Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK 4

KEPERAWATAN MATERNITAS

“PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL”

Dosen Pengampuh : Dwi Purnama Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep

OLEH :
ANIZA (P003200190103)
ETRIYANI (P003200190111)
FARHAN YUDA ANANTA (P003200190114)
MAYA ASTI MELANDA (P003200190119)
MUHAMAD FARHAN RIATNO (P003200190123)
MUHAMMAD ISHAQ ANDELEU (P003200190124)
UMMU AIMAN (P003200190145)
WIDYA AZ-ZAHRA RESKY (P003200190146)
WULANDARI (P003200190149)

POLITEKNIK KEMENKES KESEHATAN KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah hirobbil’alamin, puji syukur kita kepada Allah swt yang telah
memberikan kekuatan, ketabahan, dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada
kita dalam melaksanakan perkuliahan secara daring/online pada lingkup Poltekkes
Kemenkes Kendari, sehingga kami dari kelompok 4 dapat menyusun dan
menyelesaikan sebuah makalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
keperawatan MATERNITAS dengan judul “INFEKSI MENULAR SEKSUAL”
tepat pada waktunya. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu yang
telah memberikan topik makalah dan gambaran mengenai topik tersebut sehingga
kami dapat lebih terarah dalam menyusun makalah ini. Terimakasih pula kepada
teman- teman kelompok 4 yang telah berpartisipasi dalam menyusun makalah ini,
baik andilnya dalam mencari, memilah materi, dan menyusun makalah serta kepada
yang mengumpulkan print out makalah kami ini kepada dosen pengampu. Semoga
kita semua selalu dalam lindungan Allah subhana wata’ala dan diberkahi kesehatan
dalam masa pandemi seperti sekarang ini, dan semoga pandemic ini segera berlalu
sehingga kita semua dapat berkumpul kembali untuk melaksanakan perkuliahan
secara normal di kampus kita tercinta. Aamiin.
Selaku penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, apabila menemukan kekurangan dalam makalah ini, kami sangat
mengharapkan serta menerima kritik dan saran yang mendukung dari pembaca
khususnya dari dosen pengampu dan teman-teman sekalian, untuk dijadikan
pegangan dan upaya peningkatan selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya untuk kelompok 4 dan
teman-teman sekalian serta semua pihak yang sempat membaca.

Kendari, 26 Maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................4

B. Tujuan Umum..........................................................................................8

C. Tujuan Khusus.........................................................................................8

BAB II
KONSEP MEDIS DAN KEPERAWATAN

A. Infeksi Menular Kelamin.......................................................................9

BAB III
TINJAUAN KASUS...........................................................................................24

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................18
B. Saran................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi menular seksual (IMS) merupakan penyakit yang memiliki


dampak yang besar terhadap kesehatan seksual dan reproduksi. IMS disebabkan oleh
aktivitas seksual yang tidak sehat sehingga berakibatkan munculnya penyakit menular.
IMS yang ditularkan melalui hubungan seksual, terdiri atas 8 penyakit dimana empat
diantaranya dapat disembuhkan yaitu : sifilis, klamidia, gonore, dan trikomoniasis
melalui pengobatan. Sedangkan empat lainnya tidak dapat disembuhkan, namun
dapat termodulasi melalui pengobatan yaitu : HPV, herpes, HIV, dan hepatitis B.
WHO memperkirakan bahwa, kasus IMS ditemukan hampir 1 juta setiap hari dan 357
juta kasus setiap tahunnya di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang seperti
Afrika, Asia, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Pada negara-negara berkembang,
infeksi dan komplikasi IMS merupakan salah satu dari lima alasan utama tingginya
angka kesakitan. Dalam hal ini United State Bureau of Census pada tahun 1995
mengemukakan bahwa di daerah yang tinggi pravelensi IMS, ternyata tinggi pula
pravelensi HIV-AIDS. Seseorang yang menderita IMS dapat meningkatkan penularan
HIV 5 hingga 10 kali. Secara global, hingga tahun 2017 terdapat 36,9 juta jiwa hidup
dengan HIV, 1,8 jiwa menjadi pendatang baru, dan kematian akibat HIV sebanyak
940.000 jiwa.(3 4 5 6).

Kejadian IMS di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut


dapat dilihat dari angka kejadian IMS pada tahun 2015 yang terdiri dari 19.973 kasus,
tahun 2012 sebanyak 16.110 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 11.141 kasus.
Penyebaran IMS sulit ditelusuri sumbernya, karena tidak pernah dilakukan registrasi
terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang pernah terdata hanya
sebagian kecil dari jumlah yang sesungguhnya terjadi.Kasus HIV di Indonesia
dilaporkan pertama kali pada tahun 1987 di Bali, dan sampai september 2018, HIV-
AIDS sudah menyebar di 458 (89,1%) dari 514 kabupaten/kota di seluruh provinsi di
Indonesia. Jumlah kasus HIV di Indonesia cenderung mengalami peningkatan di
setiap tahunnya, seperti pada tahun 2012 terdapat 21.511 kasus, tahun 2013 terdapat
29.037 kasus, 2014 terdapat 32.711 kasus, tahun 2015 terdapat 30.935 kasus, tahun
2016 terdapat 41.250 kasus dan tahun 2017 terdapat 48.300 kasus, sehingga jumlah
kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 hingga september 2018
sebanyak 314.143 kasus.

Kejadian HIV di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 terdiri dari 563 kasus,
dimana kasus tertinggi terjadi di Kota Padang dengan jumlah 370 kasus (297 orang
laki-laki dan 73 perempuan). Kejadian AIDS sebanyak 93 kasus dan kematian akibat
AIDS sebanyak 3 kasus. Selain itu kejadian sifilis sebanyak 130 kasus. Kejadian
tersebut cenderung meningkat dibandingkan dengan kasus HIV/AIDS dan IMS tahun
2016 dimana didapatkan kasus HIV sebanyak 300 orang, AIDS sebanyak 56 orang,
kematian akibat AIDS sebanyak 5 orang dan kejadian sifilis sebanyak 48 kasus.

Kejadian HIV pada tahun 2017 terdiri atas kelompok lelaki suka lelaki
(LSL)sebanyak 170 orang, kelompok lain-lain 68 orang, pasangan resiko tinggi (Risti)
46 orang, penjaja seks (PS) 36 orang, penderita tuberkulosis (TB) 18 orang, waria 12
orang, wanita penjaja seks (WPS) 9 orang, pelanggan penjaja seks (PPS) 5 orang,
IDU (injecting drug users) 4 orang dan ibu hamil 3 orang.Menurut Laporan Tahunan
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018, dalam melakukan pengendalian HIV-
AIDS dan IMS, Kota Padang telah melakukan berbagai upaya diantaranya
mengoptimalkan peran dan fungsi komisi penanggulangan AIDS (KPA) dengan
mengintegrasikan lintas sektor dan LSM peduli AIDS, mengurangi stigma dan
diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA), mempercepat pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS pada kelompokresiko tertular, ibu dan anak,
memudahkan ODHA untuk memperoleh obat anti retroviral (ARV) melalui
pelayanan klinik voluntary counseling and testing (VTC) dan perawatan, dukungan
serta pengomatan (Care, Support, and Treatment) baik di rumah sakit maupun
komunitas.

Namun pengendalian HIV yang ada masih belum merata dan belum saling
terkait. Selain itu masih banyak tantangan yang harus dihadapi seperti jangkauan,
layanan dan cakupan. Sesuai dengan tujuan pengendalian HIV di Indonesia yaitu
menurunkan angka kesakitan, kematian, dan diskriminasi serta meningkatkan kualitas
hidup ODHA, maka kementerian kesehatan RI berkolaborasi dengan berbagai pihak
dalam mengembangkan model layanan HIV-IMS komprehensif berkesinambungan
(LKB) untuk memastikan terselenggaranya layanan komprehensif yang
terdesentralisasi dan terintegrasi dalam sistem yang ada hingga ke fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP).Layanan komprehensif berkesinambungan merupakan suatu
bentuk kegiatan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS yang terdiri dari kegiatan KIE
pengetahuan komprehensif, promosi penggunaan kondom, pengenalan/pengendalian
faktor resiko, konseling dan tes HIV, perawatan, dukungan, dan pengobatan (PDP),
pencegahan penularan dari ibu ke anak (PPIA), penggunaan dampak buruk NAPZA,
layanan Infeksi menular seksual, pencegahan penularan melalui darah dan pokok
darah lainnya, kegiatan monitoring evaluasi dan surveilans epidemiologi di
puskesmas rujukan dan non rujukan termasuk fasilitas kesehatan lainnya, dan rumah
sakit rujukan di kabupaten/kota, dengan keterlibatan aktif dari sektor masyarakat.

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan terhadap penanggung jawab


program HIV dan IMS bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P) di
Dinas Kesehatan Kota Padang, pelaksanaan LKB HIV-IMS di Kota Padang sudah
dimulai sejak tahun 2012 di 7 puskesmas diantaranya Puskesmas Seberang Padang,
Puskesmas Air Tawar, Puskesmas Pauh, Puskesmas Lubuk Buaya, Puskesmas Lubuk
Begalung, Puskesmas Andalas dan Puskesmas Bungus. Namun pada tahun 2017 LKB
HIV-IMS telah dilaksanakan diseluruh puskesmas yang ada di Kota Padang.Menurut
data Dinas Kesehatan Kota Padang dan hasil wawancara peneliti dengan pemegang
program LKB di Puskesmas Seberang Padang, penemuan kasus baru HIV pada tahun
2013 sebanyak 10 kasus, tahun 2014 sebanyak 21 kasus, tahun 2015 sebanyak 30
kasus, tahun 2016 sebanyak 41 kasus, tahun 2017 sebanyak 24 kasus dan tahun 2018
sebanyak 28 kasus. Penemuan kasus HIV di Puskesmas Seberang Padang tahun 2013
hingga 2016 cenderung mengalami peningkatan di setiap tahunnya dan setiap
tahunnya Puskesmas Seberang Padang selalu menduduki peringkat 2 besar diantara
23 puskesmas lainnya dalam penemuan kasus HIV di Kota Padang. Jumlah kumulatif
penemuan HIV positif dari tahun 2013 hingga 2018 sebanyak 154 kasus, namum
pada tahun 2018 hanya 60 orang pasien yang mendapatkan pengobatan di Puskesmas
Seberang Padang. Faktor risiko tingginya penemuan kasus HIV positif di Puskesmas
Seberang Padang terdapat pada kelompok lelaki suka lelaki, hal tersebut disebabkan
karena masih banyaknya pasien yang tidak melakukan perilaku safety. Puskesmas
Seberang Padang merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan primer yang
telah menjalankan program layanan komprehensif HIV-IMS berkesinambungan
(LKB) sejak tahun 2012.

Penelitian Siregar (2016) tentang pelaksanaan program layanan komprehensif


berkesinambungan (LKB) di Puskesmas Bestari Medan tahun 2016 menyatakan
bahwa pelaksanaan program LKB di Puskesmas Bestari belum berjalan secara
maksimal. Hal tersebut disebabkan karena pelatihan untuk tim HIV tidak dilakukan
secara berkala dan teratur motivasi kader yang kurang dalam menjangkau populasi
kunci HIV/AIDS dikarenakan dalam masyarakat, masalah HIV/AIDS masih menjadi
hal yang tabu untuk dibicarakan, sosialisasi pada pemimpin/tokoh setempat telah
dilaksanakan namun masih ada diskriminasi terhadap ODHA, selain itu diskriminasi
juga masih melekat di kalangan tenaga kesehatan pada saat memberikan pelayanan
kepada pasien.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang analisis pelaksanaan layanan komprehensif berkesinambungan HIV-IMS di
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang tahun 2019.

A. Tujuan Penelitian

B. Tujuan Umum

Memperoleh informasi mendalam mengenai pelaksanaan layanan komprehensif


berkesinambungan HIV-IMS di Puskesmas Seberang Padang Kota Padang tahun
2019.

C. Tujuan Khusus

1. Memperoleh informasi secara mendalam tentang masukan


(input)pelaksanaan layanan komprehensif berkesinambungan HIV-IMS di
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang.

2. Memperoleh informasi secara mendalam tentang proses (process)


pelaksanaan layanan komprehensif berkesinambungan HIV-IMS di
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang.

3. Memperoleh informasi secara mendalam tentang keluaran


(output)pelaksanaan layanan komprehensif berkesinambungan HIV-IMS
di Puskesmas Seberang Padang Kota Padang.
BAB II

KONSEP MEDIS DAN KEPERAWATAN

A. Infeksi Menular Seksual (IMS)

1. Pengertian IMS

Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga Infeksi Menular Seksual (IMS)
adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kebanyakan
PMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penis, vagina, anus dan mulut.
(Zakaria 2012). Menurut Depkes RI (2007) Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi Menular Seksual akan
lebih beresiko bila melakukan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melaui,
vagina, oral, maupun anal.

2. Tanda dan gejala IMS


Menurut Handoyo (2010) gejala infeksi menular seksual dibedakan menjadi:
a. Perempuan

Luka dengan atau tanpa sakit disekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian
tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti luka yang sangat sakit disekitar alat
kelamin.

1. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan,
berbau, atau berlendir.

2. Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak
menyebabkan sakit atau burning urination.

3. Perubahan warna kulit yaitu terutama dibagian telapak tangan atau kaki,
perubahan bisa menyabar keseluruh bagian tubuh.
4. Tonjolan seperti jengger ayam yaitu tumbuh tonjolan seperti jengger ayam
seperti alat kelamin.

5. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang muncul dan hilang yang
tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran
reproduksi ( infeksi yang telah berpindah kebagian dalam sistem reproduksi,
termasuk tuba falopi dan ovarium).

6. Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin atau antara kaki.

b. Laki-laki

1. Luka dengan atau tanpa rasa sakit disekitar alat kelamin, anus mulut atau
bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti luka sangat sakit disekitar
alat kelamin.

2. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau berwarna berasal dari pembukaan
kepala penis atau anus.

3. Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau
setelah urination

3. Jenis IMS berdasarkan kuman penyebab

Menurut Depkes RI (2007) Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) berdasarkan


penyebab antara lain:
1. Infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri:

a. Gonorhoe

1. Penyebab : Neisseria gonorhoe

2. Masa inkubasi : Selama 2-10 hari


3. Gejala : Infeksi yang menyerang pada selaput lendir ureta pada laki-laki
serta leher rahim dan uretra pada wanita.

Pada laki-laki berupa rasa gatal dan panas pada saat BAK, keluar cairan atau nanah
kental berwarna kuning kehijauan serta spontan dari uretra ujung penis tampak merah,
bengkak dan menonjol keluar. Pada perempuan sebagian besar tidak menimbulkan
keluhan atau keluar cairan keputihan berwaarna kuning kehijauan dan kental, kadang-
kadang disertai rasa nyeri saat BAK.

Komplikasi Yang sering terjadi pada laki-laki adalah pada testis atau buah zakar,
saluran sperma sehingga bisa menimbulkan penyempitan. Pada wanita bisa terjadi
penjalaran infeksi kerahim dam saluran telur sehingga dapat menyebabkan
kemandulan. Bila mengenai ibu hamil dapat menularkan ke bayi saat melahirkan
sehingga menyebabkan infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan
(Depkes RI, 2007).

b. Sifilis (Raja Sing)

Menurut Ardiyantoro dan Kumalasan (2010), sifilis disebut juga raja singa, Mai
de Naples, morbus gallicus, lues venerea.

1. Penyebab : Troponema pallidum

c. Macam –macam Sifilis

1. stadium I (sifilis primer)

Sifilis ini timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk, ditandai dengan
adanya benjolan kecil merah biasanya 1 buah kemudian menjadi lika atau
koreng yang tidak disertai rasa nyeri. Lokasi pada laki-laki biasanya pada alat
kelamin sedangkan pada wanita selain pada alat kelamin luar bisa juga pada
vagina maupun leher rahim. Tempat lain yang bisa terkena adalah pada bibir,
lidah, sekitar dubur.
2. Stadium II (sifilis sekunder)

Stadium ini terjadi setelah 6-8 minggu dan bisa berlangsung sampai 9
bulan. Kelainan dimulai dengan adanya gejala nafsu makan yang menurun,
demam, sakit kepala, nyeri sendi. Stadium ini disebut the grea imitator of
the skin deseases karena mempunyai tanda dan gejala menyerupai
penyakit kulit lain berupa bercak –bercak merah, benjolan kecil-kecil
seluruh tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut dan sebagainya.

3. Stadium HI (sifilis tersier)

Umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah infeksi. Diandai dengan dua
macam kelainan yaitu berupa kelainan yang bersifat destruktif pada
kulit,selaput lendir, tulang sendi dan adanya radang yang terjadi secara
perlahan-lahan pada jantung, sistem pembuluh darah dan syaraf.

4. Komplikasi

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010) komplikasi sifilis yaitu:

a. Dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan jantung jika tidak diobati. A,
Selama kehamilan dapat ditularkan pada bayi dalam kandungan dan dapat
menyebabkan keguguran atau lahir cacat.

b. Memudahkan penularan HIV.

c. Ulkus molle Disebabkan oleh infeksi bakteri hameophillusducreyi yang


menular karena hubungan seksual.

d. Granuloma inguinale

1. Penyebab
Menurut Handoyo (2010), sebuah luka kecil dibagian kemaluan akan
menyebar lama-kelamaan membentuk sebuah masa granulomatus
(benjolan-benjolan kecil) yang bisa menyebabkan kerusakan berat organ-
organ kemaluan.

2. Gejala
Menurut Depkes RI (2007), pada stadium awal dimulai dengan adanya
plenting kecil yang akan pecah dalam waktu singkat kemudian menjadi luka,
tidak nyeri dan sembuh sendiri pada waktu singkat.
Dalam waktu antara 1-4 minggu setelah luka tersebut sembuh akan timbul
pembengkakan kelenjar lipat paha yang disertai rasa nyeri, keras, berbentk
seperti sosis.

3. Komplikasi
Stadium lanjut pada laki-laki dapat menyababkan pembengkakan pada
penis dan scrotum (elefanitasi scrotum) sedang pada wanita menyebabkan
pembengkakan bibir kemaluan (elephantiasis labiae/esthiomene).

2. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan Virus


a. Herpes Genetalis

Menurut Adhiyantoro dan Kumalasari (2010), herpes genetalis disebabkan virus


herpes simplex tipe 1 dan 2 dengan masa inkubasi antara 4-7 hari setelah virus
berada dalam tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau kesemutan pada tepat
masuknya virus. Bagian tubuh yang paling banyak terinfeksi adalah kepala penis
dan preputium (bagian yang disunat) serta bagian luar alat kelamin, vagina dan
serviks.

1. Gejala:

➢ Bintil-bintil berkelompok seperti anggur berair dan nyeri pada kemaluan,


kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering berkerak, lalu hilang
dengan sendirinya.
➢ Dapat muncul lagi seperti gejala awal biasanya hilang timbul, kambuh
apbila ada faktor pencetus, misalnya karena stres, menstruasi,
makan/minum beralkohol, hubungan seks berlebihan, dan menetap seumur
hidup.

➢ Membesarnya kelenjar getah bening diselangkangan.

➢ Susah buang air kecil.

2. Komplikasi:

a. Rasa nyeri berasal dari syaraf

b. Tertular pada bayi dan menyebabkan lahir muda, cacat, bayi, lahir mati.

c. Radang tenggorokan (faringitis)

d. Infeksi selaput otak (meningitis)

e. Tertular HIV

f. Kanker leher rahim

g. Kondiloma akuiminata

1. Penyebab
Kondiloma akuiminata disebabkan oleh virus human papilloma tipe 6
dan 11 dengan masa inkubasi 2-3 bulan setelah kuman masuk kedalam
tubuh.

2. Gejala
Gejala yaitu terlihat adanya satu atau beberapa kutil (lesi) didaerah
kemaulan dan lesi ini dapat membesar.
Menurut Depkes RI (2007) gejala pada wanita hamil dapat membesar
sampai dubur dan mirip jengger ayam atau bunga kol. Pada laki-laki
mengenai alat kelamin dan sluran BAK bagian dalam. Kadang-kadang
kutil tidak terlihat sehingga tidak disadari tidak biasanya laki-laki baru
menyadari setelah dia menulari pasangannya.

3. Komplikasi :
Menurut Depkes RI (2007), komplikasi kondoloma akuminata yaitu
kanker leher rahim atau kanker kulit disekitar kulit kelamin.
3. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan jamur yaitu:

h. Kandidiasis

1. Penyebab
Infeksi kandidiasis disebabkan oleh jamur candidia albican yang pada
umumnya terdapat di susu dan vagina.

2. Gejala
Gejalanya berupa keputihan menyerupai keju disertai lecet serta rasa
gatal dan iritasi didaerah bibir kemaluan dan berbau khas. Menurut
Depkes RI (2007) gejala kandidiasis yaitu : pada keadaan normal jamur
ini terdapat dikulit maupun didalam kemaluan perempuan. Tetapi pada
keadaan tertentu jamur ini meluas sedemikian rupa hingga
menimbulkan keputihan. Gejalanya berupa keputihan berwarna seperti
susu, bergumpal, disertai rasa gatal panas dan kemerahan pada kelamin
dan sekitarnya.

3. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan parasit

a. Trikomonas vaginalis
Trikomonas adalah infeksi saluran urogenetalia yang dapat bersifat
akut atau kronik dan disebabkan oleh tricomonas vaginalis
1. Penyebab
Tricomonas vaginalis merupakan yang berflagela dengan masa inkubasi
sekitar 1 minggu, tapi dapat berkisar 4-28 hari.

2. Gejala
Wanita gatal-gatal dan rasa panas, vagina sekret vagina yang banyak,
berbau dan berbusa (sekret yang berbusa merupakan bentuk klasik dari
trikomonas sebanyak 12%, disuria dengan pruritusedema vulva,
perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks.

3. Dampak Infeksi Menular Seksual (IMS) bagi remaja


Menurut Depkes RI (2007), dampak infeksi menular seksual bagi remaja
perempuan dan laki-laki yaitu:

a. Infeksi alat reproduksi akan menurut kualitas ovulasi sehingga akan


mengganggu siklus dan banyaknya haid serta menurunkan kesuburan.

b. Peradangan alat reproduksi keorgan yang lebih tinggi yang dapat


meningkatkan kecenderungan terjadi kehamilan diluar rahim.

c. Melahirkan anak dengan cacat bawaan seperti katarak, gangguan pendengaran,


kelainan jantung dan cacat lainnya.

Menurut Depkes RI (2007), secara psikologis dan fisik dampak infeksi menular
seksual (IMS) bagi remaja, sebagai berikut:

a. Dampak secara psikologis

1. Rendah diri

2. Malu dan takut sehingga tidak mau berobat yang akan memperberat
penyakit atau bahkan akan mengobati jenis dan dosis tidak tepat yang
justru akan memperberat penyakitnya disamping terjadi resistensi obat.
3. Gangguan hubungan seksual setelah menikah karena takut tertular lagi atau
takut menularkan penyakit pada pasangannya.

b. Dampak secara fisik

1. Bekas bisul atau nanah didaerah alat kelamin dapat mengganggu kualitas
hubungan seksual dikemudian hari karena menimbulkan rasa nyeri dan
tidak nyaman waktu berhubungan seks.

2. Nyeri waktu BAK (disuria) karena peradangan mengenai saluran kemih.

3. Gejala neurologi/ganguan syaraf (stadium lanjut sifilis)

4. Lebih mudah terinfeksi HIV

5. Kemandulan dikarenakan perlengketan saluran reproduksi dan gangguan


produksi sperma.
BAB III

TINJAUAN KASUS

NO Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

1. Nyeri Kronis ditandai setelah dilakukan Manajemen Nyeri


dengan gangguan tindakan keperawatan
Observasi:
imunitas selama 3x24 jam maka
Tingkat Nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,

1. keluhan nyeri dari frekuensi, kualitas,

keadaan meningkat intensitas nyeri

menjadi menurun 2. Identifikasi skala nyeri

2. meringis dari 3. Identifikasi respon

keadaan meningkat nyeri non verbal

menjadi menurun 4. Identifikasi faktor

3. sikap protektif dari yang memperberat dan

keadaan meningkat memperingan nyeri

menjadi menurun 5. Identifikasi

4. perasaan depresi pengetahuan dan

dari keadaan keyakinan tentang

meningkat menjadi nyeri

menurun 6. Identifikasi pengaruh


budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik:
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
rasa nyeri
Edukasi:

1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara nyeri
5. Ajarkan teknik non
farmakologi secara
tepat
Kolaborasi:

Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan Rasa Nyaman Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


ditandai dengan gejala tindakan keperawatan
Observasi:
penyakit selama 3x24 jam maka
Status Kenyamanan 8. Identifikasi lokasi,
meningkat dengan karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas,

1. Keluhan tidak intensitas nyeri

nyaman dari 9. Identifikasi skala nyeri

keadaan 10. Identifikasi respon

meningkat nyeri non verbal

menjadi menurun 11. Identifikasi faktor

2. Gelisah dari yang memperberat dan

keadaan memperingan nyeri

meningkat 12. Identifikasi

menjadi menurun pengetahuan dan

3. Merintih dari keyakinan tentang

keadaan nyeri

meningkat 13. Identifikasi pengaruh

menjadi menurun budaya terhadap


respon nyeri
14. Identifikasi nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik:

5. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
6. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan
tidur
8. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
rasa nyeri
Edukasi:

6. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
7. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
8. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
9. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara nyeri
10. Ajarkan teknik
non farmakologi
secara tepat
Kolaborasi:

Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3. Defisit nutrisi ditandai setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


dengan faktor psikologis tindakan keperawatan
Observasi:
selama 3x24 jam maka
Status Nutrisi membaik 1. Identifikasi status
dengan Kriteria hasil : nutrisi

1. Porsi makanan 2. Identifikasi alergi

yang dihabiskan dan intoleransi

dari menurun makanan

cukup membaik 3. Identifikasi makanan

2. Verbilisasi yang disukai

keinginan untuk 4. Identifikasi

meningkatkan kebutuhan kalori dan

nutrisi dari jenis nutrien

keadaan menurun 5. Identifikasi perlunya

menjadi cukup penggunaan selang

membaik nasogastrik
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik:

1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
3. Sajiakn makanan
secara menarik dan
duhu yang sesuai
4. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian
makan melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi:

1. Anjurkan posisi
duduk, jika perlu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberisn medikasi
sebelum makan, jika
perlu
2. kolaborsi dengan ahli
gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gambaran sikap remaja tentang Pencegahan Penyakit MenularSeksual mempunyai
kategori mendukung sebanyak 30 responden(50,8%), jumlah responden yang tidak
mendukung sikap PencegahanPenyakit Menular Seksual sebanyak 29 responden
(49,2%)

B. SARAN

1. Bagi Remaja
Diharapkan remaja untuk membekali dirinya dengan cara membacabuku tentang
pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual agar memiliki pengetahuan yang
luas.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan institusi pendidikan menambah materi tentang PMS khususnya
tentang gejala dan yang beresiko terkena PMS untuk meningkatkan pengetahuan
remaja tentang PMS.

3. Bagi Dinas Kesehatan dan Institusi terkait


Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan danpendidikan
kesehatan pada masyarakat khususnya remaja tentang kesehatan reproduksi
remaja, untuk mencegah penyakit yang tidak diinginkan serta sebagai gambaran
begi remaja sehingga pengetahuan remaja tentang PMS dapat ditingkatkan
menjadi lebih baik dan yang sudah baik menjadi lebih baik.

4. Bagi Penelitian
Diharapkan peneliti dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian
Daftar pustaka

http://repository.ump.ac.id/5895/3/Khodiroh%20BAB%20II.pdf

http://repository.unimus.ac.id/1554/6/12.%20BAB%20V.pdf

Anda mungkin juga menyukai