Anda di halaman 1dari 17

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGARUH SAMBUNGAN MEKANIK TIPE SINGLE LAP


TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA KOMPOSIT POLYESTER
SERAT BATANG PISANG

Naskah Publikasi Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Syarat-Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh:

NUR BURHAN

NIM : D20090064

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ANALISIS PENGARUH SAMBUNGAN MEKANIK TIPE SINGLE LAP
TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT
BATANG PISANG

Nur Burhan, Ngafwan, Wijianto


Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura
E-mail: nurburhan9@gmail.com

ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik pada sambungan
komposit polyester serat batang pisang tipe single lap terhadap kekuatan tarik yang
dialkukan pelubangan dengan cara dicetak dan dibor dan besarnya pengaruh akibat
perubahan vraksi volume serat pada daerah sambungan tipe single lap.
Pembuatan komposit diawali dengan persiapan bahan yaitu resin polyester,
hardener, serat pohon batang pisang. Setelah itu proses yang pertama pemotongan
dan penglupasan kulit pohon batang pisang pada lapis ke tiga dari luar kemudian
dilanjutkan proses pengepresan agar bagian dalam kulit batang pisang mudah
dihilangkan sampai tersisa serat bagian luar, setelah itu dipotong dengan ukuran 1
meter dan di masukan kedalam paralon yang sudah di isi dengan air lalu di lanjutkan
proses perendaman selama 1 bulan agar mudah saat pengambilan serat.
Penjemuran awal dilakukan pada ruang tanpa sinar matahari selama 1 hari dengan
panjang 100 cm. Selanjutnya perlakuan alkali KMnO 4 2% selama 2 jam dilanjutkan
pengeringan pada ruang tanpa sinar matahari. Pembuatan komposit dengan
metode hand lay up perbandingan serat ±30% dengan mempersiapkan serat
dimasukan dalam oven pada temperatur 31 0C kemudian serat diambil dan disusun
sejajar. Pengujian tarik untuk mengetahui kekuatan tarik pada teknik pembuatan
lubang dengan cara dicetak dan dibor dan mengetahui kekuatan tarik setelah serat
diperbesar 5% pada daerah lubang dan foto makro sambungan komposit polyester
serat batang pisang.
Dari hasil pengujian menunjukan bahwa kekuatan tarik pada specimen
sambungan komposit yang lubangnya dibor dan bor penambahan serat 5%
mengalami peningkatan dari 4,911 menjadi 4,990 N/mm², sedangkan untuk
specimen dicetak dan cetak penambahan 5% mengalami kenaikan dari 4,174
menjadi 4,602 N/mm². Pada foto makro terjadi pull-out fiber pada specimen komposit
lubang dibor dan dicetak.

Kata kunci : Serat Batang Pisang, Matrik Polyester, Sambungan Komposit


A. PENDAHULUAN penelitian ini adalah tebal adhesive.
Komposit adalah suatu jenis Adhesive digunakan epoxy. Jenis
bahan baru hasil rekayasa yang terdiri sambungan yang digunakan adalah
sambungan tumpang dan lurus sesuai
dari dua atau lebih bahan dimana sifat
dengan ASTM D 5868-95, uji geser
masing-masing bahan berbeda satu dan tarik dengan Universal Testing
sama lainnya baik itu sifat kimia Machine. Hasil penelitian menunjukan
maupun fisikanya dan tetap terpisah bahwa jenis sambungan
dalam hasil akhir bahan tersebut menggunakan sambungan tumpang
(bahan komposit). Dengan adanya kekuatan sambungan lebih besar
perbedaan dari material penyusunnya dibandingkan sambungan lurus.
Kedua jenis sambungan tersebut
maka komposit antar material harus
cocok digunakan jenis sambungan
berikatan dengan kuat, sehingga perlu tumpang, karena memiliki kekuatan
adanya penambahan wetting agen. t geser lebih besar dari pada
Penggunaan sambungan sambungan lurus dengan tebal
material komposit yang telah adhesive 0,5 mm.
dilakukan banyak menggunakan jenis Dengan adanya uraian diatas
sambungan mekanik dan sambungan maka penulis akan membuat
ikat, tetapi pada zaman sekarang para sambungan komposit dengan
rekayasawan melakukan berbagai menggunakan serat batang pisang
kajian riset untuk merekayasa dan pembuatan komposit dengan
sambungan material baru yang metode hand lay-up dan pembuatan
memiliki sifat fisis-mekanis yang lebih lubang dengan cara dicetak dan dibor
baik, seperti bahan baru komposit. dan Untuk mengetahui pengaruh
Sambungan komposit berpenguat sambungan mekanik pada komposit
serat merupakan jenis komposit yang polyester tipe single lap terhadap
paling banyak dikembangkan seperti kekuatan tarik pada serat batang
serat batang pisang. Adapun pisang dan mengetahui perbandingan
sambungan komposit yang paling kekuatan tarik pada teknik pembuatan
banyak di gunakan yaitu lubang dengan cara dicetak dan dibor
menggunakan sambungan mekanik serta Untuk mengetahui besarnya
karena mempunyai keuntungan antara pengaruh akibat perubahan vraksi
lain replacement mudah apabila volume serat pada daerah sambungan
terjadi kerusakan, perlakuan tipe single lap.
permukaan sedikit dan mudah
melakukan inspeksi kualitas B. TUJUAN PENELITIAN
sambungan. Namun demikian, Berdasarkan latar belakang
sambungan ini juga memiliki yang telah di uraikan, maka penelitian
kelemahan yaitu sambungan mekanik ini bertujuan untuk :
menimbulkan konsentrasi tegangan di 1. Untuk mengetahui pengaruh
daerah sekitar lubang dan pembuatan sambungan mekanik pada
lubang akan menimbulkan kerusakan komposit polyester tipe single lap
serat. terhadap kekuatan tarik pada serat
Putro S. 2013, Dalam batang pisang.
penelitian ini bahan yang digunakan 2. Untuk mengetahui perbandingan
dalam pembuatan komposit adalah kekuatan tarik pada teknik
Resin Polyester 157 BQTN, serat pembuatan lubang dengan cara
nanas. Pembuatan komposit dilakukan dicetak dan dibor.
dengan hand lay-up. Parameter
3. Untuk mengetahui besarnya E. TINJAUAN PUSTAKA
pengaruh akibat perubahan vraksi Putro.S 2013. ”Pengaruh
volume serat pada daerah Kekuatan Sambungan Komposit Serat
sambungan tipe single lap. Nanas Terhadap Kekuatan Tarik Dan
Geser Dengan Adhesive Epoksi”.
C. BATASAN MASALAH Dalam penelitian ini bahan yang
Agar penelitian yang dilakukan digunakan dalam pembuatan komposit
tidak terlalu melebar, maka perlu adalah Resin Polyester 157 BQTN,
adanya batasan masalah sebagai serat nanas. Pembuatan komposit
berikut : dilakukan dengan hand lay-up.
1. Jenis pohon pisang yang dipakai Parameter penelitian ini adalah tebal
kepok (Musa acuminata balbisiana adhesive. Adhesive digunakan epoxy.
colla). Jenis sambungan yang digunakan
2. Teknik pembuatan komposit adalah sambungan tumpang dan lurus
dengan hand lay-up. sesuai dengan ASTM D 5868-95, uji
3. Pengujian fisis (struktur makro) dan geser dan tarik dengan Universal
mekanis (tarik). Testing Machine. Hasil penelitian
4. Diameter lubang yang digunakan 6 menunjukan bahwa jenis sambungan
mm. menggunakan sambungan tumpang
5. Teknik pembuatan sambungan kekuatan sambungan lebih besar
komposit menggunakan dibandingkan sambungan lurus.
sambungan mekanik yaitu type Kedua jenis sambungan tersebut
single lap. cocok digunakan jenis sambungan
6. Pembuatan lubang pada tumpang, karena memiliki kekuatan
sambungan komposit dengan cara geser lebih besar dari pada
dicetak dibor. sambungan lurus dengan tebal
7. Pengaturan serat sejajar 00. adhesive 0,5 mm.
S.Venkateswarlu,K.Rajasekhar,
D. MANFAAT PENELITIAN 2013,”Modelling and Analysis of
Manfaat dari penelitian ini adalah : Hybrid Composite Joint Using in
1. Memberikan pengetahuan baru Ansys”. Menjelaskan bahwa komposit
tentang keunggulan serat telah menjadi salah satu bahan yang
pelepah pohon pisang digunakan untuk memperbaiki struktur
dimanfaatkan untuk pembuatan yang ada dalam berbagai aplikasi dan
produk baru yang berguna bagi juga pada sambungan dengan bagian
masyarakat ataupun industri di komposit, dengan menggunakan
Indonesia. perekat atau pengencang mekanik
2. Mampu mengembangkan saat ini, metode baru yang disebut
pemanfaatan serat alam sendi hybrid juga sedang dikerjakan
diantaranya pelepah pohon dimana kombinasi dari kedua perekat
pisang dengan harga yang murah dan mekanik pengencang yang
mampu menjadikan produk yang digunakan.
menjanjikan dan kuat. R. M. Jones, 1975, Mechanics
3. Dalam analisa ini diharapkan of Composite Materials. Menjelaskan
dapat menjadikan sebuah karya bahwa definisi dari komposit dalam
untuk pengganti bahan-bahan lingkup ilmu material merupakan
metal yang tidak ramah gabungan antara dua buah material
lingkungan. atau lebih yang digabung pada skala
makroskopis untuk membentuk
material baru yang lebih bermanfaat.
Komposit terdiri dari dua unsur yaitu dan perekat serat. Matrik dapat
serat (fibre) sebagai reinforcement berbentuk polimer, logam, karbon,
atau penguat dan bahan pengikat maupun keramik.
serat yang disebut dengan matriks. Sedangkan mengenai penataan
Unsur utama dari bahan komposit arah serat dimana dimaksudkan untuk
adalah serat, serat inilah yang mengoptimalkan kekuatan bahan
menentukan karakteristik suatu bahan terdapat empat macam penataan arah
seperti kekuatan, keuletan, kekakuan serat yang umum, yang dikenal
dan sifat mekanik yang lain. Serat dengan istilah sistim penguatan serat,
berfungsi untuk menahan sebagian yaitu:
besar gaya yang bekerja pada 1. Continous fiber composite
material komposit, sedangkan matrik (komposit diperkuat serat
melindungi, dan meneruskan gaya kontinyu).
antar serat. 2. Woven fiber composite (komposit
diperkuat serat anyaman).
F. DASAR TEORI 3. Chopped fiber composite
1. Kompoposit (komposit diperkuat serat
Komposit adalah suatu jenis pendek/acak).
bahan baru hasil rekayasa yang 4. Hybrid composite (komposit
terdiri dari dua atau lebih bahan diperkuat dengan serat kontinyu
dimana sifat masing-masing bahan dan serat acak).
berbeda satu sama lainnya baik itu
sifat kimia maupun fisikanya dan tetap b. Laminate Composites (komposit
terpisah dalam hasil akhir bahan lapis)
tersebut (bahan komposit). Komposit lapis
Komposit dapat merupakan komposit yang
diklasifikasikan kedalam tiga kelompok terdiri dari bermacam-macam
besar yaitu: lapisan material dalam satu
a. Fibrous Composite Material matrik.
(komposit serat) Bentuk nyata dari
Komposit serat adalah komposit lapis adalah:
komposit yang terdiri dari fiber di 1. Bimetal
dalam matrik. Klasifikasi serat dibagi Bimetal adalah lapis dari
menjadi 2, antara lain: serat alam dua buah logam yang
(serat pisang, sabut, rami atau hemp, mempunyai koefisien ekspansi
kenaf, flax, jute, dsb) dan serat kimia thermal yang berbeda. Bimetal
atau buatan (serat karbon, gelas, akan melengkung seiring
rayon, nilon dsb). Secara alami serat berubahnya suhu sesuai
yang panjang mempunyai kekakuan dengan perancangan, sehingga
yang lebih dibanding serat yang jenis ini sangat cocok untuk alat
berbentuk curah (bulk). Serat panjang ukur suhu.
mempunyai struktur yang lebih 1. Pelapisan logam
sempurna karena struktur kristal Pelapisan logam yang satu
tersusun sepanjang sumbu serat dan dengan yang lain dilakukan
cacat internal pada serat lebih sedikit untuk mendapatkan sifat
dari pada material dalam bentuk terbaik dari keduanya.
curah. Bahan pengikat atau penyatu 2. Kaca yang dilapisi
serat dalam material komposit disebut Konsep ini sama dengan
matrik. Matriks berfungsi sebagai pelapisan logam. Kaca yang
pelindung, pendukung, transfer beban,
dilapisi akan lebih tahan serat alami dan serat sintesis (serat
terhadap cuaca. buatan manusia)
3. Komposit lapis serat 1. Serat Alami
Dalam hal ini lapisan Serat mineral antara lain kaca serat
dibentuk dari komposit serat atau fiberglass yang dibuat dari
dan disusun dalam berbagai kuarsa, serta logam dapat dibuat
orientasi serat. Komposit dari logam yang di ikuti seperti
jenis ini biasa digunakan (tembaga), emas atau perak
untuk panel sayap pesawat selanjutnya serat karbon.
dan badan pesawat a) Serat tumbuhan atau serat
c. Particulate Composites (Komposit pangan biasanya tersusun
Partikel) atasselulosa, hemiselulosa, dan
Komposit yang terdiri dari kadang mengandung pula
partikel-partikel dalam satu matrik. lignin. Contoh dari serat jenis ini
Partikel-partikel tersebut bisa yaitu katun dan kain rami.
berupa logam maupun non logam. b) Serat kayu berasal dari
Macam-macam komposit tumbuhan berkayu.
partikel antara lain: c) Serat hewan, umumnya
1. Komposit bukan logam di dalam tersusun atas protein tertentu.
bukan logam, misalnya beton. Contoh dari serat hewan yang
Beton tersusun dari pasir, batu di manfaatkan oleh manusia
dan semen serta air yang adalah serat laba-laba (sutra)
bereaksi secara kimia sehingga dan bulu domba (wol).
mengeras. d) Serat mineral, umunya dibuat
2. Komposit logam di dalam bukan dari asbestos. Saat ini asbestos
logam, misalnya bubuk adalah satu-satunya mineral
aluminium dan perklorat oksida yang secara alami terdapt
dalam poliuretan atau karet dalam bentuk serat panjang.
polisulfida sebagai bahan 2. Serat Sintetis
propelen roket dengan tujuan Serat sintetis atau serat buatan
reaksi pembakaran tunak. manusia umumnya berasal dari
3. Komposit logam di dalam logam, bahan pertokimia. Namun demikian,
misalnya timbal di dalam sistem ada pula serat sintetis dapat di
paduan tembaga dan baja untuk golongkan ke dalam:
mempermudah pengerjaan. a) Serat mineral
4. Komposit bukan logam di dalam Serat mineral, umunya
logam, misalnya cermet yang dibuat dari asbestos. Saat ini
dibentuk dari partikel keramik di asbestos adalah satu-satunya
dalam matrik logam. Dengan mineral yang secara alami
pembentukan cermet dihasilkan terdapt dalam bentuk serat
alat potong yang tahan dalam panjang.
temperatur tinggi yang tahan b) Serat polimer
erosi, abrasi dan korosi. Serat polimer adalah
bagian dari serat sintetis. Serat
2. Serat jenis ini dibuat melalui proses
Serat adalah suatu jenis kimia. Bahan yang umum
bahan berupa potongan-potongan digunakan untuk membuat serat
komponen yang membentuk jaringan polimer antara lain polyamida
memanjang yang utuh. Serat dapat di nilon, fenol-formaldehid (PF),
golongkan menjadi dua jenis yaitu
dan serat polivinyl alkohol 5. Perlakuan KMno4
(PVOH). Pada komposit polimer
berpenguat serat alam, sifat antar
3. Matrik muka matriks dan serat perlu
Matrik memegang peran penting diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan
sebagai pengikat serat, transfer beban kompatibilitas antara serat dengan
dan pendukung serat. Pada komposit matriks dan sifat hydrophilic serat.
serat (Fibrous Composites) matriks Alkalisasi adalah salah satu cara
yang digunakan adalah resin (plastik modifikasi serat alam untuk
yang berfasa cair). Metrik harus meningkatkan kompatibilitas antara
memiliki perpanjangan saat patah matriks dengan serat. Dengan
yang lebih besar dibanding berkurangnya hemiselulosa, lignin
perpanjangan saat patah serat. Selain atau pectin serat, akan meningkatkan
itu juga harus mampu berdeformasi kekasaran permukaan yang
sehingga beban dapat diteruskan menghasilkan mechanical interlocking
antar serat. Bahan metrik yang sering yang lebih baik antara serat dengan
digunakan dalam komposit adalah matrik, dan juga dengan proses
polimer. Polimer merupakan molekul perendaman akan membuat poro-pori
besar yang terbentuk dari satuan- disekitar permukaan serat.
satuan sederhana. fungsi matriks
adalah sebagai pengikat serat, 6. Sambungan komposit
pelindung, transfer beban, dan Pada dasarnya sambungan
pendukung serat. Pada Komposit komposit dibedakan menjadi dua
Serat (Fibrous Composite) matriks macam yaitu sambungan mekanik dan
yang digunakan adalah resin (plastik sambungan ikat (bonded joint).
yang berfasa cair). Matriks harus Metode sambungan mekanik dibuat
memiliki perpanjangan saat patah dengan membuat lubang sebagai
yang lebih besar dibanding tempat dudukan baut atau keling
perpanjangan saat patah serat. Selain sedangkan bonded joint dibuat dengan
itu matriks juga harus mampu memberikan zat adhesive antar
berdeformasi seperlunya sehinga lapisan yang akan disambung.
beban dapat diteruskan antar serat. Proses pembuatan lubang
dengan cara dicetak dan dibor pada
4. Bahan tambahan bahan komposit serat batang pisang,
Bahan tambahan utama teknik pembuatan lubang dan variasi
adalah katalis (Hardener). Jenis diameter lubang sangat menentukan
katalis untuk resin polyester yaitu kekuatan-kekuatanya khususnya di
Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO). daerah sekitar lubang. Pembuatan
Katalis berfungsi untuk mempercepat lubang akan menimbulkan kerusakan
proses pengerasan cairan resin serat, kerusakan serat tersebut dapat
(curing). Semakin banyak katalis berupa misoriented fiber pada lubang
reaksi curing akan semakin cepat, yang dicetak dan terputusnya serat
tetapi kelebihan katalis juga akan pada pembuatan lubang dengan cara
menimbulkan panas pada saat curing dicor. Berikut adalah contoh dari
bisa merusak produk yang akan dibuat pembuatan lubang dicetak dan dibor.
yaitu menjadikan bahan komposit
getas atau rapuh. Oleh karna itu 7. Pengujian kekuatan tarik
pemberian katalis dibatasi 1% samapi Pengujian tarik bertujun untuk
2% dari berat resin. mengetahui tegangan, regangan,
modulus elastisitas bahan dengan
cara memberikan beban tarik secara Nilai tegangan dapat dicari
berlahan sampai material komposit dengan rumus :
mengalami putus. Adapun keuletan
material, daerah elastisitas dan plastis
serta titik putus akan terlihat dari grafik
yang ada. Dimana: σ = Tegangan tarik (N/mm2)
Dalam pengujian kekuatan P = Beban (N)
tarik ini untuk ukuran spesimen A0 = Luas penampang
mengggunakan standar ASTM D 5961 patahan
seperti pada gambar dibawah:
Untuk nilai regangan dapat
dicari dengan rumus :

Ɛ= ( )

Dimana:
Ɛ = Tegangan-Regangan (%)
∆L=Deformasi (mm)
L = Panjang daerah ukur
(mm)
L0 = Panjang mula-mula (mm)
Gambar 1. Geometri spesimen uji tarik
Sedangkan modulus elastisitas
(ASTM D 5961)
dapat dicari dengan rumus :
Kekuatan tarik komposit
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara
lain: E=
1. Temperatur Dimana:
Apabila temperatur naik, maka
E= Modulus elastisitas
kekuatan tariknya akan turun.
(N/mm2)
2. Kelembaban
σ= Tegangan tarik (N/mm2)
Pengaruh kelembaban ini akan
Ɛ= Tegangan-regangan (%)
mengakibatkan bertambahnya absorbs
air, akibatnya akan menaikan
regangan patah. Sedangkan tegangan
patah dan modulus elastisitasnya akan
menurun.
3. Laju tegangan
Apabila laju tegangan kecil, maka
perpanjangan bertambah dan
mengakibatkan kurva tegangan-
regangan menjadi landai, modulus
elastistasnya rendah. Sedangkan jika
laju tegangan tinggi, maka beban
patah dan modulus elastisitasnya
meningkat, tetapi regangan mengecil.
Hubungan antara tegangan tarik dan
regangan pada beban tarik ditentukan
dengan rumus sebagai berikut:
(Kurniawan, K., 2012)
G. METODE PENELITIAN 2. Keterangan diagram alir
1. Diagram alir penelitian Mencari bahan-bahan teori dan
hasil penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan komposit polyester
berpenguat serat batang pisang,
standar pegujian, metode pembuatan
komposit, jenis alat uji yang digunakan
dan sebagian melalui buku, artikel
(jurnal) dan juga situs internet. Mencari
batang pohon pisang, resin polyester,
katalis MEKPO, zat kimia KmnO4,
peralatan uji dan mempersiapkan alat
bantu yang dibutuhkan selama
penelitan. Proses pengelupasan kulit
batang pisang sebanyak 3 sampai 4
lapis dari luar. Pemotongan kulit
dengan panjang 100 cm. Dilanjutkan
dengan cara dipress untuk
mengurangi kadar air dan
menghancurkan daging dari kulit
pisang sampai serat mulai terlihat.
Proses perendaman serat
selama 1 bulan agar lebih mudah
memisahkan serat dengan daging dari
kulit batang pohon pisang. Kemudian
dijemur pada temperatur ruang selama
1 hari sampai kering.
Proses treatment menggunakan
cairan kimia 2% Kalium permangant
per 1 liter aquades selama 2 jam yang
berfungsi untuk menghilangkan kadar
kimia dalam serat dan untuk
memperbesar pori-pori serat.
Pengeringan serat pada temperatur
ruang, lalu pengeringan didalam oven
pada suhu 30 oC selama 1 jam agar
kadar air konstan.
Persiapan serat, resin polyester
dan hardener MEKPO. Kemudian
ditimbang sesuai dengan
perbandingan fraksi berat yang telah
ditentukan. Untuk fraksi berat serat
sebanyak ± 30% dan fraksi berat resin
sebanyak ± 70%.
Pemotongan serat panjang 135
mm pada cetakan specimen komposit
dengan metode pembuatan komposit
Gambar 2. Diagram alir penelitian
hand lay-up.
Penuangan resin polyester dan
hardener MEKPO pada gelas plastik
dengan perbandingan 100 : 1, diaduk
perlahan selama 1 menit agar
campuran menjadi homogen.
Proses pengecoran campuran
antara resin dan hardener pada
material yang berbentuk layer dengan
menggunakan suntikan agar proses
pengecoran lebih merata hingga
ketebalan yang ditentukan. Gambar 4. Resin polyester dan katalis
Pengeringan dengan
membiarkan proses pengerasan
terjadi secara alami selama 12 jam.
Pengeringan bisa dilanjutkan lebih dari
waktu tersebut bila dirasakan kurang
kering.
Pembuatan keling komposit
dengan menggunakan cetakan
dengan diameter 6 mm, kemudian di
lanjutkan pengecoran serat dan resin Gambar 5. Kalium Permanganate
pada cetakan tersebut lalu dilanjutkan (KMnO4)
dengan proses assembly kemudian di
press menggunakan claim agar 3. Alat yang digunakan :
sambungan menjadi kuat dan tidak
geser.
Pengujian tarik dilakukan
karena untuk mengetahui kekuatan
tarik dari komposit yang akan diuji.
Alat uji tarik yang digunakan universal
Testing Machine dengan kapasitas
maksimum 5000 kg. Pengujian tarik
dengan standart ASTM D 5961
.
Bahan penelitian :

Gambar 6. Cetakan ( Dies)

Gambar 3. Serat batang pisang


Gambar 7. Vernier Caliper
Gambar 8. Timbangan digital Gambar 13. Universal testing machine

Gambar 9. Alat Suntik, Gelas, dan


Sendok

Gambar 14. Dinolet

Gambar 10. Oven

Gambar 11. Thermometer


Gambar 15. Spesimen uji

Gambar 12. Alat pres


H. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan pengujian atarik
Data hasil pengujian tarik a. Grafik hubungan tegangan tarik
Tabel 1. Analisa data dengan rata-rata dengan lubang
metode offset 0,2% Pada pengujian tarik spesimen
komposit dengan lubang dibor
Specimen Teganga Reganga Modulus
n N/mm² n% Elastisita mempunyai kekuatan tarik tertinggi
s MPa sebesar 4,911 N/mm², bor
Bor 4.911 2.200 290.900 penambahan serat 5% 4,990 N/mm²,
Cetak
dicetak yaitu 4,174 N/mm², dan cetak
2.784 2.4000 205.120 penambahan serat 5% adalah 4,602
Bor N/mm². Diketahui Kekuatan tarik
penambaha terendah dari hasil pengujian adalah
n serat 5% 4.173 3.000 354.500
pada daerah spesimen lubang dicetak dan kekuatan
lubang tertinggi yaitu spesimen sambungan
Cetak komposit pada lubang bor
penambaha
n serat 5% 3.990 3.0000 336.842 penambahan serat 5%. Pada lubang
pada daerah dibor setelah diberikan penambahan
lubang serat 5% kekuatan tariknya terjadi
kenaikan demikian juga dengan
lubang dicetak setelah ada
penambahan serat terjadi peningkatan
kekuatan tariknya, hal ini dikarenakan
semakin banyaknya serat (fiber)
berpengaruh pada tegangan tarik pada
saat pengujian. . Dari hasil yang
didapatkan kekuatan pembuatan
lubang dibor lebih baik dibandingkan
dengan pembuatan lubang yang
dicetak. Hal ini disebabkan karena
Gambar 15. Hubungan antara pada saat pembuatan lubang
tegangan tarik rata-rata dengan sempurna dan serat di daerah lubang
regangan merata biarpun terjadi miskin serat
saat proses pengeboran lubang.
b. modulus elastisitas specimen
komposit
Modulus elastisitas menunjukkan
kekakuan (stiffness) atau ketahanan
terhadap deformasi elastis. Semakin
besar modulus elastisitas maka bahan
semakin kaku. Hasil nilai tertinggi
modulus elastisitas terdapat pada
spesimen lubang bor serat diperbesar
5% yaitu 354,500 Mpa dan nilai
terendah pada spesimen lubang
dicetak yaitu 205,120 Mpa. Hal ini
Gambar 16. Hubungan modulus disebabkan karena regangan yang
elastisitas dengan lubang dihasilkan oleh spesimen lubang dibor
lebih kecil dari pada regangan yang
dihasilkan pada specimen lubang
dicetak 1

Foto makro spesimen

Setelah dilakukan pengujian


tarik dilanjutkan foto makro yang
berupa hasil patahan komposit dengan
pembesaran 50 kali diperoleh hasil
foto makro dengan variasi lubang
dicetak, cetak diperbesar 5% dan
lubang dibor, bor diperbesar 5%. 2

Berikut hasil foto makro 3


patahan sambungan komposit :
Gambar 4.9. Foto Makro Patahan
1 Perbesaran 50 Kali Pada Spesimen
Komposit Uji tarik Lubang bor
penambahan serat 5% pada daerah
lubang
2

2
3

Gambar 4.7. Foto Makro Patahan


Perbesaran 50 Kali Pada Spesimen
Komposit Uji Tarik Lubang Dibor
3

1
Gambar 4.10. Foto Makro Patahan
2
Perbesaran 50 Kali Pada Spesimen
Komposit Uji tarik Lubang cetak
penambahan serat 5% pada daerah
lubang
Keterangan Penomeran:
1. Resin Polyester
2. Pull-out fiber
3. Void ( Lubang Udara )
3
Gambar 4.8. Foto Makro Patahan
Perbesaran 50 Kali Pada Spesimen
Komposit Uji Tarik Lubang Dicetak
Pembahasan foto makro 2. Kekuatan tarik pembuatan lubang
dibor lebih baik dibandingkan
Gambar 4.7. Sambungan dengan pembuatan lubang dicetak.
lubang dibor pengikatan proses antara Meskipun pada saat pembuatan
serat dengan resin (bonding) pada lubang terjadi miskin serat.
daerah lubang cukup sempurna dan
terlihat adanya void sedikit dengan 3. Pada sambungan lubang dibor
ukuran kecil sehingga kekuatan setelah diberikan penambahan
tariknya tinggi. serat 5% kekuatan tariknya terjadi
peningkatan, begitu pula pada
Gambar 4.8. Pada sambungan sambungan lubang dicetak
lubang dicetak. adanya void lumayan penambahan serat 5% terjadi
banyak dengan ukuran sedikit dan kenaikan kekuatan tariknya, hal ini
terjadi pull-out fiber di daerah lubang dikarenakan semakin banyaknya
ini berarti distribusi sehingga kekuatan serat (fiber) berpengaruh pada
tariknya tinggi. tegangan tarik pada saat pengujian.
Gambar 4.9. Pada daerah Saran
sambungan lubang bor penambahan
serat 5% proses pengikatan antara Dari hasil pengujian yang telah
serat dengan resin merata, dan dibahas dengan berbagai
terdapat void sedikit dengan ukuran kekurangnnya maka saran untuk
yang sangat kecil pada sambungan penelitian selanjutnya adalah :
komposit, dengan adanya
1. Pada proses pengadukan resin dan
penambahan serat 5% maka kekuatan
hardener harus homogen agar
tariknya akan meningkat lebih tinggi.
mengurangi terjadinya void yang
Gambar 5.0. Sambungan pada banyak.
lubang cetak penambahan serat 5%
2. Menentukan fraksi volume yang
terdapat void (lubang udara) sedikit
tepat akan berpengaruh terhadap
dengan ukuran kecil di daerah lubang
kekuatan komposit.
dan adanya penambahan serat maka
proses pengikatan antara resin 3. Menentukkan komposisi resin dan
dengan serat merata sehingga akan hardener yang tepat karena akan
mengakibatkan kekuatan tarik lebih mempengaruhi keras dan tidaknya
tinggi. komposit yang dibuat.
Kesimpulan 4. Pada foto makro patahan,
penggunaan kamera harus benar
Dari hasil analisa, pengujian
dan jelas agar struktur patahan
komposit dan pembahasan data yang
dapat terlihat dan dianalisa.
diperoleh, maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
1. Pada pengujian tarik spesimen
komposit dengan lubang dibor
mempunyai kekuatan tarik tertinggi
sebesar 4,911 N/mm², bor
penambahan serat 5% 4,990
N/mm², dicetak yaitu 4,174 N/mm²,
dan cetak penambahan serat 5%
adalah 4,602 N/mm².
DAFTAR PUSTAKA

ASTM. D 5961, 2012. Standard Test Methon for Bearing Response of Polymer
Matrix Composite Laminates, American Society for Testing and
Materials.

Callister, W.D. 2007. Materials Science And Enginering, Jhon Welley & Sons, Inc,
7nd edition New York.

Diharjo Kuncoro, 2006. Kajian Pengaruh Teknik Pembuatan Lubang Terhadap


Kekuatan Tarik Komposit Hibrid Serat Gelas dan Serat Karung Plastik,
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

George Yu Ping Yang. Ritter David, W. Speth, R. 2011. Finite Element Analyses
of Compositen to Steel Adhesive Joints, Welding Institute Columbus,
Ohio.

Ghanbari Esmeil, Sayman Onur, Ozen Mustafa, Arman Yusuf, 2012. Failure Load of
Composite Single-Lap Bolting Joint Under Traction Force and Bending
Moment, Dokuz Eylul Univerity, Izmir, Turkey.

Gibson, R, F., 1994 Priciple of composite material mechanics, McGraw-Hill, Inc, New
York.

Kartini, R., 2002, Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Polimer Berpenguat Serat
Alam, Tugas Akhir S-1, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lokantara, I, P., 2010, Pengaruh Panjang Serat Pada Temperatur Uji Yang Berbeda
Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Polyester Serat Tapis Kelapa,
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Universitas Udayana, Bali.

Putro Sugiyanto, 2013. Pengaruh Kekuatan Sambungan Komposit Serat Nanas


Terhadap Kekuatan Tarik Dan Geser Dengan Adhesive Epoksi,
Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik, Universitas Surakarta.

Ribot, N.M.H., Ahmad, Z., Mustaffa, N.K. 2011. Mechanical Propertise of Kenaf
Fiber Composite Using CO-CURED IN-LINE Fiber Joint, Selangor,
Malaysia.

R. M. Jones., 1975, Mechanics of Composite Materials, McGraw-Hill Kogakusha,


LTD, Wasingthon D.C

Smith L.J Hart, 1986. Adhesively Bonded Joints For Fibrous Composite Structures,
Imperial Colellege, London.

Venkateswarlu, S. Rajasekhar, K. 2013. Modelling and Analysis of Hybrid Composite


Joint Using Fem in Ansys, Srikalahasthi.
Wibowo Rendy Dwi, 2014. Sifat Fisis dan Mekanis Akibat Perubahan Temperatur
Pada Komposit Polyester Serat Batang Pisang Yang Di-Treatment
Menggunakan KMnO4, Skripsi. Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai