Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS TIPE 2


A. Pengertian
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.(WHO Global
Report, 2016).
Kriteria diagnosis DM (konsensus PERKENI 2015) :
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam, atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik (poliuria,
polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya), atau
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

B. Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM ). Diabetes yang
tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas
disebabkan oleh :
a) Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan
pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen )
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplatasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM).
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II belum diketahui . Faktor genetic diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor
resiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a) Usia, Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b) Obesitas
c) Riwayat Keluarga
d) Kelompok etnik

C. Klasifikasi
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI)
5%-10% penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang
normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan
suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus  (NIDDM)/ Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (DMTTI)
90%-95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan
jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah
raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih
dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.

D. Tanda dan Gejala


Pada tahap awal sering ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

E. Patofisiologi
Menurut Fatimah (2015). Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena ada 3
faktor penting yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Faktor individu atau genetik etnis yang membuat rawan DM
2. Kerusakan fungsi sel beta pancreas
3. Berkurangnya kerja insulin didalam jaringan yang sensitif insulin (resisten
insulin), termasuk otot skeletal, hati dan jaringan adipose.
Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur kadar glukosa
darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas
untuk mengsekresi insulin. Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal
sehingga berakibat pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa
darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh
penyakit autoimun dan idiopatik
Gangguan respons metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan resistensi
insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan post
reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari biasanya untuk
mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap normal. Sensitivitas insulin untuk
menurunkan glukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan
otot dan lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun. Penurunan
sensitivitas tersebut juga menyebabkan resistensi insulin sehingga kadar glukosa dalam
darah tinggi
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi yang
melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam darah masuk
ke dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotik yang ditandai dengan
pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan yang keluar
menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang melalui urin dan
resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi
sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai kompensasi
terhadap kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika
tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi tersebut.
F. Pathway
Penurunan kadar insulin

Penggunaan glukosa sel menurun, glukagon meningkat

hiperglikemia

Sel kelaparan Mual Mual Pemeriksaan obat Risiko


anti diabetese ketidakstabilan Diuresis mikroangiopati
kadar glukosa Osmotik
Muntah darah Sklerosis mikrovaskuler
Hiperglikemia poliuri
tidak terkontrol
Anoreksia Perubahan Retina PAD Kulit
Proses gas darah Kebutuhan (Perifer kering,
metabolisme Volume Cairan Petinopati Arteri bersisik
anaerob Kurang Dari diabetik Disis)
Kebutuhan
Peningkatan asam
Kebutuhan nutrisi Asidosis
laktat dalam darah
kurang dari kebutuhan Metabolik
Gangguan
penglihatan ABI
(Angkle
Brakial
Risiko Injury
Indeks)
menurun Kerusakan
Hambatan Perukaran gas Integritas
Ketidakefektifan Kulit
Sesak perfusi jaringan
Ketidakefektifan Pola Nafas
nafas
G. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk


mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika
klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan
berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.

1.  Medis
a.    Obat
1)    Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a). Mekanisme kerja sulfanilurea
- Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
- Kerja OAD tingkat reseptor
b). Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek
lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
- Biguanida pada tingkat prereseptor 
- Ekstra pankreatik
(1)  Menghambat absorpsi karbohidrat
(2)  Menghambat glukoneogenesis di hati
(3)  Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(4)  Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
(5)  Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
b.    Insulin
1)      Indikasi penggunaan insulin
a). DM tipe I
b). DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c). DM kehamilan
d). DM dan gangguan faal hati yang berat
e). DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f). DM dan TBC paru akut
g). DM dan koma lain pada DM
h). DM operasi
2)      Insulin diperlukan pada keadaan :
a). Penurunan berat badan yang cepat.
b). Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c). Ketoasidosis diabetik.
d). Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

2.  Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara
lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan
mengompreskan ulkusdengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan.
Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan
penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secaramekanik yang
dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin
diperlukan untuk kasus DM.Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan
utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Melitus adalah menormalkan
aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya
adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam
penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a.    Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi,
mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
b.    Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c.    Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d.    Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada
malam hari.
e.    Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan
mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pengkajian Keperawatan


Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan , kram otot, tonus otot menurun,
gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi, koma,
penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi, MCI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas
ulkus, penyembuhan luka lama, takikardi, perubahan tekanan darah postural,
hipertensi, nadi yang menurun/tak ada, disritmia, krekles, kulit panas, kering, dan
kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas Ego
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, isk baru atau berulang diare, nyeri
tekan abdomen urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila ada infeksi
bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif ( diare ), abdomen keras, adanya
asites
5. Makanan/Cairan
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa /
karbohidrat, penurunan berat badan, haus dan lapar terus, penggunaan diuretic ( tiazid
), kekakuan / distensi abdomen, kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis /
manis, bau buah (nafas aseton ).
6. Neurosensori
Pusing, pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan, disorientasi, mengantuk, stupor / koma , gangguan
memori ( baru, masa lalu ), kacau mental, reflek tendon dalam menurun/koma,
aktifitas kejang
7. Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
8. Pernafasan
Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi, frekuensi pernafasan meningkat,
merasa kekurangan oksigen
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya kekuatan
umum / rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk otot-otot pernafasan,( jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam) ,demam, diaphoresis
10. Seksualitas
Cenderung infeksi pada vagina. Masalah impotensi pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa umum yang muncul pada pasien Diabetes Melitus :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin,
penurunan intake oral, status hipermetabolisme.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuretic osmotic, kehilangan cairan
gastric berlebihan , pembatasan cairan
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan fungsi lekosit,
perubahan sirkulasi.
4. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan zat kimia
endogen, ketidakseimbangan elektrolit, glukosa, insulin
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, misinterpretasi pengobatan

Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin,
penurunan intake oral, status hipermetabolisme
Tujuan : klien mendapatkan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil:
Indikator 1 2 3 4 5
BB stabil Sangat Buruk Kurang Cukup Baik
buruk baik baik
BB mengalami Sangat Kurang Sedang Cukup Normal
penambahan ke kurang normal normal
arah normal
Intervensi :

 Monitor berat badan, tanda-tanda hiploglikemia


 Auskultasi bising usus, mencatat adanya nyeri, mual dan muntah
 Kolaborasi ahli diet untuk menentukan diet pasien
 Edukasi makan tinggi serat, makan sedikit tapi sering
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuretic osmotic, kehilangan cairan
gastric berlebihan, pembatasan
Tujuan : klien memperlihatkan status hidrasi adekuat
Kriteria Hasil :
Indikator 1 2 3 4 5
TTV stabil 180/110l 160/100l 150/100 140/90 120/80
Turgor kulit baik Sangat Buruk Sedang Cukup Baik
buruk baik
Output urin 400-500 600-800 900- 1200- 1400-
normal ml ml 1100 ml 1300 1500
ml ml

Intervensi :
 Monitor :
TTV
Nadi perifer
Turgor kulit dan mukosa
Intake dan output cairan
 Kaji riwayat muntah dan diuresis berlebih
 Kaji suhu, kelembapan warna kulit
 Kolaborasi pemberian terapi cairan yang sesuai (NaCl, Kl,
Albumin), pemeriksaan lab
 Edukasi lebih banyak minum air putih
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi lekosit,
perubahan sirkulasi
Tujuan : klien terhindar dari infeksi silang
Kriteria hasil :
Indikator 1 2 3 4 5
Menunjukkan Tidak Kurang Sedikit Cukup Mampu
kemampuan untuk mampu mampu mampu mampu
mencegah infeksi
Menunjukkan gaya Sangat Buruk Hampir Baik Sangat
hidup sehat untuk buruk baik baik
mencegah infeksi

Intervensi :
 Monitor tanda-tanda infeksi (panas, kemerahan, keluar nanah)
 Berikan perawatan kulit yang teratur, masase daerah yang
tertekan, jaga kulit tetap kering
 Kolaborasi pemberian antibiotik yang sesuai
 Edukasi perlindungan dari benda benda luar
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, miss interpretasi pengobatan
Tujuan : klien mengungkapkan pemahaman penyakitnya
Kriteria Hasil :
Indikator 1 2 3 4 5
Mampu melaksanakan Tidak Kurang Sedikit Cukup Mampu
prosedur yg dijelaskan mampu mampu mampu mampu
Melakukan perubahan Tidak Kurang Sedikit Cukup Mampu
gaya hidup dan mampu mampu mampu mampu
berpartisipasi dalam
program pengobatan

Intervensi :
 Diskusikan topik utama seperti tanda dan gejala, penyebab,
proses penyakit serta komplikasi yang sesuai dengan tipe DM
klien
 Diskusikan rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan
manajemen diet
 Diskusikan tentang perlunya program latian
 Berikan informasi tentang perawatan sehari-hari, misal perawatan
kaki
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Tn. U berumur 66 Tahun penderita diabetes mellitus. Sebelumnya klien pernah masuk
rumah sakit pada 23 september 2019 dengan diagnose medis diabetes mellitus hiperglikemi
selama 7 hari setelah itu klien dibawa pulang oleh keluarga, berselang waktu 3 hari
kemudian klien datang kembali ke rumah sakit,

Tn U mengeluh kepala pusing dan badan lemas sejak 3 hari yang lalu. Klien
mengakui sering BAK, haus, banyak minum, dan nafsu makan bertambah, banyak makan
namun BB menurun. Sebelum sakit BB klien 80kg sekarang 70kg, klien juga mengalami
mual muntah tiap makan/minum.saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV suhu
37,7 C, Nadi 100 x/menit, TD 122/76, RR : 18, dan dilakukan pemeriksaan GDA : 255.
Tanda dan gejala ini menunjukkan Tn U mengalami diabetes mellitus hiperglikemi. Dari
hasil lab analisa gas darah didaptkan HB : 11,6 g/dl, leukosit : 13.000, trombosit : 254.000,
LED : 50
3.2 Asuhan Keperawatan

3.2.1 Pengkajian

Tanggal MRS : 01 Oktober 2020 Jam Masuk : 10.00 WIB


Tanggal Pengkajian : 01 Oktober 2020 No. RM : 324xxx
Jam Pengkajian : 10.15 WIB Diagnosa Masuk : Diabetes
Mellitus
Hari rawat ke : 1 ( satu )

IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn.S
2. Umur : 57 tahun
3. Suku/ Bangsa: Jawa/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat : Jln. Anggrek no.2
8. Sumber Biaya : Keluarga

KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama: pasien mengeluh pusing disertai sesak

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mempunyai riwayat gula darah tinggi 6 bulan lalu namun jarang kontrol
ke pelayanan kesehatan. Pasien datang ke pelayanan kesehatan jika merasa tidak nyaman
dengan keadaannya. Kemarin, Tn.A mengeluh pusing disertai sesak kemudian besoknya
(01 oktober 2019) dibawa ke RS. Dari IGD di rawat inap di Ruang Mawar kamar 4 pukul
10.00 WIB dengan diagnosa medis Diabetes Militus. Setelah dilakukan pengkajian
didapati klien dengan kesadaran Somnolen, pemeriksaan TTV: TD= 100/70 mmHg, N=
108x/menit, S= 37 oC, RR= 28x/menit, GDA= 525mg/dl, kusmaul(+), bau nafas
keton(+), pasien saat ini sering mual dan tidak nafsu makan. BB= 86 kg, TB= 170 cm,
terdapat luka dikaki ukuran 2x4 cm2 pasien tampak lemas, GCS= E2 V3 M3.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat : ya tidak
2. Riwayat penyakit kronik : ya tidak jenis : Diabetes Mellitus 6 bulan yang lalu
Riwayat kontrol : pasien datang ke pelayanan kesehatan jika merasa tidak nyaman
dengan keadaannya
Riwayat penggunaan obat :
3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis
Makanan ya tidak jenis
Lain-lain ya tidak jenis
4. Riwayat operasi: ya tidak
- Kapan : tidak pernah
- Jenis operasi: tidak operasi
5. Lain-lain: tidak ada
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ya tidak
- Jenis : DM
- Genogram:

Keterangan:
: laki- laki

: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal

: pasien

Kakak laki-laki ketiga mengalami penyakit yang sama tetapi klien dan keluarga
mengatakan orang tua mereka tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:
Alkohol ya tidak
Merokok ya tidak
Keterangan: pasien adalah perokok aktif
Obat ya tidak
Olah raga ya tidak

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S : 37 oC N : 108x/menit TD :100/70 mmHg RR : 28x/menit
Kesadaran ComposMentis Apatis Somnolen SoporKoma

2. SistemPernafasan (B1)
a. RR: 28x/menit
b. Keluhan: sesak nyeriwaktu nafas orthopnea
Batuk produktif tidak produktif
Sekret: tidak ada Konsistensi : tidak ada
Masalah Keperawatan :
Warna: tidak terdapat secret Bau: bau nafas keton
Hambatan pertukaran
c. Penggunaan otot bantu nafas: terdapat otot bantu nafas gas
d. PCH ya tidak
e. Irama nafas teratur tidak teratur
f. Pleural Friction rub: tidak ada
g. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas Cracles Ronki Wheezing
i. Alat bantu napas ya tidak
Jenis: nasal kanula Flow 5 lpm
Penggunaan WSD:
Jenis: tidak menggunakan WSD
Jumlah cairan: -
Undulasi: -
Tekanan: -
j. Tracheostomy: ya tidak
k. Lain-lain:

3. Sistem Kardio vaskuler (B2)


a. TD : 100/70 mmHg
b. N : 52x/menit Masalah Keperawatan :
c. Keluhan nyeri dada: ya tidak Tidak ada maslaah
d. Irama jantung: reguler ireguler
keperawatan
e. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....
f. Ictus Cordis: tidak tampak
g. CRT : <2 detik
Akralhangat keringbasah pucat panas dingin
h. Sikulasi perifer: normal menurun
i. Lain-lain : pasien mengeluh pusing

4. Sistem Persyarafan (B3)


a. GCS : E2 V3 M3
Masalah
b. Refleks fisiologis patella triceps biceps
Keperawatan :
c. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig
Lain-lain Tidak ada masalah
d. Keluhan pusing ya tidak keperawatan

e. Pemeriksaan saraf kranial:


N1 : normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N2 : normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N3 : normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N4 : normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N5 : normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N6 : normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N7 : normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N8 : normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N9 : normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N10: normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N11: normal tidak Ket.: tidak ada masalah
N12: normal tidak Ket.: tidak ada masalah

f. Pupil anisokor isokor


g. Sclera anikterus ikterus
h. Konjunctiva ananemis anemis
i. Isitrahat/Tidur : 8 Jam/Hari Gangguan tidur : tidak ada
j. Lain-lain:

5. Sistem perkemihan (B4)


a. Kebersihan genetalia: Bersih Kotor Masalah Keperawatan:
b. Sekret: Ada Tidak Tidak ada maslah
c. Ulkus: Ada Tidak
keperawatan
d. Kebersihan meatus uretra: Bersih Kotor
e. Keluhan kencing Ada Tidak
Bila ada, jelaskan: tidak ada keluhan
f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan:
Jenis : tidak menggunakan alat
Ukuran : tidak menggunakan alat
Hari ke : tidak menggunakan alat
g. Produksi urine : 1000ml/jam
Warna : kuning
Bau : khas
h. Kandung kemih: Membesar ya tidak
i. Nyeri tekan ya tidak
j. Intake cairan oral : 200cc/hari parenteral : 2000 cc/hari
k. Balance cairan:
Air (makan+Minum) = 200cc
Cairan Infus = 2000cc
Therapi injeksi = 100cc
Air Metabolisme = 5x86/24= 18 cc/jam

Output cairan:
Urine = 1000cc
Feses = 100 cc

IWL =1290 cc

Balance cairan : input=output

2318=2390

-72cc

6. Sistem pencernaan (B5) Masalah Keperawatan :


a. TB : 170 cm BB : 86 kg
b. IMT : 29,7 Interpretasi : obesitas Tidak ada masalah
keperawatan
c. Mulut: bersih kotor berbau
d. Membran mukosa: lembab kering stomatitis
e. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan tidak ada gangguan
pembesaran tonsil nyeri tekan
f. Abdomen: tegang kembung ascites
g. Nyeri tekan: ya tidak
h. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi : tidak pernah
Jenis operasi : tidak pernah
Lokasi : tidak pernah
Keadaan : tidak pernah
Drain : ada tidak
Jumlah : tidak ada
Warna : tidak ada
Kondisi area sekitar insersi : tidak ada
i. Peristaltik: 10 x/menit
j. BAB: 1x/hari Terakhir tanggal : 05 Oktober 2019
k. Konsistensi: keras lunak cair lendir/darah
l. Diet: padat lunak cair
m. Diet Khusus: tidak ada
n. Nafsu makan: baik menurun Frekuensi: 2x/hari
o. Porsi makan: habis tidak Keterangan: pasien tidak nafsu
makan dan sering mual
p. Lain-lain:

7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan :
Tidak ada maslah
OD OS keperawatan
Visus
Palpebra
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO

b. Keluhan nyeri ya tidak

c. Luka operasi: ada tidak


Tanggal operasi : tidak pernah
Jenis operasi : tidak pernah
Lokasi : tidak pernah
Keadaan : tidak pernah
d. Pemeriksaan penunjang lain : tidak ada
e. Lain-lain :
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan :

OD OS Tidak ada masalah


keprawatan
Aurcicula
MAE
Membran
Tymphani
Rinne
Weber
Swabach

b. Tes Audiometri

c. Keluhan nyeri ya tidak


d. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi : tidak pernah
Jenis operasi : tidak pernah
Lokasi : tidak pernah
Keadaan : tidak pernah
e. Alat bantu dengar: tidak ada
f. Lain-lain :
8. Sistem muskuloskeletal (B6)
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas
b. Kekuatan otot: 5 5 Masalah Keperawatan :
4 4
Tidak ada masalah
c. Kelainan ekstremitas: ya tidak keperawatan
d. Kelainan tulang belakang: ya tidak
Frankel:
e. Fraktur: ya tidak
f. Traksi: ya tidak
g. Penggunaan spalk/gips: ya tidak
h. Keluhan nyeri:ya tidak
i. Sirkulasi perifer: menurun
j. Kompartemen syndrome ya tidak
k. Kulit: ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor baik kurang jelek
m. Luka operasi: ada tidak
Drain : ada tidak
n. ROM :

o. Cardinal Sign : tidak ada


p. Lain-lain:

10. Sistem Integumen


a. Penilaian resiko decubitus
Aspek Yang Kriteria Penilaian Nilai
Dinilai
1 2 3 4

Persepsi Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak Ada 3


Sensori Sepenuhny Terbatas Ringan Gangguan
a

Kelembaba Terus Sangat Kadang2 Jarang 4


n Menerus Lembab Basah Basah
Basah

Aktifitas Bedfast Chairfast Kadang2 Lebih Sering 2


Jalan jalan

Mobilisasi Immobile Sangat Keterbatasan Tidak Ada 3


Sepenuhny Terbatas Ringan Keterbatasa
a n

Nutrisi Sangat Kemungkina Adekuat Sangat Baik 1


Buruk n Tidak
Adekuat

Gesekan & Bermasalah Potensial Tidak 4


Pergeseran Bermasalah Menimbulka
n Masalah
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat Total Nilai 17
dikatakan bahwa pasien beresiko mengalami dekubisus
(pressure ulcers)
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderate risk, 12 or less
= high risk)

b. Warna: tidak ada edema


c. Pitting edema: +/- grade: tidak ada edema Masalah Keperawatan :
d. Ekskoriasis: ya tidak
e. Psoriasis: ya tidak Risiko gangguan
f. Pruritus: ya tidak integritas kulit/jaringan
g. Urtikaria: ya tidak
h. Lain-lain:
Adanya luka di kaki ukuran 2x4 cm2, kedalaman 2cm, mengeluh nyeri

11. Sistem Endokrin


a. Pembesaran tyroid: ya tidak Masalah Keperawatan :
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak Resiko ketidakstabilan
c. Hipoglikemia: ya tidak kadar glukosa darah
d. Hiperglikemia: ya tidak
e. Kondisi kaki DM
- Luka gangren ya tidak
Jenis
- Lama luka: 4 hari
- Warna: kuning
- Luas luka: 2x4 cm2
- Kedalaman: 2 cm
- Kuku kaki: ada
- Jari kaki
- Infeksi ya tidak
- Riwayat luka sebelumya ya tidak
Jika ya:
- Tahun : tidak ada
- Jenis Luka : tidak ada
- Lokasi : tidak ada
- Riwayat amputasi sebelumya ya tidak
Jika ya:
- Tahun : tidak pernah
- Lokasi : tidak pernah
f. ABI : sistolik brachial= 100 mmHg, sistolik pada pergelangan kaki= 70 mmHg
(ABI= 0,7)
g. Lain-lain:

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL Masalah keperawatan :


a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
Tidak ada masalah
Berharap setelah dirawat menjadi sembuh
keperawatan
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaks kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri:
tidak dapat beraktivitas seperti biasa selama sakit
e. Lain-lain:
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN
Masalah keperawatan :
Jelaskan : sebelum sakit mandi 2 kali dalam sehari dan menggosok gigi,
Tidak ada masalah
selama sakit pasien dibantu keluarga untuk mandi dan menggosok gigi keperawatan

PENGKAJIAN SPIRITUAL Masalah keperawatan :


a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah Tidak ada masalah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah keperawatan

b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:


Keluarga yang membantu dan menemani pasien selama beribadah

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)


TERAPI

Tx Atrapid 3x4 unit/sc

Tx cairan Asering 2000 cc/24 jam


Omeprazole 3x1

Antrain 2

DATA TAMBAHAN LAIN :


Pemeriksaan laboratorium ( 01 Oktober 2020, pukul: 10.30 )
Jenispemeriksaan Hasil Rujukan
Hb 12g/dl P: 13,2-17,3
Ht 30% 33%-45%
Leukosit 10.000/ul 5000-10000/ul
Trombosit 300 rb/ul 150-440 ribu/ul
Eritrosit 3,61 juta/ul 4,40-5,90 juta/ul
Na 132 mmol/L 135-147mmol/l
K K: 4,00 mmol/L 3,10-5,10 mmol/l
Cl 108 mmol/L 95-108 mmol/l
Analisa Gas Darah:
Ph 7,25 7,35-7,45
HCO3 19 mEq/L 22-28 mEq/L
BE -3 -2 to +2mmol/L
PaCO2 35 mmHg 35-45 mmHg
PaO2 70mmHg 80-100 mmHg
SaO2 94% 95%-100%

Kadar gula darah?

Malang, 1 Oktober 2020


(……………………………)

ANALISIS DATA
Hari / Data Etiologi Masalah
Tgl
1. DS : DM Gangguan
Pertukaran Gas
- Pasien mengatakan
sesak napas (D.0003)
komplikasi DM
- Mengeluh pusing
DO :
insulin tidakbekerja
- RR= 28x/menit
- Kusmaul(+)
- Nafas berbau keton(+) kekurangan insulin

- Kesadaran apatis(+)
- Pernapasan cuping ATP terpecah

hidung(+)
- Ph= 7,25 Pemecahanlemak,protein
- HCO3=19 mEq/L
- PaCo2 = 35 mmHg Asam-
- PaO2 = 70% asamlemakmeningkat

- SaO2 = 94%
- GCS= E2V3M3 Badanketon

Asidosismetabolik
2. DS : Gaya hidup Ketidakstabilan
kadar glukosa
- Pasien mengeluh lemah
darah
- Pasien mengatakan
Malas berolahraga
memiliki riwayat Gula (D.0027)
darah yang tinggi sejak 6
bulan yang lalu
Konsentrasi lemak dan
DO : kalori tinggi
- GDA= 525 mg/dl
- BB= 86 kg
Obesitas
- TB= 170 cm
- IMT= 29,7 (obesitas)
sel-sel perifer gagal
merespon hormon
insulin

Retensi insulin

Hiperglikemi

Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
3. DS : Gaya hidup, obesitas Risiko gangguan
integritas kulit/
- Paien mengatakan
jaringan
terdapat luka pada
Kerusakan reseptor
punggung kaki sebelaah (D.0139)
insulin
kanan
- Luka
DO : Resistensi insulin
- Lama luka: 4 hari
- Luka dikakiukuran 2x4
Glucagon meningkat
cm2
- Kedalamanluka: 2 cm
- Kulit kemerahan
Katabolisme protein
- GDA: 525 mg/dl

Penipisan simpanan
protein tubuh

Resistensi infeksi
menurun

Luka

Pertumbuhan
mikroorganisme

Gangren

Risiko gangguan
integritas kulit/ jaringan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d pasien


mengatakan sesak napas, RR=28x/menit, Kusmaul(+), Nafas berbau keton(+),
Kesadaran apatis(+), Pernapasan cuping hidung(+), Ph= 7,25, HCO3=19 mEq/L,
PaCo2 = 35 mmHg, PaO2 = 70%, SaO2 = 94%, BE= -3, GCS= E2V3M3
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin d.d Psien mengeluh
lemah, GDA= 525 mg/dl
3. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan b.d luka gangren (Faktor mekanis)
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI TTD
PERAW
AT
Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Monitor aliran
pertukaran gas selama 3x24 jam diharapkan nafas pasien oksigen secara
b.d menjadi normal dengan kriteria hasil : periodik dan
ketidakseimbanga pertukaran gas pastikan fraksi Rina
n ventilasi- yang diberikan
perfusi d.d pasien Indi 1 2 3 4 5 cukup
mengatakan kator - Monitor efektifitas
sesak napas, Ting men cuku seda cuku meni terapi oksigen
RR=28x/menit, kat urun p ng p ngka - Pertahankan
Kusmaul(+), kesa men meni t kepatenan jalan
Nafas berbau dara urun ngka napas
keton(+), n t - Gunakan perangkat
Kesadaran oksigen yang
apatis(+), sesuai dengan
Pernapasan tingkat mobilitas
cuping pasien
hidung(+), Ph= Nap meni Cuk seda cuku men - Ajarkan pasien dan
7,25, HCO3=19 as ngka up ng p urun keluarga cara
mEq/L, PaCo2 = cupi t meni men menggunakan
35 mmHg, PaO2 ng ngka urun oksigen dirumah
= 70%, SaO2 = hidu t - Kolaborasi
94%, BE= -3, ng penentuan dosis
GCS= E2V3M3 oksigen
Ketidakstabilan Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Identifikasi
kadar glukosa selama 3x24 jam diharapkan gula darah kemungkinan
darah b.d pasien menjadi normal dengan kriteria penyebab
resistensi insulin hasil : kestabilan kadar glukosa darah hiperglikemia Rina
d.d pasien - Monitor kadar
mengeluh lemah, Indi 1 2 3 4 5 glukosa darah
GDA= 525 mg/dl kator - Monitor intake dan
output cairan
- Anjurkan
menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih
Lela meni cuku seda cuku men dari 250 md/dL
h/les ngka p ng p urun - Anjurkan
u t meni men kepatuhan terhadap
ngka urun diet dan olahraga
t - Ajarkan
pengelolaan
Juml mem cuku seda cuku mem
diabetes
ah buru p ng p baik
- Kolaborasi
urine k mem mem
pemberian cairan
buru baik
IV
k
Risiko gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Identifikasi
integritas kulit/ selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit penyebab gangguan
jaringan b.d luka pasien membaik dengan kriteria hasil : integritas kulit
gangren (Faktor integritas kulit dan jaringan - Gunakan produk Rina
mekanis) berbahan
Indi 1 2 3 4 5 ringan/alami dan
kator hipoalergik pada
Keru meni cuku seda cuku men kulit sensitif
saka ngka p ng p urun - Hindari produk
n t meni men berbahan dasar
jarin ngka urun alkohol pada kulit
gan t kering
- Anjurkan
Keru meni cuku seda cuku men menggunakan
saka ngka p ng p urun pelembab
n t meni men - Anjurkan minum
kulit ngka urun yang cukup
t - Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif. Pada
umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes
tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan yang biasa
disebut diabetes gastointestinal. Jika Diabetes Millitus tidak segera ditangani akan
menimbulkan berbagai komplikasi organ tubuh seperti pada mata, ginjal, jantung,
pembuluh darah, syaraf dan lain lain.
Pada kasus yang dibahas dalam makalah ini klien mengalami diabetes mellitus
dengan luka yang terjadi pada kakinya, setelah dilakukan penkajian lebih lanjut
didapatkan diagnose keperawatan Gangguan pertukaran gas, Ketidakstabilan kadar
glukosa darah, Risiko gangguan integritas kulit/jaringan dan menyusun rencana
keperawatan berdasarkan SDKI, SIKI, dan SLKI sesuai penajabaran diatas.

4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah asuhan keperawatan secara tepat dan efisien diharapkan
dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca dan dapat meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA :

American Diabetes Association (ADA), 2011.Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diakses dari: www.care.diabetesjournals.org/content/34/Supplement_1/S62.full

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Hasil


Riskesdas 2018.

Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Damayanti, S. (2015). Diabetes Melitus Dan Penatalaksanaan Keperawatan.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.

Khairani, R. (2016). Prevalensi diabetes mellitus dan hubungannya dengan kualitas


hidup lanjut usia di masyarakat. Universa Medicina.

Kozier, B. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik.
Edisi VII. Volume 1. Jakarta : EGC

Laoh, J.M. & Tampongangoy, D. (2015). Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Juiperdo, 4.

Lucman & Sorensen’s. (2000). Medical Surgical Nursing : A Psychophysiologic.

Mishra A, Shives jha. (2011). In vitro Postprandial Glucose Lowering Effects of


Dietary Fibers Isolated from Tamarindus indica and Cassia fistula Seeds. Am. J. Food
Technol; 6 (5): 435 – 440.

Murwani, A. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gosyen


Publishing.

Ningtyas, D. W., Wahyudi, dr. P., & Prasetyowati, I. (2013). Analisis Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Artikel Ilmiah
Hasil Penelitian Mahasiswa.
Nursalam (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika

PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus

PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia,


PERKENI, Jakarta

PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.


Jakarta: PERKENI; 2011.

Prabowo, A., & Hastuti, W. (2015). Hubungan pendidikan dan dukungan keluarga
dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo
Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Jurnal KEPERAWATAN GSH.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Suyono, S., 2009. Diabetes Melitus di Indonesia : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Edisi V. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

WHO Fact Sheet of Diabetes, 2016

Anda mungkin juga menyukai