Elektromagnetika
EDISI KETUJUH
William H. Hayt
Profesor E111eri1L1s
Purdue University
John A. Buck
Georgia Institute of Technologv
PENERBIT ERLANGGA
JI. H. Baping Raya No. I 00
Ciraca . Jakarta 13740
h l l p://\v,v,v.e rlangga, co. id
e-mail: edi lor@erlangga.net
(Anggota IKAPl)
Judul Asli:
Engineering Electromagnetics, Seventh Edition
\Villia,11 H. Hay1, John A. Buck
Original ISBN: 0-07-252495-2
Copyright © 2006, 200 I, 1989, 1981, 1974, 1967, 1958 by McGra,v-Hill Companies, Inc.
All rights reserved. Authorized translation from English Language edition published by McGraw-Hill.
Hak terjemahan daJam Bahasa Indonesia pada Penerbit Erlangga
berdasarkan perjanjian resmi tanggal 15 Januari 2006
Alih Bahasa:
Irzarn Harmein, S.'r.
Edi1or:
H. Wibi Hardani, S.T., M.M.
Buku ini disci dan dilay-out olch Bagian Produksi Penerbit Erlangga
dengan Macintosh G5. dengan mcnggunakan huruf Times 10.
08 07 06 6 S 4 3 2 I
Dilarang keras 1ne11g111ip. menjiplak. memfotokopi a1a11 memperbanyak dalam bentuk apa pun. baik sebagian atau
keseluruhan isi buku ini sena memperjualbelikannya tanpa itin tenulis dari Penerbit Erlangga.
1 Analisi · Vektor I
2 Hukum Coulomb dan Irucnsita Medan Li. trik 25
3 Keraparan Fluks Listrik, Hukum Gauss, dan Divergensi 49
Bab 2
Hukum Coulomb dan lntensitas Medan Listrik 25
2.1 Hukum Eksperimental Coulomb 26
2.2 lntcn ita Medan Listrik 28
2.3 Medan Listrik oleh Distribusi Muatan Volume yang Kontinu 32
2.4 Medan Li rrik oleh sebuah Muatan Gari 35
2.5 Medan oleh sebuah Muatan Lempengan 40
2.6 Gari -garis Gaya dan Sketsa Medan 42
Daftar Acuan 45
Soal-soal 46
Bab 3
Kerapatan Fluks Listrik, Hukum Gauss, dan Divergensi 49
3.1 Kerapatan Fluk Listrik 49
3.2 Hukum Gau s 53
3.3 Aplikasi Hukum Gau : Beberapa Di tribusi Muatan Sirnetris 57
3.4 Aplika i Hukum Gauss: Elemen Volume Diferensial 61
3.5 Divergensi 64
3.6 Persamaan Pertarna Maxwell (Medan Elektrostatik) 67
3.7 Operator Vektor 6 dan Teorema Divergen i 69
Daftar Acuan 73
Soal-soal 73
Bab 4
Energi dan Potensial Listrik 77
4.1 Energi Terpakai untuk Mernindahkan sebuah Muatan Titik di dalarn ebuah
Medan Listrik 78
Bab 5
Arus dan Konduktor 111
5.1 Arus dan Kerapatan Arus 11 I
5.2 Kontinuitas Arus I 13
5.3 Konduktor Logam 115
5.4 Si fat Konduktor dan Kondisi Perbatasan 120
5.5 Metode Bayangan 125
5.6 Semikonduktor 127
Daftar Acuan J 29
Soal-soal 129
Bab 6
Dielektrikum dan Kapasitansi 133
6.1 Si fat Dasar Bahan Dielektrikun1 I 34
6.2 Kondisi-kondisi Batas untuk Bahan Dielektrikurn Ideal 139
6.3 Kapasnansi 145
6.4 Beberapa Contoh Kapasi tansi I 48
6.5 Kapa itansi sebuah Saluran Kawat-Ganda I 5 I
6.6 Sketsa Medan untuk Estimasi Kapa itansi dalam Soal-soal Dua Dimen i 156
6. 7 Analogi Arus 16 I
Daftar Acuan 163
Soal-soal 163
Bab 7
Persamaan Poisson dan Persamaan Laplace 168
7. I Penurunan Persarnaan Poisson dan Persamaan Laplace J 69
7 .2 Teorema Keunikan Pcrsarnaan Laplace 171
7 .3 Conteh Selusi Persamaan Laplace 173
7.4 Conteh Solusi Per arnaan Poisson 179
7.5 Selusi Hasil-Kali untuk Persamaan Laplace 183
7.6 Pemecahan Persarnaan Laplace Via Teknik Iterasi Numerik I 91
Daflar Acuan 197
SoaJ-soal J 97
Bab 8
Medan Magnet Konstan 203
8.1 Hukum Biot-Savart 203
8.2 Hukurn Ampere untuk Rangkaian Li urik 210
8.3 Curl 217
8.4 Teorcma Stoke 224
8.5 Fluk Magnet dan Kerapatan Auks Magnet 228
8.6 Skalar dan Vckror Poten ial Magnet 230
8.7 Pc,nbuktian Hukum-hukun1 untuk Medan Magnet Konstan 237
Daftar Acuan 243
Soal-soal 243
Bab 9
Gaya-gaya Magnet, Bahan-bahan Magnetik, dan lnduktansi 249
9.1 Gaya pada sebuah Muatan Bergerak 249
9.2 Gaya pada ebuah Elemen Arus Diferensial 250
9.3 Gaya antara Elernen-elemen Arus Diferensial 284
9.4 Gaya dan Torsi pada . cbuah Rangkaian Tcrtutup 257
9.5 Sifat Dasar Bahan Magnetik 262
9.6 M.agnctisa i dan Permeabilitas 265
9.7 Kondisi-kondi i Bidang Perbaiasan Magnerik 270
9.8 Rangkaian Magnet 272
9.9 Energi Poicn ial dan Gaya-gaya pada Bahan Magnctik 278
9.10 lnduktansi dan lnduktansi Silang 280
Daftar Acuan 286
Soal- oal 286
Bab 10
Medan Fungsi Waktu dan Persamaan-persamaan Maxwell 293
I 0.1 l-lukum Faraday 293
I 0.2 ,'\rus Perpindahan 300
I 0.3 Persan1aan-persamaan Max,vell daJan1 Bentuk Tirik 304
I 0.4 Persamaan-per. an1aan Max,vell dalam Ben1uk Integral 305
10.5 Potensial Tertinggal 307
Daftar Acuan 112
Soal-saal 112
Bab 11
Saluran Transmisi 316
11.1 Uraian Fisik n1engenai Propag,asi pada Saluran Transn1isi 317
11.2 Per amaan-per an1aan Saluran l'rans111j. i 319
11.3 Propagasi tanpa Rugi-rugi 321
11.4 Propagasi gelornbang Sinusoid tanpa Rugi-rugi 324
11.5 Anali ·i · Ko111pleks Gelombang Sinusoid 326
11.6 Per amaan-persamaan Saluran Transrni i dan Solusinya dalam Bentuk Fasor 328
11.7 Propaga i Tanpa Rugi-rugi dan dengan Rugi Daya Rendah 330
11.8 Transmisi Daya dan Karakterisasi Rugi Daya 332
Bab 12
Bidang Gelombang Seragam 377
12.1 Propoagasi Gelombang dalarn Ruang-Hampa 377
I 2.2 Propagasi Gelombang di dalam Bahan Diclektrikum 385
12.3 Teoremu Poyniing dan Daya Gelornbang 394
I 2.4 Propagasi di dalam Bahan Kondukror yang Baik: Efck Kulit 397
I 2.5 Polari asi Oelombaug 404
Daftar Acuan 411
Soal-soal 411
Bab 13
Pemantulan dan Dispersi Gelombang Bidang 415
13 .. 1 Pemantulan Gelornbang Bidang Seragarn yang Datang Pada Arah Norina! 415
13.2 Rasio Gelombang Berdiri 422
13.3 Pemantulan Gclombang pada Pcrmukaan Perbatasan Jamak 425
13.4 Propaga. i Gelombang Bidang Ke Sernbarang Arah 434
13.5 Pemantulan Gelombang Bidang dengan Sernbarang Sudut Datang 437
13.6 Pemantulan Sempurna clan Transmisi Sempurna Gelornbang-gelombang dcngan
Sernbarang Sudut Datang 440
13.7 Propagasi Gelombang di dalarn Medium Disper if 446
13.8 Pemuaian Pulsa di dalam Mediuirn-rnedium Dispersif 451
Daftar Acuan 455
Soal-soal 456
Bab 14
Bumbung Gelombang dan Radiasi 460
14.1 Medan-rnedan dan Kon. tanta-konstanta Pri mer Saluran Transmisi 461
14.2 Prinsip Kerja Dasar Bumbung Gelornbang 470
14.3 Analisis Gelornbang Bidang pada Bumbung-Gelombang Pelat-Sejajar 473
14.4 Analisi · Bumbung-Gelombang Pelat-Sejajar Menggunakan Persamaan Gclombang 481
14.5 Bumbung-Gelombang Persegi 485
14.6 Bumbung-Gclombang Dielektrikurn Bidang Datar 490
14.7 Scrar Optik 496
14.8 Prinsip-prinsip Da sar Antena 506
Daftar Acuan 516
Soal-soal 516
Lampiran 522
lndeks 546
\I= 0 V = 60 V e, = 2.5
06. 7. Gambar 6.13 mernpcrlihatkan penampang melintang dari dua buah konduktor
ilindris-lingkaran yang masing-rnasing berada pada potensial O dan 60 V. Surnbu-
umbu kedua konduktor saling sejajar dan daerah di antara keduanya berisi udara,
lri an-iri an ekipoten ial pada 20 V dan 40 V juga digarnbarkan di sini. Buatlah peta
medan pctak-kurvilinear di atas gambar permukaan-permukaan yang disediakan ini.
dan gunakan hasilnya untuk mcneruukan nilai: (a) kapa sitans] per meter; (b) E pada sisi
kiri permukaan konduktor 60 V, jika jari-jari konduktor ini adalah 2 mm; (c) Ps di
pcrmukaan rcr cbut.
6. 7 ANALOG I ARUS
Sebuah analogi yang bermanfaat dapat ditarik antara kerapatan arus di dalam medium konduktor
dengan kerapatan fluks listrik di dalam medium dielektrikum. Analogi ini dengan rnudah
dapat dibuktikan, karena di dalam medium konduktor kita mengetahui bahwa hukum Ohm
dan persamaan gradien adalah (hanya untuk aru earah):
J = <1E<1
Ea= -VVa
sedangkan di dalarn medium dielektrikum ideal adalah
D = EE ti
E E = -VV E
Nora i-notasi sub krip digunakan di ini untuk menghindarkan kerancuan di dalam analogi
ini. Dapat terlihat dengan jelas bahwa potensial Va dan Ve. intensitas medan Ii trik EO' dan
E... konduktivitas dan perrnirivitas <1 dan E, • erta kerapatan arus dan kerapatan fluks listrik
J dan D adalah pasangan-pa angan yang berpadanan yaitu, dapai sating dianalogikan. Merujuk
ke pembahasan kita mengenai peta petak-kurvilinear, kita harus mengejawantahkan tabung
fluks menjadi tabung arus, dan masing-rnasing tabung kini mernbawa aru parsial yang tidak
dapat menernbu tabung.
Terakhir, kita harus memperhatikan bidang-bidang perbatasan. Apa analogi yang sesuai
untuk bidang bata konduktor, yang padanya fluks-fluks listrik dimulai dan berakhir dan yang
sekaligus merupakan permukaan ekipotensial? Analogi yang sarna dapat mcngarahkan kita
pada jawabannya. dan kita melihat bahwa pada permukaan ini keraparan arus harus datang
atau masuk menembus secara normal. Permukaan yang dirnaksud adalah perrnukaan konduktor
ideal, meskipun dalam prakteknya yang digunakan adalah bahan-bahan konduktif dengan
konduktivitas yang jauh lebih besar dari konduktor biasa.
Oleh karena itu, apabila kita hcndak mcncntukan mcdan listrik di dalam ebuah kabel
koaksial -yang eperti telah kita lihat beberapa kali adalah sebagian dari medao dari sebuah
muaran garis rak-hingga- kita dapat mengarnbil dua buah silinder tembaga dan mengisi ruang
di antara keduanya dengan uatu larutan elekirolit. Setelah menimbulkan beda potensial antara
kedua silinder ini, kita dapat menggunakan sebuah alat probe untuk mengukur nilai potensial
di berbagai titik, atau mcnemukan semua titik yang merniliki nilai poten ial ama (yaitu,
pcrrnukaan ekipoten ial) di dalarn larutan. Ini merupak:an prinsip da ar dari tangki elektrolisis.
Penghitungan kapasitan i dari hasil pengukuran ini adalah relatif mudah. Arus total yang
mcninggalkan permukaan kondukior yang lebih positif adalah
I = cfis J · dS = G ¢s Ea · dS
di mana integral permukaan tertutup ini diambil untuk eluruh permukaan konduktor. Beda
porensial dapat diperoleh dari integral gari negatif untuk jalur dari permukaan yang lebih
negatif ke permukaan yang lebih positif,
VoO = - J Ea · clL
dan tahanan listrik total dari larutan elektrolit adalah,
Di lain pihak, kapa itansi adalah rasio muatan total terhadap beda potensial,
C= Q
Vc0
dan kita dapat menarik analogi antara kedua besaran ini, tahanan listrik dan kapasitansi,
dengan rnenjadikan Veo = Vao dan Ee = Ea. Hasil yang diperoleh adalah
r RC=~ (45)
l (J
Dengan mengetahui konduktivitas larutan elektrolit dan perrnitivitas dielcktrikum, kita dapat
rnenentukan kapasitansi melalui sebuah pengukuran tahanan listrik sederhana.
Manfaat lainnya dari persamaan (45) adalah unluk secara cepat menentukan resistansi
ekivalen dari sebuah konfigurasi saluran kawat-ganda, jika kita mengetahui nilai kapasitansi
terkait, atau sebaliknya. Kira akan rnendapatkan bal ini sangat berguna, ketika kita menurunkan
persamaan-persamaan matematika untuk parameter-parameter saluran transrnisi di dalam Bab
14 nanti. Akan tetapi, haru pula diperhatikan bahwa (45) hanya berlaku untuk medium-
medium yang bersifat homogen, i otropik, dan linear. Secara spesifik dinyatak:an bahwa,
permiriviias dan konduktivitas bahan terkait tidak boleh berubah terhadap inten iras rnedan,
posisi di dalam bahan, maupun arah medan.
koordinat yaitu. titik pusat berhirnpir dengan titik pusat koordinat. Pelat .ebelah atas
berada di lokasi z = d dan titik pu atnya berada di sumbu z, Potcnsial V0 dibcrikan pada
pelat atas: pelat bawah ditanahkan. Sebuah bahan diclcktrikum dengan perrnitivitas
yang berubali terhadap jarak radial mengisi daerah di antara kedua pelat. Permitivitas
ini direpresentasikan oleh fungsi E (p) = e0( I + p/a). Tentukan: (a) E; (b) D; (c) Q;
(d) C.
6.17 Dua buah silinder konduktor koaksial, masing-masing dengan jari-jari 2 cm dan 4 cm.
rnemiliki panjang l m. Sebuah lapisan dielektrikurn menernpari sebagian ruang di antara
kedua ilinder ini, pada daerah dari p = c hingga p = d. Bila diclektrikum memiliki
E,. = 4, tenrukan kapasiransi jika: (a) c = 2 cm dan <I= 3 cm: (b) <I= 4 cm dan volume
dielektrikum sama dengan pada bagian (,1).
6.18 (a) Bila kita dapar mernilih uatu bahan dielektrikum unruk dii ikan pada dacrah di
antara kedua konduktor di dalam sebuah kapasitor atau kabeJ koaksial, di mana
dielcktrikurn ini mcrniliki pcrmitivita yang merupakan fungsi kontinyu tcrhadap jari-
jari radial. Bagairnana bentuk fungsi rerhadap p ini, jika kita menginginkan adanya
inrensita medan listrik yang bernilai eragam di dalam bahan? (b) Di bawah koodisi
yang sama dengan bagian (a), bagaimana kuantitas jari-jari dalam dan jari-jari luar akan
muncul di dalam persarnaan maiematika unruk kapa itansi per saruan jarak?
6.19 'Dua elubung bola konduktor masing-masingnya memiliki jari-jari a = 3 c,11 dan
b = 6 cm. Daerah di antara kedua permukaan ini diisi oleh sebuah bahan dielektrikum
ideal dengan Er = 8. (t1) Tentukan C. (b) Scbagian dari diclektrikum ini kcmudian
dibuang, ehingga Er = I ,0 (udara) untuk O < <f> < '!r/2, clan Er= 8 untuk '1r/2 < <J, < 2rr.
Sekali lagi, tentukan C.
6.20 Pcrlihatkan bahwa kapasitausi per atuan panjang dari cbuah si tinder bcrjari-jari a
adalab not.
6.21 Dengan merujuk ke Gambar 6.9, bila b = 6 m. J, = 15 m, dan poten ial kondukror
adalah 250 V. Ambillah E = e0. Tentukan nilai-nilai unruk Kr, P1,, a dan C.
6.22 Dua buah konduktor ternbaga # 16 (gari tengah 1.29 mm) diletakkan aling sejajar
dcngan jarak perni ab d di antara umbu kedua konduktor, Jika kedua konduktor berada
di udara, tenrukan d yang dapat ,nenjadikan kapasitansi antara ke.dua konduktor bernilai
30 p.F/m.
6.23 Sebuah ilinder konduktor dengan garis tcngah 2 en, bcrada tcrgautung di udara, dengan
sumbunya berjarak 5 cn1 dari sebuah bidang konduktor planar. Bila potensial silinder
konduktor ini adalah I 00 V dan bidang konduktor di bawahnya 1ncrniliki potcnsial O V,
1naka centukan kerapatan n1uatao pern1ukaan pada: (a) iliuder di titik yang terdekat ke
bidang datar (planar); (b) bidang datar di titik yang terdekat ke silinder.
6.24 Untuk konfigurasi konduktor yang sama dengan Soal 6.23, centukan k.apasitansi per
aruao panjang.
6.25 Buatlah sebuah peta petak-kurvilinear untuk ebuah kapasiLor koaksial dengan jari-jari
dalarn 3 cm clan jari-jari luar 8 c,n. Nilai-nilai din1ensi ini sangat baik jika diga1nbarkan
pada ukuran sesunggubuya di dalat11 peca. (<1) Gunakan sketsa yang Anda buat untuk
rnenghitung nilai taksiran kapasitansi per 1ncter panjang, n1cnga umsikan bah,va
Er = l. (b) Hitunglab nilai yang sesungguhnya untuk kapasitansi per n1eter panjang.
6.26 Buatlah sebuaJ1 peta pe1ak-kurvilincar untuk sebuah ,nedan poteu ial di ekitar dua
buah silinder konduktor-,nelingkar yang terletak sating sejajar, rnasing-u1asingnya
1ne.n1iliki jari-jari 2,5 crn, dan dipisahkan dari sun1bu-ke-sun1bu oleh jarak 13 cn1. Nilai-
nilai dirnensi ini sebaiknya digambarkan pada ukuran sesungguhnya, agar simctri dapat
dimanfaatkan sepeouhnya. Untuk menguji seberapa baiknya sketsa Anda, bandingkan
nilai kapasitansi per meter panjang yang diperoleh dari sketsa dengan nilai eksak yang
diperoleh dari rumus. Asumsikan c r = l.
6.27 Buatlah sebuah peta petak-kurvilinear untuk medan potensial di antara dua konduktor
silinder-rnelingkar sejajar, di mana salah satu silinder berjari-jari 4 cm dan berada di
dalam silindcr kedua yang berjari-jari 8 cm. Surnbu poros kedua silinder ini terpisah
oleh jarak sejauh 2.5 cm. Nilai-nilai dimensi ini sebaiknya digambarkan pada ukuran
sesungguhnya. Untuk menguji seberapa baiknya sketsa yang Anda buat, bandingkan
nilai kapasitansi per meter panjang yang diperoleh dari sketsa deogan yang dihitung
melalui rumu eksak:
C=
cosh-1[(a2 + b2 - D2)/(2ab)J
di mana a dan b adalah jari-jari konduktor dan D adalah jarak antar-sumbu.
6.28 Sebuah silinder konduktor padar berjari-jari 4 cm berada di dalam sebuah pipa konduktor
pcrscgi yang memiliki ukuran pcnampang 12 ctn dikali 20 cm. (a) Buatlah sebuah
sketsa ukuran penuh untuk salah satu kuadran konfigurasi kondukror ini, kemudian
buatlah peta kurvilinear untuk mcdan di bagian dalam pipa, (b) Asumsikan E = E0, dan
perkirakan nilai C per meter panjang.
6.29 Konduktor bagian dalarn dari sebuah saluran transmisi yang diperlihatkan daJam Gambar
6.14 merniliki bidang penarnpang berbentuk bujursangkar 2a x 2a, sedangkan pipa
2a e, = 1,6
2a
.___ a -~·i...----2a
l ----+,!1-- a -+t,
(I
Karena medan hanya bervariasi terhadap x dan bukan merupakan fungsi dari y maupun
z, maka V adalah sebuah konstanta jika x bernilai konstan, dengan kata lain, permukaan-
perrnukaan ekipotensial untuk medan ini dapat diternukan dengan mematok nilai-nilai x yang
konsran. Permukaan-permukaan ini adalah bidang-bidang datar (plane) sejajar yang letaknya
tegak-lurus (normal) terhadap sumbu ,t (bidang-bidang yz untuk setiap nilai x). Sehingga,
medan tersebut serupa dengan medan yang ada di dalarn sebuah kapasitor pelat sejajar. Jika
kita dapat mengetahui potensial pada dua bidang manapun dari bidang-bidang ini, kita dapar
menenrukan kedua konstanta imegrasi kita.
Untuk memperoleh hasil yang paling umum, arnbillah V = V1 di x = ,t., dan V = V2 di
.r = .r1. Nilai-nilai ini kemudian disulihkan ke dalam persarnaan ( L2) untuk mengbasilkan
V1 = A,.t1 + B
\lj - V2
A=~-~ B = V2,t1 - V.x2
,t1 - ,t2
dan
V = \'.(x - x,2) - \11(x - A'1)
x, - ,t2
Sebuah hasil yang lebih sederhana dapat diperoleh dengan memilib kondisi-kondisi batas
yang Jebih sederhana. Kita rnernilih V = 0 di x = 0 dan V = V0 di x = d, rnaka
A=~ 8=0
d
dan
( 13)
-
Umpamakan bahwa tujuan utama kita adalah menentukan kapasitansi dari sebuah kapasitor
pelat sejajar, Kita telah memecahkan persamaan Laplace untuk konfigurasi ini, dan memperoleh
persamaan (12) dengan dua buah konstanta A dan B. Haruskah kita selanjutnya menghirung
nilai kedua konstanta ini, ataukah scbaiknya kita biarkan saja demikian? Umpamakan lebih
jauh bahwa kita tidak membutuhkan rnedan potensial itu endiri, dan hanya bekepentingan
dengan kapasitansi. Kita dapat melanjutkannya dengan tetap menggunakan kedua konstanta
A dan 8, atau dengan sedikit analisis kita dapat mcnyedcrhanakao prosedur aljabar yang harus
dijalankan. Kapasitansi adalah rasio muatan listrik terhadap beda potensial, sehingga k:ita kini
dapat memilih beda potensial sebesar V0 -yang sama dengan salah satu kondisi batas dalam
contoh di atas- dan kita akan memilih kondisi batas kedua yang dapat memberikan kita
persarnaan medan yang paling mudah digunakan. Inilah inti dari pemilihan pasangan kondisi
nilai batas kedua yang menghasilkan persarnaan persarnaan ( 13). Beda potensial dapat dijadikan
tetap bernilai V0 jika k.ita mernilih sepasang pelat yang masing-rnasing memilik:i porensial not
dan V0; lokasi dari kedua pelat ini dibuat sesederhana mungkin dengan meletakkan V = 0 di
x = 0. Maka, dcngan (13) kita masih membucuhkan muatan total pada salah saru pelat untuk
dapat meneruukan kapasitansi. Kita dapat mengingat bahwa saat pertama kali kita menjumpai
soal ini di dalam Bab 5 yang lalu, lempengan bennuatan diberikan sebagai titik awal dari
penyelesaian soal. dan di dalam situasi itu kita tidak perlu bersusah-payah rnenentukan muatan
karena semua medan dinyatakan sebagai fungsi dari muatan. Sebagian besar beban perkerjaan
terletak pada bagaimana menenrukan beda potensial. Sekarang, situasi yang kita hadapi adalah
persis kebalikannya (narnun lebih sederhana).
Langkah-langkah yang harus diikuti setelah kita mendapatkan kondisi-kondisi nilai batas
yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Diketahui V, gunakan E = -VV untuk menenrukan E.
2. Gunakan D = e E untuk menentukan D.
3. Analisislah D pada salah satu pelat kapasitor, di mana D = D, = D1v aN.
4. Ingatlah bahwa Ps = DN.
5. Tentukan Q dengjn menggunakan integral permukaan untuk seluruh permukaan
pelat kapasitor, Q = 5
Ps dS.
E
v.
= -ia
d x
\I,
D = -E -2..a
d ,f
v.
Ds = DI x= O = -E ia
d x
a,v =a x
\I,
DN = -E _.Q_ = Ps
d
Q -- fs -EVo
d
dS = -E VoS
d
C = IQI = eS (14)
Vo d ,
c·coNni11.2 1
Karena medan-rnedan yang merupakan fungsi dari y maupun z di dalam koordinat persegi
tidak akan mernberikan hasil yang berbeda dengan rnedan fungsi .r, kita akan beralib ke
koordinat silinder pada contoh berikutnya. Karena fungsi z di dalam koordinat silinder tak
ubahnya adalah fungsi z di dalam koordinat perscgi, maka kita akan rnengamati sebuab rncdan
yang merupakan fungsi dari p. Untuk medan semacam ini, persamaan Laplace tereduksi
rnenjadi.
I a ( av)-
pap Pap - 0
a tau
_!_ s. (
1-X_)
p dp p dp
=0
Dengan memperhatikan bahwa p merupakan faktor pembagi pada persamaan di atas, kita
dapat mengabaikan kemungkinan p = 0 sebagai solusi yang dicari. Dengan mengalikan kedua
sisi persamaan dengan p dan kemudian rnengintegrasikannya, kita dapati
pdV =A
dp
j
(16)
l
dan dari persamaan ini
E= ~ I a
p ln(b/a) P
D,,•<p=a> = a ln(bla)
EV02Jral
Q=
a ln(b/a)
2rceL
C= ( 17)
In(/>/ a)
yang bersesuaian dengan hasil yang kita peroleh di daJam Bab 6.
CQIIICllt.1.3
Sekarang marilah kita mengasumsikan bahwa \I hanyalah merupakan fungsi dari ¢ di dalarn
koordinat silinder .. Kita akan memperhatik.an konteks fisik dari soal ini terlebih dulu, dengan
mencoba mengetahui permukaan-permukaan potensial seperti apa yang didefinisikan oleh ¢
= konstan. Permukaan-permukaan ini adalah bidang-bidang datar radial. Kondisi-kondisi batas
dapat kita pilih berupa V = 0 di permukaan ¢ = 0 dan V = V0 di permukaan ¢ = a, dan
mengungkapkan suatu konfigurasi fisik yang diperlihatkan dalam Garnbar 7.1.
Untuk medan semacam ini, persamaan Laplace mcnjadi
(18)
Mengambil gradien dari persamaan ( 18), kita mendapatkan intensitas medan listrik,
(19)
dan cukup menarik untuk diperbatikan bahwa E adalah fungsi dari p dan bukannya q,. Hal ini
tidak bertentangan dengan asumsi awal kita, yang sebenarnya hanya bcrlaku untuk medan
potensial saja. Bagaimanapun juga, perhatikan bahwa vektor E adalah fungsi dari q,.
Sebuah soal yang ,nelibatkan kapasitansi antara kedua bidang radial ini akan diberikan
di akhir bab ini.
Sekarang, kita akan melanjutkan ke sistern koordinat bola, dan kita dapat segera mengetahui
bahwa fungsi q, di dalam koordinat bola sama dengan fungsi q, dalam koordinat silinder. Maka
kita berpaling pertama-tarna pada V = V(r).
Penurunannya secara rinci diserahkan kepada Anda sebagai latihan, namun kita akan
menuliskan hasil-hasilnya di sini. Medan potensial diberikan oleb persamaao,
V=V07
I_! lk. (20)
1 I
---
a b
I
I di mana kondisi-kondisi batas yang dipilih adalah V = 0 di r = b dan V = V0 di r = a, b >
a. SoaJ ini serupa dengan permasalahan bola konduktor konsentris. Kapasitansi telah kita
I peroleh sebelumnya pada Subbab 5.10 (dengan metode yang sedikit berbeda), dan bersesuaian
dengan hasil yang diperoleb di sini:
I
4;re
C= I (21)
a
-- -b 1
iJV . V.-Vo
= -----~
d,t; ,, "
dan
a2v
o.r2 o h
a2v -.
<1}'2 0
V. + V2 + \'3 + V4 - 4V0
=0
1,2
a tau
Persamaan ini akan mcmberikan nilai taksiran yang scmakin akurat jika /1 mendekati nol;
di mana dalam kasus itu kita dapat menanggalkan tanda perkiraan dari persamaan. Secara
intuitif, persarnaan ini benar karena menunjukkan bahwa potensial di seriap titik adalah nilai
rara-rata dari potensial pada keempat titik di sekitarnya, Metode iteratif hanya memanfaalkan
per amaan (40) untuk menghiiung potensial di keempat sudut petak-petak bujursangkar yang
telah kita buat, dan penghitungan ini diulangi kembali sebanyak mungkin, untuk seluruh
daerah grid, hingga nilai-nilai potcnsial yang didapatkan tidak Iagi berubah. Penjelasan ini
dapat dipahami dengan lebih balk jika diilustrasikan oleh sebuah cootoh.
Perhalikan sebuah daerah berbentuk bujursangkar dengan permukaan-permukaan pembatas
berupa lernpeng-lernpeng konduktor (Gambar 7 .9). Potensial pada lernpeng sebelah atas adalab
J 00 V, dan untuk ketiga lempeng di sebelah kiri, bawah, dan kanan adalah nol. Permasalahan
ini adalah permasalahan dua dimensi, dan sketsa dalam gambar di atas adalah penampang
melintang dari konfigurasi fisik yang sebenarnya. Daerah ini pertarna-tama dibagi menjadi 16
petak bujursangkar, dan kernudian perkiraan nilai potensiaJ di tiap-tiap sudut petak akan
dihitung, untuk selanjutnya kita 'perhalus' dengan menggunakan metode iteratif. Sernakin
baik perkiraan-pcrkiraan awal ini, maka semakin pendek iterasi yang harus dilakukan, meskipun
pada dasarnya tidak akan berpengaruh pada jawaban akhir yang diperoleh. Dengan iterasi
menggunakan komputer, nilai-nilai awal ini biasanya dijadikan no! untuk menyederhanakan
program. Nilai-nilai awal yang cuk:up baik dapat dipcroleh dcngan mcnggambar peta kurvilinear,
atau kita dapat menggunakan persamaan (40) pada petak-petak yang lebih besar, yang berukuran
empat bujursangkar, Di pusat seluruh bidang penampang ini, estimasi nilai potensial adalah
f (100 + 0 + 0 + 0) = 25.0.
Potensial sekarang dapat diperkirakan di titik pusat rnasing-masing dari keempat
bujursangkar besar, dengan cara rnenghitung rata-rata dari potensial di keernpat titik sudutnya,
atau menerapkan persamaan (40) pada surnbu diagonalnya. Penghitungan dengan sumbu
V = 100
Celah snngat ernpit . .. . . . . . .. Cclah sangat sempit
•
i ••
>
''>
18.8 25.2 18, >
V=O V=O
t
I )
>
>
•
6.2 9.4 6,2 >
' >
) I '
)
,A-
-
V=O
Gombar 7.9 Bidong penompong berbentuk bujurscngkor dori sebuoh pipe persegi, dengon sisi-sisi
sebeloh kiri, bowoh, don konon podo porenstol nol don sisi otos podo 100 V. Penompong melintong ini
dibentok menjodi sebuoh grid de~on l6 bvjursongkor, don potensiol diperkirokon untuk liop-tiop 1itik
sudut. Nilci-niloi toksiron yong lsbih okurot depot diperoleh dengon ilerosi numerik.
diagonal ini hanya bolch dilakukan saat rncncntukan nilai-nilai perkiraan awal, Untuk dua
bujursangkar besar di sebelah ata , kita rnenetapkan poten ial 50 V untuk masing-rna ing
celah di kiri dan kanan (nilai rata-rata dari O dan I 00), sehingga t
V = (50 + I 00 + 25 + 0)
= 43,8 (dibulatkan ke aiu angka de imal terdekat)! di titik pusat keduanya. Untuk dua
bujursangkar besar di sebelah bawah.
V = :t (0 + 25 + 0 + 0) = 6,2
Ponten ial di ernpat titik yang tersisa sekarang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(40) secara lang ung. Perkiraan nilai awal elengkapnya dapat dilihat dalarn Gambar 7.9.
Iiera i pertama kini akan dilakukan untuk mengorek i nilai-nilai perkiraan awal, dimulai
dari titik sudut di sebelah kiri-atas (yang memiliki nilai 43,8. bukannya iiuk sudut yang
berhimpit dengan celah), kernudian melanjutkannya ke arah kanan hingga elesai, turun ke
baris berikutnya, dan rnulai lagi dari kiri kc kanan, Sehingga, nilai 43,8 akan dikoreksi menjadi
! (100 + 53,2 + 18,8 + 0) = 43,0. Nilai porensial terbaru akan elalu digunakan ketika
menerapkan persamaan (40). ehingga kedua titik yang ditandai bemilai 43,8 akan diganti
nilainya menjadi 43.0. karena keduanya sating irnetri , dan karenanya nilai 53,2 dikoreksi
menjadi -l ( I 00 + 43,0 + 25,0 + 43,0) = 52,8.
4
Karena po i i simetris yang di ebutkan di ata pula, kita tidak perlu melanjutkan ke arah
kanan pada baris pertarna. Semua titik pada baris ini relah mendapatkan nilai koreksinya.
Berpindah ke baris kedua, nilai 18,8 diperbaiki rnenjadi
V = J.(43,0 + 25,0 + 6,2. + 0) = 18,6
4
dan iterasi diteruskan dengan cara yang sama. Nilai-nilai koreksi yang diperoleh dari iterasi
pcrtama ini dituli kan pada posisi paling atas pada tiap-tiap petak dalam Gambar 7.10. Iterasi
ini harus diulangi sebanyak-banyaknya hingga nilai-nilai potensial ini tidak Jagi berubah.
Nilai-nilai yang diperoleh dari setiap iterasi biasanya dituli. kan di bawah nilai dari iterasi
2 Ketikn membulaikan sebuah bilangan desimal yang tepat diakhiri dengan angka 5. maka digit ebelumnya hams
dijadikan genap (misal, 42.75 mcnjadi 42.8 dan 6,25 mcnjodi 6,2). Hal ini biasanya dapa; mcmbcrikan kcrcpamn yang
lcbih baik, keiimbang sckcdar mcnaikkan digit scbclumnya kc I bilangan di ala nya,
V = 100
V=O
Gamber 7.10 Hosll-hosil dori empor koli ilerosi vntuk sool yong disojikon dolom Gombor 7.8, dituliskan
dolom kolom·kolom. Niloi·niloi rerokhir yong diombil, yang tidok beruboh dori ilerosi sebelumnyo,
dituliskon podo posisi poling bowoh di liop·liop kolom.
ebclumnya, mcmbentuk sebuah kolom, eperti ditunjukkan dalarn Gamber 7.10. Nilai terakhir
yang diperoleh dari proses ini dapac diternukan pada posisi paling bawah di rnasing-rnasing
kolom. Di dalam contoh ini, kita hanya mernbutuhkan empat kali irera i.
Tabet 7.1
Jika masing-masing dari kesembilan nilai taksiran awal dijadikan not, maka untuk sampai
ke nilai akhir ini kita membutuhkan sepulub putaran iterasi. Dengan komputer, jauh lebih
rnudah bagi kita menjalankan pengulangan (iterasi) yang jauh lebih banyak ini, dibandingkan
dengan kcrumitan yang harus dihadapi untuk membuat program yang dapat memberikan
taksiran awal yang cukup baik.
Karena adanya perbedaan yang cukup besar dalam nilai potensial dari petak ke petak,
kita tidak dapat berharap bahwa jawaban kita akan akurat hingga ke bilangan satu desimal di
belakang koma, atau bahkan hingga ke bilangan bulat terdekat, Presisi yang lcbih baik dapat
diperoleh dengan membagi lagi tiap-tiap bujursangkar menjadi empat bujursangkar yang lebih
kecil, ketirnbang berupaya memperoleh nilai potensiat dengan bilangan ignifikan rerbanyak
di riap-tiap titik sudut.
Dalam Gambar 7 .11, yang memperlihatkan hanya setengah bagian sirnetris yaitu bagian
kiri dari bidang penampang dari comoh soal sebelurnnya plus satu kolom tambahan, kita dapat
melihat bagaimana pembagian lanjutan tersebut dilakukan, Nilai-nilai potensial di titik-titik
udut yang baru terbentuk dapar dihitung dengan menerapkan persamaan (40), ecara langsung
jika mungkin, atau secara diagonal jika diperlukan. Nilai-nilai perkiraan awal yang baru
DAFTAR ACUAN
l. Dekker, A. J. Lihat Daftar Acuan untuk Bab 5.
2. Hayt, W. H., Jr., dan J. E. Kernmerly, Engineering Circuit Analysis. 511' ed. ew York: McGraw-
Hill, 1993.
3. Push. E. M .. dan E. \V. Pugh. Principles of Electricity (Ind Mug11e1is111. 2d ed. Reading, Ma s.:
Addison- Wesley, 1970. Buku teks ini rnenyajikan kelistrikan dan magnctismc dari sudut pandang
fisika, namun para mahasiswa reknik listrik ridak akan ulit untuk mernaharninya. Selusi per amaan
Laplace menggunakan sejumlah metode dibicarakan di dalam Bab 4.
4. Ran10. S., J. R. Whinnery, dan T. Van Duzcr, (Lihat Daftar Acuan untuk Bab 6.) Mcnyajikan
pembahasan yang lebih lengkap dan canggih mengenai metode-metode olusi persamaan Laplace
di dalam Bab 7.
5. Seeley. S .. dan A. D. Poularikas. Electromagnetics: Classical and Modern Theory 011d Applications.
New York: Marcel Dekker, 1979. Beberapa contoh solusi persamaan Laplace dengan teknik
pemisahan variabel di ajikan di dalam Bab 4.
6. Smythe, W. R. Statk: and Dynamic Electricity. 3d ed. ew York: McGni,v-Hill, 1968. Penjelasan
tingkat lanjut untuk tcori potcnsial diberikan di dalam Bab 4.
7. Weber, E. (Lihat Daftar Acuan untuk Bab 6.) Menyajikan begitu banyak coruoh pernecahan
persamaan porensial, yang diberikan bersarna rujukan-rujukan aslinya.
8. Scarborough. J. 8. N11111erica/ Mathematica! Analysis. 6'h ed. Baltimore. Md.: The John Hopkin
Press, 1966. Menyajikan penjela ·an tentang metode relaksasi be erta beberapa contoh lengkap
penggunaannya. Kckcliruan dan error yang timbul dari metode ini juga dijela kan,
9. Miura. Raj. Numerical and Asymptotic Techniques in Electromagnetics. (Topik-topik Fi ika
Tcrapan. vol. 3). ew York: Springer· Verlag. 1975.
10. Sadiku. M. N. 0. N11111erica/ Techniques i11 Electromagnetics. 2d ed. Boca Raton. Fla.: CRC
Press, 2000.
SOAL-SOAL
7.1 Bila V= 2.A).2z3 dan t: = t:0. Diketahui titik P(I. 2,-1), tentukan: (a) Vdi P; (b) Edi
P; (c) o; di P; (d) persarnaan permukaan ekipotensial yang rnelewati P; (e) persamaan
garis gaya yang melewaci P. (J) Apakah V memenuhi persamaan Laplace?
7.2 Diketahui sebuah medan potensial simetris di dalam suatu ruang-hampa. V = V0e-rl0,
tentukan: (a) p; di r = a; (I>) medan Ii trik di r = a; (c) muatan total.
7.3 Bila V(x, y) = 4e2.t + f(.t) - 3)•2 di sebuah daerah di dalam ruang-harnpa di mana
o; = 0. Diketahui pula bahwa E.r dan V adalah not di pu at koordinat. Tentukan J(.x)
dan V(x, y).
7.4 Diketahui medan potensial V(p, </>) = (VoPld)cos ¢: (a) Perlihatkan bahwa V(p. ¢)
memenuhi persamaan Laplace. (b) Jelaskan mengenai permukaan-pennukaan ekipotensial
rerkait. (c) Jelaskan secara pesifik permukaan-perrnukaan di maria V = \10 dan \I = 0.
(d) Tuli kan persamaan poten ial di dalarn koordinat persegi.
7.5 Diketahui medan potensial \I = (Ap4
+ Bp.... )sin 4¢: (a) Pcrliharkan bahwa V2V = O.
(b) Pilihlah A dan B sedernikian rupa sehingga V = 100 V dan IEI = 500 V/m di
P(p = I, cp = 22,5°, z = 2).
7.6 Sebuah kapasitor pelat sejajar memiliki sepa ang pelat yang masing-rna ing berada di
lokasi z = 0 dan z = d. Daerah di antara kedua pelat ini diisi oleh sebuah bahan yang
p = 12 mm
p = I 111111
10 cm
Daerah 2
(fi·i11gi11g) medan dan tenrukan: (a) \l(<f>); (b) E(p): (c) D(p); (d) Ps pada permukaan ata
dari bidang sebclah bawah: (e) Q pada pcrrnukaan ata dari bidang ebelah bawah.
(f) Ulangi seal (a) hingga (c) untuk Daerah 2. narnun dengan bidang ebelah atas
berada di lokasi q, = 0.188 - 2n: kemudian, tentukan Ps dan Q pada permukaan bawah
bidang ebelah atas. (g) Tentukan muaran total pada bidang cbelah bawah dan kapasitan i
di antara kcdua bidang.
7.16 Sebuah kapasitor pelat sejajar dibentuk menggunakan dua pelat lingkaran berjari-jari a,
dengan pelat bagian bawah bcrada di bidang xy dan scpusai dengan pusat koordinat.
Pelai bagian ata berada di lokasi z = d, dengan pusatnya di sumbu z. Pelat atas
rnerniliki potensial \10, sedangkan pelat bawah ditanahkan. Sebuah bahan dielektrikum
dengan permitivita yang merupakan [ungsi jarak radial rnengisi ruang di antara kedua
pelat. Perrnitivitas ini dikerahui adalah E (p) = E0( I + pla). Tentukan: (a) V(z): (b) E;
(c} Q; (d) C. Soal ini adalah pengulangan dari Soal 6.16, narnun selesaikanlah dengan
mcnggunakan persamaan Laplace.
7.17 Bola-bola konsentris berada di Joka i r = 5 111n1 dan r = 20 n1111. Ruang di antara kedua
bola ini dii i dengan sebuah bahan dielektrikurn ideal. Jika bola bagian dalarn memiliki
potensial I 00 V dan bola bagian luar O V. rnaka: (a) Tentukan lokasi permukaan
ekipotensial 20 V. (b) Tentukan Er.nf's· (c) Tentukan E rjika kerapatan muatan permukaan
pada bola dalam adalah l .O µC/rn .
7.18 Permukaan setengah-bola yang didefinisikan oleh O < r < ti, 0 < fJ < Td2 terbuat dari
bahan konduktor hornogen yang memiliki konduktivita (J. Bagian yang rata (datar)
dari permukaan etengah-bola ini rerletak berhirnpitan di atas sebuah bidang konduktor
ideal planar. Sekarang. bagian berbentuk kerucut O < 8 < ex, 0 < r < a di dalarn bola
tersebut dikeluarkan dan digantikan dengan bahan konduktor ideal. Sebuah celah udara
yang sangat tipis dibuat di anrara ujung r = 0 dari kerucut baru ini dan bidang daiar.
Berapakah tahanan lisrrik yang rerukur di anrara kedua bahan konduktor ideal? Abaikan
kctidakscragarnan mcdan.
7.19 Dua buah kerucut konduktor koak ial memiliki ritik puncak yang aling berhirnpit
dengan pu at koordinat. dan sumbu yang saling berhirnpit dengan sumbu z. Titik
A( I, 0, 2) berada pada pcrmukaan kcrucut A, edangkan titik 8(0. 3. 2) berada di
pcrmukaan kerucut B. Bila VJ\ = I 00 V dan V 8 = 20 V, maka tentukan: (a) ex untuk
rnasing-rnasing kerucut; (b) V di P(I, I, I).
7.20 Scbuah medan poten ial di dalarn suatu ruang-hampa diketahui adalah V = I 00 In
(Lg 812) + 50 V. (a) Tentukan nilai maksimum untuk IE01 di permukaan 8 = 40° untuk
0. L < r < 0.8 111. 60° < ¢ < 90°. (b) Sebutkan perrnukaan ekipoten ial V = 80 V.
7.21 Di dalam suaru ruang-hampa, bila p,, = 200Ec/,2.i_ (a) Gunakan persamaan Poisson
unruk menentukan V(r), jika diasumsikan bahwa ?£, ~ 0 untuk r ~ 0. dan diasumsikan
pula bahwa V ""? 0 untuk r ~ ee, (b) Seka rang, tentukan V(r) dengan menggunakan
hukum Gauss, dan juga melalui persamaan integral garis.
7.22 Dengan rnenggunakan solusi-solusi yang tepat bagi persamaan Poisson dan persamaan
Laplace, tentukan potensial mutlak di titik pusat sebuah bola berjari-jari a, yang rnemiliki
kerapatan muatan volume seragam p0. Asumsikan perrniuvitas E0 di seuap titik. Petunjuk:
Perhatikan porensial dan medan lisrrik di r = 0 clan di r = a.
7.23 Sebuah pipa persegi dibentuk dengan menyambung-nyambungkan empat buah bidang
konduktor planar, masing-masing di lokasi x = 0 dan ,\'. = 8 cm, serta )' = 0 dan )' = 5
cm. Di ekitar pipa hanya terdapai ruang-harnpa. Bidang datar y = 5 cm berada pada
potensial J 00 V, sedangkan keriga bidang lainnya pada potensial nol, dan celab-celah
sempit terdapat di dua sudut pipa. Tentukan potensiaJ di lokasi x = 3 cm, y 4 cm. =
7.24 Ernpat sisi sebuah pipa persegi masing-masing rnemiliki potensial 0, 20 V, -30 V, dan
60 V; kedua bidang dengan potensial tertinggi dan terendah adalah sisi-sisi yang sating
berseberangan. Tentukan potensial di pusat bidang penarnpang pipa,
7.25 Dalarn Gambar 7.7. gantilah sisi sebelah kiri pipa sedemikian rupa sehingga potensial
hanya berubah secara linear dari mulai O di bagian cerbawah sisi tersebut, hingga 100
V di bagian teratasnya, Kcmudian, tentukan nilai potensial di pusat bidaog penarnpang
.
pipa.
7.26 Bila X adalah sebuah fungsi dari x, dan X" + (,t - l)X - 2X = 0, asumsikanlah sebuah
solusi dalam bentuk deret pangkat untuk persarnaan ini, dan kemudian tentukan nilai-
nilai numerik untuk ~ hingga a8 jika a0 = 1 dan a 1 = -1.
7.27 Diketahui bahwa \I = XY adalah sebuah olusi dari pcrsarnaan Laplace, di maria X
adalah scbuah f ungsi dari ,\'. saja dan Y adalah fungsi dari y saja, Tentukan maria di
antara fungsi-fungsi potensial berikut yang juga merupakan solusi bagi persamaan
Laplace: (a) V = JOOX: (b) V = 50XY; (c) V = 2XY + x - 3y; (d) V = .A·XY; (e) V = X2Y.
7.28 Asurn ikan sebuah olusi hasil-kali untuk persarnaan Laplace di dalam koordinat silinder,
V = PF, di mana V bukan merupakan fungsi dari z, P adalah sebuah fungsi dari p saja,
dan F adalah ebuah fungsi dari tp saja. (a) Tuliskan dua persarnaan yang telah telah
dipisahkan, dengan konsranta pemisahan n2• (b) Perlihatkan bahwa P = Ap 11 + Bp-r'
adalah Fung 'i p aja yang mcmenuhi untuk solusi ini. (c) Susunlah solusi l1(p, ¢) yang
dapat diterima. Fungsi·fungsi yang 1nemiliki bcntuk seperti ini discbut sebagai harn,onik
Ii11 g ka ran.
7.29 tvterujuk ke Bab 6, Gambar 6.14, bila konduktor bagian dalam dari saluran transntisi
1ne1niliki poten ial 1.00 V, sedangkan konduktor luar memiliki potensial nol. Buatlah
sebuah grid, dengan panjang 0.5,i untuk ~etiap isi pctak bujursangkaroya, ciao kemudian
gunakan iterasi numerik unruk n1enghitung \/ di sebuah titik yang berada sejauh a
satuan di atas sudut ka.nan-atas dari konduktor dalam. Hittinglah hasilnya hingga ke
nilai bulal terdekat.
7.30 Guoakan metode iterasi numcrik untuk menaksir nilai potcnsiaJ di kcdua titik x dan y
yang ber-c1da di dalan1 pipa segi-tiga dalam Gambar 7 .14. Hitunglah taksiran ini hingga
kc nitai bulat cerdek.at.
7.31 Gunakan metode itera.~i numerik untuk mengestimasikan nilai potensial di tilik .t di
dalan1 pipa yang diperlihatkan dalarn Gan1bar 7 .15. Hitw1glah taksiran ini hingga ke
nilai bulat terdekat.
,--~---J
Gombor 8.13 [olur lertulup songot kecil dolom koordlnot persegi dipilih untuk
peoeropon hukum rof'.gkoion Arnpere dolom menenlukon loju perobohon sposlol H.
Melanjutkan kc dua segmen terakhir pada jalur, dan menjumlahkan kcempat basil yang diperoleh,
Merujuk ke hukum rangkaian Ampere, hasil ini harus sama dengan arus yang dilingkari oleh
jalur tertutup tersebut, atau arus yang menembus sembarang perrnukaan yang dibatasi oleh
jalur yang sama. Apabila kita mengasumsikan kerapatan arus secara umum, J, maka arus yang
dilingkupi oleh jalur adalah !::./ =
..
J.A.xAy, dan
Setclah membuka pembahasan kita pada subbab ini dengan hukum rangkaian Ampere
yang menghubungkan integral lintasan terturup dari H, dengan arus yang dilingkari oJeh lintasan
tertutup itu. kini kita tiba pada sebuah hubungan yang rnengaitkan integral lintasan tertutup H
per satuan luas pe111111kaa11 yang dilingkari lintasan, dengan arus per satuan luas permukaan
yang dilingkari lintasan -atau kerapatan arus. Kita melakukan analisis yang sama untuk berpindah
dari bentuk integral hukum Gauss. yang menghubungkan fluks yang menembus sebuah
permukaan terturup dengan muatan yang terkurung di dalam permukaan tertutup iru, ke bentuk
titik hukum Gauss, yang rnenghubungkan fluks yang rnenembus sebuah permukaan tertutup
per satuan volume yang dilingkupi perrnukaan itu dengan muatan terkurung per satuan volume
yang dilingkupi permukaan -atau kerapatan muatan volume. Dalam rnasing-masing dari kedua
kasus ini (bentuk titik hukurn Gauss dan bentuk titik hukurn rangkaian Ampere), pengarnbilan
limit harus dilakukan untuk mencapai persamaan penuh.
lim
cfiH. (IL - df1.
- =} .t
(I 9)
t:._\'. A:. ... 0 i)y
dan
_ ol-(r _ cJH. =J
lirn
L\:, A,' -. 0 - oz a.r }' (20)
Perbandingan ketiga persarnaan ( 18). ( 19), dan (20) memperlihatkan kepada kita bahwa
sebuah komponen kerapatan arus dapat ditentukan dengan mengarnbil limit bagi kuantitas
pembagi integral garis H untuk sebuah lintasan tertutup yang sangat kecil, di rnana lintasan ini
mendefinisikan sebuah bidang yang rnengarah normal terhadap komponen yang dicari, jika
lintasan tersebut dijadikan sernakin kecil hingga rncndckati nol. Besaran limit ini memiliki
padanan di dalam berbagai bidang sain · lainnya, dan sejak lama Lelah dikenal dengan narna
curl. Curl dari sernbarang vektor adalah sebuah vektor, dan sembarang kornponen dari curl ini
dapat ditentukan dengan mengarnbil limit untuk besaran pernbagi integral gari vektor terkait,
di mana integral garis ini direrapkan pada sebuah jalur tertutup yang sangai kecil yang mernbatasi
scbuah bidang planar normal terhadap komponen yang diinginkan, jika jalur ini dijadikan
mendekati nol. Haros diperhatikan bahwa definisi curl ini tidak rnerujuk pada satu sistern
koordinar yang spesifik. Bentuk matcmatika dari definisi yang cukup panjang iru adalah
di mana Mjv adalah luas bidang planar yang dibatasi oleh lintasan tertutup dari integral garis.
Notasi subskrip N mengindikasikan bahwa komponen curl ini adalah kornponen yang mengarah
normal terhadap perrnukaan yang dilingkupi lintasan terturup. Komponen rer cbut dapat
merepresentasikan komponcn apapun di dalam istern koordinat manapun.
Di dalam sistern koordinat persegi, definisi (2 l) memperlihatkan bahwa kornponen-
komponcn .t. y. dan z dari curl R diberikan olch ket iga persarnaan ( 18). ( 19), dan (20), schingga
curl H = (22)
Hx Hy H. ~
I
dan dapat pula dituliskan dcngan menggunakan operator vcktor del,
I
I I curl _H =V x H J (24)
II
Persarnaan (22) adalah penerapan dcfinisi (2 I) di dalam sisrcm koordinat persegi. Kita
mernperoleh komponen z dari persamaan ini dengan menerapkan hukum rangkaian Ampere
pada sebuah jalur yang sangat kecil dengan panjang si i-sisi tu dan fly, dan kita dapat
mcrnperolch ha ii yang sarna untuk kedua komponen lainnya dengan memilih jalur-jalur integral
garis yang esuai. Persarnaan (23) adalah earn penyajian yang lebih rapi untuk curl di dalarn
istern koordinat perscgi; benruk ini imetris dan mudah untuk diingat. Persarnaan (24) adalah
bentuk yang bahkan lebih ringkas lagi, dan akan rnernbawa kita ke persarnaan (22) bila perkaJian
ilang dengan operator vektor ini dijabarkan hingga . ele ai.
Persamaan untuk curl H dalarn sistem koordinat silinder dan bola dirurunkan di dalarn
Lampiran A, dengan menggunakan definisi (21 ). Meskipun per arnaan-persamaan ini dapat
' pula dituli kan dalarn bentuk yang ama dengan (23), determinan-determinan yang dihasilkan
tidak rnemiliki sebaris penuh vektor satuan pada baris paling atasnya, dan sebaris penuh skalar
komponcn pada bari rcrbawahnya, chingga tidak mudah untuk diingat, Olch karcna itu.
bentuk teruraikan dari persamaan curl untuk koordinat silinder dan bola akan dituliskan di
bawah ini, dan dicanrumkan pula pada bagian dalam arnpul buku ini, ebagai rujukan ccpar.
I
VxH - I oH _ rJH ¢ la +( dH,, _ 'i)ff
a~
P <l<1> a:. ; p a:: up
+ .L E<PHt> - I oHP
a.• (sihnder)
(25)
p dp p <)ef)
-
I o( n, sin8) oH9a+ I( I <JH, cJ(rH¢))
VxH=- -
,. in e -
iJO
-
0¢> ' r sin 6 Qtp - a,. ao
Walaupun kita telah mendefinisikan curl ebagai integral garis per satuan lua , hal ini
belurn memberikan kita gambaran fisik yang memadai mengenai operasi curl, karena penge-
jawantahan fisik unruk integral garis itu sendiri belum kita singgung hingga sejauh ini. Integral
garis tcrtutup pcnama kali kita jurnpai di dalam pembahasan medan elektro tatik, di mana kita
rnempelajari bahwa ¢
E · dL = 0. Meskipun kita rnengetahui dengan jela bahwa integral ini
menghasilkan nilai nol, kita ridak menjabarkan pengertiannya secara fisik. Kembali ke
pcmbahasan mcdan magnet, beberapa waktu bcrselang kita rclah mcmbicarakan integral gari
tertutup dari medan vektor H, yaitu ¢
H • dL = /. Baik integral gari tertutup dari E maupun
integral garis terrurup dari H dikenal pula dengan sebutan sirkulasi; sebuah nama yang jelas-
jela diambil dari bidang tudi dinamika fluida.
Sirkula i medan vektor H, atau ¢
H · dL diperoleh dengan mengalikan komponen H
sejajar jalur tertutup, yang dipilih dengan panjang segmen diferensial jalur tersebut untuk riap-
tiap titik di epanjang jalur, dau kcmudian menjumlahkan emua hasil perkalian ini; di mana
untuk segmen diferensiaJ dengan panjang mendekati nol, banyaknya suku perkalian ini menjadi
tak berhingga (definisi integral). Hukum rangkaian Arnpere rnengatakan kepada kita bahwa
jika sirkula i H memiliki nilai bukan nol untuk uatu lintasan tertutup, maka arus listrik
mengalir menembu bidang yang dibarasi oleh jalur ini. Di dalam ka u medan elekrro tatik,
kita mengetahui bahwa sirkulasi E unruk sernua Iintasan apapun adalah nol, dan ini merupakan
kon ekuen i logis dari fakta bahwa kerja yang dipcrlukan untuk memindahkan sebuah muatan
dari saru tirik kembali ke ritik itu lagi, yaitu mengitari sebuah loop. adalah nol.
Sekarang. kita dapat mendefini ikan curl ebagai sirkulasi per satuan luas. Linta an tertutup
yang terkait dijadikan sekecil n1ungki11 h.ingga 1nendekati nol, serungga curl praktis didefinisikan
pada ebuah titik. Curl E harus bernilai not. karena sirkulasi medan vektor ini adalah nol.
•
Kcceputan
Arus rnasuk kc
dalam halamnn
-
Dnsar sunuai
(a) (b)
Gombor 8.14 lo) Pengukur curl mernperlihotkon sebooh k.omponen dor' curl untuk vektor
kecepoton oliron air yang bergerok mosuk ke dolom holomon ini. lbl Curl dori inrensilos medon
magnet di sekeliling seboiorq f ilomen orus yong ponjongny0 iok·hinggo diilvstrosik.on di sini.
Namun, curl H tidak mcnghasilkan nilai nol: sirkula i H per atuan lua adalah kcraparan arus.
rnenurui hukum rangkaian Ampere atau ( 18). ( 19). dan (20).
Skilling" mengusulkan penggunaan sebuah roda kincir yang sangat kecil sebagai "alat
pcngukur" curl. Dcngan dcmikian, kita mcnga um ikan bahwa be aran vcktor baru curl ini
akan menirnbulkan suatu bentuk gaya pada iiap-tiap lengan pada roda kincir, di rnana gaya
terscbut sebanding dengan komponcn medan yang normal terhadap permukaan lengan kincir.
Untuk menguji curl suaiu medan, kita meletakkan roda kincir di dalam daerah medan rerkau.
dengan porosnya berada pada posisi sejajar dengan arah komponen curl yang dicari. Perhatikanlah
pcngaruh yang ditimbulkan mcdan pada roda kincir. Jika roda tidak bcrpurar, maka curl
dia um ikan tidak ada (bernilai nol): sernakin cepat roda kincir berputar, maka emakin besar
pula nilai curl: perputaran ke arah yang berlawanan mengindika ikan nilai curl dengan randa
yang juga bcrlawanan. Untuk rncncntukan arah cbcnarnya dari vcktor curl, dan bukannya
ekedar menguji keberadaan ebuah komponen curl tertentu. kita haru memindah-rnindahkan
dan mengubah-ubah posisi roda kincir di dalarn daerah medan, untuk mendapatkan Orienta i
poros yang akan mengha ilkan torsi terbesar pada lengan kincir, Di titik dan posisi ini, arah
vektor curl sejajar dcngan poro. roda kincir, sebagairnana dapat diketahui melalui aturan tangan-
kanan.
Sebagai sebuah contoh. perhatikan aliran air di sebuah sungai. Garnbar 8. I 4a menyajikan
penampang rnelintang . ebuah sungai yang cukup lebar, diarnbil pada bagian tengah sungai
ter ebut. Keceparan air adalah not di bagian da ar sungai, dan bertarnbah besar . ecara linear
seiring dengan berkurangnya kedalaman hingga rnendekati permukaan air. Sebuah roda kincir
diletakkan pada posi i yang diperlihatkan di dalam ungai. dengan poros mengarah normal
(tegak-lurus) ierhadap bidang halarnan ini. Roda kincir akan berputar earah jarurn jam;
rnemperlihatkan udanya komponen curl pada arah tegak-lurus terhadap, dan masuk ke dalarn,
perrnukaan halarnan. Jika kecepatan air tidak berubah ke arah hulu maupun hilir sungai, dan
iidak pula berubah ke arah kedua tepiannya. maka kornponen rersebut adalah satu-satunya
kon1ponen curl di bagian tengah sungai, dan curl vekt.or kccepatan aliran air olch karenanya
II ,nemiliki arah tegak-lurus rnasuk ke dala111 bidang hala1nan ini.
Dalan, Ga1nbar 8. l 4b. garis-garis gaya intensitas 1nedan n1agnet di sekeliling ebuah
konduktor filan1en panjang tak-hingga digan,barkan. Roda k.incir yang diletakkan di dalam
n1edan ini akan rnernperlihatkan bah\va ju1t1lah lengan kincir yang dipengaruhi oleh gaya
I earah jarum jan1 adalah lebih ban yak dibandingkan jumlah lengan yang dipengaruhi oleh gaya
ke arah yang berlav.1anan; na,nun secara umu1n. gaya carah jartnn jam ini lebih lemah
I
I
dibandingkan gaya bcrla,vanan arah jarurn jam. karena gaya yang kedua bekerja pada lengan-
I
4
I Liha1 acuan di akhir bab ini.
•
Bahan dengan hak cipta
222 ELEKTROMAGNETIKA
lengan yang berjarak lebih dekat ke filarnen. Nampaknya secara teoritis kita dapat, jika lengkung-
lengkung garis gaya medan tersebut tertata secara sangat beraturan dan jika variasi kekuatan
medan juga sangat beraruran, rnenemukan suaru posisi di dalarn medan di rnana torsi total yang
bekerja pada roda kincir adalah nol. Dalarn keadaan ini, roda kincir tidak akan berputar, karena
untuk H = (ll2np)a~, kita dapat menyulihkan persamaan medan ini ke dalam (25) dan
mendapatkan,
CONTOHl.2
Sebagai sebuah contoh yang menjelaskan bagaimana kita dapat rnenentukan curl H dari definisi
yang diberikan, dan sekaligus mencontohkan penyelesaian ebuah integral garis lainnya, marilah
kita perhatikan medan U = 0,2z2ax untuk z > 0, dan H = 0 di semua titik lainnya, yang diilustra-
f
sikan dalam Gambar 8.15. Hitunglah H · dL untuk sebuah lintasan bujursangkar yang memiliki
sisi-sisi d, titik pusat di (0, 0. z,) dan terletak di bidang y = 0, di mana z, > d/2.
,, ,,
,,
d,,
(0, o. z,>
.->---------Y
Gamber 8.15 Sebooh jolur berbentuk b~rsongmr derigon sisi-sisi d, don pusol di sombv z podo lokosi z
= Zi, okon digunomn untuk menghih.Ktg "}) H . d\. don menentekon curl H.
Pemecahan. Kita terlebih dulu menghitung integral garis H untuk seluruh jalur yang dibagi
menjadi cmpat segrnen garis Jurus, dimulai dari segmen paling atas:
__¢_H_· ::: rv x
_dL_ll_S ff)
tJ.S N
di mana notasi subsk:rip N ekali lagi mengindikasikan arah normal tangan-kanan terhadap
permukaan. Subskrip pada dLo.s rncngindikasikan bahwa jalur tertutup untuk integral gari
adalah gari keliling dari permukaan parsial llS. Hasil di atas dapat pula dituliskan ebagai,
¢ H · dL~s = (V x H) · aN
tJ.S
a tau
¢ H · dL s = (V x H) · aNt:J.S = (V x H) · t:,.S
6
di mana a111 adalah sebuah vektor satuan yang mengarah normal tangan-kanan terhadap permukaan
ss.
Berikutnya. rnarilah kita rnenentukan sirkulasi H untuk etiap petak M yang ada pada S,
dan menjumlahkan hasil-hasilnya. Oengan menghitung integral garis tertutup untuk tiap-riap
llS, kita akan rnelihat bahwa lintasan rertutup (sekaligus garis keliling) untuk petak-petak M
yang bersebelahan aling menghilangkan. Hal ini di ebabkan karena emua segmen jalur di
bagian interior permukaan ditelusuri sebanyak satu kali ke kedua arah. Hanya garis keliling
yang mernbarasi seluruh permukaan S yang akan tersisa, karena jalur ini ditelusuri hanya
sebanyak aru kali ke satu arah. Oengan demikian, persarnaan ebelumnya menjadi
'
• \
'
Berikutnya, kita menyelesaikan bagian integral permukaan, atau sisi kanan, dari teorerna
Stoke. Pertarna-tama, kita menggunakan (26) untuk mendapatkan
V x H= !
r Sin 8
(36r sin e cos 6 cos q,)ar + .!.r ( Sin. I e 6r cos q, - 36r sin 8 cos q,) a9
Karena ,iS = ?sin e ,18 def, a., maka integral permukaan yang akan dipecahkan adalah
fs (V x H) · dS = f s J · dS = ¢ H · dL
Integral kerapatan arus untuk sebuah permukaan S adalah total arus I yang meoyeberangi
permukaan tersebut, sehingga
rjiR·dL=I
Penjabaran singkat ini mernperlihatkan dengan jclas bahwa arus I, yang didcfinisikan
sebagai "arus yang dilingkari oleh sebuah lintasan tertutup", adalah juga arus yang menembus
semua bentuk permukaan yang dibarasi oleb lintasan tertutup yang sama.
Teorema Stoke mcngaitkan sebuah integral perrnukaan dengan sebuah integral garis (atau
lintasan) tertutup. Kita dapar mengingat, dari pelajaran yang lalu, bahwa teorerna divergensi
mengaitkan sebuab integral volume dengan sebuah integral permukaan tertutup. Kedua teore.ma
ini sangat bermanfaat dalam membantu k.ita menjabarkan berbagai pembukiian vektor. Sebagai
sebuah contoh, marilah kita coba untuk menemukan ekivalen bagi V • V x A, di mana A
merepresentasikan sembarang medan vektor. Hasil yang kita peroleh haruslah sebuah skalar
(mengapa demikian?), dan kita dapat mengumpamakan dulu babwa skalar ini adalah 1·, arau
'il·'ilXA=T
Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan dv, dan kernudian rnengintegrasikannya untuk
seluruh volume v,
f vol
(V • V x A),Jv = f vol
T dv
kita terlebih dulu menerapkan reorema divergensi pada sisi kiri persamaan, untuk mendapatkan
ti
'f's (V x A) · dS = f \·01
T dv
Sisi kiri persamaan ini sekarang adalah integral perrnukaan dari curl A untuk selu.ruh
pennukaan tertutup yang meliputi volume v. Teorema Stoke mengaitkan integral perrnukaan
V0b = - ;: E · dL
memiliki nilai yang sama untuk setiap pasangan titik yang sama, terlepas dari bentuk jalur yang
menghubungkan kedua titik (yaitu, independen terhadap lintasan integrasi). Akan tetapi, dalam
kasu magnetostatik.
V x H = 0 (di manapun J = 0)
namun
bahkan jika J bernilai nol di sepanjang lintasan integrasi yang dipilih. Setiap kali kira rnelakukan
satu putaran penuh mengelilingi arus, rnaka hasil integrasi ini akan bertambah sebesar /. •
Apabila tidak ada arus yang dikelilingi oleh lintasan tertutup, maka sebuah fungsi potensial
bernilai tunggal dapat didefinisikan unruk lintasan ini. Secara umum, kita dapat menuliskan,
V,n.ob = -
...__
J: H · dL Galur yang pe ifik~ (45)
di mana lintasan yang pesifik untuk integral garis ini harus ditetapkan. Kita harus mencatat
bahwa potensial elektrostatik \I adalah sebuah medan konscvatif, sedangkan skalar potensial
magnet V,11 bukan sebuah medan kon ervatif. Pada contoh soal koaksial di atas, marilah kita
rnenambahkan sebuah dinding sekat7 di lokasi q, = ,r; jelasnya, kita sepakat untuk tidak memilih
lintasan yang menyeberangi bidang radial ini. Dengan demikian, lintasan apapun yang kita
pilih tidak akan mengelilingi I ecara penuh atau, tidak akan membuat satu putaran penuh
mengitari arus, dan karcnanya kita dapat mendefinisikan sebuah potensial yang bernilai tunggal.
Hasil yang diperoleh dengan kondisi tambahan ini adalah
l
vm = - 2n q, (-n: < ~ < n)
dan
v,,,p = -{ (~ = f)
Skalar potensial magnetik adalah besaran yang akan menghasilkan permukaan-permukaan
ekipotensial magnetik. Pada gilirannya, permukaan-permukaan ini akan membentuk petak-
petak kurvilinear dengan garis-garis gaya H dalam Gambar 8.4. Hal ini adalah satu aspek
lainnya dari analogi antara medan listrik dan medan magnet, yang akan kita gali lebih dalam
di bab berikutnya.
Sekarang, marilah kita tinggalkan dulu untuk sernentara skalar potensial magnet dan kita
kaji keberadaan vektor potensial magnet. Medan vektor ini adalah salah satu alat bantu yang
sangat bermanfaai di dalam menelaah radiasi yang dihasilkan antena dan apertur-apertur lainnya,
serta kebocoran radiasi dari saluran transmisi, bumbung gelombang (waveguides dan perangkat
oven mikrowave. Vektor potensial magnet dapat digunakan pada daerah-daerah di mana kcrapatan
arus bernilai nol maupun tidak nol, dan dapat diperlua untuk mencakup medan-rnedan fungsi
waktu belakangan nanti.
1
lstilah ini bcrkorespondcnsi dcngan i tilah matematika ..bereabang".
di mana A mengindikasikan vektor potensial magnet, dan pemilihan vektor ini secara sekaJigus
mernenuhi pcrsyaratan agar kcrapatan fluks magnet harus memiliki divergen i yang bernilai
nol. Medan H dengan demikian adalah
l
H = -V xA
µo
dan
VxH=J= J_VxVxA
l'o
Curl dari curl sebuah medan vektor tidak bernilai nol, dan dijabarkan oleh sebuah persamaan
yang cukup komplek 8 yang bentuk umumnya belum perlu kita ketahui untuk saat ini. Apabila
kita mengciahui bcntuk A ecara spesifik, maka kerapatan arus dapat ditentukan dengan
menerapkan operasi curl pada vektor ini sebanyak dua kali.
Pcrsamaan (46) memberikan kita defini i untuk vektor potensial magnet A. Karena operasi
curl mengirnplikasikan diferensiasi terhadap suatu bentuk panjang, rnaka saruan untuk A adalah
weber per meter.
Me kipun kita telah melihat bahwa pendefinisian vektor A tidak berbenturan dengan kondisi-
kondisi yang digariskan oleh hasil-hasil terdahulu, kira masih harus membuktikan bahwa
pendcfinisian vektor yang sedernikian rupa memang memudahk.an kita dalam rnenentukan
medan magnet, Vektor A tidak terkait dengan besaran apapun yang mudah terukur yang kita
ketahui hingga ejauh ini, clan A tidak pula muncul dari suatu eksperimen bersejarah.
Kita akan membahas pada Subbab 8.7 bahwa, dari hukum Biot-Savart, definisi B dan
definisi A, A dapat ditenrukan dari clernen arus diferensial melalui persamaan
(47)
Interpretasi fisik dari (47) serupa dengan hukum Biot-Savart; arus searah I yang mengalir pada
sebuah konduktor filamen dengan panjang diferensial dL akan menghasilkan medan A pada
sebuah titik yang berjarak R dari filarnen berarus. Karena A hanya didefinisikan sebagai sebuah
vektor yang dapat diambil curl-nya, kita bisa saja rnenambahkan gradien medan skaJar apapun
kc dalam (47) tanpa mengubah nilai B atau H, karcna curl dari sctiap gradien adalah nol.
Dalarn konteks medan magnet konstan, kita biasanya mengabaikan saja kemungk.inan adanya
uku tambahan ini dan menganggapnya bernilai nol.
Kenyataan bahwa A adalah vektor potensial magnet akan terlihat dengan jelas jika (47)
dibandingkan dengan persamaan yang mirip uncuk potensial etektrostatik,
I
V x V x A .. 'v(V · A) - V2A. Dalam sistem koordinat perscgi, dapat dibuktikan bahwn V1A ii v2A., a .. + V2A,
a1 + V2Az at. Dalam sistem- istem koordinat lainnya. V2A dapat ditenrukan dengan rnenyelesaikan iurunan-rurunan
parsial dcrajat kcdua pada persamaan v2A = V(V · A) - V x V x A.
Untuk menenrukan intensitas medan magnet. kita harus mengambil curl dari (49) dalam
sistem koordinat silinder, yang menghasilkan
a tau
dH = I dz
4,r
yang dengan jelas menunjuk.kan hasil yang serupa dengan yang diberikan oleh hukum Biot-
Savart.
Per arnaan-persamaan unruk vektor potensial magnet A dapat pula diturunkan untuk sebuah
dist:ribusi arus yang bukan arus filamcntcr. Untuk distribusi aru perrnukaan K, elcmen arus
diferensialnya menjadi
I dL = K dS
Dalarn ka us distribu i arus volume dengan kerapatan J, elemen diferensial arusnya adalah
I dL = J dv
Pada masing-masing dari kedua per amaan di aras, karakterisasi atau penyifatan vektor
diimbuhkan pada arus. Sedangkan untuk elemen arus filarnen, kita biasanya, meskipun tidak
wajib, mengirnbuhkan penyifatan vektor pada jalur filamen; jelasnya, menggunakan J dL
ketimbang I dL. Pemilihan bentuk ini disebabkan oleh fakta bahwa magnitudo elemen konduktor
filamen selalu konstan sehingga, daJam sebuah persamaan integral, kita dapat mengeluarkannya
dari bawah tanda integral. Dari dua persamaan di atas, bentuk-bentuk alternatif untuk persamaan
A adalah
A= f ~ µ 4,cR
K dS
0 I
.
(50)
dan
(5 t)
Keriga persarnaan (47), (50), dan (51) menyatakan vektor potensial magnet sebagai hasil
integrasi dari seluruh bagian sumbemya. Dari perbandingan bentuk ini dengan persamaan
integral untuk potcnsial elektrostatik, dapat diketahui bahwa referensi nol unruk potensial
magnet sekali lagi harus diambil di titik yang jauh tak berhingga, karena hanya di titik inilah
(pada R ~ oo) semua elemen arus berhingga akan menghasilkan potensial nol. Patut untuk
kita perhatikan pula bahwa kita jarang sekali menggunakan bentuk serupa untuk menghicung
potensial listrik V; sebagian besar soal yang kita hadapi melibatkan distribusi muatan yang
mcrentang sampai ke titik tak-hingga, dan dcngan pcrsamaan ini kita akan mendapatkan
nilai tak berhingga untuk potensial di semua titik, Sesungguhnya, kita harnpir tidak pernab
rnelakukan penghitungan potensial sebelum kita mendapatkan bentuk diferensialnya, V2V =
-p,/E, atau bahkan lebih baik lagi, V2V = 0. Selanjutnya, kita dapat menentukan sendiri
referen i potensial nol yang paling se uai.
Persamaan-persarnaan diferensial yang analog untuk vektor potensial magnet A akan kita
rurunkan pada subbab berikurnya. Sebuah contoh soal yang mengilustrasikan penghitungan
medan vektor potensial magnet akan menutup diskusi kita dalam bab ini.
Jawaban. (a) 2,88 ai (b) -5,43 V; (c) 12.7 V: (d) 3,62 \1; (e) -9,48 V.
p
08.9. Nilai A di dalam sebuah kondukior silindris padat dari bahan non-magnetik
berjari-jari a, yang mcmbawa arus total I earah az dapat dihitung dcngan relatif mudah.
Dengan mengetahui nilai H atau B di daerah p < a. maka menggunakan (46) kua dapat
menentukan A. Pilihlah A = (µof In 5)/2,r sebagai magnitude A di lokasi p = a (terkait
dcngan concoh soaJ pada subbab berikutnya), kemudian tenrukan vektor potensial magnet
A di p =: (a) 0; (b) 0,15a; {c) 0,7Sa; (</) a.
Jawaban. (e,) 0,422Ja. µWb/rn; (b) 0,416/a. µWb/m: (c) 0.366/a. µWb/rn: (d) 0,322/a.
"' '" ... '"
µWblm.
H=¢ (3)
dan definisi A,
B=VxA (46)
Marilah kita mengasumsikan bahwa A dinyatakan oleh persamaan terakhir pada Subbab
8.6.
A= j µoJ dv (51)
vol 4,cR
dan kernudian mernbuktikan keabsahan (5 J) dengan menunjukkan bahwa (3) dapat diturunkan
I darinya. Pertarna-tarna, kita harus membubuhkan notasi-notasi subskrip yang mengindikasikan
tirik di mana elemen arus berada (.\·" y1, z1), dan lokasi di maoa rnedan A akan ditemukan
(x.,, y.,, z.,). keduanya dalam koordinat persegi. Elemen volume diferensial dv oleh karenanya
- - -
akan diruliskan sebagai dv; dan dalarn koordinat persegi adalah dx1dy1dz.1• Variabel-variabel
integrasi untuk A adalah x1, y1 dan z1• Dengan notasi-nota i ini, kita dapat menuliskan
I (52)
H=~=VxA (53)
J1o µo
Untuk mernpcrlihatkan bahwa (3) dapat diturunkan dari (52). kita harus rnenyulihkan (52) ke
dalam (53). Langkah ini kemudian harus diikuti dengan penghitungan curl dari A2, yang
merupakan sebuah besaran yang dinyatakan clalam X:?, y2, dan z2, sehingga curl ini mellbatkan
turunan-turunan parsial terhadap variabel-variabel x2, y2, dan z2. Kita mengindikasikan bal ini
dengan menuliskan subskrip pada operator del, untuk mengingatkan kita akan variabel-variabel
yang terkait dengan turunan-turunan parsialnya,
Hi= V2 x A2 = _!_ V2 x
µo µo
J\' µOJldv,
01 4n:R12
Urutan pengerjaan diferensiasi parsial dan integrasi tidak begitu penting di sini, dan µJ
- 41t adalah sebuah konstanta; hal ini memungkinkan kira menuliskan,
(54)
Curl dari basil kali sebuah skalar dan sebuah vektor dijabarkan oleb sebuah persamaan
identitas yang keabsahannya dapat dibuktikan dengan menguraikannya dalam koordinat persegi,
atau pernbuktiannya dapat kita lihat saja dalam Lampiran A.3.
R -
2 -
J
411'.
j vol
(56)
Suku kedua dari integran pada persarnaan ini bernilai nol karena V 2 x JI mengindikasikan
turunan parsial dari scbuah fungsi .t1, Yp z1 terhadap variabel-variabel ~· y2, ~; besaran JI
bukan merupakan fungsi dari .r2, y2, dan Zi· dan karenanya turunan parsial J 1 terhadap variabcl-
variabel ini adalah not.
Suku pertarna dari integran dapat diselesaikan dengan menyatakan R12 sebagai fungsi
variabel-variabel koordinar,
n I _ R,2 _ a Rl2
V2 - - 3 - - 2
R,2 R12 R,2
Dengan menyulihkan hasil ini ke dalam (56), kita mendapatkan
H2 = _ .L
4n:
J vol
aR12;
R12
J1_ dv,
a tau
H.,
-
= f vol
JI x 8~12
4 JfJ'\12
.o2
dv
I
yang eki valen dengan (3) narnun dituliskan dalarn bentuk kerapatan aru , J 1• J ika kita
menggantikan J 1 dv, dengan /1 dL" kira dapat rnenuliskan integral volume di atas menjadi
sebuah integral lintasan tertutup,
Persarnaan (51) dengan dernikian terbukti ab ah dan bersesuaian dengan ketiga definisi
(3), (32). dan ( 46).
Berikutnya, kita akan mclanjutkan "petualangan" matematika kita ini dengan pembuktian
hukum rangkaian Ampere dalam bentuk titiknya,
v'xH=J (28)
(58)
di mana
(59)
Persamaan (59) rnendefinisikan (dalam koordinat persegi) apa yang disebut sebagai Laplaciannya
vektor.
Dengan rnenyulihkan (58) ke dalarn (57). kita mendapatkan
(62)
Udo.rn
1.0
10 ,Vor•
{ -
1
0.7
t:dam
O.J
(
U<l.V3
0
-10 Aini-'
l )'
8.10 Sebuah selubung bola konduktor dengan jari-jari a memiliki dua sarnbungan berupa
kawat filamen di bagian atasnya (r = a, 8 =0) dan juga di bagian bawahnya (r = a.
() = n:). Scbuah aru DC ( earah) I mengalir ke arah bawah dari filamen ata , melewati
permukaan bola, dan keluar ke filamen bawah. Tentukan H dalam koordinat bola (a)
di bagian dalam dan (b) di bagian luar bola.
8.11 Sebuah filarnen panjang tak-berhingga di sumbu z dialiri oleh arus 20n: mA earah a ~..
Tiga buah permukaan silinder berarus dengan kerapatan arus seragam juga berada di
dekat filarnen; ma ing-masingnya yaitu, 400 111A/n1 di p = I cm, -250 1nA/n1 di
p = -2 ctn, dan -300 tnA/111 di p = 3 cm. Hitunglah HO di p = 0,5, 1,5, 2,5 dan 3,5 cm.
8.12 Dalarn Garnbar 8.22, bila daerah-daerah O < z < 0.3 m dan 0.7 < z < 1.0 m diternpati
oleh balok-balok konduktor yang rnasing-masingnya mernbawa kerapatan arus 10 A/m2
ke arah yang sating bcrlawanan, epeni diperlihatkan dalam garnbar, Tentukan H di z =:
(a) -0.2: (b) 0.2: (c) 0.4: (d) 0,75: (e) 1.2 m.
8.13 Diketahui ebuah elubung silinder konduktor berjari-jari a. dengan poros di sumbu z
dan mernbawa sebuah arus permukaan seragam dengan kerapatan K"a~. (a) Perlihatkan
bahwa H bukan merupakan fung i dari q, maupun z. (b) Perlihatkan bahwa H ~ dan HP
adalah not di setiap titik dalam ruang. (c) Perlihatkan bahwa Hz = 0 untuk p > a.
(d) Perlihatkan bahwa H= = Ka untuk p < a. (e) Diketahui adanya sebuah selubung
silindcr kcdua. p = b, yang membawa arus K,,a~. Tcntukan H di criap titik dalam ruang.
8.14 Sebuah toroida merniliki bidang penarnpang melintang berbentuk persegi empat. dan
didefinisikan olch permukaan-permukaan berikut ini: • ilinder-silinder p = 2 dan p = 3
cm, dan bidang-bidang z = l dan z = 2.5 cm. Toroids ini dilewaci oleh sebuah arus
perrnukaan dengan kerapatan -50a,~ Alm pada permukaan p = 3 cm, Tentukan H di titik
P(p. q,, z): (a) PA(l.5 cm: 0: 2 cm): (b) P8(2.l cm: 0: 2 cm); (c) Pc(2.7 cm: Trl2; 2 ctn);
(d) P 0(3.5 cm; Trl2; 2 cm).
8.15 A um ikan bah ..va tcrdapat uatu daerah dengan sirnetri itas ilinder, di mana pada daerah
ini konduktivitas diketahui adalah a= 1,se-150p kS/m. Sebuah medan listrik sebesar 30a.~
V/Jn diketahui ada di daerah ini. (a) Tentukan J. (b) Tentukan arus total yang menernbus
perrnukaan p < p0, z = 0, unruk semua nilai cp. (c) Gunakan hukum rangkaian Ampere
untuk meneniukan H.
8.16 Sebuah kabel koaksial setirnbang mernuat tiga buah konduktor koaksial (seporos) dengan
tahanan listrik yang dapat diabaikan. Asumsikan sebuah konduktor bagian dalam yang
padat dengan jari-jari a. sebuah konduktor pertengahan dengan jari-jari dalam b, dan jari-
jari luar b0• dan sebuah konduktor luar dengan jari-jari dalam c1 dan jari-jari luar c0.
Konduktor pertengahan dialiri arus I pada arah al positif dan berada pada potensial V0.
Konduktor dalam dan konduktor luar keduanya rnemiliki potensial nol dan membawa
arus //2 (masing-masingnya) pada arah az negatif. Mengasumsikan bahwa distribusi arus
pada tiap-tiap konduktor ini seragarn, tentukan: (a) J pada masing-rnasing konduktor;
(b) H di sctiap titik; (c) E di setiap titik.
8.17 Sebuah konduktor filamen pada sumbu z rnembawa arus sebesar 7 1nA searah a., dan 4
lernbaran-lembaran arus 0,5at A/n1 dan -0,2a .. A/n1 masing-rnasingnya berada di lokasi
p = l cm dan p = 0,5 cm. ecara berturut-turut. Hitunglah H di: (a) p = 0,5 cm; (b) p
= I ,5 cm; (c) p = 4 cm. (d) Lembaran arus dengan kerapatan arus permukaan yang
bagaimana harus diletakkan dip= 4 cm untuk mengbasilkan H = 0 di daerah p > 4 cm?
8.18 Sebuah kawat dengun jari-jari penampang melintang 3 mm tersusun atas sebuah konduktor
bagian dalam (0 < p < 2 mm) di mana a= I 07 Sim, dan sebuah konduktor luar (2 mm
< p < 3 mm) di rnana a= 4 x 107 Sim. Jika kawat ini membawa arus total sebesar 100
n1A de; tentukan H di setiap titik dalam ruang sebagai fungsi dari p.
8.19 Hitunglah V x [V(V • G)l jika G = 2.x2yza.r - 20)1ar + (x2 - z2)~.
8.2.0 Sebuah konduktor padat dengan penampang melinrang berbentuk lingkaran berjari-jari
5 mm diketahui memiliki konduktivitas yang berubah-ubah terhadap jari-jarinya.
Konduktor ini panjangnya 20 m, dan tcrdapat beda potensial sebesar 0, l V DC di antara
kedua ujungnya. Di bagian dalam konduktor, H = 105p2a~ Alm. (a) Tentukan a sebagai
fungsi dari p. (b) Berapakah tahanan listrik di antara kedua ujung kawat ini.
8.21 Titik-titik A, B, C, D, E, dan F masing-masingnya berjarak 2 mm dari titik pusat, seperti
dlperlihatkan dalam Gambar 8.23. Nilai H pada tiap-tiap titik ini dibcrikan dalam tabel
di daJam gambar yang sama, Hitunglah taksiran nilai untuk V x H di titik pusat.
8.22 Sebuah silinder konduktor padac dengan jari-jari a dan panjang L, di mana L >> a,
mernbawa kerapatan muatan volume seragam P» C/1n3. Silinder ini berotasi pada porosnya
(sumbu z) dengan kecepatan sudut O rad/det. (e) Tentukan kerapatan arus J sebagai
fungsi dari posisi di dalam silindcr yang berputar ini. (b) Tcntukan H pada poros silindcr,
dengan menggunakan hasil-hasil dari Soal 8.6. (c) Tentukan intensitas medan magnet H
di dalam dan di luar silindcr, (d) Periksalah kebenaran jawaban Anda pada bagian (c)
dengan mengarnbil curl dari B.
Titik H (Nm)
.
;
8.23 Diketahui rnedan H = 20p2 a9 Alm: (a) Tentukan kerapatan arus J. (b) Integrasikan J
untuk seluruh bidang lingkaran p = J, 0 < ~ < 21r, z = 0, untuk menghirung arus total
yang menyeberangi permukaan ini pada arah a,. (c) Tenmkan arus total ini sekali lagi,
namun kali ini dengan menggunakan sebuah integral garis untuk jalur tetturup berbentuk
Lingkaran p = J. 0 < q, < 21r. z = 0.
8.24 Terapkan kedua sisi teorema Stoke pada medan G = 10 sin e a9 dan permukaan r = 3,
O s () s 90°, 0 s q, s 90°. Arah permukaan ini diketabui sama dengan arah a,..
8.25 Untuk nilai-nilai x, y dan z yang positif dan kurang dari 5, intensitas sebuah medan
magnet dapat dinyatakan sebagai ff = l.x2yzl(.)• + l)Ja.t + 3x2z2ay - [.ryz2/(y + l)}a~.
Tenrukan arus total searah a.r yang menernbus perrnukaan pita x = 2, I $ )' 5 4, 3 s z
s 4. dengan rnetodc: (a) integral perrnukaan; (b) integral lintasan tertutup.
8.26 f
Bila diketahui G = I 5ra~. (a) G · dL untuk jalur lingkaran tertutup r = 5, fJ = 25°,
O s ~ s 21t. (b) Hitunglah fs (V x G) • dS uruuk seluruh permukaan kubah bola r = 5,
O s 8 s 25°, 0 S q, s 2n.
8.27 lntensita medan magnet untuk suatu daerah di dalarn ruang diketahui adalah H = [(.r +
2),)/z2) a, + (2/z) a, Alm. (a) Hirunglah V x H. (b) Tentukan J. (c) Gunakan J untuk
menghitung arus total yang rnenyeberangi permukaan z = 4. 1 $ x $ 2, 3 s z s 5 searah
a,. (d) Perliharkan bahwa hasil yang sama dapat diperoleh dengan rnenggunakan sisi
lainnya dari teorema Stoke.
8.28 Diketahul H = (3,11 in ()) a0 + 54r cos () a~ A/01 di dalarn suatu ruang-hampa:
(a) Tentukan arus total pada arah a9 yang menembus permukaan kerucut 8 = 20°,
0 .s ~ .s 21t. 0 s r .s 5, deogan menggunakan sisi manapun dari teorema Stoke yang paling
Anda sukai. (I>) Periksa kebenaran jawaban Anda dcngan menggunakan . isi lainnya dari
teorema Stoke.
8.29 Sebuah konduktor panjang, lurus, non-magnetik dengan jari-jari penampang melintang
0,2 min membav .. a arus yang terdistribusi secara seragam sebesar 2 A DC. (a) Tentukan
J di dalarn konduktor, (b) Gunakan hukum rangkaian Ampere untuk menenrukan H dan
B di dalarn konduktor, (c) Perlihatkan bahwa V x H =
J di dalam konduktor.
(d) Tentukan H dan B di luard konduktor. (e) Perlihatkan bahwa V x H = J di luar
konduktor,
8.30 (Kebalikan dari Soal 8.20.) Diketahui sebuah konduktor silindri padat. non-rnagnetik
dengan penampang melintang lingkaran bcrjari-jari 2 mm. Konduktor ini bersifat tidak
homogen, dengan a= 106(1 + J06p2) Sim. Jika konduktor ini panjangnya I m dan
merniliki beda potensial 1 n1V di antara kedua ujungnya, rnaka tentukan: (a) H di dalarn
konduktor; (b) fluks magnet total di dalam konduktor,
8.31 oleh I cm < p < 1,4 cm terbuat dari bahan
Sebuah kulit silinder yang didefinisikan
konduktor non-rnagnetik dan membawa arus total sebesar 50 A pada arah az. Tentukan
fluks magnet total yang mencmbus permukaan ¢ = O. 0 < z < 1: (a) 0 < p < 1,2 cm; (b)
1,0 cm < p < 1,4 cm; (c) 1.4 cn1 < p < 20 cn1.
8.32 Daerah <ii dalam n1ang-han1pa yang didefinisikan oleh l < z < 4 cm dan 2 < p < 3 cm
dite1npati oleh seburu, toroid yang n1e111iliki penan,pang n1elintang berbent,tk en,pat
persegi. Bila permukaan di p = 3 cm me111bawa arus pennukaan K = 2a. A/rn. (a)
Tentuk.10 kerapatan arus pada permukaan-pennukaan p = 2 crn. z = I cm, <lan' z = 4cn1.
(b) Tentukru1 H di setiap titik di dalan1 ruru1g. (c) Hitunglah fluks total di dalam toroida.
8.33 Gunakan penjabaran dalan1 koordinat persegi untuk 111embuktikan. bah,va curl dari gradien
sembarang 1nedan skalar G akan selalu mengbasilkan nilai nol.
8.34 Sebuah konduktor filan1cn pada sumbu , dialiri olch arus sebcsar 16 A searah a,,~ sebuah
selubung silinder konduktor di p = 6 1nembawa an1s total sebesar 12 A searah -a •. dan
sebuah selubung silinder lainnya di p = IO membay,1a arus total 4 A searah -a_.~ (a)
-
Tentukan H untuk daerah O < p < 12. (b) Buatlah plot H() versus p. (c) Tentukan fluks
total <I> yang 1nene1nbus per1nuknan terturup I < p < 7, 0 < z < I.
v sekarang searah +a.i, B tetap pada arah a:, v x B pada arah -ay. dan Q bernilai negatif; maka
FQ sekali lagi searah vektor saruan ay. Akibamya, kini muatan-muatan negatif terkumpul di
sisi kanan. Dengan mekanisrne ini, arus yang setara yang dibangkitkan oleh hole dan elektron
di dalam bahan semikonduktor dapat dibedakan rnelalui polaritas tegangan Hall-nya, dan
mekanisme tersebut merupakan salah saru merode untuk menentukan apakah sebuah bahan
semikonduktor berasal dari tipe-n atau ripe-p.
Berbagai perangkat elektrornagnetik mernanfaatkan efek Hall untuk mengukur kerapatan
fluks magnetik dan, dalarn beberapa penerapan di mana arus yang rnelewati perangkst dapat
dijadikan sebanding dengan kekuatan meclan magnet di dalam perangkat, efek Hall dimanfaatkan
untuk alat pengukur daya iwattmeter) elektronik, clemcn-elemen pcmbangkir gclombang persegi
(squaring elementsi, dan lain-lain.
Kembali ke persamaan (4), kita dapat merangkumkan pembahasan dj ata dengan
mengatakan bahwa, bila kita membicarakan elemen muatan bergerak berupa seberkas sinar
clektron, maka gaya magnet akan mempeugaruhi elektron-elektron sccara partikcl demi partikel,
sehingga gaya total didefinisikan ebagai jumlah dari gaya-gaya yang bekerja pada tiap-riap
elektron. Namun, jika elemen rnuatan yang dimaksud adalah arus di dalam sebuah kondukror,
maka gaya magnet akan bekerja pada bahan konduktor itu sendiri sebagai ebuah kesatuan
yang utuh. Di dalam pernbicaraan kita di sini, kita akan membarasi perbatian kita hanya pada
gaya-gaya yang bekerja pada konduktor-konduktor beraru .
Di dalam Bab 5, kita telah rnendefinisikan kerapatan arus konveksi sebagai fungsi dari
keceparan gerak sebuah kerapatan muatan volume,
Elernen rnuatan diferensial pada persamaan (4) dapat pula dinyatakan dalam bentuk kerapatan
1
muatan volume,
Sehingga,
dF = p..,dv v x ll
a tau
1· dF = J x B dv ] (5)
Kita telah melihar di dalam Bab 8 bahwa J dv dapat diejawantahkan sebagai sebuah elemen
arus diferensial; jelasnya,
.J <IV = K as = I dL
dan karenanya persamaan gaya Lorentz dapat pula diterapkan pada kerapatan arus perrnukaan.
(6)
(7)
Menginregrasikan persamaan-persamaan (5), (6), dan (7) untuk eluruh volume, permukaan
terbuka atau tertutup (rnengapa keduanya dipcrbolchkan"), dan jalur tertutup yang dipilib,
secara bertnrut-turut, kita mendapatkan rumus-rurnus integral,
I
Ingar baik-baik bahwa dv adalah elernen volume difercnsial. bukannya pcrubahan diferensial pada k~cpatan gcrak.
F= j vol
JxB dv (8)
F = fsK x B dS (9)
dan
(I 0)
Scbuah hasil dalarn benruk yang lcbih sederhana dapat diperoleh dcngan rnenerapkan (7)
atau ( I 0) pada ebuah kawat konduktor luru di dalam ebuah medan magnet seragam. yaitu
( 11)
Magnitudo dari gaya yang diberikan oleh ( 11) dirurnuskan oleh persarnaan yang sudah cukup
kita kenal,
di mana (J adalah sudut yang diapit oleh kedua vektor yang merepresenta: ikan arah aliran aru
dan arah kerapatan flu ks magnet. Per arnaan ( 11) atau ( 12) hanya berlaku pada atu bagian
atau satu egmen garis dari ebuah rangkaian tertutup, dan bagian-bagian atau segrnen-segmen
lainnya harus dihitung secara terpisah.
CONTOH9.1
Sebagai conroh numerik untuk penggunaan persamaan-persamaan di atas, perhatikan Gambar
9.2. Kita diberikan sebuah loop kawat berbentuk perscgi empat yang dilctakkan pada bidang
z = 0, dialiri arus sebesar 2 n1A, dan berada di dalam sebuah rnedan magnet yang dihasilkan
oleh suatu arus filamen panjang tak-hingga di sumbu y, seperti terlihat dalam gambar. Kita
diminta untuk menghitung gaya total yang bckcrja pada loop kawat,
Pemecahan. Medan yang dihasilkan pada bidang tempat di mana loop berada (z = 0) olch
aru ftlamen tak-hingga di sumbu y adalah
H = I
a.
2m ~
= --
15
a . Alm
2,rx •
Oleh karena itu,
3 x 10-6 T
---a.
x •
Runng-harnpa
--------.-------------
~ IS A
/
)'
!>-----~ (I. 2. 0)
(3. o.,
.T
bidong xy yang mernbowo orus 2 mA
mengolcmi goyo dori sebuah medan
magnet B tok·seragom .
F = -I ¢s x dL
Marilah kita asurnsikan bahwa loop kawat ini memilik:i bentuk yang beraturan dan kaku,
ehingga gaya total pada loop adalah jumlah dari gaya-gaya pada keempat sisinya:
2
F = -2 x 10-3 x 3 x 10-6 3 a; x dxax + ~ X dya,
/x=I ,I: /)'::eO 3 >
+ f 1 !s..
x:3 X
x dx ax + r' !s.. x dye;
j ,, ... 2 l >
= -6 x 10- 9 [ lox 3
I
a>' + -I ~l (-ar) + lnx
3 0 .
I a,.
3
+ y lo (-ax)
2
J
=
09.2. Medan B -2a, + 3aJ + 4a~ mT terdapat di . etiap titik di dalarn suatu ruang-
hampa. Tenrukan vektor gaya yang dikerahkan pada sepotong kawat lurus ) ang dialiri
arus 12 A searah a,,8. jika diketahui A(I. I, 1) dan: (e1) 8(2. I. l); Ch) 8(3, 5, 6).
Jawaban. (a) -48a>' + 36a:. mN; (b) 12ax - 2J6a\ + 168a mN.
09.3. Potongan sarnpel semikonduktor yang ditampilkan dalam Gambar 9.1 adalah
sebuah bahan .ilikon tipe-u, yang memiliki penarnpang melintang berbernuk segi empat
0.9 mm x 1.1 cm. dan punjang potongan ini adalah J .3 cm. Asurnsikan bahwa mobiliias
elckrron dan hole secara berturm-turut adalah 0, 13 dan 0,03 1n2N · s pada suhu kerja
=
bahan. Bila B 0,07 T dan intcnsitas medan listrik scarab aru adalah 800 V/m. maka
tentukan magnitude dari: (a) tegangan antara kedua iepi lebar potongan sampel:
(b) kecepatan apung (</rift velocity); (r) gaya magnet transversal (searah lebar potongan
sampel) per coulomb pada partikel muatan karena adanya B: (cl) intem itas medan listrik
transversal; (e) tegangan Hall.
Jawaban. (a) 10.40 V: (b) 104,0 m/s; (c) 7,28 N/C; (d) 7.28 V/m: (e) 80. l n1V.
(l4)
Persarnaan ( 14) narnpak cukup menakutkan pada awalnya, namun jika kita sudah cukup
rnembia akan diri dengan bentuk persamaan rnedan magnet di datam Bab 8 yang lalu, kita
akan mengenali bahwa integral bagian dalam adalah bentuk integral dari rnedan magnet di
titik 2 karcna elernen arus di titik I.
Me kipun kita hanya akan menyebutkan hasilnya di sini, sebeoarnya tidaklah terlalu sulit
unruk menggunakan (14) untuk menentukan gaya tolak-menolak antara dua kawat filamen
lurus panjang tak-hingga yang sating sejajar, terpisah oleh jarak d, dao masing-masingnya
mernbawa arus yang setara namun berlawanan l, seperti ditunjukkan dalam Gambar 9.4.
Integrasi yang harus dilakukan relatif mudah, dan sebagian besar kesalahan terjadi akibat
kekeliruan dalarn menentukan bentuk-bentuk yang sesuai untuk aR12, dL1 dan dL2• Akan
tetapi, karena intensitas medan magnet yang ditimbulkan masing-rnasing kawat terhadap saru
sarna lainnya telah diketahui adalah ll(2'1rd), maka gaya yang diinginkan deogan cepat dapat
ditentukan adalah µof2/(2ml) newton per meter panjang kawat, ke arah yang berlawanan pada
masing-rnasing kawat.
d -/
F•~-- --•~F
09.4. Dua elemeo arus diferensial, yaitu 11~L1 = 3 x JOiia, A.m di P1(1, 0. 0) dan
/2AL2 = 3 x 10-6(-0.Sa~ + 0.4a\ + 0.3a:> A· m di P2(2. 2. 2). bcrada di dalam suatu
ruang-bampa, Temukan vektor gaya yang bekerja pada: (a) /:?6L~ oleh /1aL1; (b) /161.,1
oleh 12.6Lz·
Jawaban. (a) (-l,333a"' + 0,333a, - 2,67at)l0-:?0 ; th) (4.67a ... + 0,667u.)I0-20 N.
t
I
T
~.F /
p
/
/ R,,
.
/
Rz1
"Fi = -J.·, P2
(a) (b)
Gombor 9.5 ~ol Untuk lengon bebon R yong meren1on9 dori lilik pusot tumpt.J O ke t ilik P di mono goyc F
bekerjo. moka torsi podo O odoloh T = Rx f. lb) Jiko F2 = -Fi, make lotsi T ::: R21 x F1 tidok berganlung
podo pemilihon titik hrnpu bogi R1 rr<:opua R2-
T = R xF
Berikutnya, marilah kita asumsikan dua buah gaya F1 di P1 dan F2 di P2, rnasing-masing
dengan lengan beban R1 dan R2 yang merentang dari sebuah titik. tumpu yang sama 0, seperti
diperlihatkan dalam Gambar 9.Sb. Kedua gaya ini bekerja pada sebuah objek yang rnemiliki
bentuk tctap, dan diketahui pula bahwa objek tersebut tidak mengalami edikit pun perpindahan
posisi. Dari data ini, kita dapat mengbitung torsi pada ritik tumpu 0. yaitu
'r = R1 xF1 + Ri xF2
di mana
a tau
tli'1 = I d~r(B01 az - Bo: a,)
Untuk sisi loop ini, lengan beban R n1erentang dari citik pusat ke titik rengah garis sisi,
yaitu R1 = -tdy a>', dan torsi yang dikontribusjkan oleh sisi ini sebagai bagian dari torsi total
adalah,
oksida, sulfida dan khlorida digolongkan ke dalam bahan kelas ini. termasuk di antaranya
adaJah nikel-oksida (NiO), fero-sulfida (FeS), dan kobalt-khlorida (CoCI?). •
Sifat anti-
feromagnctik hanya dapat muncul pada uhu-s uhu yang relalif rendah, yang seringkali berada
jauh di bawah suhu kamar. Efek ini belum diketahui memiliki manfaat penting apapun di
dalam bidang rekayasa ieknologi (engineering).
Bahan-bahan ferimagnetik rnernperlihatkan pula konfigurasl momen-rnomen atomik yang
anti-paralel, namun besar tiap-tiap mornen ini tidak sama. Oleh karenanya, momen magnetik
tanggapan yang cukup besar akan iimbul pula di dalam bahan jenis ini, me kipun tidak
sebesar pada bahan-bahan feromagnetik. Kelornpok terpenting dari bahan kelas ferimagnetik
adalahferir, yaitu bahan dengan konduktivitas rcndah yang nilainya mungkin hanya seperscribu
atau bahkan seperserarus ribu dari konduktivitas semikonduktor. Kenyataan bahwa bahan-
bahan ferimagnetik mcmiliki tahanan Ji trik yang lebih besar dibandingkan bahan feromagnetik,
menjadikan arus induksi yang timbul pada bahan-bahan kelas ini jauh lebih kecil saat medan
bolak-balik dikerahkan padanya, sepcrti misalnya di dalam inti transformaror (trafo) yang
beropcrasi pada frekucnsi-frckuen i iinggi. Arus induksi yang tercduksi ini (aru eddy)
menghasilkan rugi-rugi ohmik yang juga lebih rendah pada inti trafo. Senyawa-senyawa besi
oksida magnetit (Fe304), nikcl-seng ferit (Ni1nZn112Fez04), dan nikcl fcrit (NiFc204) adalah
beberapa contoh bahan dari kelas ini. Sifat ferimagnetik juga hilang pada suhu-suhu di atas
suhu Curie.
Bahan-bahan superparamagnetik merniliki gugusan-gugusan partikel feromagnetik yang
tersusun dalam matriks non-feromagnetik. Meskipun terdapat domain-domain pada struktur
bahan ini, dinding-dinding domain ini tidak dapat melua kan wilayahnya ke partikel-partikel
yang bersebelahan. Sal ah satu contoh sukses dalam pernanf aatan bah an jenis ini adalah pad a
pita magnctik yang digunakan pada ka et-audio (audio-tape) dan kaser-video (video-rape).
Tabel 9.1 rnerangkurnkan karakteristik-karakteristik dari keenam tipe bahan magnetik
yang baru aja sclcsai kita bicarakan.
Marilah kita mulai dengan mendefinisikan magneti asi rvt dari momen-momen dipol m.
Anis terikat (bound current) lb berputar mengelilingi sebuah jalur tertutup yang rnembatasi
pcrmukaan diferensial dS, sehingga arus ini menghasilkan momen dipol (A · m2),
m = lbdS
Apabila terdapat dipol magnet di dalam setiap satuan volume, dan kita membicarakan
11
sebuah volume sebesar 6.v, maka momen dipol magnet total dapat ditentukan melalui
penjurnlahan vektor
II A I'
~
."-i m.I (19)
lo:!
Masing-masing m, dapat memiliki nilai dan arah yang berbeda. Berikutnya, kita rnendefinisikan
magnetisasi M sebagai momen dipol magnet per satuan volume,
I IIOV
dan dari sini kita dapat ruelihat besaran ini merniliki satuan yang sama dengan satuan H, yaitu
ampere per meter,
Sekarang, marilah kita memperhatikan efek yang ditimbulkan oleh kesearahan (alig11111e11t)
dipol-dipol magnet yang diakibatkan oleh bekerjanya sebuah rnedan magnet eksternal. Kita
akan menganalisi kesearahan ini di sepanjang sebuah Iintasan tertutup, yang sebagiannya
diperlihatkan dalam Gambar 9.9. Di daJam gambar terscbut kita dapat melihat sejumJah momen
magnet m yang rnembentuk udut 8 dcngan elemen lintasan dL; tiap-tiap momen ini terdiri
dari sebuah arus terikat Jf> yang berputar mengelilingi sebuah perrnukaan diferensiaJ dS. Dengan
dcmikian, kita membicarakan sebuah volume bcrukuran kccil, dS cos 9dl, atau tlS · ,{(,, yang
di dalarnnya terdapat ndS • dl., dipol magnet. Untuk setiap dipol magnet yang berubah
orientasinya dari acak rnenjadi searah dL, arus rerikat yang rnenembus perrnukaan yang dibentuk
oleh lintasan tcrrutup (di scbelah kiri, jika kita bergerak ke arah al dalam Gambar 9.9) akao
bertambah scbesar lb. Karena terdapat ,idS • dL dipol di dalam volume ini, maka
d/0 = nlbdS · dL =M · dL (20)
dan untuk seluruh lintasan tertutup,
(21)
Persamaan (21) hanya mcmberitahukan kita bahwa jika kita berjalan pada cbuah jalur tertutup
dan rnendapatkan ejurnlah rnomen dipol menunjuk ke arah yang sama dengan arah ke maria
kita pergi. maka akan terdapat arus yang sebanding dengan jurnlah momen dipol ini yang
rnenembus perrnukaan yang dilingkari oleh jalur perjalanan kita.
Per amaan terakhir di atas merniliki kemiripan dengan hukum rangkaian Ampere, dan
kini kita dapat rnenarik generalisasi untuk hubungan antara B dan H, sehingga hubungan ini
berlaku pula untuk medium selain ruang-hampa. Diskusi kita saat ini bertolak dari gaya dan
iorsi pada loop-loop aru diferensial di dalam sebuah medan B, dan oleh karenanya kita
n1engambiJ B sebagai besaran da. ar kita da.n mencoba menenrukat1 definisi yang disempumakao
untuk H. Kita dapat n1enuliskan hukun1 rangkaian Ampere sebagai fungsi arus to1t1l, yaitu
arus terikat dita,nbah an,s beba •
(22)
di mana
. ... .
Pcrmukaan AS
.
•
/
.. . . ... . .. . .. . ·a11J1
.. . .. . .•. •. ". . . . . . .
I • • • • • • • • • •
\. .
..;
:,.,--1 • ·, • • • • u_ . .
..,. ~· . . . .r-i
. . • .. '"1 ..
\
. . . .
I
./ •
.
•
•
. . .. .
• • • •
• • •
.. . . . . . . .. . . . . •. . •. .. •
• • • • •
. . . .. . . - ~
. . ~ . .. . .. . .
Gombor 9.10 Sebuoh permukoon Gauss don sebuoh jolur terturop dilukiskon podo
permukoon perbotoson omoro medium I don medium 2, mosing·mosingnyo deogon
permeobililos µ1 don ~ secoro be,turul·lurul. Dori sini kilo dopot menentukon
kondisi·kondisi bolos B,..,, = BN2 don H,1 - H,2 = K, di mono K odoloh komponen
keropoton arus permukoan yang mengoroh mosuk ke dolam holomon ini.
kita mernperoleh
atau
I Bm =.B,v, I (32)
Sehingga,
u, H
H1V2 = µ2 (33)
,..r,
Komponen normal dari B kontinu, namun komponen normal medan H tidak kontinu dengan
faktor pengali sebesar µ1IJ.Li..
Hubungan antara komponen-komponen . normal M tentu saja dapat
. ditentukan setelah
hubungan antara komponen-komponen normal H diketahui. Untuk bahan-bahan magnetik
linear, hasilnya dapat dituliskan sebagai
(34)
(44)
Di dalarn sebuah rangkaian listrik, sumber tegangan merupakan bagian dari loop rangkaian;
di dalam sebuah rangkaian magnet, kumparan berarus melilit atau melingkari atau membungkus
loop rangkaian. Sehingga, ketika membicarakan rangkaian magnet, kita tidak dapat
mengidentifikasikan secara jelas dua buah ritik (terminal) pada mana gaya gerak magnet
dicatukan ke rangkaian. Analogi yang lebih mendekati untuk hal ini adalah sepasang rangkaian
listrik terkopel (coupled circuit), di mana rangkaian yang satu menerima tegangan induksi dari
rangkaian yang lainnya (dan kita akan melihat di dalam Bab 10 nanti bahwa integral jalur
tertutup dari E pada rangkaian semacam ini tidak bernilai not).
Marilah kita mencoba menerapkan gagasan kesepadanan (analogi) yang dijabarkan di
atas pada sebuah rangkaian magnet sederhana. Untuk menghindarkan dulu kerumitan yang
akan timbul dari sifat non-linear bahan feromagnetik, kita akan mengasumsikan sebuah
rangkaian magnet berupa sebuah toroida yang berintikan udara, dengan 500 lilitan, luas
penampang melintang 6 cm2, jari-jari rata-rata 15 cm, dan arus kumparan 4 A. Kita telah
mengetahui bahwa untuk perangkat semacam ini, medan magnet akan terkurung di bagian
dalam kurnparan, dan jika loop rangkaian magnet diasumsikan adalah garis keliling toroida
yang dibentuk oleh jari-jari rata-rata, maka jalur tertutup (loop) ini melingkari arus sebesar
2000 A· t,
V,n, sumber = 2000 A . t
Meskipun medan di dalam toroida tidak sepenuhnya seragam, demi kepentingan praktis kita
dapat mengasumsikannya demikian (seragarn), sehingga kita dapat menghirung reluktansi
rangkaian:
- --
d
- 2n(O,J 5) = 1,25 x I 09 A • t/Wb
µS 41t 10-7 x 6 x 10-4
Sehingga,
1,6 x 10-{;
¢>
B -- - --
s 6 x 10-4 = 2,67 x 10-3 T
dan akhimya,
Pada contoh di atas, rangkaian magnet yang kita bicarakan tidak memberikan kita peluang
apapun untuk menghitung ggm-ggrn di berbagai etemen yang berbeda di dalam rangkaian,
karena memang rangkaian ini hanya terdiri dari satu bahan magnetik saja. Raogkaian listrik
yang secara analogi berpadanan dengan rangkaian kita adalah sebuah rangkaian yang terdiri
dari sebuab sumber tunggal dan satu buah resistor. Kita dapat saja menyajikan rangkaian
listrik ini dalam bentuk uraian sepeni di atas, dengan secara berrurut-turut menghitung kerapatan
arus, intensitas medan listrik, arus total, resistansi, dan tegangan sumber.
Soal-soal yang lebih menarik dan penting dari sudut pandang praktis akan k:ita temui jika
kita rnelibatkan bahan-bahan ferornagnetik di dalam rangkaian magnet. Marilah kita rnulai
membabasnya dengan memperhatikan hubungan B dan H di dalarn bahan jenis ini. Kita dapat
berasumsi bahwa kita sedang berusaha mengetahui bentuk kurva B versus H unruk bahan-
bahan feromagnetik yang sepenuhoya telab di- 'netral 'kan dari segala kemagnetan
(demagnetized); dalam keadaan ini, B dan H bernilai not di dalam baban. Saar kita rnulai
memberikan ggm ke rangkaian, kerapatan fluks akan naik, naroun tidak secara linear,
sebagaimana diperlihatkan oleh data eksperirnental dalam Gambar 9.11 pada daerab di sekitar
titik nol. Setelah H mencapai nilai sekitar 100 A· t/m, kerapatan fluks akan naik lebih lambat,
dan mulai memasuki kondisi jenuh (saturasi) pada nilai beberapa ratus A.t/m. Dengan bahan
feromagnetik yang mencapai keadaan jenuh parsial ini, marilah kita perhatikan Gambar 9.12,
di mana kita rnelanjutkan eksperimen di tirik x dengan memperkecil nilai H. Ketika kita
melakukan hal ini, efek histeresis akan memainkan peranannya, dan akibatnya kurva balik
yang menunjukkan penurunan kerapatan fluks tidak sama dengan kurva naiknya. Bahkan
setelah H bernilai nol sekalipun, B = Br yang berarti kerapatan tluks masih tersisa di dalam
baban. Kemudian, kira menaikkan kembali nilai H dan menurunkannya lagi hingga mencapai
nol, dan mengulangi siklus ini sebanyak beberapa kali, sehingga terbentuklah kurva loop
histeresis yang ditampilkan daJam Gambar 9.12. Ggm yang diburuhkan untuk mengembalikan
kerapatan fluks magnet di dalam bahan meojadi not dikenal sebagai "gaya'' koersif atau He.
Untuk nilai-nilai H maksimum yang lebih kecil, loop-loop histeresis yang lebih kecil juga
akan terbentuk, dengan lokasi kedua titik ujungnya yang kurang-lebib sama seperti pada
kurva rnagnetisasi dalam Gambar 9.11.
B
l,4
I -T
•
I
1.2
,.. - B,.
L.O
/
i:;- 0,8
II
.....,
~
0.6 I
I
-H..
0.4 ·- --
I
0.2
) I
0 -8~
0 100 300 500 700 900
H(A·tlm)
Gambor 9.11 Kurvo mognetisosi unluk sebuoh sompel lemboron Gombor 9.12 Kurvo loop histeresis umuk bojo silikon,
be]c silikon. Gayo koersll He don keropoton fluks slso B,
diindikosikon dolom gombor ini.
jarang sekali terjadi pada rangkaian-rangkaian listrik, karena pcrbedaan nilai kondukrivitas
udara dengan konduktivitas bahan-bahan konduktif atau resistif benar-benar sangat jauh. Sebagai
perbandingan, kurva magnetisasi baja silikon rnenunjukkan kepada kita bahwa rasio H terhadap
B di dalam baja adalah sekitar 200 pada daerah di bagian bawah kurva; nilai ini dapat
dibandingkan dengan rasio yang sama untuk udara, yang besarnya sekitar 800.000. Sehingga,
rneskipun fluks lebih cenderung untuk "mernilih" bergerak di dalam baja ketimbang di dalam
udara dengan nilai perbandingan yang cukup rneyakinkan sebesar 4000: I, nilai ini masih jauh
sekali dibandingkan dengan rasio konduktivitas sebesar, misalnya, I 015 untuk bahan konduktor
yang baik terhadap bahan isolator yang cdang-sedang saja.
Sebagai contoh oal terakhir untuk subbab ini. marilah kita perhatikan bagairnana sekiranya
jika pertanyaan pada contoh ebelurnnya dibalik. Jika diketahui arus kumparan sebe ar 4 A
di dalarn rangkaian magnet pada Conteh 9.7, maka berapakah kerapatan fluks di dalam inti?
,~ - - - - -
I
L,,
:. - - - --'
I
l1 = 8 cm
l.i = 16 cm
Bahan: baja silikon
I I
I
I
,
+ t
S,• = 3 cn1· 0.5 cm
I I
I
I
,A......
_____ ,.,
•
I
k---- l.i
Gambar 9.13 lihat Sool 09.9.
09.9. Bila diberikan rangkaian magnet dalam Gambar 9.13, asumsikan B = 0.6 T pada
titik penengahan dari 'kaki' (sisi vcrtikal) sebelah kiri, kernudian tentukan: (a) Vm. udam;
(b) Vn,, bajo; (c) arus yang dibutuhkan pada sebuah kumparan 1.300 lilitan yang
membungku kaki sebelah kiri rangkaian,
Jawaban. (a) 3980 A · t: (b) 72 A · t; (c) 3, 12 A.
l= (49)
Arus l yang mengalir di dalam N lilitan kumparan menghasilkan ftuks total sebesar <l> dan
ikatan fluks sebanyak N<I>, di mana kita mengasumsikan untuk saat ini bahwa fluks total <I>
ini melingkari tiap-tiap lilitan kumparan. Definisi ini hanya berlaku bagi bahan-bahan magnetik
yang bersifat linear, di mana fluks yang dibangkitkan akan selalu sebanding dengan besarnya
arus. Jika terdapat bahan-bahan feromagnetik, maka kita tidak dapat rnenarik definisi tunggal
unruk induktansi yang dapat digunakan di dalam setiap kasus, dan karenanya kita akan
membatasi perhatian kita hanya pada bahan-bahan magnetik linear saja.
Satuan induktansi adalah henry (H), yang ek.ivalen dengan satu weber-lilitan per ampere.
Marilah kita menerapkan (49) secara langsung, untuk menghitung induktansi per meter
panjang dari sebuah kabel koaksial yang memiliki jari-jari dalam a dan jari-jari luar b. Kita
dapat menuliskan persamaan umum untuk fluks total, yang telah diturunkan di dalam Bab 8
yang lalu sebagai persamaan (42), yaitu
L = µod In b H
2rc - a
atau, sebagai kuantitas per meter panjang,
3 Simbol ).. biasanya digunakan untuk ikatan fluks. Tetapi, karena kita akan membicarakan konsep ini sesekali saja,
maka kita akan tetap menggunakan penulisan N<1>.
di rnana <I>; adalah banyaknya fluks yang melingkari lilitan ke-i. Ketimbang rnelakukan
perhitungan dengan cara sernacam ini, kira biasanya dapat mengandalkan pengalaman dan
memanfaatkan besaran-besaran empiris emisal faktor lilitan dan faktor pitch untuk menye-
suaikan rumusan di atas agar dapat diterapkan dengan cara yang lebih praktis .
.....
' I .
v.,A'-
----
--- -,
... -·-~,•'I
,'\,_",·
---
.. '\,... ,,.,4
r »
.. ,
'
Gamber 9.14 Bogion dori sebuoh
kumporon yang memperlihotkon ikoton
Iloks porsiol. lkoron fluks tolol dopot
I '
• <. i i duemukon dengon menjumlohkon fluks
"""*" I."( . . . . . r .
yong melingkori tiop-tiop llliton kumporon.
,...
•4 .. , .. , ' ........,,,,,
I '
' ... ~ , ..........
(
,,,
v
... .,/
,
Sebuah definisi lainnya yang ekivalen untuk induktansi dapat diturunkan dengan
mengambil sudut paodang energi,
l = 2l~H (52)
J-
di mana I adaJah arus total yang mengalir pada jalur rangkaian tertutup dan W H adaJah energi
yang terkandung di dalam medan magnet yang dibangkitkan oleh arus. Setelah menerapkan
(52) untuk menurunkan beberapa persamaan umum lainnya untuk induktansi, kita dapat
memperlihatkan bahwa persamaan ini sebenarnya setara dengan (49). Pertama-tama, kita
meoyatakan energi potensial WH sebagai fungsi dari medan magnet,
L= f
B · Hdv
vo"--1
----:,---- (53)
12
dan kemudian mengganrikan B dengan V x A,
L= ...!_
12
f vol
H · (V x A)dv
Berikutnya, identitas vektor
"v • (A x H) E H · ("v x A) - A · (V x H) (54)
dapat dibuktikan melalui penjabaran di dalam koordinat persegi. Dengan demikian, induktansi
dapat dituliskan sebagai
L = ...!_
I 2[ f vol
V • (A x H)dv + f vol
A • ("v x H) dv] (55)
Setelah menerapkan teorerna divergensi pada suku integral pertama pada persarnaan di atas,
dan mengambil V x H = J untuk suku integral kedua, kita memperoleh
L = .L
12 [ ~
'f's (Ax H) · dS + f vol
A • J dv]
Integral permukaan terturup pada persamaan ini adalah not, karena permukaan tersebut
melingkupi volume yang mengandung seluruh energi potensial magnetik dan kondisi ini
mengbaruskan bahwa kedua vektor A dan H bernilai not pada permukaan yang disebutkan,
Oleh karenanya, induktansi dapat dituliskan kembali menjadi
L= ..Lj
1
2 vol
A· J dv (56)
Persarnaan (56) menyatakan induktansi sebagai sebuah integral dari nilai-nilai A dan J
pada seriap titik di dalam ruang. Karena kerapatan arus haoya ada di bagian dalam konduktor,
maka integran ini nol uotuk setiap titik di luar konduktor, dan vektor potensial magnet tidak
terdefinisi di sini. Vektor potensial magnet moncul akibat adanya kerapatan arus J, dan setiap
arus sumber lainnya yang juga memberikan kontribusi pada vektor potensial ini di daerah
ternpat di mana kerapatan arus berada akan diabaikan dulu untuk saat ini. Belakangan nanti,
kita akan melihat bahwa hal ini mengak:ibatkan timbulnya apa yang disebut sebagai induktansi
silang,
Vektor potensial magnet A yang ditimbulkan oleb J dinyatakan dalam persamaan (51),
Bab 8, yairu
A= f vol
µJ dv
41tR
kumparan dengan N lilitan ini masib dapat ditenrukan dari (60), asalkan Irita mengingat baik-
baik bahwa fluks yang terkait meoembus sebuab permukaan kompleks" yang garis kelilingnya
adalah N putaran loop filamen.
Penggunaan persamaan-persamaan induktansi di atas pada sebuah konduktor filamen
sejati (yang memiliki luas penampang melintang sebesar nol) akan mengbasilkan nilai induktansi
yang tak berhingga, terlepas dari bagaimana pun konfigurasi kawat filamen tersebut. Pada
daerab di dekat konduktor, hukum rangkaian Ampere mernperlihatkan babwa intensitas medan
magnet berubah secara kebalikan terhadap jarak radial ke konduktor, dan sebuah integrasi
singkat akan mcnunjuk.kan kandungan energi yang tak berhingga dan jumlah fluks yang juga
tak berhingga di dalam sembarang perrnukaan silinder berhingga di sekitar filamen, Kesulitan
teoretis ini dapat diatasi dengan menggunakan sebuah kawat filamen dengan jari-jari penampang
rnelintang yang sangat kecil namun berhingga (bukan not).
Bagian interior setiap konduktor juga diternpati oleh fluks magnet, dao fluks ini mengitari
(mengikat) berbagai bagian arus di dalam konduktor. Ikatan-ikatan fluks ini menimbulkan
induktansi internal di dalam konduktor, yang harus dijurnlahkan dengan induktansi eksternal
untuk mendapatkan induktansi total. lnduktansi intemaJ untuk sebuab kawat panjang, lurus,
dengan bidang penampang melintang berbentuk lingkaran berjari-jari a, dan distribusi arus
seragam di dalarnnya, adalab
(62)
sebuah hasil yang akan dimintakan penurunannya pada Soal 9.43 di akhir bab ini.
Di dalam Bab l 2 kita akan melihat bahwa distribusi arus di dalam sebuah konduktor
pada frekuensi tinggi cenderung untuk terkonsentrasi di daerab dekat permukaan. Dalam
kasus ini, fluks internaJ akan menjadi jauh berkurang, dan biasanya kita dapat mengabaikan
kontribusi induktansi internal pada induktansi total. Akan tetapi, pada frekuensi-frekuensi
yang lebih rendah, induktansi internal biasanya menjadi bagian yang signifikao dari induktansi
total.
Kita akan menutup diskusi lcita pada bab ini dengan mendefinisikan induktansi silang,
atau induktansi bersama (mutual inductance), antara rangkaian I dan rangkaian 2, M12 sebagai
fungsi dari ikatan Iluks bersama,
(63)
di rnana <1>12 merepresentasikan fluks dari arus sumber /1 yang melingkari arus filamen /2, dan
N,, adalah jumlah lilitan kumparan pada rangkaian 2. Induktansi silang dengan demik:ian
-
bergantung pada interaksi magnetik antara kedua arus 11 dan 12. Jika kedua arus ini bertindak
sccara scndiri-sendiri, maka energi total yang tersimpan di dalam medan magnet dapat
ditentukan melalui induktansi tunggal, atau induktansi-diri; dengan adanya dua arus yang
masing-masingnya tidak bemilai nol, maka energi totalnya adalah fungsi dari induktansi-diri
kedua arus dan induktansi silang antara keduanya. Dalam konteks energi bersama (mutuaty
kita dapat memperlihatkan bahwa (63) setara dengan
(64)
atau
4
Beruuknya kurang-lebih mirip dengan sebuah tangga spiral.
M12 = _l_
/1 /2
j vol
(µH1 • Iii) dv (65)
di mana 81 adalah medan yang dihasilkan oleh /1 (saat /2 = 0) dan H2 adalah medan dari /2
(saat /1 = 0). Pergantian posisi notasi subskrip tidak akan mengubah sisi sebelah kanan dari
persamaan (65), sehingga ...
(66)
,M12 =~2-1
. '.
Induktansi silang juga dinyatakan dalam satuan henry, dan kita terpaksa harus melihat
pada konteks pcrmasalahan untuk membedakannya dari magnetisasi, yang juga direpresentasi-
kan oleh simbol M.
Hitunglah induktansi-diri dan induktansi silang di antara dua solenoida koaksial yang masing-
masingnya berjari-jari R1 dan R2, di mana R2 > R" membawa arus /1 dan /2, serta rnemiliki
n I dan n2 lilitan kumparan, secara berturut-turut.
Demikian pula,
<1>21 = µon/21CR f
9.2 Sebuah muatan titik, Q = -0,3 µC dan m = 3 x 10-16 kg. bergerak di daJam medan B =
30a, 1nT. Gunakan persamaan (2) dan hukum-hukum Newton untuk menurunkan
persarnaan-persamaan diferensial yang memodelkan sistem ini, kemudian selesaikan
persamaan-persamaan tersebui di bawah kondisi-kondisi awal t = 0, v = 3 x I OS ax m/s
di titik pusat. Gunakan persarnaan-persamaan ini untuk menenrukan (rnungkin dengan
bantuan salah satu contoh yang diberikan di Subbab 7.5) pada t = 3 us: (a) posisi Ptx,
y, z) dari muatan titik ini; (b) kecepatannya v: (c) dan energi kinerik yang dimilikinya.
9.3 Sebuah muatan titik. Q = 2 x 10-16 C dan m = 5 x I 0-26 kg, bergerak di dalam
kombinasi medan JI: = J OOax - 2()()a,. + 300a; V /m dan B = -3a"' + 2a>' - a: mT. Jika
kecepatan muatan pada r = 0 adalah v(O) = (2ax - 3a>' - 4a{) 105 mis: (a) ruliskan vcktor
saruan yang rnenunjukkan arah percepatan rnuatan ini pada r = O; (b) hitunglah energi
kinetik yang dikandung muatan pada r 0. =
9.4 Buktikan bahwa sebuah partikel bermuatan di dalarn sebuah medan magnet akan bergerak
dalam sebuah orbit melingkar, dcngan periode orbital yang tidak bcrganrung pada jari-
jarinya orbit. Tentukan hubungan antara kecepatan sudut partikel dengan kerapatan
tluks magnet, jika partikel ini adalah scbuah elektron (yaitu, frekuensi siklotron).
9.5 Sebuah loop kawat berbentuk empat persegi yang berada di dalarn ruang-harnpa
mengbubungkan titik-titik A(l, 0, l) ke 8(3, 0 ,1) ke C(3, 0, 4) ke D(l, 0, 4) dan
kembali ke A. Kawat ini dialiri arus scbesar 6 rnA pada arah a, dari B ke C. Sebuah
arus Iilamen 15 A berada di sepanjang surnbu z dan mengalir searah a,.- (a) Tentukan
F pada sisi BC. (b) Tentukan F pada sisi AB. (c) Tentukan F101111 pada loop ini.
9.6 Kerapatan fluks magnet di suatu daerah di dalam ruang-harnpa diketahui adalah B =
-3xa.i + 5yay - 2za" T. Hitunglah gaya total yang bekerja pada loop persegi-empat yang
diperlihatkan dalam Gambar 9.15, jika loop ini terletak pada bidang z = 0 dan dibatasi
oleh x = I, ,r = 3, y = 2 dan y = 5, semua dirnensi dalam cm.
.. l
J ... - ·)- ,v
L l ~OA
Gombor 9.15 Lihot Soot 9.6.
---------,. (-2. 2. 0)
.-
\"
(2. 2, 0)
dan B = I OOay tnT; (b) A(O, 0, 0) dan B = 200ax + I oos, 01T; (c) A( I, 2, 3) dan
B= =
200a.r + lOOa,.- 300a., m'I; (d) A(J. 2, 3) dan B 200a.-c + IOOaY- 300ai n1T untuk
.r ~ 2 dan B = 0 di sernua daerah lainnya.
x,
9.19 Diketahui sebuah bahan yang merniliki 11 = 3, J dan yang di dalamnya terdapat
B = 0,4yaz T. Tentukan: (a) H; (L,) u; (c) µ,r; (d) M; (e) J; (/) Jb; (g) J7-
=
9.20 Tentukan H di dalarn sebuah bahan (a) dengan µr 4,2, merniliki 2,7 x toZ9 atorn/nr',
dan di mana masing-rnasing atom. memiliki momen dipol sebesar 2,6 x 10-30 a>" A· m2;
(b) dengan M = 270a .. A/n1 dan µ = 2 µH/tn; (c) dengan X,n 0,7 dan 8 = 2a: T.=
(d) Tentukan M unruk ebuah bahan yang memiJiki kerapatan aru terikat permukaan
=
I 2az A/n1 di p 0,3 in dan arus terikat permukaan -9a: Alm di p 0.4 m. =
9.21 Tentukan magnitude dari vektor magnetisasi di dalarn sebuah bahan magnetik di maria:
(a) terdapat kerapatan fluks magnet sebesar 0,02 Wb/m2; (b) terdapat intensitas medan
magnet sebesar 1200 Alm dan permeabilitas relatif L,005; (c) terdapat 7 ,2 x l 028 atom
o-
per meter kubik bahan, masing-rnasing dengan momen di pol sebesar 4 x J 30 A . m2
ke satu arah yang sarna, dao useptibilitas rnagnetik sebesar 0,003.
9.22 Dalam kondisi-kondisi tcrtentu, efek-efek bahan feromagnetik dapat ditaksir dengan
sebuah hubungan linear antara B dan H. Bila µ, = 1000 untuk suatu bahan yang
rnerupakan bahan baku dari sebuah kawat silindris berjari-jari I mm. Apabila I = I A
dan distribusi arus diketahui seragam. tentukan: (a) B; (b) H; (c) M: (d) J, dan (e) Jb
di dalam kawat ini.
9.23 Hitunglah nilai-nilai untuk H¢' Bf dan Mf di permukaan p = c pada sebuah kabcl
koaksial dengan a = 2,5 mm dan b = 6 mm. yang diketahui mcmbawa arus I = 12 A
di konduktor pusat, clan diketahui pula bahwa µ = 3 µWrn untuk daerah 2,5 mm < p
< 3,5 mm,µ= 5 µHim untuk 3,5 n1111 < p < 4,5 mm, dan µ = 10 µHJ1n untuk 4,5 mm
< p < 6 mm. Gunakan nilai c =: (a) 3 mm: (b) 4 mm; (c) 5 mrn.
9.24 Sebuah saluran transmisi koaksial memiliki a = 5 n1111 dan b = 20 mm. Bila poros
saluran ini berada sepenuhnya di surnbu z. dan bila sebuah arus de I mengalir pada arah
a. di konduktor pusat. Ruang di antara konduktor pusat dan konduk.tor luar diis: oleh
"
sebuah bahan magnetik dengan µ, = 2,5 dan medium udara. Tentukan H, B dan M di
setiap ritik pada daerah di antara kedua konduktor, jika H ~ = 600/i'Z' Alm di p = IO mm,
<P = ,r/2, dan bahan magnetik yang disebutkan berlokasi di: (a) a < p < 3a; (b) 0 < ¢
< re.
H ubungan-hubungan dasar untuk medan listrik tatis dan medan magnet konstan ielab
kita bahas ecara panjang-lebar di dalam sembilan bab sebelumnya, dan kini kita iap
unruk rnernbahas rnedan-rnedan yang berubah terhadap waktu, atau mcdan fungsi waktu.
Pcmbahasan ini akan reJatif singkat. karena analisis vektor dan kaJkulus vekror sebagai peranti
rnaternaris telah dapat kita gunakan dengan baik; sebagian dari hubungan-hubungan terdahulu
sarna ekali tidak bcrubah di ini. dan sebagian be ar hubungan yang berlaku di ini hanya
berbeda sedikit saja dari yang terdahulu.
Dua konsep baru akan diperkenalkan di dalam bab ini: medan listrik yang dibangkitkan
oleh rnedan magnet yang berubah-ubah, dan medan magnet yang diha ilkan oleh medan
listrik yang bcrubah-ubah, Kon cp pertama merupakan ha ii dari ri et-risct eksperimental
yang dilakukan oleh Michael Faraday, dan lahir dari kajian-kajian teoritis James Clerk Maxwell.
Maxwell ebenarnya rerin: pirasi oleh kerja eksperimenial Faraday dan oleh gambaran
merualnya mengcnai medan, yaitu sebagai "gari -garis gaya", yang dimanfaatkan Faraday
untuk menjelaskan teorinya mengenai kelistrikan dan rnagnerisme. Maxwell 40 tahun lebih
muda dari Faraday. namun mercka sempat saling mengenal aat Maxwell menetap di London
selama lirna tahun sebagai seorang profesor muda-hanya berselang beberapa tahun saja sejak
Faraday pensiun dari posisinya ebagai profc or. Teori Maxwell dikembangkan esaat setelah
ia rneninggalkan posisinya dari universitas di London. ketika ia rnenghabiskan waktunya
unruk bekerja sendirian di rurnahnya di Skotlandia. Pekcrjaan ini menyira waktunya sclama
lima tahun, antara u ia 35 hingga 40 tahun.
Keernpat persarnaan matemarika fundamental untuk teori elektromagnetika yang disajikan
di dalarn bab ini rnengusung nama besar Maxwell. •
I
I
Huns Chri tian Oersted adalah seorang profcsor tisika di University or Kopenhagcn. Denmark.
293
Bahan dengan hak cipta
294 ELEKTROMAGNETIKA
Persamaan (I) mengimplikasikan adanya jalur tertutup, rneskipun tidak harus merupakan jalur
konduktor tertutup; sebagai contoh, jaJur ini bisa saja berupa sebuab rangkaian yang memuat
sebuah kapasitor, atau bahkan sebuah garis yang sepenuhnya bersifat kbayal di dalam ruang.
Fluks magnet yang dimaksud di sini adalah fluks yang lewat rnenernbus sembarang permukaan
yang dibatasi oleh jalur tertutup ini sebagai garis kelilingnya dan d<l>ldr adalah laju perubahan
fluks ini terhadap wakru.
Nilai bukan not untuk d<f>ldt dapat dihasilkan oleh hal-hal berikut ini:
1. Sebuah fluks yang berubah-ubah terhadap waktu yang melingkari sebuah jalur terturup
yang diam (stasioner)
2. Pergerakan relatif antara fluks yang konstan terhadap sebuah jaJur terturup
3. Kombinasi dari kedua hal di atas
Tanda negatif di depan kuantitas turunan ini rnengindikasikan bahwa ggl memiliki arah
scdcrnikian rupa sehingga mcnghasilkan arus yang akan mcmbangkitkan fluks yang, bersama
dengan fluks dari medan magnet aslinya, akan memperkecit magnitudo ggl. Hukum ini, yang
rnenyatakan bahwa tegangan induksi akan menghasilkan flaks yang melawan medan awalnya,
dikenal scbagai hukum lenz.3
Jika jalur tertutup yang disebutkan adalah sebuah kumparan filamen dengan N lilitan,
maka tiap-tiap lilitan dapat dianggap identik dan hasil yang cukup akurat dapat diperoleh
dengan rumusan
di mana <J> ekarang diinterpretasikan sebagai fluks yang mencmbus masing-rnasing N lintasan
tertutup yang dibentuk oleh lilitan kumparan.
1Joseph Henry mengungkapkan hasil penemuan yang serupa di Albany Academy, New York sekitar tahun iru juga.
3 Henri Frederic Emile Lenz adalah ilmuwan kelahiran Jerman, namun ia bekerjn untuk Rusin. la mcnerbilkan
karyanya tahun 1834.
010.2. Merujuk ke batang geser dalam Garnbar 10.1. bila diketahui d = 7 cm. B = 0,3a.
T. dan v = O.Ja,,e20> m/s. Bila v = 0 pada t = 0, maka tentukan: (a) v(t = O); (b) )'(t ~
O, t); (c) v(t = 0.1 ); td) V11 pada r = 0, I.
Jawaban. (a) 0.1 mis; (b) 1,12 cm; (c) O.l25 ml; (d) -2,63 mV.
V x E = --as (15)
or
yang mernperlihatkan bahwa sebuah medan magnet yang berubah seiring waktu akan
mernbangkitkan ebuah medan listrik. Mengingat kembali definisi dari curl, kita dapat melihat
bahwa medan listrik ini memiliki karakteristik khusus sirkuJasi: integral garis dari medan ini
untuk sebuah jalur tertutup secara umum tidak bernilai not. Sekarang, marilah k:ita mengalihkan
perhatian kita ke medan listrik yang berubah terhadap waktu.
Kita akan mulai dari bentuk rink hukum rangkaian Ampere, sebagaimana berlaku unruk
medan magnet konstan,
VxH=J (16}
dan mencoba rnembuktikan bahwa persamaan ini tidak mernadai untuk kondisi-kondisi fungsi
waktu, Dengan mengambil divergensi dari kedua sisi persamaan ini, kita memperoleh
V,VxH=O=V,J
Divergensi dari curl selalu memberikan basil nol, sehingga V · J juga harus bernilai nol. Akan
tetapi, pcrsarnaan kontinuitas,
V. J = _ dPv
a,
menunjukkan kepada kita bahwa ( 16) akan benar hanya jika clp.,lor = 0. Hal ini merupakan
batasan yang ridak real istis, dan karenanya ( 16) harus disempurnakan agar dapat berlaku bagi
medan-medan fungsi waktu. Umpamakan bahwa kita menambahkan sebuah suku yang belum
diketahui, G, kc dalam ( 16)
VxH=J+G
Sekali lagi mengambiJ divergensi untuk kedua sisi persamaan akan memberikan Iota
O="v·J+"v·G
Sehingga
G= ao
a,
c
-·r-------
k
Gombor 10.3 Sebuoh kondoktor f ilomen membentuk sebuoh loop yang menghubungkon keduo pelot dori
sebuoh kopositor pelot sejojor. Sebuoh medon magnet fungsi woktu terdopot di doeroh di dolom loop
ini, don menghosilkon sebuoh ggl sebesor V0 cos o» podo loop. Arus konduksi I soma dengon orus
perpiodohon yang timbul di onforo keduo pelot kopositor.
Arus perpindahan total yang menembus sembarang pennukaan dinyatakan oleh persarnaan
integral perrnukaan,
I =
d
jsJ d
· dS = j s ao
dl · cJS
dan kita dapat menurunkan versi fungsi waktu dari hukum rangkaian Ampere dengan
mengintegrasikan ( l 7) untuk permukaan S.
!s (V x H) . dS = !s J . dS + !s aodi . dS
dan mencrapkan teorcma Stoke,
1"-
y
H . dL = , + ,d = 1 + f.s an
di
. <IS (19)
Apakah sebenamya kerapatan arus perpindahan ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah
kita mempelajari sejenak rangkaian sederhana yang ditarnpilkan dalarn Gambar I 0.3, yang
dibentuk oleh sebuah loop filamen dan sebuah kapasitor pelat sejajar. Pada daerah yang
berada di dalam atau dilingkari oleh loop, sebuah rnedan magnet yang berubah secara sinusoidal
rerhadap waktu bekerja dan rnenghasilkan ggl pada lintasan tertutup (loop filamen ditarnbah
bagian yang digarnbarkan terputus-putus di antara kedua pelat kapasitor), di mana ggl ini kita
asumsikan adalah
ggl = V0 cos ox
Dengan menggunakan teori rangkaian dasar dan mengasumsikan bahwa loop memiliki
tahanan dan induktansi yang dapat diabaikan nilainya, kita dapat menurunkan persamaan arus
induksi pada loop, yaitu
I =-coCV0 sin ox
= -(i) ES vo Sin
. (J)(
d
di mana kuantitas-kuantitas E, S, dan d terkait dengan kapasitor, Marilah kita menerapkan
hukum rangkaian Ampere untuk suatu jaJur tertutup kecil k., dan sejenak mengabaikan dulu
arus perpindahan:
Jalur terturup tersebut dan nilai H di sepanjang jalur ini adalah kuantitas-kuantitas yang
berhingga (rneskipun sulit untuk ditentukan). dan karenanya <pk H · dL adalah sebuah kuantitas
yang juga bcrhingga. Arus lk adalah arus yang menyeberangi embarang permukaan yang
garis kelilingnya adalah jalur k. Jika untuk permukaan ini kita pilih sebuah permukaan sederhana
yang ditembu oleh filarnen loop. schingga menjadikan jalur tertutup k melingkari filarnen di
salah saru bagian loop. maka arus lk adalah arus konduk i yang mengalir pada loop. Umpamakan
bahwa jalur tertuiup k kemudian kita anggap. ebagai garis keliling dari mulur sebuah kanrung
kenas, yang bagian bawahnya (dasarnya) berada tepar di antara kedua pelat kapasitor, Kantung
ini tidak ditcmbu olch filamen, ehingga arus konduksi yang menyeberanginya juga nol.
Sekarang, kita akan memperhatikan aru perpindahan, karena di dalam kapasitor
D = E E = E (~ co <AN)
Nilai ini sama dengan arus konduksi yang rnengalir pada filamen loop. Sehingga penerapan
hukum rangkaian Ampere, dengan rnenyertakan pula arus perpindahan yang dilingkari oleh
jalur k, menghasilkan sebuah nilai berhingga untuk integral lintasan tertutup dari H. Nilai ini
harus ama dengan arus total yang mencmbus permukaan yang dipilih. Untuk sebagian
permukaan, arus ini boleh jadi seluruhnya adalah arus konduksi. namun untuk permukaan-
permukaan yang berada di antara kedua pelai kapa itor, aru k.onduksi adatah not dan nilai
integral jalur tertutup dari H sama dengan arus perpindahan.
Secara fisik, kita dapat mcmpcrhatikan bahwa ebuah kapasitor menyirnpan muatan, dan
bahwa medan Ii trik di antara pelat-pelat kapasitor jauh lebih besar dibandingkan dengan
medan bocoran kecil yang ada di luarnya. Sehingga, dengan mengabaikan arus perpindahan
di luar kapasitor (yairu, yang menembu perrnukaan-permukaan yang tidak berada di antara
kedua pelat kapasitor) galat perhitungan kita akan tetap relarif kecil.
Aru perpindahan tcrkait langsung dcngan kcbcradaan mcdan listrik fungsi wakiu, dan
karenanya ada pada setiap konduktor non-ideal yang membawa arus konduksi fungsi wakru.
Bagian terakhir dari oal latihan bcrikut ini akan mcnunjukkan mcngapa arus pcrpindahan
tidak pernah terungkap secara eksperirnental.
010.3. Hitunglah amplitude dari kerapatan arus perpindahan: (c,) di daerah ekitar
sebueh amena mobil, di mana diketahui terdapat intensitas mcdan magnet dari sinya!
FM ebesar Hx = 0, t~ cos (3.12(.3 x l08r - )')1 Nm; (b) di sebuah uiik pada daerah
beri i udara di dalam ebuah tran srormaior di tribusi daya besar, di mana pada daerah
ini B = 0,8 cos [l.257 x 10~(3 x 10&, - x)ln,. T; (c) di dalam sebuah kapasitor daya
be ar yang berisi minyak sebagai dielcktrikumnya, di mana Er = 5 dan E = 0,9 cos
I
I
L 1,257 x J 0~(3 x 108, - z v 5 )Jax ~1 V /m; (d) di dalam ebuah konduktor logam pada
=
frekuen si 60 Hz, jika € = € 0, µ µ0, a= 5,8 x 107 S/1n, dan J = sjn(377r - 117, 1 zla,
l
MAim2.
I Jawaban. (a) 0,468 Alm1.; (b) 0.800 A/m2; (c) 0,0150 A/m2; {(/) 57.6 pA/m2•
I
Bahan dengan hak cipta
304 ELEKTROMAGNETIKA
dan
V x H = J + ~D (21)
di
Dua persamaan Maxwell yang tersisa tidak mengalami perubahan dari versi rnedan statisnya:
Iv . ·n ~ p,.1 (22)
IV·B=O I (23)
Persamaan (22) pada dasarnya menyatakan bahwa kerapatan muatan adalah sumber atau
pernbuangan -sink garis-garis fluks listrik. Perhatikan bahwa kita tidak tagi dapat mengatakan
bahwa semua fluks listrik bermula dan berakhir pada suatu muatan, karena bentuk titik dari
hukurn Faraday (20) memperlihatkan bahwa E, dan karenanya juga D, bisa aja memiliki
sirkulasi jika terdapat sebuah rnedan magnet fungsi waktu. Oleh karena itu, garis-garis fluks
Li trik dapat membentuk loop-loop tertutup yang artinya tidak bermula maupun berakhir pada
sebuah muatan. Akan tetapi, hal yang kebaJikan tetap berlaku, dan setiap coulomb muatan
harus discrtai dengan garis-garis fluks Ii trik yang bermula darinya (rnuatan positif), acau
bcrakhir padanya (rnuatan ncgatif), sebesar satu coulomb.
Pcrsamaan (23) ekali lagi menegaskan fakta bahwa "muatan-rnuatan magnetik". atau
kutub-kutub, tidak pernah ada secara nyata: garis-garis fluks magnet selaJu dijumpai dalam
bentuk loop-loop tertutup, dan tidak pernah menyebar keluar dari (atau masuk ke) sebuah titik
sumber (atau pembuangan) tertentu.
Keempat per amaan ini membentuk basi bagi seluruh teori medan elektromagnetika.
Persarnaan-persarnaan ini adalah persamaan-persarnaan diferensiaJ parsial, dan menghubungkan
medan listrik dan medan rnagnet dcngan satu sama lainnya, dan dengan surnber-sumbernya
-yaitu rnuatan dan aru . Per arnaan-persarnaan tambahan yang menghubungkan D dan E.
(24)
menghubungkan B dan H,
(25)
(26)
dan mendefinisikan kcrapatan arus konvck i dalam kontcks kcrapatan muatan volume p",
(27)
juga dibutuhkan untuk mendefinisikan dan mengaitkan besaran-besaran yang muncul di dalam
persarnaan-persarnaan Maxwell.
Hukum Gauss untuk medan listrik dan medan magnet dapat diperoleh kernbali dengan
rnengintcgrasikan (22) dan (23) untuk sebuah volume dalam bentuk umum, dan menerapkan
teorerna divergen i:
(35)
(36)
Keempat persamaan integral ini rnernungkinkan kita mengetahui kondisi-kondi i bidang batas
dari B, D, H, dan E, yang dibutuhkan uotuk menentukan konstanta-konstanta yang muncul
saat kita memecahkan persarnaan-persamaan Maxwell dalam bentuk diferensial parsial. Kondisi-
kondisi bata untuk medan-medan fungsi waktu secara um um tidak berubah dari bentuknya
untuk medan-medan statis, dan metode yang serupa dapat dipakai untuk menurunkannya.
Pada bidang perbatasan antara embarang dua medium fisik di dunia nyata (di mana K harus
nol pada bidang ini), persarnaan (33) mernungkinkan kita untuk menghubungkan kornponen-
komponen tangensial rnedan E,
(37)
dan dari (34 ),
H11 = H12 (38)
Kedua per arnaan integral permukaan (35) dan (36) menghasilkan kondisi-kondisi batas untuk
komponen-komponen normal,
(39)
dan
(4-0)
Seringkali, kita harus mcnggunakan sebuah aproksimasi teoretis (ideal) untuk per-
masalahan-pennasalahan fisika tertentu, di mana ebuah konduktor ideal yang merniliki <J tak
berhingga namun J berhingga diasumsikan ada. Dari hukum Ohm, kita dapat mengetahui
bahwa di dalam sebuah bahan kondukror ideal,
E=O
dan dari bentuk titik hukum Faraday,
H= 0
untuk medan-rnedan fungsi waktu. Bentuk titik hukurn rangkaian Ampere selanjutnya
mempcrlihatkan kepada kita bahwa nilai berhingga J ini adalah
J=O
dan karenanya arus harus bergerak tepat di permukaan pada bahan konduktor ideal. sebagai
sebuah kerapatan aru permukaan K. Sehingga, jika daerah 2 ditempati oleh sebuah konduktor
ideal persamaan (37) hingga (40) secara berturut-turut akan berubah menjadi,
E,1 =0 (41)
DNI = Ps (43)
B /\II =0 (44)
(DC) (48)
dapat dipandang sebagai benruk titik dari persamaan-persarnaan integral (45) dan (46), secara
berturut-turut.
Jika kita dapat rnengetahui V dan A, maka medan-rnedan dasar dapat ditentukan dengan
rclatif mudah menggunakan gradien,
E = -VV (muatan statis) (49)
atau curl,
B= V x A (DC) (50)
Sekarang, kita hendak mendefinisikan besaran-besaran potensial yang sesuai untuk kondisi-
kondisi fung i waktu, namun tetap konsisten dengan persarnaan-persarnaan sebelumnya untuk
medan-medan statis.
Persarnaan (50) narnpak tetap kon i ten dengan persamaan-persamaan Maxwell. Persamaan
ini menyatakan bahwa V · B = 0, dan divergensi (50) akan mernbawa kita pada divergensi dari
curl, yang elalu menghasilkan nilai nol. Oleh karenanya, marilah kita menerima (50) cbagai
persamaan yang memenuhi kondisi-kondisi fungsi waktu, dan mengalihkan perhatian kita ke
(49).
Tidak terpenuhinya kondi i-kondisi fungsi waktu oleh (49) narnpak cukup jelas, karena
penerapan operasi curl pada kedua sisi persamaan dan pengetahuan kita bahwa curl dari
gradien akan elalu menghasilkan nol memaksa kira untuk rnenerima V x E = 0. Akan tetapi,
benruk titik dari hukurn Faraday menyatakan bahwa V x E tidak secara umum bernilai not,
schingga kita haru mengadakan sedikit revisi dcngan rnenambahkan scbuah suku yang bclum
diketahui ke dalam (49),
E = -VV + N
Mcngarnbil curl dari kcdua isi pcrsarnaan,
VxE=O+VxN
dan menerapkan beruuk titik dari hukum Faraday,
c)B
V x N =--
ar
lalu menggunakan (50). memberikan kita
v x N = -i.cv x A>
di
atau
'v x N = -V x oA
a,
Solusi paling sederhana untuk persarnaan ini adalah
N =-oA
ot
dan ini rnernbawa kua pada
v x H=J + ao
a,
V • D = p I'
Penyulihan ini menghasilkan persamaan-per amaan yang lebih kompleks. yaitu
dan
a tau
(52)
dan
Tidak terlihat adanya inkonsistcns i. antara (52) dan (53). Untuk mcdan-medan star is,
'v ·A= 0, dan (52) dan (53) tereduksi menjadi (48) dan (47), secara berturut-turut, Oleh sebab
itu, kita akan mengasumsikan bahwa potensial-potensial fungsi wakru dapat didefinisikan
sedcmikian rupa, sehingga B dan E dapat diturunkan dari besaran-besaran ini melalui (50)
dan (51). Dua persamaan yang belakangan disebutkan ini, (50) dan (5 l), belum sepenuhnya
mendefinisikan A dan V. Kedua persarnaan hanya merepresentasikan kondisi-kondisi yang
harus dipenuhi, namun belum memadai, Asumsi awal kita hanya rnenyatakan bahwa B = 'v x A,
dan sebuah vektor tidak dapat didefinisikan dengan sekedar rnenyatakan curl dari vektor itu
sendiri saja, Umpamakan, misalnya, bahwa kita diberikan sebuah vektor potensial magnet
yang sangat sederhana, di mana untuk vektor ini AY dan A; adalah nol. Penjabaran (50)
membcrikan kita
B.x = 0
B = a,t.
>' i>z
B = _ oA_"
-
•
av
dan dari sini kita dapat melihat bahwa kita tidak mendapatkan informasi apapun mengenai
bagaimana Ax bervariasi terhadap koordinat x. Inforrnasi ini hanya dapat diperoleb jika kira
mengerahui pula nilai divcrgensi dari A, yang untuk contoh ini adalah:
'v • A = oA_r
dX
Akhirnya, kita juga harus memperhatikan bahwa informasi mcngcnai A yang kita miliki hanya
terscdia dalarn bentuk turunan-rurunan parsial. yang berarti bahwa sembarang suku yang
bukan f ungsi ruang (konstanta terhadap ruang) bisa saja di ertakan di dalam A. Untuk semua
permasalahan fisika di mana daerah solusi mernbentang hingga ke titik yang jauh rak berhingga,
suku konstanta ini harus dijadikan nol, karena udak terdapat medan apapun di ritik tak berhingga,
Menarik kesimpulan urnurn dari contoh sederhana di atas, kita dapat mengatakan bahwa
sebuah medan vektor dapat didefinisikan secara lengkap jika curl dan divergensinya diketahui.
dan nilai keduanya dapar ditentukan pada satu titik tertenru di dalarn ruang (terma uk titik tak
hingga). Sehingga, kita memiliki kebebasan penuh unruk menetapkan divergensi dari A, dan
kita akan melakukannya dengan mengacu pada (52) dan (53), guna mendapatkan persamaan
yang paling sederhana. Maka, kita mendefinisikan
v' • A = -µE c)\I (54)
a,
dan dcngan ini (52) dan (53) menjadi
dan
v-v = -EL + µE a2v (56)
€ a,2
Persarnaan-persarnaan ini terkait dengan persamaan gelombang, yang akan kita bicarakan
di dalarn Bab l l dan 12 nanii. Kedua per arnaan ini mcmperlihatkan simetri yang cukup baik.
dan kita boleh berpuas diri dengan definisi-definisi V dan A yang telah kita dapatkan:
B=v'xA (50)
v= l
ffe
di dalam sernbarang medium homogen dapat dijabarkan sepenuhnya oleh µ dan E. Dalam
kasus medium ruang-hampa, kecepatan ini sama dcngan kecepatan cahaya, yaitu sckitar 3 x
l 08 mis. Sehingga, secara logis kita dapat menduga bahwa porensial di sembarang titik di
dalam ruang-harnpa bukan discbabkan oleh suatu distribusi rnuatan di suatu lokasi tertenru
yang ada pada saat yang bersamaan dengan timbulnya potensial tersebut, namun oleh distribusi
rnuatan yang ada pada suaiu saar yang iclah lampau. Hat ini dikarcnakan muaran bergerak
dengan kecepatan cahaya, sedangkan efek:nya merambat dengan kecepatan berhingga yang
lebih kecil dari kecepatan cahaya. Maka, (45) harus disesuaikan rnenjadi
V.= I lP..-L dV
vol 41rE R
(57)
di mana [p,J mengindikasikan bahwa setiap variabel r yang muncul di dalam persamaan untuk
Pv telah digantikan dengan variabel waktu tertinggal (retarded time):
t' =I- -R
v
Dengan dernikian, jika kerapatan muatan di daJam ruang direpresentasikan oleh persamaan
P,. = e" cos wt
DAFTAR ACUAN
1. Bewley, L. Y. Flux Linkages and Electromagnetic /11d11ctio11. New York: Macmillan, I 952. Buku
kecil ini membaha banyak contoh paradoks mengenai tegangan induksi (?).
2. Faraday. M. Experimental Researches in Electricity, London: B. Quatrich, 1839. I 855. Karya
riser ilrniah awal yang sangat menarik. Surnber yang tebih baru untuk materi yang sama dapat
diiemukan dalam Great Books of the Western \Vorld. vol. 45. Encyclopaedia Britannica. Inc.,
Chicago, 1952.
3. Halliday, 0 .. R. Resnick, dan J. Walker, F1111da111e11tals of Physics, 5lh ed. New York: John Wiley
& Sons. 1997. Buku tek ini digunakan secara luas di dalam mata kuliah fi ika universitas
tingkat dasar,
4. Harman. W. \V. Fundamentals of Electronic Motion. New York: McGraw-Hill, 1953. Efek-efek
relarivistik diuraikan secara jelas dan menarik di dalam buku ini.
5. Nussbaum, A. Electromagnetic Theory for Engineers and Scientists. Englewood Cliffs, .J .:
Prentice-Hall, I 965. Lihat contoh generator rokci di awat hat 2 I l.
6. Owen, G. E. Electromagnetic Theory. Boston: Allyn and Bacon, 1963. Hukum Faraday dibicarakan
dalam komek kcrangka rcferensi (frame of reference) di dalam Bab 8.
7. Panofsky, W. K. H., dan M. Phillips. Classical Electricity and Magnetism. 211d ed. Reading,
Mass.: Addi on- Wesley, l 962. Relativitas diuraikan pada tingkat menengah-lanjut di dalam
Bab 15.
SOAL-SOAL
10.l =
Dalam Garnbar 10.4, bila 8 0,2 co 120 ra T, dan asumsikan bahwa konduktor yang
menghubungkan kedua ujung resistor adalah ideal. Boleh pula diasumsikan bahwa
mcdan magnet yang diha ilkan olch f (t) dapat diabaikan. Tcntukan: (a) V0b(t); (b) l(t).
10.2 Dalam Gambar 10 . l , garuilah voltmeter dengan ebuah tahanan R. (a) Tencukan aru
I yang rimbul sebagai akibat pergerakan batang geser. (b) Arus batang menghasilkan
sebuah gaya yang bekerja pada batang yang sedang bergerak. Tentukan gaya ini,
(c) Tcntukan daya mekanis yang diperlukan untuk mernpertahankan kecepatan batang
yang konstan v, dan perlihatkan bahwa daya ini adaJah sarna dengan daya yang
diserap oleh R.
10.3 Jika diketahui H = 300at cos (3 x l08r - y) Alm di dalam ruang-hampa, tenrukan ggl
yang ditimbulkan ke arah a~ secara umum pada sebuah lintasan tertutup, yang mana
sudut- udut lintasan ini berada di: (a) (0 0. 0), ( l, 0, 0), (1, 1, 0), dan (0, 1, 0); (b) (0,
0, 0), (2Jt, O, 0), (2Jt, 2Jt, 0), (0, 2Jt, 0).
l('ltJ B
® ® ® '
B Seragam (I
® ® ®
/
,. • 2so n VM )I, v
® /
/
e
/
/
Jt p = 15 cm
Gombor 10.4 lihot Sool 10.l Gombor 10.5 lihot Sool 10.5
B 8
.. /(1)
M
0,2 m
0.5 01 n soon
0 0
16 111
Gombor 10.6 Lihar Sool 10.6 Ganbor 10.7 lihot Sool 107.
10.19 Pada Subbab I 0.1, hukum Faraday telah kita gunakan untuk rnemperlihatkan bahwa
medan E = - t kB0e1"p all\ dihasilkan olch mcdan magnet terapan yang berubah-ubah
B = a0~1a az.- (a) Perlihatkan bahwa kedua medan ini tidak merncnuhi alah satu
persarnaan curl Maxwell. (b) Bila diketahui 80 = IT dank= tn6/s, kita akan mendapatkan
ebuah kerapatan fluk magnet yang cukup besar pada , = J µs. Gunakan per amaan
'v x H Maxwell untuk mernperlihatkan bahwa laju perubahan B. terhadap p (yang
"
seharusnya, narnun di ini 8.~ tidak berubah terhadap p) adalah sekitar 5 x 1 o·6 T per
meter di dalam ruang-hampa pada t = 0.
10.20 Titik C(-0.1; -0.2; 0.3) terletak pada permukaan sebuah konduktor ideal. Intensitas
medan magnet di C diketahui adalah (500a,r - 300a>' + 600a:)cos I 07 t V /m, dan medium
di sckiiar konduktor dicirikan olch µ r = 5. E,. = l 0. dan <J = 0. (a) Caril ah sebuah vektor
satuan normal terhadap permukaan konduktor di titik C, jika titik pusat koordinat
berada di dalam konduktor, (b) Tentukan kerapatan muatan permukaan di C.
10.21 (a) Perlihatkan bahwa di bawah kondi. i-kondisi elektromagnetika statis, persarnaan
(55) akan rereduksi menjadi hukum rangkaian Ampere. (b) Buktikan bahwa persarnaan
(51) akan muncul sebagai hukum Faraday, jika kita mengambil curl-nya.
10.22 Di dalam cbuah medium tanpa sumbcr rnedan, di mana J = 0 dan p; = 0, a umsikanlah
adanya dua medan E dan H yang hanya merupakan f ungsi dari z dan r di dalurn sistem
koordinat perscgi, Medium ini merniliki pcrrnitivitas e dan permcabilitas u. ((I) Jika
E = E.~.\ dan H = H>'a>'' gunakan persarnaan-pcrsarnaan Maxwell unruk menentukan
persarnaan difercn. ial parsial derajat kcdua yang harus dipcnuhi olch £.x. (b) Pcrlihatkan
bahwa Ex= £0 cos (mt - {3z) adalah solusi dari per amaan yang diminta pada (a). jika
suatu nilai f3 tertentu diberikan. (c) Tentukan f3 ebagai fungsi dari parameter-parameter
yang diberikan di sini.
10.23 Pada daerah I, didefinisikan oleh z < 0, diketahui e1 = 2 x 10-11 F/111, µ1 = 2 x
I 0-6 HJ1n. dan 0'1 = 4 x J 0-3 S/n1; di daerah 2. z > 0, diketahui e 2 = '= 1/2. J.'1 = 2µ1•
dan a2 = 0'1/4. Diketahui pula bahwa E1 = (30ax + 20a,. + IOa,) cos 109t V/n1 di P(O,
0, o-). (a) Tentukan E1..," E,i, D,,,1 dan D,1 di. P1• (b) Tentukan JN1 dan J,1 dj P1•
(c) Tenrukan E,2• D,2 dan J12 di P2(0, 0, o-). (d) (Lebih sukar) Gunakan persamaan
konrinuitas untuk membanru Anda mernbuktikan bahwa JNl - J N2 = ao,. rz1a, - iJD,v,ldt,
dan kemudian tentukan D..vi· Jm dan E1V2.
10.24 Di dalam scbuah medium di mana p; = 0, narnun mcmiliki permitivitas yang merupakan
fungsi terbadap posi i. tentukan kondi i-kondisi untuk perubahan permirivitas ini agar
(a) 'v · E = 0: (b) 'v · E =0.
10.25 Di dalam sebuah daerah di n1ana JI,.= Er= I dan <J = 0, potensial-potensial tertinggal
diketahui adalah V = x(z - er) V dun A = x (f.- r) a,
Wb/m, di n1ana c = l"/.Uo t:0 .
(a) Pcrlihatkan bah,va V · A = -µe av . (l>) Tentukan B, H, E da11 D. (c) Perliha1kan
bah,\!a basil-hasil ini men1enuhi persaffiaan-per ainaan ~1l't.~"reJJ.jika J dan p,. keduanya
no!.
10.26 Bila arus l = 80r A mengalir ke arah a: pada sumbu z. di daerah -0.1 < z < 0, I m di
dahun suatu ruang-hampa. (a) Tentukan A.~ di P(O, 2, 0) dan (/J) garnbarkru1 sketsa/plot
untuk A versu t untuk in1erval \\ aklu -0, l < t < 0, I µs.
1
elemen ke ujung lainnya sama dengan satu periode dari sinyal terkait, atau bahkan lebih.
Dalam ka u harmonik-waktu, kondisi ini dapat mengakibatkan tirnbulnya beda fase yang
cukup berarti di antara kedua terminal perangkat terkait.
Dalam bab ini, kita mengkaji fcnomcna gelombang pada saluran-saluran transmisi. Sasaran-
sasaran kita di antaranya adalah, (I) mernahami konsep saluran transmisi sebagai elemen
rangkaian yang memiliki impedansi komplck , di mana impedansi ini merupakan fungsi dari
panjang saluran dan frekuensi sinyal, (2) memahami propagasi gelornbang pada saluran
transmisi, tcnnasuk kasus-kasu di mana rugi-rugi daya dapat rimbul, (3) mcmpelajari rnerode-
metode untuk menggabungkan beberapa saluran transmisi yang berbeda guna rnencapai suatu
tujuan terrenru. dan (4) memaharni fenomcna transicn pada saluran transrnisi. •
s s,
. .
1~ ,+
.
I
I
I
Vo
: v+ = Vo R
I
I
•
I
-
L,,
T
Gombor ll.2 Model berbosis elemen podu untuk sebeoh soluron tronsmisi. Semuo
niloi induklonsinyo soma, sebogoimono holnyo serreo niloi kopositonsi.
atuan panjang. Kita sudah rnenurunkan persarnaan-per amaan untuk kedua besaran per aruan
panjang ini, dan menggunakannya pada beberapa geometri saluran di dalarn Bab 6 dan Bab
9. Dengan mcngeiabui karakteristik aluran transrnisi yang demikian, kita dapat membuat
sebuah model untuk saluran transmisi dengan menggunakan elemen-elemen kapasitor dan
induktor padu, eperti yang diperlihatkan dalam Gambar 11.2. Rangkaian berjenjang yang
terbentuk di sini disebut sebagai rangkaian pembentuk pulsa, untuk alasan yang akan egera
kita ketahui.'
Sekarang perhatikan apa yang terjadi jika kita menyambungkan sebuah sumber iegangan
dan scbuah saklar kc rangkaian ini. Merujuk kc Gambar 11.2, sesaat setelah saklar menutup,
arus akan rnulai mengi i L11 dan pada gilirannya mcmungk.inkan C1 rnenyimpan rnuatan.
Ketika C1 harnpir penuh, arus di Li mulai naik dan berikutnya memungkinkan pengisian C2•
Pengisian induktor-kapasitor secara bertahap ini akan terus berlanjut hingga akhir rangkaian,
di mana dalam kasus ini ketiga kapasiror telah terisi penuh. Di dalam rangkaian, lokasi "rnuka
gelombang" dapat diketahui sebagai ebuah ritik di antara dua kapasitor yang bersebelahan,
di mana tingkat pengisian kedua kapasitor bersangkutan menunjukkan elisih terbesar, Seiring
dengan berjalannya proses pengisian bertahap ini, muka gelombang akan bergerak dari kiri ke
kanan. Kccepatan pergcrakan, atau perarnbatan atau propagasi, tersebut ditentukan oleh seberapa
cepamya tiap-tiap induktor dapat mencapai kondisi arus-penuhnya, dan ekaligus oleh seberapa
cepatnya tiap-tiap kapasitor dapat mencapai tegangan-penuhnya. Sinyal akan merambat lebih
cepat jika nilai L1 dan C1 lebih kecil. Sehingga, kita dapat rncnyimpulkan adanya hubungan
berbanding-terbalik (inverse proportional) antara kecepatan sinyal dengan suatu fungsi yang
melibatkan hasi kali induktansi dan kapasitansi. Di daJam sebuab saluran transmisi tanpa rugi-
rugi, kita dapat rnengetahui (dan akan rnernbuktikannya nanti) bahwa kecepatan gelombang
adalab v = II ../LE, di mana L dan C dinyatakan untuk per saiuan panjang.
Hal yang serupa dapat disaksikan jika saluran atau rangkaian telah menyimpan 11111ara11
sejak awalnya. Dalam kasus ini, baterai selalu tersambung ke input rangkaian, dan kita dapat
meletakkan ebuah resistor di ujung output (disambungkan dan diputuskan via sebuah aklar),
seperti diperlihatkan dalam Gambar 11.2. Untuk rangkaian berjenjang semacam itu, kapasitor
yang terdekat dengan ujung yang tcrsambung ke resistor (C3) akan terlebih dulu rnelepaskan
muatannya ke resistor, dan diikuti oleh kapasitor terdekat berikutnya ( C2), dan demikian
. eterusnya. Ketika rangkaian telah sama ekali dikosongkan dari muatannya, sebuah pulsa
tegangan akan terbentuk di resistor. lnilah alasan mengapa konfigurasi rangkaian berjenjang
semacarn ini disebut sebagai rangkaian pembentuk pulsa. Proses yang secara mendasar sama
dapat kita jumpai pada ebuah aluran transrni j yang mclcwatkan sinyal-sinyal tegangan dan
arus, jika kira menyambungkan sebuah resistor beban ke terminal-terminal ourputnya. Kasus
I Desain dan aplikasi rangkaian-rangkaian pembentuk pulsa dibahas di dalam buku Acuan I.
penyambungan tegangan melalui saklar yang diuraikan di atas adalah salah satu contoh
permasalahan transien pada saluran transmisi. Masalah transien akan dibicarakan secara
rnendalarn pada Subbab I 1 .14. Untuk awalnya, kiia akan mcmbaha · dulu tanggapan rangkaian
terhadap sinyal-sinyal sinusoidal.
Akhirnya, kita akan menega: kan bahwa kcbcradaan arus dan tegangan pada konduktor
saluran transmisi mengimplikasikan adanya medan-medan listrik dan magnet di daerah di
sekitar konduktor tcrsebut, di mana medan-rnedan ini terkait dcngan sinyal-sinyal arus dan
tegangan di dalarn konduktor. Sebagai akibatnya, kita dapat mengambil dua pendekatan daJam
menganalisis saluran transmisi: (I) Kita dapat memecahkan persamaan-persamaan Maxwell
yang sesuai dengan konfigurasi saluran terkait untuk menentukan medan-medan, dan dari
medan-mcdan ini mcnurunkan persamaan umum unruk daya sinyal, kecepatan sinyal, dan
parameter-parameter gelombang lainnya. (2) Atau, kita dapat (untuk saat ini) menghindarkan
keterlibatan medan-medan, dan mernecahkan soal dengan menggunakan model rangkaian
yang sesuai, DaJam bab ini, kita akan rnenekankan pendekatan kedua; untuk sekarang, kontribusi
teori medan elektromagnetika hanya terbaias pada penentuan awal parameter-parameter
induktansi dan kapasitansi. Akan tetapi, kita akan mengetahui bahwa model-model rangkaian
sulit digunakan, atau bahkan sama sekali tidak berguna, ketika rugi-rugi transmisi mulai
dipcrhirungkan, atau ketika kita berhadapan dcngan sifat-sifat gelombang yang lebih kompleks
(misalnya, karakteristik 111odi11g) yang akan muncul pada frekuensi-frekuensi yang lebih tinggi,
Isu rugi-rugi transrnisi akan dikupas pada Subbab 11.5. sedangkan Fenomena rnoding akan
dibicarakan di dalam Bab 14.
l.Rt,.z .l L 6z
K.<;L l. t: in .12R 6.z
I
,. 2 , ' 2
I+ 61
.,
\.,-~fV'Y'l""'-~·~,.__r,ry-y--.._~..I\
------------ ----~------
>
+ ; ' +
I
/
1, It:
' \
r
I I
v /1.. V+6V
I
' .. ______
I
\
_...,. _ /
-0 ---------
~~~~~~~~~...-~~...-~~~~~~~~~·o-
KVI,, ;
Gombor 11.3 Model elemen-podu dori sebvoh segmen pendek soloron lronsmisi dengon rugi doyo.
Ponjong segmen ini odoloh llz. Anolisis ini melibotkon peneropon hukum tegongon Kirchoff (KVll don
hukum orus Kirchhoff (KCL) podo loop don simpul yang dllndlkosikon dolom gombor, secoro berlurul·lurul.
Tujuan kita di sini adalah menentukan bagaimana dan hingga sejauh mana tegangan dan
arus output akan berubah dari nilai inpurnya, jika panjang saluran kita ambil lirnitnya mendekati
nol. Sebagai konsekuensinya, kita akan rnendapatkan sepasang persamaan diferensial yang
menjabarkan laju perubahan tegangan dan arus terhadap perubahan z. Dalam Gambar 11.3,
tegangan input dan output serta arus input dan output secara berturut-rurut rnemiliki selisih 6 V
dan a/, yang mana kedua nilai selisih ini akan kita tentukan, Kedua persamaan yang disebutkan
diperoleh dengan rnenerapkan ecara berturut-turut hukum tegangan Kirchhoff (KVL) dan
hukum arus Kirchhoff (KCL).
Pertarna-tama, KVL diterapkan pada loop yang rneliputi seluruh panjang segrnen, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 11.3:
2
1 010 6.z + -L
V = -1 RI 6z + -L- 1 (01
- +
2 , 2 or
oaf)
a,
1
6z + -R(I
2
+ Af)az + (V + aV) (I)
Kita dapat memecahkan persamaan ( 1) unruk mendapatkan rasio I:!:. VIAZ, yaitu:
av
a, =
oz (Rt + L~)
-(1 + ~ i.) 2 a, (4)
Sekarang, dengan rnengambil }jmit AZ mendekati nol arau rnemilih sebuah nilai AZ yang
sangat kecil sehingga dapat diabaikan, (4) ter ederhanakan menjadi bentuk akhirnya:
~=-(RI+
az l~)
or
(5)
Persamaan (5) adalah yang pertama dari dua per amaan yang kita cari. Untuk mcndapatkan
persamaan kedua, kita menerapkan KCL pada sirnpul tengah aias di dalam diagram rangkaian
dalarn Gambar 11.3, dan rnemperhatikan dari sirnetri bahwa iegangan pada simpul ini adalah
V + 6V /2:
-a,
dZ
= - (I a ) ( G\I.
+ -t::.z -
2 dz
+ C- av)
di
(7)
Sekali lagi, beniuk akhir dapar kj1a turunkan dcngan menjadikan 6z rncndekati nol atau
bernilai sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bentuk akhir ini adalah
~ =
a, -(av + c0a,v) (8)
Pasangan persarnaan kopling (5) dan (8) rnenjabarkan perubahan arus dan tegangan pada
setiap saluran transrnisi. Menurut ejarahnya. kedua per amaan ini disebut ebagai persamaan
sang telegrafis, dan solusi untuk keduanya akan mernbawa kita pada persamaan gelornbang
untuk saluran transmisi. yang akan kita turunkan sekarang. Kita mulai dengan mengambil
turunan/derivatif dari persamaan (5) terhadap z, dan mengambil turunan persamaan (8) terhadap
t, yang rnenghasilkan
( I 0)
lIaa,2v = Le aa,2v
2 2 av
+<LG+ RC) a, + nov
I ( I I)
Menerapkan sebuah prosedur yang berpadanan dengan di atas, yang melibatkan diferensiasi
(5) terhadap t dan (8) terhadap z, dan rncnyulihkan (5) be erta turunannya kc dalam derivatif
(8), kita mendapatkan persamaan gelombang aru yang identik dengan ( 11):
I c)a21 a 2, a, 1
Z
2 = LC d.,
,~
+(LG+ RC)~+
ot
RGI
! ( 12)
Kedua persamaan ( I l) dan ( 12) adalah persamaan 1111111111 untuk gelombang pada saluran
transmisi. Solusi kedua per amaan ini untuk berbagai kondisi akan rnenjadi pokok pembicaraan
kita di dalam bab ini.
I 11.3 PROPAGASI TANPA RUGI-RUGI
Propagasi tanpa rugi-rugi dapat diartikan bahwa daya sinyal tidak rerdisipasi, atau rnengalami
pclernahan, eiring dengan merambatnya sinyal pada saluran transmisi; eluruh daya yang
diurnpankan di ujung input akan sampai ke ujung output tanpa berkurang sedikit pun. Dikatakan
! secara lebih realistis, semua mekanisme yang menyebabkan timbulnya rugi-rugi daya tidak
memberikan pengaruh yang berani, sehingga dapat diabaikan. Dengan model saluran transmisi
yang kita gunakan, propagasi tanpa rugi-rugi terjadi jika R = G = 0. Dalam kondisi ini, hanya
fungsi sinus dapat diturunkan, sebagaimana kita ketahui, dengan menjadikan ¢ = -nn.
Berikutnya, kita rnenggantikan I dengan (t ± vv,,). sehingga dengan demikian diperoleh
V(z, r) = IV01cos[ro(t ± 'dvt>) + q,J = IV01 co [mt± f3z + ¢] (26)
di mana kira telah rnernberikan notasi baru untuk kecepatan gelombang, yang kini di ebut
sebagai kecepatan Jase. v,,. Kecepatan ini berlaku untuk setiap gelombang sinusoid mumi
(gelombang yang merniliki frekuensi tunggal). Dalam kasus-kasus tertentu, kecepatan ini
bergantung pada frekuensi. Untuk saat ini, kita mernilih q, = 0 guna mendapatkan dua persamaan
untuk gelombang maju dan mundur pada arah z, yang dibedakan oleh tanda positif atau
negatif pada pcrsamaan (26). Kedua persarnaan gclombang ini adalah:
IV 1(z, t) = IV01 cos (rot - /k) I (propaga i maju pada arah z) (27a)
dan
(propagasi mundur pada arah z) (27b)
di mana magnitude IV01 adalah nilai V pada z = 0, t = 0. Kita mendefinisikan konstanta Jase
{3, yang pertarna kali muncul pada (26), sebagai
(28)
Kita merujuk pada solusi yang dinyatakan dalam (27a) dan (27b) sebagai bentuk riil
sesaat dari tegangan saluran transmisi. Kedua persarnaan ini merupakan representasi maternatis
dari nilai tegangan yang akan terukur setiap saat ( ecara eksperirnental) pada ebuah saluran
transrnisi. Suku-suku <01 dan {3z yang muncul pada kedua persarnaan dinyatakan dalam saruan
udut radian. Kita mcngetahui bahwa m adalah frekucnsi ..vaktu radian, yang menyatakan
ukuran pergeseran fase per satuan waktu. dan diukur dalarn rad/s. Dernikian pula, kita dapat
melihat bahwa fJ dapat diimcrprctasikan scbagai be a ran f rekucnsi ruang (spasial), yang dalam
kasus ini menyatakan ukuran pergeseran fase per satuan jarak pada arah z. Satuan untuk
besaran ini adalah rad/m. Jika kita mengambil titik waktu t = 0, maka persamaan (27a) dan
(27b) akan tersederhanakan menjadi
(29)
yang dapat kita kenali sebagai sebuah fungsi periodik sederhana, yang berulang unruk setiap
jarak parsial Adan disebut sebagai panjang ge/0111ba11g (lvavele11gth). Ke amaan yang harus
dipenuhi oleh besaran A adalah /31.. = 2tr, sehingga
(30)
Selanjutnya, marilah kita perhatikan sebuah titik (titik puncak gelornbang, rnisalnya) pada
fungsi kosinus yang diberikan oleh persamaan (27a); di mana titik puncak ini terjadi setiap
kali argurnen fungsi kosinus bernilai kelipatan bulat dari 2,r. Merujuk ke titik puncak ke m
pada gclombang ini, kondisi pada saai t = 0 adalah
/3z = 2 mtt
Untuk rnemantau pergerakan titik ini, kna harus mcnjadikan argumen fungsi kosinus bernilai
kelipatan bulat dari 2n sepanjang waktu. Merujuk ke persamaan (27a), kondisi yang harus
dipenuhi adalah
=
di mana j J-1, dan di mana k.k. menotasikan (dan rnerupakan singkatan dari) konjugat
kompleks dari suku yang muncul sebelumnya pada persarnaan. Bilangan konjugat dibentuk
dcngan mengubah tanda semua bilangan j yang muncul pada suku terkait.
Selanjutnya, kita menerapkan (33a) pada fungsi gelombang tegangan kita, yaitu persamaan
(26):
..!.
V(z. t) = I V01 cos I tot ± {Jz + ef>J = 2 (I..._._..,
V0le1 I))) ~ilk <1w1 + k.k: (34)
. v.0
Perbarikan bah ..va kita telah mcnyusun sedcmikian rupa besaran-besaran fase pada (34) sehingga
kita dapat mcngidentifikasikan amplitudo kompleks dari gelombang tegangan, yaitu V0 =
(IV01ef~. Uotuk selanjutnya, sebuah simbol tunggal (V0 dalam contoh ini) akan digunakan
untuk menotasikan amplitude dari gelornbang tegangan atau arus, dengan pemahaman bahwa
amplitude ini secara umum adalah sebuah besaran kompleks (yaitu, memiliki magnitude dan
fase).
Dua definjsi dapat diturunkan dari persamaan {34). Pertama, kita mendefinisikan tegangan
ko1111J/eks sesa,,t sebagai:
(35)
Tegangan fasor kemudian dapat diperoleh dengan menanggalkan faktor efw, dari persamaan
tegangan kompleks sesaat di atas, yang meogbasil.kao:
Bab 1 Bab 2
1.J (a) 0.92a.r + 0,36a1 + 0.4a: 2.1 4,0 x10-' N
(b) 48,6 (c) -580,5a.r + 3 I 93a,. - 2902a; 2.3 2 I ,5a.r µN
1.3 (7,8; -7,8; 3,9) 2.5 (a) 4,58a.r - 0, t 5a1 + 5,51 a: (b) -6,89 atau -22, I I
1.5 (a) 48a.r + 36a, + 18at 2.7 159,7aP + 27,4a~ - 49,4a:
(b) -0,26a.r + 0,39a,, + 0,88a: 2.9 (a) (x + I)= 0,56 l(x + 1)2 + (y - 1)2 + (z - 3)2]1.s
(c) 0.59a., + 0.20a1 - 0.78at (b) 1,69 a tau 0.31
(d) 100 = 1Wy2 + 4x.a + IW + 16 + 9z4 2.11 (a} -1,63 µC
1.7. (a) (I) bidang z = 0, dengan lxl < 2, tyl < 2; (b) -30.11 a... - I 80,63a,. - t 50,53a,
(2) bidang y = 0. dengan lxl < 2. lzl < 2 (c) -I 83. I 2ap - I 50,53at
(3) bidang x = O. dengan lyl < 2. lzl < 2 {ti) -237,1
(4) bidang x = Tt12, dengan lyl < 2. 1,1 < 2 2.13 (a) 82.1 pC (b) 4,24 cm
(b) bidang 2z = >' dcngan lxl < 2. lyl < 2. lzl < I 2.15 o-
(a) 3,35 x I 2 C
(c) bidang y = 0 dengan Ll'I < 2, lzl < 2 (b) 1,24 x 106 C/m3
1.9 (a) 0.6a.,. + 0,8a1 (b) 53° (c) 26 2.17 (a) 57,Sa,. - 28,Sa, V/m (b) 23a,. - 46a,
1.11 (a) (-0.3. 0.3. 0,4) (b) 0.05 (c) 0.12 (</) 78° 2.19 (<1) 7 ,2ax + 14.4a,. kV /m
1.13 (a) (0.93; 1,86: 2,79) (b) (9,07: -7.86; 2.21) (b) 4.9a.r + 9.8a,. + 4.9a: kV/m
(c) (0,02; 0,25; 0,26) 2.21 I 26a, µNim
1.15 (a) (0.08; 0.41; 0.91) (b) (0,30: 0.81; 0,50) 2.23 (a) 8,1 kY/m (b) -8,1 kY/m
(c) 30,3 (d) 32,0 2.25 -3,9a .. - I 2,4a,. - 2,5a. V/m
1.17 (a) (0.664: -0.379: 0.645) 2.27 (a) y2 - x2 = 4x1 - 19 (b) 0,99ax + O. I 2a)'
(b) (-0,550; 0.832; 0,077) 2.2~ (a) 12,2 (b) -0.87a.t - o.osa,.
(c) (0, 168; 0,915; 0,367) (c) y = (1/5) In cos 5x + 0,13
1.19 (a) (1/p)ap (b) 0,5aP. atau 0.41a_. + 0,29a,.
1.21 (a) -6,66aP - 2.77a9 + 9a:
Bab 3
(b) -0.59aP + 0,21 a• - 0, 78a:
(c) -0,90aP - 0.44a: 3.J (<J) IO sen: +5 nC; 25 sen: 0; 50 sen: 0; kaleng: -5 nC
1.23 (a) 6.28 (b) 20,7 (c) 22.4 (d) 3.21 (b) Koin-koin: sama seperti pada saat mulai;
1.25 (a) l,10ap+2,210 (b)2,47 (c)0.45ar+0,89a~ kaleng: -2 nC
1.27 (a) 2,91 (b) 12,61 (c) 17,49 (d) 2,53 3.3 (a) 0,25 nC (b) 9,45 pC
1.29 (a) 0.59ar + 0,38as- o.12a. 3.5 360 C
(b) 0,80a, - 0.22a6 - 0.55a~ 3.7 (a) 4.0 x 10-9 nC (b) 3,2 x 10-4 nC/m2
(c) 0,66a, + 0,39a0- 0,64a~ 3.9 (a) 164 pC (b) 130 nC/m2 (c) 32.5 nC/m2
540
Bahan dengan hak cipta
LAMPIRAN E Jawaban Soal Nomor Ganjil 541
(2000irp))]C/m2 ( I mm < p < 1,5 mm) 4.35 (a) 0, 779 µJ (b) 1,59 µJ
3,6 x 10-9JlCln12; DP(2.4 mm) = 3,9 x 10"°µC/m2 S.11 (a) E = [(9.55)/p/)]ap Vim. V = (4.88)/l V dan
3.17 (a) 0,1028 C (b) 12,83 (c) 0.1026 C R = ( I ,63)1/Q di mana I adalah panjang silindcr
3.19 113 nC (tidak diberikan) (b) 14,64/ l W
3.21 (a) 8.96 (b) 71.67 (c) -2 5.13 (a)0.147 V (b) 0,144 V
3.23 (b) P.o = 3Q/(4,r a3) (0 < r < a); 5.15 (a) (p + 1),2 cos ¢ = 2
D, = Qr/4ira3) dan V , D = 3Q/(4,r a3) (b) p = 0,10; E(0,10, 0,2,r:; 1,5) = -18,2aP + 145a9
(0 < r < a); D, = Q/(4,r ?) dan V , D = 0 (r > a) - 26,7az Vim (c) 1,32 nC/m2
3.25 (a) 17,50 C/m3 (b) 5a, C/m2 (c) 320,r C 5.17 (a) D(z = 0) = -(100Eir)l(x2 + 4)a: C/m2
(d) 3201[ C (c) -0,92 nC
3.27 (a) 1,20 mC/m3 (b) 0 (c) -32µC/nt2 5.19 (a) Pada O V: 2.x2y - z = 0.
3.29 (a) 3,47 C (b) 3,47 C Pada 60 V: 2.x2y - z = 6/z
3.31 -3,91C (b) 1.04 nClm2 (c) -l0,60a., + 0,68a1 + 0,43a:J
S.21 (a) 1,20 kV (b) EP = 723ax - 18.9a1 Vint
Bab 4 5.23 (a) 289.5 V
4.1 (a) -12 nJ (b) 24 nJ (c) -36 nJ (d) -44,9 nJ (b) zl[(x - 1)2 + J + z2J1.5 -
(e) -41,8 nJ zl[(x + 1)2 + y2 + z2]1·5 = 0,222
4.3 (a) 3.1 µJ (b) 3.1 µJ 5.25 (a) 4.7 x 10-s Sim (b) I.I x 10-3 Sim
(c} 1,2 x 10-2 S/in
4.S (a) 2 (b) -2
4.7 (a) 90 (b) 82
4.9 (a) 8,14 V (b) 1,36 V Bab 6
4.11 1,98 kV 6.J (a) 6,26 pC/rn2 (b) 1,000176
4.13 576 pJ 6.3 (a) E = [(144,9)/pJap V/m,
4.15 -68.4 V D = (3.28a~lp 0C/n12 (b) V ab = m V. x~ = 1,56
4.17 (a) -3,026 V (b) -9,678 V (c) f(5,0 x I 0-29}/pJap C , m
4.19 0,081 V 6.5 (a) 80 V/m (b) -60a>' - 30a,. V/m (c) 67,l V/m
4.21 (a) -15,0 V (b) 15,0 V (d) 104,4 Vim (e) 40,0° (f) 2,12 nC/m2
(g) 2,97 nC/rn2 (It) 2,12ax - 2,66av - l,33a1 nC/m2
(c) 7,lax + 22,Say - 71,la, V/m
(1) 1,70a x - 2,13a )' - l,06a1 nC/m2. (j) 54,5°
(d) 75,0 V/m
6.7 I 25a., + I 75a,. V /m
(e) -0,095ax - 0,304a>, + 0,948a,
6.9 (a) E2 = E1 (b) ivE, = 45,l µJ. We2 = 338µJ
(f) 62,Sax + 202a1 - 629a; pC/m2
6.11 barium titanat
4.23 (a) -48p4 V/m (b) -673 pClm3 (c) -1,96 nC 6.13 451 pf
4.25 (a) VP= 279,9 V, Ep_= -119,9~P - 75,0a~ V/m, 6.15 (a) 3,05 nF (b) 5,21 nF (c) 6,32 nF (d) 9,83 nF
DP= -1,59ap - 0,664a0 nC/m , 6.17 (a) 143 pf (b} 101 pf
p"P = -443 pC/m3 (b) -5,56 nC
6.19 (a) 53,3 pF (b) 41,7 pF
4.27 (a) 5,78 V (b) 25,2 V/m (c) 5,76 V
6.21 K1 = 23,0. pl = 8,87 nC/rn, ti = 13.8, C = 35.5 pf
4.29 1,31 V
:i; (~ - ?f)
(c) 47,3; 37.1; 17,4; 27,4: 17,4; 37, I; 47,3
8.43 ~ = 25) + 98 In ( Wb/m
Bab 8
Bab 9
8.1 (a) -294a.. + 196a,. µAlm
(b) -127a-' + 382a.r µA/rn 9.1 (a) (0.90.0. - 0, 135)
546
Bahan dengan hak cipta
lndeks 547
I 111111 1111111
789797 815424 >