Anda di halaman 1dari 7

ASKEP KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

A. Definisi kehamilan ektopik

.Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii
merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis
servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono
Prawiroharjho, 2005)
.Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii
merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis
servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono
Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium
kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum
yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri.
Penyebab kehamilan ektopik terganggu

B. Etiologi
Berbagai macam faktor berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri menyebabkan seorang ibu
semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan
kehamilan ektopik diantaranya:
1. Faktor dalam lumen tuba:
a. Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba
b. Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-kelok
c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dan menyebabkan lumen tuba
menyempit
2. Faktor pada dinding tuba:
a. Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di tuba
b. Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi telur di tempat tersebut
3. Faktor di luar dinding tuba:
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba, mengakibatkan terjadinya hambatan
perjalanan telur
b. Tumor yang menekan dinding tuba, menyebabkan penyempitan lumen tuba
c. Pelvic Inflammatory Disease (PID)
4. Faktor lain:
a. Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun
b. Migrasi luar ovum, sehingga memperpanjang waktu telur yang dibuahi sampai ke uterus
c. Fertilisasi in vitro
d. Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
f. Merokok
g. Penggunaan dietilstilbestrol (DES)
h. Uterus berbentuk huruf T
i. Riwayat operasi abdomen
j. Kegagalan penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin saja
k. Ruptur appendix
l. Mioma uteri
m. Hidrosalping

C. Macam-macam kehamilan ektopik


Menurut Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya
antara lain :
1. Kehamilan Abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum.
(sinonim : kehamilan intraperitoneal)
2. Kehamilan Ampula
Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
3. Kehamilan Servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis servikalis
uteri.
4. Kehamilan Heterotopik Kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
5. Kehamilan Kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
6. Kehamilan Interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
7. Kehmailan Intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya kehamilan
tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
8. Kehamilan Ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
9. Kehamilan Ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan
ovarium.
10. Kehamilan Tuba
Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.

D. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada
tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium
rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan
luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel
telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada organ
reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis
servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba
falopii (90%).
E. Manifestasi Klinik
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad
klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada
setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri
abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo
atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan
dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup
banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada
adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis,
salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul
nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian
bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas
tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per
vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien
tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
Secara umum, tanda dan gejala kehamilan ektopik adalah:
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan vaginal
2. Menstruasi abnormal
3. Abdomen dan pelvis yang lunak
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau tergeser
akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Massa pelvis
7. Kuldosentesis. Untuk identifikasi adanya hemoperitoneum yang ditandai.
Beberapa gejala berikut dapat membantu dalam mendiagnosis kehamilan ektopik:
1. Nyeri: Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri
dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
2. Perdarahan: Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada
75% kasus
3. Amenorhea: Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa
mereka hamil
F. Pemeriksaan Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain
dengan :
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan
per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada
banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya
tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
d. Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG :
- Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
c. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada
darah.
d. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
e. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
G. Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan
selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber
perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak
mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan
yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan
bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG
(kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan
ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau
dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan
dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah
sakit.
H. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang
terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat
dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini
dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan
organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga
komplikasi terkait tindakan anestesi.
I. Diagnosis Bandung
Kehamilan tuba memiliki gejala-gejala yang mirip dengan penyakit lain, terutama dengan infeksi
daerah pelvis. Beberapa kelainan yang memiliki gejala mirip dengan kehamilan tuba antara lain
adalah:
1. Salpingitis
Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi dan tes kehamilan negatif.
Dapat ditemukan getah serviks yang purulen.
2. Abortus (imminens atau inkomplitus)
Gejala klinik yang dominan adalah perdarahan, umumnya terjadi sebelum ada nyeri perut.
Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua seperti pada kehamilan ektopik. Nyeri perut
umumnya bersifat kolik dan kejang (kram). Uterus membesar dan lembek, terdapat dilatasi
serviks. Hasil konsepsi dapat dikenali dari pemeriksaan vagina.
3. Appendisitis
Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka kanan. Bisa ditemukan
pembengkakkan bila ada abses apendiks, namun tidak terletak dalam di pelvis seperti pada
pembengkakan tuba. Demam lebih tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan
menunjukkan hasil negatif.
4. Torsio kista ovarium
Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba umumnya terasa menempel
pada uterus. Perut lunak dan mungkin terdapat demam akibat perdarahan intraperitoneal. Tanda
dan gejala kehamilan mungkin tidak ditemukan namun ada riwayat serangan nyeri berulang yang
menghilang dengan sendirinya.
5. Ruptur korpus luteum
Sangat sulit dibedakan dengan kehamilan tuba, namun ruptur korpus luteum sangat jarang
ditemukan.

ASUHAN KEPERAWATAN POST OP O/K KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU,


MIOMA UTERI+HIDROSALPING

1. Pengkajian
a. Nyeri
b. Sulit tidur
c. Merasa panas
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
b. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan
maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
3. Rencana keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
Tujuan : nyeri berkurang
Intervensi :
1) Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam
Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.
2) Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan
meningkat
3) Kaji stress psikologis ibu dan respons emosional terhadap kejadian
Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi dapat memperberat ketidaknyamanan karena
sindrom ketegangan dan nyeri.
4) Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
5) Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga nmengurangi penekanan dan
nyeri.
6) Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri.
7) Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.
b. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan
maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
Tujuan : ansietas berkurang, pasien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan
efektif.
Intervensi :
1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sitem pendukung.
Rasional : Makin ibu meraakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
2) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati. Rasional : membantu
membatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrasakan perhatian terhadap
ibu/pasangan.
3) Beri penguatan aspek positif pada dari ibu
Rasional : membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam perspektif.
4) Anjurkan ibu pengungkapkan atau mengekspresikan perasaan. Rasional : membantu
mengidentifikasikan perasaan dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan ambivalen
atau berduka. Ibu dapat merasakan ancaman emosional pada harga dirinya karena perasaannya
bahwa ia telah gagal, wanita yang lemah.
5) Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan. Rasional : Mendukung
mekanisme koping dasar dan otomatis meningkatkan kepercayaan diri serta penerimaan dan
menurunkan ansietas.
6) Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai
keinginan ibu.
Rasional : Memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi, menyusun
sumber-sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif.

Askep KET
Pengkajian :Biodata, KU, RPS, RPMsL, Status Obgin, R/Kesh klg, dll
Px/ Fisik
Px/ Ginekologi : VT dan RT
Px/ Lab : Hb, Test gravid (+), kuldosintesis, USG, Laparatoskopi
Dx/ Kep KET
Ggn pemenuhan keb. Cairan tubuh b/d perdarahan
Ggn rasa nyaman (nyeri) b/d pembesaran buah kehamilan extrauterin
Resiko shock b/d perdarahan hebat
Ggn psikologis (cemas) b/d krg penget. Ttg kesuburan yg mengancam

1. GGn pemenuhan keb. Cairan tubuh b/d perdarahan


Intervensi :
Kaji perdarahan (juml, warna, gumpalan)
Cek. Hb.
Anjurkan banyak minum
Anjurkan Bed rest
Kolab. Dgn tim medis : transfusi drh

2. Ggn rasa nyaman (nyeri) b/d pembesaran buah kehamilan extrauterin


Intervensi :
Kaji tingkat nyeri klien
Durasi, lokasi, frekw, jenis nyeri (akut, kronik, mendadak, terus2)
Cipt. Lingk. Yg nyaman
Ajarkan tehnik relaxasi dan distraksi
Kompres dingin
Posisi yg nyaman
Kolab. Dg tim medis : analgetik
3. Resiko shock hypovolemik b/d perdarahan hebat
Intervensi :
Monitor vital sign
Kaji perdarahan
Cek Hb.
Pasang infus
Check gol. Drh
Kolab. Dgn tim medis : transfusi darah
Obs. Tanda shock

4. Ggn psikologis (cemas) b/d krg penget. Ttg kesuburan yg mengancam


Intervensi :
Kaji tkt kecemasan
Kaji tkt penget.
Ajari pasien untuk lbh terbuka
Beri penjelasan ttg proses peny.
Anjurkan klg untuk memberi support system

Anda mungkin juga menyukai