Oleh :
Kelompok 2
FARHAN YUDA ANANTA
I GEDE SUTANTE WIRAWAN
RIO SAPUTRA
ELFI RAHMI AULIA
DITA SUKMAWATI
NELLY TRI WIDIAWATI
MAYA ASTI MELANDA
NIKEN ASTUTI
RISKA CAHYANI
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul trauma capitis.
Terima kasih saya ucapkan kepada bapak/ibu dosen yang telah membantu kami baik secara
moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
DAFTAR ISI
1. SAMPUL
2. KATA PENGANTAR
3. DAFTAR PUSTAKA
4. ANALISIS KASUS
a. Uraian Kasus
b. Pengkajian Keperawatan
c. Perencanaan Keperawatan
a) Diagnose Keperawatan
b) Luaran Keperawatan
c) Intervensi Keperawatan
5. PENUTUP
a. Kesimpulan
6. DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Analisis Kasus
A. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Penyebab terjadinya cedera kepala salah satunya karena adanya
benturan atau kecelakaan. Cedera kepala mengakibatkan pasien dan keluarga mengalami
perubahan fisik maupun psikologis dan akibat paling fatal adalah kematian. Asuhan
keperawatan pada penderita cedera kepala memegang peranan penting terutama dalam
pencegehan komplikasi (Muttaqin, 2008)
Komplikasi dari cedera kepala adalah infeksi dan perdarahan. Hampir separuh
dari seluruh kematian akibat trauma disebabkan oleh cedera kepala.Cedera kepala
merupakan keaadan yang serius. Oleh karena itu, diharapkan dengan penanganan yang
cepat dan akurat dapat menekan morbiditas dan mortalitas penanganan yang tidak
optimal dan terlambatnya rujukan dapat menyebabkan keadaan penderita semakin
memburuk dan berkurangnya pemilihan fungsi
B. Etiologi
Cedera kepala (trauma kepala) adalah kondisi dimana struktur kepala mengalami
benturan dari luar dan berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Beberapa
kondisi pada cedera kepala meliputi luka ringan, memar di kulit kepala, bengkak,
perdarahan, dislokasi, patah tulang tengkorak dan gegar otak, tergantung dari mekanisme
benturan dan parahnya cedera yang dialami.
Berdasarkan tingkat keparahannya, cedera kepada dibagi menjadi tiga, yaitu cedera
kepala ringan, sedang, dan berat. Cedera kepala ringan dapat menyebabkan gangguan
sementara pada fungsi otak. Penderita dapat merasa mual, pusing, linglung, atau kesulitan
mengingat untuk beberapa saat. Penderita cedera kepala sedang juga dapat mengalami
kondisi yang sama, namun dalam waktu yang lebih lama.
Bagi penderita cedera kepala berat, potensi komplikasi jangka panjang hingga
kematian dapat terjadi jika tidak ditangani dengan tepat. Perubahan perilaku dan
kelumpuhan adalah beberapa efek yang dapat dialami penderita dikarenakan otak
mengalami kerusakan, baik fungsi fisiologisnya maupun struktur anatomisnya.
Selain itu, cedera kepala juga dapat dibedakan menjadi cedera kepala terbuka dan
tertutup. Cedera kepala terbuka adalah apabila cedera menyebabkan kerusakan pada
tulang tengkorak sehingga mengenai jaringan otak. Sedangkan cedera kepala tertutup
adalah bila cedera yang terjadi tidak menyebabkan kerusakan pada tulang tengkorak, dan
tidak mengenai otak secara langsung.
C. Tanda dan gejala
Cedera kepala berat memiliki beragam gejala yang memengaruhi fisik maupun
psikologis penderitanya. Gejala dapat muncul langsung atau beberapa jam, bahkan
beberapa hari setelah cedera pada kepala.
Berikut ini adalah beberapa gejala fisik yang dapat dialami penderita cedera kepala
berat:
1) Pusing
2) Sakit kepala berat
3) Kaku pada leher
4) Sulit berbicara
5) Sulit bernapas
6) Sulit menggerakkan beberapa bagian tubuh
7) Memar dan bengkak di sekitar kedua mata atau di sekitar telinga
8) Kerusakan pada tulang tengkorak atau wajah
9) Gangguan pada indra tubuh, seperti kehilangan pendengaran atau mengalami
penglihatan ganda
10) Muntah terus-menerus dan menyembur
11) Keluar darah atau cairan bening dari telinga atau hidung
12) Disorientasi atau tidak dapat mengenali waktu, tempat, dan orang
13) Ketidakmampuan menggerakkan lengan atau tungkai
14) Perubahan ukuran pupil mata
15) Kejang
Sementara gejala psikologis yang dapat dialami penderita cedera kepala berat
meliputi:
Pasien tidak dapat atau dapat menuruti perintah pemeriksa, namun respon yang
diberikan tidak sesuai
Kehilangan kesadaran >20 menit dan <36 jam
Amnesia post traumatik < 24 jam dan < 7 hari
Muntah menyemprot
Kejang
Pasien mengalami penurunan kesadaran yang progresif atau kehilangan kesadaran >
36 jam
Amnesia post traumatik > 7 hari
Tanda kerusakan saraf lokal (sesuai lokasi otak yang mengalami kerusakan, misalnya
gangguan penglihatan, gangguan nafas dan kelumpuhan
D. Patofisiologi
Pada saat trauma terjadi, pertama sekali terjadi cedera primer oleh kerusakan
mekanis yang dapat berupa tarikan, robekan dan atau peregangan pada neuron, akson, sel
glia dan pembuluh darah. Cedera primer dapat bersifat fokal atau pun difus. Kebanyakan
kasus cedera primer langsung menyebabkan kematian sel neuron.
Cedera primer bersamaan dengan perubahan metabolik dan seluler memicu
kaskade biokimia, menyebabkan gelombang sekunder atau cedera sekunder. Hal ini
berlangsung dari menit-menit awal terjadinya proses trauma yang dapat berlangsung
berhari-hari hingga berbulan-bulan dan menyebabkan neurodegenerasi, dan memperparah
cedera primer.
Cedera sekunder merupakan penyebab utama meningkatnya tekanan intrakranial
pada cedera otak traumatik, dimana terjadi edema pada jaringan otak. Cedera sekunder
terjadi pada lokasi cedera dan jaringan sekelilingnya. Proses cedera sekunder terdiri dari:
Perdarahan subaraknoid terbukti sebanyak 98% yang mengalami trauma kepala jika
dilakukan CT-Scan dalam waktu 48 jam paska trauma. Berdasarkan hasil CT Scan tersebut
juga dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi Marshall maupun secara tradisional.
Sedangkan secara tradisional dapat dibedakan berdasarkan fokal lesi yang didapatkan
dari gambaran CT Scan yang dilakukan, yaitu dengan dijumpai adanya gambaran EDH,
SDH, ICH maupun SAH (Andrews, 2003; Selladurai dan Reilly,2007).
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap : Tuan R
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Umur/Tanggal Lahir : 29 Tahun
4. Status Perkawinan : Kawin
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : buruh
9. Pendapatan : 1.000.000
10. Tanggal Mrs :
B. Identitas Penanggung
11. Nama Lengkap : vina
12. Jenis Kelamin : perempuan
13. Pekerjaan :
14. Hubungan dengan klien : istri
15. Alamat : Desa wonggeduku
Jantung
8. Abdomen
a. Warna Kulit : Kuning langsat
b. Distensi Abdomen : Normal
9. Ekstremitas
a. Warna kulit : Kuning langsa
b. Lesi : Ada
c. Luka : Ada luka pada tangan kanan
10. Kebutuhan kenyamanan :
1. Keluhan nyer : Ada
2. Pencetus nyer : Karena pertengkaran
3. Karakteristik nyeri : Kadang- kadang
4. Intensitas nyeri :6
DIAGNOSA KEPERAWATAN
KESIMPULAN
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Penyebab
terjadinya cedera kepala salah satunya karena adanya benturan atau kecelakaan. Cedera kepala
mengakibatkan pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik maupun psikologis dan akibat
paling fatal adalah kematian. Asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala memegang
peranan penting terutama dalam pencegehan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Commite on trauma . 2008 Cedera Kepala dalam Advanced Trauma Life Support for
Doctors.Ikatan Ahli bedah