Anda di halaman 1dari 123

PERAN GURU KELAS DALAM MENINGKATKAN AKHLAK SISWA KELAS V

SD NEGERI 27 WOJA KABUPATEN DOMPU TAHUN AJARAN 2019/2020

Di ajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program


Sarjana Pendidikan (S I) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh :

SOPAN SOPIAN
NIM. 71512A0016

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2019/2020

i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH
Jl. KH.Ahmad Dahlan No.1 Mataram Telp. (0370) 630775

PERSETUJUAN

Skripsi Penelitian Sopan Sopian,NIM 71512A0016 yang berjudul “Peran


Guru Kelas Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Dan Akhlak Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu” telah memenuhi syarat dan
disetujui untuk dimunaqasyah–kan disetujui pada tanggal 2020.

Di bawah bimbingan :
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Abdul Wahab, MA Aqodiah, M.Pd.I


NIDN 0812086701 NIDN 0815027401

Mengetahui
Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah
Fakultas Agama Islam

Aqodiah, M.Pd.I
NIDN : 0815027401

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM


ii
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH
Jl. KH.Ahmad Dahlan No.1 Mataram Telp. (0370) 630775

NOTA DINAS PEMBIMBING


Hal : Munaqasyah
Mataram, 2020

Kepada
Yth. Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram
di -
Mataram
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing dan


pedoman penulisan skripsi, maka berpendapat bahwa skripsi Sopan Sopian,NIM
71512A0016. Yang berjudul Peran guru kelas dalam meningkatkan kedisiplinan
dan akhlak Siswa kelas v SDN 27 Woja Dompu tahun pelajaran 2019/2020” telah
memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Mataram.

Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terimakasih .


Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Drs.Abdul Wahab,MA Aqodiah, M.Pd.I


NIDN 0812086701 NIDN 0815027401

iii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PERAN GURU KELAS DALAM MENINGKATKAN AKHLAK SISWA


KELAS V SD NEGERI 27 WOJA KABUPATEN DOMPU TAHUN
AJARAN 2019/2020

Skripsi ini atas Nama Sopan Sopian telah di pertahankan didepan Dosen Penguji
program Studi Pendidikan Guru Madrasah IbtidaiyahFakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Mataram

Tanggal..............................2020
Dewan Penguji terdiri dari :

1. Drs. Abdul Wahab, MA (..................................)


NIDN : 08120867017 Pembimbing 1

2. Mustapa Ali, M.Pd (..................................)


NIDN : 08051085503 Pembimbing II

Mengesahkan
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
Dekan FAI

Drs. Abdul Wahab, MA


NIDN : 08120867017

iv
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sopan Sopian

NIM : 71512A0016

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah (PGMI)

Fakultas : Agama Islam

Universitas : Universitas Muhammadiyah Mataram

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Peran Guru Kelas
Dalam Meningkatkan Akhlak Siswa Kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten
Dompu Tahun Ajaran 2019/2020” ini secara keseluruhan adalah hasil peneliti atau
karya saya sendiri, kecuali pembagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Apabila di belakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap
dilepas gelar keserjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Muhammadiyah Mataram

Mataram, Juli 2020

Sopan Sopian
NIM. 71512A0016

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini terlaksana dengan
baik.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dengan segala
kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua saya yang saya cintai,papa dan mama yang selama ini telah
berjuang, memberikan dukungan, doa dan penyemangat sehingga skripsi ini
bisa terselesaikan. Semoga bapak dan ibu diberi kesehatan, keberkahan, dan
rezeki dari Allah SWT. Untuk kakak dan ke lima adik saya terima kasih atas
doa dan dukungannya. Dan keluarga besar saya yamg selalu memberi do’a
dan dukungan selama ini.
2. Drs. Abdul Wahab, MA selaku pembimbing I yang tidak pernah henti-
hentinya memberikan bimbingan, nasehat, arahan dan mengoreksi demi
terselesainya skripsi ini dengan penuh kesungguhan, ketulusan dan keikhlasan.
3. Aqodiah,M.pd.i selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya ditengah-tengah kesibukanya untuk membimbing dan mengarahkan
dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
4. Dr.H. Arsyad Abd Gani., M.Pd Prof.selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Mataram atas kesempatan dan fasilitas yang di berikan
selama mengikuti pendidikan.
5. Drs.Abdul Wahab, MA., selaku Dekan FAI Universitas Muhammadiyah
Mataram yang telah memberikan izin penyusunan penelitian.
6. Bapak dan Ibu Dosen S-1 PGMI, yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan dan pengalaman berharga selama kami menempuh studi.
7. Staf Administrasi Program S-1 PGMI FAI-UMMAT yang telah memberikan
banyak kemudahan.
8. Kepada seluruh keluarga besar SDN 27 Woja, Kepala Sekolah SDN 27 Woja
yang telah memberikan izin penelitian, semua guru SDN 27 Woja yang sangat
membantu peneliti untuk melakukan penelitian, tata usaha, serta peserta didik
yang telah meluangkan waktunya. Terima kasih karena bersedia bekerja sama
dan membantu dalam pengerjaan skripsi ini.
9. Rekan-rekan Mahasiswa Program S-1 PGMI FAI-UMMAT angkatan 2015,
Teman-teman PPL, Teman-teman KKN, teman-teman seperjuangan sesama
bimbingan yang setia menunggu setiap hari tanpa lelah serta semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima Kasih atas do’a dan
dukungan kalian.
Akhir kata, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam menyusun skripsi ini dari awal sampai akhir, semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kemudahan bagi setiap usaha kita.
Aamiin

vi
MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Maka


apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain)” (QS 94: 6-7)

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’ Alamin ,puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT,yang telah melimpahkan begitu banyak rahmat,karunia,kasih

sayang ,petunjuk ,bimbingan dan pertolonganya ,sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERAN GURU KELAS DALAM

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN AKHLAK SISWA KELAS V SDN

27 WOJA KABUPATEN DOMPU”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

bimbingan,bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

ingin mengucapkan terimakasi pada pihak-pihak yang telah membantuh dalam

penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Dr. H Arsyad Abd. Gani, M.Pd selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Mataram

2. Bapak Drs. Abdul wahab MA, Selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Mataram dan sebagai dosen pembimbing I yang

telah memberiakan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini

3. Bunda Aqodiah M.Pd.I, Selaku prodi pendidikan guru madrasah ibtidaiyah

Universitas Muhammadiyah Mataram dan sebagai dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi ..

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf Pegawai di Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Mataram, yang selalu mendidik dan menyemangati selama

menjalani pendidikan di pendidikan guru madrasah ibtidaiyah.

viii
5. Kedua orang tuaku papa tercinta Lukman dan mamaku Fitrah yang senantiasa

tiada putus-putusnya untuk mengasihiku dengan setulus hati

6. Kakaku tercinta Andrianilestari, dan adik-adikku terhebat Anisa, Astri, Alia,

Asti Bilhak yang setiap hari selalu mendorong dan memberikan motivasi

yang sangat bermakna.

7. Serta semua pihak dan teman-teman yang telah membantu dalam memberikan

masukan dan saran juga dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

ix
ABSTRAK

JUDUL : PERAN GURU KELAS DALAM MENINGKATKAN


KEDISIPLINAN DAN AKHLAK SISWA KELAS V SDN 27
WOJA KABUPATEN DOMPU
NAMA : SOPAN SOPIAN
NIM : 71512A0016
FAKULTAS: AGAMA ISLAM
JURUSAN : PENDINDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

Skrikpsi ini membahas peran guru kelas dalam meningkatkan kedisiplinan


dan akhlak siswa kelas V SDN 27 Woja Kabupaten Dompu penelitian ini dilatar
belakangi oleh pentingnya karakter kedisiplinan, dikarenakan dari melihat
penyimpangan-penyimpangannya yang jauh dari karakter mulia. Karakter
merupakan fondasi awal untuk menanamkan kepada peserta didik agar menjadi
generasi yang berakhlak mulia. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab
permasalahan: ‘Bagaimana Peran Guruh Kelas Dalam Meningkatkan Kedisiplinan
dan Akhlak Siwa Kelas V SDN 27 Woja Kabupaten tahun pelajaran 2019/2020?’’
Permasalah tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan SDN 27
Wojah Kabupaten Dompu.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu data yang diperoleh
seperti hasil pengamatan hasil wawancara, catatan lapangan, dan tidak dituangkan
dalam bentuk angka-angka. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh
melalui metode wawancara, obsevasi dan dokumentasi. Sedangkan analisis data
yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penyimpangan data.
Penelitian ini menunjukan bahwa peranan Guru kelas dalam meningkatkan
kedisiplinan dan akhlak siswa kelas V SDN 27 Wojah kabupaten Dompu yaitu
guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, dan Avaluator. Sedangkan
uapaya guru dengan menggunakan metode pembiasaan, keteladanan, diskusi,
ceramah, dan simulasi hasil dari penelitian ini ditunjukan dengan perubahan sikap
dan perilaku peserta didik kearah yang lebih baik dengan mencerminkan
kebiasaan mematuhi perarturan-perartuna yang ada di sekolah.

Kata kunci: Meningkatkan kedisiplinan dan akhlak

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN NOTA DINAS........................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v
MOTTO........................................................................................................... vi
PERSEMBHAN.............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
ABSTRAK....................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian....................................... 9
D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian............................................ 10
E. Telaah Pustaka................................................................................. 10
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................ 14
A. Guru Kelas....................................................................................... 14
1. Pengertian guru kelas ................................................................ 14
B. Peran guru mnurut para ahli............................................................. 16
C. Peran guru kelas dalam membentuk kedisiplinan siswa.................. 17
a. Guru sebagai pembimbing........................................................ 18
b. Guru sebagai contoh tauladan .................................................. 20
c. Guru sebagai motivator............................................................. 21
d. Guru sebagai inspiratory........................................................... 22
D. Peran guru dalam meningkatkan akhlak siswa................................ 22
E. Akhlak ............................................................................................. 29
F. Disiplin............................................................................................. 31

xi
a. Pengertian disiplin...................................................................... 31
b. Pembentukan kedisiplinan siswa................................................ 32
c. Strategi peningkatan kedisiplinan siswa.................................... 34
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembetukan ahklak mulia
peserta didik............................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 41
A. Kehadiran Peneliti Di Lapangan...................................................... 41
B. Sumber Dan Jenis Data.................................................................... 41
C. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 42
D. Teknik Analisis Data........................................................................ 56
E. Pengujian Keabsahan Data............................................................... 58
F. Sistematika Penelitian.............................................................................. 60
G. Jadwal Penelitian.............................................................................. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 62
A. Deskripsi Hasil Penelitian................................................................ 62
a. Gambar umum lokasi penelitian ............................................... 62
b. Ruang menurut jenis kondisi dan luas...................................... 67
c. Perlengkapan sekolah................................................................. 68
B. Temuan Penelitian Dan Pembahasan............................................... 70
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 84
A. Kesimpulan...................................................................................... 84
B. Saran................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Kontek Penelitian

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM) dalam keberlangsungan pembangunan suatu

bangsa. Melalui pendidikan, manusia mampu mengembangkan semua aspek

kepribadiannya, yang mencakup pengetahuan, nilai serta sikap, dan

keterampilannya. Proses pendidikan pada umumnya dilangsungkan di sekolah

melalui kegiatan pembelajaran yang merupakan sebuah proses perubahan

tingkah laku. Perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sekolah merupakan wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung,

tempat kegiatan pendidikan berlangsung serta proses pembelajaran. Nilai-nilai

etik, moral, mental, spiritual, perilaku, disiplin, ilmu pengetahuan dan

keterampilan ditabur, ditanam, disiram, ditumbuhkan dan dikembangkan di

sekolah.1

Saat ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang ditunjukkan oleh pelajar-

pelajar pada umumnya, seperti: terlambat sekolah, membolos pada jam

pelajaran, tidak mengerjakan PR, dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu adanya

inovasi dan motivasi yang dapat mencegah terjadinya perbuatan- perbuatan

tersebut. Salah satunya adalah melalui penanaman nilai-nilai disiplin dan

akhlak pada peserta didik. Dalam hal ini diperlukan peran guru dalam

1
Tu’u, Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta: Grasindo,
2004), hlm. 1

1
membimbing karakter siswa. Sekolah menjadi wahana yang sangat dominan

dalam mempengaruhi pembentukan sikap, perilaku, dan prestasi belajar siswa.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, perilaku, dan

prestasi belajar siswa adalah peran guru. Guru mempunyai peran yang sangat

strategis dalam pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan karakter peserta

didik. Mewujudkan SDM yang mempunyai keterampilan, pengetahuan, dan

karakter peserta didik diperlukan sikap disiplin. Kedisiplinan akan terwujud

jika kinerja guru dalam hal pengajarannya sesuai dengan standar yang berlaku

di sekolah, sehingga dapat menjadi pedoman siswa. Oleh karena itu,

kedisiplinan perlu dilaksanakan agar pencapaian tujuan dapat tercapai secara

efektif dan efisien.

Menurut Huda pengertian disiplin peserta didik adalah “Suatu keadaan

tertib dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara

keseluruhan”.2 Jadi setiap SDM harus mampu menyiapkan diri dalam hal

kedisiplinan. Kedisiplinan siswa di SD Negeri 27 Woja tidak dipungkiri

terbentuk karena peran kepemimpinan guru yang secara tepat menerapkan

disiplin di sekolah tersebut. Ketepatan tindakan guru dapat berpengaruh

terhadap kedisiplinan siswa dengan baik.

Hal ini didukung dengan pendapat Doyle dalam Danim, mengemukan dua

peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan

(establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning).


2
Ibid, hlm. 20

2
Keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung

dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta

didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik

dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran,

pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem

yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.

Pada proses pembelajaran, guru dituntut memiliki multi peran, agar

mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru harus

mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Semakin

banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, semakin tinggi kemungkinan

keberhasilan belajar yang dicapainya. Beberapa ahli menyebutkan berbagai

peran guru dalam pembelajaran. Sardiman menjelaskan bahwa beberapa peran

guru dalam kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai informator, organisator,

motivator, pengarah/direktor, inisiator, fasilitator, mediator, dan evaluator”.3

Pendapat lain mengenai peran guru dalam pembelajaran dikemukakan oleh

Djamarah sebagai berikut: Banyak peran yang diperlukan dari guru sebagai

pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru, yaitu (1)

korektor; (2) inspirator; (3) informator; (4) organisator; (5) motivator; (6)

inisiator; (7) fasilitator; (8) pembimbing; (9) demonstrator; (10) pengelola

kelas; (11) mediator; (12) supervisor; dan (13) evaluator.4

3
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
hlm, 144.
4
Djamarah Syaiful Bahri, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm, 43.

3
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai peran guru, dapat

disimpulkan bahwa peran guru yang dominan dalam pembelajaran adalah yang

mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan optimal. Guru

diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai

kesempatan, melalui berbagai sumber dan media, serta dapat memberikan

fasilitas yang memadai. Apabila guru dapat menciptakan lingkungan belajar

tersebut, maka siswa dapat belajar secara efektif dan mencapai prestasi belajar

yang optimal. Prestasi belajar dan potensi siswa dapat pula mengalami

hambatan, salah satu penyebab karena konsentrasi belajarnya terganggu dan

banyak masalah dalam dirinya. Kegiatan dan waktu pembelajaran banyak

terganggu dan tersita, karena ia harus berurusan dengan guru-guru atau

menjalani sanksi disiplin, atau karena kegiatan yang dapat dilakukan siswa

merupakan kegiatan yang kurang mendukung bagi perkembangan potensi dan

prestasinya.

Berbeda jika seorang siswa yang berusaha menata dirinya terbiasa dengan

hidup tertib, teratur, menaati peraturan, dan norma yang berlaku di sekolah.

Apalagi bila menambahnya dengan kegigihan dan kerja keras dalam belajar,

potensi, dan prestasinya akan bertumbuh dan berkembang secara optimal.5

Berdasarkan penjelasan tersebut, disiplin yang diterapkan dengan baik di

sekolah akan memberi andil bagi pertumbuhan dan perkembangan prestasi

siswa. Penerapan disiplin sekolah akan mendorong, memotivasi, dan memaksa

para siswa bersaing meraih prestasi. Definisi disiplin banyak dikemukakan oleh

5
Tu’u, Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta:Grasindo,
2004), hlm, 14-15.

4
berbagai ahli. Gie dalam Imron menjelaskan bahwa disiplin adalah suatu

keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi

tunduk pada peraturan- peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.6

Istilah disiplin sering dikaitkan dan menyatu dengan istilah tata tertib dan

ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuhan seseorang dalam

mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong atau disebabkan oleh

sesuatu yang datang dari luar dirinya. Berdeda dengan istilah ketertiban, istilah

disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan muncul karena adanya kesadaran dan

dorongan dari dalam diri orang itu. Istilah tata tertib berarti perangkat peraturan

yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.7

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin

merupakan sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang. Disiplin itu sesuatu

yang menjadi bagian dalam hidup seseorang yang muncul dalam pola tingkah

lakunya sehari-hari. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak

proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan

berlanjut dalam pendidikan di sekolah. Disiplin dianggap sebagai prasyarat

untuk menjadi individu yang unggul. Ciri individu unggul menurut

Djojonegoro dalam Tu’u, sebagai berikut: (1) motivasi berpikir dan berkarya

yang berorientasi pada prestasi unggul; (2) motivasi dalam mengembangkan

bakat dan potensi diri untuk mencapai keunggulan; (3) daya saing sekaligus

kerjasama yang tinggi, daya nalar yang tinggi serta matang dan

6
Imron, Ali, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
hlm. 172.
7
Tu’u, Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta: Grasindo,
2004), hlm. 31.
\

5
berkeseimbangan; dan (4) kemampuan untuk berprakarsa, kemampuan untuk

memperhitungkan risiko, sikap pencapaian prestasi dalam rangka persaingan.

Selain meningkatkan kedisiplinan, guru juga berperan dalam meningkatkan

akhlak siswa.

Akhlak merupakan salah satu bagian yang sangat urgen dari terbentuknya

karakter siswa. Pendidikan akhlak mencakup semua aspek kehidupan manusia

dan semua aspek kepribadian manusia. Untuk keberhasilannya pendidikan

akhlak harus ditempuh dengan menggunakan berbagai metode. Metode yang

paling utama dalam pendidikan akhlak salah satunya adalah keteladanan.

Keteladanan yang diberikan harus menyeluruh dan terintegrasi dalam sisi

kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini harus lahir dalam diri semua

individu muslim dari berbagai sektor pendidikan baik formal, informal dan

nonformal. Pendidikan akhlak merupakan salah satu fondasi yang penting

dalam membentuk insan yang berakhlak mulia, guna menciptakan manusia

yang bertaqwa dan menjadi seorang muslim yang sejati. Dengan pelaksanaan

pendidikan akhlak tersebut, diharapkan setiap muslim mampu menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan akhlak dapat mengantarkan pada

jenjang kemuliaan akhlak. Karena dengan pendidikan akhlak tersebut, manusia

menjadi semakin mengerti akan kedudukan dan tugasnya sebagai hamba dan

khalifah di bumi. Dalam kenyataannya memang persoalan akhlak selalu

mewarnai kehidupan manusia dari waktu kewaktu, terjadinya kemerosotan

akhlak merupakan penyakit yang dapat dengan cepat menjalar secara luas

merambat ke segala bidang kehidupan umat manusia jika tidak segera di atasi.

6
Penanganan melalui pendidikan diharapkan agar anak memiliki kepribadian

yang mencerminkan pribadi muslim yang sebenarnya, sehingga menjadi filter

bagi nilai-nilai budaya asing yang tidak sesuai dengan ajaran islam, serta

kenakalan remaja dapat teratasi.

Peran guru sangatlah penting dalam meningkatkan kedisiplinan dan akhlak

siswa, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia untuk

mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa. Disamping itu guru

juga dituntut untuk profesionalisme dalam membentuk karakter disiplin dan

akhlak siswa contohnya dalam membentuk akhlak siswa untuk selalu tidak

berkata bohong dan untuk selalu mentaati peraturan sekolah yang telah dibuat

oleh pihak sekolah. Hal-hal yang diuraikan di atas sangat mengharapkan

kinerja dari guru-guru yang lebih efektif dalam menanamkan dan

meningkatkan nilai-nilai akhlak serta mempertimbangkan berbagai masalah

yang menyangkut tentang perilaku siswa dan perangkat pembelajaran yang

dapat memperbaiki akhlak siswa. Hal-hal yang diuraikan di atas sangat

mengharapkan kinerja dari guru-guru yang lebih efektif dalam menanamkan

dan meningkatkan nilainilai akhlak serta mempertimbangkan berbagai

masalah yang menyangkut tentang perilaku siswa dan perangkat pembelajaran

yang dapat memperbaiki akhlak siswa di sekolah SD Negeri 27 Woja

Kabupaten Dompu.

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi awal dengan

beberapa guru di SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu, siswa-siswa kelas V

memiliki tingkat kedisiplinan yang berbeda-beda, sebagian sekolah siswanya

7
kurang disiplin dalam menaati peraturan sekolah. Permasalahan yang sering

terjadi, yaitu sebagian siswa tidak mengerjakan PR, terlambat berangkat ke

sekolah, dan terlambat masuk ke dalam kelas saat jam istirahat selesai.

Permasalahan lain yang muncul selain kedisiplinan siswa yaitu peran guru

dalam pembelajaran. Permasalahan yang terjadi karena kurangnya penciptaan

lingkungan kelas/belajar dengan suasana yang nyaman, tenang, dan

menyenangkan dalam proses pembelajaran, serta kurangnya variasi metode

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal tersebut menimbulkan proses

pembelajaran yang kurang efektif dan efisien.8

Dari berbagai teori pendahuluan di atas, maka peneliti mencoba untuk

melakukan pengkajian lebih mendalam yang berkaitan dengan kedisiplinan dan

akhlak siswa dengan judul “Peran Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan dan

Akhlak Siswa Kelas V di SDN 27 Woja Dompu Tahun Pelajaran 2019/2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana peran guru kelas dalam meningkatkan kedisiplinan siswa

kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu tahun ajaran 2019/2020?

2. Bagaimana peran guru kelas dalam meningkatkan akhlak siswa kelas V

SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu tahun ajaran 2019/2020?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


8
Hasil Observasi Awal Tanggal 24 Februari 2020 di SDN 27 Woja Dompu.

8
1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui Upaya guru kelas dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa di SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu Tahun

ajaran 2019/2020.

b. Untuk mengetahui Upaya guru kelas dalam meningkatkan akhlak

siswa di SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu Tahun ajaran

2019/2020.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi penulis, guru, dan

sekolah. Penjelasan mengenai manfaat tersebut antara lain:

a. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk

diterapkan penulis ketika sudah menjadi seorang guru.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa sebagai masukan

supaya siswa dapat meningkatkan kedisiplinan baik di sekolah, di

rumah, maupun di masyarakat.

c. Bagi Guru

Memberikan informasi dan pemahaman kepada guru sehingga

dapat meningkatkan kinerjanya.

d. Bagi Sekolah

9
Hasil penelitian ini dapat memperkaya dan melengkapi hasil-

hasil penelitian yang telah dilakukan guru-guru lain, kemudian dapat

memberikan informasi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa.

D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian

a. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka

ruang lingkup penelitian ini menfokuskan kajian tentang peran guru kelas

dalam meningkatkan kedisiplinan dan akhlak siswa kelas V di Sekolah

Dasar Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu.

b. Setting penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 27 Woja

Kabupaten Dompu Tahun Ajaran 2019-2020. Penelitian ini dilakukan

pada bulan April-Mei 2020 dari tahap pra survey hingga dilaksanakan

tindakan.

E. Telaah Pustaka

Penelitian-penelitian tentang tema ini sebenarnya sudah banyak

dilakukan oleh para penulis, antara lain:

a. Juwita Muhammad (Institut Agama Islam Negeri Mataram tahun 2007)

dalam skripsinya yang berjudul “implikasi tingkat kedisiplinan siswa

dalam prestasi belajar bidang studi aqidah akhlak kelas X SMA

Muhamadyah Mataram. Letak perbedaannya adalah Juwita Ahmad

melakukan penelitian terhadap implikasi tingkat kedisiplinan siswa dalam

10
prestasi belajar sedangkan peneliti melakukan penelitian pada tingkat

kedisiplinan siswa. Perbedaan lainnya adalah peneliti melakukan

penelitian pada Sekolah Dasar sedangkan Juwita Ahmad pada siswa kelas

X SMA. Persamaan penelitian Juwita dengan Peneliti adalah sama-sama

fokus pada penelitian kualitatif deskriptif.9

b. Azmi (Institut Agama Islam Negeri Mataram 2009), dalam skripsinya

yang berjudul “Urgensi pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian

siswa dalam mata pelajaran pendidikan akidah akhlak di MI Al-

Madaniyyah”. Perbedaannya adalah Azmi melakukan penelitian

kedisiplinan dan akhlak siswa terhadap mata pelajaran akidah akhlak

sedangkan peneliti hanya pada kedisiplinan dan akhlak siswa dari peranan

guru kelas. Persamaannya terletak pada sama-sama menfokuskan pada

pendekatan kualitatif.10

c. Peran guru akidah akhlak dalam pembinaan akhlakul karimah siswa MTs

Al Wasliyah Kabupaten Labuhan batu, (Institut Agama Islam Negeri

Mataram 2009) oleh Siti Nurkhomariyah dengan menggunakan metode

deskriptif menunjukkan bahwa peran yang dilakukan guru akidah akhlak

dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa ialah: pertama, melalui

proses pendidikan, yaitu dengan cara menanamkan nilai-nilai keimanan

kepada siswa yang tercermin dari rukun iman yang enam, yakni: Iman

kepada Allah Swt, iman kepada para Malaikat, Iman kepada Kitab-kitab
9
. Juwita Muhammad “implikasi tingkat kedisiplinan siswa dalam prestasi belajar bidang
studi aqidah akhlak kelas X SMA Muhamadyah Mataram” ( skripsi Institut Agama Islam Negeri
Mataram tahun 2007)
10
. Azmi “Urgensi pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian siswa dalam mata
pelajaran pendidikan akidah akhlak di MI Al- Madaniyyah” ( skripsi Institut Agama Islam Negeri
Mataram 2009)

11
Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada Hari kiamat, Iman kepada Qadar

dan Qadr-Nya.

Selain menanamkan nilai-nilai keimanan kepada siswa, guru akidah

akhlak juga harus menanamkan nilai-nilai ibadah kepada siswanya,

seperti cara melakukan shalat, puasa, zakat, shadaqoh berdoa dan lain

sebagainya. Kedua, melalui proses bimbingan dann penyeluhan, yaitu

dengan cara menanamkan perasaan cinta kepada Allah Swt dalam hati

siswa, menanamkan tujuan dan kepercayaan yang benar dalam diri siswa,

mendidik siswa untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan

larangan-Nya, membina akhlak yang mulia dan menunaikan kewajiban

agama, mengajarkan siswa untuk mengetahui hukum-hukum agama islam

serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, memberikan teladan

atau contoh yang baik, dan memberikan pengajaran serta nasehat.

Persamaannya: pertama, dari aspek penanaman nilai-nilai

keimanan yang merupakan pondasi utama yang harus dikuatkan atau

dikokohkan terlebih dahulu, agar siswa memiliki kecintaan dan ketaatan

yang mendalam kepada Allah swt. Kedua, dari aspek penanaman nilai-

nilai ibadah Allah swt yang merupakan pondasi kedua setelah keimanan

kepada Allah swt seperti melakukan shalat, puasa, berzikir, berinfaq

bershadaqoh serta ibadah-ibadah lainnya yang dapat mendekatkan diri

siswa kepada Allah swt. Ketiga, dari aspek keteladanan yang baik oleh

seorang guru kepada siswanya agar mempunyai akhlak yang mulia.

Perbedaannya: bahwa penelitian tersebut lebih condong kepada aspek

12
Hablun min Allah (Hubungan dengan Allah) Hablun min An Nas

(Hubungna dengan manusia), sedangkan penelitian yang akan diteliti

disamping kedua aspek tersebut, juga mem fokuskan kepada Hablum min

Al. alamin (Hubungan dengan alam sekitar), seperti menjaga dan merawat

kebersihan dan lingkungan serta tidak merusak alam sekitar.

13
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Guru Kelas

a. Pengertian guru kelas

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki

derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi,

kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar

mutu atau norma etik tertentu. 11 Menurut Moh. Uzer Usman guru

adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai

guru. Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki

keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.

Karena, guru sebagai salah satu komponen di sekolah menempati

profesi yang memainkan peranan penting dalam proses belajar

mengajar. Kunci keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan

pendidikan di sekolah ada di tangan guru. Guru adalah bagian dari

masyarakat yang mempunyai tugas unik. Masyarakat itu berkembang,

berubah mengalami kemajuan dan pembaruan. Masyarakat dinamis

menghendaki perubahan dan pembaruan untuk mencapai taraf hidup

yang lebih baik, untuk mencapai harkat kemanusiaan yang lebih tinggi

11
Sudarwan, Danim, Profesional dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 17

14
dari keadaan dan statusnya dibuktikan oleh sejarah, hanya dapat

dicapai melalui pendidikan.12

Pengertian kelas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

ruang tempat belajar di sekolah.13 Kelas merupakan tempat utama

proses terjadinya pendidikan secara nyata di sekolah. Di kelas tersebut,

saling berinteraksi satu sama lain dalam mempelajari dan mendalami

berbagai macam ilmu pengetahuan.14 Dengan demikian maka, guru

kelas adalah orang yang mempunyai keahlian khusus sebagai guru

selain mengajar juga bertugas membantu kepala sekolah untuk

mencapai tujuan sekolah tersebut. Dalam undang-undang No. 14 tahun

2005 di jelaskan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia

dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.15

Menurut Ahmad Tafsir pendidik adalah siapa saja yang

bertanggung jawab atas perkembangan anak. Tugas pendidik dalam

pandangan Islam secara umum adalah mendidik yaitu mengupayakan

perkembangan seluruh potensi anak didik, baik psikomotorik, kognitif,

maupun potensi afektif. Guru yang menjadi pendidik, bukanlah

12
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), hlm. 34
13
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
hlm.529
14
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter (Utuh dan Menyeluruh), (Yogyakarta: PT
Kanisius, 2012),hlm.105.
15
Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No.14 Th.2005, (Jakarta: Sinar Grafika,
2010), hal. 3

15
sekedar menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi tugas guru yang

paling utama adalah mendidik, mengajar membina dan mengarahkan

siswa agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan. 16

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa guru

adalah orang yang mendidik, membimbing, membina, mengarahkan

dan ikut bertanggung jawab dalam membentuk kedisiplinan pada

siswa. Guru bukanlah sekedar oarng yang berdiri di depan kelas

menyampaikan pelajaran, akan tetapi guru juga merupakan anggota

masyarakat yang harus ikut berperan aktif dalam membina serta

mengarahkan perkembangan anak didiknya menjadi dewasa dan

menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab.

B. Peran Guru Menurut Para Ahli

Peran guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan

oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru.17 Guru

mempunyai peranan yang sangat luas baik di sekolah, keluarga, maupun

masyarakat. Di sekolah guru berperan sebagai pengajar dan pendidik, di

dalam keluarga guru berperan sebagai family educator sedangkan di

masyarakat guru berperan sebagai socisl develover (pembina masyarakat)

dan social motivator (pendorong masyarakat).18 Di bawah ini ada beberapa

pendapat mengenai peran seorang guru:

16
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2012), hlm. 119
17
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm.187
18
Ibid, hlm. 188.

16
Menurut Pidarta, peranan guru antara lain: 1) Sebagai manajer

pendidikan atau pengorganisasian kurikulum 2) Sebagai fasilitator

pendidikan 3) Pelaksana pendidikan 4) Pembimbing dan supervisor 5)

Penegak disiplin 6) Menjadi model prilaku yang akan ditiru siswa 7)

Sebagai konselor 8) Menjadi penilai 9) Petugas tata usaha tentang

administrasi kelas yang diajarnya 10) Memjadi komunikator dengan orang

tua siswa dan masyarakat 11) Sebagai pengajar untuk meningkatkan profesi

secara berkelanjutan 12) Menjadi anggota organisasi profesi.19

Dilihat dari segi pribadinya, seorang guru dapat berperan sebagai

berikut:

a. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

b. Pelajar dan ilmuan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara

terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.

c. Orang tua, artinya guru wakil orang tua di sekolah bagi siswa.

d. Model teladan, guru adalah model tingkah laku yang harus di contoh

oleh siswa-siswanya Pemberi keselamatan, guru senantiasa memberi

keselamatan bagi setiap siswanya20

C. Peran Guru Dalam Membentuk Kedisiplinan siswa

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk

mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk

mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala


19
Jamil Suprihatiningsih, Guru Profesional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014),
hlm.26.
20
Ibid, hlm.165-167.

17
sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk untuk membantu proses

perkembangan siswa. Maka dalam hal membantu peroses perkembangan4

watak siswa terutama dalam hal disiplin maka, Semua guru perlu

memperlihatkan perilaku berbudi luhur agar ada kesan bagi peserta didik

bahwa guru mereka pantas di teladani. Guru hendaklah menampilkan diri

sebagai sosok yang sopan, berwibawa menjaga tata karama, berdisiplin,

dan senantiasa menyenangkan. Dan perilaku guru akan memberikan warna

untuk watak peserta didik.21

Sebuah ungkapan guru digugu dan ditiru, ungkapan tersebut

mengandung makna bahwa guru memiliki daya pengikat yang kuat bagi

peserta didiknya. Apa yang dikatakan guru akan di ingat dan ditiru oleh

peserta didik karena yang dikatakan guru adalah kebaikan demikian juga

apa yang dikatakan oleh guru akan dicontohkan oleh peserta didiknya.

Pepatah juga mengatakan guru kencing berdiri murid kencing berlari. Dari

ungkapan dan pepatah tersebut tergambar betapa pentingnya peran guru

terhadap pembentukan perilaku peserta didik. Begitu juga dengan

kedisiplinan siswa dalam pembelajaran.

Peran guru dalam rangka membina kedisiplina siswa yang akan

dikemukakan disini adalah peran guru yang dianggap paling dominan dan

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Guru sebagai pembimbing

Kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing siswa

menjadi manusia yang dewasa, susila, dan cakap. Membimbing artinya

21
Ibid, hlm. 161 .

18
memberikan petunjuk kepada orang yang tidak atau belum tahu. 22

Sebagaimana Allah telah menjelaskan kepada umat manusia bahwa

Nabi Muhammad merupakan utusan Allah yang akan mengajarkan,

membimbing manusia seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Baqarah

ayat: 151.

Artinya: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat kami

kepadamu) kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang

membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan

mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan

kepada kamu apa yang belum kamu ketahui’’ (QS.Al-baqarah Ayat:

151) 18.

Tanpa bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan dalam

menghadapi perkembangan dirinya. Kekurang mampuan siswa

menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Sehingga

guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing pelajaran yang didasarkan

pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas perjalanan

itu.23 Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar. Setiap

perjalanan tentunya mempunyai suatu tujuan, kecuali orang yang

berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan dan bahkan naluri

manusia menuntut adanya tujuan. Begitu juga dengan guru sebagai

pembimbing dan pembentuk kedisiplinan siswa harus dapat

merumuskan tujuan yang jelas menetapkan waktu, menetapkan

22
Balnadi Sutadiputra, Aneka Problema Keguruan, (Bandung: Angkasa, 1982), hlm. 87.
23
Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012),
hlm. 31

19
metode, menggunakan petunjuk dan menilai kelancarannya sesuai

dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Dengan bimbingan guru

dalam membentuk kedisplinan siswa, diharapkan siswa mampu

mengatasi kesulitan hidup yang dihadapi.

b. Guru sebagai contoh atau tauladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan

semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Secara teoritis,

menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru,

sehingga menjadi guru berarrti menerima tanggung jawab untuk

menjadi teladan24

Pepatah mengatakan guru kencing berdiri, siswa kencing berlari

memang sudah tidak asing lagi di masyarakat. Dimana apabila ada

guru yangmemiliki prilaku yang sangat jelek maka siswa secara

spontanitas akan meniru atau mencontohkan perilaku jelek tersebut

dengan mudah, bahkan cenderung lebih menyimpang lagi. Sebab tutur

kata, sikap, cara berpakaian, penampilan, alat peraga, cara mengajar,

dan gerak gerik guru selalu selalu diperhatikan oleh siswa dan akan

sulit dihilangkan dalam ingatan setiap siswa. Begitu pula dengan guru

yang baik seperti kedisplinan, kejujuran, keadilan, kebersihan,

kesopanan, ketulusan, ketekunan, kehati-hatian, akan selalu direkam

dalam pikiran siswa dan dalam batas waktu tertentu akan diikuti

mereka. Oleh karena itu, peran guru sebagai contoh atau tauladan

24
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011), hlm.
40

20
sangat diperlukan dalam pembentukan disiplin belajar siswa. Sebagai

mana Allah telah menunjukkan bahwa contoh ketauladanan dari

kehidupan Nabi Muhammad mengandung nilai pedalogis bagi

manusia (para pengikutnya) seperti yang tercantum dalam QS.Al-

Ahzab ayat: 21.

Artinya: sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak

menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab ayat: 21).

c. Guru sebagai motivator

Guru sebagai motivator Sebagai seorang motivator, seorang guru

harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan

anak didik bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya. 25 Tujuan

motvasi adalah untuk memperoleh kegembiraan apabila mendapatkan

kesuksesan dalam kebaikan sebagaimana firman Allah QS. Al-

Zalzalah ayat: 7-8.

Artinya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat

dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa

yang mengerjakan kejahatan sebesar dxarrahpun, niscaya dia akan

melihat (balsan)nya pula. (QS. Al-Zalzalah ayat: 7-8).

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik

agar dapat bergairah dan aktif dalam pembelajaran serta mentaati

peraturan. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat


25
Ibid, hlm. 45-47.

21
menganalisis motif-motif yang melatar belakangi siswa malas belajar,

menurunnya prestasinya, dan kurang disiplin dalam proses

pembelajaran. Setiap guru harus bertindak sebagai motivator karena

dalam interakdi edukatif tidak mustahil ada yang malas belajar dam

kurang disiplin. Penganekaragaman cara belajar dan kegiatan

keagamaan dapat memberikan motivasi pada siswa untuk bergairah

dalam belajar serta akan menjaga kedisiplinan.

d. Guru sebagai inspiratory

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik

dalam mebentuk kedisiplinan siswa dan kemajuan belajar siswa.

Karena persoalan kedisiplina dan belajar merupakan masalah utama

siswa. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana prilaku

disiplin dan belajar yang baik.26

Pengalaman pun bisa dijadikan sebagai petunjuk bagaimana

prilaku disiplin dan belajar yang baik. Karena siswa akan dapat

mengimplementasikan nilai-nilai kedisiplinan dan menguasai materi

pelajaran apabila pengalaman belajar diatur sedemikian rupa.

D. Peran Guru Dalam Meningkatkan Akhlak Siswa.

Guru adalah aktor utama dalam sebuah skenario proses

pembelajaran, sekaligus yang menentukan berhasil atau tidaknya proses

pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut menjadi subjek pendidikan

yang mengerti dan faham betul tentang profesi keguruan. Bila dihubungkan

26
Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Menjadi Guru Insfiratif, Kreatif, dan Inovatif,
(Yogyakarta: Diva Press, 2010), hlm. 39

22
dengan pembinaan akhlak mulia atau pendidikan karakter, peran guru

sangatlah besar dan penting sebab guru adalah tulang punggung pembinaan

akhlak mulia (karakter) di sekolah. Karena peran yang sangat besar dan

penting itulah membuat guru harus memahami secara mendalam tentang

hakikat pembinaan akhlak mulia (karakter), kemudian strategi pembinaan,

metode pembinaan, serta tujuan pembinaan akhlak mulia (karakter). Di

samping itu, guru harus memperlengkapi diri dengan akhlak mulia atau

karakter yang baik. Memperlengkapi diri berarti memiliki pengetahuan

tentang akhlak mulia (karakter) sekaligus mempraktekkan akhlak mulia

(karakter) tersebut dalam kehidupannya. Hal ini penting sebab guru adalah

sosok yang digugu dan ditiru, bagaimana nmungkin seorang guru

mengajarkan dan melakukan pembinaan sementara guru itu sendiri tidak

memahami dan mengaplikasikannya.

Seorang guru yang tidak memahami akhlak mulia, pasti tidak akan

dapat menjiwai dan menghayatinya apalagi untuk mengamalkannya.

Padahal guru seyogyanya mampu menjiwai proses pembinaan itu, bila tak

menginginkan upaya pembinaan yang dilakukannya itu menjadi sesuatu

yang menjemukan, yang diakibatkan oleh aktifitas tanpa dorongan

semangat atau aktiftas tanpa “ruh”. Aktifitas tanpa “ruh” pasti terasa

hambar dan tak punya kekuatan untuk mewujudkannya secara optimal.

Jadi, seorang guru harus menyiapkan diri dengan paradigm akhlak mulia

plus melekatkan secara permanen akhlak mulia (karakter) tersebut dalam

aktifitas kehidupannya secara nyata.

23
Menurut Abdul Rahman Al-Nahlawi, untuk menjalankan fungsinya

sebagai manusia yang akan mendidik manusia lainnya, guru harus memiliki

sifat-sifat tertentu, yaitu:

a) Setiap pendidik harus memiliki sifat-sifat Rabbani, artinya seorang

pendidik harus mengaitkan dirinya dengan Tuhan yang memiliki sifat-

sifat. Jika seseorang pendidik telah bersifat rabbani seluruh kegiatan

pendidikannya bertujuan menjadikan anak didiknya sebagai generasi

rabbani yang memandang jejak keagungan-Nya.

b) Seorang guru hendaknya menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan

keikhlasan, artinya, aktifitas sebagai pendidik bukan semata-mata

untuk menambah wawasan keilmuannya, lebih jauh dari itu harus

ditujukan dalam rangka meraih keridhaan Allah swt., serta

mewujudkan kebenaran.

c) Seorang guru hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar. Oleh

karena itu guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru tahu

dan sadar betul bahwa setiap pengajaran senantiasa ada fenomena-

fenomena yang harus mengedepankan kesadaran. Misalnya seorang

guru sadar bahwa setipa anak memiliki kemampuan yang berbeda-

beda, begitupun seorang guru yang sabar tidak memaksakan proses

pengajarannya dengan tergesa-gesa harus cepan diterima oleh anak

didiknya, serta guru yang sabar selalul mampu mengatasi setiap

masalah dalam pengajarannya dengan akal yang sehat, dan kelapangan

iikdada yang tinggi.

24
d) Ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang guru harus

memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkannya dalam

kehidupan pribadinya. Dengan begitu guru akan menjadi teladan bagi

anak didiknya.

e) Seorang guru harus senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan,

dan kajiannya. Seorang guru seyogyanya memiliki pemahaman yang

luas sebagai bentuk keseriusannya sebagai agen pembelajaran.

f) Seorang guru harus cerdas dan terampil dalam menciptakan metode

pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi dan kondisi materi

yang diajarkan.

g) Setiap guru harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu

sesuai dengan proporsinya sehingga guru mampu mengontrol dan

menguasai siswa. Jika dituntut untuk bersikap tegas, ia tidak boleh

menampakkan kelunakannya, sebaliknya jika ia dituntut untuk lembut,

ia tidak boleh menampakkan kekerasannya.

h) Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak, psikologi

perkembangan, dan psikologi pendidikan sehingga ketika dia

mengajar, dia akan memahami dan memperlakukan anak didiknya

sesuai dengan kadar intelektual dan kesiapan psikologisnya.

i) Seorang dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga

dia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak

dan akibatnya terhadap anak didik, terutama dampak pada akidah dan

pola pikirnya.

25
j) Seorang guru dituntut memiliki sikap adil terhadap seluruh anak

didiknya. Artinya guru tidak akan berpihak atau mengutamakan

seseorang atau kelompok tertentu. Juga dalam hal ini guru harus

menyikapi setiap anak didik sesuai dengan perbuatan dan bakatnya.27

k) Di samping sifat dan syarat-syarat tersebut, seorang guru juga harus

memiliki beberapa karakter mulia, agar bisa menginternalisasikan

pendidikan karakter terhadap peserta didik, Seperti yang diungkap

oleh Furqon Hidayatullah sebagaimana dikutip oleh Agus Wibowo

diantaranya: Komitmen, Kompeten, Kerja keras, konsisten, sederhana,

mampu berinteraksi secara dinamis dalam jalinan emosional antara

guru dan peserta didik, melayani secara maksimal, dan cerdas.

Ironisnya, keinginan untuk menjadi guru hanya karena profesi-

profesi lainnya begitu amat sulit dicapai saat ini, satu-satunya profesi yang

dianggap sebagai profesi termudah adalah guru. Tidak dipungkiri memang

ada sebagian orang yang berkeinginan mengabdikan dirinya diprofesi yang

menuntut dedikasi dan keikhlasan ini, tetapi tidak sedikit juga mereka

merambah dunia guru hanya karena berpikir daripada tidak menjadi apa-

apa lebih menjadi guru saja. Barangkali inilah salah satu faktor yang

menghambat mutu pendidikan nasional untuk dicapai saat ini. Jadi, syarat-

syarat yang diketengahkan tersebut bisa menjadi pedoman dalam

mempersiapkan guru-guru ke depan, minimal yang telah terlanjur menjadi

guru bisa dijadikan acuan untuk membenahi diri, sebab ke depan tantangan
27
Abdurrahman Al-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah wa asalibiha fil baiti wal madrasati wal
mujtama. Terj. Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat (Jakarta:
Gema Insani Press, Cet. II. 1996), hlm. 170-176.

26
semakin berat dan kompleks, dibutuhkan kesadaran dan kemampuan dalam

menghadapi semua problem-problem itu. Bila tak ada kesiapan untuk

menghadapinya yakin dan percaya kita akan semakin jauh tertinggal

bahkan bisa jadi tergilas oleh besarnya kaki-kaki zaman atau tingginya

tembok waktu yang semakin maju, modern dan canggih.

Kemudian peran guru dalam pembinaan akhlak mulia atau

membangun karakter mulia peserta didik, yaitu:

a) Motivator artinya yang memberi motivasi. Motivasi berarti sesuatu

yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. 28

Dalam hal ini guru berupaya memberikan dorongan kepada peserta

didiknya untuk melakukan aktifitas pembelajarannya dengan baik.

Bagi peserta didik motivasi adalah syarat mutlak dalam melakukan

aktifitas belajar. Di sekolah seringkali terdapat peserta didik yang

malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya.

Fenomena tersebut bisa menggambarkan bahwa guru tidak berhasil

memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong peserta didik

melakukan upaya yang dapat mengembangkan kemampuannya dalam

belajar. Perlu diperhatikan bahwa nilai yang buruk, sikap dan perilaku

yang kurang menyenangkan serta keterampilannya yang lamban belum

berarti peserta didik tersebut bodoh, tetapi memerlukan analisa yang

dalam terhadap peserta didik tersebut, sebab boleh jadi guru tidak

mampu memerankan dirinya sebagai motivator bagi peserta didiknya.

28
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
hlm. 60.

27
b) Fasilitator, berarti guru berupaya untuk memberikan fasilitas dan

menciptakan iklim kondusif yang memungkinkan siswa dapat

melakukan aktifitas dan interaksi secara aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan dalam proses pembelajaran.

c) Organisator, guru dalam posisi ini adalah yang mengatur,

merencanakan, memprogramkan, melaksanakan, mengevaluasi dan

mengorganisasikan seluruh kegiatan proses pembelajaran.

d) Informator, guru bertindak sebagai subjek yang memberikan informasi

yang dibutuhkan peserta didik, baik dalam rangka memperlancar

kegiatan proses pembelajaran maupun untuk kepentingan masa depan

peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mendapatkan hal-

hal yang konstruktif selama proses pembelajaran yang dilaluinya.

Sebagai informator guru hendaknya terus memperbaharui informasi

yang dimilikinya mengikuti perkembangan yang ada, baik itu informasi

yang bersifat internal ataupun yang bersifat eksternal peserta didik.

e) Konselor, guru bertindak sebagai subjek yang memberikan bimbingan

dan konseling (penyuluhan), terutama kepada siswa yang menghadapi

permasalahan dalam kehidupannya, misalnya masalah dalam kehidupan

sosialnya, keluarga, ataupun masalah-masalah tertentu yang

berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangannya sebagai

manusia.

E. Pembentukan Akhlak

a. Pengertian Akhlak

28
Salah satu esensi pendidikan adalah pembentukan dan pembinaan

elemen moralitas atau akhlak mulia (karakter). Bahkan akhlak

merupakan indikator utama keberhasilan sebuah pendidikan. Nabi

SAW. (sesungguhnya aku diutus oleh Allah swt. Untuk

menyempurnakan akhlak mulia). Artinya Nabi SAW sebagai pendidik

atau guru, tujuan utamanya adalah akhlak mulia. Akhlak adalah tahap

ketiga dalam beragama. Tahap pertama menyatakan keimanan dengan

mengucapkan syahadat, tahap kedua melakukan ibadah seperti shalat,

zakat, puasa, membaca Al-Quran, berdoa dan sebagainya, dan tahap

ketiga sebagai buah dari keimanan dan ibadah adalah akhlak. Akhlak

adalah fungsionalisasi agama, artinya, keberagamaan menjadi tidak

berarti bila tidak dibuktikan dengan aplikasi akhlak. Orang mungkin

banyak salat, puasa, membaca Al-Quran dan berdoa, tetapi bila

perilakunya tidak berakhlak, seperti merugikan orang, tidak jujur,

korupsi dan lain-lain, maka keberagamaannya menjadi tidak benar

atau sia-sia.29

Ibadah dalam Islam sangat erat hubungannya dengan akhlak. Akhlak

menjadi takaran penting dalam menilai seseorang. ibadah seseorang akan

sia-sia dan tidak benar. Ibadah memiliki tujuan untuk mencapai derajat

taqwa, dan taqwa berarti melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi

larangan-larangan-Nya. Perintah Tuhan pasti orientasinya adalah

perbuatan-perbuatan baik dan benar, sedangkan larangan Tuhan berarti

29
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2001), hlm. 39.

29
perbuatan-perbuatan tidak baik atau buruk (amar ma‘ruf nahimunkar),

sementara akhlak selalu berhubungan dengan perbuatan baik dan buruk. Di

dalam al Quran banyak ayat yang menggandengkan ibadah dengan akhlak.

seperti Firman Allah swt. dalam QS Al-Ma’un ayat: 1-7, yaitu;

Artinya: Tahukan kamu orang yang mendustakan agama, maka

itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong member

makan orang miskin, maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-

orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria, dan enggan

memberi bantuan.

Sangat jelas dalam ayat tersebut bahwa orang-orang memiliki

akhlak tercela (menghardik anak yatim, tidak memberi makan orang

miskin, berbuat riya dan enggan membantu orang lain) dianggap sebagai

pendusta agama dan salatnya akan sia-sia. Jadi amal ibadah tidak akan

diterima oleh Allah swt, bila ibadahnya itu tidak mampu mengarahkan

dirinya untuk memiliki akhlak yang baik. Menurut Harun Nasution dalam

bukunya Islam Rasional bahwa tujuan ibadah dalam Islam bukanlah

semata-mata menjauhkan diri dari neraka dan keinginan untuk masuk

surga, tetapi tujuan yang di dalamnya terdapat dorongan bagi kepentingan

dan pembinaan akhlak yang menyangkut kepentingan masyarakat.

Masyarakat yang baik dan bahagia adalah masyarakat yang para

anggotanya memiliki akhlak mulia dan budi pekerti luhur.30

30
Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, Cet. V
1998), hlm. 59.

30
Oleh karena itu akhlak menjadi sangat penting untuk ditanamkan,

ditumbuhkan, dikembangkan hingga diamalkan dalam semua aspek

kehidupan, sebab akhlak inilah yang menjadi tanda bahwa manusia benar-

benar menjalankan tugasnya, baik tugas sebagai hamba maupun tugas

sebagai khalifah Allah swt. di muka bumi ini. Islam sendiri menganjurkan

kita untuk berakhlak seperti akhlak Allah swt.,sebagaimana terangkum

dalam sifat-sifat-Nya. Manusia harus memiliki akhlak Pengasih,

penyayang, pemaaf, penolong, melindungi, dan sebagainya. Bukankah

dengan begitu manusia bisa membuat bayang-bayang surga di dunia ini.

Salah satu aspek kegiatan hidup manusia dalam rangka membina akhlak

mulia adalah aspek pendidikan. Pendidikan dalam persefektif Islam

sejatinya adalah internalisasi nilai-nilai akhlak atau adab ke dalam diri

pribadi peserta didik. Internalisasi ini merupakan proses pembangunan jiwa

yang berasaskan konsep keimanan. Kegagalan pendidikan di beberapa

sekolah/madrasah selama ini dapat disebabkan karena terdapat kesalahan

dalam etika menuntut ilmu yang menafikan aspek keimanan dan adab.

Sehingga proses internalisasi adab tersendat bahkan hilang sama sekali.

b. Dasar Akhlak

Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan

kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah al-Qur'an dan sunnah

Rasulullah SAW.31 Barnawie Umary menambahkan bahwa dasar

akhlak adalah al-Qur'an dan al-Hadits serta hasil pemikiran para

31
Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah: Suatu Pengantar (Cet. 6; Bandung:
CV Diponegoro, 1993), h. 49.

31
hukama dan filosof.32 Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan

sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan

menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Akhlak merupakan bagian penting dalam kehidupan muslim. Sebab

misi Nabi dalam dakwahnya adalah memperbaiki akhlak umat

manusia, faktor kemulian akhlak dalam pendidikan Islam dinilai

sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, yang

menurut pandangan Islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia

yang mampu menata kehidupan yang sejahtera di dunia dan kehidupan

di akhirat. Jadi jelaslah bahwa al-Qur'an dan al-Hadits pedoman hidup

yang menjadi asas bagi setiap muslim, mata teranglah keduanya

merupakan sumber akhlak dalam Islam. firman Allah dan sunnah Nabi

adala ajaran yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil

renungan dan ciptaan manusia, hingga telah terjadi keyakinan (aqidah)

Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk kriteria mana

perbuatan yang baik dan jahat, mana yang

halal dan mana yang haram.

c. Tujuan Pembentukan Akhlak

Agama Islam adalah agama rahmat bagi umat manusia. Ia datang

dengan membawa kebenaran dari Allah SWT dan dengan tujuan ingin

menyelamatkan dan memberikan kebahagiaan hidup kepada manusia

dimanapun mereka berada. Agama Islam mengajarkan kebaikan,

32
Barnawie Umary, Materi Akhlak (Cet.12; Solo: Ramadhani, 1995), h. 1.

32
kebaktian, mencegah manusia dari tindakan onar dan

maksiat.33Sebelum merumuskan tujuan pembentukan akhlak, terlebih

dahulu harus kita ketahui mangenai tujuan pendidikan islam dan tujuan

pendidikan akhlak. Muhamad Al-Munir menjelaskan bahwa tujuan

pendidikan

Islam adalah :

1) Tercapainya manusia seutuhnya

2) Tercapainya kebahagiaan dunia dan akherat

3) Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi dan takut kepada

Allah.34

Tujuan utama dari pendidikan Islam menurut Muhamad al-Athiyah

al Abrasy bahwa: Pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup

menghasilkan orang– orang yang bermoral, laki-laki maupun

perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar

dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya,

menghormati hak asasi manusia, tau membedakan baik dan buruk,

memilih suatu fadilah karena ia cinta pada fadilah, menghindari suatu

perbuatan yang tercela, karena ia tercela, dan mengingat Tuhan dalam

setiap pekerjaan yang mereka lakukan.35


33
Hasan Basri, Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya (Cet. 4; Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2004), h. 145.
34
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Cet. 1;
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 74-75
35
Muhamad Al-Athiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustomi A.
Ghoni dan Jauhar Bahri (Cet. 1; Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 108.

33
Sedangkan tujuan pendidikan moral dan akhlak dalam Islam ialah

untuk membentuk orang-orang berakhlak baik, keras kemauan, sopan

dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai,

bersifat bijaksana, sempurna, beradab, ikhlas, jujur, dan suci.36

Dari beberapa keterangan di atas, dapat ditarik rumusan mengenai

tujuan pendidikan akhlak, yaitu membentuk akhlakul karimah.

Sedangkan pembentukan akhlak sendiri itu sebagai sarana dalam

mencapai tujuan pendidikan akhlak agar menciptakan manusia yang

berakhlakul karimah.

d. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Pada prinsipnya faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

akhlak ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal

1) Faktor internal

Yaitu keadaaan peserta didik itu sendiri, yang meliputi latar belakang

kognitif (pemahaman ajaran agama,kecerdasan), latar belakang afektif

(motivasi, minat, sikap, bakat, konsep diri dan kemandirian).37

Pengetahuan agama seseorang akan mempengaruhi pembentukan

akhlak, karena ia dalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari

ajaran agama. Selain kecerdasan yang dimiliki, peserta didik juga

harus mempunyai konsep diri yang matang. Konsep diri dapat

36
Muhamad Al-Athiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustomi A.
Ghoni dan Jauhar Bahri, h. 109
37
Muntholi'ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI (Cet. 1; Semarang: Gunungjati, 2002),
h. 8.

34
diartikan gambaran mental seorang terhadap dirinya sendiri,

pandangan terhadap diri, penilaian terhadap diri, serta usaha untuk

menyempunakan dan mempertahankan diri.38 Dengan adanya konsep

diri yang baik, anak tidak akan mudah terpengaruh dengan pergaulan

bebas, mampu membedakan antara yang baik dan buruk, benar dan

salah.

Selain konsep diri yang matang, faktor internal juga dipengaruhi

oleh minat, motivasi dan kemandirian belajar. Minat adalah suatu

harapan, dorongan untuk mencapai sesuatu atau membebaskan diri dari

suatu perangsang yang tidak menyenangkan.39 Sedangkan motivasi

adalah menciptakan kondisi yang sedemikian rupa, sehingga anak mau

melakukan apa yang dapat dilakukannya. Dalam pendidikan motivasi

berfungsi sebagai pendorong kemampuan, usaha, keinginan,

menentukan arah dan menyeleksi tingkah laku pendidikan.

2) Faktor eksternal

Yaitu yang berasal dari luar peserta didik, yang meliputi

pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan lingkungan

masyarakat. Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam

terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor

lingkungan. Selama ini dikenal adanya tiga lingkungan pendidikan,

38
Muntholi'ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, h. 27.
39
Abdul Mujib, et.al., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), h. 117

35
yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.40Merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku atau akhlak

remaja, dimana perkembangannya sangat dipengaruhi faktor

lingkungan, di antaranya adalah:

a) Lingkungan keluarga (orang tua)

Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan yang utama

terhadap pembinaan akhlak dan kepribadian seorang anak. Orang tua

dapat membina dan membentuk akhlak dan kepribadian anak melalui

sikap dan cara hidup yang diberikan orang tua yang secara tidak

langsung merupakan pendidikan bagi sang anak. Dalam hal ini

perhatian yang cukup dan kasih sayang dari orang tua tidak dapat

dipisahkan dari upaya membentuk akhlak dan kepribadian seseorang.

b) Lingkungan sekolah (pendidik)

Pendidik di sekolah mempunyai andil cukup besar dalam upaya

pembinaan akhlak dan kepribadian anak yaitu melalui pembinaan dan

pembelajaran pendidikan agama Islam kepada siswa. Pendidik harus

dapat memperbaiki akhlak dan kepribadian siswa yang sudah terlanjur

rusak dalam keluarga, selain juga memberikan pembinaan kepada

siswa. Disamping itu, kepribadian, sikap, dan cara hidup, bahkan

sampai cara berpakaian, bergaul dan berbicara yang dilakukan oleh

seorang pendidik juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan

40
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Cet. 2; Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2001), h. 21.

36
proses pendidikan dan pembinaan moralitas siswa yang sedang

berlangsung.

c) Lingkungan masyarakat (lingkungan sosial)

Lingkungan masyarakat tidak dapat diabaikan dalam upaya

membentuk dan membina akhlak serta kepribadian seseorang. Seorang

anak yang tinggal dalam lingkungan yang baik, maka ia juga akan

tumbuh menjadi individu yang baik. Sebaliknya, apabila orang tersebut

tinggal dalam lingkungan yang rusak akhlaknya, maka tentu ia juga

akan ikut terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik pula.41

Lingkungan pertama dan utama pembentukan dan pendidikan

akhlak adalah keluarga yang pertama-tama mengajarkan kepada anak

pengetahuan akan Allah, pengalaman tentang pergaulan manusia dan

kewajiban memperkembangkan tanggung jawab terhadap diri sendiri

dan terhadap orang lain adalah orang tua. Tetapi lingkungan sekolah

dan masyarakat juga ikut andil dan berpengaruh terhadap terciptanya

akhlak mulia bagi anak.

F. Disiplin

a. Pengertian Disiplin

Ditinjau dari asal kata, kata disiplin berasal dari bahasa Latin

discere yang memiliki arti belajar. Dari pengertian ini kemudian

muncul kata disciplina yang berarti pangajaran atau pelatihan. Seiring

41
6Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Cet. 3; Jakarta: CV. Misika Anak
Galiza, 2003), h. 73-74

37
perkembangan waktu, kata disiplina juga mengalami perkembangan

makna. Kata disiplin sekarang dimaknai secara beragam ada yang

mengartikan disiplin sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk

kepada pengawasan dan pengendalian. Ada juga yang Disiplin adalah

kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang

mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan

peraturan yang berlaku.42

b. Pembentukan Kedisiplinan Siswa.

Alasan mendisiplinkan adalah untuk mengekspresikan rasa cinta.

Salah satu cara yang paling kuat dalam mencintai anak adalah

konsisten dalam disiplin diri. Ini merupakan sesuatu yang tidak mudah,

karena dengan berdisiplin, anak sering tidak bershabat dengan kita.

Guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama

disiplin diri (self-discipline). Guru harus mampu membantu peserta

didik mengembangkan pola perilakuya, meningkatkan standar

perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan

disiplin. Untuk mendisiplinkan pserta didik perlu dimulai dengan

prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional, yakni sikap

demokratis, sehingga peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal

tersebut, yakni, dari, oleh dan untuk peserta didik, sedangkan guru tut

wuri handayani.43Oleh karena itu guru perlu membiasakan siswa

untuk hidup teratur dengan selalu diberi keteladanan dan pembinaan


42
Ibid, hlm. 142.
43
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013),
hlm.172.

38
dengan sabar. Disiplin banyak bergantung kepada pribadi guru.

Sehingga dengan demikian peran guru amat menentukan dalam

menegakkan disiplin.

Keberadaan guru di kelas tidak hanya bertugas menyampaikan

kurikulum/materi yang direncanakan kepada para siswa, tetapi

persoalan disiplin para guru itu sendiri di kelas perlu di tampilkan.

Materi dan disiplin harus dikaitkan dengan pemahaman umum dari apa

yang diharapkan siswa. Tujuan mendisiplinkan adalah mengajarkan

kepatuhan. Ketika kita melatih anak untuk mengalah, kita sedang

mengajar mereka melakukan sesuatu yang benar untuk alasan yang

tepat. Pada awalnya disiplin yang terbentuk bersifat eksternal (karena

diharuskan orang tua/lingkungan luar), tetapi manjadi sesuatu yang

internal, menyatu ke dalam kepribadian anak sehingga disebut sebagai

disiplin diri.44

Dalam konteks pembelajaran di sekolah, ada beberapa bentuk

kedisiplinan, pertama, hadir di ruangan tepat pada waktunya. Kedua,

tata pergaulan di sekolah. Sikap untuk berdisiplin dalam tata pergaulan

di sekolah ini bisa diwujudkan dengan tindakan-tindakan menghormati

semua orang yang tergabung di dalam sekolah, menghormati pendapat

mereka, menjaga diri dari perbuatan-perbuatan dan sikap yang

bertentangan dengan agama. Ketiga, mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan serentetan

program sekolah, peserta didik juga dituntut berdisiplin atau aktif


44
Afriza, Manajemen Kelas, (Pekan Baru: Kreasi Edukasi, 2014), hlm. 92.

39
mengikuti dengan mencurahkan segala potensi yang mereka miliki,

baik bersifat fisik, mental, emosional, dan intelektual. Keempat, belajar

di rumah. Dengan belajar di rumah peserta didik menjadi lebih ingat

terhadap pelajaran yang telah dipelajari dan lebih siap untuk

menghadapi pelajaran yang akan di hadapi atau yang akan diberikan

oleh gurunya sehingga peserta didik akan lebih faham terhadap suatu

pelajaran.45

c. Strategi Peningkatan Kedisiplinan

Di lingkungan sekolah guru mempunyai kedudukan yang sangat

penting. Peserta didik sejak dari rumah sudah membayangkan bahwa

dia akan bertemu dengan gurunya dan akan memperoleh pelajaran

tertentu. Pada saat guru berdiri di depan kelas, semua mata menuju

kepadanya dan menantikan penjelasan apakah yang akan diberikan

oleh guru. Sikap guru, cara guru menerangkan pelajaran menjadi

perhatian peserta didiknya. Oleh karena itu selama guru berada di kelas

pusat perhatian pada dasarnya adalah pada pelajaran dan pada guru.

Dan perilaku guru akan memberikan warna untuk watak peserta

didik.46

Dalam pembentukan kedisiplinan perlu sebuah strategi yang

tepat agar proses internalisasi dapat berjalan dengan baik, lebih penting

adalah anak mampu menerima konsep kedisiplinan dengan baik serta

mampu mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan sebuah


45
Ibid. hlm. 146
46
Pupuh Fathurrahman, dkk, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Refika
Aditama), hlm. 160.

40
strategi memungkinkan seorang guru untuk mengaplikasikannya dalam

dunia pendidkan. Dengan demikian diharapkan memberikan

perubahan terhadap kedisiplinan peserta didk. Adapun strategi yang

dapat digunakan guru dalam membentuk kedisiplinan tersebut adalah:

1) Penerapan tata tertib yang fleksibel, yang nyaman dan tidak

membuat peserta didik merasa tertekan selama proses belajar.

2) Penyesuaikan peraturan dengan psikologi dan perkembangan

anak. Hal ini bertujuan supaya anak tidak merasa tertekan dan

perkembangannya tidak terganggu karena tekanan terhadap

psikologinya.

3) Melibatkan peserta didik dalam pembuatan aturan atau tata tertib,

supaya siswa merasa memiliki tanggung jawab terhadap peraturan

yang dibuatnya sendiri, meski pada kenyataannya peraturan

tersebut dibuat dan disepakati bersama-sama.

4) Menjalin hubungan social yang baik dengan peserta didik agar

tercipta suasana kekeluargaan yang nyaman.

5) Mengajarkan untuk hidup menurut prinsip strktur otoritas. Hal ini

berkaitan dengan prinsip dalam bertindak yang sesuai dengan

aturan Tuhan Yang Maha Esa.

6) Memperlakukan orang tua peserta didik sebagai mitra kerja.

Seorang pendidik sudah seharusnya bekerja sama dengan orang

tua peserta didik dalam penanaman sikap disiplin. Karena

41
bagaimanapun keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar

dalam proses belajar anak.

7) Mengatur dan menciptakan suasana kelas dengan baik. Kelas yang

teratur dapat menjadi wadah peserta didik dalam megikuti arus

saat proses belajar dijalankan. Hal ini berkaitan dengan

pemeliharan

8) Lingkungan fisik sekolah, misalnya: penataan ruangan kelas,

pengaturan tempat duduk, dam persiapan belajar. Pemberian

reward (penghargaan) kepada siswa yang berperilaku baik. Hal ini

dapat memacu siswa untuk mentaati kedisiplinan.47

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Mulia

Peserta Didik

Pembentukan dan pembinaan akhlak mulia merupakan sesuatu

yang sangat penting dan urgen. Oleh karena itu, persoalan akhlak

mulia menjadi perhatian besar di kalangan pakar pendidikan terutama

yang memprioritaskan kajiannya pada pendidikan dalam persfektif

Islam. Salah satu kajiannya adalah masalah faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan akhlak mulia. Terdapat banyak faktor

yang mempengaruhi pembentukan akhlak, yaitu faktor intern dan

faktor ekstern.

1) Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri manusia, yang

memiliki peran dalam pembentukan akhlak, antara lain:

 Insting atau naluri


47
Ibid, hlm. 94-95.

42
Muchtar Yahya mengemukakan bahwa naluri ialah sifat

tetap dari jiwa yang mendorong makhluk mengerjakan

pekerjaan dengan tidak dipelajari lebih dahulu dan tidak pula

dari hasil pengalaman. Dia tidak mengerjakannya dengan tidak

menggunakan sesuatu maksud atau tujuan, kendatipun maksud

dan tujuan itu berhasil. Jadi secara sederhana, naluri manusia

merupakan pembawaan yang ada pada diri manusia sejak lahir

dan bersifat asli, yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu

tindakan tertentu apabila dia mengetahui dirinya berada pada

situasi dan kondisi tertentu. Para ahli psikologi membagi

insting menjadi beberapa bagian, diantaranya, naluri berjodoh,

naluri makan, naluri keibuan/kebapakan, naluri berjuang, naluri

bertuhan dan sebagainya. Pengaruh naluri pada diri seseorang

sangat tergantung pada penyalurannya. Naluri dapat

menjerumuskan manusia kepada kehinaan dan dapat pula

mengangkat manusia pada derajat yang mulia, bila naluri ini

disalurkan kepada hal yang baik dengan tunutunan kebenaran.

 Adat atau Kebiasaan

Salah satu faktor penting dalam tingkah laku manusia

adalah kebiasaan, karena sikap dan tingkah laku yang menjadi

akhlak sangat erat dengan kebiasaan. Yang dimaksud dengan

kebiasaan adalah perbuatan yang berulang-ulang atau

konsistensi dalam melakukan sebuah perbuatan sehingga

43
mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini memegang

peranan yang sangat penting dalam membentuk dan membina

akhlak. Untuk mencapai tujuan pendidikan dalam membina

akhlak Al-Quran sangat banyak memberikan dorongan agar

manusia selalu melakukan kebaikan. Oleh karena itu kebiasaan

diupayakan dalam rangka mempertahankan paradigma, sampai

kebiasaan ini berujung pada pembentukan mindset bahwa

melakukan kebaikan adalah hal yang menarik dan terus

menerus harus dilakukan. Proses pendidikan yang terkait

dengan perilaku ataupun sikap tanpa diikuti dan didukung

adanya praktek dan pembiasaan pada diri, maka pendidikan itu

hanya jadi angan-angan saja, karena pembiasaan dalam proses

pembinaan sangat dibutuhkan.

 Kemauan

Kemauan adalah kehendak untuk melangsungkan

semua ide dan pemikiran walau disertai dengan rintangan,

hambatan, dan tantangan ataupun kesukarankesukaran yang

menghadang langkah untuk mencapai keinginan. Kemauan ini

adalah salah satu kekuatan yang sangat besar dalam upaya

menggerakkan atau mendorong manusia dengan sungguh-

sungguh untuk berakhlak mulia, sebab dari kemauan atau

kehendak itulah terwujud suatu niat yang baik dan buruk, dan

tanpa kemauan pula semua ide dan pemikiran menjadi pasif

44
dan tidak ada pengaruhnya dalam kehidupan. Kemauanlah

membuat orang bisa besar atau kecil.

 Suara Hati

Di dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang

sewaktu-waktu memberikan peringatan (isyarat) jika tingkah

laku manusia berada di jalur keburukan, kekuatan tersebut

adalah suara hati. Suara hati ini berfungsi memberi peringatan

akan bahaya yang ditimbulkan dan berusaha untuk

mencegahnya, di samping dorongan untuk melakukan

perbuatan baik. Suara hati dapat terus dididik dan dituntun

untuk dapat mencapai jenjang kekuatan rohani.

 Keturunan

Keturunan juga merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi perbuatan manusia. Dalam kehidupan sekitar,

kita dapat melihat orang-orang yang berperilaku menyerupai

orang tuanya. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi

Komunikasi berpendapat bahwa warisan biologis manusia

dapat menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur

DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang

diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya pengaruh

warisan biologis ini sampai muncul aliran sosiobiologi yang

memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama,

45
kebudayaan moral, berasal dari struktur biologinya. 48 Sifat

keturunan ini secara garis besarnya ada dua macam, yaitu sifat

jasmaniah dan sifat ruhaniah.

 Lingkungan

Sartain (ahli psikologi) sebagaimana dikutip oleh

Ngalim Purwanto mendefinisikan lingkungan adalah : meliputi

semua kondisi-kondisi di dalam dunia ini yang dalam cara-cara

tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,

perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan

bahkan gen-gen dapat dipandang sebagai menyiapkan

lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain.49 Jadi,

lingkungan adalah semua yang melingkupi seseorang, seperti

tumbuhtumbuhan, keadaan tanah, udara, pergaulan sosial

antara satu dengan yang lain, serta alam sekitar. Dengan begitu

manusia akan mengalami proses pergaulan dan saling

mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku.

48
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 34
49
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
hlm. 28

46
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kehadiran Peneliti Di Lapangan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif, maka dengan sendirinya kehadiran peneliti mutlak

diperlukan, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif yakni menjadi

instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.Oleh karena itu

peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti

kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.50

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini hanya sebagai pengamat, serta

tidak langsung melibatkan diri dengan subyek yang sedang diteliti. Penelitian

ini nantinya akan diadakan selama kurang lebih satu bulan sesuai dengan

jadwal penelitian mulai dari setelah mendapatkan izin untuk melakukan

penelitian. Kalaupun waktu yang diperkirakan tidak cukup maka peneliti akan

menambah waktu penelitian sampai semua kejenuhan data terkumpulkan.

B. Sumber Dan Jenis Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh.51 Untuk mendapat

data yang valid dan objektif terhadap hal yang diteliti, maka dipandang perlu

untuk menjelaskan informasi sekaligus karateristiknya serta jenis data yang

akan dikumpulkannya, sehingga kualitas validitas, dan keakuratan data yang

diperoleh dari informasi benar-benar dapat dijamin.


50
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, cet ke 26, (Bandung:
Alfabeta, 2017), 222.
51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 114.

47
Sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah subjek yang

harus diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Data primer

Data primer adalah data yang di dapat secara langsung dari objek

penelitian pada saat penelitian di lakukan untuk memperoleh data yang

primer, maka penelitian melakukannya dengan cara observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Adapun informan untuk memproleh data primer adalah

kepala sekolah, guru Aqidah Akhlak dan siswa di SDN 27 Woja Dompu.

2) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di maksudkan untuk data sekunder

yang tidak di peroleh melalui secara tidak langsung. Data sekunder dalam

penelitian ini antara lain di peroleh melalui buku- buku, majalah-majalah

koran dan lain-lain, yang berkaitan dengan masalah yang di teliti, untuk

mengkopi atau menambah data primer.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini nantinya penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dengan fields research atau penelitian lapangan. Teknik

pengumpulan data yang penulis maksudkan adalah mengumpulkan sejumlah

data dan keterampilan secara langsung dari lokasi penelitian atau tepatnya di

SDN 27 Woja Dompu dengan menggunakan beberapa metode yang anggap

refsentatif dalam mendukung terselenggarnya penelitian antara lain:

48
a. Metode observasi

Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan data terhadap objek yang diteliti. Teknik observasi

digunakan adalah observasi langsung sebagaimana dijelaskan oleh

Winarno Surakhmad: yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek

yang diteliti, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebanarnya

maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan.52

Observasi langsung tersebut dilakukan dengan datang dan mengamati

secara langsung kondisi objektif di SDN 27 Woja Dompu.

Oleh karena itu, salah satu teknik yang dapat digunakan penulis

dalam pengumpulan data adalah terlebih dahulu mengadakan observasi.

Kisi- kisi observasi terkait kedisiplinan dan akhlak ini dikembangkan

berdasarkan peraturan tata tertib sekolah yang berkaitan selama proses

belajar mengajar yang terdiri dari beberapa aspek. Kisi-kisi tersebut dapat

dilihat pada tabel 1

52
Winarno Surakhmad, Dasar dan Teknik Research, Pengantar Metodologi Ilmiah, ed.
VI (Bandung: Tarsito, 1978). Hlm. 155.

49
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi terhadap Kepala Sekolah, Guru

Kelas dan Peserta didik.

No. Aspek yang Indikator Hasil


diamati Observasi
Kedisiplinan
Sumber Kondisi pembelajaran
data: secara kondusif
peserta Rajin belajar
Disiplin belajar
didik Menyelesaikan tugas
sesuai waktu yang
ditetapkan
Masuk sekolah secara
tepat waktu
Pulang sekolah secara
tepat waktu
Masuk kelas selambat-
lambatnya 5 menit
sebelum pelajaran
dimulai.
Siswa terlambat harus
melapor pada guru.
Siswa absen hanya
Disiplin waktu karena sakit atau
keperluan yang sangat
penting dan membawa
surat keterangan.
Siswa boleh
meninggalkan kelas
apabila ada keperluan
yang sangat penting atau
mendadak.
Mengikuti upacara
bendera secara tepat
waktu
Taat kepada guru.
Memperhatikan saat
pelajaran.
Kewajiban siswa Membawa perlengkapan
sekolah.
Tidak membuat suara
gaduh.
Keluar masuk kelas saat
pelajaran

50
berlangsung tanpa ijin.
Larangan siswa Mengganggu siswa lain.
Membaca materi lain saat
pelajaran
Mencontek pada saat test
pelajaran
Menggunakan seragam
sekolah lengkap
Pakaian olahraga sesuai
Pakaian dengan
ketentuan.
Panjang rok dibawah
lutut.
Mengikuti pelajaran
selama tidak melanggar
peraturan.
Hak siswa Meminjam buku di
perpustakaan.
Mendapat perlakuan yang
sama.
Ibadah shalat dzuhur
tepat waktu
Ibadah shalat dhuha tepat
Disiplin ibadah waktu
Ikut serta membaca
asma’ul husna setiap hari

Izin saat keluar kelas


Berpakaian sesuai dengan
Disiplin sikap peraturan
Berjabat tangan ketika
bertemu guru
Sumber Hadir di sekolah 10 menit
data : Masuk sekolah sebelum mengajar.
Kepala
Sekolah, Mengikuti upacara
Guru bendera apabila mengajar
Kelas, jam pertama.
dan Apabila terlambat harus
Peserta melapor pada guru piket.
didik. Memberikan tugas atau
bahan pelajaran untuk
siswa apabila
berhalangan hadir.
Mempersiapkan alat dan

51
bahan pelajaran secara
teratur
Menggunakan waktu
Kewajiban guru tatap muka (minimal 5
menit) untuk pembinaan
akhlak.
Mengkondisikan siswa
saat akan belajar.
Memberikan sanksi
kepada siswa yang
melanggar peraturan.
Menghindari hukuman
fisik.
Tidak boleh mengurangi
jam pelajaran
Tidak boleh
memulangkan siswa
Larangan guru tanpa ijin guru piket
Tidak boleh
menggunakan waktu
istirahat untuk ulangan
atau kegiatan lain.
Berseragam rapi.
Pakaian Menggunakan seragam
lengkap.
Akhlak
Sumber Keteladanan Bertutur bahasa dan
data : berbuat baik kepada
Kepala orang lain
Sekolah, Mengucapkan salam
Guru Pembiasaan Melaksanakan shalat
Kelas, secara berjamaah
dan Membaca Al-Qur’an
Peserta Membaca do’a dan
didik. berdzikir
Nasihat Menanamkan nilai-nilai
agama
Menganjurkan kepada
siswa untuk menjalankan
perintah Allah dan
menjauhi segala
larangan-Nys
Hukuman atau Menunjukkan kesalahan
peringatan dengan pengarahan
Menunjukkan kesalahan

52
dengan memberikan
isyarat
Menunjukkan kesalaahn
dengan kecaman
Nilai ibadah Menjalankan shalat
secara berjamaah
Membaca Al-qur’an
Membaca do’a dan
berdzikir
Berbuat baik dan saling
menyayangi
Berlaku sopan dalam
ucapan maupun
perbuatan
Saling tolong menolong
Saling mema’afkan
Pembinaan Pembinaan sikap disiplin
Akhlak Pembinaan sikap jujur
Pembinaan sikap terampil

b. Metode wawancara (interview)

Metode interview adalah merupakan teknik penulis dalam

upaya memperoleh data melalui tanya jawab atau wawancara. Hal ini

dapat kita lihat dalam ungkapan seorang tokoh bahwa “metode

wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara

mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data, dan sumber

data juga memberikan jawaban secara lisan”.53

Sedangkan dalam pendapat tokoh yang lain mengungkapkan

bahwa “metode wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan baik

langsung maupun tidak langsung dengan sumber data”.54


53
Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 2003), hlm. 61.
54
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2003),
hlm. 165.

53
Jadi tentunya melalui wawancara penulis dapat memperoleh

gambaran tentang bagaimana peran guru kelas di SDN 27 Woja

Dompu. Metode interview atau wawancara dianggap sangat tepat

digunakan penulis dalam teknik untuk memperoleh data yang valid.

Adapun metode wawancara yang akan dilakukan untuk memperoleh

data dalam penelitian ini berdasarkan peraturan tata tertib sekolah

yang berkaitan dengan kedisiplinan dan akhlak siswa SD Negeri 27

Woja Kabupaten Dompu dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Metode Wawancara Pada Pihak SD Negeri 27

Woja Kabupaten Dompu.

Sumber Jawaban
Pertanyaan
Narasumber narasumber
Kepala Kurikulum apa saja yang
Sekolah SD diterapkan di SD Negeri 27
Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu ini?
Woja
Kabupaten Bagaimana pandangan Bapak
Dompu mengenai penanaman
kedisiplinan dan akhlak siswa
di SD Negeri 27 Woja
Kabupaten Dompu?
Mengapa karakter disiplinn
dan akhlak siswa perlu
dibentuk ?
Apa saja program-program
implementasi penanaman
kedisiplinan dan akhlak siswa
dalam upaya meningkatkan
kedisiplinan dan akhlak siswa
di SD Negeri 27 Woja
Kabupaten Dompu?
Bagaimana metode yang

54
digunakan di SD Negeri 27
Woja Kabupaten Dompu
dalam meningkatkan
kedisiplinan dan akhlak siswa?
Apa saja faktor yang
mempengaruhi akhlak siswa di
SD Negeri 27 Woja Kabupaten
Dompu serta solusi yang
diterapkan dalam
meningkatkan kedisiplinan dan
akhlak siswa?
Apa saja problem yang
dihadapi oleh pihak sekolah
dalam penanaman kedisiplinan
dan akhlak siswa SD Negeri 27
Woja Kabupaten Dompu?
Bagaimana kedisiplinan siswa
kelas V sekolah SD Negeri 27
Woja Kabupaten Dompu
Jika ada siswa yang melanggar
peraturan sekolah, konsekuensi
apa yang diterima siswa kelas
V SD Negeri 27 Woja
Kabupaten Dompu
Faktor apa saja yang
mempengaruhi penanaman
kedisiplinan siswa kelas V SD
Negeri 27 Woja Kabupaten
Dompu?
Bagaimana solusi yang
dilakukan oleh pihak sekolah
terhadap problematika yang
dihadapi?
Bagaimana cara upaya sekolah
untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa kelas V di
SD Negeri 27 Woja Kabupaten
Dompu?
Bagaimana komunikasi antara
orang tua dengan pihak sekolah
dalam kedisiplinan siswa di
sekolah?

55
Guru Bagaimana pembelajaran yang
anda lakukan di kelas? apakah
anda sudah mengajar sesuai
standar yang di tetapkan
pemerintah? bagaimana
pendekatan dan metode
pembelajaran yang anda
gunakan?
Apakah dengan pendekatan dan
metode yang anda gunakan
mendapatkan respon yang
positif dari siswa?
Bagaimana cara yang anda
gunakan untuk mengembalikan
semangat belajar dan situasi
yang kondusif ketika ada siswa
yang memberikan respon
negatif terhadap pembelajaran?
Apakah anda selalu
memberikan tugas kepada siswa
untuk mengetahui kedisiplinan
siswa tersebut? Bagaimana jika
ada siswa anda tidak
mengerjakan tugas yang anda
berikan? apa yang anda
lakukan?
Apakah anda selalu
memberikan teladan yang baik
kepada siswa anda? mengapa
demikian?
Apakah anda selalu mengawasi
dan mengontrol kedisiplinan
siswa anda terutama dalam hal
disiplin waktu? mengapa
demikian?
Apa yang anda lakukan jika
siswa anda tidak disiplin waktu?
Apakah sekolah memiliki
aturan dalam hal melaksanakan
salat disekolah?

56
Apakah anda selalu salat lima
waktu secara tepat waktu?
Apakah anda memberikan
contoh kepada siswa untuk
selalu taat beribadah? mengapa
demikian?
Bagaimana jika siswa anda
tidak menaati peraturan dalam
melaksanakan salat secara tepat
waktu?
Bagaimana anda menanamkan
kedisiplinan siswa dalam
bersikap? mengapa demikian?
Apa yang anda lakukan jika ada
siswa yang bersikap tidak sopan
kepada guru?
Bagaimana problematika yang
dihadapi oleh guru dalam
penanaman kedisiplinan dan
akhlak siswa kelas V?
Bagaimana cara meningkatkan
kedisiplinan siswa dan akhlak
dikelas?
Bagaimana penanaman karakter
disiplin dan akhlak yang
diterapkan didalam kelas
maupun di lingkungan sekolah?
Nilai-nilai karakter religius apa
saja yang di tanamkan untuk
pendidikan akhlak siswa?
Bagaimana kepribadian guru
dalam menghadapi peserta didik
untuk penanaman nilai religius
siswa serta solusi yang
diterapkan sebagai upaya
meningkatkan kedisiplinan dan
akhlak siswa?
Siswa Saudara kalau di sekolah
berperilaku disiplin apa tidak?
Apa yang membuat saudara
tidak berperilaku disiplin di
sekolah?

57
Jika ada yang melanggar
peraturan/tidak berperilaku
disiplin, konsekuensi yang
saudara terima apa dari
guru/pihak sekolah? Kalau
saudara melanggar peraturan
biasanya diberi sanksi apa?
Bagaimana sikap seorang guru,
jika pelajaran berlangsung
dikelas ada siswa yang bermain
sendiri dan berbicara dengan
teman?
Bagaimana tanggapan seorang
guru, jika saudara telat masuk
kelas ataupun terlambat masuk
sekolah?
Bagaimana jika saudara tidak
ikut shalat berjamaah di masjid?

Bagaimana sikap seorang guru,


jika saudara tidak mengerjakan
PR?
Bagaimana pembelajaran guru
dikelas, menurut saudara
menarik atau tidak?
Biasanya kalau di rumah
saudara juga berperilaku
disiplin atau tidak? Alasannya
kenapa? Apa contoh perilaku
disiplin kalau ada di rumah?
Apakah dirumah diterapkan
disiplin waktu, ibadah, sikap
dan belajar oleh orang tuamu?
Pukul berapa saudara sampai di
sekolah?
Pernahkah saudara terlambat
masuk kelas?
Jika saudara terlambat masuk
kelas, apa yang saudara
lakukan?
Bagaimana tanggapan guru jika
saudara datang terlambat?
Apakah saudara tahu isi dari

58
tata tertib sekolah?
Bagaimana cara saudara
mentaati peraturan?
Pernahkah saudara melanggar
tata tertib sekolah terkait
dengan kedisiplinan belajar di
kelas?
Apa alasan saudara melanggar
tata tertib tersebut?
Pernahkah saudara melanggar
tata tertib sekolah terkait
dengan kedisiplinan belajar di
kelas?
Apa alasan saudara melanggar
tata tertib tersebut?
Apa yang saudara lakukan jika
ada teman yang melanggar tata
tertib sekolah?
Apakah saudara tahu
kewajibanmu sebagai murid
ketika di sekolah selama
mengikuti pembelajaran?
Apa yang di lakukan Bapak/Ibu
guru apabila saudara tidak
memperhatikan saat dijelaskan
ketika pembelajaran?

Bagaimana cara saudara


mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru pada
Bagaimana cara saudara
mematuhi aturan berseragam di
sekolah?
Apakah saudara mendapat
perlakuan yang sama dengan
teman saudara ketika proses
belajar mengajar?
Apakah saudara mengikuti
kegiatan les di sekolah?
Bagaimana cara saudara
mengikuti
kegiatan les di sekolah?
Penanaman karakter disiplin
dan akhlak apa saja yang
diberikan sekolah pada siswa?

59
Menurut saudara sudahkah guru
menjadi tauladan dalam
karakter disiplin dan akhlak di
sekolah saudara?
Apakah saudara merasa senang
atau terbebani dengan
arahan/ajakan guru melakukan
kegiatan keagamaan seperti
membaca asmaul husna, solat
dzuhur berjamaah dll ?
Apa yang dilakukan
pendidik/guru jika saudara tidak
melaksanakan kegiatan dalam
upaya meningkatkan
kedisiplinan dan akhlak di
sekolah?
Penanaman kedisiplinan dan
akhlak apa saja yang diberikan
sekolah pada siswa?
Menurut saudara sudahkah guru
menjadi tauladan dalam
karakter disiplin dan akhlak di
sekolah saudara?

c. Metode dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikonto bahwa metode dokumentasi yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda dan sebagainya.55 Teknik ini digunakan untuk menggali data

dengan cara mempelajari arsip-arsip, catatan-catatan maupun sumber

tertulis lainnya yang meliputi keadaan madrasah, jumlah siswa,

jumlah guru serta hal-hal lain yang dianggap penting. Adapun data

55
Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 31.

60
yang dapat dihimpun dengan menggunakan metode dokumentasi

tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Metode Dokumentasi Sekolah Dasar 27 Woja

Kabupaten Dompu.

No. Aspek dokumentasi Hasil temuan

1 Gambaran umum SDN 27 Woja


Dompu.
2 Data sarana dan prasarana SDN 27 Woja
Dompu.
3 Data guru SDN 27 Woja Dompu.
4 Data siswa SDN 27 Woja Dompu.

3. Instrumen Penelitian

Moleong mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang di gunakan untuk mempermudah penelitian dalam

mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh jelas, sistematis, lebih

cermat, lengkap serta prosesnnya lebih mudah. Dengan demikian dapat di

artikan bahwa instrumen penelitian adalah merupakan alat atau fasilitas

yang di gunakan oleh peneliti dalam sebuah penelitian dengan tujuan agar

data yang di peroleh lebih valid dan akurat.56 Adapun instrumen dalam

melakukan penelitian ini adlah sebagai berikut; (1) Pedoman observasi,

(2) Pedoman wawancara, dan (3) format dokumentasi.

Pedoman observasi adalah beberapa instrumen variabel sebagai

acuan dan untuk mengamati keadaan, kejadian, usaha dan upayah lisan

yang dilontarkan kepada responden dengan maksud penelitian, pertayaan

tersebut di pertayakan kepada guru dan siswa yang menjadi subjek


56
Moleong, Metodologi Penelitian hlm. 166.

61
penelitian. Sedangkan format dokomentasi adalah tabel-tabel yang di

gunakan dengan tujuan untuk memperoleh berbagai data yang diperlukan.

D. Teknik Analisis Data

Setelah jumlah data dan keterangan berhasil dikumpulkan penulis,

maka langkah selanjutnya adalah menganalisis beberapa data yang diperoleh

dalam bentuk analisis deskriptif dengan menggunakan beberapa teknik

analisis data antara lain:

Reduksi data, yaitu mereduksi data sehingga dapat dijelaskan dalam satu

bentuk narasi yang utuh. Matthew B. Miles dan A. Michel Huberman

menjelaskan:

“Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-

menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung”.57

Reduksi data diterapkan pada hasil observasi, interview dan

dokumentasi dengan mereduksi kata-kata yang dianggap penulis tidak

signifikan bagi peneliti ini seperti guarauan informan basa basi dan sejenisnya.

Adapun langkah-langkah reduksi data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut: 1) pemusatan perhatian pada penyederhanaan 2)

pengabstrakan 3) transformasi data.

Alur penyajian data dalam penelitian ini yaitu menyajikan data yang

telah direduksi dalam model-model tertentu untuk menghindari adanya


57
Matthew B. Miles, et, Qualitative Data Analisys, diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi
Rohidi Dengan Judul Analisys Data Kualitatif, Buku Tentang Metode-Metode Baru Cet. I (Jakarta:
UI Press, 1992). Hlm. 16.

62
kesalahan penafsiran terhadap data tersebut. Matthew B. Miles dan A. Michel

Huberman Menjelaskan:

“Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Kami

membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan

melihat penyajian-penyajian, kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan

apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan

berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut.” 58 Dalam alur

penyajian data untuk mendapatkan informasi dengan mengunakan beberapa hal yaitu;

1) matriks, 2) grafik, 3) jaringan, dan 4) bagan.

Verifikasi data, yaitu pengambilan kesimpulan dari penulis terhadap data

tersebut. Dalam konteks ini, Matthew B. Miles dan A. Michel Huberman

menjelaskan:

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan

verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai

mencari arti benda-benda, mencatat keteratuan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-

konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan preposisi.59

Teknik verifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Dedukatif, yaitu suatu analisis yang berangkat dari data yang bersifat

umum, kemudian digeneralisasikan untuk mendapatkan kesimpulan yang

bersifat khusus.

58
Ibid, hlm. 17.
59
Ibid, hlm. 19.

63
2. Indukatif, yang suatu analisis yang beangkat dari data yang bersifat

khusus, kemudian digeneralisasikan untuk mendapatkan kesimpulan yang

bersifat umum.

3. Komparatif, yaitu analisis yang membandingkan antara dua data atau

lebih, sehingga dapat ditemukan persamaan maupun perbedaan.

Dengan demikian, maka teknik analisis data adalah menguraikan

beberapa hal yang diperoleh selama penelitian dan tidak dijabarkan dalam

bentuk statistik. maka langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1)

Mengorganisasikan data 2) Membuat kategori, menentukan tema dan pola 3)

Menguji hipotesa yang muncul dengan menggunakan data yang ada 4)

Mencari eksplanasi alternative, 5) Menulis laporan.

E. Pengujian Kridibilitas Data

Pengujian keabsahan adalah salah satu cara untuk mengetahui

kebenaran dari data yang didapatkan oleh peneliti. Adapun langkah- langkah

yang dilakukan oleh peneliti dalam mencari kebenaran data sebagai berikut:

1. Member Cek (cek berulang-ulang)

Member cek adalah kegiatan mencek kebenaran data yang

dilakukan oleh peneliti setelah mengumpulkan data yang valid tentang

strategi guru Aqidah Akhlak dalam menghadapi hiperaktif siswa. Kegiatan

ini dilakukan oleh peneliti agar data yang dikumpulkan tidak diragukan

lagi kebenarannya.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk mencek

kebenaran data adalah sebagai berikut:

64
a. Dilakukan setiap akhir wawanvara

b. Dilakukan selama penelitian berlangsung sewaktu wawancara secara

formal maupun informal.

2. Cros Cek

Cros cek adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk

melihat kebenaran terhadap data yang telah dikumpulkan dari hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai strategi guru Aqidah

Akhlak dalam menghadapi perilaku hiperaktif siswa. Kegiatan dilakukan

oleh peneliti agar tidak terjadi kesalahan terhadap data yang telah

dikumpulkan oleh peneliti di lapangan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menkros

cek data penelitian adalah sebagai berikut:

c. Cros cek terhadap data yang masih diragukan kebenarannya

d. Memeriksa validitas dan reliabilitasnya.

3. Tri Anggulasi

Tri anggulasi adalah proses mencari kebenaran dari data yang telah

dikumpulkan. Data yang dikumpulkan oleh peneliti itu sudah diketahui

kebenarannya. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tri anggulasi

adalah proses pencarian kebenaran tentang strategi guru Aqidah Akhlak

dalam menghadapi perilaku hiperaktif siswa. Dengan demikian, data yang

dapat diambil dalam penelitian yang merupakan data yang telah dianggap

benar dan sudah teruji melalui beberapa tahap adalah sebagai berikut:

e. Hasil observasi dan hasil wawancara

65
f. Perkataan informan di dapan umum dan perkataan pribadi

g. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

h. Kecukupan referensi.

F. Sistematika Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April 2020. Penelitian ini akan

dilakukan setelah seminar proposal bulan April. Hal-hal yang perlu

dipersiapkan pada penelitian ini adalah surat-surat yang berkaitan dengan

permohonan izin penelitian, beberapa pertanyaan yang ditujukan pada para

Narasumber sebagai bahan untuk mengkaji peran guru kelas dalam

meningkatkan kedisiplinan dan akhlak siswa Sekolah Dasar Negeri 27 Woja

Kabupaten Dompu. Setelah dilakukan wawancara kemudian mengumpulkan

data-data hasil wawancara, dan memilih data yang sesuai dengan tujuan

penelitian. Dokumentasi juga dilakukan sebagai data pendukung penelitian.

Selanjutnya mengolah data yang diperoleh ke dalam Bab Pembahasan.

G. Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel. Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan
No Kegiatan
9 10 11 12 1 2 3 4 5
1 Penentuan Judul Penelitian
2 Penyusunan Proposal
3 Penyusunan Instrumen

66
4 Pelaksanaan
4 Obsevasi
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Penyusunan Laporan
8 Revisi Laporan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1) Sejarah berdiri SDN 27 Woja Kabupaten Dompu

67
2) Letak Geografis SDN 27 Woja Kabupaten Dompu

3) Deskripsi Visi Dan Misi SDN 27 Woja Kabupaten Dompu

Setiap lembaga pendidikan baik sekolah ataupun madrasah pada

umumnya memiliki visi dan misi. Visi dan misi inilah yang akan

menentukan terlaksana atau tidaknya proses pendidikan tersebut. Adapun

terkait dengan visi dan misi SDN 27 Woja Kabupaten Dompu, dapat

dilihat pada keterangan di bawah ini :

a. Visi

Terwujudnya manusia yang cerdas, berbudi pekerti luhur dan religius

b. Misi

1. Menanamkan pengetahuan, keterampilan dan sekap secara aktif,

kreatif, dan inovatif

2. Menanamkan prilakuku sesuai dengan norma –norma agama

kepada semua warga sekolah

3. Mengoptimalkan kegiatan kbm melalui metode paket

4. Meningkatkan kualitas guru dalam mengajar dan bimbingan

peserta didik

5. Siwa dapat menyelesaikan pendidikan dasar dengan hasil yang

memuaskan

6. Siswa dapat meningkatkan pendidikan ke jenjang yang berkualitas

baik Melakukan kegiatan imtaq dan yasin bersama setiap hari

jum’at60

c. Keadaan Guru SDN 27 Woja Kab Dompu


60
Papan Visi dan Misi SDN 27 Woja Kabupaten dompu Dikutif Tanggal 30 April 2020

68
Guru adalah salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan,

khususnya dalam meningkatkan sumber daya manusia yang dihasilkan

dari proses pendidikan. Dengan demikian, dalam sebuah lembaga

pendidikan khususnya madrasah, peran guru disana sangatlah strategis

dan menjadi kunci keberhasilan.

Guru merupakan faktor pertama dan utama yang akan

menentukan kemajuan dan kemunduran sebuah lembaga pendidikan.

Oleh karena itu, untuk dapat menjadi lembaga pendidikan yang maju

dan berkualitas, maka tenaga kependidikan yang ada, hendaknya harus

benar-benar memenuhi kualifikasi sebagai seorang pendidik yang

memiliki kapasitas keilmuan, kompetensi dibidangnya, memiliki

komitmen dan dedikasi yang tinggi serta berprofesional. Dengan

adanya tenaga kependidikan seperti ini, diharapkan proses kegiatan

belajar dan mengajar serta pembinaan akan dapat berjalan dengan

lancar dan dapat menghasilkan out put yang berkualitas.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka didapatkan data tentang

jumlah guru yang berada di SDN 27 Woja Kabupaten Dompu adalah

sebanyak 31 orang, yang terdiri dari Kepala Madrasah, Guru Kelas,

Guru Mata Pelajaran, dan Guru Administrasi/TU. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Keadaan Guru SDN 27 Woja

No. Nama/NIP Te Pan Ij M J A


mp gka az ul a g
at t ah ai b a
Ta dan T Di a m

69
Gol
ng er
. t
gal ak Si
Ter a a
La hi ni
akh n
hir r
ir
ABDUL Do
SALAM, mp Pe I
1-
A.Ma. Pd u, mbi K s
D. 9-
31- na S l
19591231 II 19
12- IV/ D a
198412 1 90
19 a m
019
59
JAMALUDI Pe
Bi 15
N, S.Pd mbi I
ma, - U
na s
31- 12 m
19671231 TK. S1 l
12- - u
198911 1 I a
19 20 m
015 IV/ m
67 13
b
ZULKARN Pen
Do
AIN, S.Pd.I ata 15
mp I
Mu - G
u,0 s
da 12 a
19791203 3- S1 l
TK. - i
200903 1 12- a
I 20 s
003 19 m
III/ 13
79
b
SARWON, Wa Pen
S.Pd du ata 17
I
ko Mu - U
s
pa, da 05 m
S1 l
19830810 10- TK. - u
a
20110 1 003 08- I 20 m
m
19 III/ 15
83 b
LUKMAN, Do Pen S1 24 G I
S.Pd.I mp ata - a s
19701231 u, Mu 05 i l
200801 1 31- da - s a
127 12- TK. 20 m
19 I 09
70 III/
a
TAMRIN Pen
Do
ata
mp 1- I
Mu U
u, 04 s
19651231 da D. m
31- - l
200604 1 TK. I u
12- 20 a
215 I m
19 06 m
III/
65
a
IBRAHIM Do Pen S 6- U I
1970122720 mp ata P 01 m s
07011016 u, III/ G - u l
27- d 20 m a

70
12- 12 m
19
ISMAIL, Do
15
S.Pd mp I
Pen - U
u, s
ata 01 m
19830506 06- S1 l
III/ - u
201101 1 05- a
d 20 m
023 19 m
18
83
SITTI Bi Pen
1- I
SARAH ma, gat U
S 01 s
14- ur m
19610114 P - l
01- Mu u
201408 2 G 20 a
19 da m
001 05 m
61 II/a
RUSLIN, Do
Pen
S.Sos mp 1- I
gat U
u, 01 s
ur m
10 19780527 27- S1 - l
Mu u
201408 1 05- 20 a
da m
003 19 05 m
II/a
78
Do
mp I
u, 1- s
11 8- S1 01 U l
10 - m a
ROHANA, -19 20 u m
S.Pd 82 - 05 m
Do
mp I
u, 3- s
12 11- S1 01 U l
05- - m a
UMRAH, 19 20 u m
S.Pd 81 - 05 m
Ra
I
de, 3-
s
3- D. 01 U
13 l
12- II - m
a
NURMI, 19 20 u
m
A.Ma 80 - 05 m
Do
mp I
u, 5- s
D.
14 21- 01 U l
II
DEDI 04- - m a
IRAWAN, 19 20 u m
A.Ma 88 - 08 m
15 SAIDAH, Do - D. 12 G I
A.Md mp III - a s
u, 10 i l
6- - s a
10- 20 m

71
19
84 08
Do
mp 12 I
U
u, - s
m
16 23- S1 10 l
u
05- - a
m
NURRIF'AH 19 20 m
, S.Pd 87 - 09
Do
mp 12 I
U
u, - s
m
17 5- S1 10 l
u
11- - a
m
JUNARI, 19 20 m
S.Pd 86 - 09
Sa
neo I
, 1- G s
18 15- S1 07 o l
SRI 11- - r a
ENDANG 19 20 m
K., S.Pd 89 - 12
Do
mp I
U
u, 1- s
m
19 31- S1 10 l
u
ENI 03- - a
m
MULYANI, 19 20 m
S.Pd 89 - 13
Do
mp I
U
u, 4- s
m
20 6- S1 08 l
u
12- - a
m
JURNALIS, 19 20 m
S.Pd 86 - 14
Do
mp I
U
u, 5- s
m
21 4- S1 01 l
u
07- - a
m
NANANG 19 20 m
F., S.Pd 90 - 14
Do
mp I
U
u, 7- s
m
22 12- S1 10 l
u
31- - a
m
JUHARI, 19 20 m
S.Pd 92 - 14
23 DEWI Ta - S1 11 U I
ANGGRIAN mb - m s
I, S.Pd e, 01 u l
21- - m a

72
08-
19 20 m
89 14
Do
mp 18 I
U
u, - s
m
24 7- S1 07 l
u
SRI 08- - a
m
HARDIANT 19 20 m
I, S.Pd 93 - 16
Do
mp 18 I
U
u, - s
m
25 27- S1 07 l
u
07- - a
m
BAMBANG, 19 20 m
S.Pd 94 - 16
 Do
mp 18 I
U
u, - s
m
26 22- S1 07 l
u
02- - a
m
NADIAH, 19 20 m
S.Pd 94 - 16
Do
mp I
U
u, 3- s
m
27 18- S1 01 l
u
RATI 11- - a
m
MULIANI, 19 20 m
S.Pd 89 - 17
 Do
mp I
u, 1- G s
28 22- S1 11 o l
WAHIDIN 05- - r a
PUTRA, 19 20 m
S.Pd 94 - 17
Do
mp 15 I
U
u, - s
m
29 3- S1 11 l
u
03- - a
m
NURMAH, 20 20 m
S.Pd 17 - 17
Do
mp I
U
u, S 1- s
m
30 28- M 01 l
u
11- A - a
m
MOH. 19 20 m
YUSUF 91 - 12
31 DAHLAN   - S 1- U I
M 01 m s
K - u l

73
20 a
m
15 m

Berdasarkan sajian tabel 1 di atas, dapat disimpulkan bahwa

keadaan guru di SDN 27 Woja Kabupaten Dompu sudah dapat

menunjang proses pembelajaran siswa, dan jumlah guru yang ada di

SDN 27 Woja Kabupaten Dompu adalah sebanyak 31 orang. Dari

keseluruhan guru SDN 27 Woja Kabupaten Dompu terdiri atas orang

guru 17 prempuan dan 14 orang guru laki-laki.

d. Keadaan Siswa SDN 27 Woja Kabupaten Dompu

Selain guru, siswa juga merupakan faktor penentu keberhasilan

proses pendidikan. Tugas seorang siswa adalah untuk belajar, sebagai

bekal hidup dimasa kini dan akan datang. Dengan demikian

susksesnya sebuah lembaga pendidikan khususnya di Madrasah, juga

tergantung pada keadaan siswanya. Adapun perkembangan jumlah

siswa yang ada di SDN 27 Woja Kabupaten Dompu, dapat dilihat

dengan perincian sebagaimana dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Keadaan Siswa SDN 27 Woja Kabupaten Dompu

No. Kelas L P Ju
m
ah
I 2 26 4
3 9
II 2 25 4
3 8

74
III 1 20 3
9 9
IV/A 1 15 2
4 9
IV/B 1 14 2
4 8
V 1 22 3
7 9
VI/A 1 12 2
6 8
VI/B 1 11 2
5 6
Jumlah 1 14 2
4 5 8
1 6

Berdasarkan paparan tabel 2 di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa siswa – siswa yang terdapat di SDN 27 Woja Kabupaten

Dompu berjumlah 286 orang siswa.

e. Keadaan Sarana Dan Prasarana SDN 27 Woja Kabupaten Mataram

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat

dalam mencapai maksud dan tujuan. Sedangkan prasarana adalah

segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya

suatu proses usaha pembangunan suatu proyek. Adapun keadaan

sarana dan prasarana di SDN 27 Woja Kabupaten Dompu sebagai

berikut:

Tabel 4.3

Luas Tanah

1. Luas Tanah

Sta L Penggunaan Lain


tus u Bangu Halama -lain
Pe a nan n

75
mil s
ik
T
a
n
a
h
1
.
4
HA 1 616
800 M2 -
K 6 M2

M
2

Tabel 4.4

Ruang Menurut Jenis, Kondisi dan Luas

2. Ruang Menurut Jenis, Kondisi dan Luas

No. Nama J L Kerusakan


Ruang u u B R R
m a a u u
l s i s s
a k a a
h k k
S
e B
d e
a r
n a
g t
Ruanga 9 8 6 3 -
n Kelas
x

m
Ruanga 1 7 1 - -
n
Kepsek x

76
8

m
Ruanga 1 6 1 - -
n
Perpust x
akaan
8

m
Kamar 1 2 1 - -
Mandi/
WC x
Guru
2

m
Kamar 2 2 2 - -
Mandi/
WC x
Murid
2

Tabel 4.5

Perlengkapan Sekolah

3. Perlengkapan Sekolah

No. Jenis Ju Kondisi


ml B Se R
ah a da us
i ng a
k k
Meja 14 1 - 20
Siswa 0 2
0

77
Kursi 12 1 - 10
0 1
0
Bangku 12 1 - 10
0 1
0
Meja 15 1 - 1
Guru bu 4
ah
Kursi 20 1 - 5
Guru bu 5
ah
Papan 8 7 - 1
Tulis bu
ah
Lemari 15 1 - 1
bu 4
ah
Kompute 1 1 - -
r uni
t
Laptop 2 1 1 -
uni
t
10 Kursi 1 1 - -
Tamu ps
g

Berdasarkan paparan tabel 4 di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa dari beberapa sarana dan prasarana yang terdapat di SDN 27

Woja Kabupaten Dompu, sudah cukup memadai serta dapat membantu

menunjang proses pembelajaran.

f. Struktur Organisasi SDN 27 Woja Kabupaten Dompu

Sebagai suatu lembaga pendidikan, struktur organisasi harus

ada sebagai gambaran dari terorganisasinya pembagian tugas dalam

lembaga atau organisasi tersebut. Begitu juga di SDN 27 Woja

78
Kabupaten Dompu struktur organissi mutlak dibutuhkan agar

efektifitas dan efesiensi kerja dapat berjalan dengan baik.Struktur

organisasi SDN 27 Woja Kabupaten Dompu adalah sebagai berikut:

79
Gambar 4.6
STRUKTUR ORGANISASI SDN 27 WOJA KAB DOMPU

STRUKTUR ORGANISAI SEKOLAH DASAR SD N 27 WOJA


Tahun pelajaran : 2019/ 2020

KEPALA SEKOLAH KOMITE SEKOLAH

ABDUL SALAM, A, PMa.pd KARMIN


Ma.pd

UNIT PERPUSTAKAAN BENDAHARA

MOH. YUSUF JUFRIN, A. Ma.Pd

JABATAN
WALI WALI WALI WALI WALI WALI KELAS WALI
KELAS I KELAS II KELAS II KELAS II B KELAS IV VA KELAS V B
ROHANA, SITTI TAMRIAN LUKMAN, NURLAILA WALI
A. Ma A , S.Pd SARWON, S.Pd IBRAHIM
SARAH Ma.pd S.PdI KELAS VI
Ma.pd Ma.pd Ma.pd
NURMI, Ma.pd
JUNARI, SAI’DAH, Ma.pd JURNALI Dedi irawan.A.Ma JUFRIN, A.
A. Ma S. Pd S.PdI S, S. Pd SAI’DAH, RUASLIN,
Ma.PdS. Sos
DEWIANGGR S.PdI Ma.pd
JUHARI, ENI SARMANA, IWAN BUDIMAN,
IANI, S. Pd --
A. Ma MULIANI, S.PdI SETIAWAN, S.Pd
S. Pd S. Pd -- NANANG
FITRIANINGSIH,
SISWA S. Pd

80
MASYARAKAT
Berdasarkan sajian gambar 1 di atas, dapat disimpulkan bahwa

kepengurusan struktur organisasi yang ada di SDN 27 Woja Kabupaten

Dompu sudah terbentuk dengan sangat baik.Struktur kepengurusannya

terdiri atas kepala madrasah, dewan komite, tata usaha, wali kelas,

guru mata pelajaran, serta para siswa.Dimana setiap guru memegang

peran dan tugas masing-masing.

B. Temuan Penelitian Dan Pembahasan

1. Peran guru kelas dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas V

SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu

Guru berperan untuk menjadi teladan bagi peserta didik dalam hal

kedisiplinan. Karena jika guru tidak memberikan contoh disiplin kepada

siswa, maka siswa pun tidak akan menjadi disiplin. Sehingga guru sangat

berperan penting dalam memberikan teladan dan contoh berdisiplin

untuk membentuk karakter siswanya.

a) Ketepatan guru saat datang ke sekolah

Keteladanan yang dicontohkan oleh guru akan menjadi

contoh bagi para siswanya. Keteladanan yang bisa dicontohkan oleh

guru bisa melalui guru yang selalu datang tepat waktu ke sekolah.

Dari hasil wawancara yang dilakukan didapatkan hasil bahwa guru

selalu datang ke sekolah sebelum bel berbunyi atau sebelum pukul

07.15 WIB.

Guru kelas V juga menegaskan bahwa selalu berusaha untuk

datang ke sekolah tepat waktu yaitu sebelum pukul 07.15 WIB.

81
Seperti berikut ini kutipan wawancara dengan bapak Sarwon, S.Pd.

SD bahwa :

“Sebelum pukul 07.15 saya usahakan sudah sampai di


sekolah mas. Kalau misalkan saya terlambat paling saya
karena ada urusan mendesak, tapi biasanya kalau saya datang
terlambat saya sudah ijin ke guru lain untuk masuk kelas V
menggantikan saya sementara memberikan tugas
mengerjakan soal latihan di buku tugas begitu mas, jadi saya
tidak membiarkan begitu saja”.

Selain pernyataan guru di atas, menurut penuturan siswa kelas V

SDN 27 Woja Kabupaten Dompu . Saiful juga menyatakan bahwa:

“Biasanya memang saya berangkat jam 06.30 pagi mas,


karena takut telat jadi berangkat pagi dan biasanya bapak ibu
guru sudah datang semua mbak sebelum bel atau sebelum
jam 07.15.

Pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa guru selalu

berperan menjadi teladan yang baik bagi siswa-siswanya. Selain itu

jika Pak Sarwon terlambat maka meminta guru lain untuk masuk di

kelasnya guna menggantikan untuk sementara. Jadi tidak

meninggalkan tanggung jawab meskipun datang terlambat karena

keperluan yang mendesak.

Hal senada juga diutarakan oleh kepala sekolah bahwa guru

harus berperan langsung dengan langkah nyata atau mengejakannya

langsung dengan tindakan yaitu dengan selalu datang tepat waktu

atau sebelum bel berbunyi. Berikut pernyataan dari kepala sekolah

bahwa:

“Semua guru sebelum jam 07.15 sudah harus sampai di


sekolah mas, kan di sini saya sebagai kepala sekolah jadi ya

82
saya harus dan wajib memberikan contoh atau peran yang
baik, contohnya ya itu disiplin waktu alias tidak terlambat
istilahnya “ndak molor” mas. Saya mencontohkannya itu
langsung tindakan bukan hanya sekedar menyuruh-nyuruh
saja mas.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa kepala

sekolah sangat berperan bagi guru maupun siswa. Beliau langsung

memberikan teladan yang nyata yaitu selalu mengusahakan untuk datang

ke sekolah tepat waktu.

Setelah peneliti melakukan wawancara, selanjutnya peneliti

melakukan pembuktian dengan observasi. Observasi disini dilakukan

sebelum jam 07.15 WIB. Pada kegiatan observasi peneliti tidak

menjumpai guru yang terlambat. Semua guru datang sebelum jam 07.15

WIB.

Hasil wawancara dan observasi dengan siswa, guru dan kepala

sekolah dapat disimpulkan bahwa guru sangat berperan dalam kedisiplinan

untuk membentuk karakter siswa selalu datang tepat waktu ke sekolah.

b) Tutur kata dan bahasa yang baik dan sopan

Guru adalah model dalam memperankan disiplin maupun

teladan bagi siswanya. Sehingga setiap tutur kata maupun tindakan

pasti akan dicontoh siswanya. Begitu juga dengan bagaimana cara

guru di SDN 27 Woja Kabupaten Dompu bertutur kata dengan baik,

sopan dan ramah seperti hasil dari observasi menunjukkan bahwa

guru SDN 27 Woja Kabupaten Dompu dalam bertutur kata selalu

sopan serta menggunakan bahasa yang baik, halus serta ramah.

Meskipun menggunakan dua bahasa dalam penyampaian proses

83
pembelajaran di kelas maupun dalam keseharian di lingkungan

sekolah. Bahasa yang digunakan oleh guru SDN 27 Woja Kabupaten

Dompu adalah bahasa Indonesia serta bahasa Bima.

Hasil observasi yang dilakukan didapatkan hasil yang sesuai

dengan hasil wawancara dengan siswa kelas V, yang menyatakan

bahwa guru SDN 27 Woja Kabupaten Dompu dalam bertutur kata

selalu sopan dan selalu menggunakan bahasa yang baik, dan ramah

meskipun menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan

bahasa Jawa baik dalam proses pembelajaran maupun di lingkungan

sekolah. Berikut kutipan wawancara dengan siswa kelas Va Devina

Felissa:

“pak guru kalau berbicara itu ramah sekali, baik dan juga
sopan mas. Senang kalau sama pak guru meskipun kadang
pak guru pakai dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa
Bima. Baik dalam menjelaskan pelajaran maupun dalam
keseharian.”

Hasil wawancara dengan siswa tersebut didapatkan hasil

bahwa guru dalam bertutur kata selalu baik, ramah dan sopan.

Sehingga para siswapun merasa senang jika berbicara dengan guru.

Selain itu wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah

menjelaskan dan menguatkan hasil observasi dan wawancara pada

siswa dan guru, bahwa seorang pendidik akan menjadi panutan bagi

siswanya, sehingga dalam bertutur katapun siswa pasti akan

mencontoh gurunya. Dan berikut adalah kutipan wawancara dengan

kepala sekolah:

84
“ Begini mas, kita ini kan pendidik, seorang guru yang
menjadi panutan untuk siswanya. Jadi sebisa mungkin kita
dalam bertutur kata dan bertingkah laku juga harus
mencerminkan hal-hal yang baik. Karena siswa juga akan
meniru apa yang kita lakukan mas.”

Sehingga kepala sekolah selalu mendidik siswa-siswanya

dengan hal yang baik mulai dari bertutur kata dan bertingkah laku

harus mencerminkan hal-hal yang baik, karena tugas seorang guru

adalah mendidik siswa-siswanya memiliki akhlak mulia yang baik.

Hasil wawancara dengan siswa dan kepala sekolah, dapat

disimpulkan bahwa guru SDN 27 Woja Kabupaten Dompu sangat

berperan dalam kedisiplin yaitu guru selalu menggunakan tutur kata

serta bahasa yang baik dan sopan baik dalam penyampaian

pembelajaran maupun dalam keseharian di lingkungan sekolah.

c) Cara berpakaian guru sesuai dengan jadwal dan ketentuan yang

berlaku

Di dalam sekolah guru berperan langsung maupun teladan

disiplin bagi siswanya. Guru dituntut untuk menjadi teladan bagi

siswanya dalam hal kedisiplinan. Sehingga untuk menumbuhkan

kepekaan disiplin pada diri siswa, peran guru dalam memberikan

teladan sangat penting. Seperti halnya dengan bagaimana cara

berpakaian yang baik, rapi dan sopan pada siswanya. Guru juga

harus memakai seragam sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan

oleh sekolah.

85
Hasil observasi yang dilakukan diketahui bahwa guru selalu

memakai seragam sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan

sekolah. Seragam yang digunakan guru kelas V juga selalu rapi,

baik, dan sopan.

Dari hasil wawancara dengan siswa kelas V SDN 27 Woja

Kabupaten Dompu, didapatkan hasil yang sama dengan hasil

observasi dan hasil studi dokumentasi. Dan berikut adalah hasil

wawancara dengan siswa kelas Vb Zahra El Satilah:

“.mungkin iya, soalnya pas tiap minggunya pak guru selalu


pakai baju yang itu-itu terus mas. Kan kita ndak tahu jadwal
pemakaian seragamnya pak guru. Bajunya baik, sopan, dan
rapi, iya tapi pas hari apa gitu, pak guru batiknya kadang
ganti-ganti.”

Dari hasil wawancara dengan siswa tersebut didapatkan hasil

bahwa guru selalu menggunakan pakaian yang rapi dan sopan.

Namun siswa tidak mengetahui jadwal pemakaian seragam yang

dikenakan oleh guru. Hal ini bisa saja terjadi karena guru tidak akan

mensosialisasikan sesuatu yang tidak berkaitan langsung dengan

siswa.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V

menjelaskan bahwa bapak ibu guru di SDN 27 Woja Kabupaten

Dompu juga selalu memakai seragam sesuai dengan jadwal yang

sudah ditentukan sekolah. Serta selalu berpakaian yang rapi dan

sopan. Dan berikut ini adalah kutipan wawancara dengan guru kelas

V Sarwon S.Pd:

86
“Ya seperti yang mas lihat, pak guru dan bu guru di SDN 27
Woja Kabupaten Dompu selalu mengenakan baju yang baik,
rapi dan sopan.”

Lebih lanjut bapak Sarwon juga menjelaskan jadwal

pemakaian seragam di SDN 27 Woja Kabupaten Dompu sebagai

berikut:

“Ada mas, senin-selasa itu baju krem (baju dinas), rabu-


kamis pakai batik, jum,at- sabtu pakai baju bebas yang
penting rapi dan sopan mas.”

Senada dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan

bidang bendahara yang menyatakan bahwa peran guru dalam

memberikan teladan pada anak itu harus dimulai dari gurunya

terlebih dahulu. Baru setelah itu siswa akan mengikuti apa yang

dicontohkan oleh gurunya. Karana guru adalah teladan yang baik

bagi siswanya di sekolah. Dan berikut kutipan wawancara dengan

koordinator bidang bendahara Jufrin A, Ma,Pd:

“Ya harus sesuai mas, kan bagaimana cara kita untuk


menanamkan disiplin mas, jadi kalau kita ingin mengajarkan
tentang disiplin, ya kita harus memulai dari diri kita sebagai
guru. Dengan begitu siswa pasti juga akan mengikutinya.”

Dari hasil wawancara tersebut dijelaskan bahwa bagaimana

cara guru mendisplinkan siswa adalah dengan cara bagaimana guru

memberikan teladan kepada siswanya.

Peneliti juga melakukan observasi yang dilaksanakan mulai

tanggal 4 April 2020 sampai dengan 9 April 2020 didapatkan bahwa

87
guru SDN 2 Woja Kabupaten Dompu benar-benar berseragam sesuai

dengan jadwal yang sudah ditentukan.

2. Strategi Guru kelas dalam meningkatkan kedisiplinan dan akhlak

siswa kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu

Dalam proses pembelajaran, peranan guru kelas sangat penting

karena guru merupakan orang yang bertanggung jawab dan menentukan

arah pendidikan. Guru dalam proses pembelajaran termasuk salah satu

faktor cerminan dalam pendidikan yang dianggap sebagai pemegang

kunci keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini guru kelas V SD

Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu peranan penting dalam hal ini sebagai

pendidik yang bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya proses

pembelajaran, khususnya dalam pembentukan akhlak dan kedisplinan.

Berkaitan hal tersebut kepala sekolah menjelaskan:

“Guru kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu merupakan


pendidik kedua setelah orang tua, yang sangat mempengaruhi akhlak
peserta didik. Misalnya, apabila tingkah laku pendidik atau guru itu
baik, maka tingkah laku peserta didik juga mayoritas baik. Demikian
pula sebaliknya, jika sikap atau akhlak pendidik kurang baik, maka
jelas pula bahwa sikap atau akhlak peserta didiknya akan kurang
baik juga. Karena sikap peserta didik mudah meniru segala tingkah
laku dan perbuatan oleh orang yang diseganinya termasuk guru yang
merupakan sosok teladan bagi mereka. Jika kami perhatikan guru
kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu sangat perperan
dalam pembentukan akhlak peserta didik bisa dilihat keterlibatan
guru sebagai pribadi yang mengatur, mengawasi, dan mengarahkan
semua komponen pendidikan”

88
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, mengisyaratkan
bahwa guru kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu
berperan dalam pembentukan akhlak dan disiplin peserta didik.
Konsep pembinaan akhlak pada peserta didik yang dilakukan oleh
guru kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu sebagai
berikut:
“Dalam upaya pembentukan akhlak peserta didik kami harus
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. Kami berupaya
agar anak itu harus bersifat kreatif dan produktif, kami berupaya
meningkatkan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa
kepercayaan anak pada agama dan kepada Tuhan, dan kami
berupaya mengembangkan pemahaman pada anak secara efektif dan
pengertian tentang peran mereka di masa mendatang.”

Hasil wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 27 Woja


Kabupaten Dompu tersebut di atas, menunjukkan bahwa telah
berupaya dalam membentuk akhlak peserta didik. Selain hal di atas,
dalam upaya pembentukan akhlak peserta didik guru kelas V SD
Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu menciptakan lingkungan belajar
yang efektif sehingga berada pada tingkat optimal.
Dalam proses pembentukan akhlak siswa kelas V di SD Negeri 27
Woja Kabupaten Dompu guru kelas berperan sebagai berikut:
a. Guru kelas sebagai komunikator
Peran guru kelas sebagai komunikator, sahabat yang dapat
memberikan nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan
dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku
serta nilai-nilai. Hal tersebut wakil kepala sekolah menguraikan
bahwa:
“Guru kelas harus berkomunikasi dengan baik, karena tugasnya
adalah menyampaikan materi pembelajaran kepada para peserta
didik. Sehingga dalam konteks umum, tugas pendidikan agama
Islam membutuhkan kemampuan berkomunikasi dengan baik.
Karena dalam pembentukan akhlak komunikasi sangat dibutuhkan”

89
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, menggambarkan
bahwa betapa pentingnya komunikasi dalam pembentukaan akhlak
peserta didik.
Kepala sekolah juga mengatakan bahwa “Dalam proses
pembentukan akhlak peserta didik di sekolah ini, kami selaku guru
berkomunikasi dengan baik kepada peserta didik, orang tua peserta
didik. Komunikasi yang kami gunakan adalah komunikasi melalui
kata-kata dan tertulis yakni kami membuka peluang kepada peserta
didik untuk berkonsultasi. Hal tersebut sangat diminati oleh peserta
didik dan Dalam komunikasi yang perlu diperhatikan adalah kosa
kata yang berkaitan dengan bahasa verbal, yaitu membaca,
mendengar, menulis dan mengucapakan. Sedangkan komunikasi non
verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, tidak
bisa didengar, dan juga tidak bisa dibaca dalam untaian kata-kata
tertulis. Komunikasi non verbal hanya bisa dipahami dari berbagai
isyarat gerakan anggota tubuh yang mengekspresikan sebuah pesan.
Dua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap akhlak peserta didik”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, menggambarkan


bahwa guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
dan bagi seorang guru menjadi sesuatu yang mutlak. Komunikasi
verbal maupun non verbal yang dilakukannya selalu menjadi contoh
bagi peserta didiknya. Komunikasi yang singkat, jelas dan bermakna
tidak hanya dilakukan oleh seorang guru kepada peserta didiknya,
tetapi juga kepada orang tua. Guru yang mampu berkomunikasi
dengan baik berpengaruh terhadap pengelolaan kelas yang kondusif.
b. Guru kelas sebagai Motivator
Dalam upaya pembentukan akhlak peserta didik guru kelas harus
mampu membangkitkan motivasi peserta didik. Guru kelas
mengatakan bahwa :
”Dalam upaya membangkitkan motivasi peserta didik kami
memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan peserta didik,
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan mengadakan
persaingan sehat serta kami harus memperhatikan kemampuan dan
perkembangan peserta didik”

90
Gambaran di atas menunjukkan bahwa guru kelas V di SD Negeri
27 Woja Kabupaten Dompu berupaya memotivasi peserta didik
dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik sebagai individu.
Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan kebutuha-
kebutuhan biologis, sosial, dan emosional, melainkan juga terdorong
untuk mencapai sesuatu yang lebih dari apa yang dimiliki saat ini.
Motivasi dapat timbul dari dalam individu dan akibat pengaruh dari
luar individu (motivasi intrinsik dan ekstrinsik).
c. Guru kelas sebagai Pendidik dan Pembimbing
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup. Ada beberapa cara atau pendekatan yang dilakukan guru
kelas dalam membimbing dan mendidik antara lain :
1. Pendekatan pembelajaran
Sebagaimana pendekatan pembelajaran yang meliputi
pendekatan yang berorientasi pada guru atau pendekatan yang
berorientasi pada siswa, masing masing memiliki kelebihan dan
kekurangan tergantung pada situasi proses pembelajaran.
Terkait masalah ini, Guru kelas V mengemukakan bahwa: “Saya
biasanya menggunakan kedua alternatif itu, yaitu guru aktif atau
siswa yang aktif, sering pula menggabungkan antara keduanya
akan tetapi tentu dengan mempertimbangkan materi yang akan
diajarkan. Karena biasanya ada siswa yang kurang merespon jika
hanya guru yang aktif, juga biasanya kalau siswa yang aktif mereka
banyak bergurau. Untuk keefektifan proses pembelajaran maka
saya menggabungkan pendekatan tersebut”

Dari penjelasan di atas, maka saya bisa memahami bahwa teori


pendekatan yang digunakan lebih bervariatif sesuai dengan
kreatifitas guru kelas.

2. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran sebagaimana sifatnya yang masih dalam
ranah konseptual atau perencanaan, untuk menentukan strategi
yang digunakan selalu berlaku proses integrasi antara metode,

91
teknik, taktik, dan sebagainya. Tolak ukur dalam menentukan
strategi pembelajaran adalah kapasitas pendidik, kemampuan
peserta didik, dan kualitas materi ajar, berikut penjelasan guru
kelas bahwa:
“Ketika saya menentukan strategi maka yang saya pertimbangkan
adalah RPP, kemampuan saya, dan cocokkah untuk para siswa.
Selanjutnya adalah apakah ini sudah tepat sasaran? Ketika stretegi
tersebut diuji dan baik maka dipertahankan, sebaliknya jika tidak
baik maka saya lakukan identifikasi yang berhubungan dengan
letak kelemahannya kemudian dilakukan pembenahan”

Dari penjelasan di atas, saya memahami bahwa perencanaan


atau strategi yang digunakan sudah sesuai dengan strategi
pembelajaran yang ada.

3. Metode Pembelajaran
a) Menerapkan metode pembelajaran yang bervariasai
Guru kelas V mengatakan bahwa : “Untuk menyajikan materi
pelajaran perlu pemilihan metode pembelajaran yang tepat.
Guru harus menggunakan metode yang bervariasi, dengan
melihat kondisi materi pelajaran disesuaikan dengan kondisi
kelas untuk menarik perhatian peserta didik, karena tidak ada
sebenarnya metode yang paling baik namun guru harus pandai
menyesuaikan materi dengan metode”

Pernyataan di atas, saya dapat mmenyimpulkan bahwa


metode yang digunakan sesuai dengan materi pembelajaran dan
metode yang digunakan bervariasi seperti metode tanya jawab,
demonstrasi, kerja kelompok, dan ceramah, sehingga senang
dan menarik perhatian peserta didik.
Dalam proses pembentukan akhlak dan kedisplinan siswa kelas V di
SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu bukan suatu proses yang dapat terjadi
dengan cepat dan dipaksakan, akan tetapi harus dilaksanakan secara berangsur-
angsur dan sesuai dengan pertumbuhan dan kemampuan serta umur peserta didik.
Oleh karena itu, guru kelas menerapkan metode dalam proses pembentukan
akhlak peserta didik di antaranya:

92
1) Metode Pembiasaan
Adat kebiasaan yang telah terbiasa dilakukan oleh peserta didik sangat
mempengaruhi perkembangan pribadinya. Pendidikan akhlak dan yang telah
dibiasakan dalam kehidupan keluarga, dimulai dari rumah, dari pegaulan,
yang dibimbing secara baik, berupa petunjuk-petunjuk dan bimbingan serta
contoh teladan.
Sebagaimana pemaparan guru kelas V sebagai berikut:
“Kami selalu membiasakan sesuatu amal dengan tingkah laku
seperti melatih peserta didik untuk mengerjakan ibadah,
mengucapkan assalamu‘alaikum ,basmalah, hamdalah,
mengucapkan terimah kasih, cara bertamu, dan ucapan serta
tingkah laku lainnya yang sesuai dengan tempatnya adalah suatu
kebiasan yang akan membentuk akhlak seorang anak dan disiplin
selalu membaca do,a setiap sebelum dan sesudah memulai pelajaran,
menjalankan piket yang sudah ditentukan, masuk sekolah tepat
waktu, menaati tata tertib sekolah dan berseragam sesuai ketentuan
sekolah”.

Berdasarkan uraian di atas, metode di SD Negeri 27 Woja


Kabupaten Dompu guru kelas menerapkan metode pembiasaan
dalam pembentukan akhlak peserta didik. Pembiasaan pada kebaikan
sangat bermanfaat pada peserta didik, karena jika seorang anak
dibiarkan melakukan hal-hal yang tidak benar atau hal yang kurang
baik dan kemudian menjadi kebiasaanya, sesungguhnya amat sukar
meluruskan kembali pada saat ia tumbuh dewasa. Oleh karena itu,
sejak anak masih kecil dibiasakan untuk bebuat baik agar kelak
menjadi dewasa ia akan menjadi orang baik pula.
2) Metode Keteladanan
Metode keteladanan merupakan metode dasar dalam pendidikan, bahkan
dalam aktivitas komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Dalam
metode keteladanan, pihak-pihak yang bersangkutan (guru dan peserta didik)
saling mehamai akhlak yang dicerminkan dan seterusnya dijadikan contoh
teladan yang baik.

93
Hasil wawancara dengan guru kelas sebagai berikut: “Yang perlu
diperhatikan dalam pembentukan akhlak peserta didik melalui dengan metode
keteladanan di antaranya membiasakan untuk bersopan santun, menanamkan
sikap sederhana dan selaku guru kelas adalah merupakan keharusan bagi saya
memberikan contoh yang baik bagi peserta didik untuk diikuti”.

Hasil wawancara di atas menggambarkan bahwa guru kelas V di SD Negeri


27 Woja Kabupaten Dompu berupaya melakukan pembentukan akhlak dan
dissiplin dengan menggunakan metode keteladanan.

3) Metode Nasihat
Di antara metode dan cara mendidik anak yang efektif dalam upaya
pembetukan akhlak peserta didik tersebut diutarakan oleh guru kelas V di SD
Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu sebagai berikut:
“Alasan kami memilih metode nasihat dalam pembentukan akhlak peserta
didik sebab nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang
segala hakikat, menghiasinya dengan akhlak mulia, dan mengajarinya tentang
prinsip-prinsip Islam.”
Hasil wawancara di atas, mengidentifikasikan bahwa upaya peran guru
pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak peserta didik sangat
diharapkan khususnya dalam menggunakan metode pemberian nasihat.
4) Metode Pengawasan
Maksud dari pembinaan atau pembentukan akhlak serta kedisplinan
peserta didik dengan pengawasan adalah mendampingi peserta didik dalam
rangka membentuk akhlak, dan mengawasinya dalam mempersiapkan secara
psikis dan sosial, dan menanyakan secara terus menerus tentang keadaannya,
baik dalam pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya.
Guru kelas mengatakan bahwa: ”metode Pengawasan langsung kami
lakukan pada jam pelajaran. Adapun di luar jam pelajaran pengawasan yang
kami lakukan hanya bekerjasamaa dengan orang tua, karena kamipun masih
sangat terbatas. Kami menerapkan metode pengawasan karena pada dasarnya
bertujuan untuk mewujudkan manusia yang seimbang, yang dapat
menjalankan kewajiban-kewajiban, baik dalam kehidupan keluarga maupun
masyarakat. Dari situlah ia akan menjadi muslim, yang akan menjadi pondasi
dalam pembinaan peraturan Islam sebagai prasyarat terwujudnya kejayaan

94
Islam, sehingga anak akan loyal terhadap kebudayaan, kedudukan dan
perannya.”
Penulis berasumsi bahwa guru melakukan pengawasan, indikatornya
apabila ada peserta didik yang melakukan hal yang tidak diinginkan, guru
memberikan peringatan. Penerapan metode pengawasa dalam pembentukan
akhlak peserta didik sangat bermanfaat, karena Islam dengan prinsip-
prinsipnya yang universal dan dengan peraturan-peraturannya yang abadi,
mendorong para orang tua dan pendidik untuk selalu mengawasi dan
mengontrol peserta didik dalam setiap segi kehidupan agar kelak peserta
didik memiliki akhlak yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan berguna
bagi agama dan bangsa.
Pengawasan merupakan upaya mendampingi anak dalam rangka
pembentukan akidah dan peningkatan akhlak mulia secara intensif.
Pengawasan dan pengontrolan kegiatan dan pengalaman misalkan kegiatan
salat maupun dalam belajarnya. Dalam proses pengawasan dan pengontrolan
terhadap akhlak peserta didik guru dalam meningkatkan kedisiplinan dan
akhlak siswa kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu menjelaskan:
“Bentuk pengawasan yang kami lakukan, ada yang langsung dan secara
tidak langsung, pengawasan langsung itu dilakukan pada jam pelajaran, kerja
sama dengan wali kelas, dan guru BK. Sedangkan pengawasan tidak langsung
di luar jam pelajaran diupayakan bekerjasama dengan wali peserta didik.”

Berdasarkan hasil observasi penulis, guru pendidikan agama Islam


menerapkan pengawasan pada aspek kedisiplinan anak terhadap komitmen
moralnya terhadap aturan Allah maupun aturan yang berlaku di sekolah dan
dalam masyarakat yang telah mengakar. Oleh karena itu, pendidik tidak lengah
dalam penerapan aspek pengawasan, sehingga guru kelas mudah memberi
bimbingan dan peringatan kepada peserta didik.
4. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik. Sebagaimana dijelaskan oleh Guru kelas bahwa:
“Penggunaan metode ceramah pada kelas tentunya secara teknis
tergantung pada materi yang dibawakan, Dengan penggunaan
metode diskusipun perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas

95
yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, saya bisa berganti-ganti teknik
meskipun dalam metode yang sama.”
Dari penjelasan di atas penulis dapat memahami bahwa teknik
adalah cara implementasi metode dengan mempertimbangkan
kesesuaian antara metode dan kapasitas ruang belajar dan situasi
kelas sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif
dan efisien serta terlaksananya proses pembelajaran yang
menyenangkan.
5. Taktik Pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat
dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan
humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor,
tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran
akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru,
sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari
guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).
Terkait masalah ini, guru kelas memiliki taktik tersendiri
sebagaimana dijelaskan bahwa: “Sebelum memulai pembelajaran
saya bertanya kepada siswa-siswa saya apakah mereka siap
menerima pelajaran, ketika proses pembelajaran sementara
berlangsung dan terdapat siswa yang ngantuk atau bosan saya
selipkan cerita atau kisah atau hiburan untuk mengambil hati para
siswa sehingga mereka bisa fokus kembali dengan materi
pembelajaran yang saya bawakan”.

96
Dari penjelasan di atas, penulis memahami bahwa taktik
pembelajaran lebih mengarah kepada gaya mengajar untuk
memfokuskan perhatian peserta didik baik itu dengan cara
menghibur, bercerita, dan lain-lain sebagainya.
6. Menggunakan berbagai media pembelajaran
Gambaran profesionalisme guru kelas V SD Negeri 27
Woja Kabupaten Dompu dengan indikator penggunaan media
pembelajaran. Guru kelas mengatakan bahwa :”Kami menggunakan
media sesuai dengan materi pembelajaran seperti yang biasa
digunakan berupa grafik, poster, dan CD Film serta menggunakan
media pembelajaran yang sangat sederhana yang ada di lingkungan
sekolah. Artinya apapun media yang kami gunakan disesuaikan
dengan materi dan kemampuan peserta didik dalam menerima
pelajaran”
Pernyataan di atas, bahwa guru kelas menggunakan media
pembelajaran secara bervariasi, meskipun medianya masih
dominan manual. Dengan demikian, bahwa penggunaan media
pembelajaran secara bervariasi sebagaimana yang digunakan guru
mata pelajaran umum, dan menggunakan media pembelajaran
dalam menjelaskan materi dengan keadaan alam yang ada di
lingkungan sekolah.
7. Mengevaluasi hasil pembelajaran
Gambaran profesionalitas guru dengan indikator pelaksanaan
evaluasi hasil pembelajaran. Hasil wawancara guru kelas
menjelaskan bahwa :”Kami sebagai guru mengevaluasi
keseluruhan proses pembelajaran ada evaluasi awal pelaksanaan
pengajaran, evaluasi akhir dan tindak lanjut. Kami menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran baik yang berkaitan dengan
kognitif, afektif maupun psikomotorik.”
Berdasarkan wawancara dan hasil observasi menunjukkan
bahwa guru kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu telah
melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan baik mulai dari
evaluasi awal, evaluasi pada saat proses pembelajaran, dan evaluasi
akhir semester guna mengukur kemampuan peserta didik. Guru kelas
V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu harus menguasai teknik
evaluasi dan menerapkannya, yaitu dasar psikologis (penilaian selalu

97
dibutuhkan terhadap setiap usaha yang dilakukan), dasar didaktis
(selain menilai hasil belajar peserta didik juga menilai hasil dari
usaha-usaha guru sebagai pendidik) dan dasar administratif (data
penilaian terangkum dalam rapor) agar mudah diidentifikasi.

3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Guru Dalam Meningkatkan


Kedisiplinan Dan Akhlak Siswa Kelas V SD Negeri 27 Woja
Kabupaten Dompu
Keberhasilan SDN 27 Woja Kabupaten Dompu dalam peran guru
membentuk karakter melalui nilai-nilai kedisiplinan pada siswa kelas V,
tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat atas
pelaksanaannya. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
peran guru membentuk karakterk melalui nilai-nilai kedisiplinan ini
sesuai apa yang dijelaskan oleh kepala SDN 27 Woja Kabupaten
Dompu ,Abdul Salam, A.Ma. Pd yakni sebagai berikut:
a. Faktor pendukung

Faktor pendukung merupakan hal yang terpenting dalam rangka

mensukseskan pelaksanaan peran guru dalam membentuk karakter

melalui nilai-nilai kedisiplinan pada siswa kelas V SDN 27 Woja

Kabupaten Dompu Adapun faktor pendukungnya sebagai berikut:

1) Adanya kontrol dari Kepala Sekolah

Kontrol dari kepala sekolah merupakan hal yang sangat

penting, karena secara langsung peran guru dalam membentuk

karakter siswa melalui nilai-nilai kedisiplinan pada siswa kelas IV

ini akan bisa terarah. Kontrol tersebut dilaksanakan melalui dua

cara, yaitu:

98
a) Dengan Terlibat Langsung

Sebagai kepala sekolah dalam masalah disiplin

memang tidak mau kalah dengan siswanya begitu juga

dengan bapak dan ibu guru, menjadi contoh dan tauladan

yang baik merupakan prinsipnya.

Kepala Sekolah dalam program pendidikan

kedisiplinan ikut langsung terjun dalam pelaksanaan.

Kepala Sekolah tidak hanya menunggu dari hasil kerja

guru, namun Kepala Sekolah juga ikut mensosialisasikan

tentang kedisiplinan, disaat upacara bendera kepala sekolah

selalu menyinggung masalah disiplin siswa.

b) Dengan melalui evaluasi rutin

Melalui evaluasi yang diadakan setiap dua minggu

sekali Kepala Sekolah melakukan analisis keberhasilan dan

kegagalan, oleh karena itu setiap evaluasi. Kepala Sekolah

selalu memberikan arahan, kebijakan dan solusi untuk

melaksanakan penerapan pendidikan kedisiplinan dengan

baik. Seperti yang diungkapkan kepala sekolah bahwa:

“…..karena kedisiplinan itu sangat penting dalam


suatu sekolah jadi ya saya dan guru-guru di sini
mengadakan evaluasi rutin mbak dan itu diadakan
setiap dua minggu sekali untuk mengontrol apakah
berjalan dengan baik atau tidak mas”.

99
2) Adanya peran aktif dari bapak dan ibu guru

Adanya keterlibatan bapak dan ibu guru terhadap

peran guru membentuk karakter melalui nilai-nilai

kedisiplinan merupakan syarat mutlak adanya. Karena bapak

dan ibu guru sebagai pembimbing dan pengawas langsung di

lapangan. Oleh karena itu keterlibatan bapak dan ibu guru

SDN 27 Woja Kabupaten Dompu secara aktif dalam proses

pendidikan ini menjadi jaminan untuk keberhasilan

pelaksanaan peran guru dalam membentuk karakter melalui

nilai-nilai kedisiplinan.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan guru kelas V

bahwa:

“Peran bapak ibu guru sangat penting mas, mereka


yang jadi panutan di sekolah ini. Guru ya harus jadi
pembimbing dan pengawas secara langsung di
sekolah.”

3) Adanya peran aktif dari orang tua siswa

Pelaksanaan pendidikan kedisiplinan secara utuh harus

dilaksanakan, artinya pembimbingan dan pengawasan

pelaksanaan pendidikan kedisiplinan tidak hanya dilakukan di

sekolah saja, namun dalam lingkungan keluarga juga harus

dilaksanakan. Oleh karena itu dalam lingkungan keluarga

peranan orang tua sangat penting terhadap proses ini.

100
Salah satu Wali murid kelas V mengemukakan

bahwa:

“saya sebagai orang tua kan menyerahkan sepenuhnya


anak saya kepada guru saat berada di sekolah mas.
Nanti kalau sudah pulang dari sekolah ya saya yang
harus meng-handle anak saya mas, baik itu
pembimbingan maupun pengawasan”.

4) Kesadaran para siswa

Hal yang paling utama dari pada pendukung yang

lainnya, yaitu kesadaran yang tumbuh dari diri siswa untuk

menerapkan kehidupan yang disiplin dalam hidupnya.

Faktor ini telah menjadikan kekuatan yang sangat

handal dalam terlaksananya peran guru dalam membentuk

karakter melalui nilai- nilai kedisiplinan pada siswa kelas V di

SDN 27 Woja Kabupaten Dompu.

5) Kekompakan antara kepala sekolah dengan para bapak dan ibu

guru

Hal yang paling dibutuhkan di dalam memahamkan

atau pengertian tentang bagaimana kedisiplinan itu dapat

melekat pada diri setiap anak juga harus adanya kekompakan

dan kerjasama antara kepala sekolah dengan seluruh bapak ibu

guru demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Seperti yang

diungkapkan oleh Kepala Sekolah Abdul Salam, A. Ma. Pd,

bahwa:

101
“Kekompakan itu sangat mendukung sekali dan
dibutuhkan iya antara kepala sekolah dan bapak ibu
guru. Nah sebelum guru menerapkan peran guru dalam
membentuk karakter melalui nilai- nilai kedisiplinan
kepada anak yang pasti kita musyawarahkan dulu,
setelah menemukan kesepakatan baru kita bersama-
sama melaksanakannya sehingga tidak ada yang
namanya tidak mendukung antar bapak ibu guru dan
hal ini juga kita sosialisasikan kepada orang tua siswa,
agar di rumah pun anak dididik dengan nilai-nilai
karakter seperti yang ada di sekolah”.

Sejalan dengan hal tersebut memang kekompakan

sangat penting sekali sebagai peranannya dalam melaksanakan

nilai-nilai kedisiplinan yang akan diberikan kepada anak

didik. Agar tidak ada kesimpang siuran antara informasi yang

diberikan kepada kepala sekolah, guru, dan orang tua siswa.

b. Faktor Penghambat

Faktor Penghambat merupakan sesuatu yang tidak terlepas dalam

suatu program atau kegiatan, namun dalam hal ini faktor penghambat

pelaksanaan pendidikan kedisiplinan setidak-tidaknya bisa diatasi dan

ditanggulangi dengan baik dan serius. Faktor penghambat tersebut adalah:

1) Ada pada keluarga siswa

Keluarga adalah faktor utama dalam perkembangan anak. Cara

orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, jarak antara rumah

dan sekolah, dan lain sebagainya itu yang sering menjadi faktor

penghambat dalam keadaan anak. Seperti dalam petikan wawancara

oleh kepala sekolah Abdul Salam, A.Ma.Pd yakni:

102
“Anak-anak di sini itu mas tidak semuanya tinggal di desa woja
ini tapi di desa lain juga ada dan itu relatif jauh dari sini, nah
kadang-kadang juga bersama adiknya yang masih di TK dan ini
anak masih antar jemput. Ia datang terlambat karena masih
menunggu persiapan oran g tua yang mengantar. Hal-hal yang
seperti ini yang biasanya menjadi salah satu faktor
ketidakhadiran siswa.”

Pak Sarwon,S.Pd. SD selaku wali kelas Va juga menambahkan

bahwa:

“Benar apa yang dikatakan oleh bapak kepala sekolah yakni


ketidakhadiran ini bukan karena siswa itu sengaja datang
terlambat karena jarak antara rumah dengan sekolah relatif
jauh, ada juga alasan yang sangat lucu mbak pada saat saya
tanya alasan mengapa datang terlambat itu karena saya
menunggu mama saya bu, mama saya kalau dandan lama. Nah
hal-hal sekecil itu kan juga sangat merugikan anak mbak kalau
anak sering datang terlambat itu dari orang tua mereka. Tapi
sering saya sampaikan juga setiap kali ada pertemuan wali
murid agar dapat memenej waktunya dengan baik supaya anak
tidak terkena dampaknya.”

2) Pengaruh lingkungan masyarakat

Pak Abdul Salam selaku Kepala Sekolah SDN 27 Woja

Kabupaten Dompu menuturkan :

“Kondisi masyarakat lingkungan SDN yang terletak di


Kabupaten Pasuruan terutama lingkungan rumah siswa rata-
rata kurang mendukung. Lingkungan masyarakat merupakan
sebuah akuarium besar yang sangat berpengaruh dalam proses
nilai-nilai kedisiplinan siswa, sedangkan kondisi masyarakat
yang ada masih belum seratus persen mendukung. Masih
banyak cermin masyarakat yang sangat kurang mendukung.”

Memang siswa tidak selalu berada dalam lingkungan sekolah.

Justru waktu yang banyak dihabiskan oleh para siswa adalah waktu di

luar lingkungan sekolah. Sedangkan pengaruh lingkungan masyarakat

yang kurang mendukung terhadap perkembangan kedisiplinan siswa

103
memberikan hambatan yang cukup besar dan bahkan menjadi ancaman

bagi proses pendidikan. Apalagi pengaruh perkembangan lingkungan

yang majemuk dan banyak yang tidak sesuai dengan etika dan norma

yang berlaku.

3) Media pembelajaran yang masih terbatas

4) kesadaran peserta didik untuk disiplin yang disebabkan masih labil

secara usia.

104
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN 27 Woja

kabupaten Dompu, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Peran guru kelas dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas V SD

Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu tahun ajaran 2019/2020 antara lain:

a. Ketepatan guru saat datang ke sekolah

b. Tutur kata dan bahasa yang baik dan sopan

c. Cara berpakaian guru sesuai dengan jadwal dan ketentuan yang

berlaku

2. Strategi Guru kelas dalam meningkatkan kedisiplinan dan akhlak

siswa kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu

Dalam proses pembentukan akhlak dan disiplin peserta didik di SD

Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu guru kelas berperan sebagai

berikut:

a. Guru kelas sebagai komunikator

b. Guru kelas sebagai Motivator


c. Guru kelas sebagai Pendidik dan Pembimbing
3. Faktor pendukung dan penghambat guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa kelas V SD Negeri 27 Woja Kabupaten Dompu

a. Faktor pendukung antara lain:

105
1) Adanya kontrol dari Kepala Sekolah

Kontrol dari kepala sekolah merupakan hal yang

sangat penting, karena secara langsung peran guru dalam

membentuk karakter siswa melalui nilai-nilai kedisiplinan

pada siswa kelas IV ini akan bisa terarah. Kontrol tersebut

dilaksanakan melalui dua cara, yaitu:

a) Dengan Terlibat Langsung

b) Dengan melalui evaluasi rutin

2) Adanya peran aktif dari bapak dan ibu guru

3) Adanya peran aktif dari orang tua siswa

4) Kesadaran para siswa

5) Kekompakan antara kepala sekolah dengan para bapak

dan ibu guru

b. Faktor penghambat antara lain:

1) Ada pada keluarga siswa

2) Pengaruh lingkungan masyarakat

3) Media pembelajaran yang masih terbatas

4) kesadaran peserta didik untuk disiplin yang disebabkan

masih labil secara usia.

B. Saran

Setelah mengadakan penelitian di SDN 27 woja,dari kesimpulan di atas

tampa mengurangi rasa hormat (takdzim) kepada seua pihak dan demi

106
suksenya pembelajaran di SDN 27 woja agar lebih baik dan memperoleh hasil

yang maksimal penulis menyampaikan saran antara lain :

1. Bagi lembaga

Metode disiplin yang di terapkan harus relevankan dengan kondisi

saat ini, hal ini akan memperkuat pengaruh kedisiplinan pada peserta

didik.

2. Bagi pendidik

Pendidik hendaklah memberikan motivasi dan suri tauladan yang

baik pada peserta didik, sehingga peserta didik senag unutk mencotoh

tingkah lakunya dan menjadikanya karakter disiplin, dan lebih di sering

mantau kegiatan peserta didik di SDN 27 woja, di samping itu, perlu

mengembangkan metode diskusi dalam pembetukan karakter dan ber

ahklak.

3. Bagi peserta didik

Peserta didik diharapkan juga menjadi pribadi yang berdisiplin dan

berahklak mulia yang sesuai dengan pribadi islami dan tidak

terpengaruh oleh perbuatan yang tercela sehingga membahayakan

dirinya, keluarga masyarakat, bangsa dan Negara.

4. Bagi orang tua

Orang tua hendaknya manyadari betapa pentingnya pendidikan

karakter kedisiplinan dan ber Ahklak dalam usaha membentuk karakter

kedisiplinan dan berakhlak anak yang relevan pendidikan yang islami.

107
Oleh karena itu pendidikan karakter kedisiplinan sejak dini akan

mempengaruhi prilaku di kemudian hari.

108
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013

Anurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta: 2014

Arsip Madrasah Ibtidaiyah NW Badrussalam Sekarbela Mataram Tahun 2020.

Bana Betinangima, “Upaya guru tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa


hafal 2 juz al-Qur’an dan terjemahannya di SMP Muhammadiyah
Boarding School (MBS) prambanan Yogyakarta tahun 2016” (SKRIPSI
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016).
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: PT.Karya Abditamal,


Surabaya, 2015

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : CV Pustaka Setia: 2011

Hasil Observasi awal, MI NW Badrussalam Sekarbela Mataram Tanggal 16-12-


2019

http://www.google.com.Jenis-jenis+Lomba+Dalam_Menghafal_al-
Qur’an_diakses_Tanggal_06-05-2020
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, Implementasi Metode Takrir Dalam Pembelajaran
Menghafal al-Qur’an
M. Hosnan, Etika Profesi Pendidik Pembinaan dan Pemantapan Kinerja Guru,
Kepala Sekolah, Serta Pengawas Sekolah, Bogor : Galia Indonesia,
2016

Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


1999

Mughni Najib, Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Implementasi Metode


Takrir Dalam Menghafal al-Qur’an
Muhammad Zainul Hidayat, Wawancara Dan Observasi Awal, MI NW
Badrussalam Sekarbela Mataram Tanggal, 12-02-2020.

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003

Muhibinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Cet Ke


19,Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010
Nur Faizin Muhith, Semua Bisa Hafal Al-Qur’an Semua Umur, Semua Profesi
Laki-laki Dan Prempuan, cet 1, Surakarta : Al- Qudwah, 2013

109
Nurul Qorimah & Mohammad Irsyad, metode Cepat & Mudah Agar Anak Hafal
Al-Qur’an,cet ke 1, Yogyakarta : Semesta Hikmah, 2016
Pedoman Penulisan Skripsi UMMAT, 2019/2020
Prabowo, Metodelogi Penelitian, Surabaya: Unesa University Press, 2011
Prim Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah Strategi Peningkatan Mutu
Dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2013
Riadi, Profesionalisasi Guru Madrasah,Yogyakarta : Ombak Tiga, 2017
Sri Anitah W, DKK, Strategi Pembelajaran di Sekolah Dasar Cet Ke 21 Edisi I,
Tanggerang: Universitas Terbuka: 2014
Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah: Suatu Pengantar
Cet. 6; Bandung: CV Diponegoro: 2016

110
LAMPIRAN-LAMPIRAN

111

Anda mungkin juga menyukai