Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

MATERNITAS KEPERAWATAN

OLEH

GERY TRI LINECHER AEDIMAN


P003200190117
2C KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KENDARI

T.A 2021
1. jelaskan adaptasi semua sistem pada bayi baru lahir.

1.      Perubahan Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan merupakan sistem yang paling tertantang ketika mengalami


perubahan dari fase intrauterus menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir harus mulai segera mulai
bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin sampai janin lahir
adalah placenta.
Paru – paru yang bermula dari suatu titik yang muncul dari Pharynx yang bercabang dan
kemudian cabang lagi sehingga membentuk struktur pencabangan bronkus. Proses tersebut
terus berlanjut setelah kelahiran hingga kira-kira usia anak 8 tahun sampai jumlah
bronkhiolus dan alveolus berkembang sepenuhnya. Agar alveolus dapat berfungsi, harus
ada surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Surfaktan adalah lipoprotein yang
dapat mengurangi ketegangan permukaan dalam alveoli dan membantu dalam pertukaran gas.
Bagian ini di produksi pertama kali dari usia kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan terus
bertambah hingga paru–paru menjadi dewasa pada minggu 30 – 34 minggu. Ketidak
dewasaan paru–paru inilah yang paling menentukan dan mengurangi kemungkinan hidupnya
seorang bayi baru lahir oleh karena luas permukaan alveoli yang terbatas serta tidak adanya
surfaktan yang memadai menyebabkan stress pada bayi.
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk nafas pertama kali, diantaranya; peristiwa
mekanis seperti penekanan toraks pada proses kelahiran pervagina dan tekanan yang tinggi
pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri,
cahaya suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Pada saat bayi mencapai cukup
bulan, kurang dari 100 ml cairan paru–paru terdapat di dalam nafasnya. Selama proses
kelahiran, kompresi dinding dada akan membantu pengeluaran sebagian dari cairan ini dan
lebihnya akan diserap oleh sirkulasi pulmonum serta sistem limphatik setelah kelahiran bayi.
Neonatus yang dilahirkan dengan SC (Secsio Cesarea) tidak mendapat penekanan thorak
sehingga paru–parunya terisi cairan dalam waktu yang lebih lama. Cairan yang mengisi
mulut dan trakhea sebagian dikeluarkan dan udara mulai mengisi sistem pernafasan ini.

Aktifnya pernafasan yang pertama menimbulkan serangkaian peristiwa diantaranya :


a.      Membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa.
b.      Mengosongkan cairan dari paru–paru.
c.       Menentukan volume paru neonatus dan karakteristik fungsi paru–paru bayi baru lahir.
Dengan tarikan nafas yang pertama, udara di ruangan mulai mengisi saluran napas besar
trakhea neonatus dan bronkus. Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru
akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangklan cairan paru.

2. Perubahan Sirkulasi

Karakteristik sirkulasi janin merupakan sistem tekanan rendah, karena paru – paru
masih tertutup dan berisi cairan, organ tersebut memerlukan darah dalam jumlah minimal.
Pemasangan klem tali pusat akan menutup sistem tekanan darah dari plasenta-janin. Aliran
darah dari palsenta berhenti, sistem sirkulasi bayi baru lahir akan mandiri, tertutup dan
bertekanan tinggi. Efek yang muncul segera akibat tindakan pemasangan klem tali pusat
adalah kenaikan resistensi vaskular sistemik. Kenaikan resistensi vaskular sistemik ini
bersamaan dengan pernapasan pertama bayi baru lahir.
Oksigen dari napas pertama ini menyebabkan otot–otot vaskular berelaksasi dan terbuka.
Paru–paru menjadi satu sistem tekanan rendah. Kombinasi tekanan ini yang meningkat pada
sirkulasi sistemik tetapi menurun pada sirkulasi paru menimbulkan perubahan–perubahan
tekanan aliran darah pada jantung. Tekanan yang berasal dari peningkatan aliran darah pada
jantung kiri menyebabkan foramen ovale menutup. Semakin banyak darah yang mengandung
oksigen melewati duktus arteriosus menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga membatasi
arus pintas yang terjadi melalui duktus tersebut. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan
mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limpe dan membantu menghilangkan cairan
paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. Darah yang
meninggalkan jantung neonatus menjadi sepenuhnya mengandung oksigen ketika berada
dalam paru dan mengalir ke seluruh jaringan tubuh yang lain. Dalam waktu singkat
perubahan–perubahan besar tekanan telah berlangsung pada bayi baru lahir, sekalipun
perubahan–perubahan ini secara anatomi tidak selesai dalam hitungan minggu, penutupan
fungsional foramen ovale dan duktus arteriosus terjadi segera setelah kelahiran, yang paling
penting untuk dipahami bidan adalah bahwa perubahan–perubahan sirkulasi dari janin ke
bayi baru lahir berkaitan mutlak dengan kecukupan fungsi respirasi.

3. Termoregulasi
Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu
lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri. Pada saat bayi meninggalkan
lingkungan rahim ibu yang bersuhu rata-rata 37 0C, kemudian bayi masuk ke dalam
lingkungan. Suhu ruangan persalinan yang suhu 25 0C sangat berbeda dengan suhu di dalam
rahim.

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu :
a.      Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran
udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
b.      Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan
panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
c.       Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih
rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apalagi
bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
d.      Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena
setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi
yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

Meminimalkan kehilangan panas bayi baru lahir, beberapa cara umum untuk
mempertahankan panas adalah sebagai berikut :
a.      Selimut, topi atau pakaian yang hangat sebelum kelahiran.
b.      Keringkan bayi baru lahir secepatnya.
c.       Atur suhu ruangan persalinan 25 0C.
d.      Jangan lakukan penghisapan bayi baru lahir jika alas tempat tidur basah.
e.       Tunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu stabil.
f.        Tempatkan area perawatan bayi baru lahir dari jendela, dinding luar atau jalan ke pintu.
g.      Selalu menutup kepala bayi baru lahir dan membungkus rapat tubuh bayi selama 48 jam.

Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan cara; menggigil,
aktifitas otot dan termogenesis (produksi panas tanpa menggigil). Sehingga dapat
menyebabkan peningkatan metabolisme dan mengakibatkan peningkatan penggunaan
oksigen oleh neonatus. Oleh karena itu kehilangan panas pada neonatus berdampak pada
hipogilikemi, hipoksia dan asidosis.

4. Glukosa
Sebelum dilahirkan kadar darah janin berkisar 60 hingga 70 % dari kadar darah ibu.
Dalam persiapan untuk kehidupan luar rahim seorang janin yang sehat mencadangkan
glukosa sebagai glikogen terutama di dalam hati. Sebagian penyimpangan glikogen
berlangsung pada trimester III.
Pada saat tali pusat diklem, bayi baru lahir harus mendapat cara untuk mempertahankan
glukosa yang sangat diperlukan untuk fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir,
glukosa darah menurun dalam waktu singkat (1 hingga 2 jam kelahiran). Bayi baru lahir yang
sehat hendaknya didorong untuk sesegera mungkin mendapatkan ASI setelah dilahirkan.
Seorang bayi yang mengalami stress berat pada saat kelahiran seperti hipotermia
mengakibatkan hipoksia mungkin menggunakan simpanan glikogen dalam jumlah banyak
pada jam–jam pertama kelahiran.

B.     Adaptasi Bayi Baru Lahir Selanjutnya


1.      Perubahan Darah
Pada waktu dilahirkan bayi baru lahir mempunyai nilai hemoglobin. Kadar
hemoglobin normal berkisar 11,7 hingga 20,0 g /dl. Haemoglobin janin mempunyai daya ikat
terhadap oksigen yang sangat tinggi.
Nilai–nilai haemoglobin awal bayi baru lahir sangat dipengaruhi oleh saat
pemasangan klem tali pusat dan posisi bayi baru lahir segera setelah dilahirkan. Penempatan
bayi baru lahir dibawah perut ibu dapat menyebabkan transfusi plasenta sebesar 15 sampai 30
% lebih besar dari volume darah. Efek samping transfusi plasenta yaitu : gangguan
pernapasan, peningkatan tekanan darah.
Jadi jika bayi tidak diletakkan diatas perut ibu, maka tali pusat harus segera di klem.
walaupun aliran darah bisa mengalir balik dari bayi ke plasenta, keadaan ini tidak biasa
karena arteri umbilikus (yang membawa darah dari janin kembali ke plasenta) mengalami
spasme dengan cepat pada temperatur lingkungan kamar bersalin. Jika terjadi arus balik, bayi
baru lahir dapat mengalami hipovolemia berat.
Sel darah merah bayi baru lahir mempunyai rentang waktu hidup (lifespan) rata-rata
80 hari (dibandingkan dengan umur hidup eritrosit dewasa selama 120 hari). Perputaran
hidup sel yang cepat ini menghasilkan lebih banyak dampak pemecahan sel, termasuk
bilirubin yang harus di metabolisme. Kelebihan bilirubin ini berperan pada ikterus fisiologis
yang terlihat pada bayi baru lahir.

2.      Perubahan Sistem Gastrointestinal


Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif sudah matang.
Sebelum lahir, janin cukup bulan melakukan hisapan dan tindakan menelan. Reflek muntah
dan batuk yang sudah sempurna tetap utuh pada saat lahir. Mekonium kendati steril,
mengandung kotoran cairan amnion, yang menegaskan bahwa janin telah menelan cairan
amnion dan bahwa cairan tersebut telah melewati saluran gastrointestinal.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan masih
terbatas, banyak keterbatasan ini berkaitan dengan beragamnya enzim pencernaan dan
hormon yang terdapat pada semua bagian saluran gastrointerstinal dari mulut hingga intestin.
Bayi baru lahir kurang mampu untuk mencerna protein dan lemak dibandingkan
dengan orang dewasa. Penyerapan karbohidrat relatif efisien tetapi masih tetap dibawah
kemampuan orang dewasa. Kemampuan bayi baru lahir yang efisien terutama dalam
penyerapan glukosa, asalkan jumlah glukosa tidak terlalu besar.
Selama masa bayi dini, bayi baru lahir masih memilki lapisan epitel intestin yang bersifat
tidak tembus antigen. Sebelum usus menutup, bayi masih rentan terhadap infeksi bakteri /
virus dan juga terhadap rangsangan alergen melalui penyerapan intestin molekul–molekul
besar. Pemberian ASI mendorong penutupan usus karena ASI sejumlah besar IgA sekresi dan
merangsang profliferasi enzim–enzim intestin.

3.      Perubahan Sistem Imunitas


a.      Imunitas Alami
Sel– sel tubuh memberikan fungsi imunitas yang terdapat pada saat lahir guna
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tiga sel yang berfungsi dalam
fagositosis (menelan dan membunuh) mikroorganisme yang menyerang tubuh ketiga sel
darah ini adalah :
1)      Neutrofil polimorfomuklear.
2)      Monosit.
3)      Makrofag.
Sedangkan sel–sel yang lain disebut sel pembunuh alami (natural killer). Akhirnya
neotrofil polimorfonuklear akan menjadi fagosit primer dalam pertahanan penjamu (host),
tetapi pada neonatus neutrofil polimorfonuklear ini mengalami gangguan baik pada
kemampuan untuk bergerak pada arah yang benar dan dalam kemampuannya untuk melekat
pada tempat–tempat peradangan. Kekurangan fungsi ini menyebabkan suatu kelemahan
utama sistem imunitas neonatus, ketidak mampuannya mencari dan membatasi lokasi infeksi.
b.      Imunitas Dapatan
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus yang berasal dari ibunya,
janin mendapatkan imunitas ini melalui berbagai IgG yang melintas melalui transplasenta.
Neonatus tidak memiliki imunitas pasif terhadap penyakit.
Dengan adanya defisiensi kekebalan alami dan dapatan, bayi baru lahir rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu pencegahan terhadap mikroba seperti praktek persalinan yang aman
dan menyusui ASI dini serta deteksi dini terhadap penyakit infeksi perlu dilakukan.

4.      Perubahan Sistem Ginjal


Ginjal bayi baru lahir memperlihatkan penurunan aliran darah dan ginjal dan
penurunan laju filtrasi glomerolus. Hal ini dapat menimbulkan dengan mudah retensi cairan
dan intoksikasi air. Fungsi tubulus masih belum matang, yang dapat menyebabkan
kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir
tidak mampu melakukan pemekatan (konsentrasi) urin, yang mencerminkan pada berat jenis
urin yang rendah.
Bayi baru lahir mengekresi sejumlah kecil urin pada 48 jam pertama kehidupan,
sering kali hanya sebanyak 30 – 60 ml. Protein atau darah tidak boleh terdapat di dalam urin
bayi baru lahir. Bidan harus senantiasa ingat bahwa masa abdomen yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik acapkali sebenarnya ginjal dan bisa jadi sebuah tumor, pembesaran atau
penyimpangan pertumbuhan ginjal.
2. APGAR score dan cara menghitungnya

Nilai Apgar atau Apgar Score (apgar skor) adalah metode yang diciptakan pada tahun
1952 oleh ahli anestesi asal Amerika, dr. Virginia Apgar. Metode ini digunakan untuk
menilai kondisi kesehatan bayi pada usia 1 menit dan 5 menit setelah kelahirannya. Dalam
kasus tertentu, Apgar Score juga dapat dilakukan pada menit ke 10, 15, dan 20 setelah
kelahiran bayi.

Kata Apgar, selain berasal dari nama belakang penciptanya, juga merupakan sebuah
akronim dari Appearance (warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (refleks gerak),
Activity (aktivitas otot), dan Respiration (pernapasan). Ya, Apgar Score memiliki lima
kriteria penilaian dari skala 0 hingga 2. Nantinya, nilai masing-masing kriteria dijumlahkan.
Nah, hasil penjumlahan inilah yang dijadikan acuan untuk mengetahui kondisi kesehatan
bayi.

Kriteria penilaian Apgar Score

Apgar Score memiliki nilai tertentu untuk menunjukkan kondisi bayi yang baru lahir. Nilai-
nilai yang muncul ini akan berbeda-beda pada setiap bayi. Seperti yang sudah dijelaskan di
atas, penilaian dilakukan berdasarkan denyut jantung, pernapasan, aktivitas otot, refleks
gerak, dan warna kulit bayi. Kriteria nilai dari masing-masing kriteria Apgar Score adalah:

Activity (aktivitas otot)

 Jika bayi menggerakkan kedua kaki dan tangannya secara spontan begitu lahir, maka
skor yang diberikan adalah 2

 Jika bayi hanya melakukan sedikit gerakan begitu lahir, maka skor yang diberikan
adalah 1

 Jika bayi tidak bergerak sama sekali begitu ia lahir , maka skor yang diberikan adalah
0

Pulse (denyut jantung)

 Jika jantung bayi berdenyut setidaknya 100 kali per menit, maka skor yang diberikan
adalah  2

 Jika jantung bayi berdenyut kurang dari 100 kali per menit, maka skor yang diberikan
adalah 1

 Jika jantung bayi tidak berdenyut sama sekali, maka skor yang diberikan adalah 0

Appearance (warna kulit)

 Jika seluruh kulit di tubuhnya berwarna kemerahan, maka skor yang diberikan adalah
2
 Jika kulit tubuh bayi berwarna kemerahan, tetapi tangan dan kakinya berwarna
kebiruan, maka skor yang diberikan adalah 1

 Jika seluruh kulit bayi berwarna kebiruan, keabu-abuan, atau pucat pasi, maka skor
yang diberikan adalah 0

Grimace (reflek gerak)

 Jika bayi menangis, batuk atau bersin, serta menarik diri ketika dokter memberikan
rangsangan, maka skor yang diberikan adalah 2

 Jika bayi meringis, menangis lemah ketika ketika dokter memberikan rangsangan,
maka skor yang diberikan adalah 1

 Jika bayi tidak menangis atau bahkan merespons sama sekali ketika dokter
memberikan rangsangan, maka skor yang diberikan adalah 0

Respiration (pernapasan)

 Jika bayi langsung menangis dengan kencang dan kuat, maka skor yang diberikan
adalah 2

 Jika bayi hanya merintih, maka skor yang diberikan adalah 1

 Jika bayi tidak menangis sama sekali alias diam membisu, maka skor yang diberikan
adalah 0

Setelah penilaian dilakukan, nilai yang didapat kemudian dijumlahkan. Angka yang muncul
dari hasil penjumlahan lima kriteria di atas akan menggambarkan kondisi bayi setelah lahir.
Angka ini juga yang menentukan apakah bayi Anda membutuhkan perawatan medis segera
atau tidak.

Cara membaca Apgar Score

Nilai Apgar berkisar dari 0 sampai 10. Bayi yang mendapatkan nilai di atas 7 umumnya
dianggap dalam kondisi normal sehingga tidak memerlukan prosedur medis khusus. Meski 10
adalah nilai tertinggi, hanya beberapa bayi saja yang berhasilkan mendapatkannya. Sebagian
besar bayi mendapat nilai 8 atau 9. 

Hasil penghitungan Apgar Score yang rendah bukan berarti menunjukkan bahwa bayi Anda
tidak normal. Kondisi ini justru memberi tahu tim medis bahwa bayi Anda memerlukan
perawatan medis segera. Beberapa tindakan medis yang umumnya dilakukan dokter untuk
membantu menstabilkan kondisi bayi adalah penyedotan lendir atau pemberian oksigen agar
bayi bisa bernapas lebih baik. Dokter mungkin juga akan melakukan berbagai tindakan
lainnya agar fungsi organ bayi yang mengalami masalah dapat berjalan lebih optimal.

Hal lain yang harus diketahui tentang Apgar Score


Sebenarnya, bayi yang dinyatakan sangat sehat kadang-kadang memiliki skor yang lebih
rendah dari biasanya, terutama pada menit pertama saat bayi baru lahir. Hasil penilaian Apgar
Score yang sedikit rendah pada menit pertama setelah kelahiran bayi adalah kondisi yang
normal. Apalagi jika ibu melahirkan dengan kehamilan yang berisiko tinggi, menjalani
operasi caesar atau melahirkan bayi prematur.

Setelah melakukan penilaian kondisi bayi di menit ke-1, maka dokter akan kembali
melakukan penilaian pada menit ke-5 setelah kelahirannya. Jika Nilai Apgar bayi Anda tidak
juga mengalami peningkatan atau tidak naik hingga ke angka 7, artinya bayi Anda
membutuhkan perawatan yang lebih intensif lagi. Bayi Anda juga akan diawasi secara ketat
oleh tim dokter. Kondisi ini biasanya dialami oleh bayi yang memiliki gangguan pada organ
jantung dan paru-parunya. Sementara beberapa bayi lainnya hanya membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru di luar rahim.

Perlu diketahui bahwa Apgar Score adalah sebuah metode yang hanya didesain untuk
memudahkan dokter dalam menilai kondisi bayi secara menyeluruh setelah ia dilahirkan.
Hasil penilaian Apgar Score bukanlah acuan untuk memperkirakan kesehatan, perilaku, atau
bahkan kecerdasan bayi di masa depan

3. perawatan bayi baru lahir (merujuk pada buku yang ibu lampirkan)

A. pengkajian menggunakan APGAR score

 Pengkajian nilai APGAR merupakan pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui


Perlu tidaknya resusitasi dilakukan dengan cepat. Pengkajian ini didasarkan pada 5
aspek yang menunjukkan kondisi fisiologis neonates yan terdiri atas :

 Apperance ( warna kulit), didasarkan pada kondisi pucat, sianotik atau merah muda

 Pulse ( denyut jantung), auskultasi dengan menggunakan stetoskope

 Grimace (reflex), didasarkan pada iritabilitas / sensitifitas reflex terhadap tepukan


halus pada telapak kaki.

 AIVITY ( tonus otot), didasrkan pada derajat fleksi dan pergerakan ekstremitas

 dan Respiratory (pernafasan), diamati melalui gerakan dinding dada

Tanda 0 1 2

Denyut jantung Tidak ada Lambat(<100) Lebih dari 100


Pernafasan Tidak ada Lambat, menangis lemah Menangis dengan baik

Tonus otot Lemah Ekstremitas sedikit fleksi Fleksi dengan baik

Refleks Tidak ada Menyeringai( grimace) Menangis


respon

Warna kulit Biru, pucat Tubuh merah muda., ekstremitas biru Merah muda seluruhnya

Denyut jantung Tidak ada Lambat(<100) Lebih dari 100

b. membersihkan jalan napas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
langsung menangis, maka penolong harus segera membersihkan jalan napas, yaitu dengan
meluruskan jalan napas dan membersihkannya menggunakan jari tangan yang dibungkus
dengan kassa steril

c. memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril, kemudian diikat
dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru
kemudian dibalut dengan kassa steril.

d. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, kemudian bayi diletakkan tengkurap di
dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Kontak kulit ibu dan bayi ini
berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri. Bayi
diberi topi dan selimut di atasnya agar tetap terjaga kehangatannya.

e. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus
dibungkus dengan hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat
tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya stabil.

f. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus
dibungkus dengan hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat
tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya stabil.

g. Memberi obat tetes/salep mata

Pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 % dianjurkan untuk


pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).

h. Memberi vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K1, semua bayi baru
lahir normal dan cukup bulan perlu diberi 1 mg vitamin K1 pada sepertiga paha bagian luar
secara intramuskular. Pemberian vitamin K1 yaitu 1 jam setelah IMD.

i. Pemberian imunisasi bayi baru lahir

Imunisasi Hepatitis B0 diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1, pada saat bayi
berumur 2 jam. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
pada bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi.

j. Identifikasi bayi

Alat pengenal yang efektif harus diberikan pada setiap bayi baru lahir dan harus di
tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Peralatan identifikasi dapat berupa gelang
identifikasi yang berisi nama lengkap ibu, tanggal lahir, jenis kelamin, dan hasil
pengukuran antropometri yang dipasang pada pergelangan tangan dan atau pergelangan kaki
bayi.

4. Pengkajian Keperawatan

a. Pengkajian pada bayi baru lahir

1) Sirkulasi Nadi apical dapat berfluktuasi dari 110 sampai dengan 180x/menit.Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (distolik). Bunyi jantung: lokasi di
mediastinum dengan titik intensitas maksimal tepat dikiri dari midsternum pada ruang
intercostal ketiga atau empat. Murmur bias terjadi selama beberapa jam pertama kehidupan,
tali pusat putih dan bergelatin, mengandung dua arteri, dan satu vena.
2) Eliminasi a) Dapat berkemih saat lahir, urin tidak berwarna atau kuning pucat, dengan 6
sampai 10 popok basah per 24 jam. b) Abdomen lunak tanpa distensi, bising usu aktif ada
beberapa jam setelah kelahiran. c) Pergerakan feses meconium dalam 24-48 jam kelahiran.

3) Aktivitas/istirahat Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak
semikoma, saat tidur dalam: meringis atau tersenyum, tidur sehari rata-rata 20 jam.

4) Makanan/cairan a) Berat badan 2500-4000 gram b) Panjang badan 44-55 cm c) Turgor


kulit elastis (bervariasi sesuai usia gestatis) d) Penurunan berat badan di awal 5% sampai
10% e) Mulut: saliva banyak

5) Neurosensori Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstermitas sadar dan aktif.
Mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode
pertama reaktifitas).Penampilan simetris (molding, edema, hematoma).Menangis kuat, sehat,
nada sedang (nada menangis tinggi menunjukan abnormalitas gerak, hipoglikemia, atau efek
narkotik yang memanjang).

6) Pernafasan Skor APGAR, Menit pertama: ____ Menit kelima: _____. Skor optimal
harusantara 7 sampai 10.Pernafasan pada bayi baru lahir normal biasanya 30 sampai 60
x/menit.Pola periodic dapat terlihat.Bunyi napas bilateral, kadangkadang krekels umum pada
awalnya. Silindrik torak: kartilago xifoid menonjol, umum terjadi. APGAR SCORE Skor 0 1
2 Appearance Pucat Bedan merah, ekstermitas biru Seluruh tubuh kemerahan Pulse Tidak
ada 100x/menit Grimace Tidak ada Sedikit gerakan mimic Menangis, batuk/bersin Activity
Lumpuh Beberapa fleksi ekstensi Pergerakan aktif Respiration Tidak ada Lemah tidak teratur
Menangis kuat

2. Diagnosa Keperawatan

: a. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan eperdemis tipis
dengan pembuluh darah dekat pada kulit.

b. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan stress akibat dingin,
perubahan temperature tubuh

c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kebutuhan kalori tinggi, intake tidak adekuat.

3. Perencanaan keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan eperdemis tipis dengan
pembuluh darah dekat pada kulit.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perubahasuhu tidak terjadi.

Kriteria hasil:

1) Mempertahaan kan suhu dalam batas normal (36,5o C – 37,5 o C).


2) Bebas dari tanda-tanda stress dingis/hipotermi.

3) Tidak ada letargi.

4) Membrane mukosa mulut lembab.

5) Badan/akral teraba hangat.

6) Ekstremitas bayi tidak sianosis Rencana tindakan:

1) Kaji keadaan lingkungan terhadap kehilangan termal melalui konduksi, konveksi, radiasi
dan evaporasi.

2) Kaji suhu aksila neonatus, pantau suhu kulit secara continue dengan alat periksa kulit
dengan tepat.

3) Ajarkan atau anjurkan keluarga untuk tetap menjaga kehangatan bayi (membedong,
menutup kaepala dengan kain, menutup tangan dan kaki bayi dengan sarung tangan dan
sarung kaki, mendekap bayinya menempel dengan kulit ibu).

4) Keringkan kepala bayi dan tubuh bayi baru lahir, balut bayi dengan selimut hangat.

5) Tempelkan bayi baru lahir dalam lingkungan hangat.

6) Pertahankan suhu lingkungan (25o C).

7) Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (misalnya tugor kulit buruk, membrane mukosa kering,
peningkatan suhu, dan fontanel cekung).

8) Hindarkan menempatkan/ meletakan bayi dekat dengan sumber panas atau dingin.

9) Mandikan bayi pada 6 jam setelah lahir dengan suhu aksila bayi normal (36,5o C – 37,5 o
C).

b. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan stress akibat dingin,
perubahan temperature tubuh. Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko kerusakan pertukaran gas tidak
terjadi Kriteria hasi:

1) Jalan nafas normal.

2) Frekuensi pernafasan dalam batas normal (30-60x/menit).

3) Tidak ada sianosis

4) Tidak ada tanda-tanda distress pernafasan.

Rencana tindakan:

1) Kaji apgar score pada menit ke-1 dan menit ke-5 setelah kelahiran.
2) Kaji frekuensi pernafasan.

3) Kaji hubungan antara suhu bayi dan suhu udara sekitar.

4) Perhatikan adanya pernafasan cuping hidung, retraksi dada, pernafasan mendengkur,


krekles.

5) Bersihkan jalan nafas, hisaf nasofaring dengan perlahan sesuai kebutuhan.

6) Keringkan bayi dengan selimut hangat.

7) Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk untuk menyongkong pungung.

8) Auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung.

9) Observasi dan catat tanda-tanda distress pernapasan (misalnya ngorok, pernapasan cuping
hidung dan tacpinue.

10) Pantau tanda-tanda hipotermi/hipertermia pada bayi.

11) Berikan oksigen sesuai indikasi.

c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kebutuhan kalori tinggi, intake tidak adekuat. Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi
tidak terjadi. Kriteria hasil :

1) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.

2) Penurunan BB kurang dari 5-10% BB lahir.

3) ASI keluar banyak. Sekitar 350 cc/24jam.

4) Tidak ada bengkak dan nyeri dipayudara ibu.

5) Ibu bayi dapat memberikan ASI/ menyusui dengan benar. Rencana tindakan :

1) Kaji payudara ibu.

2) Anjurkan kepada ibu bayi untuk memberikan ASI nya sesuka bayi jangan dibatasi.

3) Anjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi sayur-sayuran hijau dan buahbuahan.

4) Anjurkan ibu bayi untuk menyusui secara bergantian antara payudara yang kiri dan kanan.

5) Observasi cara menyusui dan produksi ASI ibu bayi.

6) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah pemberian makan (misalnya produksi
mukus berlebih terdesak atau menolak makan).

7) Perhatikan reflek menghisap bayi (rooting, sucking, swallowing).


8) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.

9) Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5 – 15 ml air steril.

10) Timbang BB bayi saat menerima dalam ruang perawatan dan setelah itu setiap hari.

11) Berikan penkes tentang cara menyusui yang benar.

Anda mungkin juga menyukai