Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut keputusan mentri tahun 2003 pengobatan tradisional adalah pengobatan atau
perawatan sengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman,
ketrampilan turun menurun, dan pendidikan/pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat. Pengobatan tradisional juga sebagai salah satu bagian
daripada upaya meningkatkan dan mencapai kesehatan dalam masyarakat sehingga bisa
bertahan dan berkembang dalam masyarakat.
Hal ini tidak bisa dipungkiri dalam realita kehidupan masyarakat, meskipun upaya
peningkatan kesehatan berupa pelayanan kesehatan primer atau kesehatan berdasarkan
kedokteran atau system medic modern terutama dalam masyarakat pedesaan masih terus
digalakkan. Namun saat ini faktanya rumah sakit yang seharusnya memberikan pelayanan
bagi masyarakat sudah berubah menjadi ‘’momok’’ bagi masyarakat. Hal itu disebabkan
biaya rumah sakit saat ini semakin mahal,sehingga biayanya menjadi beban bagi masyarakat
yang ingin berobat, apalagi bagi masyarakat yang ekonominya kurang mampu tentu akan
sangat kesulitan untuk bisa berobat kerumah sakit.
Oleh karena itu, saat ini sebagian masyarakat cendrung lebih memilih untuk berobat
tradisional daripada harus berobat ke rumah sakit yang biayanya mahal.
Pengobatan tradisional gurah adalah pengobatan dengan cara membersihkan dan
mengeluarkan lender yang kotor, beracun dan mengandung berbagai kuman penyakit dalam
tubuh melalui dikeluarkanya slem (dahak/lendir) yang ada di rongga hidung dan
tenggorokan. Efek dari gurah sendiri dapat memperlancar pernafasan terutama buat yang
sering pilek/sinus/mungkin juga asma. Tapi ada juga yang melkukan gurah, dengan tujuan
memperindah suara.
Gurah dilakukan dengan cara memasukkan suatu bahan/ ramuan tertentu ke dalam lubang
hidung yang bertujuan untuk mengeluarkan lender dan kotoran yang ada di hidung dan
ronggarongga sekitarnya. Cara pengobatan tradisional ini umumnya diwariskan secara turun-
temurun.Pada awalnya gurah hanya dipakai oleh kalangan tertentu saja, seperti pesantren,
pesinden, penyanyi, dengan tujuan menjernihkan dan menyaringkan suara. Namun pada
perkembangannya, gurah juga dipakai sebagai cara pengobatan penyakit / gangguan saluran
nafas. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (SP3T) diperoleh gambaran bervariasinya ramuan atau tanaman
yang digunakan sebagai bahan gurah. Berdasarlam hasil pengamatan dalam survei tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa pada awalnya ramuan gurah dibuat dengan ramuan dari
tanaman senggugu (Clerodendron serratum Spreng).
Pada makalah ini akan dibahas mengenai penggunaan pengobatan tradisional gurah yang
ada didaerah Giriloyo, Wukirsari. Jogyakarta.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengobatan tradisional Gurah yang ada di jogyakarta dan
mengetahuai perkembangannya.
Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang pengobatan tradisional Gurah
yang ada dijogyakarta.
b. Untuk mengetahui penerapan pengobatan tradisional Gurah yang ada dijogyakarta.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi ilmu pengetahuan
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan dan memperluas ilmu pengertahuan,
serta dapat menjadi referensi tentang pengobatan tradisional gurah dalam ilmu
keperawatan.
1.3.2 Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran terhadap
pengembagan ilmu keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Gurah dalam bahasa Jawa berarti membersihkan, sedangkan yang dibersihkan adalah
daerah hidung, tenggorok dan sekitarnya. Kyai Marzuki yang berasal dari Giriloyo, Wukirsari,
Imogiri, Bantul, Yogyakarta pertama kali mengenalkan Gurah pada tahun 1900. Pada awalnya
gurah di pergunakan pada para santri agar dapat membaca Al-Qur’an secara nyaring. Sebagai
pengobatan tradisional gurah dilakukan dengan cara memasukkan suatu bahan / ramuan tertentu
ke dalam lubang hidung / mulut dengan tujuan menguluarkan kotoran dan lendir yang ada di
hidung maupun rongga-rongga sekitarnya. Cara pengobatan tradisional ini umumnya diturunkan
secara turun – temurun. Gurah yang pada awalnya gurah hanya dipakai oleh kalangan tertentu
saja, seperti pesantren (qori / qoriah), pesinden, penyanyi, dengan tujuan menjernihkan dan
menyaringkan suara Saat ini berkembang sebagai cara pengobatan penyakit terutama penyakit
pada saluran nafas.

Pengobatan tradisional gurah adalah pengobatan dengan cara memasukkan suatu bahan/
ramuan tertentu ke dalam lubang hidung yang bertujuan untuk membersihkan dan mengeluarkan
lender yang kotor, beracun dan mengandung berbagai kuman penyakit dalam tubuh melalui
dikeluarkanya slem (dahak/lendir) yang ada di rongga hidung dan tenggorokan. Efek dari gurah
sendiri dapat memperlancar pernafasan terutama buat yang sering pilek/sinus/mungkin juga
asma. Tapi ada juga yang melakukan gurah, dengan tujuan memperindah suara.

2.2 Klasifikasi Gurah

Berdasarkan metode penggurahan, maka gurah dibagi menjadi 4 macam, yaitu:


1. Gurah Lalapan
Maksud dari gurah ini adalah menjadikan terapi pengobatan gurah melalui ramuan dari
bahan-bahan alami yang dibuat lalap. Pemanfaatan gurah lalap bertujuan untuk mengurangi
lendir sekaligus menjernihkan suara
2. Gurah Ramuan
Gurah dapat juga dilakukan dengan meminum ramuan.  bahan-bahan yang digunakan adalah
kayu legi, gula batu, gagang pohon sirih. Ketika bahan ini direbus dengan takaran yang sama,
dan masih dalam keaadaan hangat, airnya disaring lalu diminum. Atau anda dapat juga
menggunakan 7 lembar daun sirih yang direbus denga air 2 gelas, sisakan 1 gelas. Masih dalam
keadaan hangat minumlah.
3. Gurah Tetes atau Gurah Cor
Gurah tetes atau gurah cor ini, dengan cara meneteskan ramuan kusus kedalam kedua lubang
hidung. Khasiat ramuan tadi akan membuat semua syaraf tubuh bereaksi menekan, mendorong
dan mengeluarkan lendir kotoran yang mengandung racun dan kotoran (dari rokok, kopi,
alkohol, narkotik, polusi udara dll). Lendir akan keluar lewat rongga hidung dan mulut. Sehingga
seluruh saluran pernapasan, pencernaan dan peredaran darah akan bersih dan lancar. Gurah jenis
inilah yang direkomendasikan.
4. Gurah dengan Kapsul (dikenal dengan istilah kapsul gurah)
Pada dasarnya, gurah jenis ini adalah pengembangan dari metode gurah yang selama ini ada.
Caranya, ramuan-ramuan sebagai resep gurah dimasukkan dalam kapsul. Reaksi dari terapi ini,
nantinya lendir yang kotor, berlebih dan berpenyakit akan larut / keluar bersama / bercampur
dengan keringat, kotoran sewaktu buang air besar / kecil.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi


Semakin banyakanya praktek-praktek pengobatan Gurah ini terjadi karenan berbagai
faktor, yang digolongkan menjadi faktor internal dan faktor ekternal.Faktor internal dalam hal ini
adalah faktor yang berasal dari penggurah sendiri.Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar.
1. Faktor Internal
Faktor pertama ialah perkembangan awal Gurah sendiri.Menurut sejarah, di giriloyo Kyai
Romli merupakan orang yang pertama kali mempraktekkan gurah namun masih belum terlalu
dikembangkan.Sehingga anak Kyai Romli lah yaitu Kyai Marzuki yang mengenalkan lebih luas
ke masyarakat.Sehingga boleh dianggap Kyai Marzuki adalah pelopor gurah. Pengobatan
Gurah semakin berkembang lebih luas sejak Kyai Marzuki meninggal dunia sekitar tahun
1992 .Penggurah-penggurah mengemukakan bahwa salah satu alasan yang menyebabkan gurah
berkembang setelah meninggalnya Kyai Marzuki adalah karena sebelumnya mereka merasa
segan dan tidak berani mendahului wewenang yang dimiliki oleh Kyai Marzuki.Dengan
demikian, mengakibatkan Gurah mulai berkembang.
Lalu faktor berikutnya ialah ekonomi.Faktor ekonomi merupakan salah satu alasan
semakin banyaknya warga yang membuka praktek gurah.Praktek gurah yang dilakukan warga
masyarakat desa sangan membantu dalam peningkatan pendapatan keluarga.Kebutuhan
masyarakat desa, yang pada umumnya adalah petani atau pegawai pemerintahan desa, untuk
memperoleh tambahan penghasilan dapat terpenuhi, karena dengan dibukanya praktek gurah ini
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.Dengan demikian gurah turut berperan dalam
meningkatkan taraf kehidupan para penggurah.
Berikutnya ialah faktor keinginan menolong sesama, penggurah mengemukakan bahwa
keinginan penggurah untuk menolong sesama menjadi alasan untuk menjadi penggurah.
Dengan alasan ingin menolong sesama itulah, maka ia belajar dan mempraktekkanya kepada
warga masyarakat yang lebih luas, meskipun tidak menutup kemungkinan pula ada alasan lain
di balik alasan tersebut.
2. Factor Eksternal
Faktor yang paling berpengaruh ialah media masa baik media cetak maupun elektronik.
Pengetahuan masyarakat tentang Gurah menjadi bertambah, setelah praktek Gurah dimuat
dalam surat kabar maupun majalah. Selain itu dengan ditayangkannya beberapa penggurah di
salah satu stasiun televisi swasta, memberikan pengaruh yang cukup besar bagi meningkatnya
pengetahuan masyarakat tentang Gurah.Lalu masi ada Internet, saat ini di Internet sudah
banyak sekali iklan elektronik tentang Gurah.Hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk
mengetahui eksistensi gurah.
Berikutnya ialah faktor promosi, seperti yang disebutkan diatas usaha untuk promosi
pengobatan gurah dilakukan agar masyarakat mengetahui lebih banyak mengenai gurah dan
tempat prakteknya. Cara yang dilakukan adalah dengan memasang papan nama di beberapa
sudut jalan dengan menggunakan ukuran dan tulusan yang mudah dilihat. Selain itu masing-
masing penggurah menyediakan brosur baik yang berasal dari artikel surat kabar atau majalah
yang pernah memuat dirinya, maupun brosur buatan sendiri. Selain itu juga ada kartu nama
untuk diberikan pada tamu atau pengunjung.
Faktor terakhir ialah kerjasama dengan pihak di luar sistem medis tradisional.Seperti
kerjasama kooperatif dengan pihak Puskesmas dan Departemen Kesehatan.Demikian pula
dengan sistem medis modern dapat terjalin hubungan yang saling membantu.Kerjasama dari
pihak Puskesmas maupun Departemen Kesehatan dalam memberikan penyuluhan terpadu
tentang kebersihan dan kesehatan.Hal ini memberikan kesempatan pada para penggurah untuk
memberikan informasi tentang gurah, sehingga memberikan stimulus terhadap kemajuan di
bidang medis tradisional. Dengan demikian, pengobatan tradisional gurah dengan pengobatan
kesehatan modern bersifat mutualisme sehingga saling membantu.

2.3 Manfaat Penggunannya


Manfaat-manfaat yang timbul tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Membuat suara jadi kuat, nyaring, lantang dan panjang.
2. Menjadikan suara merdu bersih, halus dan empuk
3. Membersihkan volume paru
4. Pikiran jadi jernih cerdas pintar
5. Menyembuhkan beberapa penyakit detosifikasi
Banyak khasiatnya :
Tumbuhan sirgunggu berupa perdu yang tingginya 3 m. Daunnya bertangkai pendek,
berbentuk bulat telur sampai memanjang, tebal dan kaku. Tepi daun beringgit. Bunganya
berwarna putih-violet tersusun dalam malai. Buah yang berwarna hijau kehitaman berupa buah
batu berbentuk bulat telur.
Tumbuhan obat yang satu ini ternyata sudah banyak dimanfaatkan masyarakat sejak dulu.
Akarnya diremas-remas halus dan ditelan untuk mendapatkan suara nan jernih. Seduhan
akarnya merupakan obat asma, bronkhitis, atau sebagai peluruh air seni (kencing batu).
Daunnya bermanfaat untuk menyegarkan kondisi wanita yang sedang nifas. Sebagai obat
luar, daun ditumbuk dengan adas pulosari untuk encok dan nyeri atau kelelahan pada sendi.
Daun mudanya diremas-remas dan ditambah sedikit kapur menjadi obat gosok. Seduhan daun
dengan garam serta temulawak dapat diminum untuk perut yang membusung dan sebagai obat
cacing. Infus daun tumbuhan ini sudah diteliti secara in vitro mampu menghancurkan batu
ginjal. Di lampung buah masak atau yang masih mentah dikunyah bersama sirih untuk obat
batuk berat. Penelitian di National Cancer Institut, Washington menyatakan, ekstrak air
tumbuhan ini aktif sebagai anti-HIV in vitro.
Kandungan kimia tumbuhan sirgunggu pada bagian-bagian tubuhnya berbeda-besa.
Daunnya mengandung unsur kalium, sedikit natrium, alkaloid, dan flavonoid flavon. Pada kulit
akarnya terdapat glikosida fenol, manitol, dan sitosterol. Sementara kulit batangnya
mengandung senyawa triterpen, asam ureanulat, asam kueretaruat, dan asam seratogenat.

2.4 Cara Kerja Gurah


Di daerah Giriloyo tersebut, sirgunggu digunakan untuk gurah, yaitu kulit akar ditumbuk
dan diseduh dengan air, kemudian diteteskan pada hidung. Pasien yang menjalani pengobatan
gurah ini biasanya disuruh berbaring telentang dan kemudian pada kedua lubang hidungnya
akan ditetesi air dari getah sirgunggu. Biasanya setelah ditetesi getah sirgunggu ini pasien
disuruh telentang selama 2 jam. Sesudah itu pasien disuruh telungkup. Dalam posisi telungkup
itu biasanya pasien akan mengeluarkan lendir dari lubang hidung dan mulutnya. Di bawah
wajah pasien yang telungkup itu biasanya akan diletakkan sekotak pasir untuk menampung
lendir yang bercampur kotoran itu. Guna memperlancar keluarnya lendir, biasanya penghusada
akan memijat sekitar tengkuk dan punggung pasien.
Tujuan Gurah sendiri selain untuk memperindah suara,metode ini juga baik untuk
membersihkan kotoran-kotoran di sekitar rongga hidung. Paru-Paru sampai bagian kepala.
Prosesnya sangat sederhana namun menahannya merupakan perkara yang luar biasa
sakitnya,pasalnya setelah ramuan Gurah dimasukan ke hidung maka serta merta peserta akan
merasakan panas dan pusing mulai merasuk ke seluruh tenggorokan dan kepaladitambah pasien
harus menahannya minimal selama 2 jam namun jika kotorannya banyak maka bisa lebih dari
itu.
Santri yang telah melaksanakan gurah tidak diperkenankan memakan makanan yang
berminyak selama 7 hari, namun setelah pantangan itu dilakukan dan rajin membaca do’a yang
diberikan oleh pembimbing maka hasilnya kepala serasa ringan,tak mudah terserang flu bahkan
untuk hafalan pun jadi mudah
.

Anda mungkin juga menyukai