Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

“Pemilihan Instrumen dan Uji Coba Instrumen”

Dosen Pengampu : Dr. Edy Surya, M.Si.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9
Nama : :: Adelina Natalia Lubis (418)

Adinda sahira (4181111013)

Indah Puspita Silaban (4183311020)


Kelas : Pendidikan Matematika C 2018

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan RahmatNya lah
tugas Makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Kami berterima kasih kepada dosen pengampu yang sudah memberikan bimbingan dan arahan kepada
kami sehingga tugas Makalah Metode Penelitian Pendidikan Matematika ini dapat diselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Harapan kami semoga Laporan Makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki tugas ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.Kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan , November 2020

KELOMPOK 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

1.2 Tujuan .................................................................................................................................... 1

1.3 Manfaat ................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen ............................................................................................................. 2

2.2 Jenis – Jenis Instrumen............................................................................................................ 3

2.3 Cara Memilih Instrumen.......................................................................................................... 6

2.4 Uji Coba Instrumen................................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP

iii
3.1 Simpulan .................................................................................................................................15

3.2 Saran .......................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian adalah sebuah cara untuk menemukan jawaban atas rumusan masalah dengan
menggunakan prosedur yang sistematis dan ilmiah. Rumusan masalah penelitian hanya dapat dijawab
berdasarkan data empiris yang diambil dari subjek penelitian.Untuk mengambil data diperlukan
instrumen/alat pengumpul data. Oleh sebab itu, instrumen memiliki peran penting dalam penelitian.
Agar dapat memperoleh data yang akurat dibutuhkan instrumen yang berkualitas.
Ada dua sumber kesalahan kesimpulan hasil penelitian yaitu kesalahan dari instrumen dan
kesalahan pengambilan sampel. Kesimpulan hasil penelitian bisa salah jika instrumen yang digunakan
kurang tepat (valid) untuk mengukur variabel/objek yang diteliti. Kesimpulan hasil penelitian juga
bisa salah jika subjek yang mengisi instrumen tidak sesuai sasaran. Subjek penelitian mungkin sudah
sesuai sasaran, tetapi tidak jujur dalam mengisi data yang diperlukan. Untuk mengantisipasi hal
tersebut, maka perlu dikembangkan instrumen yang menarik, tidak membosankan, petunjuk dan
statement jelas, jawaban yang dikehendaki juga jelas, tidak menggiring responden untuk memilih
jawaban tertentu, dan dapat mengungkap fakta bukan norma yang berlaku di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian Instrumen Penelitian ?
2. Apa saja teknik Pemilihan Instrumen ?
3. Bagaimana teknik Pengujian Instrumen ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Memberikan informasi pemilihan instrumen.
2. Mengetahui teknik pemilihan instrumen yang baik dan benar dan pengujian instrumen.
3. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah metode penelitian

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen Penelitian

Instrumen tidak selalu harus ada dalam semua penelitian. Namun satu hal yang harus diketahui
bahwa instrumen adalah urat nadi dari sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto yang
mengatakan bahwa “Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang terpenting dan strategis kedudukannya
di dalam keseluruhan kegiatan penelitian. Instrumen penelitian tergantung jenis data yang diperlukan dan
sesuai dengan masalah penelitian. Keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat
integral dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena instrumen penelitian merupakan
alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Insturmen hanya merupakan alat yang akan digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data yang akurat.

Instrumen penelitian dapat diartikan pula sebagai alat untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa
disebut instrumen penelitian atau instrumen pengumpulan data.

Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan di permudah olehnya. Sejalan dengan Instrumen pengumpul data menurut Sumadi
Suryabrata adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan
aktivitas atribut-atribut psikologis. Atribut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan
menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif,
perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah
pernyataan. Jadi instrumen menjadi alat bantu yang disusun untuk mempermudah peneliti dalam
memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dengan menggabungkan aspek kognitif dengan item
butir pertanyaan sebagai perangsang.

2
Selain itu instrumen merupakan alat ukur. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibnu Hadjar
berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif. Instrumen sebagai alat ukur harus tetap
memberikan data yang baik sehingga harus mengukur variabel secara objektif.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa instrumen
penelitian berperan penting dalam memperoleh data. Sehingga instrumen adalah alat bantu yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan dan mengukur informasi kuantitatif tentang variabel yang
sedang diteliti. Sebagai alat bantu dalam pengumpulan data penelitian, mutu instrumen sangat
menentukan mutu data yang dikumpulkan.

2.2 Jenis – Jenis Instrumen


Banyak ragam instrumen pengumpulan data penelitian namun dari  berbagai macam ragam
instrumen pengumpulan data tersebut dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu: (1) instrumen tes (2)
instrumen non tes. Instrumen tes dan non tes dibedakan dari segi materi instrumen dan dari segi cara
pengerjaan serta  penskoran, disamping itu dilihat dari tujuan pengukuran nilai variabel yang akan
dilakukan dalam penelitian. Tes difokuskan untuk mengungkap potensi yang dimiliki responden,
misalnya berkaitan dengan hasil belajar, intelegensi,  bakat,minat, kepribadian dan potensi lainnya.
Sedangkan instrumen non tes digunakan untuk mengungkap pendapat, pandangan, kebiasaan,
perilaku yang dapat diamati, dan fakta-fakta lain diluar pengungkapan potensi individu
2.2.1 Instrumen pengumpulan data (tes)
Tes sebagai instrumen pengumpulan data penelitian adalah merupakan serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur potensi individu misalnya berkaitan
dengan hasil belajar, intelegensi, bakat, minat, kepribadian dan potensi lainnya yang dimiliki oleh
individu atau kelompok
a. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar (achievement test)  yaitu test yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seseorang setelah mempelajari sesuatu. Berbeda dengan tes-tes yang lain, tes prestasi diberikan
sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan yang di tes kan (Arikunto
1996:139). Tes hasil belajar disusun untuk mengukur tingkat ketercapaian individu setelah
mempelajari suatu materi tertentu. Tes hasil belajar ini biasanya untuk mengukur pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap. Dalam penyusunan tes hasil belajar ini materi tes harus
berkaitan dengan materi yang diajarkan. Materi tes tidak boleh diambil dari materi yang belum

3
diajarkan. Biasanya tes hasil belajar ini dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif dampak
penerapan metode tertentu atau  penerapan model tertentu dalam kegiatan pembelajaran. Dalam
penelitian yang  bersifat eksperimental dan PTK, tes hasil belajar menjadi instrumen yang paling
utama.
Tes hasil belajar tersebut memiliki beberapa bentuk yaitu bentuk uraian,  bentuk obyektif dan
sikap. Tes uraian umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengandung permasalahan,
uraian atau penjelasan. Ciri khas tes uraian ini adalah siswa bebas memberikan jawabannya. Yang
perlu diperhatikan dalam menyusun tes uraian adalah kejelasan rumusan masalah yang
dikemukakan sehingga siswa mampu memahami masalah sebagaimana yang diaharapkan guru.
Tes obyektif merupakan tes yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang sudah terstruktur
secara sempurna dan jawabannya bersifat pasti. Siswa tidak perlu melahirkan ide, gagasan atau
pendapat dan tidak dituntut kemampuan mengorganisasikan jawaban karena dalam tes bentuk
obyektif telah disiapkan alternatif jawaban untuk dipilih. Yang perlu diperhatikan dalam
menyusun tes ini adalah kecermatan dalam menyediakan jawaban yang relatif sejenis, sehingga
alternatif jawaban tidak mudah ditebak oleh siswa.
Tes perbuatan merupakan tes yang menghendaki siswa untuk bekerja atau melakukan
aktivitas guna memperlihatkan produk tertentu misalnya: menyelesaikan suatu pekerjaan
berdasarkan gambar yang diperlihatkan kepadanya atau melakukan praktek tertentu. Jadi tes
perbuatan tidak memberikan penekanan kepada bahasa, tetapi lebih kepada kegiatan jawaban
manipulatif sebagai jawaban terhadap tes.
 b. Tes intelegensi (tes IQ)
Tes intelegensi merupakan tes untuk mengungkap potensi dasar yang dimiliki individu.
Potensi dasar tersebut berkaitan dengan potensi bahasa, aritmatika, logika (baik ,logika bahasa,
matematika, maupun logika gambar). Tes intelegensi ini tidak sekedar mengetes benar tidaknya
jawaban individu, melainkan juga mengetes kecepatan dalam menjawab pertanyaaan. Tidak
semua Check list juga dapat dikembangkan menjadi rekaman yang menunjukkan frekuensi dari
masing-masing jawaban ya atau tidak tersebut.
Check list   ini  biasanya digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian untuk
mencari masukan dalam rangka pengembangan sikap atau perilaku tertentu. Untuk
mengembangkan sikap atau perilaku tertentu, sebelumnya diperlukan data tentang kondisi awal.
Sebagai contoh seorang kepala sekolah ingin memperbaiki perilaku mengajar guru khusunya
dalam keterampilan bertanya dan memberikan  penguatan, maka kepala sekolah akan menyiapkan
daftar hal-hal yang akan di observasi selama guru mengajar.
d.  Rating scale ( skala penilaian)

4
Skala penilaian merupakan salah satu instrumen penelitian yang biasanya digunakan
sebagai alat bantu dalam pengumpulan data dengan metode observasi. Skala penilaian bentuknya
mirip check list   tetapi jawabannya dikembangkan menjadi berjenjang. Skala penilaian
digunakan sebagai alat bantu observasi yang telah diperhitungkan dalam jenjang tertentu dari satu
sampai jenjang tertentu misalnya lima terhadap suatu masalah, kasus, pendapat, atau sikap
tertentu. Setiap skor menunjukkan tingkatan tertentu mulai dari yang terendah sampai yang
tertinggi. Ada beberapa skala pengukuran yang bisa dipakai dalam pengukuran untuk penelitian
anatara lain skala Likert dan Thurstone
1) Teknik thurstone
Metode Thurstone dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang
mengungkapkan berbagai pandangan terhadap suatu kelompok, pandangan, gagasan, atau
tindakan. Pertanyaan itu dikumpulkan kemudian diberikan kepada  juri yang bertugas
memilah-milah pertanyaan tersebut dari yang paling rendah tingkat ekstrimnya sampai ke
yang paling tinggi. Daftar pernyataan yang sudah disepakati kemudian diberikan kepada
subyek. Subyek kemudian diminta memberikan tanda check (√).
Contoh:
(…..) Tidak ada yang dapat diterima untuk membenarkan perang
(…..) Perang adalah perbuatan sia-sia yang menghancurkan diri-sendiri
(…..) Perang menyia-nyiakan nyawa manusia
(…..) Manfaat perang tidak seimbang dengan manfaat yang kita peroleh
(…..) Kami lebih memilih jalan damai daripada harus menanggung akibat  perang
(…..) Sulit memastikan apakah perang lebih mendatangkan lebih mendatangkan kerugian
daripada keuntungan
(…..) Ada banyak argument untuk menyetujui peperangan
(…..) Pada kondisi tertentu perang perlu dilakukan untuk menegakkan keadilan
(…..) Perang adalah cara yang memuasakan untuk memecahkan masalah internasional
(…..) Perang memberikan stimulasi pada rakyat kea rah perjuangan yang mulia
(…..) Tugas terbesar tiap orang adalah berperang demi kejayaan bangsanya
Pertanyaan yang diberikan ini dimaksudkan untuk meneliti sikap responden
terhadap peperangan. Dalam contoh ini pernyataan yang bernilai skala 0,0 menunjukkan
sikap paling anti peperangan. Pernyataan yang bernilai skala 11,0 menunjukkan
sikappaling menyetujui perang
2. Model Likert.

5
Metode ini dapat disusun tanpa menggunakan bantuan dewan juri, metode ini
menghasilkan skor yang hampir sama dengan skor yang diperoleh teknik Thurstone.
Langkah pertama dalam menyusun Likert adalah mengumpulkan sejumlah  pernyataan
mengenai suatu pokok persoalan. Pernyataan tersebut menunjukkan kesetujuan atau
ketidaksetujuan terhadap pendirian-pendirian tertentu. Setelah pernyataan-pernyataan itu
terkumpul kemudian dilakukan uji coba (trial test) terhadap sejumlah subjek. Teknik
skala likert memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif jawaban yang berjumlah 5
kategori. Dengan demikian instrumen itu akan menghasilkan total skor bagi tiap
responden.  
Nilai skala
a. Sangat setuju 5
 b. Setuju 4
c. tidak menjawab 3
d. tidak setuju 2
e. sangat tidak setuju 1

Jika respon yang diharapkan sebaliknya maka item-itemnya diberi skor


sebaliknya dengan skor sebaliknya juga.
Nilai skala
a. Sangat setuju 1
 b. Setuju 2
c. tidak menjawab 3
d. tidak setuju 4
e. sangat tidak setuju 5

3. teknik Q-sort
Teknik Q-sort ditemukan oleh William Stephenson, teknik Q-sort merupakan
suatu teknik untuk meranking sikap atau pilihan atau pendapat, dan terutama efektif bila
jumlah item yang dirangking cukup banyak. Dalam teknik teknik Q-sort sejumlah kartu
atau lembar kertas yang memuat pernyataan-  pernyataan atau item-item dimasukkan
kedalam beberapa amplop atau kotak karton bernomor. Biasanya jumlah amplop yang
disediakan adalah Sembilan atau sebelas, yang menggambarkan posisi-posisi relatif atas
suatu skala standar. Beberapa contoh skala yang dipolarisasi secara sederhana,
dikemukakan sebagai berikut:

6
2.3 Pemilihan Instrumen
Prinsip – prinsip pemilihan instrumen yaitu

 Prinsip utama pemilihan instrumen adalah memahami sepenuhnya tujuan penelitian, sehingga
peneliti dapat memilih instrumen yang diharapkan dapat mengantar ke tujuan penelitian.
 Tujuan penelitian menentukan instrument apa yang akan digunakan.
 Kadang terjadi bahwa tujuan penelitian justru ditentukan oleh instrumen yang tersedia, atau
digunakan instrumen yang sudah populer, walaupun sebenarnya tidak cocok dengan tujuan
penelitiannya.
 Suatu pendapat yang tidak selalu benar bahwa “instrumen yang canggih adalah yang terbaik“.
 Pedoman umum yang dapat digunakan dalam pemilihan instrumen, khususnya bagi peneliti
pemula adalah:
 Pakailah instrumen seperti yang telah digunakan oleh peneliti terdahulu.
 Buatlah daftar instrumen yang tersedia, kemudian kategorikan tiap instrumen sesuai
dengan input yang diperlukan dan output yang dihasilkan, baru dipilih yang paling
sesuai.
2.4 Uji Coba Instrumen

Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaitu Valid dan reliabel.
Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus diukur. Reliabel berarti hasil
pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama: validitas dan
reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil
pengukuran.

Sumadi Suryabrata (2008:60) mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan sebagai sejauh
mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur. Sedangkan
reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu

7
digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu
digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang
berlainan.

Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang
diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur menurutnya
adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras,  mengukur panjang kain dengan meter,
dan sebagainya.

Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan Konsistensi Internal
(O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen untuk menghasilkan data
yang sama dari waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak berubah).

Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibuat dua atau
lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti mengukur penggunaan listrik di
suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen yang berbeda. Tetapi jika temuan kedua peneliti
ini sama, maka instrumen mereka memilki sifat "ekivalen".

Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal yang sama. Jika
terdapat 10 pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu mengukur hal yang sama (motivasi).

1. Validitas
Validitas merupakan istilah yang sering digunakan untuk memberi arti ‘benar’, (true or correct)
pada seperangkat alat yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (tepat). Validitas lebih sulit
dicapai dari pada reliabilitas karena ide pemikiran yang tertulis dalam instrumen dituntut mempunyai
kecocokan dengan hasil pengamatan kongkret. Alat pengumpul data atau instrumen minimal memiliki
dua dari empat tipe pengukuran validitas, yaitu:

a) Face validity
Face validity paling mudah dicapai dan menjadi dasar bagi bermacam-macam pengukuran
validitas lainnya. Face validity atau validitas tampang dapat dicapai dari penampilan fisik instrumen
seperti tata tulis, penggunaan kalimat, tata bahasa, dan pencetakan instrumen. Setelah hal tersebut
tercapai, kemudian instrumen disimak kebenaran definisi, kecocokan istiah yang digunakan dengan
tingkat pendidikan dan usia responden yang akan mengisinya.

8
b) Content validity
Content validity atau validitas isi dicapai setelah validitas tampang terpenuhi. Validitas isi dicapai
melalui cara memeriksa kesesuaian isi instrumen dengan teori. Selain itu, juga dikoreksi keterwakilan
tiap-tiap indikator/konstruk teori oleh butir-butir yang dikembangkan.Apabila peneliti mengembangkan
beberapa konstruk, masing-masing konstruk juga perlu dicek keseimbangan jumlah butir-butir yang
digunakan.

Validitas dan reliabilitas mudah dicapai apabila isi instrumen tiap-tiap konstruk/indikator terwakili,
seimbang dan tidak overlaping.Pembuktian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan
ahli (expert judgment) yang sesuai.Instrumen tentang manajemen dimintakan pertimbangan kepada ahli
manajemen.Instrumen tentang evaluasi dimintakan pertimbangan kepada ahli evaluasi. Melalui
pertimbangan ahli tersebut diharapkan tidak akan terjadi kesalahan pengukuran, atau dengan kata lain
instrumen tersebut dinyatakan benar mengukur apa yang hendak diukur (valid).

c) Construct validity
Validitas konstruk (construct validity) digunakan untuk seperangkat alat ukur yang memiliki
indikator ganda.Alat ukur yang valid memperoleh data yang konsisten meskipun indikator yang
digunakan bervariasi.Agar tidak terjadi overlaping pengukuran antar indikator, maka perlu ada definisi
konseptual yang jelasbatasan-batasannya.Validitas konstruk dibedakan menjadi dua yaitu validitas
konvergen dan divergen atau diskriminan(discriminant validity).

Validitas konvergen diterapkan ketika indikator indikator yang digunakan dalam satu variabel
konvergen atau saling berasosiasi antara indikator yang satu indikator dengan indikator yang lainnya.
Validitas divergen dinamakan juga validitas diskriminan. Validitas divergen mempunyai peranan yang
berlawanan dengan validitas konvergen yaitu indikator yang satu tidak saling tergantung dengan indikator
yang lainnya. Ini berarti bahwa dalam satu variabel dapat tersusun indikator yang saling tergantung dan
berasosiasi positif atau konvergen tetapi dapat pula terdapat indikator-indikator yang berasosiasi negatif
atau divergen. Validitas divergen ditemukan apabila dua konstruk A dan B sangat berbeda, dan hasil
pengukuran A dan B tidak berasosiasi. Contoh materi konvergen adalah

Guru Dosen Guru Dokter

Konvergen (dua indikator yang berkaitan, Divergen (dua indikator yang sangat

9
selaras, MC) berbeda)

Validitas konstruk dapat dianalisis dari data uji coba instrumen. Skor butir pertanyaan yang
mengukur konstruk yang sama dijumlah, kemudian dikorelasikan dengan jumlah skor seluruh butir. Uji
validitas butir juga menggunakan cara yang sama yaitu mengkorelasikan satu kolom skor butir dengan
satu kolom skor total. Cara analisis validitas konstruk dan butir lebih midah dilakukan dengan program
excel. Ilustrasi pengujian validitas konstruk terdapat pada gambar 2
Total
Indikator 1
1
Indikator 2
KORELASI 2

Indikator 3
3

Cara analisis data menggunakan program excel. Rumus yang digunakan adalah korelasi point biserial

1) Input data kuesioner, jumlah skor responden


2) Letakkan kursor pada sel di sudut kiri bawah (kasus terakhir, nomor butir pertama, kemudian tulis
“=CORREL” Setelah itu akan muncul permintaan kolom mana yang akan dikorelasikan
CORREL(array1; array2).
3) Jalankan kursor pada kolom nomor butir mulai dari nomor responden 1 sampai terakhir (B4:B32)
untuk array 1 dan kolom total skor (Q3:Q32) untuk array 2 sehingga secara keseluruhan muncul
=CORREL(B4:B32;Q3:Q32), kemudian tekan enter.

10
4) Lakukan cara yang sama pada kolom butir berikutnya, kemudian kunci variabel tetap (skor total)
dengan menyisipkan simbol $ disela-sela huruf yang menunjukkan kolom sehingga menjadi seperti
ini ;$Q$3:$Q$32. Contoh lengkap =CORREL(C3:C32;$Q$3:$Q$32), tekan enter
5) Copy rumus untuk butir berikutnya.

d) Validitas kriteria.
Validitas kriteria (criterion validity)digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dari
instrumen baru dengan beberapa hasil pengukuran dari instrumen yang standar atau kriteria yang sudah
ditetapkan sebelumnya.Validitas kriteria dapat dicapai apabila konstruk yang dibandingkan pada dua alat
pengukur tersebut sama. Ada dua tipe validitas ini yaitu: concurrent validity dan predictive validity.
Konsep pengukuran validitas kriteria terdapat pada gambar 3

Alat ukur yg ada Alat ukur yg ada


Alat ukur sekarang
sebelumnya sesudahnya

Kongruence Prediksi

Gambar 3. Konsep Pengukuran Validitas Kriteria

e) Validitas Penilaian Kinerja


Cara-cara pengendalian validitas hasil observasi pada penilaian kinerja dilakukan melalui
pengujian validitas inter rater atau interobserver. Jika hasil penilaian dari penilai (rater) pertama dan
kedua sudah selaras, maka hasil penilaian sudah dinyatakan valid.Agar dapat selaras, maka masing-
masing penilai memiliki kesepahaman tentang kriteria kinerja yang dinilai. Keselarasan hasil penilaian
dapat dibuktikan dengan korelasi Produk Moment

2. Reliabilitas
Reliabilitas dapat berarti keterikatan, ketergantungan,ketetapan atau keajegan hasil pengukuran.
Contoh: instrumen tes menunjukkan reliabiltas tinggi apabila diujikan beberapa kali ke siswa akan
menghasilkan nilai yang relatif tetap.

Konsep Dasar Reliabilitas

11
a) Stabilitas
Reliabilitas mempunyai stabilitas antar waktu. Reliabilitas menjawab pertanyaan tentang apakah
alat pengukuruan mempunyai jawaban yang sama ketika diterapkan pada periode waktu yang berbeda
dengan subjek yang sama. Dalam hal ini, reliabilitas dibuktikan dengan metode test-retest. Alat
pengukuran menunjukkan reliabilitas tinggi apabila hasil pengukuran pada tes pertama sama dengan hasil
pengukuran pada tes kedua, di bawah kondisi yang sama pada kelompok orang yang sama. Selain
menggunakan metode test-retes, stabilitas dapat pula diukur dengan menggunakan sebuah bentuk tes
alternatif, tetapi bentuk tes alternatif tersebut harus sangat mirip.Variasi kedua ini dinamakan parallel
test. Pada parallel test ini, indikator yang dikembangkan dalam perangkat tes dirancang sama dan butir-
butir instrumen yang digunakan juga memiliki kesamaan isi. Cara ini jarang digunakan karena peneliti
harus membuat dua instrumen yang setara isinya sehingga tentu saja sulit dilakukan.

b) Representatif
Reliabilitas representatif dibuktikan dengan menyebarkan instrumen pada beberapa kelompok
siswa yang berbeda. Sebuah indikator mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila memperoleh hasil yang
sama ketika diterapkan pada kelas yang berbeda. Untuk memperoleh hasil pengukuran yang reliabel ini,
tiap-tiap kelompok yang diukur sebaiknya representatif, mewakili seluruh karakteristik siswa yang
beragam.Hasil analisis menentukan indikator mana yang reliabel pada beberapa kelompok orang yang
berbeda.

c) Equivalence
Reliabilitas ekuivalensi diterapkan ketika penilai menggunakan indikator ganda dalam mengukur
kemampuan siswa. Butir pertanyaan atau pernyataan disusun sedemikian rupa sehingga semua indikator
yang terdapat dalam variabel tersebut memiliki bobot yang seimbang.Contoh kongkret misalnya sebuah
tes terdiri dari empat indikator dan setiap indikator memiliki jumlah butir yang seimbang.Reliabilitas
terbukti apabila data yang diperoleh cukup konsisten untuk beberapa indikator yang berbeda. Apabila
sejumlah indikator yang berbeda berfungsi mengukur variabel yang sama, pengukuran yang reliabel akan
memberi hasil yang sama untuk semua indikator.

Reliabilitas untuk membuktikan equivalensi dapat dilakukan melalui metode split half (belah dua)
dan parallel test. Maksud ekuivalen di sini adalah ada dua benda yang dibandingkan. Pengukuran
reliabilitas dengan metode split half menganut konsep konsistensi internal, yaitu peneliti cukup membuat
satu instrumen dan satu kali pengukuran, namun sudah memenuhi syarat pengukuran reliabilitas.
Caranya adalah: butir butir pertanyaan yang mengukur konstruk/indikator yang sama dibagi menjadi dua
secara acak, ganjil-genap atau awal-akhir. Apabila analisis data menunjukkan hasilyang konsisten atau

12
berkorelasi tinggi antara kelompok butir yang telah dibagi dua tersebut, maka instrumen tersebut
dinyatakan reliabel.

Reliabilitas ekuivalensi juga diterapkan pada beberapa tipe pengukuran yang sering terjadi pada
penjurian uji kompetensi, lomba memasak, atau jenis lomba lainnya. Pada saat satu orang dinilai atau
diamati oleh beberapa orang (interater dan intercoder) maka reliabilitas ekuivalensi akan tercapai apabila
data hasil penilaian/pengamatan dari beberapa penilai/pengamat tersebut konsisten, tidak banyak
selisihnya. Sebuah pengukuran reliabel apabila masing-masing penilai/pengamat menyetujui hasil
penilaian/pengamatan teman sejawatnya..

Instrumen yang berkualitas dituntut memiliki reliabilitas yang tinggi. Apabila intrumen tersebut
belum dapat memenui kriteria reliabilitas yang ditetapkan, maka ada kemungkinan proses pengukuran
perlu diperbaiki. Ada 4 cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki reliabilitas instrumen, yaitu: (1)
memperjelas konseptualisasi materi, (2) meningkatkan ketelitian pengukuran, (3) menggunakan indikator
ganda, (4) menggunakan uji coba tes.

1) Reliabilitas akan meningkat apabila ruang lingkup materi yang diujikan jelas batasannya. Tes
dikembangkan berdasarkan indikator (kisi-kisi) yang telah ditentukan. Instrumen yang baik akan
mengukur indikator dengan beberapa pertanyaan/pernyataan yang masing-masing memiliki jawaban
tunggal. Indikator yang baik akan saling mendukung dan tidak saling tumpang tindih (overlaping).
Masing-masing indikator mempunyai ciri spesifik sehingga pertanyaan/pernyataan seharusnya tidak
overlaping. Meskipun indikator sudah spesifik, pengembangan pertanyaan/pernyataan yang digunakan
dalam pengukuran indikator juga tidak boleh berlawanan dengan indikator lainnya.

2) Meningkatkan ketelitian pengukuran. Ketelitian pengukuran mutlak diperlukan dari sisi


konseptualnya dan analisis datanya. Dari sisi konseptualnya, bacalah butir-butir pertanyaan dan
pernyataan secara berulang-ulang dan cobalah untuk menjawab semua butir yang tertulis. Tanyakanlah
pada diri sendiri, apakah semua pertanyaan/pernyataan yang tertulis tersebut mudah untuk dijawab,
jelas kriterianya, dan jawaban yang dikehendaki juga cukup spesifik? Dari sisi analisis data, telitilah
data dengan seksama karena kesalahan pengukuran dan kesalahan entry (memasukkan) data ke dalam
komputer dapat menyebabkan kesalahan hasil analisis data yang cukup fatal.

3) menggunakan indikator ganda, sebab dua atau lebih indikator dalam satu variabel akan lebih baik dari
pada hanya satu indikator saja. Indikator ganda akan membawa peneliti untuk memahami isi dan

13
konsep secara luas.Butir-butir instrumen lebih mudah dikembangkan apabila jumlah indikator yang
digunakan cukup banyak. Hasil pengukuran cenderung lebih stabil pada instrumen yang lebih banyak
butirnya. Jumlah butir yang cukup banyak lebih mudah diatur, yaitu pada saat hasil pengisian kurang
bagus pada salah satu butir, maka butir tersebut dapat dibuang tanpa mengurangi isi karena sudah
terwakili oleh butir-butir lainnya.

4) menggunakan pretes, pilot studies/try out/uji coba dan replikasi. Reliabilitas dapat ditingkatkan dengan
menggunakan dua kali pengukuran. Pada pengukuran pertama, peneliti dapat mencoba alat ukur
tersebut sebelum menerapkan pada situasi yang sebenarnya. Karakteristik jawaban hasil uji coba
instrumen kemudian dianalisis dan diperbaiki kekurangannya. Butir pertanyaan/pernyataan yang baik
adalah yang memiliki karakteristik jawaban bervariasi, dengan pola jawaban yang sama berkisar 30%
- 70%. Apabila semua responden memiliki jawaban yang sama, maka butir tersebut perlu dicek
kembali untuk diperbaiki, diganti atau dibuang.
Rangkuman

Reliability (dependable measure) Validity (true measure)

 Stabilitas dari waktu ke waktu atau  Face - tampang fisik instrumen


antar dua alat pengukuran (test - menurut pertimbangan orang lain
retest atau parallel tes)
Contoh: pre and post test
 Representatif antar sub populasi  Content- keseluruhan isi instrumen
Diujikan pada sub populasi yang mewakili indikator yang diukur
berbeda hasil tetap konsisten
 Ekuivalen antar indikator (konsistensi
internal, split half ganjil genap atau  Construct- konsistensi pengukuan
awal akhir dan parallel test antar indikator
- convergent –serupa satu dengan
yang lain
- discriminant - berbeda satu dengan
yang lain.

 Criterian – berasosiasi dengan alat


ukur eksternal
- Concurrent- berasosiasi dengan
pengukuran sebelumnya
- Predictive- berasosiasi dengan
pengukuran berikutnya

14
d). Reliabilitas Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja menggunakan pengamatan yang cara pembuktiannya berbeda karena hasil
pengukurannya tidak memperoleh data kuantitatif. Reliabilitas berarti keterkaitan atau konsistensi.
Penilaian kinerja menggunakan variasi teknik observasi yang konsisten. Untuk mencapai konsistensi
(tidak berubah-ubah) perilaku subjek yang diteliti dari waktu kewaktu, peneliti melakukan observasi
berulang-ulang seperti prinsip-prinsip stabilitas dalam pengukuran reliabilitas penilaian tes objektif.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan dan mengumpulkan
data penelitian, sebagai langkah untuk menemukan hasil atau kriteria dari penelitian dengan tidak
menetapkan kriteria pembuatan instrumenyang baik. 

Instrumen penelitian dapat dipilah menjadi dua kelompok, yaitu instrumen tes dan instrumen non
tes. Instrumen tes dapat berupa seperangkat tes sesuai dengankemampuan yang ingin diukur. Sedangkan
instrumen non tes dapat berupa kuesioneratau angket, observasi, wawancara atau wawancara, dan
dokumentasi.

prinsip – prinsip memilih Instrumen yaitu :

 Prinsip utama pemilihan instrumen adalah memahami sepenuhnya tujuan penelitian, sehingga
peneliti dapat memilih instrumen yang diharapkan dapat mengantar ke tujuan penelitian.
 Tujuan penelitian menentukan instrument apa yang akan digunakan.
 Kadang terjadi bahwa tujuan penelitian justru ditentukan oleh instrumen yang tersedia, atau
digunakan instrumen yang sudah populer, walaupun sebenarnya tidak cocok dengan tujuan
penelitiannya.
 Suatu pendapat yang tidak selalu benar bahwa “instrumen yang canggih adalah yang terbaik“.
 Pedoman umum yang dapat digunakan dalam pemilihan instrumen, khususnya bagi peneliti pemula
adalah:
 Pakailah instrumen seperti yang telah digunakan oleh peneliti terdahulu.
 Buatlah daftar instrumen yang tersedia, kemudian kategorikan tiap instrumen sesuai dengan
input yang diperlukan dan output yang dihasilkan, baru dipilih yang paling sesuai.

Salah satu faktor mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas instrumen yang
digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun instrumen agar diperoleh instrumen
y ang am puh. Kualitas instrumen ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas, tingkat reliabilitas,

3.1 Saran

Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap para pembaca dapat mengetahui
pentingnya mengetahui dan memahami pemilihan Instrumen dan Uji Coba Instrumen. Serta
diharapkan untuk mengaplikasikan nya kedalam kehidupan kita sehari-hari. Penulis juga

16
meminta maaf atas kekurangan didalam penulisan makalah ini, kritik dan saran dari pembaca
penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini sehingga menjadi lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2017. Kriteria Instrumen Dalam Suatu Penelitian. Jurnal Theorems. 2(1).28 – 36

Haryono. 1998. Metode penelitian pendidikan II. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.


Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal Tabularasa
PPS Unimed. vol 6(1)
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D, Bandung :
Cv. Alfa Beta, 2012

Mulyantiningsih, Endang. Pengembangan Dan Pengujian Kualitasnya Instrumen.


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://pps.unnes.ac.id/wp-
content/uploads/2016/05/PENGEMBANGAN-DAN-PENGUJIAN-KUALITASNYA-
INSTRUMEN-
PENELITIAN.dotx&ved=2ahUKEwj3sPvd9qftAhUq73MBHQ98Ae8QFjABegQIAhAB&usg=
AOvVaw0ytVno9L5KpqTuZmBs3SSs

https://nurhibatullah.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-instrumen-penelitian.html?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai