Anda di halaman 1dari 9

BANK UMUM SYARIAH

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Industri perbankan Indonesia memainkan peran yang sangat penting ekonomis. Bank
adalah salah satu lembaga keuangan yang berperan penting dalam perekonomian suatu
negara. Pada pasal 1 (2) UU No.1. 10 tahun terdapat perubahan 1998 atas UU No. 130, bisnis
perbankan 7 Juli 1992 adalah Entitas komersial yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk kredit atau pinjaman, dll. Untuk meningkatkan standar hidup orang-orang. Ada
dua jenis bank di Indonesia yaitu bank tradisional dan bank syariah (Abustan, 2009). Hal ini
karena perbankan merupakan salah satu sistem keuangan yang beroperasi sebagai perantara
keuangan, ini adalah lembaga yang berfungsi sebagai pemilik dan pengguna dana yang
dikumpulkan. sehingga, aktivitas perbankan juga harus beroperasi secara efektif di tingkat
makro dan mikro.
Dana yang mengalir dari masyarakat dialokasikan ke berbagai departemen ekonomi
dan semua bidang kebutuhan, secara tepat dan secara cepat meningkatkan mobilitas
komunitas yang ada belum dilayani oleh sistem perbankan biasa, dan memenuhi permintaan
akan layanan perbankan yang sesuai mengikuti ajaran Islam, kemudian Bank Islam secara
resmi didirikan pada tahun 1992 memperkenalkan kepada masyarakat. Perkembangan sistem
perbankan syariah Indonesia sedang berlangsung dalam kerangka sistem perbankan ganda
atau sistem perbankan ganda sehingga Kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) saat
ini memberikan layanan perbankan alternatif yang lebih baik kepada masyarakat Indonesia:
Sistem perbankan syariah dan bank konvensional bekerja sama untuk mendukung mobilisasi
dana publik yang lebih luas untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan sektor ekonomi
negara.
Perkembangan keuangan Islam bersifat informal mulailah sebelum kerangka hukum
resmi dirilis. Bisnis perbankan di Indonesia: Beberapa perusahaan keuangan non-bank yang
didirikan sebelum tahun 1992 telah mengadopsi menyebabkannya lari. Ini menunjukkan
kebutuhan masyarakat akan mampu menyediakan layanan keuangan sesuai dengan hukum
Syariah. Bank Islam Indonesia dalam waktu yang relatif singkat telah menunjukkan
kemajuan besar dan lebih banyak lagi menunjukkan eksistensinya dalam sistem ekonomi
nasional. Berdasarkan prinsip syariah atau bank dan bank syariah tradisi juga berfungsi
sebagai perantara (Agen). Sistem ajaran Islam ini memberikan keadilan, transparansi,
akuntabilitas, dan rasa saling percaya di antara para pelaku sistem ekonomi dunia saat ini
didominasi oleh segelintir pemilik kapitalis dan kuasi kapitalis memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan ekonomi, yang pada akhirnya menimbulkan banyak
korban. Oleh karena itu, keberadaan bank syariah diharapkan dapat memberikan solusi dalam
kasus-kasus ini. Dari tahun 1992 hingga 1998, hanya ada satu bank umum syariah 78 Bank
Negara Imam Islam (BPRS) yang beroperasi tahúr 1998 muncul pada 10 Oktober 1998,
melibatkan 7 tahun amandemen UU No. 1 Bisnis perbankan terkait pada tahun 1992.
Perubahan hukum menyebabkan beberapa perubahan untuk Hukum Perkembangan
Perbankan Islam Dasar hukum rinci dan jenis usaha yang dapat dijalankan dan
diimplementasikan oleh Bank Islam.
Dalam beberapa kasus, bank tradisional dan bank syariah memiliki kesamaan
terutama dalam sistem penerimaan keuangan ketentuan umum untuk transfer, pembiayaan
dan lainnya. Namun, ada perbedaan mendasar di antara keduanya dengan kata lain, di bank
Syariah, kontrak memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi, karena akad berdasarkan
hukum Islam. Fitur dasar perbankan Islam melarang mereka. Aplikasi agensi melarang
transaksi berdasarkan spekulasi, identifikasi Bank Islam sebagai lembaga keuangan memiliki
hubungan dekat dengan sektor entitas, ini keunggulan kompetitif bank syariah. Perbankan
Islam menggunakan prinsip bagi hasil ini terbukti menjadi solusi yang eksplosif. Akibat
masalah ini, bank tradisional mengalami penyakit menular negatif. Urutan sistem suku bunga
yang ditentukan oleh bank tradisional membuat bank harus menanggung kerugian bisnis
penagihan suku bunga kredit dasaat dana nyapa lebih rendah dari suku bunga deposito (dana
pihak ketiga yang disimpan di bank. Sebagai Lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerja
untuk beroperasi. Selain itu, bank syariah harus bersaing dengan bank pengetahuan
tradisional dan perkembangan pesat di Indonesia. Persaingan yang semakin ketat ini harus
dibarengi dengan manajemen yang baik. Alangkah baiknya bisa bertahan di industri
perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah fokus bank pada bias
kelangsungan hidup adalah kinerja keuangan bank.
Laporan keuangan bank menunjukkan kinerja keuangan yang dicapai oleh bank pada
satu waktu. Laporang keuangan dapat mengetahuinya dengan menghitung rasio keuangan
memahami kinerja melalui analisis rasio, yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan
efisiensi operasional. Rasio ini merupakan teknik analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan hubungan target yang jelas dalam neraca dan laporan laba rugi bank. (Abdullah
dalamisnarahmawati, 2008). Pada bank Syariah yang paling menonjol adalah adanya system
bagi hasil yang tidak terpengaruh dengan adanya perubahan tingkat suku bungasehingga
beban operasional bank lebih rendah daripada bank konvensional sehingga bank Syariah
dapat meningkatkan dan menjangkau kebutuhan masyarakat secara lebih meluas.

BAB II
KAJIAN TEORI

Perbankan syariah terdiri dari dua kata yaitu bank dan Islam. Bank adalah lembaga
keuangan yang bertindak sebagai perantara Dana berasal dari dua pihak, pihak dengan dana
berlebih dan dua pihak orang dengan dana tidak mencukupi. Istilah hukum Syariah dalam
versi Bank Islam Indonesia didasarkan pada aturan perjanjian operasi bank, dan pihak lain
melakukan aktivitas keuangan dan / atau komersial serta aktivitas lainnya sesuai dengan
hukum Islam. Bank Syariah, sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 merupakan
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat berupa: Simpan dan sebarkan ke publik
dalam bentuk kredit dan / atau bentuk lain untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bank
syariah atau bank syariah diartikan sebagai bank yang beroperasi sesuai dengan ajaran Islam.
Tindakan bank shariah mengacu pada ketentuan Alquran dan Sunnah. Menurut
jenisnya, bank syariah termasuk Bank Umum Syariah dan Bank Keuangan Publik Islam.
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang menyediakan layanan pembayaran
dalam kegiatannya. Sedangkan Bank Keuangan Syariah Rakyat (BPRS) merupakan bank
syariah dan tidak memberikan layanan pembayaran dalam kegiatannya. Prinsip Syariah
berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berbasis fatwa. Itu dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan
fatwa dalam hukum Syariah. Atau dengan kata lain, prosedur operasional sebuah bank
mengacu pada ketentuan Alquran dan Sunnah. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan usaha bank mengikuti ketentuan hukum Syariah, khususnya hukum Syariah.
Ini terkait dengan cara sholat dalam Islam. Menurut "Islamic Encyclopedia", bank syariah
atau bank syariah adalah bisnis utamanya adalah lembaga keuangan yang memberikan kredit
dan jasa dalam bisnis pembayaran dan peredaran mata uang untuk menjalankan bisnis
tersebut menurut hukum Islam. Menurut apa yang para ahli ketahui tentang bank syariah:
a. Shaik
Perbankan Islam adalah bentuk yang didasarkan pada perbankan modern mengenai
hukum hukum Islam, hukum tersebut dikembangkan oleh Islam pada abad pertama, dengan
menggunakan konsep pembagian resiko sebagai metode utama, dan keuangan negatif
berdasarkan kepastian dan keuntungan yang terjadwal.
b. Sudarsono
Perbankan syariah adalah bisnis utama untuk memberikan kredit dan layanan lainnya
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan ajaran
Islam.
C. Muhammad
Bank Islam adalah lembaga keuangan yang tidak mengandalkan keuntungan yang
diberikan oleh bisnis utamanya transaksi pembayaran dan pembiayaan serta layanan lain
dalam peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan prinsip hukum syariah.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Jenis Bank Umum Syariah


Pada dasarnya berdasarkan prinsip kerjanya bank syariah terdiri dari 3 jenis, yaitu
Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) :
a. Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa
lalu lintas pembayaran. Bank Umum Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan Prinsip, Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk giro, sehingga tidak dapat menerbitkan cek dan
bilyet giro.
c. Unit Usaha Syariah (UU), adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional
yang berfungsi sebagai kantor induk dan unit kantor cabang yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah
unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan  Prinsip, Syariah, atau
unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berupa: transaksi bagi hasil dalam bentik mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa dalam
bentik ijarah, transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istisna,
transaksi meminjam dalam bentik piutang qardh dan transaksi sewa jasa dalam bentik ijarah
untuk transaksi multijasa. berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas
dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

3.2 Aktifitas Pada Bank Umum Syariah


Kegiatan usaha bank umum Syariah meliputi (Pasal 19): Pertama, menghimpun dana
dalam bentuk giro, tabungan atau giro berbasis Akkad lainnya, tabungan atau bentuk
simpanan lain yang dipersamakan dengan itu yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
Kedua menghimpun dana dalam bentuk simpanan, tabungan atau bentuk investasi lain yang
dipersamakan dengan itu sesuai dengan kontrak mudrabach atau kontrak lain yang tidak
melanggar hukum Syariah; Ketiga menggunakan mudrabarah Akad, Musyarakah Akad atau
Akad lainnya untuk mendistribusikan pembiayaan bagi hasil yang tidak melanggar prinsip
ajaran Islam; Keempat menurut Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna 'atau Akad
lainnya yang tidak melanggar prinsip hukum Syariah; Kelima mengalokasikan dana menurut
Akad qardh atau Akad lain yang tidak melanggar ajaran Islam; Keenam menjalankan usaha
kartu debit dan / atau kartu pembiayaan sesuai dengan prinsip hukum Syariah; Ketujuh
membeli, menjual atau menjamin surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar
transaksi aktual sesuai dengan prinsip Syariah, termasuk Akad ijarah, Musyarakah,
mudrabah, murabahah, kafalah atau hawalah; Kedelapan membeli surat berharga sesuai
dengan ajaran Islam yang diterbitkan oleh pemerintah dan / atau Bank Indonesia; Kesembilan
menerima pembayaran invoice efek dan menghitungnya dengan pihak ketiga atau pihak
ketiga sesuai dengan hukum Syariah; Kesepuluh perwalian untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan Akad berdasarkan hukum Syariah; Kesebelas menyediakan tempat untuk
menyimpan surat berharga dan surat berharga berdasarkan ajaran Islam; Kedua belas
Menurut hukum Syariah, transfer dana tidak hanya untuk keuntungan Anda sendiri, tetapi
juga untuk keuntungan klien Anda; Ketiga belas melakukan tugas wali menurut wakalah
Akad; Keempat belas memberikan letter of credit atau bank garansi sesuai dengan prinsip
hukum Syariah; dan selama tidak melanggar hukum Syariah dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, dimungkinkan untuk melakukan kegiatan lain yang biasa dilakukan
oleh sektor perbankan dan sektor sosial.
Selain itu, bank umum syariah juga dapat (Pasal 20): Pertama melakukan kegiatan
valuta asing sesuai dengan prinsip hukum Syariah; Kedua melakukan kegiatan penyertaan
modal pada bank umum syariah atau lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usaha
sesuai dengan prinsip syariah; Ketiga melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat gagalnya pembiayaan berdasarkan ajaran Islam, namun penyertaan harus
dibatalkan; Keempat menjabat sebagai pendiri dan pengelola dana pensiun sesuai dengan
prinsip hukum syariah; Kelima sepanjang tidak melanggar hukum syariah dan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal dapat melakukan kegiatan di pasar modal;
Keenam melakukan kegiatan berdasarkan Syariah atau produk bank melalui sarana
elektronik; Ketujuh menerbitkan, menerbitkan dan memperdagangkan surat berharga jangka
pendek secara langsung atau tidak langsung melalui pasar mata uang sesuai dengan Hukum
Syariah; Kedelapan menerbitkan, menerbitkan, dan memperdagangkan efek jangka panjang
secara langsung atau tidak langsung melalui pasar modal sesuai dengan prinsip Syariah; dan
menyediakan produk yang sesuai dengan prinsip hukum Syariah atau menjalankan aktivitas
perbankan komersial hukum Syariah lainnya.

3.3 Jumlah Bank Umum Syariah Di Indonesia


Berdasarkan data OJK di Biro Statistik Perbankan Syariah (SPS) pada Juni 2019,
jumlah bank syariah di Indonesia saat ini sekitar 198 bank syariah. Berikut kami berikan
daftar lengkap Bank Syariah Indonesia. Peran bank syariah di Indonesia sudah memasuki
dekade ketiga, sejak pertama kali digagas oleh Bank Muamarat Indonesia (BMI) pada tahun
1992, bermunculan bank-bank syariah lainnya. Hal tersebut tidak terlepas dari prospek
cerahnya industri keuangan syariah Indonesia. Selain itu, Undang-Undang Nomor 21 tentang
Perbankan Syariah diundangkan pada tahun 2008. Undang-undang ini merupakan payung
hukum dan bukti pengakuan perbankan syariah di Indonesia. Per Juni 2019, jumlah bank
syariah di Indonesia adalah 189 bank syariah, yang terdiri dari 14 Bank Umum Syariah
(BUS), 20 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 164 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

3.4 Unit Usaha Syariah (UUS)


Unit Usaha Syariah menurut undang-undang No. 21 tahun 2008 adalah Satuan kerja
kantor pusat Bank Umum Syariah yang fungsinya merupakan kantor pusat dari kantor atau
unit yang melakukan kegiatan komersial sesuai dengan prinsip syariah, atau satuan kerja dari
cabang bank yang melakukan kegiatan usaha di luar negeri. Secara tradisional, merupakan
cabang Syariah, kantor dan / atau kantor pusat dari departemen Syariah (Al Arif, 2012).
Sebagai macam dari sistem perbankan nasional, adanya bank syariah diharapkan dapat
mendorong perekonomian nasional dengan tujuan dan fungsi usaha perbankan syariah yaitu
kemakmuran ekonomi yang luas, penyerapan tenaga kerja yang utuh dan pertumbuhan
ekonomi yang optimal, keadilan sosial ekonomi, dan bahkan pendapatan. dan Distribusi
kekayaan, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan investasi dalam tabungan untuk memastikan
pengembalian yang adil dan layanan yang efektif (Setiawan, 2006).
Dalam kegiatan usaha bank syariah, hal mendasar yang harus diperhatikan adalah
menjaga keseimbangan antara memaksimalkan keuntungan dan mewujudkan prinsip syariah.
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, Bank Syariah wajib menjalankan
fungsinya, antara lain fungsi intermediasi termasuk pengumpulan dan penyaluran dana
masyarakat untuk mendukung pembangunan sosial, dan fungsi sosial untuk menjalankan
fungsinya. Organisasi pusat perbelanjaan baitul yang dananya bersumber dari zakat, infak,
sedekah, hibah atau dana sosial lainnya, kemudian dialokasikan kepada organisasi pengelola
terkait.
Bank syariah harus memberikan fasilitas pembiayaan untuk berperan penting dalam
menjaga stabilitas pembangunan di sektor aktual yang erat kaitannya dengan kelas menengah
ke bawah. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil diharapkan dapat mendorong
perkembangan industri yang sebenarnya. Namun fakta membuktikan bahwa setelah
diterapkannya sistem bagi hasil ini Untuk lembaga LKS, sistem mengalami banyak kendala,
sehingga bank tidak ingin memasukkan sebagian besar investasi asetnya ke dalam sistem
untuk tujuan ini. Sistem bagi hasil dinilai sangat berisiko, sehingga telah ada alternatif
pembiayaan morabahah yang dinilai lebih menguntungkan dengan risiko minimal. Praktik
tersebut sejak perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Murabahah Bank Islam
berkontribusi lebih. Musharraka dan Mudaraba.
Berdasarkan data Bank Indonesia, pencatatan pembiayaan murabahah pada tahun
2015 dikatakan sebesar Rp. 12,211 miliar. Lalu ada Rp. Mudharabah. 1.482 Miliar,
Musyarakah Rp. Istisna adalah 6.071,3 miliar Rp 770 miliar dan Ijara negara Rp 1.063 miliar.
Ini merupakan metode alokasi pembiayaan perbankan syariah, dan pertumbuhan pembiayaan
murabahah menjadi leading factor setiap tahunnya, yang menunjukkan bahwa pembiayaan
murabahah merupakan produk yang paling diminati nasabah. Pengaruh beberapa faktor
internal terhadap pembiayaan Murabahah dapat diukur dengan beberapa rasio keuangan,
antara lain pendanaan pihak ketiga (DPK) dan pengaruh biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO). Beberapa penelitian telah dilakukan pada topik serupa,
diantaranya Husni (2010) yang menggunakan variabel seperti DPK, NPF, CAR, ROA,
BOPO, inflasi, suku bunga, PDB, dll. Pembiayaan DPK Murabahah berdampak positif
terhadap hasil, sedangkan BOPO tidak sesuai untuk pembiayaan penuh.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Bank Syariah, sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 merupakan badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat berupa: Simpan dan sebarkan ke publik dalam bentuk
kredit dan / atau bentuk lain untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bank syariah atau
bank syariah diartikan sebagai bank yang beroperasi sesuai dengan ajaran Islam. Bank
syariah terdiri dari 3 jenis, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Berdasarkan data OJK di Biro Statistik Perbankan
Syariah (SPS) pada Juni 2019 jumlah bank syariah di Indonesia adalah 189 bank syariah,
yang terdiri dari 14 Bank Umum Syariah (BUS), 20 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 164 Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Kegiatan usaha bank umum Syariah meliputi
menghimpun dana dalam bentuk giro, tabungan atau giro berbasis Akkad lainnya, tabungan
atau bentuk simpanan lain yang dipersamakan dengan itu yang tidak bertentangan dengan
prinsip Syariah.
DAFTAR PUSTAKA

ROA, B. (2012). Pengaruh rasio kesehatan bank terhadap kinerja keuangan bank umum
syariah dan bank konvensional di Indonesia. Jurnal Analisis, 1(1), 79-86.

Umam, K. (2010). Peningkatan ketaatan syariah melalui pemisahan (spin-off) Unit Usaha
Syariah Bank Umum Konvensional. Mimbar Hukum-Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada, 22(3), 607-624.

Vivin, Y. A., & Wahono, B. (2017). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia. Jurnal Ilmiah Riset
Manajemen, 6(08).

Wahyudi, A. (2016). Determinan Pembiayaan Murabahah Pada Unit Usaha Syariah: Model
Regresi Panel. Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen, 6(2), 227-236.

Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah Cetakan Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),
Hal.1

Anda mungkin juga menyukai