Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKARYA FISIKA

PEMBUATAN CATU DAYA DC 5 VOLT


Mata Kuliah: Prakarya Fisika
Dosen Pengampu: Qisthi Fariyani, M.Pd

Disusun Oleh:
Dewi Khariroh

(133611043)

Setya Suryaningsih

(133611057)

M. Khoirul Anam

(133611067)

Alex Chandra Wiranata K

(133611073)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, ide untuk mempersembahkan karya fisika akhirnya


dapat kami realisasikan dalam mata kuliah Prakarya Fisika yang diampu
oleh ibunda Qisthi Fariyani, M.Pd, dosen Pendidikan Fisika Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Walisongo. Karya Fisika yang berhasil kami sembahkan
ini kami beri nama Catu Daya DC 5 Volt. Memang sudah banyak catu daya
yang beredar di pelbagai laboriatorium instansi pendidikan, namun pada
laboratorium yang kami tempati awalnya tidak terdapat catu daya
bertegangan 5 volt. Jelas ini memberikan kerisauan pada kami dan
tentunya mahasiswa-mahasiswa sebelum kami.
Sontak, kami (Dewi Khariroh, Setya Suryaningsih, M. Khoirul Anam,
dan Alex Chandra Wiranata Kusuma) mengalokasikan fikiran, tenaga, dan
waktu untuk membuat prakarya fisika berupa catu daya buatan
bertegangan 5 volt. Adapun laporan ini merupakan salah satu bentuk
sikap dalam mengemban tugas dan melaksanakan tugas sebagaimana
mestinya. Laporan ini kami buat dengan harapan dapat memberikan
motivasi kepada mahasiswa-mahasiswa lain untuk aktif berfikir inovatif,
kreatif, dan produktif.
Pada laporan prakarya fisika yang kami buat ini terdapat cara
bagaimana kami menyusun catu daya 5 volt hingga membuahkan satu
buah alat catu daya tepat bertegangan 5 volt. Jelas kami merasakan
senang sekaligus bangga, sebab kami dapat memberikan ilmu kepada
orang lain sekaligus memberikan prespektif kepada mahasiswa-mahasiwa
fisika bahwa kita semua bisa menghasilkan alaat yang berguna bagi
pendidikan atau bahkan masyarakat, dengan harapan terciptanya
masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Taala.

Penulis

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.1 Tegangan arus AC
Gambar 2.1.2 Tegangan arus DC
Gambar 2.2.1 Transformator
Gambar 2.2.2 Macam skema diagram dioda
Gambar 2.2.3a Proses pengisian kapasitor
Gambar 2.2.3b Proses pengosongan kapasitor
Gambar 2.2.3c Simbol Kapasitor Non-Elektrolit
Gambar 2.2.3d Simbol Kapasitor Elektrolit
Gambar 2.2.3e Simbol Varco
Gambar 2.2.3f Simbol Trimmer
Gambar 2.2.5 Nilai Warna Gelang Resistor
Gambar 2.2.6 Transistor TIP 2955
Gambar 2.2.7 Macam-macam fuse
Gambar 2.3 Bagan Kegiatan Perancangan Catu Daya 5 Volt
Gambar 3.2.1 Flowchart Perangkaian Catu Daya
Gambar 4.2.1a Ripple pada Keluaran Dioda

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................ 1
1.4 Pembatasan Masalah................................................................. 1
1.5 Manfaat Penulisan...................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Teori dasar................................................................................. 2
2.2 Komponen utama dan pendukung catu daya............................ 3
2.2.1 Transformator.................................................................... 3
2.2.2 Dioda................................................................................. 4
2.2.3 Kapasitor........................................................................... 5
2.2.4 IC 7805.............................................................................. 8
2.2.5 Resistor............................................................................. 9
2.2.6 Transistor TIP2955............................................................11
2.2.7 Sekering (Fuse)............................................................... 12
2.2.8 Printed Circuit Board (PCB)............................................. 13
2.3 Kerangka Berpikir..................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat................................................................... 15
3.2 Alat dan Bahan........................................................................ 15
3.3 Prosedur Pembuatan Alat........................................................ 16
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil......................................................................................... 20
4.2 Pembahasan............................................................................ 20
4.2.1 Penyearah (Rectifier)....................................................... 20
4.2.2 Voltage Regulator............................................................ 22
4.2.3 Pengujian alat .................................................................. 24
4.3 Blok Diagram........................................................................... 28

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan................................................................................ 29
5.2 Saran .........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik
yang mengubah arus listrik bolak-balik (AC) menjadi arus listrik searah
(DC). Catu daya menjadi bagian yang penting dalam elektonika yang
berfungsi sebagai sumber tenaga listrik misalnya pada baterai atau accu.
Catu daya (Power Supply) juga dapat digunakan sebagai perangkat yang
memasok listrik energi untuk satu atau lebih beban listrik.
Secara umum prinsip rangkaian catu daya terdiri atas komponen
utama yaitu; transformator, dioda dan kapasitor. Dalam pembuatan
rangkaian catu daya, selain menggunakan komponen utama juga
diperlukan komponen pendukung agar rangkaian tersebut dapat berfungsi
dengan baik. Komponen pendukung tersebut antara lain : sakelar,
sekering (fuse), lampu indikator, voltmeter dan amperemeter, jack dan
plug, Printed Circuit Board (PCB), kabel dan steker, serta resistor. Baik
komponen utama maupun komponen pendukung sama-sama berperan
penting dalam rangkaian catu daya.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana cara membuat catu daya bertegangan 5 volt DC?
B. Bagaimana efektifitas catu daya yang telah dibuat?
1.3 Tujuan Penulisan
A. Untuk menghasilkankan catu daya bertegangan 5 volt DC.
B. Untuk mengetahui efektifitas catu daya yang telah dibuat.
1.4

Pembatasan Masalah

Pembuatan catu daya DC 5 volt dari IC 7805 dan 7905.


1.5
A.
B.
C.

Manfaat Penulisan
Menghasilkan produk catu daya 5 volt DC
Mendorong pembaca mengembangkan produk serupa
Produk hasil percobaan dapat digunakan pada praktikum Elektronika
Dasar.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar
Catu daya merupakan suatu rangkaian yang paling penting bagi
sistem elektronika. Ada dua sumber catu daya yaitu sumber AC dan
sumber DC. Sumber tegangan AC yaitu sumber tegangan bolak balik,
sedangkan sumber tegangan DC merupakan sumber tegangan searah.
Bila dilihat dengan osiloskop seperti berikut :

Gambar 2.1.1 Tegangan arus AC

Gambar 2.1.2 Tegangan

arus DC
Sumber tegangan bila diamati sumber AC tegangan berayun
sewaktu-waktu pada kutub positif dan sewaktu-waktu pada kutub negatif,
sedangkan sumber DC selalu pada satu kutub saja, positif saja atau
negatif saja. Dari sumber AC dapat disearahkan menjadi sumber DC
dengan

menggunakan

rangkaian

penyearah

yang

di

bentuk

dari

dioda. Catu daya adalah suatu sistem filter penyearah (rectifier-filter)


yang mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC murni. Catu daya
(Power Supply) merupakan sebuah perangkat yang memasok listrik energi
untuk satu atau lebih beban listrik. Pada dasarnya catu daya mempunyai
konstruksi rangkaian yang hampir sama yaitu terdiri dari transformator,
dioda penyearah, dan penghalus tegangan atau kapasitor. Istilah ini paling
sering diterapkan ke perangkat yang mengubah satu bentuk energi listrik
yang lain, meskipun juga dapat merujuk ke perangkat yang mengkonversi
bentuk energi lain (misalnya, mekanik, kimia, solar) menjadi energi listrik.

Secara umum prinsip rangkaian catu daya terdiri atas komponen utama
yaitu ; transformator, dioda dan kapasitor.
Dalam pembuatan rangkaian catu daya selain menggunakan
komponen utama juga diperlukan komponen pendukung agar rangkaian
berfungsi dengan baik menggunakan komponen antara lain : multimeter,
kabel jumper, penjepit buaya, dioda bridge, kapasitor 10 F dan 4700F,
trafo CT 3A, resistor 220, IC regulator 7805 dan 7905, sakelar, sekering
(fuse), lampu indikator, voltmeter dan amperemeter, jack dan plug,
Printed Circuit Board ( PCB ), kabel dan steker, serta resistor.
2.2 Komponen utama dan pendukung catu daya
2.2.1 Transformator
Transformator
menurunkan

adalah

tegangan

arus

sebuah

alat

untuk

bolak-balik.

menaikkan

Transformator

atau
sering

disebut trafo. Sebuah transformator terdiri atas sebuah inti besi. Pada inti
besi digulung dua lilitan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Prinsip kerja tranformator adalah sebagai berikut.
a. Kumparan primer dihubungkan kepada sumber tegangan yang hendak
diubah besarnya. Karena tegangan primer itu tegangan bolak-balik,
maka besar dan arah tegangan itu berubah-ubah.
b. Dalam inti besi timbul medan magnet yang besar dan arahnya
berubah-ubah pula. Perubahan medan

magnet ini menginduksi

tegangan bolak-balik pada kumparan sekunder.

Gambar 2.2.1 Transformator

Dari sebuah percobaan dapat ditunjukkan, bahwa:


a. Perbandingan

antara

sekunder, Vs sama

tegangan

dengan

primer, Vp,

perbandingan

dengan

antara

primer, Np, dan lilitan sekunder, Ns.


b. Perbandingan antara kuat arus primer, Ip,

tegangan

jumlah

dengan

kuat

lilitan
arus

sekunder, Is, sama dengan perbandingan jumlah lilitan sekunder


dengan lilitan primer.
Dari kedua pernyataan tersebut dapat dituliskan secara singkat
dengan persamaan sebagai berikut:
Vp : Vs = Np : Ns
Ip : Is = Vs : Vp
Ip : Is = Ns : Np
Ada dua hal perlu dipahami untuk transformator ini, yaitu:
a. Transformator hanya digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan arus bolak-balik (AC) dan tidak untuk arus searah (DC).
b.

Transformator tidak dapat memperbesar daya listrik yaitu tidak


dapat memperbesar banyaknya daya yang masuk ke dalam
transformator tersebut.

Transformator (Trafo) berperan untuk menyalurkan tenaga atau


daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan yang rendah atau
sebaliknya,

dengan

frekuensi

yang

sama.

Transformator

biasanya

ditanahkan pada titik netral untuk sistem pengamanan. Prinsip kerja


transformator berdasar pada induksi elektromagnetik dimana tegangan
masukan bolak-balik yang membentangi primer menyebabkan fluks
magnet yang idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks
bolak-balik ini kemudian menginduksikan gaya gerak listrik (ggl) dalam

lilitan sekunder. Bila efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer
akan dilimpahkan ke lilitan sekunder. Jenis-jenis transformator diantaranya
transformator step up, transformator step down, autotransformator dan
transformator 3 fasa.
2.2.2 Dioda
Dioda adalah suatu komponen elektronika yang dapat melewatkan
arus pada satu arah saja. Ada berbagai macam dioda yaitu dioda tabung,
dioda sambungan p-n, dioda kotak titik (point-contact diode) dan
sebagainya.

Dioda

memegang

peranan

penting

dalam

elektronika

diantaranya untuk menghasilkan tegangan searah dari tegangan bolakbalik,

untuk

membuat

berbagai

bentuk

gelombang

isyarat,

untuk

mengatur tegangan searah agar tidak berubah dengan beban maupun


dengan perubahan tegangan jala-jala (PLN), untuk saklar elektrolit, LED,
laser semikonduktor, mengesan gelombang mikro dan lain-lain.
Bentuk dioda yang lazim digunakan terdiri dari semikonduktor jenis
p

yang

dibuat

bersambung

dengan

semikonduktor

jenis

n.

Pada

semikonduktor jenis p dan n terdapat muatan positif dan negatif


pembawa muatan intrinsik, yang berasal dari ikatan kovalen dan silikon
yang menjadi bebas karena eksitasi termal. Pembawa muatan lainnya
muatan bebas yaitu lubang yang dihasilkan oleh atom akseptor pada
bahan jenis p dan elektron bebas yang berasal dari donor sebagi
pembawa muatan ekstrinsik.

Gambar 2.2.2 Macam skema diagram dioda

Saat ujung bahan p dan n dihubungkan dengan baterai, dimana


bahan p dihubungkan dengan kutub positif dan bahan n dihubungkan
dengan kutub negatif maka diberi panjar maju. Dengan adanya panjar
maju bukit potensial (Vh) menjadi kurang daripada tinggi bukit potensial
tegangan (Vho) maka elektron dari bagian n dan lubang dari bagian p
mudah menyeberang sehingga terjadi aliran listrik. Jika kutub positif
dihubungkan dengan bagian n dan kutub negatif dihubungkan dengan
bagian p (panjar mundur) maka bukit potensial pada sambungan p-n
bertambah tinggi sehingga muatan ekstrinsik (elektron jenis n dan lubang
jenis p) susah mengalir karena tidak punya cukup tenaga untuk mengatasi
bukit potensial. Maka suatu sambungan p-n akan mengalirkan arus bila
diberi tegangan maju dan susah mengalirkan arus bila diberi tegangan
mundur.
2.2.3 Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan
muatan listrik sehingga pada aplikasinya banyak digunakan untuk

membuat osilasi, timer, serta penstabil tegangan pada rangkaian power


supply.

Proses pengisian muatan kapasitor dapat dilihat pada gambar


dibawah ini:

Gambar 2.2.3a Proses pengisian kapasitor


Pada saat saklar/switch ditekan maka kapasitor akan membentuk
loop tertutup dengan battery 9 Volt, maka kapasitor akan melakukan
pengisian sampai dengan tegangan pada

kapasitor sama

dengan

tegangan pada baterry, dapat dilihat pada tampilan grafiknya. proses


pengosongan muatan kapasitor dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.2.3b Proses pengosongan kapasitor

Pada saat saklar / switch dilepas maka polaritas positif kapasitor


akan terhubung singkat dengan polaritas

negatif kapasitor, maka

kapasitor akan melakukan pengosongan muatan sampai dengan tegangan


pada kapasitor habis, dapat dilihat pada tampilan grafiknya.
Kapasitor tetap terbagi menjadi dua :
A. Kapasitor Non-Elektrolit
Kapasitor non-elektrolit adalah kapasitor yang tidak
polaritas

sehingga

pemasangan

pada

rangkaian

memiliki

tidak

perlu

memperhatikan polaritas pada kaki-kakinya. Contoh dari kapasitor


non-elektrolit antara lain kapasitor yang terbuat dari bahan keramik
dan mika. Pada skema kapasitor non-elektrolit simbol ditunjukan
seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.2.3c Simbol Kapasitor Non-Elektrolit
B. Kapasitor Elektrolit
Kapasitor elektrolit adalah sebuah kapasitor yang memiliki polaritas.
Sehingga

untuk

pemasangan

komponen

pada

rangkaian

harus

memperhatikan polaritas pada kaki-kakinya, antara kutub positif dan


kutub negatif.Jika terjadi kesalahan pemasangan pada rangkaian maka
dapat menyebabkan kerusakan pada komponen lainnya yang terdapat
didalam rangkaian tersebut. Salah satu comtoh kapasitor elektrolit
adalah ELCO (Electrilyte Condensator)
Gambar 2.2.3d Simbol Kapasitor Elektrolit
Pada umumnya nilai kapasitansi dari kapasitor tetap dapat dilihat
dari

label

permukaannya.

Hanya

saja

ada

perbedaan

dalam

pembacaan nilai dari masing-masing jenis kapasitor. Pada kapasitor


elektrolit, untuk mengetahui nilai kapasitansinya cukup dengan
membaca langsung label yang sudah tersedia dan umumnya disusun
dalam satuan mikro Farad (F) dan dilengkapi dengan batas tegangan
kerjanya. Ada dua cara untuk membaca nilai kapasitansi yang terdapat
pada badan kapasitor non-elektrolit. Untuk kapasitor non-elektrolit
yang pada badannya tertera tiga angka,cara membacanya sebagai

berikut. Angka pertama dan kedua adalah variabel nilai, sedangkan


angka ketiga adalah faktor kali. Adapun satuan yang digunakan adalah
pico Farad (pF).
Kapasitor Tidak Tetap Kapasitor tidak tetap adalah kapasitor yang
nilai kapasitansinya dapat diubah-ubah. Contoh dari kapasitor tidak tetap
antara lain Trimmer dan Varco (Variable Condensator).

Gambar 2.2.3e Simbol Varco

Gambar 2.2.3f Simbol Trimmer


2.2.4 IC 7805
IC 7805 merupakan komponen sirkuit terintegrasi yang umum
digunakan

sebagai regulator tegangan pada komponen elektronika.

Regulator ini menghasilkan tegangan output stabil 5 Volt dengan syarat


tegangan input yang diberikan minimal 7-8 Volt (lebih besar dari tegangan
output) sedangkan batas maksimal tegangan input yang diperbolehkan
dapat dilihat pada datasheet IC 7805 karena jika tidak maka tegangan
output yang dihasilkan tidak akan stabil atau kurang dari 5 Volt.
Keunggulan dari IC 7805 diantaranya:
a. Untuk regulasi tegangan DC, tidak memerlukan komponen
elektronik tambahan.
b. Aplikasi mudah dan hemat ruang.
c. Memiliki proteksi terhadap overload (beban lebih), overheat (panas
lebih), dan hubungsingkat.
d. Dalam keadaan tertentu, kemampuan pembatasan arus peranti
7805 tidak hanya melindunginya sendiri, tetapi juga melindungi
rangkaian yang ditopangnya.
Sedangkan kekurangan dari IC 7805 diantaranya:
a. Tegangan input harus lebih tinggi 2-3 Volt dari tegangan output
sehingga IC 7805 kurang tepat jika digunakan untuk menstabilkan
tegangan battery 6 Volt menjadi 5 Volt.
b. Seperti halnya regulator linier lain, arus input sama dengan arus
output. Karena tegangan input harus lebih tinggi dari tegangan

output maka akan terjadi terjadi panas pada IC regulator 7805


sehingga diperlukan heatsink (pendingin) yang cukup.

2.2.5 IC 7905
IC 7905 merupakan IC regulator/penurun linier tegangan negatif
arus DC. Nilai 05 pada seri 79 adalah nilai tegangan keluaran yang
diinginkan yaitu 7905 akan mengeluarkan tegangan 5 volt negatif.
Karakteristik IC 7905 Sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Tegangan catu daya minimum = -25 volt


Tegangan catu daya maksimum = -7 volt
Arus keluaran maksimum = 1 Ampere
Tipe regulasi tegangan = linier

Gambar 2.2.5 IC 7905

Sedangkan kaki-kaki pada IC regulator memiliki karakteristik


sebagai berikut: 1= Input: Input ini biasanya berasal dari trafo, yang
diikuti

oleh

sebuah penyearah dan

kapasitor

perata

gelombang.

Tegangan catu atau tegangan kerja yang diberikan harus memiliki


selisih minimum 2,5V lebih tinggi dari tegangan regulasi yang
dibutuhkan; 2 = Common (Ground): Jalur catu 0V untuk input dan
output; dan 3 = Output: Menghasilkan tegangan output teregulasi.
2.2.6 Resistor
Sebuah resistor sering disebut werstan, tahanan atau penghambat,
adalah suatu komponen elektronik yang dapat menghambat gerak lajunya
arus listrik. Resistor disingkat dengan huruf "R" (huruf R besar). Satuan
resistor adalah Ohm, yang menemukan adalah George Ohm (1787-1854),
seorang ahli Fisika bangsa Jerman.
Kemampuan resistor untuk menghambat disebut juga resistensi
atau hambatan listrik. Besarnya diekspresikan dalam satuan Ohm. Suatu
resistor dikatakan memiliki hambatan 1 Ohm apabila resistor tersebut
menjembatani beda tegangan sebesar 1 Volt dan arus listrik yang timbul
akibat tegangan tersebut adalah sebesar 1 ampere, atau sama dengan
sebanyak 6.241506 1018 elektron 1 per detik mengalir menghadap

arah yang berlawanan dari arus. Hubungan antara hambatan, tegangan,


dan arus, dapat disimpulkan melalui hukum berikut ini, yang terkenal
sebagai hukum Ohm:
V=IR
Dimana V adalah beda potensial antara kedua ujung benda
penghambat, I adalah besar arus yang melalui benda penghambat, dan R
adalah besarnya hambatan benda penghambat tersebut.
Berdasarkan penggunaanya, resistor dapat dibagi:
a. Resistor Biasa (tetap nilainya) adalah sebuah resistor penghambat
gerak arus, yang nilainya tidak dapat Berubah, jadi selalu tetap
(konstan). Resistor ini biasanya dibuat dari nikelin atau karbon.
b. Resistor Berubah (variabel) adalah sebuah resistor yang nilainya
dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle
pada alat tersebut. Sehingga nilai resistor dapat kita tetapkan
sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini kita bagi menjadi
dua, Potensiometer, rheostat dan Trimpot (Trimmer Potensiometer)
yang biasanya menempel pada papan rangkaian (Printed Circuit
Board).
c. Resistor NTC dan PTS , NTC (Negative Temperature Coefficient)
adalah Resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena
suhu panas. Sedangkan PTS (Positife Temperature Coefficient), ialah
Resistor yang nilainya akan bertambah besar bila temperaturnya
menjadi dingin.
d. LDR (Light Dependent Resistor) adalah jenis Resistor yang berubah
hambatannya karena pengaruh cahaya. Bila cahaya gelap nilai
tahanannya semakin besar, sedangkan cahayanya terang nilainya
menjadi semakin kecil.
Pada Resistor biasanya memiliki 4 gelang warna, gelang pertama
dan kedua menunjukkan angka, gelang ketiga adalah faktor kelipatan,
sedangkan gelang ke empat menunjukkan toleransi hambatan.

Gambar 2.2.5 Nilai Warna Gelang Resistor

2.2.7 Transistor TIP2955


Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,
pemotong (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau fungsi
lainnya.

Transistor

berdasarkan

arus

dapat

berfungsi

inputnya

(BJT)

semacam
atau

kran

tegangan

listrik,
inputnya

dimana
(FET),

memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber


listriknya.
Transistor pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan
atau arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih
besar yang melalui 2 terminal lainnya. Transistor adalah komponen yang
sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog,
transistor

digunakan

dalam

amplifier

(penguat).

Rangkaian

analog

melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio.
Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar
berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian
rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponenkomponen lainnya.
a. Transistor Bipolar
Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi
utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron
dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik
utama harus melewati satu daerah / lapisan pembatas dinamakan
depletion zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan
kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama

tersebut. BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua
jenis transistor. Cara kerja BJT dapat dibayangkan sebagai dua dioda
yang terminal positif atau negatifnya berdempet, sehingga ada tiga
terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E), kolektor (C),
dan basis (B).
b. Transistor Unipolar (FET)
Transistor unipolar hanya menggunakan satu jenis pembawa
muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET,
arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit
dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan
transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik
utama).
Transistor TIP 2955 merupakan jenis transistor bipolar dengan tipe
PNP yang berfungsi untuk memperkuat tegangan. Kaki-kaki transistor TIP
2955 adalah kaki pertama merupakan basis, kaki kedua merupakan
kolektor, dan kaki ketiga merupakan emitor.

Gambar 2.2.6 Transistor TIP 2955

2.2.8 Sekering (Fuse)


Sekering (fuse) adalah komponen yang berfungsi sebagai pengaman
dalam rangkaian elektronika maupun perangkat listrik. Sekering (fuse)
pada dasarnya terdiri dari sebuah kawat halus pendek yang akan meleleh
dan terputus jika dialiri oleh arus listrik yang berlebihan ataupun
terjadinya hubungan arus pendek (short circuit) dalam sebuah peralatan
listrik /elektronika. Dengan putusnya sekering (fuse) tersebut, Arus listrik
yang berlebihan tersebut tidak dapat masuk ke dalam rangkaian
elektronika sehingga tidak merusak komponen-komponen yang terdapat
dalam rangkaian elektronika yang bersangkutan. Karena fungsinya yang
dapat

melindungi

peralatan

listrik

dan

peralatan

elektronika

dari

kerusakan akibat arus listrik yang berlebihan, fuse atau sekering juga
sering disebut sebagai Pengaman Listrik.

Sekering (Fuse) terdiri dari 2 Terminal dan biasanya dipasang secara


seri dengan rangkaian elektronika / listrik yang akan dilindunginya
sehingga apabila Sekering (Fuse) tersebut terputus maka akan terjadi
Open Circuit yang memutuskan hubungan aliran listrik agar arus listrik
tidak dapat mengalir masuk ke dalam rangkaian yang dilindunginya.
Berikut ini adalah gambar Sekering (Fuse):

Gambar 2.2.7 Macam-macam fuse


Nilai fuse biasanya tertera pada badan fuse itu sendiri ataupun
diukir pada terminal fuse, nilai fuse diantaranya terdiri dari arus listrik
(dalam satuan Ampere (A) ataupun miliAmpere (mA) dan tegangan
(dalam satuan Volt (V) ataupun miliVolt (mV). Dalam rangkaian eletronika
maupun Listrik, fuse atau Sekering ini sering dilambangkan dengan
huruf F.
2.2.9 Printed Circuit Board (PCB)
Printed Circuit Board (PCB) adalah tempat komponen dimana
komponen -komponen tersebut diletakkan seperti dioda, resistor dan
komponen lainnya. PCB harus diproses menjadi jalurjalur yang dapat
menghubungkan komponenkomponen agar membentuk rangkaian yang
diinginkan. Proses pembuatan PCB dibagi menjadi empat tahap yaitu :
a. Pembuatan Layout PCB
Proses ini adalah langkah pertama didalam pembuatan PCB,
dimana tata letak komponen harus dirancang terlebih dahulu agar
nantinya komponen dapat dipasang teratur dan rapi.
b. Pembuatan Jalur PCB
Perencanaan jalur jalur pada catu daya 5 volt dalam
pembuatan jalur PCB sesuai dengan tata letak komponen, hubungan
dibuat

sesingkat

mungkin

dan

sedapat

mungkin

dihindari

penggunaan kabel penghubung. Jika perencanaan jalur jalur sudah


jadi maka rangkaian itu di print pada kertas.
c. Proses pembuatan
Dalam proses pembuatan PCB ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan, hal pertama yang dilakukan adalah
tembaga

dibersihkan

dengan

menggunakan

bahan

lapisan
pencuci

sehingga permukaan bebas dari debu dan bahan lemak yang


melekat.

Pola

yang

telah

dibuat

pada

kertas

dipindahkan

kepermukaan PCB.
d. Pelapisan dan pemasangan komponen
Dalam pelapisan dan pemasangan komponen yang pertama
sisi jalur PCB diamplas untuk meyakinkan jalur tersebut benar-benar
bersih, kemudian jalur PCB dipoleskan dengan lotfet. Jalur yang
telah dipoles lalu dilapisi dengan timah tipis secara merata
kemudian pemasangan komponen dapat dilakukan.

2.3 Kerangka Berpikir


Dalam pembuatan catu daya DC 5 volt ada beberapa hal atau
kegiatan yang dilakukan, seperti perancangan design alat, pemilihan
bahan dan komponen, merangkai alat, pengujian alat dan penyusunan
laporan. Untuk lebih jelasnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
pembuatan catu daya DC 5 volt dapat dilihat pada gambar bagan
dibawah ini:

Pengamatan di Lapangan tentang adanya kebutuhan catu


daya DC 5 Volt
Pembuatan Design Rancangan Catu Daya DC 5 Volt

Pemilihan Bahan dan Komponen Alat

Perangkaian Alat

Uji Coba Alat

Pengoperasian Catu Daya DC 5 Volt.


Gambar 2.3 Bagan Kegiatan Perancangan Catu Daya 5 Volt

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Pembuatan catu daya DC 5 volt dimulai dari pembelian komponen
alat yang dibutuhkan. Pembelian dilakukan pada tanggal 15 April 2016.
Setelah dilakukan pembelian, dilakukan tahap perangkaian dan pengujian
alat yang dilaksanakan tanggal 12 Mei 2016 sampai 16 Mei 2016 di
Laboratorium Elektronika Dasar UIN Walisongo Semarang.
3.2 Alat dan Bahan
1. Solder
2. Timah secukupnya
3. Papan PCB
4. Trafo 3 Ampere
5. Dioda Bridge 4 Ampere
6. Kapasitor Polar 10uF/16V
7. Kapasitor

Polar

4700

uF/25V
8. IC 7805
9. IC 7905
10.

Resistor 220

11.

LED

warna

merah

dan hijau
12.

Sekering 1 Ampere

+ soket
13.

Kabel AC

14.

Transistor TIP2955

15.

Sekering (fuse)

16.

Knop

merah

hitam
17.

Multimeter

dan

3.3 Prosedur Pembuatan Alat


3.3.1. Diagram Alur (Flowchart)
Prosedur pembuatan catu daya 5 volt ini mengikuti flowchart seperti
gambar dibawah ini:

Gambar 3.2.1 Flowchart Perangkaian Catu Daya

3.2.2. Langkah Pembuatan Alat


1. Gambar rangkaian catu daya 5 volt didesign seperti gambar
dibawah ini:

Gambar 3.2.Susunan Rangkaian Catu Daya


2. PCB lubang disiapkan, sebelum digunakan lapisan minyak yang
menyelimuti lapisan PCB lubang harus dibersihkan terlebih dahulu
agar komponen bisa menempel sempurna saat disolder.
3. Komponen-komponen penyusun catu daya 5 volt disusun seperti
pada skema gambar diatas.
Dalam merangkai rangkaian ini ada beberapa hal yang harus
diperhatikan: Pertama dalam memasang dioda bridge 4 Ampere,
dioda ini memiliki 4 buah kaki yang berisi simbul +, -, dan 2 buah
simbol ~. Dua kaki yang berisi gambar ~ dihubungkan dengan trafo
yang berisi angka 12V, dan kaki yang bergambar - yang lainnya
dihubungkan dengan trafo yang berisi tanda 0. Kemudian kaki dioda
yang bergambar + dihubungkan dengan kaki + kapasitor, dan kaki
dioda yang berisi gambar -, dihubungkan dengan kaki kapasitor.
Kemudian kaki + kapasitor pertama dihubungkan dengan kaki
input dari IC 7805 dan kaki + kapasitor kedua dihubungkan IC
7905(IC ini berisi 3 kaki, kaki nomor 1 untuk V input, kaki nomor 2
untuk ground dan kaki nomor 3 untuk keluaran 5 volt), dan kaki
kapasitor pertama dihubungkan dengan kaki Ground/- dari IC 7805

dan kaki kapasitor kedua dihubungkan dengan kaki Groud/- dari IC


7905.
Setelah itu kaki ke tiga dari IC 7805 yang merupakan kaki
keluaran yang harus di hubungkan dengan kaki + kapasitor yang ke
2, dan Ground dari IC 7805 dihubungkan dengan kaki dari
kapasitor ke 2.
Kemudian pada kaki + pada kapasitor ke 1 dipasangkan LED
warna merah, resistor dan jack and plug warna merah (+ 5 volt),
kaki resistor pertama dihubungkan dengan jack and plug warna
hitam (Ground) dan pada kaki kapasitor ke 2 dipasangkan LED
warna hijau, resistor dan jack and plug warna hitam (-5 volt).
Dan yang terakhir adalah memasang kabel AC yang sudah
berisi sekering pada trafo. Cara pemasangannya sangat mudah
yaitu memasangkan salah satu bagian kabel AC ke trafo yang berisi
tanda 220V dan bagian lain dari kabel AC dipasangkan pada trafo
yang bertandakan 0 di sebelah tanda 220V.
4. Setelah semua komponen dipastikan terpasang sesuai dengan
skema gambar yang telah dibuat, komponen-komponen tersebut
selanjutnya disolder menggunakan timah agar komponen-komponen
tersebut bisa menempel sempurna satu dengan yang lainnya.
5. Setelah rangkaian catu daya 5 volt telah selesai dirangkai,
selanjutnya, keluaran catu daya tersebut dicek menggunakan
voltmeter dan osiloskop.
6. Apabila masih terdapat riak pada tampilan keluaran tegangan di
osiloskop maka rangkaian alat catu daya 5 volt dianalisis dan diberi
kapasitor tambahan.
7. Setelah keluaran catu daya telah tepat 5 volt, kemudian, rangkaian
catu daya tersebut dipacking menggunakan box yang terbuat dari
kayu.
8. Catu daya 5 volt telah siap digunakan.

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A. Catu Daya DC 5 Volt

B. Tabel Hasil Pengujian Catu Daya


No

Koneksi

Pengujian

.
1.

multimeter
Kutub +5 V Vout = 10 Volt

dengan V harap

Efisiensi

10 V

100 %

2.

V
Kutub +5 V Vout = 5 Volt

5V

100%

3.

dan ground
Kutub -5 V Vout = 0 Volt

0V

100%

dan kutub -5

dan ground

4.2 Pembahasan
4.2.1 Penyearah (Rectifier)
Catu daya merupakan suatu rangkaian yang paling penting bagi
sistem elektronika. Catu daya DC 5 Volt yang dibuat tersusun atas
beberapa komponen yang menunjang keluaran catu daya agar tepat
sebesar 5 Volt dalam tegangan DC, yaitu multimeter (analog), kabel

jumper, penjepit buaya, dioda bridge, kapasitor 10 F dan 4700F,


trafo CT 3A (step down), resistor 220 , IC regulator 7805, IC regulator
7905, sakelar, sekering ( fuse ) 2 A, lampu indikator (LED merah dan
Hijau), jack and plug, Printed Circuit Board (PCB ), khhhabel dan
steker, serta resistor.
Catu daya daya yang dibuat dirangkai dengan trafo CT stepdown
yang bertujuan untuk menurunkan tegangan sumber sebesar 220 V ke
tegangan sebesar 12V. Trafo stepdown memiliki komponen kumparan
sekunder yang jumlah lilitannya lebih sedikit dari pada jumlah lilitan di
komponen primer. Penurunan tegangan dilakukan agar beban voltase
inputan dioda penyearah tidak terlalu besar dan lebih sesuai dengan
batas tegangan masukan dioda.
Dioda penyearah, atau biasa disebut dioda saja, memiliki berbagai
fungsi, salah satunya sebagai penyearah (Rectifier). Maksud dari
sebagai penyearah adalah menyearahkan arus bolak-balik (Alternating
Current) menjadi arus searah (Direct Current). Sebagaimana terlihat
pada gambar di bawah ini,

Gambar 2.1.1 Tegangan arus AC

Gambar 2.1.2

Tegangan arus DC
Dioda yang digunakan untuk menyusun catu daya DC 5 Volt ini
merupakan dioda bridge 4 A. Dioda bridge merupakan dioda yang
memiliki empat buah kaki (pin) karena tersusun atas 4 buah dioda
yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai inputan AC di dua

buah kakinya, satu input-an ground dan satu output-an positif DC.
Penggunaan dioda bridge dilakukan karena dapat memudahkan
pemasangan karena dioda tersebut telah tertata arahnya, sehingga
cenderung mengurangi terjadinya kesalahan pemasangan. Sedangkan
cara kerja dioda bridge jika dibandingkan dengan dioda biasa tak ada
bedanya, dan masih sama, yaitu menyearahkan arus AC menjadi DC
secara penuh (full wave). Pada catu daya DC 5 Volt yang dibuat
peneliti, dioda bridge mendapat tegangan masukan dari trafo CT
stepdown sebesar 12 Volt. Tegangan masukan dioda yang tidak terlalu
besar, memungkinkan dioda tidak dadal dan dapat bekerja secara
optimal. Jika tegangan masukan terlalu besar, atau melebihi batas
maksimum tegangan masukan dioda, maka dioda akan dadal atau
rusak. Selain itu, tegangan masukan dioda juga tidak boleh terlalu
kecil, karena dioda mempunyai tegangan masukan minimum untuk
dapat bekerja. Dioda termasuk komponen elektronika aktif yang
memerlukan tegangan awal atau tegangan minimum untuk dapat
aktif.
Penyearahan arus AC menjadi DC yang dilakukan oleh komponen
dioda bridge akan menghasilkan keluaran berupa arus DC yang masih
kasar (terdapat ripple atau riak), sehingga belum bisa memenuhi
syarat arus yang baik bagi komponen elektronika.

Gambar 4.2.1a Ripple pada Keluaran Dioda

Terdapatnya ripple pada keluaran dioda bridge dapat diatasi atau


dipangkas

dengan

filter

kapasitor.

Kapasitor

adalah

komponen

elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik sehingga pada


aplikasinya banyak digunakan untuk membuat osilasi, timer, serta
penstabil tegangan pada rangkaian power supply. Kapasitor yang
digunakan pada Catu Daya DC 5 Volt ini merupakan jenis kapasitor
polar yang bernilai 4700 F/50V dan 10F/35V. Sebagai filter setelah
keluaran dari dioda bridge, kapasitor yang digunakan adalah kapasitor
4700 F/50V berjumlah dua buah yang dipasang secara seri.
Pemasangan kapasitor secara seri, akan menghasilkan kapasitansi
total yang lebih kecil dari pada kapasitansi kapasitor penyusunnya.
Dirumuskan untuk kapasitansi kapasitor yangdisusun secara seri, yaitu
1/Ctot = 1/C1 + 1/C2, sehingga jika dua kapasitor dengan nilai 4700F
disusun secara seri, berdasarkan rumus, maka akan didapat kapasitor
dengan kapasitansi sebesar 2350 F. Penggunaan kapasitor dengan
nilai kapasitansi sebesar 2350 F didapatkan dari perhitungan C =
I.T/Vr di mana I adalah arus beban, T adalah periode, dan V adalah tegangan ripple.
Rumus tersebut didapatkan dari penurunan rumus tegangan ripple yang merupakan
selisih tegangan low (VL) dan maksimum (VM). Kapasitansi sebesar 2350 F akan
sesuai dengan arus beban yang mengalir. Nilai kapasitansi tersebut
juga mendekati efektif untuk dapat memangkas ripple, sehingga arus
DC yang dihasilkan lebih rata dan stabil. Semakin besar nilai
kapasitansi kapasitor, maka kemampuannya membuat arus DC
semakin rata juga besar.

4.2.2 Voltage Regulator


Setelah arus DC yang dihasilkan oleh dioda kemudian diratakan oleh
kapasitor, selanjutnya diperlukan sebuah komponen yang akan
mengatur

tegangan

keluaran

yang

diinginkan.

Dalam

hal

ini,

digunakan IC 7805 dan IC 7905 sebagai Voltage Regulator atau


pengatur tegangan. IC 7805 dan IC 7905 merupakan komponen sirkuit
terintegrasi yang umum digunakan sebagai regulator tegangan pada
komponen elektronika. Regulator ini menghasilkan tegangan output
stabil 5 Volt dengan syarat tegangan input yang diberikan minimal 7-8

Volt (lebih besar dari tegangan output) sedangkan batas maksimal


tegangan input yang diperbolehkan dapat dilihat pada datasheet IC
7805 dan IC 7905 karena jika tidak maka tegangan output yang
dihasilkan tidak akan stabil atau kurang dari 5 Volt. IC 7805 akan
menghasilkan tegangan positif 5 Volt, sedangkan IC 7905 akan
menghasilkan tegangan negatif 5 Volt.
Sebelum memasang dua buah IC regulator, dibutuhkan pemasangan
transistor PNP TIP 2955. Transistor ini dipasang dengan memerhatikan
arus masukan ke kaki basis dan kaki emitor. Pada kaki basis, transistor
ini memerlukan arus masukan kecil, sehingga diperlukan pemasangan
resistor. Sedangkan pada kaki emitornya, diperlukan arus masukan
yang lebih besar, sehingga diperlukan resistor yang nilainya jauh lebih
kecil dari pada kaki basis. Perbedaan arus masukan antar basis dan
emitor ini akan membuat transistor berfungsi sebagai penguat dan
penstabil tegangan yang akan masuk ke

masukan IC 7805 dan IC

7905.
Kaki emitor pada transistor PNP TIP 2955 akan terhubung ke kaki
nomor 3 dari IC 7805 dan IC 7905. Kaki nomor 3 pada masing-masing
IC regulator merupakan output 5 Volt. Tegangan keluaran 5 Volt ini
sekali lagi perlu diperhalus dan distabilkan lagi, dengan menggunakan
kapasitor. Kapasitor yang digunakan dibutuhkan cukup hanya yang
bernilai kecil, karena tegangan keluaran dari IC regulator seharusnya
sudah rata dan stabil. Kapasitor dengan nilai kapasitansi kecil, bisa
didapat dengan memasang kapasitor secara seri. Kapasitor yang
digunakan sebagai perata dan penstabil akhir bernilai 10 F/35V
berjumlah dua buah dan disusun secara seri. Nilai kapasitansi total
dari dua kapasitor 10 F ini menurut rumus 1/C tot = 1/C1 + 1/C2 adalah
5 F.
Meskipun IC 7805 dan IC 7905 tergolong komponen yang dapat
memproteksi diri dari arus pendek, namun, agar lebih aman, dipasang
juga sekering (fuse) 2 A setelah kaki nomor 3 dari masing-masing IC
regulator. Pemasangan heatsink pada IC juga diperlukan untuk lebih
memproteksi rangkaian, karena IC cenderung mudah panas yang

diakibatkan bekerja pada tegangan masukan yang lebih tinggi dari


pada tegangan keluarannya.
Sebagai sentuhan akhir, Catu Daya DC 5 Volt ini juga dipasang dua
buah LED masing-masing berwarna merah dan hijau sebagai indikator
catu daya dapat berfungsi.
4.2.3 Pengujian alat
Setelah alat Catu Daya DC 5 Volt selesai dirangkai, selanjutnya
dilakukan pengujian alat. Alat diuji di Laboratorium Elektronika Dasar
UIN Walisongo Semarang dengan aspek pengujian berupa:
A. Tegangan Keluaran
Pengujian tegangan keluaran alat dilakukan

dengan

multimeter dan osiloskop.


Hasil pengujian tegangan keluaran dengan multimeter.
Cara membaca multimeter : (angka yang ditunjuk/skala
maksimum) x skala baku
No

Koneksi

.
1.

Kutub +5 V

Vout = (2/250) x

dan

50

Kutub

Gambar Pengukuran

Hasil

= 10 Volt

-5 V
(AC)

2.

Kutub +5 V
dan
Ground

Vout = (5/50) x 50
= 5 Volt (DC)

3.

Kutub -5 V

Vout = 0 Volt

dan
Ground

Pengujian pertama dilakukan dengan menempekan probe


merah multimeter di kutub +5 V dan probe hitam di kutub -5V.
Berdasarkan hasil pengukuran, didapat tegangan keluaran senilai 10
V dengan arah arus termasuk bolak-balik atau AC. Hasil ini
menunjukkan bahwa kutub yang berlawanan arah dan besarnya
sama, akan bertingkah seperti tegangan bolak-balik, karena
Selanjutnya, pengujian dilakukan dengan menempelkan probe
merah multimeter dengan kutub positif +5V sedangkan probe hitam
dihubungkan ke ground. Berdasarkan hasil pengukuran, tegangan
keluaran catu daya sebesar 5 Volt dalam arus searah atau DC. Hasil
ini sesuai dengan tujuan pembuatan alat yaitu sumber daya DC
yang menghasilkan keluaran 5 Volt.
Pengujian terakhir dilakukan dengan menguji tegangan yang
ada di antara kutub -5 V dan ground. Berdasarkan hasil pengukuran
tegangan dengan multimeter, ternyata jarum multimeter tidak
bergerak, sehingga tidak ada beda tegangan di kutub

-5 V dan

ground. Hasil ini sesuai denagn teori bahwa arus listrik mengalir
hanya jika ada perbedaan tegangan. Tegangan dengan arus DC
mengalir dari kutub positif ke negatif. Pada pengujian ini, arus listrik
tidak mengalir juga karena kutub -5 V dan ground, keduanya
termasuk kutub jenis negatif.
B. Bentuk Gelombang
Pengujian bentuk gelombang yang dihasilkan Catu Daya DC 5
Volt dapat dilakukan dengan menggunakan osiloskop. Berikut hasil
pengujiannya,
No

Koneksi

Gambar Pengamatan

.
1.

Kutub
V

+5
dan

Ground

2.

Kutub -5 V
dan
Ground

3.

Kutub +5V
dan Kutub
-5V

Pengujian
gelombang

dari

pertama,
tegangan

pengujian
antara

untuk

kutub

+5

melihat
V

dan

bentuk
ground.

Berdasarkan tampilan di layar osiloskop, bentuk gelombang yang


dihasilkan berbentuk lurus atau hanya berupa garis lurus. Bentuk
garis lurus ini menandakan bahwa arus yang mengalir adalah arus
searah (DC). Dari gambar juga dapat dilihat besar tegangan antara
kutub +5 V dan ground adalah sebesar 5 Volt. Pembacaan besaran
tegangan pada layar osiloskop dapat dengan membaca berapa
skala yang ditunjuk oleh volt/div dikalikan dengan berapa div
ketinggian garis lurus tersebut dari garis keseimbangan.
Pengujian selanjutnya, untuk melihat bentuk gelombang dari
tegangan antara kutub -5 V dan ground. Berdasarkan tampilan di
layar osiloskop, bentuk gelombang pada tegangan ini hanya
berbentuk lurus (seperti pada pengujian sebelumnya), namun
kedudukannya lebih rendah dari pada garis lurus yang tampak pada
pengujian sebelumnya. Bentuk garis lurus pada pengujian ini berada
tepat di garis keseimbangan, yang dapat disimpulkan bahwa tidak

ada beda tegangan yang terjadi. Hal ini terjadi karena kedua kutub
-5 V dan ground merupakan kutub yang sejenis yaitu kutub negatif.
Pengujian terakhir yaitu untuk melihat bentuk gelombang dari
tegangan antara kutub +5 V dan kutub -5 V. Berdasarkan tampilan
pada layar osiloskop, tampak bentuk gelombang pada tegangan ini
berbentuk

gelombang

sinus.

Bentuk

gelombang

sinus

dapat

diartikan sebagai gelombang dari arus bolak-balik atau AC.


C. Efisiensi Alat
Untuk mengetahui efisiensi alat, dapat dilakukan dengan
pengujian tegangan terlebih dahulu menggunakan multimeter,
kemudian tegangan keluaran alat dibandingkan dengan tegangan
yang diharapkan, kemudian dikali 100 %.
Efisiensi = (Vout / Vharap) x 100 %

No

Koneksi

Pengujian

.
1.

multimeter
Kutub +5 V Vout = 10 Volt

dengan V harap

Efisiensi

10 V

100 %

2.

V
Kutub +5 V Vout = 5 Volt

5V

100%

3.

dan ground
Kutub -5 V Vout = 0 Volt

0V

100%

dan kutub -5

dan ground
Dari ketiga pengujian alat dengan penempatan pasangan
kutub yang berbeda, terlihat bahwa memberikan hasil yang tepat
atau setidaknya ralatnya sangat kecil, sehingga nilai efisiensinya
mencapai 100 %, karena alat berhasil memenuhi tegangan yang
diharapkan.
D. Kendala dalam pembuatan Alat, Kelebihan dan Kekurangan
Di dalam proses pembuatan Catu Daya DC 5 Volt terdapat
beberapa kendala, diantaranya:
a. Pemasangan sakelar yang salah sehingga sakelar rusak dan tidak
dapat digunakan.
b. Waktu peminjaman solder yang terbatas.
c. Kurangnya pengetahuan tentang pemasangan heatsink pada IC
dan Transistor.
Kelebihan :

a. Catu daya menghasilkan tegangan tepat + - 5 Volt.


b. Tegangan keluaran yang lebih stabil.
Kekurangan:
a. Box alat yang terlalu besar sehingga kurang efisien.
b. Transformator CT mudah panas dan sulit dingin jika setelah
panas. Terjadinya panas pada trafo ini karena trafo bekerja pada
tegangan

masukan

yang

berbeda

jauh

dengan

tegangan

keluaran (Vin= 220 Volt dan Vout = 12 Volt)


c. Alat akan mudah rusak jika digunakan dalam jangka waktu lama
dengan jack trafo terus menancap pada sumber tegangan 220
Volt.
4.3 Blok Diagram
Berikut adalah gambar blok diagram Catu Daya DC 5 Volt yang
dibuat,

BAB V
PENUTUP

5.1.....................................................................Kesimpulan
Dari proses pembuatan catu daya DC 5 Volt dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
A. Pembuatan catu daya 5 volt menggunakan beberapa komponen
elektronika, diantaranya: Trafo 3 Ampere, Dioda Bridge 4 Ampere,
Kapasitor Polar 10uF/16V, Kapasitor Polar 4700 uF/25V, IC 7805, IC
7905, Resistor 220 , Sekering (fuse), dan Transistor TIP2955.
Sedangkan proses pembuatannya dimulai dari perancangan design
alat, pemilihan bahan dan komponen, merangkai alat, pengujian
alat dan penyusunan laporan.
B. Catu daya DC 5 Volt yang telah dibuat memiliki efiensi alat
mencapai 100%. Output dari +5 volt dan ground adalah tegangan 5
volt. Output dari -5 volt dan ground adalah 0 volt. Dan output dari
+5 Volt dan -5 Volt adalah 10 Volt.
5.2 Saran
Demikian Catu Daya DC 5 volt yang dapat kami buat. Kami
menyadari masih terdapat kekurangan dari alat yang telah kami buat.
Untuk itu kami menyarankan untuk pengembangan alat selanjutnya
dapat memasang sakelar agar alat menjadi lebih efektif. Kami juga
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan
datang.

DAFTAR PUSTAKA

Hayt, William H, Jack E. Kemmerly. Rangkaian Listrik. Jakarta: Penerbit


Erlangga.
Malvino, Albert Paul, 1985. Prinsip-Prinsip Elektronika jilid 3. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
www.wikikomponen.com/pengertian-cara-kerja-dioda-bridge-dankelebihannya/ 16 Mei 2016 pukul 00:04 WIB
http://jsuhartono.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pembuatan-catudaya.html 16 Mei 2016 pukul 11:43 WIB

Anda mungkin juga menyukai