Anda di halaman 1dari 11

 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

Kutitip Surat Ini Untukmu: Surat Ibu Kepada Putranya I


Author: ibnujohar

6 DEC 

Oleh : Ustadz Armen Halim naro, Lc Rahimahullah

 “Orang tua pintu surga yang di tengah, “Sekiranya engkau mau, sia-siakan-lah pintu itu atau
 jagalah!” (HR. Ahmad)

Kutitip surat ini, anakku!


Nanda yang kusayangi, di bumi Allah Ta’ala…

Segala puji ibu panjatkan ke hadirat Allah yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah
kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad
shallallahu’alaihi wasallam, keluarga dan para shahabatnya. Amiin…

Wahai anakku,

Surat ini datang dari ibumu yang selalu dirundung sengsara… Setelah berpikir panjang Ibu
mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu
menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap itu pula goresan tulisan terhalangi oleh tangis,
dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka…

Wahai anakku,

Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa,
laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun
nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebulumnya
engkau telah remas hatiku dan telah engkau robek pula perasaanku.

Wahai anakku…

25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam
kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan tentang kehamilanku dan semua

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 1/11


 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam
diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi. Semenjak kabar
gembira tersebut aku membawamu 9 bulan, tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam
kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu,
bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku memandangmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan
itu aku begitu gembira tatkala merasakan tendangan kakimu atau geliat badanmu dalam
perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin
bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.

Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada
malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku
merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak lagi dapat menangis. Sebanyak itu
pula aku melihat kematian menari-nari dipelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau
keluar ke dunia.

Engkaupun lahir… Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan senantiasa
menetes dalam keharuan dan kebahagiaan. Dengan itu semua, sirna semua keletihan dan
kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku kepadamu semakin
bertambah dengan bertambah kuatnya rasa sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih
minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air yang ada di
kerongkonganku.

Wahai anakku… Telah berlalu tahun dari usiamu. Aku membawamu dengan hatiku dan
memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan

kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berlatih demi kebahagiaanmu.

Harapanku pada setiap harinya; agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap
saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu…
Itulah kebahagiaanku!

Kemudian, berlalulah waktu, hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti
tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi
dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah
mengenal lelah serta mendoakan selalu kebaikan dan taufiq untukmu. Aku selalu
memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang
tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis telah menghiasi wajahmu, telah
menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi
mencari pasangan hidupmu.

Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. Saat itu pula
hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia
telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena
engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah
denganku.

Bersambung…

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 2/11


 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

Kutitip Surat Ini Untukmu: Surat Ibu Kepada Putranya II


Author: ibnujohar

9 DEC 

Oleh : Ustadz Armen Halim naro, Lc Rahimahullah

Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan
itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan
kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam.
Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu
yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku
benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan
hakku.

Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik
kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang.
Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali
berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu.

Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping,
yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan
yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah
ditakdirkan oleh-Nya.

 Anakku… ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang
bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu.
Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku
menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan Ibu memohon kepadamu, Nak ! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan
denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!!

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 3/11


 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu,
agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan
ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa
engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

 Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah
dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit… Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun
seharusnya dibopong, sekalipun begitu
cintaku kepadamu masih seperti dulu… Masih seperti lautan yang tidak pernah kering.
Masih seperti angin yang tidak
pernah berhenti.

Sekiranya engakau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas
kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu… Mana balas budimu,
nak !?

Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?!
Akan tetapi kenapa nak ! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah
Allah ta’ala telah berfirman,

 “Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!” (QS. Ar Rahman: 60)

Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya
hari dan berselangnya waktu?!

Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap
itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua
tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya

dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?!
Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau
pernahkah aku
berbuat lalai dalam melayanimu?

Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan
pembantu yang paling hina
dari sekian banyak pembantumu . Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana
upah yang layak untukku wahai anakku!

Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu?


Dapatkah
engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang
malang ini? Sedangkan
Allah ta’ala mencintai orang yang berbuat baik.

Wahai anakku!! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.

Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat.
Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan
berbudi.

 Anakku… Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak
terenyuhkah jiwamu
melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 4/11


 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena
engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… Hanya karena engkau telah
membalasnya dengan luka di hatinya… hanya karena engkau telah pandai menikam
dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… hanya karena engkau
telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim?!

Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu
menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi
yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta’ala,
sebagaimana dalam hadits:

 “Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu
itu atau jagalah!!” (HR. Ahmad)

 Anakku. Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah
beranjak dewasa saat itu pula
tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang
keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan
bersedekah.

Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan
besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia? Beliau bersabda: “Shalat pada
waktunya”, aku berkata: “Kemudian apa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Berbakti kepada
kedua orang tua”, dan aku berkata: “Kemudian, wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Jihad di
 jalan Allah”, lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya.
(Muttafaqun ‘alaih)

Wahai anakk u!! Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan
budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah
yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya
untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang
ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya.
Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang
dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di
negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.

Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau


telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha
besar. Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu.
Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta’ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?

 Anakk u, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan
engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

 “Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang”, dikatakan, “Siapa dia,wahai


Rasulullah?, Rasulullah menjawab, “Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua,
dan tidak memasukkannya ke surga”. (HR. Muslim)

 Anakku… Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini
kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan,
melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 5/11


 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada dokter yang dapat
menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak ! Bagaimana aku akan
melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku… Bagaimana
ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur
laraku. Bagaimana Ibu

tega melihatmu merana terkena do’a mustajab, padahal engkau bagiku adalah
kebahagiaan hidupku.

Bangunlah Nak!

Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi
tua pula, dan al jaza’ min jinsil amal… “Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang
engkau tanam…” Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-
anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata
itu pula kepadamu.

Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah pada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya
surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang
ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk.  Anakku… Setelah engkau membaca
surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin
merobeknya.

Wassalam,
Ibumu

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 6/11


 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

Kutitip Surat Ini Untukmu: Surat Balasan Untuk Ibu


Author: ibnujohar

12 DEC 

Oleh : Ustadz Armen Halim naro, Lc Rahimahullah

Kepada yang tercinta


Bundaku yang ku sayang

Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah memuliakan kedudukan kedua orang tua, dan telah
menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga. Shalawat serta salam,
hamba yang lemah ini panjatkan keharibaan Nabi yang mulia, keluarga serta para
sahabatnya hingga hari kiamat. Amin…

Ibu… aku terima suratmu yang engkau tulis dengan tetesan air mata dan duka, dan aku
telah membacanya, ya aku telah mengejanya kata demi kata… tidak ada satu huruf pun
yang aku terlewatkan.

Tahukah engkau, wahai Ibu, bahwa aku membacanya semenjak shalat Isya’ dan baru
selesai membacanya setelah ayam berkokok, fajar telah terbit dan adzan pertama telah
dikumandangkan?! Sebenarnyalah surat yang engkau tulis tersebut jika ditaruhkan di atas
batu, tentu ia akan pecah, sekiranya diletakkan ke atas daun yang hijau tentu dia akan
kering. Sebenarnyalah surat yang engkau tulis tersebut tidak tersudu oleh itik dan tidak
tertelan oleh ayam. Sebenarnyalah bahwa suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan…
bagaikan awan kaum Tsamud yang datang berarak yang telah siap dimuntahkan
kepadaku…

Ibu…

Aku baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti!! Bagaimana tidak,
sekiranya surat itu ditulis oleh orang yang bukan ibu dan ditujukan pula bukan kepadaku,

layaklah orang mempunyai hati yang keras ketika membaca surat itu menangis sejadi-
 jadinya. Bagaimana kiranya yang menulis itu adalah bunda dan surat itu ditujukan untuk
diriku sendiri!!

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 7/11


 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

Aku sering membaca kisah dan cerita sedih, tidak terasa bantal yang dijadikan tempat
bersandar telah basah karena air mata, aku juga sering menangis melihat tangisnya anak
yatim atau menitikkan air mata melihat sengsaranya hidup si miskin. Aku acap kali
tersentuh dengan suasana yang haru dan keadaan yang memilukan, bahkan pada
binatang sekalipun. Bagaimana pula dengan surat yang ibu tulis itu!? Ratapan yang bukan

ibu karang atau sebuah drama yang ibu perankan?! Akan tetapi dia adalah sebuah
kenyataan…

Bunda yang kusayangi…

Sungguh berat cobaanmu… sungguh malang penderitaanmu… semua yang engkau telah
sebutkan benar adanya. Aku masih ingat ketika engkau ditinggal ayah pada masa engkau
hamil tua mengandung adikku. Ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang
belanja, jadilah engkau mencari apa yang dapat dimasak di sekitar rumah dari dedaunan
dan tumbuhan. Dengan jalan berat engkau melangkah ke kedai untuk membeli ala
kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual bahwa apa yang engkau ambil
tersebut sebagai hutang dan hendaklah dicatat dulu. Hutang yang engkau sendiri tidak
tahu kapan engkau akan dapat melunasinya.

Ibu… aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan,
engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yang telah lama
engkau jemur dan keringkan, tidak jarang pula engkau simpan untukku sepulang sekolah
tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dengan segera. Atau aku masih
ingat, engkau sengaja mengambilkan air didih dari nasi yang sedang dimasak, ketika
engkau temukan aku dalam keadaan sakit demam.

Ibu… maafkanlah anakmu ini, aku tahu bahwa semenjak engkau gadis sebagaimana yang
diceritakan oleh nenek sampai engkau telah tua sekarang, engkau belum pernah

mengecap kebahagiaan. Duniamu hanya rumah serta halamannya, kehidupanmu hanya


dengan anak-anakmu. Belum pernah aku melihat engkau tertawa bahagia kecuali ketika
kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu. Selain dari itu tidak ada kebahagiaan, hari-
harimu adalah perjuangan. Semua hidupmu hanya pengorbanan.

Ibu…

Maafkan aku anakmu ini! Semenjak engkau pilihkan untukku seorang istri, wanita yang
telah engkau puji sifat dan akhlaknya, yang engkau telah sanjung pula suku dan
negerinya!! Engkau katakan ketika itu padaku, “Ambilah ia sebagai istrimu, gadis yang
pemalu yang pandai bergaul, cantik dan berakhlak mulia, punya hasab dan nasab!.” 

Semenjak itu pula aku seakan-akan lupa denganmu. Keberadaan dia sebagai istriku telah
membuatku lupa posisi engkau sebagai ibuku, senyuman dan sapaannya telah membuatku
terlena dengan sapaan dan himbauanmu.

Ibu… aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, karena ia telah menunaikan
kewajibannya sebagai istri, terutama perhatiannya dalam berbakti kepadamu, sudah
berapa kali ia memintaku untuk menyediakan waktu untuk menziarahimu. Hari yang lalu
ia telah buatkan makanan buatmu, akan tetapi aku tidak punya waktu mengantarkannya,
hingga makanan itu telah menjadi basi…

Aku berharap pada permasalahan ini engkau tidak membawa-bawa namanya dan
mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya. Karena selama ini, di mataku dia

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 8/11


 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

adalah istri yang baik, istri yang telah berupaya banyak untuk kebahagiaan rumah
tangganya.

Ibu…

Ketika seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita, maka seolah-olah dia telah
mendapatkan permainan baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-
orangan. Sekali lagi maafkan aku! Aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan
akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku.. anakmu ini!! Akan tetapi aku ingin
menerangkan keadaan yang kualami, perubahan suasana setelah engkau dan aku
berpisah dan perubahan jiwa ketika aku tidak hanya mengenal dirimu, tapi kini aku telah
mengenal satu wanita lagi.

Ibu… perkawinanku membuatku masuk ke dunia baru, dunia yang selama ini tidak pernah
kukenal, dunia yang hanya ada aku, istri dan anakku!! Bagaimana tidak, istri yang baik
dan anak-anak yang lucu-lucu!! Maafkan aku Ibu… aku merasa dunia hanya milik kami,
aku tidak peduli dengan keadaan orang lain, yang penting bagiku adalah keadaan mereka.

Ibu…

Maafkan aku, anakmu!! Aku telah lalai… aku telah lupa… aku telah menyia-nyiakanmu!!
Aku pernah mendengar kajian, bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya,
dan anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya. Oleh sebab itu dilarang
mencintai anak secara berlebihan dan anak dilarang berbuat durhaka kepada orang
tuanya.

Itulah yang terjadi pada diriku, wahai Ibu!! Aku seperti orang linglung ketika melihat
anakku sakit, aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare. Tapi itu sulit,
aku rasakan jika hal itu terjadi padamu atau pada ayah!!

Ibu…

Sulit aku merasakan perasaanmu!! Kalaulah bukan karena bimbingan agama yang telah
lama engkau talqinkan kepadaku, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yang
durhaka kepada orang tuanya!! Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu
dan orang tua ayah, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua.

Setelah suratmu datang, baru aku mengerti!! Karena selama ini hal itu tidak pernah
engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti semua permasalahan

berat yang engkau hadapi selama ini.

Sekarang baru aku mengerti, bahwa hari yang sulit bagi seorang ibu, adalah hari di mana
anaknya telah menikah dengan seorang wanita. Di matanya wanita yang telah
mendampingi putranya itu adalah manusia yang paling beruntung.

Bagaimana tidak!! Dia dapatkan seorang laki-laki yang telah matang pribadi dan matang
ekonomi dari seorang ibu yang telah letih membesarkannya. Dengan detak jantungnya ia
peroleh kematangan jiwa dan dari uang ibu itu pula ia dapatkan kematangan ekonomi.
Sekarang dengan ikhlas dia berikan kepada seorang wanita yang tidak ada hubungannya,
kecuali hubungan dua wanita yang saling berebut perhatian seorang laik-laki. Laki-laki
sebagai anak dari ibunya dan ia sebagai suami dari istrinya.

Ibuku sayang…

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 9/11


 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

Maafkan aku Ibu!! Ampunkan diriku. Satu tetesan air matamu adalah lautan api bagiku.
Janganlah engkau menangis lagi, jangan engkau berduka lagi!! Karena duka dan tangismu
menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka!! Aku takut Ibu… aku cemas dengan
banyaknya dosaku kepada Allah sekarang bertambah pula dengan dosaku terhadapmu.
Dengan apa aku ridho Allah, sekiranya engkau tidak meridhoiku. Apa gunanya semua

kebaikan sekiranya di matamu aku tidak punya kebaikan!! Bukankah ridho Allah
tergantung dengan ridhomu dan sebaliknya bukankah kemurkaan Allah tergantung dengan
kemurkaanmu!! Tahukah engkau Ibu, seburuk-buruknya diriku, aku masih merasakan
takut kepada murka Allah!! Apalah jadinya hidup jika hidup penuh dengan murka dan
laknat serta jauh dari berkah dan nikmat.

Kalau akan murka itu pula yang aku peroleh, izinkan aku membuang semua
kebahagiaanku selama ini, demi hanya untuk dapat menyeka air matamu! Kalau akan
engkau pula murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa segala yang aku
miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau, mau engkau perbuat apa?!

Sungguh aku tidak mau masuk neraka! Seakalipun -wahai Bunda- aku memiliki kekuasaan
seluas kekuasaan Firaun, mempunyai kekayaan sebanyak kekayaan Qarun dan
mempunyai keahlian setinggi ilmu Haman. Pastikan wahai Bunda tidak akan aku tukar
dengan kesengsaraan di akherat sekalipun sesaat. Siapa pula yang tahan dengan azab
neraka, wahai Bunda!!

Ibu maafkan anakmu!! Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduan kepada Allah
ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit!! Maka, ampun, wahai Ibu!!
Aku angkat seluruh jemariku dan sebelas dengan kepala untuk mohon maaf kepadamu!!
Kalaulah itu yang terjadi, do’a itu tersampaikan! Salah ucap pula lisanmu!! Apalah jadinya
nanti diriku!! Tentu kebinasaan yang telak. Tentu diriku akan menjadi tunggul yang
tumbang disambar petir, apalah gunanya kemegahan sekiranya engkau do’akan atasku

kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yang tidak berakar ke bumi dan dahannya
tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya dimakan kumbang pula!!

Kalaulah do’amu terucap atasku, wahai Ibu!! maka, tidak ada lagi gunanya hidup, tidak
ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan.

Ibu dalam sejarah anak manusia yang kubaca, tidak ada yang bahagia setelah kena kutuk
orang tuanya. Itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasib bagi yang
terkena kutuk di akherat, tentu lebih sengsara.

Ibu… setelah membaca suratmu, baru aku menyadari kekhilafan, kealfaan dan kelalaianku.
Suratmu akan kujadikan “jimat” dalam hidupku, setiap kali aku lalai dalam berkhidmat
kepadamu akan aku baca ulang kembali, tiap kali aku lengah darimu akan kutalqin diriku
dengannya. Akan kusimpan dalam lubuk hatiku sebelum aku menyimpannya dalam kotak
wasiatku. Akan aku sampaikan kepada anak keturunanku bahwa ayah mereka dahulu
pernah lalai dalam berbakti, lalu sadar dan kembali kepada kebenaran, ayah mereka
pernah berbuat salah, sehingga ia telah menyakiti hati orang yang seharusnya ia cintai,
lalu ia kembali kepada petunjuk.

Tua… siapa yang tidak mengalami ketuaan, wahai Bunda!! Badanku yang saat ini tegap,
rambutku hitam, kulitku kencang, akan datang suatu masa badan yang tegap itu akan
ringkih dimakan usia, rambut yang hitam akan dipenuhi uban ditelan oleh masa dan kulit
yang kencang itu akan menjadi keriput ditelan oleh zaman.

10

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 10/11


 

5/12/2018 Kutitip Sura t Ini Untukmu....Usta dz Ar me n Ha lim Na ro - slide pdf.c om

Burung elang yang terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di tempat yang
tinggi, suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar dan diperebutkan oleh burung kecil
lainnya. Singa si raja hutan yang selalu memangsa, jika telah tiba tuanya, dia akan
dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa ada perlawanan. Tidak ada kekuasaan yang kekal,
tidak ada kekayaan yang abadi, yang tersisa hanya amal baik atau amal buruk yang akan

dipertanggungjawabkan.

Ibu, do’akan anakmu ini agar menjadi anak yang berbakti kepadamu di masa banyak anak
yang durhaka kepada orang tuanya. Angkatlah ke langit munajatmu untukku agar aku
akan memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akherat.

Ibu… sesampainya suratku ini, insya Allah, tidak akan ada lagi air mata yang jatuh karena
ulah anakmu, setelah ini tidak ada lagi kejauhan antaraku denganmu, bahagiamu adalah
bahagiaku, kesedihanmu adalah kesedihanku, tawamu adalah tawaku dan tangismu
adalah tangisku. Aku berjanji untuk selalu berbakti kepadamu buat selamanya dan aku
berharap aku dapat membahagiakanmu selama mataku masih berkedip.

Bahagiakanlah dirimu… buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum!! Ini kami, aku,
istri, dan anak-anak sedang bersiap-siap untuk bersimpuh di hadapanmu, mencium
tanganmu.

Salam hangat dari anakmu.

11

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kutitip-sura t-ini-untukmuusta dz -a r me n-ha lim-na ro 11/11

Anda mungkin juga menyukai