KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH :
ANIZA (P003200190103)
ETRIYANI (P003200190111)
FARHAN YUDA ANANTA (P003200190114)
MAYA ASTI MELANDA (P003200190119)
MUHAMAD FARHAN RIATNO (P003200190123)
MUHAMMAD ISHAQ ANDELEU (P003200190124)
UMMU AIMAN (P003200190145)
WIDYA AZ-ZAHRA RESKY (P003200190146)
WULANDARI (P003200190149)
Alhamdulillah hirobbil’alamin, puji syukur kita kepada Allah swt yang telah
memberikan kekuatan, ketabahan, dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada
kita dalam melaksanakan perkuliahan secara daring/online pada lingkup Poltekkes
Kemenkes Kendari, sehingga kami dari kelompok 4 dapat menyusun dan
menyelesaikan sebuah makalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
keperawatan MATERNITAS dengan judul “INFEKSI MENULAR SEKSUAL”
tepat pada waktunya. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu yang
telah memberikan topik makalah dan gambaran mengenai topik tersebut sehingga
kami dapat lebih terarah dalam menyusun makalah ini. Terimakasih pula kepada
teman- teman kelompok 4 yang telah berpartisipasi dalam menyusun makalah ini,
baik andilnya dalam mencari, memilah materi, dan menyusun makalah serta kepada
yang mengumpulkan print out makalah kami ini kepada dosen pengampu. Semoga
kita semua selalu dalam lindungan Allah subhana wata’ala dan diberkahi kesehatan
dalam masa pandemi seperti sekarang ini, dan semoga pandemic ini segera berlalu
sehingga kita semua dapat berkumpul kembali untuk melaksanakan perkuliahan
secara normal di kampus kita tercinta. Aamiin.
Selaku penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, apabila menemukan kekurangan dalam makalah ini, kami sangat
mengharapkan serta menerima kritik dan saran yang mendukung dari pembaca
khususnya dari dosen pengampu dan teman-teman sekalian, untuk dijadikan
pegangan dan upaya peningkatan selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya untuk kelompok 4 dan
teman-teman sekalian serta semua pihak yang sempat membaca.
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Tujuan Umum..........................................................................................8
C. Tujuan Khusus.........................................................................................8
BAB II
KONSEP MEDIS DAN KEPERAWATAN
BAB III
TINJAUAN KASUS...........................................................................................24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................18
B. Saran................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian HIV di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 terdiri dari 563 kasus,
dimana kasus tertinggi terjadi di Kota Padang dengan jumlah 370 kasus (297 orang
laki-laki dan 73 perempuan). Kejadian AIDS sebanyak 93 kasus dan kematian akibat
AIDS sebanyak 3 kasus. Selain itu kejadian sifilis sebanyak 130 kasus. Kejadian
tersebut cenderung meningkat dibandingkan dengan kasus HIV/AIDS dan IMS tahun
2016 dimana didapatkan kasus HIV sebanyak 300 orang, AIDS sebanyak 56 orang,
kematian akibat AIDS sebanyak 5 orang dan kejadian sifilis sebanyak 48 kasus.
Kejadian HIV pada tahun 2017 terdiri atas kelompok lelaki suka lelaki
(LSL)sebanyak 170 orang, kelompok lain-lain 68 orang, pasangan resiko tinggi (Risti)
46 orang, penjaja seks (PS) 36 orang, penderita tuberkulosis (TB) 18 orang, waria 12
orang, wanita penjaja seks (WPS) 9 orang, pelanggan penjaja seks (PPS) 5 orang,
IDU (injecting drug users) 4 orang dan ibu hamil 3 orang.Menurut Laporan Tahunan
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018, dalam melakukan pengendalian HIV-
AIDS dan IMS, Kota Padang telah melakukan berbagai upaya diantaranya
mengoptimalkan peran dan fungsi komisi penanggulangan AIDS (KPA) dengan
mengintegrasikan lintas sektor dan LSM peduli AIDS, mengurangi stigma dan
diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA), mempercepat pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS pada kelompokresiko tertular, ibu dan anak,
memudahkan ODHA untuk memperoleh obat anti retroviral (ARV) melalui
pelayanan klinik voluntary counseling and testing (VTC) dan perawatan, dukungan
serta pengomatan (Care, Support, and Treatment) baik di rumah sakit maupun
komunitas.
Namun pengendalian HIV yang ada masih belum merata dan belum saling
terkait. Selain itu masih banyak tantangan yang harus dihadapi seperti jangkauan,
layanan dan cakupan. Sesuai dengan tujuan pengendalian HIV di Indonesia yaitu
menurunkan angka kesakitan, kematian, dan diskriminasi serta meningkatkan kualitas
hidup ODHA, maka kementerian kesehatan RI berkolaborasi dengan berbagai pihak
dalam mengembangkan model layanan HIV-IMS komprehensif berkesinambungan
(LKB) untuk memastikan terselenggaranya layanan komprehensif yang
terdesentralisasi dan terintegrasi dalam sistem yang ada hingga ke fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP).Layanan komprehensif berkesinambungan merupakan suatu
bentuk kegiatan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS yang terdiri dari kegiatan KIE
pengetahuan komprehensif, promosi penggunaan kondom, pengenalan/pengendalian
faktor resiko, konseling dan tes HIV, perawatan, dukungan, dan pengobatan (PDP),
pencegahan penularan dari ibu ke anak (PPIA), penggunaan dampak buruk NAPZA,
layanan Infeksi menular seksual, pencegahan penularan melalui darah dan pokok
darah lainnya, kegiatan monitoring evaluasi dan surveilans epidemiologi di
puskesmas rujukan dan non rujukan termasuk fasilitas kesehatan lainnya, dan rumah
sakit rujukan di kabupaten/kota, dengan keterlibatan aktif dari sektor masyarakat.
A. Tujuan Penelitian
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
1. Pengertian IMS
Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga Infeksi Menular Seksual (IMS)
adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kebanyakan
PMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penis, vagina, anus dan mulut.
(Zakaria 2012). Menurut Depkes RI (2007) Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi Menular Seksual akan
lebih beresiko bila melakukan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melaui,
vagina, oral, maupun anal.
Luka dengan atau tanpa sakit disekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian
tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti luka yang sangat sakit disekitar alat
kelamin.
1. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan,
berbau, atau berlendir.
2. Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak
menyebabkan sakit atau burning urination.
3. Perubahan warna kulit yaitu terutama dibagian telapak tangan atau kaki,
perubahan bisa menyabar keseluruh bagian tubuh.
4. Tonjolan seperti jengger ayam yaitu tumbuh tonjolan seperti jengger ayam
seperti alat kelamin.
5. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang muncul dan hilang yang
tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran
reproduksi ( infeksi yang telah berpindah kebagian dalam sistem reproduksi,
termasuk tuba falopi dan ovarium).
b. Laki-laki
1. Luka dengan atau tanpa rasa sakit disekitar alat kelamin, anus mulut atau
bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti luka sangat sakit disekitar
alat kelamin.
2. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau berwarna berasal dari pembukaan
kepala penis atau anus.
3. Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau
setelah urination
a. Gonorhoe
Pada laki-laki berupa rasa gatal dan panas pada saat BAK, keluar cairan atau nanah
kental berwarna kuning kehijauan serta spontan dari uretra ujung penis tampak merah,
bengkak dan menonjol keluar. Pada perempuan sebagian besar tidak menimbulkan
keluhan atau keluar cairan keputihan berwaarna kuning kehijauan dan kental, kadang-
kadang disertai rasa nyeri saat BAK.
Komplikasi Yang sering terjadi pada laki-laki adalah pada testis atau buah zakar,
saluran sperma sehingga bisa menimbulkan penyempitan. Pada wanita bisa terjadi
penjalaran infeksi kerahim dam saluran telur sehingga dapat menyebabkan
kemandulan. Bila mengenai ibu hamil dapat menularkan ke bayi saat melahirkan
sehingga menyebabkan infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan
(Depkes RI, 2007).
Menurut Ardiyantoro dan Kumalasan (2010), sifilis disebut juga raja singa, Mai
de Naples, morbus gallicus, lues venerea.
Sifilis ini timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk, ditandai dengan
adanya benjolan kecil merah biasanya 1 buah kemudian menjadi lika atau
koreng yang tidak disertai rasa nyeri. Lokasi pada laki-laki biasanya pada alat
kelamin sedangkan pada wanita selain pada alat kelamin luar bisa juga pada
vagina maupun leher rahim. Tempat lain yang bisa terkena adalah pada bibir,
lidah, sekitar dubur.
2. Stadium II (sifilis sekunder)
Stadium ini terjadi setelah 6-8 minggu dan bisa berlangsung sampai 9
bulan. Kelainan dimulai dengan adanya gejala nafsu makan yang menurun,
demam, sakit kepala, nyeri sendi. Stadium ini disebut the grea imitator of
the skin deseases karena mempunyai tanda dan gejala menyerupai
penyakit kulit lain berupa bercak –bercak merah, benjolan kecil-kecil
seluruh tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut dan sebagainya.
Umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah infeksi. Diandai dengan dua
macam kelainan yaitu berupa kelainan yang bersifat destruktif pada
kulit,selaput lendir, tulang sendi dan adanya radang yang terjadi secara
perlahan-lahan pada jantung, sistem pembuluh darah dan syaraf.
4. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan jantung jika tidak diobati. A,
Selama kehamilan dapat ditularkan pada bayi dalam kandungan dan dapat
menyebabkan keguguran atau lahir cacat.
d. Granuloma inguinale
1. Penyebab
Menurut Handoyo (2010), sebuah luka kecil dibagian kemaluan akan
menyebar lama-kelamaan membentuk sebuah masa granulomatus
(benjolan-benjolan kecil) yang bisa menyebabkan kerusakan berat organ-
organ kemaluan.
2. Gejala
Menurut Depkes RI (2007), pada stadium awal dimulai dengan adanya
plenting kecil yang akan pecah dalam waktu singkat kemudian menjadi luka,
tidak nyeri dan sembuh sendiri pada waktu singkat.
Dalam waktu antara 1-4 minggu setelah luka tersebut sembuh akan timbul
pembengkakan kelenjar lipat paha yang disertai rasa nyeri, keras, berbentk
seperti sosis.
3. Komplikasi
Stadium lanjut pada laki-laki dapat menyababkan pembengkakan pada
penis dan scrotum (elefanitasi scrotum) sedang pada wanita menyebabkan
pembengkakan bibir kemaluan (elephantiasis labiae/esthiomene).
1. Gejala:
2. Komplikasi:
b. Tertular pada bayi dan menyebabkan lahir muda, cacat, bayi, lahir mati.
e. Tertular HIV
g. Kondiloma akuiminata
1. Penyebab
Kondiloma akuiminata disebabkan oleh virus human papilloma tipe 6
dan 11 dengan masa inkubasi 2-3 bulan setelah kuman masuk kedalam
tubuh.
2. Gejala
Gejala yaitu terlihat adanya satu atau beberapa kutil (lesi) didaerah
kemaulan dan lesi ini dapat membesar.
Menurut Depkes RI (2007) gejala pada wanita hamil dapat membesar
sampai dubur dan mirip jengger ayam atau bunga kol. Pada laki-laki
mengenai alat kelamin dan sluran BAK bagian dalam. Kadang-kadang
kutil tidak terlihat sehingga tidak disadari tidak biasanya laki-laki baru
menyadari setelah dia menulari pasangannya.
3. Komplikasi :
Menurut Depkes RI (2007), komplikasi kondoloma akuminata yaitu
kanker leher rahim atau kanker kulit disekitar kulit kelamin.
3. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan jamur yaitu:
h. Kandidiasis
1. Penyebab
Infeksi kandidiasis disebabkan oleh jamur candidia albican yang pada
umumnya terdapat di susu dan vagina.
2. Gejala
Gejalanya berupa keputihan menyerupai keju disertai lecet serta rasa
gatal dan iritasi didaerah bibir kemaluan dan berbau khas. Menurut
Depkes RI (2007) gejala kandidiasis yaitu : pada keadaan normal jamur
ini terdapat dikulit maupun didalam kemaluan perempuan. Tetapi pada
keadaan tertentu jamur ini meluas sedemikian rupa hingga
menimbulkan keputihan. Gejalanya berupa keputihan berwarna seperti
susu, bergumpal, disertai rasa gatal panas dan kemerahan pada kelamin
dan sekitarnya.
a. Trikomonas vaginalis
Trikomonas adalah infeksi saluran urogenetalia yang dapat bersifat
akut atau kronik dan disebabkan oleh tricomonas vaginalis
1. Penyebab
Tricomonas vaginalis merupakan yang berflagela dengan masa inkubasi
sekitar 1 minggu, tapi dapat berkisar 4-28 hari.
2. Gejala
Wanita gatal-gatal dan rasa panas, vagina sekret vagina yang banyak,
berbau dan berbusa (sekret yang berbusa merupakan bentuk klasik dari
trikomonas sebanyak 12%, disuria dengan pruritusedema vulva,
perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks.
Menurut Depkes RI (2007), secara psikologis dan fisik dampak infeksi menular
seksual (IMS) bagi remaja, sebagai berikut:
1. Rendah diri
2. Malu dan takut sehingga tidak mau berobat yang akan memperberat
penyakit atau bahkan akan mengobati jenis dan dosis tidak tepat yang
justru akan memperberat penyakitnya disamping terjadi resistensi obat.
3. Gangguan hubungan seksual setelah menikah karena takut tertular lagi atau
takut menularkan penyakit pada pasangannya.
1. Bekas bisul atau nanah didaerah alat kelamin dapat mengganggu kualitas
hubungan seksual dikemudian hari karena menimbulkan rasa nyeri dan
tidak nyaman waktu berhubungan seks.
TINJAUAN KASUS
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara nyeri
5. Ajarkan teknik non
farmakologi secara
tepat
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
keadaan nyeri
5. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
6. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan
tidur
8. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
rasa nyeri
Edukasi:
6. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
7. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
8. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
9. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara nyeri
10. Ajarkan teknik
non farmakologi
secara tepat
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
membaik nasogastrik
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik:
1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
3. Sajiakn makanan
secara menarik dan
duhu yang sesuai
4. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian
makan melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi:
1. Anjurkan posisi
duduk, jika perlu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberisn medikasi
sebelum makan, jika
perlu
2. kolaborsi dengan ahli
gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gambaran sikap remaja tentang Pencegahan Penyakit MenularSeksual mempunyai
kategori mendukung sebanyak 30 responden(50,8%), jumlah responden yang tidak
mendukung sikap PencegahanPenyakit Menular Seksual sebanyak 29 responden
(49,2%)
B. SARAN
1. Bagi Remaja
Diharapkan remaja untuk membekali dirinya dengan cara membacabuku tentang
pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual agar memiliki pengetahuan yang
luas.
4. Bagi Penelitian
Diharapkan peneliti dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian
Daftar pustaka
http://repository.ump.ac.id/5895/3/Khodiroh%20BAB%20II.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1554/6/12.%20BAB%20V.pdf