Anda di halaman 1dari 23

ANALISA ANTRIAN DI TERMINAL KEBERANGKATAN

BANDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN

Muhammad Arsyad, Yaula Stellamaris

Abstrak
Peningkatan jumlah penumpang pesawat yang terus menerus mengakibatkan terjadinya
kepadatan di bandara. Salah satu dampak kepadatan di bandara adalah terpengaruhnya tingkat
pelayanan di terminal keberangkatan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah mengetahui berapa jumlah loket pelayanan X-Ray dan Check-in di Terminal
Keberangkatan minimal harus dibuka dan bagaimana kinerja proses antrian yang terjadi, dan
berapa jumlah loket pelayanan minimal harus dibuka agar memenuhi standar Level of
Service . Agar memenuhi standar Level of Service, jumlah counter pelayanan X-Ray
yaitu minimal 2 buah counter.
Kata Kunci : Bandara, Loket Pelayanan, Terminal Keberangkatan

PENDAHULUAN pengguna jasa penerbangan akan


Peningkatan jumlah penumpang layanan transportasi udara yang lancar
pesawat yang terus menerus dan efisien.
mengakibatkan terjadinya kepadatan di Jumlah penumpang di Bandara
bandara. Salah satu dampak kepadatan Syamsudin Noor beberapa tahun
di bandara adalah terpengaruhnya terakhir menunjukkan peningkatan
tingkat pelayanan di terminal yang sangat signifikan, tetapi tidak
keberangkatan. diiringi dengan peningkatan sarana dan
Keadaan di terminal keberangkatan prasarana termasuk sumber daya
bandara yang sering terlihat sekarang manusia (SDM) yang seimbang. Hal
ini adalah terjadinya antrian yang ini berdampak pada terjadinya
panjang dan penumpukan penumpang penumpukan penumpang pada saat
di depan pemeriksaan X-Ray dan di proses menjelang keberangkatan
Check-in Counter. Hal ini tentu saja seorang calon penumpang.
bertentangan dengan keinginan

40
Seorang calon penumpang akan pemeriksaan X-Ray dan di Check-in
melalui sedikitnya tiga kali antrian. Counter Terminal Keberangkatan
Yaitu, pertama pada pemeriksaan X- Bandara Syamsudin Noor
Ray Gate 1, kemudian antrian di Banjarmasin.
pelayanan check-in dan antrian lagi
pada pemeriksaan X-Ray Gate 2 Perumusan Masalah
sebelum masuk ruang tunggu Adapun permasalahan yang terjadi
keberangkatan. Hal ini terjadi terutama adalah berapa jumlah loket pelayanan X-
pada jam padat, misalnya pada pagi Ray dan Check-in di Terminal
dan siang hari, dengan jadwal Keberangkatan minimal harus dibuka dan

keberangkatan pesawat pada jam yang bagaimana kinerja proses antrian yang
terjadi, dan berapa jumlah loket pelayanan
hampir bersamaan yang merupakan
minimal harus dibuka agar memenuhi
golden time untuk Bandara Syamsudin
standar Level of Service
Noor. Pada jam padat (peak our)
terdapat 6 (enam) sampai dengan 8
Tujuan Penelitian
(delapan) pesawat yang akan
Tujuan yang ingin dicapai dalam
berangkat dengan kapasitas tempat
penelitian ini adalah mengetahui
duduk rata-rata 200 seat sehingga
berapa jumlah loket pelayanan X-Ray dan
jumlah calon penumpang yang
Check-in di Terminal Keberangkatan
melewati X-ray Gate dan melakukan
minimal harus dibuka dan bagaimana
check-in adalah lebih dari 1000 calon
kinerja proses antrian yang terjadi, dan
penumpang dalam waktu yang hampir berapa jumlah loket pelayanan minimal
bersamaan menyebabkan terjadi harus dibuka agar memenuhi standar
antrian penumpang di muka pelayanan Level of Service
X-Ray dan pelayanan Check-in.
Perhitungan dan analisa pelayanan TINJAUAN PUSTAKA
penumpang menggunakan Teori Teori Antrian
Antrian (queueing) dalam usaha Pada tahun 1909, seorang insinyur dan
mengenal perilaku pergerakan arus juga ahli matematika berkebangsaan
lalu lintas manusia yang terjadi pada Denmark bernama Agner Krarup

41
Erlang mengembangkan model antrian tertentu menuju suatu tempat
dengan tujuan menentukan jumlah pelayanan. Besarnya arus lalu
yang optimal dari fasilitas telephone lintas yang datang disebut
switching melayani permintaan dengan tingkat kedatangan (λ)
pengguna jasa telepon. 2. Tahap II
Analisa antrian sering digunakan Tahap dimana arus lalu lintas
dalam pemecahan masalah mulai bergabung dengan antrian
transportasi. Teori antrian (queueing) menunggu untuk dilayani. Jadi,
sangat perlu dipelajari dalam usaha waktu antrian dapat didefinisikan
mengenal perilaku pergerakan arus sebagai waktu sejak arus lalu
lalu lintas baik manusia ataupun lintas bergabung dengan antrian
kendaraan (Morlok, 1978 dan sampai dengan waktu kendaraan
Hobbs,1979) mulai dilayani oleh suatu tempat
Kegiatan pelayanan menyebabkan pelayanan.
gangguan pada proses pergerakan arus 3. Tahap III
lalu lintas sehingga mengakibatkan Tahap dimana arus lalu lintas
terjadinya antrian, dimana pada suatu dilayani oleh suatu tempat
kondisi antrian akan mengakibatkan pelayanan. Jadi, waktu
permasalahan baik untuk pengguna pelayanan (WP) dapat
(dalam bentuk waktu antrian) maupun didefinisikan sebagai waktu
untuk pengelola (dalam bentuk sejak dimulainya kendaraan atau
panjang antrian). orang dilayani sampai dengan
waktu selesai dilayani.
Proses Antrian 4. Tahap IV
Proses terjadinya antrian terdiri Tahap dimana arus lalu lintas
dari 4 (empat) tahap seperti meninggalkan tempat pelayanan.
terlihat sebagai berikut : Gabungan Tahap II dan Tahap
1. Tahap I III disebut Sistem Antrian. Jadi,
Tahap dimana arus lalu lintas waktu sistem antrian dapat
bergerak dengan kecepatan didefinisikan sebagai waktu

42
sejak kendaraan mulai toll, dll. Semua kedatangan tersebut
bergabung dengan antrian digambarkan dengan variabel acak
sampai dengan waktu selesai yang terputus-putus dan nonnegative
dilayani (atau meninggalkan integer (0, 1, 2, 3, 4, 5, dst). Selama 10
pelayanan) menit mobil yang antri di pintu toll
bisa 3, 5, 8, dst.
Komponen Antrian
Ciri distribusi poisson:
(Wohl dan Martin, 1967; Morlok,
1. Rata-rata jumlah kedatangan
1978 dan Hobbs, 1979) :
setiap interval bisa diestimasi dari data
a. Kedatangan populasi yang akan
sebelumnya
dilayani (calling population)
2. Bila interval waktu diperkecil
b. Antrian
misalnya dari 10 menit menjadi 5
c. Fasilitas pelayanan
menit, maka pernyataan ini benar
Kedatangan populasi yang akan
a. probabilita bahwa seorang
dilayani (calling population)
penumpang datang merupakan angka
Menurut ukurannya, populasi yang
yang sangat kecil dan konstan untuk
akan dilayani bisa terbatas (finite) bisa
setiap interval
juga tidak terbatas (infinite). Pola
b. probabilita bahwa 2 atau lebih
kedatangan bisa teratur, bisa juga acak
penumpang akan datang dalam waktu
(random).
interval sangat kecil sehingga
Jika kedatangan diasumsikan terjadi
probabilita untuk 2 atau lebih
dengan kecepatan rata-rata yang
dikatakan nol (0).
konstan dan bebas satu sama lain
c. Jumlah penumpang yang datang
disebut distribusi probabilitas Poisson
pada interval waktu bersifat
ahli matematika dan fisika, Simeon
independen.
Poisson (1781 – 1840), menemukan
d. Jumlah penumpang yang datang
sejumlah aplikasi manajerial, seperti
pada satu interval tidak tergantung
kedatangan pasien di RS, sambungan
pada interval yang lain.
telepon melalui central switching
Jika kedatangan mengikuti Distribusi
system, kedatangan kendaraan di pintu
Poisson, maka dapat ditunjukkan

43
secara matematis bahwa waktu antar setiap jenis layanan hanya terdapat
kedatangan akan terdistribusi sesuai satu pemberi layanan.
distribusi eksponensial iii.Sistem antrian jalur berganda satu
tahap (multi channel single server)
Antrian
adalah terdapat satu jenis layanan
Batasan panjang antrian bisa terbatas
dalam sistem antrian tersebut , namun
(limited) bisa juga tidak terbatas
terdapat lebih dari satu pemberi
(unlimited). Dalam kasus batasan
layanan.
panjang antrian yang tertentu (definite
iv.Sedangkan sistem antrian jalur
line-length) dapat menyebabkan
berganda dengan tahapan berganda
penundaan kedatangan antrian bila
(multi channel, multi server) terdapat
batasan telah tercapai.
lebih dari satu jenis layanan dan
Fasilitas Pelayanan
terdapat lebih dari satu pemberi
Karakteristik fasilitas pelayanan dapat
layanan dalam setiap jenis layanan.
dilihat dari tiga hal, yaitu tata letak
b. Disiplin Antrian
(layout) secara fisik dari sistem
Disiplin antrian mempunyai pengertian
antrian, disiplin antrian, waktu
tentang bagaimana tata cara kendaraan
pelayanan.
atau manusia mengantri (Wohl dan
a. Tata letak
Martin, 1967; Morlok, 1978; dan
Tata letak fisik dari sistem antrian
Hobbs, 1979) terbagi menjadi :
digambarkan dengan jumlah saluran,
i.First In First Out (FIFO) atau First
juga disebut sebagai jumlah pelayan.
Come First Served (FCFS)
i.Sistem antrian jalur tunggal (single
Disiplin antrian FIFO atau FCFS
channel, single server) berarti hanya
sangat sering di bidang transportasi
terdapat satu pemberi layanan serta
dimana orang dan/ atau kendaraan
satu jenis layanan yang diberikan.
yang pertama tiba akan dilayani
ii.Sistem antrian jalur tunggal tahapan
pertama.
berganda (single channel multi server)
ii.First In Last Out (FILO) atau First
berarti terdapat lebih dari satu jenis
Come Last Served (FCLS)
layanan yang diberikan, tetapi dalam

44
Di dalam antrian FILO atau FCLS melayani bisa dikategorikan sebagai
kendaraan dan/atau orang yang konstan dan acak.
pertama tiba akan dilayani terakhir. Sedangkan tingkat pelayanan yang
Antrian ini biasanya terjadi pada dinyatakan dengan notasi µ adalah
antrian kendaraan pada pelayanan feri, jumlah kendaraan atau manusia yang
kendaraan yang pertama masuk feri dapat dilayani oleh satu tempat
akan keluar terakhir. pelayanan dalam satu satuan waktu
tertentu, biasa dinyatakan dalam
iii.First Vacant First Served (FVFS) kendaraan/jam atau orang/menit.
Dengan disiplin antrian FVFS ini, Selain itu dikenal juga notasi (ρ) yang
kendaraan dan/atau orang yang didefinisikan sebagai nisbah antara
pertama tiba akan dilayani oleh tempat tingkat kedatangan (λ) dengan tingkat
pelayanan yang pertama kosong. Pada pelayanan (µ) dengan persyaratan
kasus FVFS ini hanya akan terbentuk 1 bahwa nilai tersebut selalu harus lebih
(satu) antrian tunggal saja, tetapi kecil dari1.
jumlah tempat pelayanan bisa lebih Jika nilai ρ>1 berarti tingkat
dari 1 (satu). kedatangan lebih besar dari tingkat
iv.Last In First Out (LIFO) pelayanan, maka dapat dipastikan akan
Pada disiplin antrian LIFO, yang terjadi antrian yang akan selalu
masuk terakhir adalah yang pertama bertambah panjang.
keluar.
Parameter Antrian
c. Waktu Pelayanan Parameter model antrian ditentukan
Waktu Pelayanan (WP) adalah waktu dengan notasi sebagai berikut:
yang dibutuhkan oleh satu tempat λ = tingkat kedatangan /
pelayanan untuk dapat melayani satu jumlah kedatangan persatuan waktu
kendaraan atau satu orang, biasa (kendaraan/jam) (orang/menit)
dinyatakan dalam satuan 1/λ = rata-rata waktu antar
menit/kendaraan atau menit/orang. kedatangan
Waktu yang dibutuhkan untuk

45
μ = tingkat pelayanan / dan pelayanan dinyatakan dengan D
jumlah satuan yang dilayani persatuan apabila pola sebarannya seragam, dan
waktu bila pelayan sibuk. dinyatakan dengan M bila polanya
(kendaraan/jam) (orang/menit) adalah sebaran Poisson (eksponensial
1/μ = rata-rata waktu yang negatif).
dibutuhkan pelayan 1. Model antrian D/D/1
ρ = faktor penggunaan Model dengan asumsi tingkat
pelayan (proporsi waktu pelayan kedatangan dan tingkat pelayanan
ketika sedang sibuk) mempunyai pola sebaran seragam, dan
n = jumlah orang dalam mempunyai 1 (satu) lajur pelayanan.
sistem (kendaraan atau orang per 2. Model antrian M/D/1
satuan waktu) Model dengan asumsi sebaran Poisson
q = orang dalam antrian untuk tingkat kedatangan, tingkat
(kendaraan atau orang per satuan pelayanan mempunyai pola sebaran
waktu) seragam, dan mempunyai 1 (satu) lajur
d = waktu orang menunggu pelayanan. Model antrian M/D/1 sering
dalam sistem ( satuan waktu) digunakan, karena dalam beberapa
w = waktu orang menunggu kasus pergerakan arus lalu lintas,
dalam antrian ( satuan waktu) tingkat kedatangan Poisson lebih
realistis dibandingkan pola seragam.
Model Antrian 3. Model antrian M/M/1
a. Disiplin antrian FIFO atau FCFS Model ini mengasumsikan bahwa
Model antrian diidentifikasikan dengan hanya terdapat 1 (satu) lajur pelayanan
3 (tiga) nilai alfanumerik. Nilai dengan tingkat kedatangan dan
pertama mengindikasikan asumsi pola pelayanan mempunyai pola sebaran
sebaran kedatangan, nilai kedua eksponensial-negatif (sebaran
mengindikasikan asumsi pola sebaran Poisson).
pelayanan, sedangkan nilai ketiga 4. Model antrian M/M/N
mengindikasikan jumlah lajur
pelayanan. Untuk asumsi kedatangan

46
Merupakan pengembangan model yaitu harus melalui pemeriksaan di X-
antrian M/M/1, dimana N adalah Ray Gate sebelum memasuki Terminal
jumlah lajur pelayanan Keberangkatan dan melaporkan diri di
b. Disiplin antrian FVFS Check-in Counter
Dalam penggunaan disiplin antrian Terminal adalah bangunan yang
FVFS diasumsikan terdapat hanya 1 terdapat di bandara tempat para
(satu) antrian (lajur tunggal) dimana penumpang pesawat mengawali dan
kendaraan atau orang yang berada mengakhiri perjalanannya. Bangunan
pada antrian terdepan akan dilayani tersebut dilengkapi dengan fasilitas
oleh suatu tempat pelayanan yang bagi pemrosesan penumpang, baik
pertama kosong (vacant) untuk yang berangkat maupun yang
datang.
Prosedur Pelayanan Penumpang di Salah satu bagian penting dari
Bandar Udara Terminal adalah bagian pemrosesan
Pengertian Bandar Udara menurut penumpang, dengan kegiatan utama
Annex 14 dari ICAO (International yaitu penjualan tiket, lapor-masuk
Civil Aviation Organization) adalah bagasi, pemesanan tempat duduk,
area tertentu di daratan atau perairan pengambilan bagasi, serta pelayanan
(termasuk bangunan, instalasi dan pengawasan federal dan keamanan.
peralatan) yang diperuntukkan baik Bagian pemrosesan ini masih terbagi
secara keseluruhan atau sebagian lagi dengan beberapa area menurut
untuk kedatangan, keberangkatan dan fungsinya masing-masing, yaitu :

pergerakan pesawat. a) Security Control.


Penumpang adalah orang yang b) Check-in penumpang dan
bepergian dengan pesawat udara dan bagasi.
tidak tercatat sebagai awak pesawat c) Out Bond dan In Bond

udara yang bersangkutan. Setiap calon Baggage Area.


penumpang diharuskan mengikuti c) Baggage Claim Area.
prosedur sesuai standar dan ketentuan Yang disebut X-Ray Gate adalah suatu
yang berlaku di bandara diantaranya alat yang digunakan dalam prosedur

47
pemeriksaan barang dan orang API.02/OP.40.3/2009/GMH-B tentang
sebelum masuk ke Check-in Area di Level of Service Pelayanan X-Ray
Terminal Keberangkatan. Prosedur Terminal Keberangkatan Bandara
pemeriksaan menggunakan mesin X- Syamsudin Noor yaitu panjang antrian
Ray dengan tujuan untuk maksimal 5 (lima) orang penumpang.
mengidentifikasi adanya benda logam,
barang berbahaya atau bahan yang Pengolahan Data
digunakan untuk melakukan tindakan a. Uji Keseragaman Data
melawan hukum. Pengujian ini dilakukan untuk
Edi Sumarno (2001) dalam bukunya menyeleksi data yang pantas diikutkan
Layanan Penumpang dan Bagasi dalam perhitungan selanjutnya. Data
mendefinisikan layanan check-in yang tidak pantas akan disebut data
adalah suatu proses layanan terhadap ekstrim dan selanjutnya dibuang. Suatu
penumpang yang akan mengadakan data akan dianggap ekstrim jika data
perjalanan dengan menggunakan diatas batas kontrol atas atau dibawah
pesawat terbang, sedangkan check-in batas kontrol bawah.
counter adalah meja layanan tempat
penumpang datang untuk melaporkan

X
 Xi
diri sebelum naik pesawat. n

N ( Xi 2 )  ( Xi ) 2
Tingkat Pelayanan 
N ( N  1)
a. Untuk Check-in sesuai
SKEP/77/VI/2005 tentang Persyaratan  
BKA = X + 3  BKB = X - 3 
Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik
Bandar Udara.yaitu waktu pelayanan b. Uji Chi Kuadrat
(service time) adalah 0,91<µ<1,54 Uji yang akan dilakukan untuk
menit per penumpang menentukan distribusi ini adalah uji
b. Untuk pelayanan X-Ray chi kuadrat, dengan ketentuan sebagai
mengacu pada Nota Dinas Manajer berikut:
Operasi Nomor

48
1) Ho = Waktu Antar eksponensial tiap kelas

Kedatangan Penumpang -t1/ x
dengan rumus F(t) = e
Berdistribusi Eksponensial 
x
Hi = Waktu Antar - e-t2/
Kedatangan Tidak Berdistribusi ii.Menentukan frekuensi
Eksponensial harapan untuk selang kelas
2) Tingkat kepercayaan 99 % dan dengan rumus
tingkat ketelitian α 1% ei = F(t) x jumlah data

V = 7 – 1 = 6  2 tabel =  0.01;6
iii.Dengan diketahui nilai oi
dan ei maka suatu ukuran
=16,80
deviasi antara frekuensi
3) Kriteria penolakan
amatan dan frekuensi teoritis
Ho = diterima jika  2 hitung <
dapat dihitung dengan
 2 tabel
menggunakan rumus sebagai
Hi = ditolak jika  hitung > 2
berikut :
 tabel
2

2 =
(oi  ei ) 2

4) Perhitungan
2 hitung
ei

Langkah – langkah Dimana,


perhitungannya adalah sebagai Oi = Frekuensi yang diamati sel ke i
berikut: ei = Frekuensi harapan sel ke i
i. Menentukan probabilitas
teoritis F(t) untuk distribusi

49
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian

MULAI

STUDI LITERATUR

SURVEY

PENGUMPULAN DATA PENGUMPULAN DATA


PRIMER SEKUNDER

PENGOLAHAN DATA

METODE ANTRIAN METODE DESKRIPTIF


KOMPARATIF

ANALISA ANTRIAN

SELESAI

ANALISA DATA DAN survey adalah calon penumpang yang


PEMBAHASAN melewati pelayanan X-Ray Gate di
Presentasi Data pintu masuk terminal keberangkatan,
Dalam penelitian ini, pengambilan penumpang yang check-in di counter
data dilakukan selama 1 (satu) hari Lion Air dan penumpang yang check-
dengan rentang waktu pengamatan dari in di counter Garuda Indonesia.
pukul 04.30 – 06.30 WITA. Objek Analisa Data pada Pelayanan

51
Penumpang di X-Ray Gate daerah kritis. Karena X2 hitung
a. Tingkat Kedatangan lebih kecil dari X2 tabel maka Ho
Penumpang diterima sehingga dapat
Didapatkan pada waktu itu rata- disimpulkan bahwa waktu antar
rata tingkat kedatangan kedatangan penumpang
penumpang adalah 5,31 detik. berdistribusi eksponensial.
Dari hasil perhitungan diketahui Dengan tingkat kedatangan
2
X hitung Kedatangan X-Ray penumpang berdistribusi
2
adalah (19,994) < dari X tabel eksponensial, dan waktu
(20,090) berarti X2 hitung terletak pelayanan penumpang
diluar daerah kritis. Karena X2 berdistribusi eksponensial, model
hitung lebih kecil dari x2 tabel antrian yang akan digunakan
maka Ho diterima sehingga dapat adalah (M/M/1)
disimpulkan bahwa waktu antar
kedatangan penumpang Analisa Data pada Pelayanan
berdistribusi eksponensial. Penumpang di Check-in
b. Waktu Pelayanan Penumpang Counter Lion Air
Diperoleh data waktu pelayanan a. Tingkat Kedatangan
rata-rata yang dibutuhkan X-Ray Penumpang
Gate untuk melayani penumpang Didapatkan pada waktu itu rata-
adalah 6,32 detik. Waktu rata tingkat kedatangan
pelayanan memiliki standar penumpang adalah 39,79 detik.
deviasi sebesar 3,659 untuk Dari hasil perhitungan diketahui
pelayanan X-Ray Gate. Didapat X2 hitung adalah (18,289) < dari
batas kontrol atas sebesar 17,30 X2 tabel (18,475) berarti X2 hitung
dan batas kontrol bawah sebesar - terletak diluar daerah kritis.
4,66. Dari hasil perhitungan Karena X2 hitung lebih kecil dari
diketahui X2 hitung adalah X2 tabel maka Ho diterima
(19,733) < dari X2 tabel (20,090) sehingga dapat disimpulkan
berarti X2 hitung terletak diluar bahwa waktu antar kedatangan

52
penumpang berdistribusi antrian yang akan digunakan
eksponensial adalah (M/M/1).

Analisa Data pada Pelayanan


a. Waktu Pelayanan Penumpang Penumpang di Check-in Counter
Diperoleh data waktu pelayanan Garuda Indonesia
rata-rata yang dibutuhkan counter a. Tingkat Kedatangan
check-in untuk melayani Penumpang
penumpang Lion adalah 46,68 Didapatkan pada waktu itu rata-
detik. Waktu pelayanan memiliki rata tingkat kedatangan
standar deviasi sebesar 26,164. penumpang adalah 38,93 detik.
Sehingga didapat batas kontrol Dari hasil perhitungan diketahui
atas sebesar 125,17 dan batas X2 hitung adalah (15,307) < dari
kontrol bawah sebesar -31,81. X2 tabel (18,475) berarti X2
Dari hasil perhitungan diketahui hitung terletak diluar daerah
X2 hitung adalah (17,751) < dari kritis. Karena X2 hitung lebih
X2 tabel (18,475) berarti X2 hitung kecil dari X2 tabel maka Ho
terletak diluar daerah kritis. diterima sehingga dapat
Karena X2 hitung lebih kecil dari disimpulkan bahwa waktu antar
2
X tabel maka Ho diterima kedatangan penumpang
sehingga dapat disimpulkan berdistribusi eksponensial
bahwa waktu antar kedatangan
penumpang berdistribusi b. Waktu Pelayanan Penumpang
eksponensial. Diperoleh data waktu pelayanan
Dari hasil uji pola distribusi di rata-rata yang dibutuhkan
atas dengan tingkat kedatangan counter check-in untuk melayani
penumpang berdistribusi penumpang Garuda adalah 52,52
eksponensial, dan waktu detik. Waktu pelayanan memiliki
pelayanan penumpang standar deviasi sebesar 27,578.
berdistribusi eksponensial, model Sehingga didapat batas kontrol

53
atas sebesar 135,26 dan batas kedatangan dan pelayanan penumpang
kontrol bawah sebesar -30,21 mengikuti distribusi eksponensial.
Dari hasil perhitungan diketahui Sehingga dapat diketahui bahwa
X2 hitung adalah (15,412) < dari pelayanan X-Ray menggunakan
X2 tabel (18,475) berarti X2 disiplin antrian FIFO dengan model
hitung terletak diluar daerah antrian M/M/1.
kritis. Karena X2 hitung lebih Dari hasil pengujian data
2
kecil dari X tabel maka Ho diketahui Waktu Kedatangan
diterima sehingga dapat penumpang pada pelayanan X-Ray
disimpulkan bahwa waktu antar adalah 5,31 detik per orang, sehingga
kedatangan penumpang dapat ditentukan besarnya Tingkat
berdistribusi eksponensial. Kedatangan Penumpang adalah :
Dari hasil uji pola distribusi 1
λ =  = 1 x 60 detik =
di atas dengan tingkat X 5,31
kedatangan penumpang
berdistribusi eksponensial, dan 11,30 ≈ 12 penumpang per menit
waktu pelayanan penumpang Sedangkan diketahui Waktu
berdistribusi eksponensial, Pelayanan penumpang adalah 6,32
model antrian yang akan detik per orang, sehingga didapat
digunakan adalah (M/M/1). besarnya Tingkat Pelayanan adalah :
1 1
 = 
= x 60 detik =
Analisa Antrian pada Pelayanan X- X
6,32
Ray 9,49 ≈ 10 penumpang per menit
Analisa Antrian pada pelayanan X- Maka dapat diketahui nilai ρ =
Ray saat ini 
Pelayanan X-Ray di terminal  = 9,49/11,30

keberangkatan Bandara Syamsudin = 1,190 >


Noor Banjarmasin hanya Kinerja antrian yang terjadi adalah :
mengoperasikan 1 (satu) buah loket
pelayanan saja serta mempunyai pola

54
 Jumlah rata – rata Hal ini berarti bahwa hanya dengan 1
penumpang dalam (satu) buah loket pelayanan saja yang
antrian beroperasi, maka akan terjadi antrian

2 yang sangat panjang sehingga idealnya


q = =
 (   ) diperlukan lebih dari satu (>1) loket

11,30 2 pelayanan X-Ray.


= - 7,448
9,49(9,49  11,30) a. Jumlah loket pelayanan X-Ray di
≈ -8 penumpang Terminal Keberangkatan
minimal harus dibuka
 Jumlah rata – rata
Menggunakan disiplin antrian
penumpang dalam sistem
FIFO dan mengoperasikan lebih
 11,30 dari satu (>1) loket pelayanan,
n = =
  9,49  11,30
maka tingkat kedatangan (λ)
= - 6,257 ≈ -7 penumpang
diasumsikan tersebar secara

 Waktu rata – rata menunggu merata untuk setiap loket

penumpang dalam antrian pelayanan. Sehingga jika


diandaikan terdapat N buah loket

w = =
 (   ) pelayanan, maka :

11,30  N 11,30 N
= - 0,659 ρ = =
9,49(9,49  11,30)  9,49
menit = - 39,547 detik
= 1
 Waktu rata – rata dihasilkan nilai N>1,191 atau
penumpang dalam sistem minimal sebanyak 2 (dua) buah
1 1 loket pelayanan harus dibuka
d = = = -
   9,49  11,30 agar tidak terjadi antrian.
0,554 menit = - 33,227 detik b. Dengan jumlah loket pelayanan
minimal yaitu 2 (dua) buah,
Analisa Antrian pada pelayanan X-
maka dapat diketahui kinerja
Ray optimal

55
proses antrian, yaitu dengan 1
d = =
menghitung parameter antrian :  
2 1
 q = = = 0,260
 (   ) 9,49  11,30
(11,30 / 2) 2 menit = 15,609 detik
9,49(9,49  (11,30 / 2))
= 0,875 ≈ 1 penumpang
Analisa Antrian pada pelayanan X-
 Jumlah rata – rata Ray berdasarkan Level of Service
penumpang dalam Mengacu pada Nota Dinas Manajer
sistem Operasi Nomor

 API.02/OP.40.3/2009/GMH-B tentang
n = =
  Level of Service Pelayanan X-Ray

(11,30 / 2) Terminal Keberangkatan Bandara


=
(9,49  (11,30 / 2)) Syamsudin Noor yaitu panjang antrian
1,470 ≈ 2 penumpang maksimal 5 (lima) orang penumpang.

 Waktu rata – rata


2
menunggu penumpang q = <5
 (   )
dalam antrian
=

w = =
 (   ) (11,30 / N ) 2
<5
(11,30 / 2) 9,49(9,49  (11,30 / N ))
9,49(9,49  (11,30 / 2))
= 0,155 menit = 9,289 11,30 2
< 47,45 9,49 – 11,30
detik N
N
 Waktu rata – rata
penumpang dalam 450,3005 – 536,185 –
127,69 > 0
sistem N
2
N

56
450,3005N2 – 536,185N Pelayanan Check-in untuk
– 127,69 > 0
penerbangan Maskapai Lion Air hanya
mengoperasikan 1 (satu) buah loket
Persamaan kuardrat diatas dapat
pelayanan saja untuk setiap tujuan
diselesaikan dengan menggunakan
persamanaa: penerbangan. serta mempunyai pola
kedatangan dan pelayanan penumpang
 b  b 2  4ac
N1,2 = mengikuti distribusi eksponensial.
2a
Sehingga dapat diketahui bahwa
N1,2 = pelayanan Check-in menggunakan
(536,185)  (536,185) 2  4(450,3005)(127,69disiplin
) antrian FIFO dengan model
2(450,3005)
antrian M/M/1.
Dari hasil pengujian data
(536,185)  (719,368) diketahui Waktu Kedatangan
N1,2 =
(900,601) penumpang pada pelayanan Check-in
adalah 39,68 detik per orang, sehingga
N1 = 1,39 pintu pelayanan X-Ray
(memenuhi) dapat ditentukan besarnya Tingkat
Kedatangan Penumpang adalah :
N 2 = -0,203 pintu pelayanan
1 1
pelayanan X-Ray (tidak memenuhi) λ =  = x 60 detik =
39,68
X
Sehingga dihasilkan nilai N>1,39 atau
dibutuhkan minimal sebanyak 2 (dua) 1,51 ≈ 2 penumpang per menit
pintu pelayanan pelayanan X-Ray agar Sedangkan diketahui Waktu
jumlah orang dalam antrian kurang Pelayanan penumpang adalah 43,17
dari 5 (lima) orang. detik per orang, sehingga didapat
besarnya Tingkat Pelayanan adalah :
Analisa Antrian pada Check-in
1 1
Counter Lion Air  = 
= x 60 menit =
X
43,17
Analisa Antrian pada Check-in
1,39 ≈1 penumpang per menit
Counter Lion Air saat ini

57
Maka dapat diketahui nilai ρ = 1 1
d = = = -
 = 1,51/1,39    1,39  1,51

8,18 menit = -490,827 detik
= 1,088 > 1 (tidak memenuhi syarat)
Kinerja antrian yang terjadi adalah :
 Jumlah rata – rata
penumpang dalam Analisa Antrian pada Check-in
antrian Counter Lion Air optimal

2 Berarti bahwa hanya dengan 1 (satu)


q = =
 (   ) buah loket pelayanan saja yang

1,512 beroperasi, maka akan terjadi antrian


= - 13,458
1,39(1,39  1,51) sehingga idealnya diperlukan lebih

≈ -14 penumpang dari satu (>1) loket pelayanan Check-


in.
 Jumlah rata – rata a. Jumlah loket pelayanan Check-in
penumpang dalam sistem Lion Air minimal harus
 1,51 dibuka
n = =
  (1,39  1,51) Menggunakan disiplin antrian
= - 12,370 ≈ -13 penumpang FIFO dan mengoperasikan lebih
dari satu (>1) loket pelayanan,
 Waktu rata – rata menunggu
maka tingkat kedatangan (λ)
penumpang dalam antrian
diasumsikan tersebar secara

w = = merata untuk setiap loket
 (   )
pelayanan. Sehingga jika
1,51
= - 8,9 diandaikan terdapat N buah loket
1,39(1,39  1,51)
pelayanan, maka :
menit = -533,997 detik
 N 1,51 N
 – ρ = = =
Waktu rata rata  1,39
penumpang dalam sistem
1

58
dihasilkan nilai N>1,086 atau  Waktu rata – rata
minimal sebanyak 2 (dua) buah penumpang dalam
loket pelayanan harus dibuka sistem
agar tidak terjadi antrian. 1 1
d = =
b. Dengan jumlah loket pelayanan    1,51  1,39
minimal yaitu 2 (dua) buah, = 1,578 menit = 94,666
maka dapat diketahui kinerja detik
proses antrian, yaitu dengan
Analisa Antrian pada Check-in
menghitung parameter antrian :
Counter Lion Air berdasarkan Level
2
 q = = of Service
 (   )
Diketahui Waktu Pelayanan
(1,51 / 2) 2
= 0,649 ≈ 1 penumpang saat ini adalah 43,17 detik
1,39(1,39  (1,51 / 2))
per penumpang atau 0,7195 menit per
penumpang
penumpang, sehingga waktu pelayanan
 Jumlah rata – rata penumpang saat ini sudah maksimal.
dalam sistem
 (1,51 / 2) Analisa Antrian pada Check-in
n = = =
  (1,39  (1,51 / 2)) Counter Reguler Garuda Indonesia
1,193 ≈ 2 penumpang Analisa Antrian pada Check-in
Counter Reguler Garuda Indonesia
 Waktu rata – rata menunggu
saat ini
penumpang dalam antrian
Diketahui bahwa pelayanan Check-in
 menggunakan disiplin antrian FIFO
w = =
 (   )
dengan model antrian M/M/1. Dari
(1,51 / 2) hasil pengujian data diketahui Waktu
= 0,858
1,39(1,39  (1,51 / 2))
Kedatangan penumpang pada
menit = 51,496 detik
pelayanan Check-in adalah 44,43
detik per orang, sehingga dapat

59
ditentukan besarnya Tingkat  1,35
n = = =-
Kedatangan Penumpang adalah :   1,2  1,35
1 1 9,258 ≈ -10 penumpang
λ =  = x 60 detik =
44,43
X  Waktu rata – rata menunggu
penumpang dalam antrian
1,35 ≈ 2 penumpang per menit

Sedangkan diketahui Waktu w = =
 (   )
Pelayanan penumpang adalah 49,81
1,35
detik per orang, sehingga didapat = -
1,2(1,2  1,35)
besarnya Tingkat Pelayanan adalah :
7,686menit = -461,159
11
 =  = x 60 menit = detik
X
49,81

1,2 ≈ 1 penumpang per menit  Waktu rata – rata

Maka dapat diketahui nilai ρ = penumpang dalam sistem

 1 1
 = 1,35/1,2 d = =
   1,2  1,35
= -

= 1,121> 16,856
(tidak menit
memenuhi
= syarat)
-411,349
Kinerja antrian yang terjadi adalah : detik
 Jumlah rata – rata
Analisa Antrian pada Check-in
penumpang dalam
Counter Reguler Garuda Indonesia
antrian
optimal
2
q = = Hal ini berarti bahwa hanya dengan 1
 (   )
(satu) buah loket pelayanan saja yang
1,35 2
= -10,379 ≈ - beroperasi, maka akan terjadi antrian
1,2(1,2  1,35)
sehingga idealnya diperlukan lebih
11 penumpang
dari satu (>1) loket pelayanan Check-
 Jumlah rata – rata in
penumpang dalam sistem

60
a. Jumlah loket pelayanan Check-in  Jumlah rata – rata penumpang
Garuda Indonesia minimal harus dalam sistem
dibuka  (1,35 / 2)
n = = =
Menggunakan disiplin antrian   (1,2  (1,35 / 2))
FIFO dan mengoperasikan lebih 1,276 ≈ 2 penumpang
dari satu (>1) loket pelayanan,
 Waktu rata – rata menunggu
maka tingkat kedatangan (λ)
penumpang dalam antrian
diasumsikan tersebar secara
merata untuk setiap loket 
w = =
 (   )
pelayanan. Sehingga jika
diandaikan terdapat N buah loket (1,35 / 2)
= 1,059 menit
1,2(1,2  (1,35 / 2))
pelayanan, maka :
= 63,535 detik
 N 1,35 N
ρ = = =
 1,2  Waktu rata – rata penumpang
dalam sistem
1
1 1
dihasilkan nilai N>1,125 atau d = = = 1,889
   1,2  1,35
minimal sebanyak 2 (dua) buah
menit = 113,345 detik
loket pelayanan harus dibuka
agar tidak terjadi antrian. Analisa Antrian pada Check-in
b. Dengan jumlah loket pelayanan Counter Reguler Garuda Indonesia
minimal yaitu 2 (dua) buah, agar sesuai dengan Level of Service
maka dapat diketahui kinerja Diketahui Waktu Pelayanan
proses antrian, yaitu dengan penumpang saat ini adalah 49,81 detik
menghitung parameter antrian : per penumpang atau 0,83 menit per

2 penumpang, sehingga waktu pelayanan


 q = =
 (   ) saat ini sudah maksimal.

(1,35 / 2) 2
= 0,715 ≈ 1
1,2(1,2  (1,35 / 2))
penumpang KESIMPULAN DAN SARAN

61
Kesimpulan counter check-in di Terminal
Berdasarkan hasil dari pembahasan Keberangkatan Bandara
dan pengolahan data pada bab Syamsudin Noor adalah
sebelumnya, maka dapat ditarik FIFO:(M/M/2).
beberapa kesimpulan, yaitu: 5. Dengan jumlah counter minimal
1. Sistem model antrian pada maka prosedur dan fasilitas
pelayanan X-Ray dan counter pelayanan X-Ray (ρ=1,190>1),
check-in Lion Air dan Garuda Check-in Counter Lion Air
Indonesia di Bandara Syamsudin (ρ=1,173>1) dan Check-in
Noor saat ini adalah Counter Garuda Indonesia
FIFO:(M/M/1) (ρ=1,349>1) memenuhi standard.
2. Prosedur dan fasilitas pelayanan 6. Agar memenuhi standar Level of
X-Ray (ρ=1,190>1), Check-in Service, jumlah counter
Counter Lion Air (ρ=1,173>1) pelayanan X-Ray yaitu minimal 2
dan Check-in Counter Garuda buah counter.
Indonesia (ρ=1,349>1) masih
belum memenuhi standard. Saran
Sehingga dipandang perlu Dalam hal ini penulis memandang
perhitungan kembali jumlah bahwa guna mengantisipasi
counter pelayanan yang optimum. kemungkinan penerbangan tertunda
3. Jumlah counter pelayanan X-Ray karena sistem, maka sebaiknya dalam
berdasarkan hasil perhitungan masalah ini perlu adanya penambahan
antrian yaitu minimal 2 buah jumlah counter pelayanan beserta alat
counter. Jumlah Check-in – alat pendukung counter, sehingga
Counter Lion Air dan Garuda penumpang tidak merasa kecewa dan
Indonesia berdasarkan hasil tidak perlu menunggu terlalu lama.
perhitungan antrian yaitu minimal Dan karena waktu pelayanan sudah
2 buah counter. maksimal, maka disarankan juga untuk
4. Sistem model antrian yang sesuai memperhatikan maksimum panjang
pada pelayanan X-Ray dan

62
antrian yang dapat diterima demi P. Siagian, Penelitian Operasi, 1987,
kepuasan penumpang. Teori dan Praktek, UI – Press.
Sedarmayanti, Dra, M.Pd, 1996, Tata
Kerja Dan Produktivitas Kerja.
DAFTAR PUSTAKA Tamin Z Ofyar, 2008, Perencanaan,
Permodelan, & Rekayasa
Transportasi, Bandung, Penerbit ITB
Achmad Moegandi, 1993, Istilah
Penerbangan Sipil, Jakarta, __________, 2008, International Air
Gramedia Pusataka Utama. Trasnport Association, Ground
Aminarno Budi Pradana, Drs, S.Sit, Handling Manual.
MM, 2001, Manajemen __________, 2005, Surat Keputusan
Pengoperasian dan Pelayanan Direktorat Jendral Perhubungan
Bandara, Curug Tanggerang, Udara, Standar Persyaratan
Sekolah Tinggi Penerbangan Teknis Pengoperasian Fasilitas
Indonesia. Teknik Bandar Udara, No.
Edi Sumarno, 2001, Layanan SKEP/77/VI/2005
Penumpang dan Bagasi. UU No.1 Tahun 2009 tentang
Pujo Sutopo, S.Sit, 2007, Airport Slot Penerbangan
Coordinator Training, Angkasa
Pura I,.

63

Anda mungkin juga menyukai