Agus : boy, kira – kira kapan nih kita mau nongkrong – nongkrong lagi ya kan ?..
Riski : Hmm, gimana ya sebenarnya aku sih mau nongkrong – nongkrong gitu
sambil main game online. Tapi makin hari, makin banyak aja tugas dari guru yang
harus diselesaikan…
Gilang : Hadeuhh, betul banget makin ngilu aja nih kepala rasanya.
Tiba – tiba percakapan mereka teralihkan oleh Dina yang berada di depan mereka
yang jongkok sambil memungut sampah yang ada di sekitarnya.
Gilang : Eh iya itukan Dina anak kelas sebelah, yang cantik itukan wkwk.
Setelah melihat Dina dan mereka merasa bingung, apa yang dilakukan oleh gadis
itu. Akhirnya mereka memastikan Gilang yang akan kesana.
Gilang pun melihat apa yang dilakukan oleh Dini dan ia juga merasa kesal setelah
panggilannya tidak di balas oleh Dini.
Sebegitu kasar kata – kata yang dilontarkan Gilang kepada Dini, namun tak
berhenti sampai disitu saja. Gilang pun kembali ke teman – temannya dan langsung
merampas botol yang sedang dipegang oleh Riski. Dan setelah itu botol nya pun
dilempar kearah Dina namun tidak mengenainya, sembari mengatakan,
Gilang : Ternyata dia cantik – cantik pemulung suka mungut sampah, hahaha.
Agus : Wah ternyata Dini yang selama ini kita kira cantik ternyata dia pemulung ?.
Mereka bertiga pun terus meledek Dina sambil jalan melewatinya. Tetapi Dina
tetap sabar dan rendah hati mengambil botol yang telah dilempar kepadanya tadi
dan menaruhnya di tong sampah.
Pada keesokan harinya di sekolah pada jam pulang sekolah Agus, Riski dan Gilang
masih nongkrong di sekolah sembari main game online.
Disisi lain Dina ternyata masih belum pulang sekolah juga, ia ternyata masih
membantu ibu kantin membersihkan sampah – sampah yang ada di kantin tersebut.
Dan akhirnya mereka bertiga pun melihat Dina lagi pada hari tersebut.
Riski : Eh guys… itukan Dina ngapain lagi dia jam segini di kantin ?...
Gilang : Wah aku masih kesel nih sama dia, tapi ngapain ya dia juga bantu ibu
kantin bersihkan sampah.
Dikarenakan mereka penasaran, akhirnya mereka mengamati apa yang dilakukan
oleh Dini dan mendengar percakapan yang dilakukannya.
Ibu kantin : Eh Din, mengapa kamu sering repot – repot mau bantu ibu
membersihkan kantin ?...
Dina : Iya bu, tidak mengapa, saya tadi Cuma kebetulan lewat kantin mau pulang.
Terus saya melihat kotor sekali kantinnya, saya merasa iba melihat ibu
membersihkan kantin ini seorang diri.
Ibu Kantin : Hehh tidak apa Din, ibu sudah biasa membersihkannya tetapi
semenjak kamu masuk ke sekolah ini pekerjaan ibu jadi lebih ringan, karena kamu
sering membantu ibu.
Ibu Kantin : Ngomong – ngomong ya Din kenapa kamu itu setiap melihat hal – hal
yang kurang rapi atau kurang bersih pasti, kamu bantu bersihkan. Ibu sekali lagi
heran sama kamu ?...
Dina : Iya bu, saya sudah dilatih sejak kecil oleh kedua orang tua tentang kerapian,
kebersihan. Kedisiplinan mereka lah yang membuat saya menjadi peka terhadap
alam sekitar ini bu.
Ibu Kantin : Wah ibu jadi kagum sama kamu, anaknya cantik, rajin dan peka
terhadap lingkungan sekitar.
Dina : Ah, ibu saya jadi malu. Ngomong – ngomong bu sekarang sudah bersih ya,
Dina pamit pulang dulu ya, Dina masih ada projek lain. Assalamualaikum bu…
Ibu Kantin : Iya Din makasih banyak, Waalaikumussalam, hati – hati di jalan ya
nak …
Akhinya setelah membantu Dina membersihkan kantin, ia pun berjalan kearah luar
sekolah.
Situasi berganti ke tiga orang laki – laki setelah mendengar dan melihat apa yang
dilakukan Dina bersama dengan Ibu kantin.
Riski : Wah ternyata Dina anak yang sangat baik ya, dia peka sama lingkungan
sekitar.
Agus : hmm, iya nih jadi gak enak sama dia setelah kejadian kemarin.
Gilang : Eits tunggu dulu, jangan terlalu cepat, mengambil kesimpulan. Mantau itu
hanyalah sandiwara belaka…
Riski : Wah iya nih, setuju gak kalua kita ikutin dia pergi, dia bilang mau ada
projek kan tadi ?..
Akhirnya mereka bertiga pun mengikuti Dina dari belakang sambil mengamati apa
yang dia lakukan.
Dina pun berjalan sambil memegang kantung plastik kecil untuk memugut sampah
jika ada di jalan yang ia telusuri.
Tiga orang laki – laki pun yang melihat Dina berjalan sambil memungut sampah
pun, diam tak bisa berkata – kata, sambil takjub dengan perilaku nya.
Hingga akhirnya Dina telah sampai di tempat projeknya. Tenyata di sana adalah
tempat komunitas orang yang peduli lingkungan. Sampainya disana Dina pun
langsung bekerja menyelesaikan projek nya pada saat itu yaitu, membersihkan
lapangan dan puskesmas yang telah terbengkalai akibat tidak digunakan kembali.
Tiga orang laki – laki pun telah dating menyusul Dina, dan mereka memperhatikan
dan tampak bingung,
Riski : Pernah kudengar rumonya, bahwa ini dahulu adalah lapangan dan
puskesmas yang sudah lama.Tapi kenapa ya ramai sekali disana ?...
Agus : kalau yang ku perhatikan sih mereka saling mengenal dan sepertinya
mereka punya tujuan yang sama seperti Dina.
Mereka bertiga pun mengamati lebih dekat dan mereka akhirnya sadar,
Agus : Iya, sepertinya begitu mereka tampak aktif sekali dan kompak dalam
membersih kan dan merapikan tempat itu.
Gilang : Wah kita merasa tidak enak, setelah suudzon terhadap Dina, kemarin.
Riski : Jadi, bagaimana ini selanjutya ?... apakah kita sebaiknya minta maaf
kepadanya ?...
Setelah kegiatan nya selesai, Dina pun berkumpul bersama teman – teman
komunitas untuk menyampaikan sebuah kata – kata untuk memotivasi rekan –
rekannya,
Dina : Teman – teman, menyelamatkan lingkungan dimulai dari tindakan awal kita
dengan membersihkan dan melestarikannya. Lingkungan di sekitar Kita
membentuk diri kita. Bagaimana kita menangani keadaan darurat atau bagaimana
reaksi kita saat seseorang bersikap kasar terhadapmu, terhadap dirimu. Ingatlah
bahwa sampah atau kotoran itu tidak buruk, tetapi Yang terpenting adalah reaksi
kita terhadapnya. Jika Kita hanya diam saja dan tak apa - apa itu percuma. Karena
percuma kalau Kita punya harta Yang banyak tetapi lingkungan nya telah rusak.
Setelah selesai melakukan projeknya Dina pun berjalan pulang ke arah rumahnya,
namun di hadapannya ada Agus, Riski dan Gilang.
Gilang : Din, maafkan kami ya atas perilaku kami kemarin. Kami masih merasa
bahwa sampah itu buruk, tetapi ternyata kita lah yang buruk karena tak mau
membersihkannya. Seperti perkataanmu tadi, bahwa jika kita hanya diam saja dan
tak apa - apa itu percuma. Karena percuma kalau kita punya harta yang banyak
tetapi lingkungan nya telah rusak. Jadi, maafkan kami Din..
Dina : Tidak mengapa, lagi pula aku tidak menagmbil hati sejak kejadian kemarin.
Gilang : Benarkah Din, tetapi perilaku kami itu sejujurnya tidak baik.
Dina : Tentu saja boleh, kegiatan kami dilaksanakan selama seminggu 3kali dan
ada projek berbeda juga tiap waktu. Yang terpenting kalian datang aja untuk hari
selanjutnya di tempat ini oke ?...
Pada akhirnya mereka menjadi teman yang baik dan bersama dalam sebuah
komunitas peduli lingkungan. Jadi, teman – teman marilah merawat lingkungan
hari ini untuk kehidupan yang lebih baik besok.
SELESAI