Anda di halaman 1dari 9

SIMULASI PROTEKSI ARCING HORN PADA ISOLATOR STRING

SISTEM 33 KV MENGGUNAKAN FEMM


Suparjo1), Danial1), Yohanes M. Simanjuntak1) Jurusan Teknik Elektro,
1)
Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura,
Jln. Prof. H.Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia
Email : suparjoandb47@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui sistem proteksi arcing horn secara simulasi menggunakan metode elemen
hingga (sofware FEMM). Isolator dalam keadaan bersih dan kering. String terdiri dari 4 buah isolator dengan
elektroda arching horn. Simulasi dilakukan dengan dan tanpa arching horn. Hasil simulasi menunjukan bahwa
mulai dari tegangan lebih 500 kV medan listrik pada elektroda arcing horn telah melewati kekuatan tembus udara.
Di bawah tegangan ini arcing horn masih belum bekerja sebagai proteksi tegangan lebih isolator.

Kata kunci : arching horn, elemen hingga, FEMM, isolator, medan listrik.

ABSTRACT

This study aims to determine the arcing horn protection system in a simulation using the finite element method
(FEMM software). Isolator is clean and dry. The string consists of 4 insulators with arching horn electrodes.
Simulations are carried out with and without arching horns. The simulation results show that starting from a voltage
of over 500 kV the electric field at the arcing horn electrode has passed through the air permeability. Under this
voltage the arcing horn still does not act as an insulator overvoltage protection.
Key words: arching horn, finite element, FEMM, insulator, electric field.

1. Pendahuluan penghantar) pada jarak yang diinginkan berguna


1.1 Latar Belakang untuk memotong tegangan lebih bila terjadi.
Evaluasi untuk perhitungan jarak arcing
Isolator rantai dijumpai pada jaringan horn agar saluran transmisi dapat beroperasi secara
transmisi, jaringan distribusi hantaran udara, gardu optimal dan dapat mengurangi jumlah gangguan yang
induk, panel pembagi daya, terminal ujung kabel dan terjadi. Penentuan panjang jarak arcing horn sangat
peralatan tegangan tinggi. Komponen suatu isolator mempengaruhi jumlah gangguan yang disebabkan
oleh petir. Panjang gap arcing horn diatur pada 75%
terdiri dari dielektrik, bahan isolasi, jepitan logam dan
hingga 85% dari panjang rentengan isolator. Jika
bahan perekat yang mengikat jepitan dengan jarak arcing horn terlalu pendek maka akan
dielektrik. Dengan demikian suatu isolator merupakan menyebabkan gangguan pada sistem, jika jarak arcing
gabungan dari “konduktor-dielektrik-konduktor” yang horn terlalu panjang, maka akan menyebabkan
analog dengan komposisi suatu kapasitor. Untuk kerusakan pada isolator. Untuk itu perlu dilakukan
transmisi tegangan tinggi, isolator piring di desain analisa perhitungan jarak optimal pada arcing horn
berbentuk rantai, dimana setiap unitnya di anggap agar pada saat terjadinya petir tidak terjadi gangguan
dan kerusakan pada isolator.
sebagai susunan dari beberapa unit kapasitor yang Adapun analisa yang digunakan yakni
terhubung seri atau paralel. menggunakan metode elemen hingga yang
Pemasangan arcing horn dilakukan sebagai dikomputasikan dalam program FEMM (Finite
salah satu usaha untuk mencegah terjadinya tegangan Element Method Magnetic) secara simulasi. Model
lebih pada isolator. Arcing horn berfungsi untuk simulasi ini sangat terkontrol sehingga
melindungi isolator sehingga apabila terjadi lompatan memungkinkan untuk menampilkan hasil simulasi
api (flash over) yang terjadi pada isolator agar isolator secara rinci. Pemetaan dilakukan dengan tujuan untuk
tidak rusak karena busur apinya dapat menyebabkan mencari tegangan listrik yang dapat membahayakan
gangguan operasional. Media pelepasan busur api dari sistem dalam operasi jangka panjang atau pada waktu
tegangan lebih antara sisi chold dan hot (kawat yang cukup lama.
1.2. Perumusan Masalah b. Isolator Gelas
Adapun yang menjadi rumusan masalah Isolator gelas lebih murah dari pada porselen,
adalah bagaimana mengetahui sistem kerja proteksi sedangkan karakteristik elektrik dan karakteristik
tanduk api (arcing horn) pada string isolator di mekanisnya tidak jauh berbeda dengan porselen.
saluran transmisi sistem tenaga listrik berdasarkan Karakteristik dielektrik dan mekanik dari isolator
tegangan dan pengaruh medan listrik menggunakan gelas bergantumg pada kandungan alkali pada isolator
program FEMM secara simulasi. tersebut. Semakin tinggi kandungan alkalinya maka
kemampuan dielektrik isolator akan semakin menurun
1.3. Tujuan Penelitian hal ini dikarenakan isolator memiliki konduktivitas
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka lebih tinggi. Kekuatan dielektrik gelas alkali gelas
tujuan yang ingin dicapai dalam rencana tugas akhir alkali tinggi adalah 17,9 kvrms/mm sedangkan
ini adalah untuk mengetahui sistem proteksi pada kemampuan dielektrik rendah adalah 48 kvrms/mm.
tanduk api (arcing horn) string isolator 33 kV di Berdasarkan proses pembuatannya isolator gelas
saluran trasmisi sistem tenaga listrik secara simulasi dibagi menjadi dua yaitu gelas yang dikuatkan
menggunakan program FEMM (finite element method (annealed glass) dan gelas yang dikeraskan
magnetic). (hardened glass).
1.4. Pembatasan Masalah
1. Kondisi isolator dianggap pada kondisi
bersih dan kering.
2. Hanya membahas medan listrik di tanduk api
(arcing horn) pada isolator string berjumlah
empat buah.
3. Tidak membahas tentang nilai rata-rata
tegangan masing-masing isolator rantai
Gambar 2. Isolator dari bahan kaca
2. Dasar Teori 2.2. Karakteristik Isolator
2.1. Isolator 2.2.1. Karateristik listrik
Isolator mempunyai peranan penting untuk Isolator terdiri dari bahan dielektrik yang diapit
mencegah terjadinya aliran arus dari konduktor phasa oleh elektroda-elektroda. Dengan demikian maka
ke bumi melalui menara pendukung. Dengan rentengan isolator terdiri dari sejumlah kapasitansi.
demikian, isolator merupakan bagian penting dalam Kapasitansi ini diperbesar oleh terjadinya lapisan
sistem transmisi energi listrik. yang menghantarkan listrik karena kelembaban udara,
a. Porselen debu dan bahan-bahan lainnya pada permukaan
Porselen merupakan bahan dielektrik yang isolator tersebut. Oleh karena ini, maka distribusi
paling sering digunakan pada isolator. Hal ini terjadi tegangan pada sebuah rentengan isolator tidak
karena porselen memiliki kekuatan dielektrik yang seragam.
tinggi dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi
udara disekitarnya.
Kekuatan mekanik porselen bergantung pada 2.2.2. Karakteristik Mekanis
cara pembuatannya, kemampuan mekanis suatu Isolator harus memiliki kuatan mekanis guna
porselen standar dengan diameter 2-3 cm adalah memikul beban mekanis penghantar yang diisolasinya.
45.000 kg/cm2 untuk beben tekanan : 700 kg/ cm2 Porselen sebagai bagian utama sebuah isolator,
untuk beban tekuk dan 300 kg/cm2 untuk beban tarik. mempunyai sifat sebagai besi cor, dengan kuat tekanan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa porselen adalah (compressive strength) yang besar dan kuat tarik (tensile
bahan yang memiliki kemampuan mekanik yang
strenght) yang lebih kecil. Kuat tariknya 400-900 kg/cm²,
sangat baik pada beban tekanan. Kekuatan mekanik
dari porselen akan berkurang jika dilakukan sedang kuat tekannya 10 kali lebih besar.
Gaya tarik terhadap isolator yang telah dipasang
relatif besar, sehingga kekuatan poselen dan bagian-
bagian yang disemenkan padanya harus dibuat lebih
besar dari kekuatan bagian-bagian logamnya.

2.2.3. Tanduk Api


Bila terjadi lompatan api (flashover) pada
gandengan isolator, maka isolatornya akan rusak karena
busur apinya. Untuk menghindarkan kerusakan ini, maka
penambahan luas penampang porselen. pada gandengan isolator gantung dipasang tanduk-tanduk
Gambar 1. Isolator Porselen
api (arcing horns). Tanduk api di pasang diujung kawat
dan ujung tanah dari isolator, serta dibentuk sedemikian 1. Tampilan Interaktif (femm.exe) yang
sehingga sehingga busur api tidak akan menggenai meliputi grafis sebelum dan sesudah pemrosesan.
isolator waktu lompatan api terjadi. Jarak antara tanduk 2. triangle.exe untuk memecah wilayah solusi
menjadi sejumlah besar segitiga sesuai dengan
atas dan tanduk 75-85 % dari gandengan isolator.
metode elemen hingga.
Tegangan lompatan api untuk gandengan isolator dengan 3. Pemecah atau solver (fkern.exe untuk
tanduk api. masalah magnetik, belasolf untuk masalah
elektrostatik dan csolv untuk masalah aliran panas)
2.2.4. Perbedaan Tembus Pada Setiap
yang menggambarkan masalah dan memecahkan
Elektroda persamaan diferensial paling relevan untuk
Perbedaan tembus padasetiap elektroda berbeda- mendapatkan nilai yang diinginkan pada domain
beda,yaitu: solusi.
1. Elektroda bola
Kuat medan yang terbentuk pada elektroda bola 3. Metode Penelitian
belum hampir merata. Hal ini menyebabkan 3.1 Lokasi Penilitian
diperlukannya muatan yang cukup besar terkumpul Dalam usaha melayani kebutuhan beban sistem
kelistrikan di Kota Pontianak, maka PT. PLN
pada sekitar elektroda untuk menghasilkan tegangan
(Persero) Area Pontianak melakukan pembangunan
tembus. yang meliputi pembangkit, gardu induk, dan saluran
2. Elektroda Jarum transmisi. Adapun yang menjadi topik penelitian ini
Dengan menggunakan elektroda jarum akan berfokus pada sistem proteksi arcing horn isolator
terbentuk ketidak homogenan medan, sehingga rantai yang digunakan pada saluran transmisi siantan
tegangan tembus pada elektroda jarum akan lebih (pontianak) - Tayan (sanggau).
mudah tembus dengan tengangan yang rendah dan 3.2 Masalah elektrostatik
Masalah elektrostatik mempertimbangkan
arus yang sangat tinggi yang dikarenakan luas
perilaku intensitas medan listrik (E), dan kepadatan
penampangnya kecil. fluks listrik (D). Ada dua kondisi yang harus dipatuhi
3. Elektroda Batang kuantitas ini. Kondisi pertama adalah bentuk
Adanya ketidakhomogenan membuat medanya diferensial dari Hukum Gauss, yang mengatakan
lebih sedikit berbeda, sehingga pembentukan bahwa fluks keluar dari volume tertutup sama
avalanche lebih lambat. Tegangan tembus pada dengan muatan yang terkandung dalam
elektroda batang akan lebih besar dari pada tegangan volume tersebut:
tembus elektroda jarum. ∇.D=ρ
4. Elektroda Piring
Dimana ρ mewakili kerapatan muatan, yang kedua
Proses tembus udara diantara dua elektroda
adalah bentuk diferensial dari hukum loop Ampere:
terjadi melalui proses ionisasi tumbukan dari molekul
yang jumlahnya bertambah secara eksponensial. Oleh ∇×E = 0
karena itu, elektroda ini mempunyai medan yang Perpindahan dan intensitas lapangan juga terkait satu
homogen yang berarti tembus pada elektroda piring sama lain melalui hubungan konstitutif:
lebih sulit dan membutuhkan tegangan tembus yang
besar. D = ε.E
FEMM (Finite Element Method Dimana ε adalah permitifitas dielektrik. Meskipun
2.2.5.
beberapa masalah elektrostatik mungkin memiliki non
Magnetic) versi 4.2 tahun 2018 linier hubungan konstitutif antara D dan E, program
FEMM adalah pogram yang berfungsi untuk
ini hanya mempertimbangkan masalah linier.
menyelesaikan kasus elektromagnetik frekuensi Untuk menyederhanakan perhitungan bidang yang
rendah dalam dua dimensi planar atau domain
memenuhi kondisi ini, program ini menggunakan
axisymmetric. Program ini dapat menyelesaikan potensi skalar listrik V, didefinisikan oleh
permasalahan sebagai berikut.
hubungannya dengan E sebagai:
1. linier atau nonlinier magnetostatis problem
2. linier atau nonlinier harmonic magnetic problem
E = -𝛁𝑽
3. linier electrostatic problem
4. steady-state heat flow problem
karena program FEMM ini hanya tersedia pada dua
FEMM versi 4.2 adalah program hasil
dimensi sehingga persamaan tersebut menjadi
modifikasi dari versi sebelumnya, FEMM versi 4.2 𝜕𝑉 𝜕𝑉
didasarkan pada bentuk yang serupa dengan versi E=-( 𝑎𝑥 + 𝑎𝑦 )
𝜕𝑥 𝜕𝑦
sebelumnya, tetapi ada peningkatan dalam akurasi
pendekatan model. FEMM terbagi dalam tiga bagian
besar, antara lain:
3.3 Data Permitifitas Relatif Material Bahan “tombol analisis” seperti yang telah dijelaskan pada
Dieletrik bab sebelumnya

Nilai permitifitas relatif material


Porselen, Semen, Udara, dan Baja yang di
dapat merujuk pada tinjauan pustaka.

Tabel 1. Nilai Permitifitas Relative Material[1,3]


Material Permitifitas relatif (𝜺r)
Porselen 7,0
Semen 14
Udara 1,0
Baja 1,0 Gambar 4. Tampilan geometri berhasil
menginisialisasi generator mesh

3.4 Metode Elemen Hingga (Finite Element


Method)
Dalam metode elemen hingga, permasalahan
diselesaikan dengan menggunakan pendekatan prinsip
dasar proses diskretisasi proses diskretisasi pada
elemen hingga adalah proses pembagian pada
pemodelan struktur objek dengan membaginya dalam
elemen-elemen kecil yang jumlahnya tidak terbatas
tergantung objek tersebut. Elemen adalah kumpulan
titik (node) dan elemen didefinisikan sebagai mesh.
Metode perhitungannya adalah menghitung mesh-
mesh kecil yang nantinya digabung menjadi suatu Gambar 5. Tampilan distribusi medan listrik dalam
bentuk yang lebih besar. mode kontur polt.

3.5 Tahapan Simulasi 3.5.2 Bagan Alir (flowchart) Penelitian


Dari prosedur penelitian diatas, maka dibentuk
diagram alir simulasi medan listrik pada string
isolator menggunakan Finita Element Method
Magnetics

Gambar 6 Diagram Alir Simulasi Proteksi


Arcing Horn Pada Isolator String
Menggunakan FEMM
Gambar 3 Diagram Alir Tahapan Simulasi
Medan Listrik Pada String Isolator 4.1 Pemodelan Proteksi Arching Horn
Menggunakan FEMM
Simulasi pemodelan proteksi menggunakan
3.5.1 Menganalisis Geometri arcing hornini dilakukan untuk mengetahui nilai
medan listrik berdasarkan tegangan sistem pada string
Pada tahap preprocessor, untuk menganalisis isolator dengan dan tanpa menggunakan arcing horn,
model dan melihat hasil dari bentuk geometri yang adapun jenis arcing horn yang digunakan dalam
telah dibuat maka dapat dilakukan dengan menekan penelitian ini adalah menggunakan sela bola dan sela
batang. Adapun data isolator yang digunakan dalam
penelitian ini adalah string isolator type 52-3 seperti
data berikut :
Tabel 1 Spesifikasi isolator suspensi tipe ANSI 52-
No Spesifikasi Teknis Satuan Nilai
Dimensi D mm 254
1
Utama H mm 146
2 Kebocoran Jarak mm 292
Kering kV 70
Frekuensi
Daya Basah kV 40
Rata-Rata Frekuensi Kering kV 78
3 Tegangan Flashover Basah kV 45
Flashover
Kritis- Positif kV 120
Impuls 14
× 40 us Negatif kV 125
gelombang Gambar 9. Tampilan model string isolator tanpa
4 Menahan Tegangan Impuls kV 110 Arcing Horn.
5 Tusukan Frekuensi Daya Tegangan kV 110
6 Beban Gagal Elektromekanis kN 120 4.2. Medan antara ujung-ujung Arching Horn
7 Beban uji Tahan Mekanis kN 48 Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui kuat medan
8 Berat kG 4.6 listrik antara ujung-ujung elektroda arcing horn. Dua
macam ujung arcing horn, bola dan batang,
Dalam penelitian ini jumlah rentengan isolator disimulasikan dengan tegangan 33 kV, 66 kV, 70 kV,
berjumlah 4 buah dengan panjang 59 cm, pada sistem dan 100 kV.Adapun tujuan dari simulasi untuk
tegangan 33 kV, jumlah ini didapat berdasarkan mengetahui karakteristik medan antara ujung-ujung
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Seri elektroda untuk kedua jenis ujung elektroda arcing
Iskandar, hanya saja yang menjadi tujuan utama dari horn. Dalam simulasi ini juga dilihat karakteristik
penelitian ini adalah proteksi pada sistem arcing medan, pada jarak dan titik yang sama, jika tanpa
horn. menggunakan arcing horn.
Dari hasil simulasi didapatkan bahwa
karakteristik medan antara ujung-ujung elektroda
arcing horn, baik untuk ujung bola maupun untuk
ujung batang,memberikan bentuk yang sama. Dengan
pengujian menggunakan beberapa level tegangan,
yaitu 33 kV, 66kV, 70kV, dan 100 kV, perbedaan
antara ujung bola dan ujung batang dapat di abaikan.
Selanjutnya, berdasarkan hasil ini, simulasi akan
dilakukan hanya dengan ujung elektroda arcing horn
berbentuk bola.
Medan dititik-titik yang merupakan ujung-ujung
elektroda arcing horn, untuk simulasi tanpa arcing
horn memberikan bentuk medan yang relatif linier.
Gambar 7. Tampilan model string isolator Hasil ini diperoleh untuk semua level tegangan
menggunakan Arcing Horn sela bola pengujian yang disebutkan di atas, akan tetapi nilai
rata-rata dari medan tanpa arcing horn hanya sekitar
35% dari rata-rata medan dengan arcing horn. Dari
hasil simulasi ini tampak bahwa arcing horn sangat
efektif dalam meningkatkan medan disekitar ujung-
ujung elektroda.

2,50E+02
Batang
2,00E+02 Bola
Tampa Arcing Horn
1,50E+02
|E|, (V/mm)

1,00E+02

5,00E+01

0,00E+00
Gambar 8. Tampilan model string isolator 0 50 100150200250300350400450500
menggunakan Arcing Horn sela batang Panjang (mm)
a.
5,00E+02 Medan disekitar titik tersebut adalah sekitar 12
Batang kV/cm.
4,00E+02
Bola Simulasi menggunakan arcing horn ditunjukan
3,00E+02 Tampa Arcing Horn pada gambar IV.6. Dari gambar tersebut terlihat jelas
|E|, (V/mm)

bahwa medan disekiar ujung-ujung elektroda jauh di


2,00E+02 atas kuat medan tembus udara. Hal ini menunjukan
1,00E+02 sebagian udara disekitar ujung-ujung arcing horn
telah memgalami tembus. Kejadian tembus ini
0,00E+00 membuat udara di sekitar elektroda menjadi
0 50 100150200250300350400450500 konduktor. Akibatnya jarak antara kedua elektroda
Panjang (mm) arcinghorn semakin pendek dan selajutnya, karena
b. medan berbanding terbalik dengan jarak, medan akan
5,00E+02 semakin besar. Kejadian ini memastikan bahwa
4,00E+02 Batang peristiwa tembus sempurna antara ujung-ujung
Bola elektroda telah terjadi. Dengan perkataan lain, jika
3,00E+02 Tampa Arcing Horn terjadi tegangan lebih sebesar 1410 kV antara ujung-
|E|, (V/mm)

2,00E+02 ujung arcing horn, arcing horn akan berfungsi


sebagai proteksi dengan menhasilkan tembus udara
1,00E+02 antara ujung-ujungnaya.
0,00E+00 4,00E+03
0 50 100150200250300350400450500

|E|, (V/mm)
Panjang (mm) 3,00E+03
400 kv
2,00E+03 1410 kV
c. Tembus Udara
7,00E+02 1,00E+03
Batang
6,00E+02 Bola 0,00E+00
5,00E+02 Tampa Arcing Horn
|E|, (V/mm)

0 100 200 300 400 500


4,00E+02
3,00E+02 Panjang (mm)
2,00E+02 Gambar 11. Grafik Proteksi Tegangan 400 kV dan 1410
1,00E+02 kV tanpa arcing horn
0,00E+00 1,00E+04
0 50 100150200250300350400450500 400 kv
|E|, (V/mm)

8,00E+03
Panjang (mm) 1410 kV
6,00E+03 Tembus Udara
d.
Gambar 10. Grafik perbandingan distribusi medan 4,00E+03
listrik (V/m) pada arcing hornsela bola, 2,00E+03
sela batang dan tanpa arcing horn 0,00E+00
bertegangan (a) = 33 kV, (b) = 66 0 50 100150200250300350400450500
kV,(c) = 70 kV dan (d) = 100 kV Panjang (mm)
Gambar 12. Grafik Proteksi Tegangan 400 kV dan 1410
4.3. Proteksi Tegangan lebih Isolator kV di ArcingHorn sela Bola
Menggunakan Arcing Horn
Diamsusmsikan tegangan tembus udara 30 4.4. Simulasi dengan 1 Isolator Rusak
. Pada hasil simulasi ini peneliti melakukan
kV/cm dengan kondisi normal, karena jarak arcing
simulasi pada isolator mengalami kerusakan yakni
horn adalah 47 cm maka di dapat total tegangan
dengan cara menghubungkan material udara di
tembus udara di ujung arcing horn sebagai berikut :
isolator yang ke 3 dengan logamdi isolator urutan
yang ke 2.Simulasi menggunakan 1 isolator rusak
Total tegangan tembus udara
ditunjukan pada gambar IV.7, simulasi ini dilakukan
=jarak arcing horn × tembus udara normal
hanya untuk elektroda arcinghorn bebentuk bola.
= 47 cm × 30 kV/cm
Dari gambar tersebut terlihat bahwa jika terjadi
= 1410 kV
kerusakan (keretakan) pada salah satu isolator yang
Dengan tegangan tersebut kita simulasikan
mengakibatkan logam-logam dari isolator terhubung,
medan pada jarak antara titik ujung elektroda arcing
sehingga berkurangnya fungsi dari isolatorstringpada
horn. Untuk kasus tanpa arcing horn hasilnya
logam-logam di antara isolator yang rusak.
diberikan pada gambar IV.5. Jika medan tembus
Dari hasil simulasi yang ditunjukan pada gambar
udara adalah 30 kV/cm, maka menggunakan tegangan
grafik IV.8 dapat disimpulkan bahwa karakteristik
sebesar 1410 kV udara disekitar string, padajarak
medan antara ujung-ujung elektroda arcing horn,
antar titik-titik ujung elektroda, belum terjadi tembus.
dengan pengujian menggunakan beberapa level
tegangan 33 kV, 66 kV, 70 kV, dan 100 kV diketahui = 89 %
medan listrik antara ujung-ujung elektroda arching
Pada tegangan 66 kV
horn pada kondisi normal dan rusak, sehinggatidak
Seragam/ketidakseragaman medan listrik
megalami perubahan nilai medan listrik yang cukup
elektroda bola :
signifikan. 1,41E+05
= X 100%
3,95E+05
= 36 %
Seragam/ketidakseragaman medan listrik tanpa
arching horn :
4,18𝐸+04
= 5,93E+04 X 100%
= 89 %
Pada tegangan 70 kV
Seragam/ketidakseragaman medan listrik
elekroda bola :
1,50𝐸+05
= 4,19E+05 X 100%
Gambar 13. Tampilan model isolator mengalami = 36 %
kerusakan (keretakan) berada di tengah
Seragam/ketidakseragaman medan listrik tanpa
arching horn :
6,30E+02 5,11𝐸+04
Normal = 5,71E+04 X 100%
5,30E+02 Rusak = 89 %
|E|, (V/mm)

4,30E+02 Pada tegangan 100 kV


Seragam/ketidakseragaman medan listrik
3,30E+02 elektroda bola :
2,14E+05
2,30E+02 = 5,99E+05 X 100%
= 36 %
1,30E+02
0 50 100150200250300350400450500 Seragam/ketidakseragaman medan listrik tanpa
Panjang (mm) arching horn :
7,29𝐸+04
Gambar 14. perbandingan distribusi medan listrik = 8,16E+04 X 100%
(V/m) isolator rusak dan normal pada = 89 %
arcing horn sela bola bertegangan 100 kV Dari hasil perhitungan seragam / ketidak
seragaman medan listrik antara elektroda pada
4.5. Ketidakseragaman Medan arching horndan tanpa arching horn menggunakan
Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui beberapa level tegangan 33 kV, 66 kV, 70 kV, dan
ketidakseragaman medan listrik antara elektroda 100 kV dapat disimpulkan bahwa kondisi medan
ujung-ujungarching horndengan tanpa arcing horn listrik dengan arching horn dianggap seragam
berdasarkan simulasi. Seragam/ketidakseragaman sehingga efektif dan efisiensi dalam meningkatkan
melalui persamaan berikut: medan disekitar ujung-ujung elektroda, sedangkan
hasil dari pehitungan pada medan listrik tanpa
Seragam/ketidakseragaman medan listrik arching horn yaitu mengalami ketidakseimbangan
nilai rata−rata medan listrik
medan listrik. Karena jarak dititik-titik yang
= nilai maksimum medan listrik X 100% merupakan ujung-ujung elektroda arcing horn, cukup
jauh dari konduktor,sehingga medan listrik terlampau
Berikut diketahui hasil perhitungan lemah.
ketidakseragaman medan listrik antara elektroda pada
arching horndan tanpa arching hornmenggunakan
5.1. Kesimpulan
beberapa level tegangan 33 kV, 66 kV, 70 kV, dan
Pada hasil simulasi yang telah dilakukan dengan
100 kV :
elektroda sela bola dan sela batang tidak terjadi
tembus medan listrik pada ujung-ujung arching horn.
Pada tegangan 33 kV
Dari hasil simulasi didapatkan bahwa karakteristik
Seragam/ketidakseragaman medan listrik
medan antara ujung-ujung elektroda arcing horn, baik
elektroda bola :
7.07E+04 untuk ujung bola maupun untuk ujung batang,
= 1.98E+05 X 100% memberikan bentuk yang sama.
= 36 % 1. Pada hasil proteksi tegangan lebih menggunakan
Seragam/ketidakseragaman medan listrik tanpa tegangan 400 kV dan 1410 kV, tanpa arcing
arching horn : horn belum terjadi tembus. Medan disekitar titik
2,41𝐸+04 tersebut adalah sekitar 12 kV/cm, sedangkan
= 2.69E+04 X 100%
simulasi menggunakan arcing hornmedan [6] M. Basri Abdullah. 1992. Skripsi. Penetuan
disekiar ujung-ujung elektroda jauh di atas kuat Jumlah Isolator Per Rentengan Ditinjau Dari
medan tembus udara dan memgalami tembus Distribusi Tegangan, Pontianak : Jurusan
sempurna, arcing horn akan berfungsi sebagai Teknik Elektro, Unuversitas Tanjung Pura.
proteksi dengan menhasilkan tembus udara [7] Sijabat, Juanda Parasian. 2020. Jurnal .
antara ujung-ujungnaya. Distribusi Potensial dan Medan Listrik pada
2. Pada hasil simulasi terjadi kerusakan (keretakan) Kabel Bawah Tanah Menggunakan FEMM,
pada 1 buah isolator dapat disimpulkan, bahwa Pontianak: Jurusan Teknik Elektro, Universitas
medan listrik pada ujung-ujung arcing horntidak Tanjungpura.
mengalami perubahan nilai yang cukup
[8] Benguesmia, Hani. 2015 . Jurnal .
signifikan pada level tegangan pengujian.
Experimental Study of the Various Pollution
3. Arcing horn sela bola sangat efektif dan efisien
and Simulation of Potential and Electric Field
untuk proteksi string isolator, karena nilai
Distribution Using FEMM at a High Voltage
ketidakseragaman medan listrik sebesar 36 %.
Insulator Under Alternative Current. Algeria:
Sedangkan tanpa arcing horn sebesar 89 %,
International Symposium on Computational
karena jarak dititik-titik yang merupakan ujung-
and Experimental Investigations on Fluid and
ujung elektroda arcing horn cukup jauh dari
structure Dynamics CEFSD’2015,
konduktor sehingga medan listrik yang
Hammamet, TUNISIA.
dihasilkan rendah.
[9] Saiful, Asmi. 2011. Penggunaan FEM (finite
element method) Dalam Memetakan Medan
5.2 Saran
Listrik Pada Permukaan Isolator Pin dan Post
1. Sebagai perbandingan yang lebih sempurna
20 kV dan Udara Disekitarnya, Semarang :
dapat dilakukan dengan menggunakan
Universitas Diponegoro.
program lain seperti MATLAD-Math Works,
Computer Simulation Technology (CST). [10] Arismundar, Artono. 2004, Buku Pegangan
2. Kedepan hendaknya ada penelitian maupun Teknik Tenaga Listrik Jilid II, Jakarta :
pengembangan, bisa menghitung medan Pradnya Pramita.
listrik dan distribusi tegangan di sekitar [11] Meeker, David. 20015. Buku Pedoman. Finite
string isolator. Element Metdod Magnetics Ver. 4.2 IEEE
3. Sebagai perbandingan dapat menganalisa
distribusi medan listrik dalam dilakukan
secara real atau dalam bentuk 3D

REFERENSI

[1] Iskandar, Seri. 2019 . Jurnal. Simulation of 33


kV String Insulator Using Finite Element
Method (FEM). Malaysia: IEEE Student
Conference on Research and Develompment
(SCOReD), 2019, Perak, Malaysia.
[2] Halim, Febri. 2018. Jurnal . Distribusi Medan
Listrik Sekitar Jaringan Transmisi 275 kV
dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga,
Pontianak: Jurusan Teknik Elektro, Universitas
Tanjungpura.
[3] Saris, Harri Bensu. 2012. Jurnal. Simulasi
Distribusi Tegangan dan Medan Listrik Pada
Isolator Suspensi 20 kV 3 Sirip dengan 4 Tipe
Ukuran Sirip, Semarang: Jurusan Teknik
Elektro, Univeritas Semarang.
[4] Arya, Engla Harda. 2016. Jurnal. Analisis
Medan Listrik Pada Isolator Suspension
Dengan Berbagai Tingkat Kontaminasi
Buatan, Pekanbaru: Program Studi Teknik
Elektro, Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru.
[5] Fahmi, Daniar. 2015. Jurnal . Analisis
Distribusi Medan Listrik Pada Isolator
Gantung Jenis Polimer Akibat Pengaruh
Kontaminasi, Surabaya: Jurusan Teknik
Elektro, Institut Teknologi Sepuluh November.
BIOGRAFI
SUPARJO, lahir di Sanggau Ledo,
10 April 1994. Menempuh
pendidikan dasar di SDN 03 Dawar
lulus pada tahun 2007, melanjutkan
ke SMPN 01 Sanggau Ledo lulus
pada tahun 2010, dan melanjutkan
ke SMKN 01 Bengkayang lulus
pada tahun 2013. Memperoleh gelar Sarjana
Teknik dari Program Studi Teknik Elektro
Universitas Tanjungpura Pontianak pada tahun
2020.

Mengetahui,

Pembimbing Utama

Ir. Danial, M.T., IPM.


NIP. 19620212 199203 1 002

Pembimbing kedua,

Anda mungkin juga menyukai