc, maka tegangan fasa pada sumber adalah:
Vab= Vp 0o, Vbc= Vp 0o dan Vca= Vp 0o, dengan tegangan
line sama dengan tegangan fasa.

Gambar 9.18. Hubungan !


∆-Y seimbang.

Untuk mencari arus-arus line (Ia, Ib dan Ic) dipergunakan hukum


Kirchhoff tegangan pada loop aANBba, sehingga didapat :

Vp 3∠ − 30°
Ia =
ZY
Ib = Ia ∠-120°
Ic = Ia ∠120°

Tegangan fasa pada hubungan equivalensi Y menjadi:


Vp
Van = ∠ − 30 o
3
Vp
Vbn = ∠ − 150 o
3
Vp
Vcn = ∠90 o
3

!!)!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar 9.19 mengilustrasikan diagram fasor hubungan ∆-Y


seimbang. Sementara itu Tabel 9.1. meringkas hubungan tegangan
dan arus line pada sistem tiga-fasa urutan fasa abc.

Gambar 9.19. Diagram fasor ∆-Y seimbang.

Tabel 9.1. Hubungan tegangan/arus line pada sistem tiga-fasa


urutan abc.

!"*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

9.5 Daya pada Sistem Tiga Fasa Seimbang


Harga sesaat dari daya pada sistem fasa tidak berubah
terhadap waktu seperti daya sesaat per fasa-nya. p = 3VpIp cos θ.
Daya rata-rata per fasa Pp untuk beban Y ataupun ∆ adalah p/3,
atau Pp = 3VpIp cos θ untuk daya aktif, Qp = 3VpIp sin θ untuk daya
reaktif dan Sp = VpIp untuk daya semu. Sedangkan daya kompleks
per fasa sama dengan

S = Pp +jQp = Vp Ip*

Dimana Vp dan Ip adalah tegangan dan arus per-fasa. Pada beban


hubungan Y:
VL 1 &1 #
VL = 3 Vp atau : Vp =
3
=
3
3 VL → P = 3$
%3
3 VL !I L cos θ
"

P = 3 VL I L cos θ
Q = 3 VL I L sin θ
S = 3 VL I L

sedangkan pada beban hubungan ∆


IL 1
I L = 3I p atau I p = = 3I L
3 3

"I 1 !
P = 3VL %% L = 3I L ## cos θ
& 3 3 $

sehingga daya pada beban Y dan ∆ seimbang adalah sama. Total


daya kompleks pada sistem tiga-fasa seimbang adalah
3Vp 2
S = 3S p = 3Vp I p * = 3I p 2 .Zp =
Zp*
S = P + jQ = 3 VL I L cos θ

!"!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

9.6 Sistem Tiga Fasa Tak Seimbang


Ada dua kemungkinan dalam sistem tiga-fasa menjadi tak
seimbang,
-! Tegangan sumber tidak sama besar, beda magnitude dan
beda sudut fasa.
-! Impedansi beban tidak sama.

Gambar 9.20 menunjukkan keadaan sistem tiga-fasa tak seimbang


dengan sistem Y tak seimbang pada beban.
2. Impendansi beban tidak sama

Gambar 9.20. Sistem tiga-fasa dengan beban Y tak seimbang.

Karena beban tidak seimbang maka ZA, ZB dan ZC tidak sama,


sehingga untuk mencari arus-arus line dipergunakan hukum Ohm
sebagai berikut:
VAN VBN VCN
Ia = ; Ib = dan Ic =
ZA ZB ZC

Pada beban tak seimbang ini akan muncul arus netral, tidak seperti
pada beban seimbang dimana arus netralnya adalah nol. In =-(Ia +Ib
+Ic)

9.7 Soal Latihan dan Penyelesaian


Hitung arus line pada Gambar 9.21 berikut.

!""!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar 9.21. Sistem tiga-fasa seimbang Y-Y yang dianalisa.

Penyelesaian
Sistem diatas adalah sistem hubungan Y-Y seimbang tiga kawat
(tanpa kawat netral).

ZY = ZaA + ZYA = (5 – j2) + (10 + j8) = (15 + j6) = 16,155 21,80°Ω.

Van 110∠0°
Ia = = = 6,81∠ − 21,8° A
Z Y 16,155∠21,80°
Vbn 110∠ − 120°
Ib = = = 6,81∠ − 141,80° A
Z Y 16,155∠21,80°

Vcn 110∠ − 240°


Ic = = = 6,81∠ − 261,80° = 6,81∠98,20° A
Z Y 16,155∠21,80°

Sebuah sumber tegangan hubungan Y urutan abc yang seimbang


dengan Van = 100 10°V dihubungkan ke beban ∆ seimbang
dengan impedansi per fase adalah : Z∆ = (8 + j4)Ω. Hitunglah arus-
arus fasa dan line.

Penyelesaian
Adapun impedansi beban : Z∆ = 8 + j4 = 8,944 26,57°Ω.
tegangan fasa: V = 100 10°V.

Vab = (Van ) 3∠30° = 100 3∠40° = VAB → VAB = 173,2 ∠ 40o volt

!"#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

arus-arus fasa:

VAB 173,2∠40 o
I AB = = = 19,36∠13,43o A
Z∆ 8,944∠26,57
IBC = IAB∠-120°= (19,36∠13,43°)(1∠-120°) = 19,36∠-
106,57°A
ICA = IAB ∠120°= (19,36∠13,43°)(1∠120°) = 19,36∠133,43°A

Sebuah beban tiga fase seimbang dengan hubungan ∆ dimana per-


fasa adalah (20 - j15)Ω, beban ini dihubungkan ∆ dengan generator
dengan urutan fasa abc, dimana tegangan Vab = 330 0°V, maka
apabila impendansi kawat penghubung antara generator dan
beban diabaikan carilah arus-arus fasa dan line.

Penyelesaian
Impendansi beban per –fasa adalah Z∆ =(20 – j15) = 25 -36,87°Ω.
Karena generator dengan urutan fasa abc, maka
VAB = Vp 0°; VBC = Vp -120° dan VCA = Vp 120° dan VAB = Van.

Sehingga arus-arus fasa adalah


V 330∠0 o
I AB = AB = = 13,2∠36,87 o .A
Z∆ o
25∠ − 36,87
VBC 330∠ − 120 o
I BC = = = 13,2∠ − 83,13 o .A
Z∆ 25∠ − 36,87 o

VCA 330∠120 o
I CA = = = 13,2∠36,87 o A
Z∆ 25∠ − 36,87 o

dan untuk arus-arus line:

!"$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Ia = IAB – ICA = (13,2 ∠ 36,87°) – (13,2∠156,87°) = 22,86 ∠6,87° A


Ib = IBC – IAB = (13,2 ∠ -83,13°) – (13,2∠36,87°) = 22,86 ∠-113,13°A
Ic = ICA – ICB = (13,2∠156,87°) – (13,2 ∠-83,13°) = 22,86∠126,87°A

Sebuah beban seimbang Y dengan inpedansi per-fase (40 + j25)Ω


dihubungkan ke sumber tegangan ∆ seimbang (urutan abc) dengan
tegangan line sebesar 210V. Dengan mengabaikan impedansi
kawat penghubung, carilah arus-arus fase (ambil referensi Vab).

Penyelesaian
Impedansi beban per-fasa: ZY = 40 + j25 = 47,17 32°Ω dan
tegangan sumber: Vab = 210 0o V. Apabila sumber ∆
ditransformasikan menjadi Y maka:

Vab
Van = ∠ − 30 o = 121,2∠ − 30 o v
3

dan arus-arus line dapat dihitung menjadi:


maka arus-arus line :
V 121,1∠ − 30°
I a = an = = 2,57∠ − 62° A
ZY 47,17∠32°
Ib = Ia ∠-120°= (2,57∠-62°)(1∠-120°) = 2,57∠- 282°A
Ic = Ia ∠-120°= (2,57∠-62°)(1∠120°) = 2,57∠58°A
Pada rangkaian Gambar 9.22 dibawah ini carilah total daya aktif,
reaktif dan daya komplek pada sumber; pada beban dan juga pada
saluran (ambil urutan abc).

Penyelesaian
Diambil satu fasa (misalnya fasa a) maka: Van = 110 0°V = VP.

Van 110∠0 o
Ia = = o
= 6,81∠ − 21,8 o A = I p
Z Y 16,155∠21,80

!"%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Gambar 9.22. Rangkaian yang dianalisa untuk perhitungan daya.

Sehingga daya komplek dari sumber :


SS = -3VpIp* = (3(110 0°)(6,81 21,8°) = -2247 21,8°
= (-2087,3 + j834,5)VA

Maka daya aktif/nyata dan daya reaktif dari sumber :


Ps = - 2087, 3Watt, Qs = - 834,5VAR.

Sehingga daya komplek pada beban :


Sload = 3|Ip|2Zp|
= 3|6,81|-2(12,81 36,66°) = 1782,23 38,66°
= (1391,68 + j1113,35)VA

Daya aktif/nyata yang diserap oleh beban : Pbeban = 1391,68Watt


Daya reaktif yang diserap oleh beban : Qbeban = 1113,35VA.

Adapun impedansi kawat yang menghubungkan sumber dengan


beban ZL = (5 – j2) = 5,38 -21,8°Ω.

Sehingga daya komplek yang diserap oleh kawat penghubung


tersebut: SK = 3|Ip|2ZL = 3(6,81) 2(5,385 21,8°) = 749,2 21,8°VA
= (695,62 – j278,22)VA.

Sehingga Daya aktif/nyata yang diserap oleh kawat penghubung:


Pk = 695,62Watt, dan daya reaktif yang diserap kawat: Qk = -
278,22VAR.

!"&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Rangkaian tiga fasa Gambar 9.23 dibawah ini memiliki tegangan


VAN = 100 0°V, VBN = 100 120°V dan VCN = 100 - 120°V.
Hitung arus-arus line dan arus netral (sumber urutan abc).

Gambar 9.23. Rangkaian tiga-fasa tak seimbang yang dianalisa.

Penyelesaian
Arus-arus line
VAN 100∠0 o
Ia = = = 6,67∠0 o = (6,67 + j0)A
ZA 15
VBN 100∠120 o 100∠120 o
Ib = = = = 8,94∠93,44 o = (−0,54 + j8,92)A
ZB (10 + j5) 11,18∠26,56 o
VCN 100∠ − 120 o 100∠ − 120 o
Ic = = = o
= 10∠ − 66,87 o = (3,93 + j9,2)A
ZB (6 − j8) 10∠ − 53,13

Arus netral
In = - (Ia + Ib + Ic) = -(6,67 + j0 – 0,54 + j8,92 + 3,93 – j9,2) = - (10,06 – j0,28)
atau In = - 10,06 + j0,28 = 10,06 178,4°A.

9.8 Soal Latihan


1.! Hitung arus dalam sistem tiga kawat Y-Y pada gambar
berikut

!"'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Ia = 6.81 ∟-21.80 Ib = 6.81 ∟-141.80 Ic = 6.81 ∟98.20

2.! Sebuah beban seimbang terhubung Y seperti pada gambar


berikut. Arus di fasa A adalah IA = 100∠30oA rms, dan
tegangan jala-jala VAB = 380∠30o Vrms. Tentukanlah Impedansi
per fasa.

Z = 2,2 ∠30o = 1,9 + j1,1 Ω

3.! Untuk rangkaian Y-Y dibawah ini tentukan daya kompleks


pada sumber dan beban.

!"(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

(1054 + j 843.3)VA , (1012 + j 801.6)VA.

4.! Tentukan Arus line dan daya serap beban dari rangkaian 3
phasa tak seimbang di bawah ini.

64∠80, 1oA , 38,1∠-60oA dan 43,5∠225oA , 4,84kW.

5.! Rangkaian beban Y tiga fasa tak seimbang seperti pada


gambar di bawah ini mempunyai tegangan seimbang 100 V
dengan urutan abc. Hitung arus line dan arus netral jika ZA =
15Ω, ZB = 10 + j5 Ω, Zc= 6-j8 Ω.

!")!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Arus line : Ia = 6.6∠70o A, Ib= 8.94∠93.44oA, Ic = 10∠-66.87A


Arus Netral : In = -10.06 + j0.28 = 10.06 ∠178.4oA

6.! Hitung arus- arus line dan arus netral (sumber urutan abc)
untuk rangkaian tiga fasa seperti dibawah ini. Dimana VAN =
100∠0oV, VBN = 100∠120oV dan VCN = 100∠-120oV.

Arus-arus line :
Ia = 6,67∠0o = (6,67 + j0)A
Ib = 8,94∠93,44o = (-0.54 + j8.92)A
Ic = 10∠-66,87o = (3,93 + j9.2)A
Arus Netral :
In = -10.06 + j0.28 = 10.06∠178.4oA

!#*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

DAFTAR PUSTAKA

Beaty, H. Wayne, Handbook of Eletric Power Calculation, Third


Edition, Mcgraw-Hill, New York, 2001.

Edminister, Joseph A., Nahvi, Mahmood, Rangkaian Listrik Edisi


keempat, Schaum’s Series, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003.

Hayt, Jr., William, Kemmerly, Jack E., Darbin, Steven M.,


Rangkaian Listrik, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta,
2002.

Hasibuan, A Rachman, Mubarakah, Neamah, Rangkaian Listrik II,


Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007.

Junadi, Praktikum Analisis Rangkaian Listrik, UNY, Yogjakarta,


2010.

Ramdhani, Mohammad, Rangkaian Listrik (revisi), Sekolah Tinggi


Teknologi Telkom Bandung, 2005.

Scheneider Electric, Koreksi Faktor Daya, Training Material,


Scheneider Electric Indonesia, Jakarta, 2005.

Wijaya, Sastra Kusuma, Diktat Elektronika I, FISIKA FMIPA UI,


Jakarta, 2008.

Young, Hugh D., Fisika Universitas, Edisi kesepuluh Jilid kedua,


Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003.

!#!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

TAKARIR

Active power Daya yang dikonsumsi atau


digunakan dalam rangkaian AC
atau disebut daya nyata. Diukur
dalam kilo watt (kW) atau mega
watt (MW).

Admittance Perbandingan arus listrik efektif


terhadap tegangan efektifnya untuk
isyarat (sinyal) listrik bolak-balik
(yang berbentuk sinusoida).
Kebalikan dari impedansi. Satuan SI
untuk masuk adalah siemens
(simbol S); unit yang lebih tua dan
identik adalah mho, dan simbolnya
adalah (Ω terbalik).

Alternating Current Arus listrik di mana besarnya dan


arahnya arus berubah-ubah secara
bolak-balik. Berbeda dengan arus
searah di mana arah arus yang
mengalir tidak berubah-ubah
dengan waktu. Bentuk gelombang
dari listrik arus bolak-balik biasanya
berbentuk gelombang sinusoidal.

Ampere Suatu arus listrik yang mengalir dari


kutup positif ke kutup negatif,
sedemikian sehingga di antara dua
penghantar lurus dengan panjang
tak terhingga, dengan penampang
yang dapat diabaikan, dan
ditempatkan terpisah dengan jarak 1
meter dalam vakum, menghasilkan
gaya sebesar 2 × 10-7 newton/meter.

!#"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Apparent power Hasil dari nilai rata-rata kuadrat


(RMS) tegangan dan arus dikenal.
Daya ini diukur dalam kilo volt
ampere (kVA) atau mega volt
ampere (MVA).

Capasitor bank Merupakan salah satu komponen


elektronik yang dibangun dari
sejumlah kapasitor, dimana fungsi
dan tujuannya untuk membaiki cos
θ atau disebut juga faktor daya.
Untuk memasang komponen ini
caranya selalu sama yaitu secara
paralel.

Capasitor breaker Digunakan untuk mengamankan


instalasi kabel dari breaker ke
kapasitor bank dan juga kapasitor
itu sendiri.

Conductance Kemampuan suatu benda


menghantarkan arus listrik dari
suatu bahan.

Coulomb Dilambangkan dengan C, adalah


satuan SI untuk muatan listrik, dan
didefinisikan dalam ampere: 1
coulomb adalah banyaknya muatan
listrik yang dibawa oleh arus sebesar
1 ampere mengalir selama 1 detik. 1
coulomb adalah 6.24×1018 kali
muatan elektron.

Current through Arus yang mengalir dalam suatu


rangkaian baik DC maupun AC
yang melalui hambatan R maupun
X.

!##!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Direct Current Aliran elektron dari suatu titik yang


energi potensialnya tinggi ke titik
lain yang energi potensialnya lebih
rendah. Sumber arus listrik searah
biasanya adalah baterai dan panel
surya.

Duty cycle Lamanya pulsa high (on) selama 1


periode, terlihat bahwa lamanya
duty cycle 7 ms.

Elektron Partikel subatom yang bermuatan


negatif dan umumnya ditulis
sebagai e-. Elektron tidak memiliki
komponen dasar ataupun
substruktur apapun yang diketahui,
sehingga dipercayai sebagai partikel
elementer. Elektron memiliki massa
sekitar 1/1836 massa proton.

Farrad Merupakan satuan turunan SI untuk


kapasitansi listrik, yaitu kemampuan
suatu benda untuk menyimpan
muatan listrik. Dinamakan menurut
fisikawan Inggris, Michael Faraday.

Frequency Domain Analisis fungsi matematika untuk


sinyal yang berhubungan dengan
frekuensi dan waktu.

Ground Sistem pengamanan terhadap


perangkat-perangkat listrik sebagai
sumber tenaga, dari lonjakan listrik,
petir dan lain-lain.

!#$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Henry Satuan SI dari induktansi. Jika laju


perubahan arus listrik pada suatu
rangkaian listrik adalah satu ampere
per detik dan hasil tegangan
elektromotifnya adalah satu volt,
maka induktansi dari rangkaian
tersebut adalah satu henry.

Impedance Ukuran penolakan terhadap arus


bolak-balik. Satuannya adalah ohm.
Untuk menghitung impedansi,
Anda harus mengetahui nilai jumlah
dari seluruh hambatan serta
impedansi seluruh induktor dan
kapasitor yang akan memberikan
jumlah penolakan yang bervariasi
terhadap arus tergantung pada
perubahan arus.

Input Masukan dalam suatu rangkaian,


bisa berupa sumber tegangan
ataupun sumber arus.

Instatenous power Daya sesaat; daya listrik sesaat


dalam rangkaian AC diberikan oleh
P = VI di mana V dan I adalah
tegangan dan arus sesaat.

Joule satuan SI untuk energi dengan basis


unit kg.m2/s2. Nama joule diambil
dari penemunya James Prescott
Joule (1818–1889). Joule disimbolkan
dengan huruf J.

Junction Istilah junction menunjuk ke bagian


di mana kedua kutub konduktor
yang berlawanan bertemu.

!#%!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Kirchoff Current Law Prinsip konservasi muatan listrik


mengimplikasikan bahwa: Pada
sembarang simpul (junction) dalam
suatu rangkaian listrik, jumlah arus
yang mengalir ke simpul itu sama
dengan jumlah arus yang mengalir
keluar dari simpul itu. Jumlah
aljabar dari arus dalam jaringan
pertemuan konduktor pada suatu
titik adalah nol.

Kirchoff Voltage Law Berhubungan dengan konservasi


energi di sekitar jalur rangkaian
tertutup. Hukum tegangan Kirchoff
ini menyatakan bahwa untuk
lintasan rangkaian loop tertutup,
jumlah aljabar dari semua tegangan
di sekitar loop tertutup dalam
rangkaian sama dengan nol.

Linear Jika berhubungan dengan


persamaan, merupakan suatu
persamaan yang pangkat tertinggi
dari variabelnya adalah satu atau
berderajat satu.

Load breaker switch Merupakan saklar atau pemutus


arus tiga fase untuk penempatan di
luar ruas pada tiang pancang, yang
dikendalikan secara elektronis.
Switch dengan penempatan di atas
tiang pancang ini dioptimalkan
melalui control jarak jauh dan skema
otomatisasi.

!#&!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Magnetic contactor sebuah komponen yang berfungsi


sebagaipenghubung/kontak dengan
kapasitas yang besar daya minimal.
Dapat dibayangkan MC adalah relay
dengan kapasitas yang besat.
Umumnya MC terdiri dari 3 pole
kontak utama dan kontak bantu
(aux.)

Main switch Saklar utama; berfungsi untuk


memutuskan rangkaian secara
keseluruhan pada panel utama.

Mesh Suatu bentuk hubungan antar


hambatan dimana setiap hambatan
terhubung secara langsung ke
hambatan lainnya yang ada di
dalam rangkaian.

Millman Jika berhubungan dengan teorema,


Teorema Millman seringkali disebut
juga sebagai Teorema Transformasi
Sumber, baik dari sumber tegangan
yang dihubungserikan dengan
resistansi ke sumber arus yang
dihubung-paralelkan dengan
resistansi yang sama atau
sebaliknya.

Newton Satuan SI turunan dengan lambang


N, yang merupakan satuan dari
gaya, dinamai dari Sir Isaac Newton.
Satu newton adalah besarnya gaya
yang diperlukan untuk membuat
benda bermassa satu kilogram
mengalami percepatan sebesar satu
meter per detik per detik.

!#'!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Node Salah satu titik sambungan, titik


redistribusi, atau titik akhir dalam
suatu rangakaian (beberapa terminal
dari suatu rangkaian).

Norton Teorema Norton menunjukkan


bahwa keseluruhan jaringan listrik
tertentu, kecuali beban, dapat
diganti dengan sirkuit ekuivalen
yang hanya mengandung sumber
arus listrik independen dengan
sebuah resistor yang terhubung
secara paralel, sedemikian hingga
hubungan antara arus listrik dan
tegangan pada beban tidak berubah.

Ohm Jika berhubungan dengan Hukum


Ohm, maka Hukum Ohm adalah
suatu pernyataan bahwa besar arus
listrik yang mengalir melalui sebuah
penghantar selalu berbanding lurus
dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya.

Ohmmeter Alat ohm-meter ini menggunakan


galvanometer untuk mengukur
besarnya arus listrik yang lewat
pada suatu hambatan listrik (R),
yang kemudian dikalibrasikan ke
satuan ohm.
Desain asli dari ohmmeter
menyediakan baterai kecil untuk
menahan arus listrik.

!#(!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Open circuit Rangkaian yang tidak terhubung


sempurna atau ada bagian yang
terbuka, baik oleh saklar atau oleh
putusnya kabel. Dua titik disebut
open circuit jika tidak ada hubungan
diantara kedua titik tersebut.

Osciloscope alat ukur elektronika yang berfungsi


memproyeksikan bentuk sinyal
listrik agar dapat dilihat dan
dipelajari. Osiloskop dilengkapi
dengan tabung sinar katode. Peranti
pemancar elektron memproyeksikan
sorotan elektron ke layar tabung
sinar katode. Sorotan elektron
membekas pada layar.

Output keluaran dari suatu rangkaian, bisa


berupa tegangan ataupun arus.

Paralel Tegangan yang melewati tiap


komponen adalah sama, dan total
arus adalah jumlahan arus yang
melewati tiap komponen.

Periodic Menurut periode tertentu; muncul


atau terjadi dalam selang waktu
yang tetap;

Phasor Jika berhubungan dengan diagram


fasor; Diagram fasor adalah sebuah
gambar anak panah yang digunakan
untuk menyatakan suatau besaran
bolak-balik. Tegangan bolak-balik
(V) dan arus bolak-balik (I)
digambarkan dengan anak panah.
Panjang naka panah menyatakan
nilai maksimumnya.

!#)!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Proton Partikel subatomik dengan muatan


positif sebesar 1,6×10−19 coulomb
dan massa 938 MeV
(1,6726231×10−27kg, atau sekitar 1.836
kali massa sebuah elektron).
Banyaknya proton di bagian inti
biasanya akan menentukan sifat
kimia suatu atom.

Quadratic Kuadran adalah daerah yg terjadi


akibat perpotongan dari sumbu x
dan sumbu y pada bidang
koordinat. Kuadran ada 4 , kuadran
1: daerah yg terletak dikanan sumbu
y dan di atas sumbu x. Kuadran 2:
daerah yg terletak dikiri sumbu y
dan di atas sumbu x. Kuadran 3:
daerah yg terletak dikiri sumbu y
dan dibawah sumbu x. Kuadran 4:
daerah yg terletak diknan sumbu y
dan dibawah sumbu x.

Reactance Perlawanan komponen rangkaian


atas perubahan arus listrik atau
tegangan listrik karena adanya
kapasitansi atau induktansi. Medan
listrik yang terbentuk dalam
komponen tersebut akan
menghambat perubahan potensial
listrik dan medan magnetik yang
terbentuk menghambat perubahan
arus listrik.

!$*!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Reactive power Daya yang mengalir bolak balik


dalam suatu rangkaian atau bereaksi
pada dirinya sendiri. Daya reaktif
diukur dalam kilo volt ampere
reaktif (kVAR) atau mega volt
ampere reaktif (MVAR).

Resistance Kemampuan suatu bahan benda


untuk menghambat atau mencegah
aliran arus listrik. Seperti yang kita
ketahui bahwa arus listrik adalah
banyaknya muatan listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian
listrik dalam tiap satuan waktu yang
dikarenakan adanya pergerakan
elektron-elektron pada konduktor.

Resonance Peristiwa ikut bergetarnya suatu


benda karena ada benda lain yang
bergetar dan memiliki frekuensi
yang sama atau kelipatan bilangan
bulat dari frekuensi itu.

RMS Root-mean-square, artinya “dikuadrat


kan, lalu diambil rata-ratanya,
kemudian diakar kuadratkan”.

Series Arus yang melewati tiap komponen


adalah sama, dan total arus adalah
jumlahan tegangan yang melewati
tiap komponen.

!$!!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Short circuit Rangkaian ini terjadi jika arus


melewari jalan pintas untuk kembali
ke sumbernya karena ada hubungan
langsung konduktornya yang tidak
melaui beban seingga nilai arusnya
menjadi tinggi sekali karena
rendahnya nilai tahanan yang
menghambat arus tersebut

Sinusoidal Fungsi matematika yang berbentuk


osilasi halus berulang. Fungsi ini
sering muncul dalam ilmu
matematika, fisika, pengolahan
sinyal, dan teknik listrik, dan
berbagai bidang lain.

Steady State keadaan di mana suatu sistem


berada dalam kesetimbangan atau
tidak berubah lagi seiring waktu,
atau tunak, atau mantap.

Susceptance Dilambangkan B adalah ekspresi


dari sederhana daripada arus bolak-
balik (AC) yang melewati
kapasitansi atau induktansi.

Thevenin Salah satu teorema yang berguna


untuk analisis rangkaian listrik.
Rangkaian baru hasil dari aplikasi
teorema Thevenin disebut dengan
rangkaian ekuivalen Thevenin.
Teorema ini dinamakan sesuai
dengan penemunya, seorang
insinyur berkebangsaan Perancis, M.
L. Thévenin.

!$"!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Transient Gejala transien atau gejala peralihan


merupakan perubahan nilai
tegangan atau arus maupun
keduanya baik sesaat maupun
dalam jangka waktu tertentu (dalam
orde mikro detik) dari kondisi
tunaknya (steady state).

Trigonometric sebuah cabang matematika yang


mempelajari hubungan yang
meliputi panjang dan sudut segitiga.
Bidang ini muncul di masa
Hellenistik pada abad ke-3 SM dari
penggunaan geometri untuk
mempelajari astronomi.

Volt satuan turunan di dalam Standar


Internasional (SI) untuk mengukur
perbedaan tegangan listrik. 1 Volt
berarti beda tegangan yang
diperlukan untuk membuat arus
tepat sebesar 1 ampere di dalam
suatu rangkaian dengan resistensi 1
ohm. R adalah besarnya hambatan
dalam sebuah rangkaian, satuannya
ohm.

Voltage drop Jatuh tegangan pada saluran tenaga


listrik secara umum berbanding
lurus dengan panjang saluran dan
beban serta berbanding terbalik
dengan luas penampang
penghantar. Besarnya jatuh
tegangan dinyatakan baik dalam
persen atau dalam besaran Volt.

!$#!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

Voltage rise Dalam kasus saluran transmisi yang


tanpa beban. Karena efek kapasitif
yang timbul (pengaruh farrenty effect)
tegangan meningkat pada penerima
akhir lebih dari tegangan pengenal.

Watt Satuan turunan SI untuk daya. 1


Watt didefinisikan sebagai 1 joule
dibagi 1 detik (1 J/d), atau dalam
satuan listrik , satu volt ampere (1
V—A). Dia merupakan rating ("rate")
dari joule per detik di mana energi
diubah, digunakan atau habis.

!$$!
ANALISA RANGKAIAN LISTRIK
!!!!

PROFIL PENULIS

Dr. Nelly Safitri, SST, M.Eng.Sc

Lahir di Lhokseumawe 21 Januari 1978. Beliau adalah putri


Aceh sejati yang bekerja sebagai PNS Dosen tetap pada Program
Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Lhokseumawe. Berhasil menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 pada
Electrical and Computer Engineering Curtin University of Technology,
Western Australia pada tahun 2007 dan 2015.
Buku Analisa Rangkaian Listrik yang ditulis perdana secara
tim bersama dua Dosen berbakat dan berdedikasi tinggi dan juga
putri-putri Aceh sejati ini seyogyanya adalah buku yang berisi
kumpulan teori, penyelesaian soal dan soal-soal latihan yang
dimaksudkan bagi mahasiswa teknik khususnya teknik elektro.
Buku ini juga bermanfaat bagi teknisi dan tenaga kependidikan
dibidang teknik elektro. Adapun pokok bahasan dalam buku ini
adalah seputar dasar-dasar rangkaian listrik, hukum-hukum dan
teorema-teorema dasar untuk penyederhanaan rangkaian, listrik
searah dan bolak-balik, serta pembahasan tentang listrik satu-fasa
dan juga tiga-fasa. Pada setiap pokok bahasan disajikan contoh soal
dan penyelesaiannya. Dalam buku ini juga disajikan soal-soal
latihan beserta kunci jawaban agar mahasiswa tergerak untuk
belajar dan memahami filosofi dasar rangkaian listrik. Adapun
materi dalam buku ini bersumber dari beberapa buku teks
rangkaian listrik dan buku terjemahan. Semoga buku ini memberi
banyak manfaat dan dapat membantu mahasiswa berpikir logis
saat menyelesaikan soal-soal dan menganalisa rangkaian listrik.

!$%!

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai