Anda di halaman 1dari 17

200 Kiat Sukses Da’iyah

(Poin 7 & 8)

Disampaikan saat KM Ta’rifiyah Sleman, DIY di rumah Ummu Salman, Samirono.


 Wanita da’iyah yang sukses

Menganggap pendapatnya salah
walaupun ia lihat benar, sedang
pendapat akhwatnya dipandang
benar walaupun salah.

Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman


tentang peristiwa Sulhu al Hudaybiyah:
QS. 48: 1
Singkat cerita, terjadi perundingan yang
sengit, utusan demi utusan dari kedua pihak
saling berdiskusi. Hingga sepakatlah dalam 2
hal, yaitu kaum muslimin boleh umtah, tapi
tahun depan dan setiap yang berhijrah di
Mekah, harus dikembalikan. Rasulullah pun
menyepakatinya.
Seluruh sahabat geram karena merasa
sangat dirugikan dengan perjanjian tersebut
dan yang paling masyhur adalah kegeraman
Umar bin Khattab. Namun, sungguh
Rasulullah adalah utusan Allah, beliau
shadiqul mashduq. Ternyata di perjalanan
pulang menuju Madinah turun ayat QS 48: 1,
maka tenangnlah seluruh kaum muslimin
termasuk Umar.
Kesimpulannya:
1. Apalagi pendapat akhwat yang dia merupakan
orang yang lebih utama dari kita. Utama dari
sisi ilmu, akhlak, adab, amalannya, dsb.
Sebagaimana Umar dan kaum muslimin lainnya
yang menganggap diri mereka benar
pendapatnya, sementara Rasulullah saat itu
terlihat salah karena menyepakati pendapat
kaum Quraisy.
2. Dalam hal berpendapat, dilakukan dalam
suasana musyawarah. Sebagaimana Rasulullah
bermusyawarah siapa yang akan diutus,
bermusyawarah dengan Ummu Salamah.
3. Tidak selamanya yang dominan (pendapat
kebanyakan) itu yang benar.
 Wanita da’iyah yang sukses

Tidak lari untuk cuci tangan dari suatu
perkara dan melepaskan tanggung
jawab ketika lalai.

Hanya kejujuran yang menyelamatkan seorang sahabat


Ka’ab bin Malik. Sebagaiman yang dilukiskan oleh
Allah dalam QS. 9: 118.
Ka’ab bin Malik bersiap-siap saat
dikumandangkan perang Tabuk, namun ia
mengulur-ngulur langkahnya hingga ia tertinggal
hanya karena keengganan berperang di musim
saat pohon-pohon berbuah, tanaman menguning.
Hal ini sampai kepada Rasulullah dan ia
berkata jujur tentang ketidaksertaannya. Lalu
Rasulullah serta kaum muslimin mendimakannya
hingga 50 malam. Bersama 2 orang lainnya , yaitu
Muraarah bin Ar Rabii’ Al ‘Amriy dan Hilal bin
Umayyah Al Waaqifiy.
Kehidupan mereka selama itu seperti yang
digambarkan di QS. 9: 118 hingga turun wahyu
bahwa taubat mereka diterima oleh Allah dan
mereka ditetapkan sebagai orang yang jujur.
Kesimpulannya:
1. Menghadapi (tidak lari) suatu perkara dan menyampaikan keadaan
pribadi serta pekerjaan dengan jujur, bukan karena takut kepada
manusia (koordinator, sesama pengurus), tapi karena takut kepada Allah.
Meski manusia murka, namun itu baik di mata Allah.
Rasulullah pun bersabda, “Berlaku jujurlah karena sesungguhnya
kejujuran itu mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan mengantrakan
kepada Surga.” (HR. ..)
2. Bertanggung jawab atas kelalaian. Sebagaimana Ka’ab bin Malik
mengajukan kepada Rasulullah, apa yang harus dia sedekahkan akibat
dari perbuatnnya tersebut. Orang yang bersalah atau yang lalai yang
mengajukan ganti apa atas kelalaiannya itu.
3. Kejujuran itu berbuah manis di dunia hingga di Surga. Amanah dakwah
hakikatnya adalah dari Allah, maka jangan jalani karena untuk mencari
ridha manusia.
3. Jika ada ‘iqab atau pensikapan dari manusia atas kesalahan atau kelalaian
kita, maka segera bertaubat kepada Allah. Biarkan Allah yang
memutuskan urusan kita. Bisa jadi dengan menggerakkan hati akhwat
untuk memaafkan kita, mendorong semangat yang lain untuk bekerja
karena pekerjaan ada yang diterlantarkan oleh 1 orang, serta
kemungkinan-kemungkinan lain. JANGAN TUNGGU WAHYU TURUN!
INTINYA
JADILAH DA’IYAH YANG SUKSES dengan
sikap:

1. MENJUNJUNG TINGGI HASIL


MUSYAWARAH MESKI MERASA
PENDAPAT PRIBADI LEBIH BENAR.
2. BERTANGGUNG JAWAB ATAS
KELALAIAN.
200 Kiat Sukses Da’iyah
(Poin 9 & 10)
9
• Bagaikan lebah.
• Tidak makan dan memberi kecuali yang baik-
baik.
• Bila singgah di suatu tempat tidak membuat
kerusakan.
• Punya senjata, tapi hanya untuk musuhnya.
Tidak makan dan memberi kecuali
yang baik-baik.
• Makan jasad, yang halal dan thayyib.
– Halal zat dan cara mendapatkannya.
– Thayyib, baik untuk kesehatan tubuh. Da’iyah hrs sehat n fit krn besarny amanah yg
diemban butuh itu. Belum lagi tanggung jawab lain, misal ummahaat, mahasiswa,
pekerja.
• Makanan akal.
– Ilmu syar’I
– Ilmu yang menjadi kekhususannya
– Tasawwur yang luas, berita update.
– Ingat! Porsinya harus seimbang, kalaupun harus ada yang diprioritaskan mk yang hal di
atas berurutan. Kenapa???
• Makanan hati.
– Hidayah, mengetahui ad dien melalui tuntunan Rasul (materi Ma’rifatu ad dien)
– Ibadah, wajib dan sunnah. Da’I benar dalam ibadah wajib dan rutin ibadah sunnah serta
harus punya amalan unggulan.
• Kalau sudah seperti ini maka yang diberikan pun adalah kebaikan.
Bila singgah di suatu tempat tidak
membuat kerusakan.
• Ibarat diberikan amanah di posisi manapun,
maka yang dilakukan adalah islah (perbaikan)
bukan malah mengacaukan barisan.
Punya senjata, tapi hanya untuk
musuhnya.
• Musuh kita jelas, yaitu orang-orang kafir.
Bukan yang berbeda jama’ah atau manhaj.
• Senjata kita yaitu:
– Bil bayan
– Bi as sayf
– Doa
10
• Cermat menentukan pilihan sehingga memilih
yang baik-baik agar jama’ahnya selamat dari
kesalahan karena kerja asal jadi dan tanpa
terprogram.
Maksudnya yaitu,
• Dakwah merupakan amal jama’I jadi harus cermat (hati-hati) dalam
memilih keputusan sehingga butuh keterlibatan anggota jama’ah.. Sebagai
contoh, apalai di shaf murabbiyah. Maka salah satunya KM merupakan
wadah yang tepat untuk menyalurkan aspirasi dan menyatukan langkah.
• Ingat! Lebih baik keruh dalam berjama’ah daripada selamat tapi
bersedirian.
• Syaikh pernah menasehatkan: Dakwah bukan hanya butuh da’I yang
paham ilmu, tapi juga strategi.
• Kerja asal itu biasanya hanya karena bengkok niat. Bukan karena Allah
jadinya kurang bersungguh-sungguh. Padahal dakwah itu buah dari cinta
kepada Allah, rasulullah, dan agama ini.
– Solusinya: diingatkan selalu dalam setiap kerja-kerja dakwah.
• Kerja tidak terprogram biasanya karena kurang mengasah dan melatih diri
sehingga dalam amal jama’I pun terkena imbasnya. Ini hanya butuh.
– Solusinya: biasakan diri untuk beramal jama’i.
12
• Jika bersama orang-orang yang lalai, ia tetap
berdzikir. Dan jik ia di tengah orang-orang
yang berdzikir, ia tidak termaduk orang-orang
yang lalai.
Maksudnya adalah
• Senantiasa ata banyak berdzikir.
• Tidak boleh lalai dari dzikir karena dzikir
adalah amalan yang paling ringan. Pekerjaan
menjadi da’iyah, menjadi murabbiyah

Anda mungkin juga menyukai