Nim:5192122002
Makul:
Dosen Pengampu:
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi. (Kepmenkes RI No.432/Menkes/SK/2007).
Secara umum tujuan dari K3 adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Namun tujuan K3 dapat juga dirinci sebagai berikut (Kurniawidjaja, 2010) :
Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan
selamat.
Kecelakaan Kerja menurut Fank E. Bird yaitu suatu kejadian yang tidak diinginkan yang
menimbulkan kerugian pada manusia (Menyebabkan orang cedera), kerusakan property,
lingkungan ataupun kegiatan proses kerja, sebagai akibat dari kontak dengan sumber energi
seperti mekanis, kimia, kinetik dan fisik yang melebihi batas kemampuan tubuh, alat atau
struktur (Ramli, 2010).
Kecelakaan dapat menimpa pegawai karena berbagai penyebab, usaha menyediakan tempat yang
aman untuk bekerja, dan suatu proses teratur yang berhubungan dengan usaha, menentukan
kondisi umum dengan apa dan bagaimana pekerjaan akan dilaksanakan, merupakan faktor
penting untuk menggerakan para pegawai.
Pada dasarnya penyebab timbulnya kecelakaan dapat dilihat dari tiga faktor,yaitu :
Adanya penyalahgunaan.
Kurangnya alat
Sebab tersebut berhubungan satu sama lain,dan harus dihadapi secara bersama-ama pada setiap
kegiatan untuk mengurangi atau meniadakan kecelakaan.
Menurut Anizar (2012:7) setiap kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian yang besar, baik
itu kerugian material dan fisik. Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan kerja antara lain
adalah :
Tunjangan kecelakaan
Kompensasi kecelakaan
Penderitaan korban
Beberapa asas pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan baik dilakukan oleh pihak
perusahaan maupun oleh pihak pekerja atau tenaga kerja, menurut Anizar (2012:9) :
Manajemen Perusahaan
Pemeriksaan kesehatan setidaknya dilakukan dengan cara berkala misalnya satu tahun sekali dan
pada saat karyawan berhenti bekerja.
Memberikan demonstrasi kepada karyawan tentang pentingnya pemakainya alat pelindung diri
dan pentingnya keselamatan kerja.
memberikan insentif kepada pekerja jika kecelakaan kerja dapat dikurangi sehingga dana yang
dianggarkan oleh perusahaan untuk biaya dampak akibat kecelakaan kerja dapat dialihkan untuk
kesehatan pekerja.
Tenaga Kerja
Menurut H.W Heinrich (1931:23) Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja,
yaitu penyebab langsung dan penyebab dasar.
Penyebab Dasar
2) Stress
Penyebab Langsung
Terlalu sesak/sempit
Bising
Paparan radiasi
Bahaya
Bahaya atau hazard adalah keadaan atau situasi yang potensial dapat menyebabkan kerugian
seperti luka, sakit, kerusakan harta benda, “kerusakan lingkungan kerja,atau kombinasi
seluruhnya” (Ramli, 2010).
Bahaya Kesehatan
Hazard Lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia dan biologik. Faktor fisik, kimia dan
biologik yang berada ditempat kerja berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya
atau intesitas pajananya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja. Bahaya di tempat
kerja antara lain :
Bahaya Fisik
berpotensi menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK). Jenis-jenis bahaya yang
termasuk dalam golongan fisik serta pekerja berisiko terpajan antara lain adalah bahaya
mekanik,bising, getar atau vibrasi, suhu ekstrem panas, suhu ekstrem dingin,cahaya (kurang
cahaya atau terlalu terang).
Bahaya Kimia
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas dari yang ringan seperti bersin-
bersin, kulit gatal sampai yang berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal atau cacat
fungsi paru. Bahaya kimia di tempat kerja dapat berupa logam berat ( seperti merkuri,krom atau
cadmium), pelarut organik, gas dan uap.
Bahaya Biologik
berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja (PAK), dari penyakit flu bisa
sampai SARS bahkan HIV AIDS bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk
dalam golongan gfaktor biologic serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C,
HIV AIDS), bakteri (tuberculosis, leptospirosis), Jamur ( Coccidiomycosis, Aktinomikosis).
Serta parasit (Malaria).
4. Bahaya Ergonomik
yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan yang digunakan oleh pekerja
termasuk work station.
Bahaya Psikososial
Faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja (Ramli, 2010), diantaranya adalah :
Kebersihan
Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan Kebakaran
Gizi Kerja
Memenuhi dan mentaati semua syarat kesehatan dan keselamatan kerja yang diwajibkan
Meminta pada pengurus agar melaksanakan semua syarat kesehatan dan keselamatan kerja yang
diwajibkan
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental
dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi
dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap
manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian
bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Manajemen K3RS
Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di RS .
2.9.2 Upaya K3 di RS
Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen
K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.
Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan
baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
Beban Kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik maupun non fisik
dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan
yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik.
Lingkungan Kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik, kimia,
biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Bahaya Potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu
disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur); faktor kimia (antiseptik, gas anestasi) ;
faktor ergonomi (cara kerja yang salah); faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan
radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama karyawan/atasan).
Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya adalah mikrobiologik, desain/fisik,
kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS, umumnya berkaitan dengan faktor biologik
(kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil
namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestasi pada hati; faktor ergonomi (cara
duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem pemroduksi
darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan
bangsal penyakit jiwa).
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti
serta diketahui oleh seluruh karyawan RS. Manajemen RS mengidentifikasi dan menyediakan
semua sumber daya esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya
program K3 di RS. Kebijakan K3 di RS diwujudkan dalam bentuk wadah K3RS dalam struktur
organisasi RS.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 RS, perlu disusun strategi antara lain :
Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 RS pada setiap unit kerja di lingkungan RS.
Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan dan pencegahan.
2. Perencanaan
Rumah Sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan
sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan K3 di RS dapat
mengacu pada standar Sistem Manajemen K3RS diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan
SMK3.
Perencanaan meliputi:
penilaian dan pengendalian faktor risiko. RS harus melakukan kajian dan identifikasi
sumber bahaya, penilaian serta pengendalian faktor risiko.
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan penilaian
bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja.
Membuat peraturan
RS harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP)
sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini
harus dievaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan
dan pihak yang terkait.
Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan
informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 RS.
Program K3
RS harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS, untuk mencapai sasaran harus ada
monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.
3. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas,
terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung
jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab,
penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua
organisasi/satuan pelaksanaan K3RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi
pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab
timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan
mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.
Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana
program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu
diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.
Demikian konsep keselamatan dan kesehatan kerja serta tata letak bengkel kurang lebihnya
mohon maaf terimakasih atas perhatiannya.