Anda di halaman 1dari 42

PEDOMAN

PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)
NOMOR:2d/ 445/ RSUD-TKL/VII/ 2018

BLUD RSUD H. PADJONGA DAENG NGALLE

KABUPATEN TAKALAR

2018
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..……. 3
BAB II GAMBARAN UMUM BLUD.RSUD.HAJI PADJONGA DAENG 9
NGALLE KAB.TAKALAR
BAB III VISI, MISI DAN FALSAFAH RUMAH SAKIT 13
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT 14
BAB V PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT 15
- Latar Belakang 15
- Pengertian PKRS 15
- Visi dan Misi PKRS 15
BAB VI STRUKTUR ORGANISASI PKRS 25
BAB VII URAIAN TUGAS PKRS 26
BAB VIII JENIS- JENIS PANDUAN PELAYANAN PKRS 30
- Panduan Komunikasi Efektif 37
- Panduan Pelayanan Informasi Gizi 48
- Panduan Pelayanan Informasi Fisioterapi/ Rehabilitasi 51
Medik
- Panduan Pelayanan Informasi Farmasi 56
- Panduan Pelayanan Perawat/Bidan (Manajemen Nyeri) 57
- Panduan Pelayanan PKRS 58
BAB IX MONITORING DAN EVALUASI 59
BAB X DOKUMEN DAN BUKTI 60
BAB XI PENUTUP 61

3
BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah hak azasi manusia, dan sekaligus merupakan investasi


sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Oleh karena itu, menjadi satu keharusan bagi semua
pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan
seluruh masyarakat Indonesia.

Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit
yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan
diberi pengobatan. Dalam keadaaan yang memerlukan, si sakit dirawat di rumah sakit.
Sesudah sembuh dipulangkan, lalu kambuh dengan penyakit yang sama sehingga yang
bersangkutan dirawat kembali di rumah sakit. Demikian siklus ini berlangsung terus,
kemudian disadari, bahwa untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan sesuatu
rangkaian usaha yang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan rumah sakit
hanyalah salah satu bagian kecil dari rangkaian usaha tersebut.
Guna mewujudkan hal tersebut, maka Pembangunan Kesehatan diarahkan
untuk lebih mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (Promotif) dan
pencegahan penyakit atau masalah kesehatan (preventif), tanpa mengesampingkan
upaya-upaya penanggulangan atau penyembuhan (Kuratif) dan Pemulihan
(Rehabilitatif) sesuai dengan Paradigma Sehat yang ada. Efektivitas suatu pengobatan,
selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada serta sikap dan
keterampilan para pelaksanannya, juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sikap, pola
hidup pasien dan keluarganya. Selain itu, tergantung juga pada kerjasama yang positif
antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kalau pasien dan
keluarganya memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan dan pencegahan
penyakitnya, serta keluarga pasien mampu dan mau berpartisipasi secara positif, maka
hal ini akan membantu peningkatan kualitas kesahatan masyarakat pada umumnya.
Promosi Kesehatan rumah sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien,

4
keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya. Selain
itu,PKRS juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan
pengunjung rumah sakit untuk berperan secara positif dalam berusaha penyembuhan
dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, PKRS merupakan bagian yang tidak terpisah
dari program pelayanan kesehatan rumah sakit.
Pendidikan yang efektif diawali dengan assessment kebutuhan pembelajaran
pasien dan keluarga. Assesment ini menjelaskan bukan hanya kebutuhan akan
pembelajaran tetapi bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Pasien
dan keluarga yang datang ke rumah sakit mempunyai sosial, pendidikan dan ekonomi
yang berbeda-beda sehingga di rumah sakit sangat penting menggugah kesadaran
minat pasien dan keluarga untuk berperan positif dalam penyembuah dan pencegahan
penyakit. Oleh karena itu edukasi di rumah sakit merupakan bagaian yang tidak
terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Isu Strategis
Promosi Kesehatan di Rumah sakit telah diselanggarakan sejak tahun 1994 dengan
nama Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). Seiring dengan
pengembangannya, pada tahun 2003, isitlah PKMRS berubah menjadi Promosi
Kesehatan Rumah sakit (PKMRS). Seiring dengan pengembangannya, pada tahun
2003, istilah PKMRS berubah menjadi promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Berbagai kegiatan telah dilakuakan untuk mengembangkan PKRS seperti penyusunan
pedoman PKRS, advokasi dan sosialisasi PKRS kepada Direktur rumah sakit
pemerintah, pelatihan PKRS, pengembangan dan distribusi media serta pengembangan
model PKRS antara lain di Rumah Sakit Pasar Rebo di Jakarta dan Rumah Sakit
Syamsuddin, SH di Sukabumi. Namun pelaksanaan PKRS dalam kurun waktu lebih dari
15 tahun belum memberikan hasil yang maksimal dan kesinambungannya di rumah
sakit tidak terjaga dengan baik tergantung pada kuat tidaknya komitmen Direktur rumah
sakit.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa isu strategis yang muncul dalam Promosi
Kesehatan di Rumah sakit, yaitu:

5
1. Sebagian besar Rumah Sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu kebijakan
upaya pelayanan kesahatan di Rumah Sakit.
2. Sebagian besar Rumah Sakit belum memberikan hak pasien untuk memdapatkan
informas tentang pencegahan dan pengobatan yang berhubungan dengan
penyakitnya.
3. Sebagian besar Rumah Sakit belum mewujudkan tempat kerja yang aman,bersih dan
sehat.
4. Sebagian besar rumah sakit kurang manggalang kemitraan untuk meningkatkan
upaya pelayanan yang bersifat preventif dan promotif.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/MENKES/SK/ VI/2000


tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, pemberian
promosi kesehatan yang menyeluruh kepada pasien mengenai merupakan HAK pasien
dan KEWAJIBAN Rumah Sakit dan seluruhTIM medis Rumah sakit. Informasi yang
diberikan dapat mencakup upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
kesehatan (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitative). Promosi kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan, serta dilaksanakan bersama antara unit-unit rumah sakit yang terkait
sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1426/MENKES/SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis promosi Kesehatan Rumah Sakit.
Pemberian informasi medis yang menyeluruh juga dapat membantu pasien untuk
menentukan pilihan diagnostik, terapi maupun rehabilitasi yang nantinya akan
mempengaruhi prognosisnya, sehingga sejalan dengan etika kedokteran mengenai
autonomi pasien. Hal ini juga diharapkan akan membangun hubungan dokter dan
rumah sakit kepada pasien, meningkatkan mutu pelayanan serta menimbulkan rasa
percaya dan aman sehingga komplians pasien juga diharapkan akan lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut diatas dan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan medis
rumah sakit, maka dibentuklah TIM Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS).

Dasar hukum
1. Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan:

6
a. Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggungjawab.
b. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari
tenaga kesehatan
c. Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upara memperoleh
lingkungan yang sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.
d. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.

e. Pasal 17
Pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan aksed terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara
derajatkesehatan yang setinggi-tingginya.
f. Pasal 18
Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
g. Pasal 47
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
meyeluruh dan berkesinambungan.

h. Pasal 55
1. Pemerintah wajib menentapkan standar mutu pelayana kesehatan
2. Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
diatur dengan peraturan Peraturan pemerintah

7
i. Pasal 62
1. Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan
kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau
kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat.
2. Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya uang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk menghindari atau
mengurangi resiko, maslaah dan dampak buruk akibat penyakit
3. Pemerintah dan pemerintah daerahmenjamin dan menyediakan fasilitas untuk
kelangsungan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit tnmjk
4. Ketentuan berlanjut tentang upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit diaturdengan peraturan Menteri.
j. Pasal 115
1. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada fasilitas pelayanan kesehatan
2. Pemerintah Daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya
k. Pasal 168
1. Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efesien diperlukan
informasi kesehatan
2. Informasi kesehatan sebagaimana dimaksudkan ayat (1)dilakukan melalui sistem
informasi dan melalui lintas sektor
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimanadimaskudkan
pada ayat (2)diatur oleh Peraturan Pemerintah

2. Undang-undang RI nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


a. Pasal 1
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayana
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
b. Pasal 4
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna

8
c. Pasal 10, ayat 2
Bangunan Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas ruang , butir m) ruang penyuluhan
kesehatan masyarakat rumah sakit
d. Pasal 29
Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban; butir a)memberikan informasi yang
benar tentang pelayanan Rumah sakit kepada masyarakat.

e. Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak, buti d) memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu sesuai dengan stadar profesi danpstandar prosedur operasional.

3. Surat Keputusan Menteri kesehatan Nomor 267/MENKES/SK II/2010 tentang


Penetapan Road Map Reformasi Kesehatan Masyarakat,dimana hal ini tidak
terpisahkan dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014. Salah
satu Prioritas Reformasi Kesehatan yang dimaksud adalah Rumah Sakit Indonesia
Kelas Dunia (World Class Hospital).

9
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle adalah Rumah Sakit

Umum Daerah Type C yang terletak di Pusat kota Takalar, milik Pemerintah Kab.

Takalar. Di dirikan pada Tahun 1981 merupakan Unit Pelaksana Tehnis daerah yang

dipimpin oleh seorang Direktur.

RSUD Haji Padjonga Daeng Ngalle berubah salah satu unsur organisasi

perangkat daerah dengan disahkannya peraturan daerah tentang pembentukan

susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng

Ngalle dengan Perda ini maka rumah sakit menjadi unsur Lembaga Tehnik Daerah

(LTD) dalam bidang Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Haji

Padjonga Daeng Ngalle dan bertanggung Jawab langsung kepada Kepala Daerah TK II

Kab. Takalar.

Pada Tanggal 21 Agustus 2003 berubah Status dari Type D Ke Type C, dengan

SK MenKes RI No. 119/MenKes/SK/XIII.2003.Pada tanggal 01 januari 2015 RSUD

H.Padjonga Daeng Ngalle dengan tipe C dengan status menjadi BLUD (Badan Layanan

Umum Daerah) dengan keputusan Bupati Takalar No.306 Tahun 2013 tentang

penerapan PPK BLUD H. Padjonga Daeng Ngalle Takalar.

10
BAB III
VISI, MISI DAN MOTTO
BLUD. RSUD. HAJI PADJONGA DAENG NGALLE KAB.TAKALAR

VISI
Mewujudkan RSUD H. Padjonga Daeng Ngalle menjadi rumah sakit dengan
pelayanan kesehatan terbaik di kelasnya tahun 2023

MISI
1. Memberikan Pelayanan spesialistik berkualitas dn terjangkau
2. Meningkatkan kualitas SDM yang maju, unggul, sejahtera dan bermartabat
3. Meningkatkan sarana dan prasarana Sesuai Standar Rumah Sakit.

MOTTO

“KEPERCAYAAN ANDA ADALAH SEMANGAT KERJA KAMI”

11
BAB V
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
(PKRS)

Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar penignktan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembanguanan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan
keluarga miskin.

Pengertian PKRS
Promosi kesehatan di Rumah Sakit adalah upaya Rumah Sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar
pasien dapat mandiri dalammempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah masalah-msalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat, melalui pembelajaran dari oleh, untuk dan bersama
mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang
berwawasana kesehatan.

Visi
Oleh karena itu Kementeriaan Kesehatan menetapkan visi yaitu “ Masyarakat
Sehat yang mandiri dan Berkeadilan”.

12
Misi PKRS BLUD. RSUD. HAJI PADJONGA DAENG NGALLE KAB. TAKALAR

1) Menyelenggarakan pelayanan edukasi informasi medis yang meyeluruh dan


berorientasi pada ilmu kedokteran berbasis bukti kepada pasien dan keluarga
2) Meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan medis dengan cara memberikan
informasi terpadu yang dibutuhkan pasien dan keluarga mengenai kondisi
kesehatannya dan memfasilitasi pemilihan rencana promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif
3) Memfasilitasi pengendalian mutu dan biaya kesehatan melalui transparansi
informasi sehingga pasien dan keluarganya mendapatkan rasa aman dan percaya

Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang termasuk dalam subsistem


Upaya Kesahatan. Rumah Sakit tidak boleh dipandang sebagai suatu entitas yang
terpisah dan berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Peran rumah sakit adalah
mendukung pelyanana kesehatan dasar melalui penyediaan fasilitas rujukan dan
mekanisme bantuan. Menurut WHO,“ Rumah sakit harus terintegrasi dalam sistem
kesehatan dimana ia berada. Fungsinya adalah sebagai pusat sumber daya bagi
peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.” Reformasi
perumahsakitan di Indonesia sangat diperlukan mengingat masih banyaknya rumah
sakit yang hanya menekankan pelayanannya kepada aspek kuratif dan rehabilitatif saja.
Padahal keadaan ini menyebabkan rumah sakti menjadi sarana kesehatanyang “elit:
dan terlepas dari sistem kesehatan dimana ia berada.
Penerapan paradigma diatas akan sangat berpengaruh terhadapan pendekatan
yang harus dilaksanakan dalam promosi kesehatan. Untuk itu pengembangan promosi
kesehatan dirumah sakit pelru dilakukan sesegera mungkin. Untuk memeprcepat upaya
PKRS menjadi bagian dari upaya pelayanan kesehatan Rumah Sakit maka PKRS dirasa
penting menjadi salah satu standard PKRS yang dapat dijadikan acuan dalam
penyusunana instrumen akreditasi rumah sakit di Indonesia.

13
Falsafah
Memberikan pelayanan edukasi kesehatan selektif, meyeluruh dan terpercaya
secara profesional, efektif dan efisien yang dibutuhkan pasien dan keluarga mengenai
kondisi kesehatan.

Nilai
a. Selektif
Informasi medis yang diberikan adalah unik bagi setiap individu dan berdasarkan
hanya yang terkait dengan kondisi kesehatannya dan apa yang dibutuhkan oleh
pasien tersebut .
b. Menyeluruh
Meliputi setiap aspek yang dibutuhkan pasien maupun keluarganya seperti
rencana promotif, diagnosis kerja, rencana diagnostik, rencana terapi, prognosis,
rencana rehabilitatif dan rencana preventif.
c. Terpercaya
Informasi medis yang diberikan berdasarkan ilmu kedokteran berbasis bukti dan
komprehensif.
d. Profesional
Dalam memberikan pelayanan edukasi informasi medis dilakukan secara
profesional.
e. Efektif dan efisien
Memberikan pelayanan pasien dan keluarga serta bekerjasama dengan mittra
kerja secara efektif dan efisien .

Tujuan
Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien RS serta
pemeliharaan lingkungan RS dan termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan
yang disediakan Rumah sakit. Meningkatkan kualitas pelayanan medis dengan
memberikan informasi medis yang selektif, terpercaya dan menyeluruh kepada
setiap pasien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan cara

14
menyediakan informasi yang dibutuhkan pasien maupun keluarganya seperti
rencana promotif, diagnosis kerja, rencana diagnostik, rencana terapi, prognosis,
rencana rehabilitatif dan rencana preventif.

Sasaran PKRS
Sasaran Promosi Kesahatan di Rumah sakit adalah masyarakat di rumah sakit, yang
terdiri dari:
 Petugas
 Pasien
 Keluarga pasien
 Pengunjung
 Masyarakat yang tinggal/ berada di sekitar rumah sakit

Ruang Lingkup promosi kesehatan


Pada dasarnya banyak tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di
RS. Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Di dalam gedung
Di dalam gedung RS, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit, Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam
gedung, terdapat peluang-peluang:
- Di ruang pendaftaran/ adminsitrasi, yaitu di ruang dimana pasien/klien
harus melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan RS.
- PKRS dalam pelayanan Rawat Jalan bagi pasien,yaitu di poliklinik-poliklinik
seperti poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata,
poliklinik bedah, poliklinik penyakit dalam dan lain-lain.
- PKRS dalam pelayanan Rawat Inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang
gawat darurat, rawat intensif dan rawat inap.
- PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi pasien yaitu pelayanan
obat/apotik, pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi medik.

15
- PKRS dalam pelayanan bagi klien (Orang sehat), yaitu seperti di pelayanan
KB, konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan jiwa,
konseling kesehatan remaja, dan lain-lain.
- PKRS di ruang Pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien
rawat inap harsu menyelesaikan pembayaranrawat inap, sebelum
meninggalkan RS.

Promosi kesehatan oleh TIM PKRS dalam pelayanan-pelayanan diatas ditangani


oleh unit unit TIM PKRS.

b. Di luar gedung
Kawasan luar gedung RS yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk
PKRS, yaitu:
- PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung
parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan/ gedung
parkir.
- PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/sekitar
maupun di dalam/halaman dalam RS.
- PKRS di kantin/warung-warung/kios-kios yang ada di kawasan RS
- PKRS di tempat ibadah yang tersedia di sekitar RS
- PKRS di pagar pembatas kawasan RS
- PKRS di dinding luar RS
TIM PKRS berada dibawah naungan pelayanan medis BLUD. RSUD. Haji Padjonga
daeng Ngalle Kab. Takalar dan berkoordinasi dengan DPJP, dokter ruangan dan
seluruh jajaran unit pelayanan Rumah Sakit dalam menyampaikan informasi medis
kepada pasien. Informasi medis tertulis yang diberikan meliputi 10 penyakit terbanyak di
BLUD. RSUD. Haji Padjonga daeng Ngalle Kab. Diare,. Dyspepsia, Hipertensi, Demam
Typoid, Bronchopneumonia, TB Paru, ISK, DM, DBD, Bronchitis ( Rawat Inap) dan DM,
Dyspepsia, TB Paru, Katarak, Hipertensi, LBP, Struma, Pulpitis, Hernia, Bronchitis
(Rawat Jalan). Takalar yaitu: Pemberian promosi kesehatan dapat dilaksanakan di
setiap instalasi rumah sakit dan oleh personel medis yang berkompetensi di bidang

16
tersebut terutama rawat inap, rawat jalan, penunjang medis, fisioterapi, farmasi dan lain-
lain. Informasi diluar kategori 10 penyakit terbanyak disampaikan secara lisan oleh sub
unit TIM PKRS baik di seluruh instalasi rumah sakit maupun di suatu ruangan PKRS
khusus.

Tatalaksana
Promosi kesehatan Rumah sakit adalah suatu TIM rumah sakit yang terdiri
dariTIM medis dan non medis yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan
informasi medis serta mengedukasi pasien rumah sakit mengenai kondisi yang
berhubungan dengan penyakit pasien di area rumah sakit yaitu rawat inap (saat dirawat
dan sebelum pasien pulang), rawat jalan, IGD dan penunjang medis.TIM tersebut
merupakan titik akhir pelayanan TIM medis BLUD. RSUD. Haji Padjonga daeng Ngalle
Kab. Takalar. Pelayanan TIM PKRS terdiri dari pelayanan promosi kesehatan dan
informasi yang berhubungan dengan pasien.
Tujuan:
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu penjelasan lebih
dalam tentang penyakitnya secara holistik
Tujuan Khusus
 Rawat inap : memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu
penjelasan lebih dalam mengenai penyakitnya pada saat awal perawatan, selama
perawatan dan ketika pasien akan pulang
 Rawat jalan:
 memberikan edukasi dan informasi kepada pasien mengenai kondisi
penyakitnya dan memberikan saran medis dan pemeriksaan diagnostik
(laboratorium atau radiologi) yang menunjang ketepatan diagnosis pada
pasien tersebut
 merujuk pasien kepada dokter spesialist yang berkompeten menangani
penyakit pasien tersebut
 membuatkan resume medis pasien

17
Rawat inap
1. Apabila pasien baru masuk kedalam kategori 10 penyakit terbanyak di ruang
rawat inap BLUD. RSUD. Haji Padjonga daeng Ngalle Kab. Takalar, perawat
mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien
sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang
membutuhkan informasi dari lebih dari satu subunit PKRS yaitu Customer
service/ Admisi RS, Medical Informasi, farmasi, fisiotererapi, keperawatan, PPI
dan Gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang
diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan
kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan
edukasi sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.
2. Apabila pasien baru tidak masuk kedalama kategori 10 penyakit terbanyak maka
edukasi diserahkan kepada DPJP atau dokter ruangan atau subunit PKRS yang
terkait.
3. Apabila pasien dan/ keluarga yang sedang dirawat di ruang rawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit,
evaluasi, rencana terapi dan lain-lain, maka perawat dapat meminta bantuan
DPJP/ dokter ruangan atau subunit TIM PKRS yang terkait.
4. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian
informasi akan diberikan sesuai dengan poin 1-3 diatas ( apabila masih
membutuhkan).
5. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan Clinical
pathway adalah dokter ruangan/ DPJP dan informasi pulang pasien dapat
diberikan oleh perawat.
6. Setiap pasien yang diedukasi WAJIB di catat nama, no rekam medik, DPJP,
diagnosa dan kode pamflet pemberian edukasi (bila tersedia) atau ringkasan
poin-poin edukasi secara tertulis apabila tidak terdapat dalam pamflet yang
tersedia.
7. Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai dengan SPO pemberian
edukasi dan SPO pemberian edukasi kolaboratif.
8. Pencatatan pasien yang teredukasi sesuai dengan SPO pencatatan LOGBOOK

18
9. Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-lambatnya 1 x 24 jam dari waktu
DPJP mendiagnosis pasien
10. Apabila ada pertanyaan pasien yang tidak dapat dijawab saat itu juga oleh DPJP,
PPJP, dokter ruangan atau subunit TIM PKRS terkait, maka jawaban standard
yang akan diberikan adalah sebagai berikut: “Saya belum ada jawaban
mengenai pertanyaan tersebut namun akan saya konfirmasikan kepada dokter
spesialis yang merawat anda dan akan saya sampaikan jawaban pertanyaan
anda secepatnya. Mohon memberikan nomer telpon yang dapat dihubungi”.
11. Disetiap unit terkait akan disediakan 1 folder berisi lembar edukasi dari unit yang
bersangkutan, dijaga agar tetap tersedia ( 50 lembar per materi/bulan)

19
ALUR PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

Pasien masuk

10 penyakit terbanyak Penyakit lainnya

Diagnosis DPJP Diagnosis DPJP

PROMOSI KESEHATAN

Dokter ruangan Unit PKRS terkait Unit PKRS


DPJP Dokter ruangan
terkait

Clinical
pathway Edukasi
Materi
edukasi pulang
Formulir pemberian
edukasi

Formulir edukasi
kolaboratif

LAPORAN BULANAN

20
Rawat jalan
1. Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk kedalam kategori 10
penyakit terbanyak, maka di ruang rawat jalan BLUD. RSUD. Haji Padjonga daeng
Ngalle Kab. Takalar, perawat mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi
yang dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi
kepada pasien yang membutuhkan informasi dari lebih dari satu subunit PKRS
yaitu Customer service, Medical Informasi, farmasi, fisiotererapi, keperawatan, PPI
dan Gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang
diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan
kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan
edukasi sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.
2. Apabila pasien datang pada saat jam kerja (Senin- Jumat, pkl 08.00-17.00) maka
pasien dapat dijelaskan verbal dan diberikan leaflet edukasi sesuai dengan
penyakitnya oleh subunit PKRS terkait.
3. Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka pasien akan
mendapatkan informasi tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit terkait.
4. Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya
oleh subunit tertentu, maka pasien diharuskan membuat perjanjian pada hari kerja
berikutnya. Apabila pasien tidak masuk kedalam 10 penyakit terbanyak maka
informasi akan diberikan oleh DPJP terkait/ dokter jaga (pada jam kerja)
5. Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosis atau
konsulatasi awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan
diberikan oleh dokter medical information sesuai dengan SPO pemberian edukasi.

21
STRUKTUR ORGANISASI
TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

DIREKTUR
Dr. Darwis, Sp.M,M.Kes
dr
dr
Kabid Pelayanan Masyarakat
Mustari, S.Sos,M.Si

KetuaTIM PKRS
Nahdawati, SKM

……………………..
Sekretaris TIM PKRS
Hj. Nurhayati, S.Kep.Ns

……………………..

Unit Hub. Masyarakat dan


UNIT PELAYANAN PENYULUHAN Pelayanan Publik
Rosmiati,SKM H. Nasir, SKM.M.Kes.

Unit Media Elektronik/Dokumentasi Unit Perlengkapan/ Rumah Tangga


Media Cetak dan website
Zalsan,P.Sila,AMK ABDULLAH, S.KEP

22
BAB VII
URAIAN TUGAS TIM PKRS

1. K e t u a
a. Memimpin Tim PKRS agar selalu dalam keadaan siap untuk
penyelenggaraan pelayanan dengan lancar dan bermutu.
b. Merencanakan keperluan pengembangan program baik berupa kegiatan,
sarana, peralatan dan bahan-bahan guna penyelenggaraan pelayanan
penyuluhan.
c. Dalam perencanaan tersebut dan dalam menjaga kesiapan fasilitas
untuk
d. penyelengggaraan pelayanan penyuluhan, kepala instalasi selalu
berkoordinasi dan mengadakan kerjasama dengan kepala SMF, kepala
Instalasi lain dan kepala-kepala satuan kerja lain.
e. Pembinaan operasional untuk penyelenggaraan pelayanan
penyuluhan dan humas untuk mencapai koordinasi dan kelancaran
pelayanan
f. Pembinaan profesional untuk meningkatkan mutu profesional SDM
dilakukan oleh kelompok profesi terkait.

2. Sekretaris
a. Membantu Ketua Tim dalam melaksanakan tugasnya.
b. Bertindak sebagai wakil Ketua Tim apabila Ketua Tim berhalangan.
c. Memantau dan membina penyelenggaraan pelayanan sehari-hari.
d. Melaksanakan koordinasi dalam pengelolaan Kesekretariatan dan
Perlengkapan
e. Membatu Ketua tim dalam Pengelolaan mencakup Perencanaan,
Pengadaan, Pemantauan, Perbaikan, Pencatatan dan pelaporan.
f. Mengendalikan surat-surat masuk dan keluar serta menjamin
kelancaran lalu lintas surat menyurat yang masuk ke Tim PKRS
g. Menata dan mengarsipkan semua jenis- jenis laporan dan dokumen Tim

23
PKRS
h. Membantu Ketua Tim menyusun anggaran Tim PKRS.
i. Melaksanakan tugas lain sesuai yang ditugaskan oleh Ketua.

3. Unit Pelayanan Penyuluhan


a. Membantu Ketua Tim dalam menyusun rencana kegiatan penyuluhan di
dalam dan di luar rumah sakit.
b. Mengadakan koordinasi dengan Supervisor SMF/Instalasi/Bidang dan
instansi terkait
c. Menyusun laporan kegiatan pelayanan penyuluhan.
d. Mengadakan evaluasi kegiatan pelayanan penyuluhan.
e. Mengerjakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua tim

4. Unit Hub. Masyarakat dan Pelayanan Publik


a. Menyusun rencana pendidikan dan pelatihan untuk menjaga
kelancaran dan mutu pelayanan di Tim PKRS.
b. Bidang pendidikan dan pelatihan dapat mencakup semua aspek
penyuluhan seperti kemampuan interpersonal yang dipandang perlu untuk
menjaga mutu pelayanan.
c. Pendidikan dan pelatihan dapat juga dilakukan terhadap kelompok-
kelompok kesehatan / kelompok masyarakat di luar BLUD. RSUD. Haji
Padjonga daeng Ngalle Kab. Takalar
d. Dalam melaksanakan tugasnya melakukan koordinasi dan kerjasama
dengan :
- Bidang Diklat BLUD. RSUD. Haji Padjonga daeng Ngalle Kab. Takalar
- SMF, Para Kabid/ Instalasi dan Kasi
- Satuan-satuan kerja lain yang dipandang perlu
e. Mengkoordinasikan penelitian, menyusun usulan penelitian untuk
perbaikan mutu pelayanan.
f. Mengerjakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Tim.

24
5. Unit Media Elektronik/Dokumentasi
Media Cetak dan website
a. Membuat perencanaan pengadaan alat pandang dengar sebagai alat
bantu penyuluhan.
b. Mempersiapkan peralatan dan sound system yang diperlukan untuk
kegiatan
c. pelayanan penyuluhan.
d. Merekam dan mendokumentasikan kegiatan penyuluhan baik yang
disiarkan melalui TV, radio, maupun kegiatan lain yang dipandang perlu.
e. Menggandakan dokumentasi-dokumentasi tersebut.
f. Merencanakan dan membuat kegiatan penyuluhan melalui media
elektronik yang merupakan produksi sendiri.
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Instalasi.
h. Menyiapkan bahan dokumentasi kegiatan Direktur dan seluruh
k e g i a t a n d i BLUD. RSUD. Haji Padjonga daeng Ngalle Kab. Takalar
Menyiapkan dan menyebarluaskan dokumentasi foto untuk bahan
pemberitaan
i. Menyiapkan, menyimpan dan memelihara peralatan dan hasil
dokumentasi
j. Menyampaikan semua informasi pelayanan RS
k. Menulis berita peliputan
l. Upload berita dan foto di website
m. Menjawab pertanyaan di email dan website
n. Merencanakan pembuatan media penyuluhan dengan materi yang
diperoleh dari Lokakarya SMF/Instalasi/Bidang dalam bentuk Slide,
Leaflet,booklet, dan poster.
o. Koordinasi dengan bagian percetakan.
p. Mengatur pendistribusian media cetak ke seluruh rumahsakit
q. Mengerjakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Tim.
6. Unit Perlengkapan/ Rumah Tangga
a. Mengelola kebersihan dan keamanan ruangan dalam, halaman dan kamar

25
tempat penyuluhan dilaksanakan.
b. Memelihara sarana dan prasarana tim KPRS
c. Menyiapkan kebutuhan konsumsi/ snack untuk peserta penyuluhan
d. Menyiapkan alat transportasi jika dibutuhkan
e. Mengerjakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Tim.

26
BAB VIII
JENIS-JENIS PANDUAN PELAYANAN PKRS

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Pengertian Komunikasi
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain
melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang
dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin,
1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).

Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud
oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).

Gambar
Oh saya
Dia Mengerti… mengerti..
o
Umpan Balik

Gangguan

Komunikator Pesan Saluran Komunikan

Unsur komunikasi
1. Sumber/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Irna,Kasir,dll)

27
2. Isi pesan
3. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan).
4. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, Admission).

Sumber / komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan
adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta
kejelasan apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik. (konsil kedokteran
Indonesia, hal.8)
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya
luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan, cara berbicaranya nya jelas
dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan)

Isi Pesan (apa yang disampaikan)


Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian, penerimanya.

Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat
berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media
dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka
dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran
Indonesia, hal.8). Media yang dapat digunakan: Melalui telepon, menggunakan lembar
lipat, buklet, vcd, (peraga).

Penerima / komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim
dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah
berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik

28
kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunkasi berlangsung
dua arah. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8). Pemberi/komunikator yang baik adalah
pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal
berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):
1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan,
klarifikasi, paraphrase, intonasi.
2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar
tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan
gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelyanan promosi).
3.1. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
3.1.1 Jam pelayanan
3.1.2 pelayanan yang tersedia
3.1.3 Cara mendapatkan pelayanan
3.1.4 Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Akses
informasi ini dapat di peroleh melalui Customer Service, Admission, dan
Website.

3.2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi):


3.2.1. Edukasi tentang obat. (Lihat pedoman pelayanan farmasi)
3.2.2. Edukasi tentang penyakit. (Lihat Pedoman Pasien)
3.2.3. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari. (Lihat Pedoman
Pelayanan, Pedoman Fisioterapi)
3.2.3.Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk

29
Meningkatkan qualitas hidupnya pasca dari rumah sakit. (Lihat
Pedoman Pelayanan,
Pedoman Gizi, Pedoman Fisioterapi, Pedoman Farmasi).
1.2.4. Edukasi tentang Gizi. (Lihat Pedoman Gizi).

Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan nantinya
akan menjadi sebuah unit PKRS (penyuluhan kesehatan Rumah Sakit).

Komunikasi yang efektif


Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
prosesnya adalah:
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.

Gambar: Jadi isi pesannya ini yah


Yah.. benar. pak…

Dikonfirmasikan

Komunikator Isi pesan Ditulis Dibacakan Komunikan

Dalam menuliskan kalimat yang sulit, ,maka komunikan harus menjabarkan hurufnya
satu persatu dengan menggunakan alfabeth yaitu:
Kode Alfabet International:

30
Sumber: Wikipedia
Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya.
Prosesnya:

31
Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan
edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap
asesmen pasien, di temukan :
a. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
b. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan
tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada
pasien dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung)
dan menjelaskannya kepada mereka.
c. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak
mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.

Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi
yang diberikan:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi
pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan
kembali eduksi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira
apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya

32
dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan
tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang
diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang
langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang


disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti
semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan
pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga
pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.

PANDUAN ASESMEN NUTRISI PASIEN


Panduan asssessment nutrisi pasien disebut juga dengan program Nutrition Care
Process (NCP) atau Proses Asuhan Gizi (PAG).

Definisi Nutrition Care Process


Suatu metode pemecahan masalah yang sistematis, dimana dietisien menggunakan
cara berpikir kritis dalam membuat suatu keputusan yang tepat terkait masalah gizi
sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi.
LANGKAH-LANGKAH NCP  ADIME
1. Nutrition Assessment (Penilaian Gizi)
2. Nutrition Diagnosis (Diagnosa Gizi)
3. Nutrition Intervention (Intervensi Gizi)
4. Nutrition Monitoring and Evaluation ( Monitoring dan Evaluasi Gizi)

33
Format yang dikenal dengan istilah ADIME mulai dicoba ditulis pada dokumen medik
pasien.

Assessment Gizi
Definisi
Proses pengumpulan data, verifikasi dan interprestasi data secara sistematis dalam
rangka membuat keputusan mengenai penyebab masalah gizi.
Komponen Assessment Gizi
1. Riwayat gizi/makanan
 Asupan makanan
Yaitu komposisi dan kecukupan gizi, pola makan dan snack, kebiasaan
makan di rumah, pantangan/alergi makanan, diet yang pernah dilakukan
 Kesadaran terhadap gizi dan kesehatan
Yaitu pengetahuan dan kepercayaan terhadap makanan, konsultasi dan
pendidikan gizi yang pernah didapat.
 Aktifitas fisik dan exercise
Yaitu status fungsional, pola aktifitas, jumlah waktu santai, intensitas,
frekwensi dan lamanya.
 Ketersediaan makanan
Yaitu perencanaan makan, pembelian, kemampuan dan keterbatasan
menyiapkan makanan, keamanan makanan.

2. Data biokimia, pemeriksaan dan tindakan medik


 Data laboratorium
Yaitu elektrolit, albumin, glukosa darah, Hb dll
 Pemeriksaan medik
Yaitu waktu pengosongan lambung, densitas mineral tulang, adanya foto
thorax, obat yang diberikan, tindakan yang dilakukan, serta tujuan
tindakan.

34
3. Ukuran antropometry
 TB
 BB
 IMT
 Perubahan Berat Badan
 Pertumbuhan
 LILA
 Massa Otot
 Lingkar Perut/Pinggang
 Tebal Lemak/Skinfold Thickness

4. Hasil pemeriksaan fisik


 Kesehatan mulut : gigi, lidah, gusi
 Penampilan Fisik Secara Umum
 Otot dan Lemak Subkutan
 Mata
 Kulit
 Kemampuan mengunyah dan menelan
 Kebiasaan buang air

5. Riwayat Pasien
 Riwayat sosial
status ekonomi, budaya, kepercayaan, situasi rumah.
 Riwayat individu
umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, kedudukan dalam keluarga.
 Riwayat kesehatan
penyakit saat ini dan dulu, riwayat operasi, penyakit keluarga.
 Riwayat Pemakaian obat dan Suplemen apakah obat sesuai resep
dokter/suplemen diet/herbal.

35
Diagnosa Gizi
Tujuan
Identifikasi masalah gizi yang dapat diatasi atau diperbaiki melalui intervensi gizi oleh
seorang dietisien.

Komponen Diagnosa Gizi


 (P) Problem/Masalah
Yaitu Perubahan meningkat/menurun, kekurangan/kelebihan, tidak
seimbang, tidak tepat, gangguan dan kesulitan.
 (E) Etiology
Yaitu Penyebab atau factor yang berhubungan dengan penyakit.
 (S) Signs/Tanda dan gejala
Yaitu bukti dari adanya masalah dari data objektif (pengukuran) dan dari
data subjektif mengenai apa yang dirasakan oleh pasien.

Intervensi Gizi
Tujuan
Mengatasi atau memperbaiki masalah gizi dengan merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi gizi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pasien

Strategi Intervensi Gizi


1. Food and Nutritient Delivery
Menyediakan atau merekomendasikan makanan/gizi sesuai ketentuan, termasuk
makanan, snack, makanan cair dan parenteral maupun suplemen.
2. Edukasi Gizi
Proses formal atau mengajari dan melatih pasien mengenai
mengelola/memodifikasi makanan atau kebiasaan makan sehari-hari.
3. Konsultasi Gizi

36
Proses dukungan pada pasien untuk menetapkan prioritas, membuat tujuan,
rencana kegiatan yang disetujui serta hendaknya kegiatan tersebut bisa
dilaksanakan.
4. Koordinasi Pelayanan Gizi
Merujuk atau mengkonsulkan dengan institusi pemberi layanan kesehatan
lainnya yang dapat mengatasi masalah gizi.

Monitoring Dan Evaluasi Gizi (Monev)


Tujuan
Mengetahui seberapa jauh kemajuan serta perkembangan pada penyakit yang diderita ,
yaitu dilihat dari :
 Kebiasaan dan kemampuan dari lingkungan yang berpengaruhi asupan
gizi.
 Asupan makanan dari semua sumber.
 Tanda dan gejala fisik dari hasil pengukuran antropometri, laboraorium
dan fisik.
 Persepsi pasien mengenai intervensi gizi jelas atau tidaknya serta apakah
dapat dijalankan sesuai anjuran.

PANDUAN PELAYANAN INFORMASI GIZI


Pelayanan gizi di BLUD. RSUD. Haji Padjonga daeng Ngalle Kab. Takalar merupakan
suatu penyelenggaraan makanan kepada masyarakat BLUD. RSUD. Haji Padjonga
daeng Ngalle Kab. Takalar baik pasien maupun karyawan yang diawali dari
perencanaan menu sampai pendistribusian makanan kepada pasien/konsumen dalam
rangka pencapaian status gizi yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam
keterlibatannya di TIM KRS, instalasi gizi bertujuan untuk menyampaikan informasi
mengenai diet yang sesuai dengan kondisi penyakit pasien serta mengkomunikasikan
informasi pemilihan menu maupun terpai gizi yang diindikasikan oleh dokter atau ahli
gizi. Instalasi gizi juga bertanggungjawab untuk melakukan assessmen nutrisi pasien
dan melaksanakan konsultasi gizi kepada pasien/klien rumah sakit.
Pelayanan informasi gizi yang tersedia bagi pasien terdiri dari sebagai berikut:

37
1. Panduan Assesmen nutrisi pasien (lihat pedoman assessmen nutrisi pasien)
2. Memberikan Informasi Gizi Kepada Pasien Rawat Inap bahwa yang penyajian
makanannya adalah makanan nabati. (Lihat SPO)
3. Memberikan Konsultasi Gizi Kepada Pasien Rawat Inap dan Pasien Rawat Jalan.
4. Memberikan Pelayanan Tata Cara Berkonsultasi Gizi Kepada Pasien.
5. Formulir pemberian makanan harian
6. Materi edukasi diet:
a. Diet cair/ SONDE
b. Diet Jantung
c. Diet Rendah Kalori
d. Diet lambung
e. Diet Rendah Protein
f. Perencanaan makan untuk ibu hamil dengan diabetes
g. Diet Diabetes Melitus
h. Diet Nepfropati Diabetes
i. Diet Dislipidemia
j. Hidup sehat dengan nabati
k. Perencanaan makanan bagi penyandang diabetes yang berpuasa di
bulan ramadhan
l. Diet rendah garam
m. Diet hati
n. Diet rendah purin (Pemantauan asuhan gizi

38
PANDUAN PELAYANAN INFORMASI FISIOTERAPI/ REHABILITASI
Unit instalasi fisioterapi adalah unit pelayanan medis yang bertujuan pelayanan
rehabilitasi medis yang komprehensif, berkualitas dan terjangkau (dengan cara
mencegah, mengurangi impairment atau kelainan, dissability / ketidakmampuan dan
handicap / ketunaan) oleh masyarakat luas sesuai dengan standar BLUD. RSUD. Haji
Padjonga daeng Ngalle Kab. Takalar Adapun beberapa informasi yang diberikan bagi
pasien yang mendapatkan pelayanan fisioterapi :
1. Informasi saat dilakukan assasment/pemeriksaan
Adalah informasi yang diberikan kepada pasien saat awal pasien datang
konsultasi sebelum dilakukan tindakan atau treatment, dengan tujuan agar
pasien mengerti dan memahami kondisi penyakit, diagnosa maupun prognosa
dari penyakitnya serta tindakan apa yang diberikan untuk mengatasi keluhan
keluhannya.
2. Informasi saat diberikan tindakan fisioterapi.
Adalah Informasi yang diberikan oleh fisioterapis mengenai prosedur
pelaksanaan tindakan fisioterapi terhadap kondisi masing masing pasien yang
meliputi:
Tujuan diberikannya treatment,persiapan sebelum treatment, selama
intervensi/treatment dilaksanakan, maupun setelah treatment selesai
dilaksanakan.
3. Informasi pencegahan terjadinya cidera / keluhan berulang.
Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan teknik
pencegahan terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap
saat dapat muncul seiring dengan aktifitas yang dilakukan.
4. Informasi berupa program di rumah/diluar waktu terapi di rumah sakit/klinik.
Informasi ini berupa teknik teknik latihan ataupun treatment sederhana dan
mudah dilaksanakan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun
mempercepat perbaikan kondisi mereka.
Informasi ini diberikan sedemikian rupa sehingga memudahkan mereka
melakukannya kapanpun dan dimanapun mereka berada.

39
PANDUAN PELAYANAN INFORMASI FARMASI
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat. Subunit tersebut bertujuan untuk menyelenggarakan
kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi serta
melaksanakan KIE ( Komunikasi Informasi dan Edukasi ) mengenai obat.
Pelayanan informasi farmasi terdiri atas:
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konselling tatacara minum obat bagi
pasien (lihat SPO)
2. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat inap
3. Informasi pelayanan farmasi pasien akan pulang (lihat SPO)
4. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat jalan (lihat SPO)

40
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring kinerja PKRS dilakukan dengan pemantauan setiap hari oleh setiap PJ unit terkait,
dokumentasi permintaan PKRS di status pasien, pencatatan pasien yang teredukasi di formulir
pemberian informasi dan formulir pemberian edukasi kolaboratif. Monitoring jumplah pamflet
yang tersedia dilakukan dengan penyediaan lembar untuk setiap topik materi edukasi disetiap
unit terkait setiap bulannya dan dilakukan refill atau pengisian ulang setiap bulannya. Apabila
pamflet habis sebelum sebulan, maka permintaan pamflet dapat dilakukan ke TIM PKRS (lihat
lembar permintaan pamflet edukasi)

Evaluasi kualitas sumberdaya manusia dan fasilitas dilakukan dengan survey lapangan setiap
bulan dan pelatihan mengnai materi edukasi unit-unit PKRS setiap 6 bulan sekali. Evaluasi
kinerja TIM PKRS dilakukan dengan laporan bulan dari setiap unit PKRS, laporan bulanan TIM
PKRS dan survery kepuasan pelanggan setiap 3 bulan.

41
BAB X
DOKUMEN BUKTI

Dokumen bukti adalah segala bentuk informasi tertulis dalam rangka promosi kesehatan yang
dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi:
1. Materi edukasi
2. Standard prosedur Operasional (SPO)
3. Formulir
4. Lembar permintaan
5. Dan lain sebagainya
Semua dokumen ini digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan PKRS dan penerapan
pelayanan PKRS bagi setiap pasien.

42
BAB XI
PENUTUP

Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini disusun agar menjadi acuan
dalam pengembangan kegiatan PKRS dan pengembangan Akreditasi Rumah Sakit yang
berhubungan dengan promosi kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan Rumah sakit.
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah urusan
mereka yang bertugas di unit PKRS saja, PKRS adalah tanggung jawab dari Direksi RS, dan
menjadi urusan (tugas) bagi hampir sleuruh jajaran RS. Yang plaing penting dilaksanakan
dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik pmeberdayaan terhadap pasien
(rawat jalan dan rawat inap) maupun terhadapa klien sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil, jika didukung oleh
upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadapa mereka yang
paling berpengaruh terhadap pasien/klien. Sedangkan advokasi dilakukan terhadap mereka
yang dapat mendukung.membantu RS dari segi kebijakan (peraturan perundang-undangan)
dan sumber daya, dalam rangka memberdayakan pasien/klien.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut harus
dapat dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yangbersangkutan.

43

Anda mungkin juga menyukai