Anda di halaman 1dari 13

Nama:Amri Faldi Nasution

Nim:5192122002

Makul:

Dosen Pengampu:

Konsep Keselamatan Dan Kesehatan Kerja serta Tata Letak Bengkel

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

 Menurut Sedarmayanti (2009:124) Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah pengawasan


terhadap orang lain, mesin, material dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja
tidak mengalami cedera.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi. (Kepmenkes RI No.432/Menkes/SK/2007).

Tujuan Kesehatan dan Keselamatan kerja

Secara umum tujuan dari K3 adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Namun tujuan K3 dapat juga dirinci sebagai berikut (Kurniawidjaja, 2010) :

Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan
selamat.

Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar.

Meningkatkan derajat kesehatan para petugas.


Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja menurut Fank E. Bird yaitu suatu kejadian yang tidak diinginkan yang
menimbulkan kerugian pada manusia (Menyebabkan orang cedera), kerusakan property,
lingkungan ataupun kegiatan proses kerja, sebagai akibat dari kontak dengan sumber energi
seperti mekanis, kimia, kinetik dan fisik yang melebihi batas kemampuan tubuh, alat atau
struktur (Ramli, 2010).

Faktor-Faktor Timbulnya Kecelakaan Kerja

Kecelakaan dapat menimpa pegawai karena berbagai penyebab, usaha menyediakan tempat yang
aman untuk bekerja, dan suatu proses teratur yang berhubungan dengan usaha, menentukan
kondisi umum dengan apa dan bagaimana pekerjaan akan dilaksanakan, merupakan faktor
penting untuk menggerakan para pegawai.

Pada dasarnya penyebab timbulnya kecelakaan dapat dilihat dari tiga faktor,yaitu :

Faktor lingkungan antara lain karena :

Tidak cukup kepemimpinan / pengawasan.

Tidak cukup pengadaan barang.

Tidak cukup sarana dan prasarana.

Tidak cukup standar-standar kerja.

Tidak cukup perawatan.

Adanya penyalahgunaan.

Faktor manusia antara lain karena :

Kurangnya kemampuan fisik,mental,dan psikologis.

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan.

Kurangnya pemahaman pentingnya penggunaan alat pelindung diri.

Motivasi yang tidak cukup atau salah.

Faktor mesin/alat antara lain karena :

Penerangan yang kurang.

Mesin / Alat yang tidak dijaga.


Kerusakan teknis.

Ketidak sesuain alat/mesin yang dibutuhkan.

Kurangnya alat

Sebab tersebut berhubungan satu sama lain,dan harus dihadapi secara bersama-ama pada setiap
kegiatan untuk mengurangi atau meniadakan kecelakaan.

Kerugian Akibat Kecelakaan

Menurut Anizar (2012:7) setiap kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian yang besar, baik
itu kerugian material dan fisik. Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan kerja antara lain
adalah :

Kerugian ekonomi yang meliputi :

Kerusakan alat, bahan dan bangunan

Biaya pengobatan dan perawatan

Tunjangan kecelakaan

Jumlah produksi dan mutu berkurang

Kompensasi kecelakaan

Penggantian tenaga kerja yang mengalami kecelakaan.

Kerugian non ekonomi meliputi :

Penderitaan korban

Hilangnya waktu selama sakit

Hilangnya waktu kerja.

Asas Pencegahan Kecelakaan

         Beberapa asas pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan baik dilakukan oleh pihak
perusahaan maupun oleh pihak pekerja atau tenaga kerja, menurut Anizar (2012:9) :

Manajemen Perusahaan

Perusahaan melakukan evaluasi pendahuluan tentang karakteristik perusahaan sebelum dimulai


oleh orang terlatih untuk mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja dan untuk membantu
memilih cara perlindungan karyawan yang tepat.
Memberikan pelatihan untuk karyawan sebelum diijinkan bekerja yang dapat menimbulkan
potensi bahaya.

Pemeriksaan kesehatan setidaknya dilakukan dengan cara berkala misalnya satu tahun sekali dan
pada saat karyawan berhenti bekerja.

Memberikan demonstrasi kepada karyawan tentang pentingnya pemakainya alat pelindung diri
dan pentingnya keselamatan kerja.

Penatalaksanaan yang teratur dan baik.

memberikan insentif kepada pekerja jika kecelakaan kerja dapat dikurangi sehingga dana yang
dianggarkan oleh perusahaan untuk biaya dampak akibat kecelakaan kerja dapat dialihkan untuk
kesehatan pekerja.

Tenaga Kerja

Memakai alat pelindung diri dengan sungguh-sungguh tanpa paksaan.

Menyadari betapa pentingnya keselamatan kerja.

Mematuhi peraturan yang berlaku di tempat kerja.

Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut H.W Heinrich (1931:23) Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja,
yaitu penyebab langsung dan penyebab dasar.

Penyebab Dasar

Faktor manusia/pribadi, antara lain karena :

1) Kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis

2) Stress

3) Motivasi yang tidak cukup/salah

Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena :

1) Tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan

2) Tidak cukup rekayasa (engineering)

3) Tidak cukup pembelian/pengadaan barang

4) Tidak cukup perawatan (maintenance)


5) Tidak cukup alat-alat dan perlengkapan

Penyebab Langsung

Peralatan pengamanan/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat.

Bahan, alat-alat/peralatan rusak

Terlalu sesak/sempit

Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai

Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan

Kerapihan/tata letak yang buruk

Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap,dan lain lain.

Bising

Paparan radiasi

Ventilasi dan penerangan yang kurang.

Bahaya

Bahaya atau hazard adalah keadaan atau situasi yang potensial dapat menyebabkan kerugian
seperti luka, sakit, kerusakan harta benda, “kerusakan lingkungan kerja,atau kombinasi
seluruhnya” (Ramli, 2010).

Bahaya Kesehatan

Sedangkan bahaya atau hazard kesehatan adalah hazard yang berpotensi menimbulkan gangguan


kesehatan. Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja, mencakup empat komponen kerja,
yaitu pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.Setiap
komponen kerja dapat menjadi sumber atau situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi
kesehatan pekerja.Kerugian kesehatan dapat berupa cedera atau gangguan kesehatan baik fisik
maupun mental. Sumber atau situasi yang potensial tersebut dikenal sebagai hazard atau faktor
risiko kesehatan (Kurniawidjaja, 2010).

Bahaya Di Tempat Kerja

Hazard Lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia dan biologik. Faktor fisik, kimia dan
biologik yang berada ditempat kerja berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya
atau intesitas pajananya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja. Bahaya di tempat
kerja antara lain :
Bahaya Fisik

berpotensi menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK). Jenis-jenis bahaya yang
termasuk dalam golongan fisik serta pekerja berisiko terpajan antara lain adalah bahaya
mekanik,bising, getar atau vibrasi, suhu ekstrem panas, suhu ekstrem dingin,cahaya (kurang
cahaya atau terlalu terang).

Bahaya Kimia

berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas dari yang ringan seperti bersin-
bersin, kulit gatal sampai yang berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal atau cacat
fungsi paru. Bahaya kimia di tempat kerja dapat berupa logam berat ( seperti merkuri,krom atau
cadmium), pelarut organik, gas dan uap.

Bahaya Biologik

berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja (PAK), dari penyakit flu bisa
sampai SARS bahkan HIV AIDS bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk
dalam golongan gfaktor biologic serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C,
HIV AIDS), bakteri (tuberculosis, leptospirosis), Jamur ( Coccidiomycosis, Aktinomikosis).
Serta parasit (Malaria).

4. Bahaya Ergonomik

yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan yang digunakan oleh pekerja
termasuk work station.

Bahaya Psikososial

diantaranya kerja bergilir, kerja berlebih, dan ancaman secara fisik.

Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan kerja

Faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja (Ramli, 2010), diantaranya adalah :

Kebersihan

Air Minum dan Kesehatan

Urusan Rumah Tangga (kerapihan dalam ruang kerja)

Ventilasi, Pemanas dan Pendingin

Tempat kerja, Ruang kerja dan Tempat Duduk

Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan Kebakaran

Gizi Kerja

Penerangan, Warna dan Suara Bising di Tempat Kerja

Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

Memenuhi dan mentaati semua syarat kesehatan dan keselamatan kerja yang diwajibkan

Meminta pada pengurus agar melaksanakan semua syarat kesehatan dan keselamatan kerja yang
diwajibkan

Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.

Konsep Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)

Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental
dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi
dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap
manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.

2. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian
bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Manajemen K3RS

Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di RS .

2.9.2 Upaya K3 di RS
Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen
K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.

Yang dimaksud dengan :

Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan
baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.

Beban Kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik maupun non fisik
dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan
yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik.

Lingkungan Kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik, kimia,
biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya.

2.9.3  Bahaya Potensial di RS

Bahaya Potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu
disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur); faktor kimia (antiseptik, gas anestasi) ;
faktor   ergonomi (cara kerja yang salah); faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan
radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama karyawan/atasan).

Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya adalah mikrobiologik, desain/fisik,
kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan.

          Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS, umumnya berkaitan dengan faktor biologik
(kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil
namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestasi pada hati; faktor ergonomi (cara
duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem pemroduksi
darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan
bangsal penyakit jiwa).

2.9.4  Respon Kegawatdaruratan di Rumah Sakit

Kegawatdaruratan dapat terjadi di Rumah Sakit. Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian


yang dapat menimbulkan kematian atau luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun
masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha, mengganggu operasi, menyebabkan kerusakan
fisik lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra rumah sakit.Rumah Sakit mutlak
memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai bagian dari Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit.
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

Komitmen dan Kebijakan 

       Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti
serta diketahui oleh seluruh karyawan RS. Manajemen RS mengidentifikasi dan menyediakan
semua sumber daya esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya
program K3 di RS. Kebijakan K3 di RS diwujudkan dalam bentuk wadah K3RS dalam struktur
organisasi RS.

Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 RS, perlu disusun strategi antara lain :

Advokasi sosialisasi program K3 RS.

Menetapkan tujuan yang jelas.

Organisasi dan penugasan yang jelas.

Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 RS pada setiap unit kerja di lingkungan RS.

Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncak

Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif

Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan dan pencegahan.

Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.

2. Perencanaan

  Rumah Sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan
sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan K3 di RS dapat
mengacu pada standar Sistem Manajemen K3RS diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan
SMK3.

Perencanaan meliputi:

Identifikasi sumber bahaya

         penilaian dan pengendalian faktor risiko. RS harus melakukan kajian dan identifikasi
sumber bahaya, penilaian serta pengendalian faktor risiko.

Identifikasi sumber bahaya

 Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :

Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.


Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi. Sumber bahaya yang ada di RS harus
diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.

Penilaian faktor risiko

    Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan penilaian
bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja.

Pengendalian faktor risiko

         Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan bahaya,


menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih
rendah/tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).

Membuat peraturan

         RS harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP)
sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini
harus dievaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan
dan pihak yang terkait.

Tujuan dan sasaran

RS harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya potensial dan risiko K3


yang bisa diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu
pencapaian (SMART).

Indikator kinerja

Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan
informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 RS.

Program K3

RS harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS, untuk mencapai sasaran harus ada
monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.

3. Pengorganisasian

         Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas,
terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung
jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab,
penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua
organisasi/satuan pelaksanaan K3RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi
pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab
timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan
mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.
Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana
program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu
diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.

        Pengelolaan dan Pelaksanaan K3 di RS penting artinya untuk meningkatkan lingkungan


kerja RS agar aman, sehat dan nyaman baik bagi karyawan, pasien, pengunjung ataupun
masyarakat di sekitar RS. Pengelolaan K3 di RS dapat berjalan dengan baik, bila pimpinan
puncak atau Direktur RS punya komitmen yang tinggi terhadap jalannya pelaksanaan K3 di RS.
Selain itu perlu juga pemahaman, kesadaran dan perhatian yang penuh dari segala pihak yang
terlibat di RS, sehingga apa yang diharapkan terhadap penerapan K3 di RS bisa tercapai.

TATA LETAK BENGKEL


1). Menentukan Lokasi Gudang Bahan.
Gudang bahan adalah suatu tempatatau ruang yang berfungsi khusus untuk menyimpan segala
sesuatu yang digunakan untuk suatu keperluan atau dapat diproses menjadi barang /hasil yang
relatif lebih bermanfaat daripada sebelumnya.
Kalimat diatas memiliki makna bahwa bahan yang akan diproses didalam kegiatan belajar
mengajar terdiri dari bermacam – macam jenisnya , dan dalam jumlah yang bervariasi. Agar
bahan tersebut dapat diproses dan dapat menghasilkan sesuatu yang berguna diperlukan suatu
penanganan yang sungguh – sungguh dalam penempatannya. Untuk penempatan bahan dipilih
satu lokasi yang sekiranya dapat menjamun bahwa bahan yang disimpan / ditata dalam gudang
tidak berubah kualitas maupun kuantitasnya.
Beberapa faktor penting yang dapat dijadikan dalam penentuan lokasi gudang yaitu :
·        Tempat mudah dicapai oleh alat pengangkut.
·        Tempat bebas dari banjir dan tidak mudah terbakar.
·        Memungkin tersedia fasilitas yang diperlukan seperti : Listrik , air dan telepon.

2). Macam – macam Gudang


Macam gudang dibedakan atas :
·        Gudang pusat  : ialah gudang utama yang menyimpan barang – barang yang akan disalurkan
kepada gudang khusus , gudang pemakai.
·        Gudang pemakai: ialah guang yang digunakan untuk menyiapkan barang – barang yang
langsung dipakai.
·        Gudang khusus : ialah gudang yang digunakan untuk menyimpan barang – barang khusus baik
jenisnya maupun sifatnya seperti bahan kimia, bahan peledak, obat – obatan dan lain – lain.
3). Tata Letak Barang.
Begitu banyak jenis dan jumlah barang yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar,
sehingga di dalam penyimpanannya perlu penataan yang teratur.
Dalam pengaturan penyimpanan/peralatan bahan hendaknya diperhatikan sifat-sifat barang,
misalnya :
a.      Barang-barang berat
b.     Barang-barang mewah
c.      Makanan
d.     Berupa kertas-kertas
e.      Berupa kain
f.      Berupa bahan kimia
g.     Berupa butiran/lempengan
4). Keamanan gudang
Mengingat bahan yang diterima dan digudangkan itu adalah barang milik negara /yayasan yang
harus dipertanggungjawabkan dalam penggunaannya, sehingga perlu dijaga keamanannya.
Keamanan yang dimaksud adalah mencakup keamanan fisik dan keamanan administrasi.
Untuk keamanan administrasi sama halnya dengan administrasi pemeliharaan peralatan.
Untuk keamanan  secara fisik perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
·       Gudang harus dikunci selama tidak ada kegiatan dalam gudang, kunci harus ada duplikasinya,
satu dipegang kepala gudang dan satu lagi dipegang atasannya.
·       Perlu ada tenaga khusus penjaga keamanan gudang
·       Bahan yang berharga tinggi perlu disimpan ditempat yang dianggap lebih terjamin
keamanannya
·       Perlu tersedia alat pemadam kebakaran dan anti hama
·       Konstruksi pintu dan pagar sekeliling dibuat  yang kuat, dan pintu masuk terbatas tidak semua
orang, kendaraan keluar masuk
5). Pelaksanaan penyimpanan
Penyimpanan/peralatan harus dikelola sebaik-baiknya agar tercapai efisiensi dan efektivitas
dalam penggunaan tenaga kerja, alat-alat dan tata kerja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bahan adalah sebagai berikut :
a.      Syarat pergudangan yang berlaku
b.     Sifat barang yang disimpan
c.      Jangka waktu penyimpanan
d.     Tenaga yang diperlukan
e.      Alat yang diperlukan
f.      Dana yang diperlukan
g.     Prosedur kerja dan tata kerja
CIRI-CIRI TATA LETAK BENGKEL

·       Efisiensi pemakaian bengkel, laboratorium  berkisar antara 60 % s.d 80 %


·       Program Kerja bengkel, laboratorium  terlaksana secara tuntas
·       Siswa puas dengan memperoleh ketrampilan sesuai dengan target kompetensi (kurikulum)
·       Pengelola dan Staf bengkel, laboratorium mendapat kepuasan

Demikian konsep keselamatan dan kesehatan kerja serta tata letak bengkel kurang lebihnya
mohon maaf terimakasih atas perhatiannya.

Anda mungkin juga menyukai