B. Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM ). Diabetes yang
tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas
disebabkan oleh :
a) Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan
pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen )
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplatasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM).
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II belum diketahui . Faktor genetic diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor
resiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a) Usia, Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b) Obesitas
c) Riwayat Keluarga
d) Kelompok etnik
C. Klasifikasi
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI)
5%-10% penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang
normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan
suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (DMTTI)
90%-95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan
jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah
raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih
dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
E. Patofisiologi
Menurut Fatimah (2015). Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena ada 3
faktor penting yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Faktor individu atau genetik etnis yang membuat rawan DM
2. Kerusakan fungsi sel beta pancreas
3. Berkurangnya kerja insulin didalam jaringan yang sensitif insulin (resisten
insulin), termasuk otot skeletal, hati dan jaringan adipose.
Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur kadar glukosa
darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas
untuk mengsekresi insulin. Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal
sehingga berakibat pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa
darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh
penyakit autoimun dan idiopatik
Gangguan respons metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan resistensi
insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan post
reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari biasanya untuk
mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap normal. Sensitivitas insulin untuk
menurunkan glukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan
otot dan lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun. Penurunan
sensitivitas tersebut juga menyebabkan resistensi insulin sehingga kadar glukosa dalam
darah tinggi
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi yang
melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam darah masuk
ke dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotik yang ditandai dengan
pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan yang keluar
menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang melalui urin dan
resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi
sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai kompensasi
terhadap kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika
tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi tersebut.
F. Pathway
Penurunan kadar insulin
hiperglikemia
1. Medis
a. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a). Mekanisme kerja sulfanilurea
- Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
- Kerja OAD tingkat reseptor
b). Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek
lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
- Biguanida pada tingkat prereseptor
- Ekstra pankreatik
(1) Menghambat absorpsi karbohidrat
(2) Menghambat glukoneogenesis di hati
(3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
(5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a). DM tipe I
b). DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c). DM kehamilan
d). DM dan gangguan faal hati yang berat
e). DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f). DM dan TBC paru akut
g). DM dan koma lain pada DM
h). DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :
a). Penurunan berat badan yang cepat.
b). Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c). Ketoasidosis diabetik.
d). Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara
lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan
mengompreskan ulkusdengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan.
Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan
penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secaramekanik yang
dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin
diperlukan untuk kasus DM.Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan
utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Melitus adalah menormalkan
aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya
adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam
penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi,
mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada
malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan
mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa umum yang muncul pada pasien Diabetes Melitus :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin,
penurunan intake oral, status hipermetabolisme.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuretic osmotic, kehilangan cairan
gastric berlebihan , pembatasan cairan
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan fungsi lekosit,
perubahan sirkulasi.
4. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan zat kimia
endogen, ketidakseimbangan elektrolit, glukosa, insulin
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, misinterpretasi pengobatan
Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin,
penurunan intake oral, status hipermetabolisme
Tujuan : klien mendapatkan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil:
Indikator 1 2 3 4 5
BB stabil Sangat Buruk Kurang Cukup Baik
buruk baik baik
BB mengalami Sangat Kurang Sedang Cukup Normal
penambahan ke kurang normal normal
arah normal
Intervensi :
Intervensi :
Monitor :
TTV
Nadi perifer
Turgor kulit dan mukosa
Intake dan output cairan
Kaji riwayat muntah dan diuresis berlebih
Kaji suhu, kelembapan warna kulit
Kolaborasi pemberian terapi cairan yang sesuai (NaCl, Kl,
Albumin), pemeriksaan lab
Edukasi lebih banyak minum air putih
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi lekosit,
perubahan sirkulasi
Tujuan : klien terhindar dari infeksi silang
Kriteria hasil :
Indikator 1 2 3 4 5
Menunjukkan Tidak Kurang Sedikit Cukup Mampu
kemampuan untuk mampu mampu mampu mampu
mencegah infeksi
Menunjukkan gaya Sangat Buruk Hampir Baik Sangat
hidup sehat untuk buruk baik baik
mencegah infeksi
Intervensi :
Monitor tanda-tanda infeksi (panas, kemerahan, keluar nanah)
Berikan perawatan kulit yang teratur, masase daerah yang
tertekan, jaga kulit tetap kering
Kolaborasi pemberian antibiotik yang sesuai
Edukasi perlindungan dari benda benda luar
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, miss interpretasi pengobatan
Tujuan : klien mengungkapkan pemahaman penyakitnya
Kriteria Hasil :
Indikator 1 2 3 4 5
Mampu melaksanakan Tidak Kurang Sedikit Cukup Mampu
prosedur yg dijelaskan mampu mampu mampu mampu
Melakukan perubahan Tidak Kurang Sedikit Cukup Mampu
gaya hidup dan mampu mampu mampu mampu
berpartisipasi dalam
program pengobatan
Intervensi :
Diskusikan topik utama seperti tanda dan gejala, penyebab,
proses penyakit serta komplikasi yang sesuai dengan tipe DM
klien
Diskusikan rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan
manajemen diet
Diskusikan tentang perlunya program latian
Berikan informasi tentang perawatan sehari-hari, misal perawatan
kaki
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Tn. U berumur 66 Tahun penderita diabetes mellitus. Sebelumnya klien pernah masuk
rumah sakit pada 23 september 2019 dengan diagnose medis diabetes mellitus hiperglikemi
selama 7 hari setelah itu klien dibawa pulang oleh keluarga, berselang waktu 3 hari
kemudian klien datang kembali ke rumah sakit,
Tn U mengeluh kepala pusing dan badan lemas sejak 3 hari yang lalu. Klien
mengakui sering BAK, haus, banyak minum, dan nafsu makan bertambah, banyak makan
namun BB menurun. Sebelum sakit BB klien 80kg sekarang 70kg, klien juga mengalami
mual muntah tiap makan/minum.saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV suhu
37,7 C, Nadi 100 x/menit, TD 122/76, RR : 18, dan dilakukan pemeriksaan GDA : 255.
Tanda dan gejala ini menunjukkan Tn U mengalami diabetes mellitus hiperglikemi. Dari
hasil lab analisa gas darah didaptkan HB : 11,6 g/dl, leukosit : 13.000, trombosit : 254.000,
LED : 50
3.2 Asuhan Keperawatan
3.2.1 Pengkajian
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn.S
2. Umur : 57 tahun
3. Suku/ Bangsa: Jawa/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat : Jln. Anggrek no.2
8. Sumber Biaya : Keluarga
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama: pasien mengeluh pusing disertai sesak
Keterangan:
: laki- laki
: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: pasien
Kakak laki-laki ketiga mengalami penyakit yang sama tetapi klien dan keluarga
mengatakan orang tua mereka tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.
2. SistemPernafasan (B1)
a. RR: 28x/menit
b. Keluhan: sesak nyeriwaktu nafas orthopnea
Batuk produktif tidak produktif
Sekret: tidak ada Konsistensi : tidak ada
Masalah Keperawatan :
Warna: tidak terdapat secret Bau: bau nafas keton
Hambatan pertukaran
c. Penggunaan otot bantu nafas: terdapat otot bantu nafas gas
d. PCH ya tidak
e. Irama nafas teratur tidak teratur
f. Pleural Friction rub: tidak ada
g. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas Cracles Ronki Wheezing
i. Alat bantu napas ya tidak
Jenis: nasal kanula Flow 5 lpm
Penggunaan WSD:
Jenis: tidak menggunakan WSD
Jumlah cairan: -
Undulasi: -
Tekanan: -
j. Tracheostomy: ya tidak
k. Lain-lain:
Output cairan:
Urine = 1000cc
Feses = 100 cc
IWL =1290 cc
2318=2390
-72cc
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan :
Tidak ada maslah
OD OS keperawatan
Visus
Palpebra
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO
b. Tes Audiometri
Antrain 2
ANALISIS DATA
Hari / Data Etiologi Masalah
Tgl
1. DS : DM Gangguan
Pertukaran Gas
- Pasien mengatakan
sesak napas (D.0003)
komplikasi DM
- Mengeluh pusing
DO :
insulin tidakbekerja
- RR= 28x/menit
- Kusmaul(+)
- Nafas berbau keton(+) kekurangan insulin
- Kesadaran apatis(+)
- Pernapasan cuping ATP terpecah
hidung(+)
- Ph= 7,25 Pemecahanlemak,protein
- HCO3=19 mEq/L
- PaCo2 = 35 mmHg Asam-
- PaO2 = 70% asamlemakmeningkat
- SaO2 = 94%
- GCS= E2V3M3 Badanketon
Asidosismetabolik
2. DS : Gaya hidup Ketidakstabilan
kadar glukosa
- Pasien mengeluh lemah
darah
- Pasien mengatakan
Malas berolahraga
memiliki riwayat Gula (D.0027)
darah yang tinggi sejak 6
bulan yang lalu
Konsentrasi lemak dan
DO : kalori tinggi
- GDA= 525 mg/dl
- BB= 86 kg
Obesitas
- TB= 170 cm
- IMT= 29,7 (obesitas)
sel-sel perifer gagal
merespon hormon
insulin
Retensi insulin
Hiperglikemi
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
3. DS : Gaya hidup, obesitas Risiko gangguan
integritas kulit/
- Paien mengatakan
jaringan
terdapat luka pada
Kerusakan reseptor
punggung kaki sebelaah (D.0139)
insulin
kanan
- Luka
DO : Resistensi insulin
- Lama luka: 4 hari
- Luka dikakiukuran 2x4
Glucagon meningkat
cm2
- Kedalamanluka: 2 cm
- Kulit kemerahan
Katabolisme protein
- GDA: 525 mg/dl
Penipisan simpanan
protein tubuh
Resistensi infeksi
menurun
Luka
Pertumbuhan
mikroorganisme
Gangren
Risiko gangguan
integritas kulit/ jaringan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4.1 Kesimpulan
Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif. Pada
umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes
tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan yang biasa
disebut diabetes gastointestinal. Jika Diabetes Millitus tidak segera ditangani akan
menimbulkan berbagai komplikasi organ tubuh seperti pada mata, ginjal, jantung,
pembuluh darah, syaraf dan lain lain.
Pada kasus yang dibahas dalam makalah ini klien mengalami diabetes mellitus
dengan luka yang terjadi pada kakinya, setelah dilakukan penkajian lebih lanjut
didapatkan diagnose keperawatan Gangguan pertukaran gas, Ketidakstabilan kadar
glukosa darah, Risiko gangguan integritas kulit/jaringan dan menyusun rencana
keperawatan berdasarkan SDKI, SIKI, dan SLKI sesuai penajabaran diatas.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah asuhan keperawatan secara tepat dan efisien diharapkan
dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca dan dapat meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA :
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.
Kozier, B. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik.
Edisi VII. Volume 1. Jakarta : EGC
Laoh, J.M. & Tampongangoy, D. (2015). Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Juiperdo, 4.
Ningtyas, D. W., Wahyudi, dr. P., & Prasetyowati, I. (2013). Analisis Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Artikel Ilmiah
Hasil Penelitian Mahasiswa.
Nursalam (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika
Prabowo, A., & Hastuti, W. (2015). Hubungan pendidikan dan dukungan keluarga
dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo
Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Jurnal KEPERAWATAN GSH.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Suyono, S., 2009. Diabetes Melitus di Indonesia : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Edisi V. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran