Buku Ajar Program Studi Teknik Sipil Fak
Buku Ajar Program Studi Teknik Sipil Fak
MEKANIKA BAHAN
DISUSUN OLEH :
I PUTU LAINTARAWAN, ST, MT.
I NYOMAN SUTA WIDNYANA, ST, MT.
I WAYAN ARTANA, ST.
Puji syukur penulis kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmatNya, penyusunan Buku Ajar Mekanika Bahan dapat diselesaikan. Buku Ajar ini
disusun untuk menunjang proses belajar mengajar mata kuliah Mekanika Bahan
sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta pada akhirnya
tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini dapat dicapai.
Diktat ini bukanlah satu-satunya pegangan mahasiswa untuk mata kuliah ini,
terdapat banyak buku yang bisa digunakan sebagai acuan pustaka. Diharapkan
mahasiswa bisa mendapatkan materi dari sumber lain. Secara garis besarnya Diktat ini
mencakup materi mangenai analisis struktur statis tak tentu dengan metode consistent
deformasi, persamaan tiga momen, slope deflection, dan metode cross.
Penulis menyadari bahwa diktat ini masih banyak kelemahan dan
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga rekan sejawat
terutama yang mengasuh mata kuliah ini, sangat kami perlukan untuk kesempurnaan
tulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia iii
8.4 Lentur dengan Gaya Normal Tarik/Tekan Sentris ...............................................122
8.5 Tegangan Normal ..................................................................................................123
8.6 Tegangan Geser (τ) ................................................................................................128
Satuan turunan dinyatakan secara aljabar dalam bentuk satuan dasar dan atau
satuan tambahan dengan cara perkalian dan atau pembagian satuan dasar. Satuan
turunan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Satuan gaya adalah newton (N), yaitu gaya yang mengakibatkan percepatan
sebesar 1 M/S2 apabila bekerja pada sebuah benda yang mempunyai massa I kg. Maka I
N = I kg - M/S2. Sebuah benda dengan massa I kg mengalami gaya gravitasi sebesar
9,81 N. Nilai tepatnya tergantung pada tempat di bumi. Gaya 9,81 N ini sering ditulis I
kgf Maka gaya 5 kgf adalah gaya yang sama dengan gaya gravitasi yang bekerja pada
benda dengan massa 5 kg.
Jika suatu gaya bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan percepatan
maka arah percepatan tergantung pada arah gaya sehingga besar dan arah gaya yang
bekerja dapat ditentukan.
Sebaliknya, jika dinyatakan ∑Fy = 0 dan ∑Fx = 0 dalam sistem gaya konkuren, maka
dapat kita katakan bahwa sistem dalam kesetimbangan dan resultan gaya adalah sama
dengan nol.
Contoh 1
Benda dengan berat 100 N ditumpu oleh sebuah tie- boom, sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 1.7. Tentukan besar gaya C pada boom dan gaya T pada kabel agar
dicapai kesetimbangan!
Penyelesaian
Diagram benda bebas pada sambungan Q sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.7b.
Ada dua gaya yang tidak diketahui, yaitu C dan T yang dapat diperoleh dengan metode
segitiga gaya dan atau metode komponen.
Penyelesaian
Sistem gaya adalah koplanar dan konkuren. Kedua kabel pastilah tarikan. Untuk
menentukan besar tegangan tarik kabel, dapat dilakukan dengan metode komponen
dengan menerapkan dua persamaan kesetimbangan terhadap diagram benda bebas pada
titik B sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.8b, atau dengan segitiga gaya,
ditunjukkan pada Gambar 1.8c.
Jenis umum dari problem yang berhubungan dengan sistem gaya sejajar adalah
menentukan dua reaksi tumpuan yang tidak diketahui pada balok atau struktural. Dalam
menghitung reaksi sistem gaya sejajar, perhatikan penetapan tanda. Momen searah
jarum jam terhadap pusat momen dianggap negatif dan momen berlawanan arah jarum
jam dianggap positif.
Penyelesaian
Diagram benda bebas sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.9b. Tumpuan pin pada
A dapat memberikan reaksi horizontal, tetapi karena tidak ada gaya atau komponen
gaya horizontal maka reaksi mendatar diabaikan. Dengan menganggap putaran
berlawanan arah jarum jam positif, reaksi pada titik B dihitung dengan mengambil gaya
momen terbadap titik A.
Reaksi pada titik A dihitung dengan mengambil gaya momen terhadap titik B.
Kesetimbangan dari sistem ini tidak dapat diverifikasi hanya. dengan penjumlahan
persamaan gaya. Pada banyak kasus, paling tidak satu persamaan momen harus
digunakan. Dalam memilih pusat momen, harus diingat bahwa garis gaya yang melalui
pusat momen akan berharga nol terhadap pusat momen.
Contoh 4
Tie boom pada Gambar 1.10a menumpu beban 100 N. Boom di pin di titik A. Tentukan
gaya pada tie dan reaksi padaA.
Penyelesaian
Sistem gaya adalah koplanar dan non-konkuren. Diagram benda bebas dari boom
ditunjukkan pada Gambar 1.10b. T adalah gaya tarik kabel. Tumpuan pin pada A
diganti dengan reaksi horizontal dan vertikal AH daii AV. Gaya ke atas dan ke kanan dan
momen berlawanan arah jarum jam dianggap positif
T dihitung dengan menjumlahkan momen terhadap titik A:
2.1 Pendahuluan
Setiap benda dapat dianggap sebagai susunan partikel-partikel kecil yang
masing-masing bereaksi terhadap gaya gravitasi. Gaya-gaya yang bekerja pada
partikel-partikel sebuah benda menunjukkan berat benda. Untuk keperluan praktis,
gaya-gaya tersebut dianggap sejajar dan bereaksi terhadap gaya vertikal ke arah bawah.
Resultan dari masing-masing gaya gravitasi yang bekerja pada tiap partikel benda selalu
melalui titik tertentu (definite point) yang disebut titik pusat berat (center of gravity).
Berat adalah gaya dan dapat dianggap sebagai vektor. Sebagai vektor, berat
memiliki besar, arah dan titik aplikasi. Karena arah gaya gravitasi diketahui maka hanya
besar dan titik aplikasi yang harus ditentukan. Hal iiii bisa ditentukan baik secara
eksperimen maupun analisis. Pada bahasan ini kita batasi pada penentuan besar dan
lokasi pusat berat secara analisis.
Jika plat mempunyai sumbu simetri maka titik pusat berat terletak pada sumbu simetri
tersebut. Apabila plat memiliki dua sumbu simetri yang saling tegak lurus (sebagai
contoh, plat persegi panjang atau plat lingkaran, pusat berat terletak pada potongan dari
sumbu simetri.
Contoh 1
Scbuah bola baja berdiameter 10 cm ditancapkan secara kuat pada dudukan beton
persegi berukuran 12 cm. Tinggi dudukan beton 18 cm. Tentukan titik pusat gravitasi
benda sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Koordinat yang diperoleh dari persarnaan (2.3) dan (2.4) menunjukkan sentroid suatu
luasan. Suatu sumbu yang melalui sentroid disebut sumbu sentroid. Sumbu sentroid
sangat besar pengaruhnya dalam perhitungan statika dan kekuatan bahan. Luas dan
posisi sentroid untuk beberapa bentuk geometris sederhana telah ditentukan secara
matematis seperti ditunjukkan pada Tabel 2. 1.
Penyelesaian
Pertama, kita tempatkan sistem koordinat X-Y pada luasan komposit (pada kuadran 1),
sebagaimana tampak pada Gambar 2.7. Bagi luasan menjadi komponen luasan
geometrik sederhana. Anggap sebagai luasan bujur sangkar (a1) 457 x 610 mm, dan
kemudian keluarkan luasan segitiga (m) dan setengah lingkaran (m). Luasan a2 dan m
akan berharga negatif.
3.1 Pendahuluan
Momen inersia dari suatu luasan merupakan konsep abstrak dalam ilmu
mekanika bahan. Konsep ini bukan merupakan sifat dari luasan, tetapi lebih merupakan
besaran matematis murni, merupakan konsep yang sangat penting di dalam mempelajari
mekanika bahan. Perhatikan luasan bidang A pada Gambar 3.1. Nyatakan X-X dan Y-Y
membagai sumbu persegi panjang pada luasan. Luasan A dibagi menjadi luasan
kecil-kecil (dinyatakan dengan a). Koordinat a adalah jarak torhadap sumbu x dan y.
Suatu momen inersia harus selalu dihitung terhadap sumbu tertentu. Pada Gambar 3.1,
jika kita mempunyai momen inersia terhadap sumbu X-X dinyatakan dengan IX atau
terhadap sumbu Y-Y dinyatakan dengan IY, Momen inersia dinyatakan sebagai jumlah
semua luasan kecil-kecil, masing-masing dikalikan dengan kuadrat jarak (lengan
momen) dari sumbu yang dilihat.
Dari Gambar 3.1, momen inersia terhadap sumbu X-X adalah jumlah dari
perkalian masing-masing luasan a dan kuadrat dari lengan momen y, atau:
Contoh 1
Hitung momen inersia terhadap sumbu sentroid X-X pada luasan seperti yang
ditunjukkan pada Garnbar 3.2 di bawah ini.
(a) Gunakan rumus eksak.
(b) Gunakan metode pendekatan dan bagi luasan menjadi empat bagian mendatar
sejajar sumbu X-X.
(c) Gunakan metode pendekatan, tetapi gunakan delapan bagian mendatar yang
sama.
Untuk bagian (b) dan (c), bandingkan hasilnya dengan bagian (a) dan hitung
persentase kesalahan.
Contoh 2
Hitung momen inersia terhadap sumbu sentroid X-X, dari sebuah beton cor berlubang
(hollow- core precast concrete) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.5.
Penyelesaian
Sumbu vertikal Y-Y adalah sumbu sentroid, yang merupakan sumbu simetri. Untuk
menentukan titik sumbu sentroid X-X, dipilih sumbu referensi di bagian bawah luasan
komposit yang akan dibagi menjadi tiga komponen persegi panjang sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 3.8.
Contoh 4
Hitung radius girasi terhadap sumbu sentroid X-X dari suatu. Luasan sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 3.10 di bawah ini.
Momen inersia untuk masing-masing luasan terhadap sumbu sentroidnya dihitung dari:
Pada Gambar 3.11, sumbu Z-Z adalah suatu sumbu yang tegak lurus terhadap bidang
luasan. Maka momen inersia terhadap sumbu Z-Z adalah jumlah dari perkalian
masing-masing luasan a dan kuadrat lengan momen r. Momen inersia polar diberi notasi
J, maka:
Maka kita melihat bahwa momen inersia polar dari luasan terhadap sumbu yang
tegak-lurus terhadap bidangnya adalah sama dengan jumlah momen inersia terhadap
sumbu tegak lurus dalarn bidangnya yang berpotongan pada sumbu polar. Rumusan
Contoh 5
Ilitung momen inersia polar untuk poros lingkaran berlubang (hollow circular shaft)
dengan diameter luar 10 cm dan diameter dalam 75 cm.
Contoh 6
Untuk luasan berbentuk T sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.12 di bawah ini,
hitung: (a) momen inersia sentroid, (b) radius girasi terhadap bidang sentroid, (c)
momen inersia polar sumbu tegak-lurus terhadap bidang luas yang melalui sentroid.
Penyelesaian
Sumbu sentroid X-X dari luasan komposit telah dinyatakan pada gambar 3.12.
(a) Hitung I, Momen inersia a1 dan a2 terhadap sumbu sentroidnya adalah sejajar
terhadap sumbu sentroid X-X luasan komposit, yaitu:
1. Baja struktural jenis wide- flange dilas dengan dua plat baja sebagaimana terlihat pada
Gambar 3.13. Hitung momen inersia terhadap sumbu, sentroid X-X.
4.1 Pendahuluan
Sebagaimana sebelumnya dijelaskan statika adalah ilmu yang mempelajari gaya
dan sistem gaya yang bekerja pada benda kaku yang diam. Kekuatan bahan (strength of
materials) dapat disebut sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara gaya luar
yang bekerja pada benda elastis dan tegangan-regangan dalam yang disebabkan oleh
gaya-gaya yang bekerja. Berdasarkan prinsip-prinsip kekuatan bahan, kita akan
menyatakan bahwa ada benda elastis terhadap kondisi internal jika mengalami kondisi
pembebanan yang bervariasi.
Pada kajian statika, kita mengabaikan suatu perubahan dimensional (benda
dianggap kaku). Pada kajian kekuatan bahan, benda tidak selalu dianggap kaku.
Deformasi dan perubahan dimensional akan menjadi perhatian penting. Kita akan
memerhatikan mesin dan elemen struktural yang memiliki penerapan dalam berbagai
bidang teknologi keteknikan dengan analisis dan desain (pemilihan) dari elemen-elemen
tersebut. Pendekatan kita akan rasional dan analitis berclasarkan prinsip-prinsip
kekuatan bahan.
dengan
P : kapasitas beban aksial (beban aksial ijin maksimum)
s(all) : tegangan aksial ijin
A : luas penampang batang (m2, mm2)
Untuk keperluan desain yang memerlukan penyangga terhadap beban yang bekerja
tanpa mencapai tegangan ijin:
dengan
A : luas penampang yang dibutuhkan terhadap beban aksial yang direncanakan
P : beban atau gaya aksial luar yang bekerja
S(all) : tegangan aksial ijin (Pa)
Untuk keperluan desain terhadap gaya aksial telah tersedia bentuk struktural
berbagai macarn bahan yang tersedia di pasaran. Ukuran dan sifat-sifat kayu dan baja
struktural diberikan pada Apendiks A sampai E.
Sejauh ini kita telah mendiskusikan tegbngan tarik dan tekan yang berimplikasi
pada kondisi internal. Jenis tegangan yang lain adalah tegangan bantalan (bearing
stress) yang disimbolkan sp. Tegangan bantalan pada dasarnya adalah tegangan tekan
yang bekerja pada permukaan luar benda. Tegangan bantalan dapat dianggap sebagai
tekanan kontak di antara dua atau lebih benda yang berbeda, misalnya tekanan udara di
dalam roda kendaraan, kaki fondasi beton untuk menahan beban, dan lain-lain. Pada
Contoh 1
(a) Hitung tegangan tarik batang baja dengan ukuran penampang 50 x 50 mm jika
bekerja beban tarik aksial sebesar 100 kN (lihat Gambar 5. 1 a).
(b) Tentukan tegangan tarik st jika batang tersebut adalah baja struktural W760 x 1,44
(beban tetap 100 kN).
Contoh 2
Sebuah bola lampu dengan berat 178 N (18 kgf) ditumpu di bagian tengah kabel dengan
panjang 3 m. Kabel terbuat dari baja hardening 0,2% C (tegangan mulur (yield = 430
MPa) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.3 di bawah ini. Untuk keamanan dipilih
safety factor 3 berdasarkan kAuatan mulur kabel. Spool kabel baja tersedia dengan
diameter 0,25 mm; 0,5 mm; 0,75 mm; 1 mm; 1,25 mm. Berapa ukuran spoolkabel yang
dipilih untuk menyangga lampu?
Sebuah contoh, tegangan geser ditunjukkan pada Gambar 4.6a. Jika suatu gaya yang
sama dan berlawanan arah P bekerja pada dua buah plat datar yong direkatkan satu
sama lain dengan suatu chemical adhesive, maka dikatakan bahwa plat mengalami gaya
geser. Gaya geser dianggap terdistribusi merata melintang bidang kontak. Besar gaya
geser dibitung dari persamaan:
Contoh 4
Suatu plat baja sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.7 dihubungkan oleh dua buah
baut dengan diameter 19 mm. Apabila bekerja beban tarik sebesar 80 kN, hitung gaya
geser rata-rata pada baut.
Penyelesaian
Dianggap beban ditahan sama besar oleh masing-masing baut dan tegangan geser yang
ditimbulkan adalah terdistribusi merata pada setiap baut. Karena hanya ada satu bidang
geser setiap baut, geser reaksi bekerja pada lingkaran dengan diameter 19 mm.
Contoh 5
Tiga buah kayu yang direkatkan satu sama lain (lihat Gambar 4.8) akan digunakan
untuk menguji kekuatan geser sambungan lem. Beban P sebesar 50 kN bekerja pada
kayu. Hitung tegangan geser rata-rata tiap sambungan.
Karena regangan adalah perbandingan dua besaran panjang, maka regangan ticlak
memiliki satuan. Untuk keperluan praktis sering menyatakan regangan dengan m/m
(atau mm/mm). Satuan pembilang dan penyebut harus sama.
Contoh 6
Hitung deformasi total pada tali kawat baja (steel wire rope) dengan panjang 18 m jika
regangannya adalah 0,0 17018 mm/mm.
Dudukan motor (lihat Gambar 4.10) disusun dari bahan blok elastik dengan penempatan
mengikuti dasar dan struktur dudukan. Gaya P bekerja di bagian atas blok sehingga
mengakibatkan gaya geser seperti ditunjukkan pada Gambar 4.10b. Jika kita
membayangkan bahwa blok disusun oleh banyak lapisan tipis, dan masing-masing
lapisan akan bergerak terhadap lapisan sebelahnya, kita akan melihat bagaimana distorsi
sudut akan berkembang. Sebagaimana deformasi geser total pada panjang L dan
regangan geser δ, (pada regangan tarik dan tekan juga sama), regangan geser total
adalah deformasi geser total dibagi dengan panjang L:
Dari Gambar 4. 10 terdapat dilihat hubungan antara distorsi sudut dengan regangan
geser, yaitu:
Untuk sudut yang kecil, sudut tangensial pada umumnya sama dengan sudut yang
dinyatakan dalam radian. Satu radian (Gambar 4.11) adalah sudut yang dibentuk
sedemikian sehingga panjang busur lingkaran sama dengan panjang jari-jari lingkaran.
Dari definisi ini kita melihat bahwa sudut dalam radian adalah panjang busur dibagi
Contoh 7
Pada Gambar 4.5c, anggap bahwa gaya P bekerja pada bagian atas blok sehingga terjadi
pergeseran horizontal atas 0,06096 mm terhadap bidang abcd. Anggap tinggi blok atas
sebesar 36 mm. Hitung regangan geser.
Konstanta ini sekarang dikenal sebagai modulus elastisitas atau modulus Young
(sesudah Thomas Young mendefinisikannya pada 1807). Modulus Young dinotasikan
dengan simbol E dan berlaku untuk tarik atau tekan, dinyatakan dengan persamaan:
Contoh 9
Penyelesaian
Untuk kawat yang digantung vertikal pada kedua ujungnya, pertambahan panjang total
yang diakibatkan oleh berat kawat sama dengan beban oleh separuh berat yang bekerja
(ini sama dengan berat beban rata-rata yang bekerja sepanjang kawat).
Batas proporsional (proportional limit). Dari titik asal 0 ke suatu titik yang
disebut batas proporsional masih merupakan garis lurus (lihat Gambar 5.2). Pada daerah
ini berlaku hukum Hooke, bahwa tegangan sebanding dengan regangan. Kesebandingan
ini tidak berlaku di seluruh diagram. Kesebandingan ini berakhir pada batas
proporsional.
Batas elastis (elastic limit). Batas elastis merupakan batas tegangan di inaiia
bahan tidak kembali lagi ke bentuk semula apabila beban dilepas tetapi akan terjadi
deformasi tetap yang disebut permanent set. Untuk banyak material, nilai batas
proporsional dan batas elastik bampir sama. Untuk membedakannya, batas elastik selalu
hampir lebih besar daripada batas proporsional.
Titik mulur (yield point), Titik mulur adalah titik di mana bahan memanjang
mulur tanpa pertambahan beban. Gejala mulur khususnya terjadi pada baja struktur
(medium-carbon structural steel), paduan baja atau bahan lain tidak memilikinya,
seperti ditunjukkan oleh kurva tegangan-regangan khusus yang ditunjukkan pada
Gambar 5.3.
Logam Besi
Logam besi paling banyak dipakai sebagai bahan industri karena sifatsil'atnya
yang bervariasi, mulai dari yang paling lunak dan mudah dibawa sampai yang paling
keras dan tajam untuk pisau potong, atau apa saja dengan bentuk apapun dapat dibuat
dengan pengecoran. Logam bukan besi yang paling banyak dipakai adalah (1)
aluminium karena sifat ketahanan korosi yang baik, penghantar listrik yang baik, dan
ringan, (2) tembaga dan paduannya terutama dipakai sebagai kawat atau bahan penukar
panas dan penghantar listrik, dan (3) titanium karena sifat ketahanan korosi yang sangat
baik.
Besi Cor
Besi cor merupakan kelompok logam yang merupakan paduan karbon (Ian
silikon dengan besi. Yang termasuk di dalamnya adalah:
1. Besi cor kelabu (gray cast iron) - kekuatan tarik berkisar antara 180 MPa dan 400
MPa, kekuatan tekan maksimum tiga sampai lima kali lebih besar daripada
kekuatan tariknya. Besi cor kelabu termasuk material yang getas sehingga tidak
dikenakan pembebanan dinamik. Mempunyai ketahanan yang sangat baik terhadap
Besi Tempa
Besi tempa (wrought iron) merupakan logarn besi dengan ketahanan yang baik terhadap
korosi. Mempunyai sifat ulet yang baik, lunak, tangguh, dan mudah di- machining.
Kandungan karbon lebih kecil daripada 0,1%, sering digunakan untuk pekerjaan besi
ornamen, grating, pipa air dan pipa uap.
Baja
Baja merupakan paduan besi dan berbagai macam elemen dengan komposisi
karbon yang mempunyai pengaruh sangat kuat terhadap sifat-sifatnya. Banyak jenis
baja tersedia, tetapi kita akan membahas empat macam, yaitu:
1. Baja karbon (carbon steel) - kekuatan tarik maksimum berkisar antara 296 MPa
dan 840 MPa. Baja karbon disebut juga baja mesin, mengandung sejumlah kecil
elemen seperti mangan, fosfor, silikon, dan sebagainya. Kekuatan dari kekerasan
baja karbon meningkat dengan meningkatan unsur karbon tetapi menjadi lebih
getas dan keuletan berkurang.
Logam Non-Besi
Logam non-besi dan paduannya sangat penting penggunaannya dalam keteknikan.
Beberapa karena perbandingan kekuatan terhadap berat dan karena ketahanan korosi
yang sangat baik. Sifat-sifat mekanis logam nonbesi terutama ditentukan oleh jumlah
dan jenis elemen paduan, metode pembuatan dan proses perlakuan panasnya. Logarn
non-besi yang akan kita bahas ada tiga, yaitu:
1. Aluminium (aluminum) - merupakan logam ringan dengan ketahanan korosi dan
penghantar listrik yang baik dan sifat-sifat baik lainnya sebagai sifat logam.
Dalam bentuk murni, kekuatan tarik maksimum 69 MPa. Kebanyakan
aluminium digunakan dalam bentuk paduan. Beratnya ringan (sepertiga berat
baja) tetapi koefisien ekspansi termal tinggi (hampir dua kali baja) dan modulus
elastisitas hanya 69.000 MPa (hampir sepertiga. baja). Penggunaannya untuk
industry, penerbangan, bangunan arsitektur, tanki, struktur transportasi dan
bejana tekan.
Tegangan aktual didefinisikan sebagai tegangan hitung (atau tegangan terhitung) yang
timbul sebagai akibat beban yang bekerja. Tegangan aktual bisa berbeda tergantung
pada besar beban. Seharusnya tegangan aktual tidak melebihi tegangan ijin.
Contoh 2
Contoh 3
Hitung beban maksimum P yang dapat bekerj a pada struktur tiga batang sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 5.7a. Semua batang vertical struktural horizontal kaku akan
melendut vertikal tanpa memutar ketika tiga batang mengalami perpanjangan yang
sama. Luas penampang dan modulus elastisitas sama untuk ketiga batang. Anggap
bahan bersifat daktail.
Penyelesaian
Anggap hubungan tegangan-regangan sebagaimana pada Gambar 5.7b. Jika regangan
lebih kecil (atau sama dengan) regangan maksimum εy, tegangan sebanding dengan
regangan. Untuk regangan yang lebih besar daripada regangan maksimum, tegangan
konstan dan sama dengan tegangan maksimum sy.
Contoh 4
Jika sebuah benda dengan cara tertentu sebagian atau seluruhnya dijaga agar tidak
mengalami perubahan dimensional akibat variasi suhu maka akan terjadi tegangan
internal. Peristiwa ini disebut tegangan termal (thermal stresses). Suatu pernyataan
untuk menjelaskan terjadinya tegangan ini adalah sebagau berikut:
Contoh 5
Contoh 8
Sebuah balok kayu jenis mahoni dikencangkan oleh dua buah plat baja ASTM
A36 (lihat Gambar 6.6). Hitung beban ijin untuk bahan komposit tersebut. Tegangan
tarik ijin masing-masing adalah 6,895 kPa dan 151,685 MPa untuk kayu dan baja.
Gunakan sifat-sifat mekanis dari Apendiks E. Anggap bahwa material sama panjang
dan disambung menjadi satu dan berdeformasi sama.
Kita juga dapat memerhatikan jenis sistem dari beban aksial yang secara
simultan bekerja pada dua atau lebih bahan yang berbeda dengan panjang yang berbecla
pula. Metode analisis juga sama dengan kasus satu benda yang disusun dari dua atau
lebih material. Menganggap deformasi total unit menjadi sama, tetapi dengan dimensi
panjang material penyusun tidak sama, persamaan (6.7) tidak dapat digunakan. Kita
dapat menyatakan kesetaraan deformasi total masingmasing material penyusun sebagai
berikut (dua bahan yang berbeda dinyatakan dengan A dan B):
Contoh 10
Sebuah silinder padat terbuat dari kuningan dengan luas penampang
2.580MM2dimasukkan ke dalam pipa baja dengan Juas penampang 5.160 MM2.
Silinder kuningan panjang 254,127 mm dan pipa baja 254 mm (lihat Gambar 6.8).
Silinder dan pipa ditumpu permukaan rata dan kaku. Beban aksial tekan sebesar 445 kN
bekerja pada tutup, plat kaku (rigid cap plate). Hitung tegangan yang akan terjadi pada
dua bahan.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 102
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 103
Konsentrasi tegangan tinggi tidaklah begitu berbabaya untuk logam liat (ductile metal)
karena terjadinya mulur plastik (plastic yielding) dan distribusi balik tegangan (stress
redistribution). Akan tetapi untuk bahan yang rapuh (brittle material) konsentrasi
tegangan adalah hal yang sangat serius. Retakan dapat terjadi pada luasan yang besar
akibat tegangan karena ketidakmampuan bahan rapuh untuk berdeformasi secara plastis.
Bahan yang rapuh, jika dikenakan beban jenis berulang (repetitive-type load) sangat
berbahaya. Konsentrasi tegangan sedapat mungkin dihindari dan penurunan tegangan
ijin hendaknya menjadi perbatian yang serius.
Contoh 11
Sebuah batang baja datar dilubangi di tengahnya dengan diameter 19 mm (lihat Gambar
6.11). Batang dikenakan beban tarik 18 kN. Hitung,
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 104
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 105
Contoh 12
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 106
bencla bebas (free body) pada Gambar 0. 12(b). Pada bagian C-D, gaya P dipecah
menjadi dua komponen, satu sejajar terhadap bidang C-D dan satunya lagi tegak lurus
(normal) terhadap bidang C-D. Komponen gaya P masing-masing mempunyai nilai P
sin θ dan P cos θ.
Jika luas penampang bangun dinyatakan sebagai A maka luas bidang miring C-D sama
dengan A/cos θ. Komponen sejajar terhadap gaya yang bekerja sepanjang bidang miring
menyebabkan tegangan geser, yaitu:
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 107
Contoh 13
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 108
6.6 Tegangan Geser Pada Bidang Saling Tegak Lurus
Pada bagian ini kita akan menunjukkan bahwa ada sebuah titik dalam suatu
bangun di mana tegangan geser yang ada pada bidang intensitasnya lurus sama dan
secara simultan tegak lurus pada bidang. Mari kita perhatikan sebuah bangun yang
dikenai gaya geser sebagaimana nampak pada Gambar 6.13(a). Gaya geser
menyebabkan tegangan geser bekerja pada bangun sebelah kanan. Bagian kecil yang
ditunjukkan oleh elemen ABCD dikeluarkan sebagai benda bebas (free body) dalam
kesetimbangan (lihat Gambar 6.13b). Elemen ABCD dianggap mempunyai ketebalan
satu (1). Jika ada tegangan geser ss1 bekerja pada sisi sebelah kanan dari elemen, gaya
geser pada bagian ini adalah ss1 (h)(1) sehingga harus ada gaya geser yang sama dan
berlawanan arah pada sisi kiri, karena jumlah gaya vertikal barus sama dengan nol.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 109
Dua gaya vertikal tersebut merupakan kopel. Untuk mencegah putaran dari elemen,
harus ada kopel lain yang dihasilkan oleh ss2 (w)(1) yang bekerja pada bagian atas dan
bawah elemen ABCD. Dua kopel tersebut haruslah secara numerik sama dan bekerja
pada arah berlawanan, sebagaimana tampak pada Gambar 6.11 (b).
Ambillah momen gaya terhadap titik A dan samakan dua kopel,
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 110
Bagian R-R adalah potongan melalui elemen dari pojok ke pojok, dan wparuh kiri
bagian atas ditunjukkan diagram benda bebasnya pada Garnbar 6.14(b). Sudut 0
dinyatakan dengan w dan A Sudut θ adalah sudut yang dibentuk antara bidang diagonal
yang tegak lurus terhadap sumbu longitudinal bangun. Jika d adalah panjang diagonal,
gaya-gaya yang bekerja pada permukaan diagonal adalah gaya geser s’s (d)(1) dan gaya
tarik ss(d)(1). Pada pernyataan ini, s’s adalah tegangan geser yang hekerja pada
diagonal dan sn adalah tegangan tarik yang bekerja tegak harus (normal) terhadap
diagonal.
Diagram benda bebas menunjukkan bahwa elemen potongan haruslah herada
dalam kesetimbangan sehingga jumlah gaya-gaya yang bekerja legak lurus terhadap
permukaan diagonal harus sama dengan nol. (Jika potongan kecil-kecil elemen dengan
diagram benda bebasnya dinyatakan bvrada dalam kesetimbangan, pastilah setiap
bagian benda, tidak masalah bagaimana kecilnya, juga harus setimbang). Secara aljabar,
jumlah gaya legak lurus permukaan diagonal adalah:
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 111
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 112
Tegangan tarik yang bekerja pada permukaan diagonal umumnya dinyatakan sebagai
tarikan diagonal. Tegangan ini sangat besar pengaruhnya dalarn desain beton karena
kapasitas beton untuk menahan turikan sangat terbatas.
Contoh 14
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 113
BAB 7
BEBAN TORSI
7.1 Pendahuluan
Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari analisis dan desain material yang
dikenai beban aksial (konsentris) atau beban yang mengakibatkan tegangan geser
langsung. Pada bab ini kita akan membahas material yang dikenai aksi putar (twisting
action) akibat kopel atau momen putar (twisting moment). Aksi putar yang bekerja pada
bidang tegak lurus sumbu longitudinal material disebut torsi (torque). Sebuah contoh
sederhana tentang hal ini diperlihatkan pada Gambar 7. 1, di mana jepitan sebuah ragum
(bench vise) dikeraskan dengan menggunakan gaya putar. Torsi bekerja pada ulir sekrup
ragum, memutar handle, yang menyebabkan penjepit semakin menekan. Torsi yang
bekerja seperti ini disebut torsi eksternal.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 114
kasus ini adalah karena sama dan berlawanan arah torsi internal pada ujung tetap. Besar
torsi eksternal dan internal adalah (Fd).
Contoh 1
Hitung torsi internal pada bagian R-R dan S-S pada poros yang ditunjukkan pada
Gambar 7.3. Poros dikenai empat torsi. Anggap gesekan bantalan (bearing) diabaikan.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 115
Penyelesaian
Pulli B adalah pulli penggerak (driverpulley) dan pulli yang lain sebagai pulli yang
digerakkan (driven pulley). Torsi 2400 N-m pada B disetimbangkan oleh tiga torsi; 600
N-m, 1000 N-m, dan 800 N-m pada A, C, dan D, dengan arah yang berlawanan. Sistem
dianggap berada dalam kondisi steady-state equilibrium sehingga tidak ada kehilangan
kecepatan. Untuk menentukan torsi pada bagian R-R, potong bagian R-R tegak lurus
sumbu longitudinal poros sembarang di antara pulli A dan B, sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 7.4. Untuk kondisi kesetimbangan, jumlah torsi harus sama dengan nol (Z
T= 0).
Karena torsi eksternal yang bekerja adalah 600 N-rn berlawanan arah jarum jam, jika
dilihat dari sebelah kiri poros, torsi internal haruslah 600 N-m (tetapi searah jarurn jam).
Menggunakan pendekatan yang sama untuk menghitung torsi pada bagian S-S, di antara
pulli B dan C, potong bagian S-S dan perhatikan bagian kiri poros. Ini ditunjukkan pada
Gambar 7.5.
Menggunakan ∑T= 0, torsi internal di antara pulli B dan C harus sama dengan torsi
eksternal yang bekeria, sebingga:
Tint = Tekst = 2400 - 600 = 1800 N-m
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 116
yang merupakan torsi berlawanan arah jarurn jam jika dilihat dari kiri poros. Dengan
cara yang sama, torsi internal antara C dan D adalah 800 N-m.
Gambar 7.7 menunjukkan penampang yang diperbesar dari poros pada Gambar 7.6.
Bagian penampang diambil sebarang di antara bidang A dan bidang B. Titik 0
menunjukkan sumbu longitudinal sentroid poros. Variasi tegangan geser pada bagian
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 117
penampang akibat torsi eksternal. cligambar menggunakan jari-jari OD sebagai garis
referensi. Jarak radial dari titik 0 ke permukaan terluar dinyatakan dengan c Luasan
yang sangat kecil yang terletak pada jarak radial r dari 0 dinyatakan dengan a. Poros
berdiameter d
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 118
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 119
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 120
Contoh 2
Hitung torsi ijin yang dapat dikenakan pada poros lingkaran jika tegangan geser ijin
material adalah 83 MPa. (a) anggap poros adalah pejal dengan diameter 150 mm. (b)
anggap poros adalah bolong dengan diameter dalam 125 mm, dan diameter luar 150
mm.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 121
Contoh 3
Contoh 4
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 122
I'ada Gambar 7.8, pulli B, C, dan D ditempatkan pada poros pejal yang disangga
bantalan A dan E. Poros digerakkan dengan kecepatan tetap oleh pulli C. Poros
menggerakkan pulli B dan D. Diameter pulli B, C, dan D
masing-masing adalah 250 mm, 310 mm, dan 360 mm. Tegangan belt ditunjukkan.
Diameter poros adalah 38 mm. (a) hitung tegangan belt A., (b) hitung torsi poros di
antara. pulli C dan D, (c) hitung tegangan geser maksimum yang dihasilkan dari torsi
bagian (b).
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 123
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 124
7.4 Sudut Putar
Jika poros berpenampang lingkaran dengan panjang L dikenakan torsi sebesar
Tsepanjang L, satu ujung poros akan berputar terhadap sumbu longitudinal relatif
terhadap ujung yang lain. Gambar 7.10 menunjukkan hal ini. AB menunjukkan garis
lurus pada permukaan poros tak terputar sejajar sumbu longitudinal poros. AB'
menunjukkan kurva (berbentuk heliks), yaitu garis AB diasumsikan setelah torsi
bekerja. Sebagai hasil torsi yang bekerja, jari-jari OB ditunjukkan pada ujung poros,
berputar dan diasumsikan pada posisi OB'. Sudut BOB' disebut suclut putar (angle of
twist) yang dinyatakan dengan radian dan dilambangkan dengan θ.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 125
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 126
Persamaan (75) dan (7.6) dapat diterapkan baik untuk poros berpenampang lingkaran
yang pejal maupun berlubang. Pada banyak kasus, ukuran poros untuk mentransmisikan
torsi lebih memerhatikan sudut putar ijin daripada tegangan geser ijin.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 127
BAB VIII
TEGANGAN PADA BALOK
8.1 Hubungan antara beban terbagi rata (q), lintang (D) dan momen (M)
Ditinjau suatu balok AB yang dibebani terbagi rata q t/m seperti gambar di
bawah ini.
Tinjau elemen antara potongan nm dan pr. Pada potongan mn bekerja gaya
dalam momen (Mx) dan gaya lintang (Dx). Pada potongan pr, bekerja gaya dalam
momen = Mx + dMx dan gaya lintang = Dx + dDx.
Elemen ini berada dalam keadaan setimbang, yang artinya jumlah momen
terhadap suatu titik 0 = 0. – Mx + (Mx + dMx) - Dx . dx + q dx(dx/2) = 0, dimana q
dx(dx/2) diabaikan karena nilainya kecil, maka didapat hubungan antara gaya lintang
dM x
dan momen adalah D x = . Sedangkan jumlah gaya vertikal = 0, Dx – (Dx + dDx) –
dx
dD x
q dx = 0 didapat hubungan antara beban dan gaya lintang adalah q = .
dx
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 128
• tegangan normal (tarik atau tekan)
• tegangan geser
• tegangan puntir
Kita tinjau elemen yang dibatasi oleh potongan m-m dan p-p.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 129
CD
disebut Σx (strain)
AB
y
Σx = ρ . . . . . . . . . . (1)
Garis netral adalah garis yang memotong penampang dimana tegangan lentur
pada titik-titik yang terletak pada garis tersebut = 0. Elemen yang kita tinjau adalah
sejarak y dari garis netral, seluas dA. Gaya-gaya yang bekerja pada elemen tersebut = P
E
P = σx . dA = ρ . y dA
Gaya P ini bekerja tegak lurus penampang dan karena yang kita tinjau adalah
lentur murni (tanpa normal), maka P harus = 0
E
ρ
∫ y dA = 0
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 130
E
Dari persamaan di atas : ρ ≠ 0
dan
A
∫y dA =0
statis momen
Momen terhadap garis netral = dM
dM = y . (σx dA)
M = ∫y . σ
A
x . dA
E
= ∫y ⋅
A
ρ
⋅ y dA
E
∫ y dA
2
=
ρA
Inersia (= I)
EI
M= . . . . . . . . . . . . . (4)
ρ
y1
y2
Serat bawah
M.y 2
σmax =
I
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 131
σminimum terjadi di serat atas (serat tekan), disebut σmax
tek
M.y1
σmin =
I
I I
& disebut “section modulus” (= W)
y1 y2
Hukum Hooke
Batang lurus dibebani gaya normal sentris P, dengan luas penampang A. Akibat
gaya P tersebut, terjadi perubahan panjang sebesar ∆L, yang menurut Hooke:
(a) berbanding lurus dengan besar gaya P
(b) Berbanding lurus dengan panjang batang semula (L)
(c) Berbanding terbalik dengan luas penampang.
(d) tergantung pada sifat kenyal batang yaitu modulus elastisitas (E) dapat
dinyatakan dengan rumus :
P.L
∆L = A . E
Dalam menghitung tegangan yang terjadi dalam balok, ada beberapa asumsi
sebagai berikut :
(1) Penampang melintang balok setelah terjadinya lenturan akan tetap sama
dengan penampang melintang sebelum melentur.
(2) Balok terdiri atas bahan yang homogin dan mengikuti hukum Hooke. Harga
E (modulus elastisitas) untuk tarik = untuk tekan
(3) Perubahan pada potongan melintang balok setelah lenturan diabaikan.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 132
Kita tinjau balok AB dibebani oleh beban terpusat P yang membentuk sudut
dengan garis sistem balok. Pada balok akan bekerja momen lentur (M) dan normal (N).
I P Serat atas
ya
α
A B
yb
I
Serat bawah
M Ix
σserat bawah = ; Wbawah =
Wbawah y bawah
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 133
σM tekan σN σM+N tekan
-
-
-
-
-
-
+ +
- -
σM tarik σM+N tarik
Gambar 8.9 Kombinasi tegangan akibat normal dan momen (garis netral
mendekati serat atas)
N
maka tegangan normal yang terjadi adalah σN = dimana, A = luas penampang
A
balok dan N = gaya normal.
a P
α
N
A B
a
Apabila gaya normal tidak bekerja pada titik berat penampang, maka disebut
sebagai gaya normal eksentris. Jika gaya normal bekerja pada titik yang terletak pada
sumbu X, atau Y dapat dikatakan sebagai gaya normal eksentris tegak. Sedangkan
apabila gaya normal bekerja pada titik yang tidak terletak pada sumbu X atau sumbu Y,
maka disebut sebagai gaya normal eksentris miring.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 134
Kita tinjau gaya normal eksentris tegak seperti pada gambar di bawah ini.
N N . ey
ey N
( N . e y ) . 12 h N .e y
= =
1 / 12 b h 3 1/ 6 b h 2
−N
σNtekan = b h
Ada tiga keadaan tegangan M dan N pada kondisi tarik dan tekan yaitu:
1. Jika σMtarik > σNtekan
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 135
Gambar 8.12 Keadaan tegangan M dan N pada kondisi tarik dan tekan
Agar pada penampang terjadi tegangan sejenis (tekan maximum di serat atas dan
tekan di serat bawah atau berharga nol), maka σMtarik ≤ σNtekan
N .e y N
≤
1 / 6 bh 2 bh
ey ≤ 1/6 h
Demikian juga jika N bekerja eksentris pada suatu titik di sumbu x, agar terjadi
tegangan sejenis pada penampang, maka ex ≤ 1/6 b
Apabila kita gambar syarat batas ini pada penampang balok, maka akan
diperoleh bidang KERN (bidang inti). Bidang Kern adalah tempat kedudukan titik-titik
lokasi gaya normal (N) tekan dimana tegangan yang terjadi pada penampang tersebut
adalah sejenis (tekan pada serat atas dan bawah)
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 136
Gambar diatas menunjukkan bahwa, apabila gaya normal bekerja di titik A,
maka tegangan pada titik-titik yang terletak pada garis 4-4, sama dengan nol. Apabila
gaya normal bekerja di titik C maka tegangan pada titik-titik yang terletak pada garis 3-
3 sama dengan nol. Apabila gaya normal bekerja di titik B maka tegangan pada titik-
titik yang terletak pada garis 1-1 sama dengan nol. Apabila gaya normal bekerja pada
titik D maka tegangan pada titik-titik yang terletak pada garis 2 sama dengan nol.
Garis 1-1, 2-2, 3-3, 4-4 disebut garis bungkus (envelope). Sekarang tinjau gaya
normal eksentris miring.
N
1 ± A . e x . x ±
A .e y . y
=
A
Iy Ix
N e .y
1 ± e x . x ± y
=
A
2
iy i 2x
N e .y
1 ± e x . x ± y
0 =
A 2
iy i 2x
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 137
ex .x ey . y
+ 2 +1=0....
i 2y ix
e ey
x 2x + y 2 + 1 = 0 (garis lurus)
ix ix
ex ey
Persamaan garis lurus 1 : x
2 + y 2 + 1 = 0, menyatakan bahwa tegangan
i
y ix
yang terjadi pada titik-titik yang terletak pada garis 1 tersebut akibat gaya normal N = 0.
Garis 1 dinamakan garis bungkus (envelope), garis 1 memotong sumbu x di titik C dan
sumbu y dititik D.
Ordinat titik C :
ex
x
2 + 1 = 0
i
y
i 2y
x= −
ex
Ordinat titik D :
ey
y
2 + 1 = 0
i
y
i 2x
y= −
ey
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 138
Diketahui balok AB dengan beban terpusat seperti pada gambar di bawah ini.
Kita tinjau potongan sebelah kanan b-b, pada potongan b-b bekerja momen dan lintang.
Tinjau elemen yang terletak antara a-a dan b-b, gaya lintang D bekerja searah sumbu y
geser yang bekerja diberi notasi τxy (tegangan geser bekerja pada bidang tegak lurus
sumbu x sejajar dengan sumbu y).
Kita tinjau potongan sebelah kanan b-b, pada potongan b-b bekerja momen dan
lintang. Tinjau elemen yang terletak antara a-a dan b-b, gaya lintang D bekerja searah
sumbu y geser yang bekerja diberi notasi τxy (tegangan geser bekerja pada bidang tegak
lurus sumbu x sejajar dengan sumbu y).
Tegangan τxy bekerja pada bidang c c1 d1 d, akan menimbulkan momen kopel
sebesar (τxy . b dy) . dx. Momen kopel ini akan diimbangi oleh τxy yang bekerja pada
bidang c c1 e1 e berupa momen kopel (τyx . b dx) . dy
(τxy . b dy) . dx = (τyx . b dx) . dy
Jadi τxy = τyx
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 139
Tegangan geser yang bekerja pada bidang yang saling tegak lurus besarnya
sama.
Kita tinjau balok yang terdiri atas 2 balok tersusun. Jika tidak ada gesekan pada
permukaan bidang kontak antara kedua balok tersebut, maka balok akan melentur
seperti pada gambar dan akan terjadi tegangan geser pada bidang kontak yang besarnya
sama dengan arah berlawanan. Tegangan geser yang bekerja pada bidang penampang
sama besarnya dengan tegangan geser yang bekerja pada bidang sejajar bidang netral.
Kita tinjau elemen balok yang terletak antara potongan mm dan nn. Pada
potongan mm bekerja M dan D. Pada potongan nn bekerja (M + dM) dan (D + dD).
Tinjau elemen dA berjarak y dari garis netral.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 140
Gambar 8.20 Elemen balok yang terletak antara potongan mm dan nn
Gaya normal yang bekerja pada dA pada potongan mm adalah :
M.y
σx . dA = dA
Iz
dM 1
τyx =
dx b . I z ∫ y dA
D .S
Dengan demikian tegangan geser dapat ditulis : τ =
b.Iz
dimana S = statis momen terhadap garis netral dari luas elemen yang ditinjau.
D = lintang
b = lebar balok
Contoh 1
Diketahui balok ABC dibebani P = 4 ton. Penampang balok tersebut adalah balok T.
Berat sendiri balok diabaikan. Gambar diagram tegangan akibat M, D, N pada potongan
sebagai berikut :
(a) Potongan 1-1 (tengah-tengah AB)
(b) Potongan sedikit sebelah kanan B
(c) Sedikit sebelah kiri B
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 141
Penyelesaian :
Reaksi perletakan
ΣMB = 0
-RA . 6 + 3, 464 (2) = 0
RA = 1,155 ton (↓)
ΣV = 0
RB = 4,619 ton (↑)
Diagram M, D, N seperti tergambar
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 142
statis momen terhadap serat atas = 0
25 (5) ( 2,5) + 20 (5) (10 + 5)
y =
25 (5) + 5 ( 20)
= 8,056 cm
1 1
Ix = . 25 . 53 + . 5 . 203 + 25 (5) (8,056 – 2,5)2 + 5 (20) (10 + 5 – 8,056)2
12 12
= 12.274,3 cm4
Potongan 1-1 : M = 3,465 tm = 3,465 . 105 kg cm
D = 1,155 ton
N = -2 ton
Ix 12274,3
Watas = = = 1523,62 cm3
ya 8,056
Ix 12274,3
Wbawah = = = 724,4 cm3
y b (25 − 8,056) 13,07
a a 227,42 8,89
b b
Garis netral
2,614
13,51
478,4
τ σN
σM
Tegangan lentur :
3,465 .10 5
σatas = = 227,42 kg/cm2 (tarik +)
1523,62
3,465 .10 5
σbawah = = 478,4 kg/cm2 (tekan -)
724,4
Tegangan geser :
D ⋅S
τ = b. I
x
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 143
lebar balok b = 25 cm
S = statis momen luas terhadap garis netral
= 5 (25) (8,056 – 5/2) = 694,5 cm3
1155 kg . 694,5 cm 3
τb-b = = 2,614 kg/cm2
25 cm .12274,3 cm 4
Tegangan normal :
N 2000 kg
σ= = = 8,89 kg/cm2
A 5 ( 25) + 5 ( 20) cm 2
Tegangan geser :
τa-a = 0
3464 kg . 694,5 cm 3
τb-b = sedikit sebelah atas = = 7,84 kg/cm2
25 cm .12274,3 cm 4
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 144
3464 kg . 694,5 cm 3
τb-b = sedikit sebelah bawah = = 39,2 kg/cm2
5 cm .12274,3 cm 4
3464 kg . 717,84 cm 3
τgaris netral = = 40,52 kg/cm2
5 cm .12274,3 cm 4
Tegangan normal :
N 2000
σ= = = 8,89 kg/cm2
A 225
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 145
Penyelesaian
tegangan lentur
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 146
3535.100 kgcm
σatas = − 666,667
= -530,25 kg/cm2
3535.100 kgcm
σbawah = 666,667
= 530,25 kg/cm2
D .S
Tegangan geser : τgaris netral = b . I
x
3535.10.10.5 cm 3
= = 26,51 kg/cm2
10 cm.6666,667 cm 4
Tegangan normal
N 3535 kg
σ= =− = -17,675 kg/cm2 (tekan)
A (10) (20) cm 2
tegangan geser.
τgaris netral = 26,51 kg/cm2
tegangan normal : σ = -17,675 kg/cm2 (tekan)
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 147
DAFTAR PUSTAKA
1. Gere & Timonshenko. (1996). Mekanika Bahan, Edisi Kedua Versi SI, Jilid 1,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Hibeller. (1997). Mechanics of Material. Third Edition. Printice Hall, Upper Saddle
River, New Jersey 07458.
3. Zainuri (2008). Kekuatan Bahan. CV. Andi Offset. Yogyakarta.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 148