Disusun oleh :
175010145
SEMARANG
2020
CHAPTER I
Farmasi adalah dunia yang mempelajari tentang berbagai obat, baik obat tradisional, obat
herbal maupun obat modern yang didapatkan dari tumbuhan atau zat kimia. Pada bidang ini para
ahli mempelajari, menliti dan mengamati baik buruknya makanan atau obat. Sedangkan farmasis
adalah sarjana farmasi yang sudah lulus dan sudah mengucapkan sumpah jabatan apoteker dan
mereka berhak atas pekerjaan kefarmasian. Tenaga kefarmasian terdiri atas Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian (Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analisis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker). Tenaga kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan
pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan penting karena terkait
Pelayanan kefarmasian atau Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan bentuk
tanggung jawab langsung kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang mencapai
hasil pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa :
a. Apotek
c. Puskesma
d. Klinik
e. Toko Obat
f. Praktek bersama
CHAPTER II
oleh apoteker. Sedangkan apoteker adalah sarjana farmasi yang secara perundang-undangan
berwenang melakukan praktik kefarmasian karena sudah lulus dan mengucapkan sumpah jabatan
apoteker.
Pelayanan farmasi klinis adalah pelayanan langsung yang diberikan kepada pasien dalam
rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena
Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai
seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan
independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang diberikan kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.
lainnya
- Melakukan penelitian
d. Konseling
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien
dan kesadaran sehingga diperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat
efek terapi, meminimalkan risiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan
e. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara
mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak
dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional , dan menyajikan informasi obat kepada
P T O adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang
aman, efektif serta rasional bagi pasien. Tujuan P T O adalah meningkatkan efektivitas terapi
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang tidak dikehendaki
(ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak
EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinabungan
Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan tekhnik
aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan
zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Tujuan dilakukan
dispensing sediaan khusus adalah untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi
petugas dari paparan zat berbahaya, dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
CHAPTER III
Apoteker sebagai tenaga kefarmasian tidak selalu bertugas dan berperan sesuai dengan
apa yang harusnya dilaksanakan, sering kali ditemui apoteker yang tidak melakukan pelayanan
farmasi seperti yang dijelaskan diatas. Singgungan antara apoteker dan pasien juga tidak selalu
ada, apoteker yang pasif masih sering ditemui disekitar dunia kesehatan. Adanya kesalahan
pemberian obat ataupun informasi mengenai obat masih sering terjadi karena kurangnya
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian, seringkali ditemukan
obat dan BMHP yang tersedia di rumah sakit melewati masa pakai atau tanggal kadaluwarsanya
dan obat yang tidak tertata rapi dalam penyimpanannya, salah satu penyebab dari kejadian ini
“Peran Apoteker”
Apoteker harus bertanggung jawab terhadap pengelolaan sedian farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan serta memastikan kualitas, manfaat, dan
keamanannya. Seorang apoteker harus dapat pemilihan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai, melakukan perencanaan kebutuhan meliputi penetapan jumlah dan
waktu pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sehingga
diperoleh kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk
menghindari kekosongan obat, perencanaan harus dilakukan dengan metode yang tepat dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Apoteker bertanggung jawab dalam penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai. Dalam proses penerimaan, apoteker harus dapat menjamin kesesuaian
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan faktur dan barang yang diterima. Dokumen atau bukti penerimaan barang harus disimpan
sebagai tanda bukti. Setelah melakukan penerimaan barang, apoteker juga harus bertanggung
jawab dalam penyimpanan sedian farmasi, alat kesehatan serta BMHP agar terjamin kualitas dan
kesehatan serta BMHP dari tempat penyimpanan sampai unit pelayanan hingga pasien agar tetap
terjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, serta ketepatan waktu. Apoteker bersama dengan
KFT/TFT harus melakukan pengendalian jenis, jumlah dan penggunaan sediaan farmasi, alat
Apoteker juga berperan dalam melakukan pemusnahan serta penarikan sediaan farmasi,
alat kesehatan serta BMHP yang sudah tidak dapat digunakan karena beberapa faktor.
Pemusnahan dan penarikan dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penarikan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM atau berdasarkan
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar dan tetap memberikan laporan kepada BPOM.
Administrasi dilakukan oleh apoteker untuk memudahkan penelusuran kegiatan. Apoteker harus
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat
(Adverse Drug Reaction) agar menjamin keselamatan pasien (Patient Safety) sehingga dapat
Apoteker dalam menjalankan tugasnya sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan
harus melakukan :
penyerahan, dan PIO). Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian
pengobatan yang sedang dijalani ataupun riwayat pengobatan pasien, penelusuran riwayat
pengobatan diperoleh dengan melakukan wawancara atau melihat rekam medis pasien.
independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang diberikan kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah
sakit.
- Konseling
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/keluarga
efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam
menjalankan terapi.
- Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara
mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang
tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional , dan menyajikan informasi
P T O adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang
aman, efektif serta rasional bagi pasien. Tujuan P T O adalah meningkatkan efektivitas
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang tidak
dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak
Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan
tekhnik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas
dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus adalah untuk menjamin sterilitas dan
stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan zat berbahaya, dan menghindari
sehingga dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dalam kegiatan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Apoteker juga bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan pasien sehingga terapi yang
diperoleh pasien dapat berkerja secara optimal dan mengurangi efek samping maupun kerugian