PETROLOGI
Disusun Oleh:
Anang Nasrudin Mahfud
21100120120007
SEMARANG
MARET 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Petrologi acara Batuan Beku Non Fragmental yang disusun oleh
praktikkan bernama Anang Nasrudin Mahfud telah diperiksa dan disahkan pada:
hari :
tanggal :
pukul :
PENDAHULUAN
A. MAKSUD
1. Mengidentifikasi kandungan mineral dalam batuan beku non fragmental
2. Mengetahui petrogenesadari batuan beku non fragmental
3. Mengidentifikasi nama batuan beku non fragmental berdasarkan klasifikasi Thrope
and Brown dan Russel B. Travis
4. Mengetahui sifatbatuan beku non fragmental.
5. Mengetahui deskripsi batuan beku non fragmental.
B. TUJUAN
1. Dapat mengidentifikasi kandungan mineral dalam batuan beku non fragmental
2. Dapat mengetahui petrogenesadari batuan beku non fragmental
3. Dapat mengidentifikasi nama batuan beku non fragmental berdasarkan klasifikasi
Thrope and Brown dan Russel B. Travis
4. Dapat mengetahui sifatbatuan beku non fragmental.
5. Dapat mengetahui deskripsi batuan beku non fragmental.
HASIL DESKRIPSI
Tekstur
Tingkat Kristalisasi Holokristalin
Komposisi
Formula : NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8
Sistem kristal : Triklinik
Warna : Putih dan abu-abu
Formula : KAlSi3O8
Sistem kristal : Monoklinik
Warna : Tak berwarna sampai putih
Panjang : 13,5 CM
Lebar : 10,5 CM
Tinggi : 3 CM
Batu Basalt yang dideskripsi memiliki dimensi dengan panjang 13,5 cm, lebar 10,5 cm,
dan tinggi 3 cm. Batu basalt terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat basaltik sehingga
cenderung berwarna gelap (mafic). Magma basaltik memiliki kandungan silika (SiO2)
sebanyak 45% - 55% dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg yang tinggi, serta K dan Na
rendah. Magma basaltik memiliki densitas 2,6 – 2,8 gr/cm3 viskositasnya cenderung rendah,
dan temperatur 1000oC –1200oC. Proses pembentukan batuan basalt merupakan bagian dari
proses pembentukan batuan beku ekstrusif (permukaan atau dekat permukaan bumi). Batuan
basalt dihasilkan pada 3 lingkungan pembentukan, yaitu pada batas divergen oceanik, pada
oceanik hotspot, dan pada mantel plume dan hotspot di bawah kerak benua.
Batu basalt cenderung terbentuk pada daerah busur magma MOR (Mid Ocean Ridge).
Magma yang keluar dikarenakan adanya gerakan divergen atau saling menjauh yang terjadi
antara lempeng samudra dengan lempeng samudra di mana gejala yang di timbulkan oleh
pergerakan lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di dasar samudra sebagai akibat dari
dorongan arus konveksi yang mendorong lapisan di atasnya. Setelah terjadi letusan, magma
yang berada di atas permukaan bumi akan mengalami pembekuan. Pembekuan tersebut
berlangsung sangat cepat dan disertai dengan terlepasnya gelembung gas karbon dioksida yang
berada pada magma. Dan letusan ini sering menghasilkan basal bantal (pillow basalts).
Tekstur
Tingkat Kristalisasi Holokristalin
Komposisi
Formula : NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8
Sistem kristal : Triklinik
Warna : Putih dan abu-abu
Formula : KAlSi3O8
Sistem kristal : Monoklinik
Warna : Tak berwarna sampai putih
Panjang : 12,5 CM
Lebar :-
Tinggi : 3 CM
Batu Andesit yang dideskripsi memiliki dimensi dengan panjang 12,5 cm dan tinggi 3
cm. Batu andesit terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat intermediet (Andesitik)
sehingga cenderung berwarna antara gelap dan cerah (intermendiet). Magma andesitik
memiliki kandungan silika (SiO2) sebanyak 55% - 65% dengan komposisi unsur Fe, Ca, Mg,
K dan Na yang sedang. Magma andesitik memiliki densitas 2,4 – 2,6 gr/cm3 viskositasnya
cenderung sedang, dan temperatur 800oC–1000oC. Proses pembentukan batuan andesit
merupakan bagian dari proses pembentukan batuan beku ekstrusif (luar).
Tekstur
Tingkat Kristalisasi Holokristalin
Komposisi
Formula : NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8
Sistem kristal : Triklinik
Warna : Putih dan abu-abu
Formula : KAlSi3O8
Sistem kristal : Monoklinik
Warna : Tak berwarna sampai putih
Panjang : 10 CM
Lebar : 5,5 CM
Tinggi : 3 CM
PETROGENESA :
Batu Diorit yang dideskripsi memiliki dimensi dengan panjang 18 cm, lebar 12 cm, dan
tinggi 4 cm. Batu diorit terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat basaltik sehingga
cenderung berwarna gelap (mafic). Magma basaltik memiliki kandungan silika (SiO2)
sebanyak 45% - 55% dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg yang tinggi, serta K dan Na
rendah. Magma basaltik memiliki densitas 2,6 – 2,8 gr/cm3, dengan viskositasnya cenderung
rendah, dan temperatur 1000oC –1200oC. Proses pembentukan batuan diorit merupakan
bagian dari proses pembentukan batuan beku intrusif (dalam). Batu diorit merupakan batuan
yang terbentuk dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic.
Tekstur
Tingkat Kristalisasi Holokristalin
Komposisi
Formula : NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8
Sistem kristal : Triklinik
Warna : Putih dan abu-abu
Formula : KAlSi3O8
Sistem kristal : Monoklinik
Warna : Tak berwarna sampai putih
Orthoklas (5%)
Kekerasan : 7 skala mohs
Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.65
Sketsa :
Dimensi :
Panjang : 18 CM
Lebar : 12 CM
Tinggi : 4 CM
PETROGENESA :
Batu Gabro yang dideskripsi memiliki dimensi dengan panjang 10 cm, lebar 5,5 cm,
dan tinggi 3 cm. Batu gabro terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat basaltik sehingga
cenderung berwarna gelap (mafic). Magma basaltik memiliki kandungan silika (SiO2)
sebanyak 45% - 55% dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg yang tinggi, serta K dan Na
rendah. Magma basaltik memiliki densitas 2,6 – 2,8 gr/cm3, dengan viskositasnya cenderung
rendah, dan temperatur 1000oC –1200oC. Proses pembentukan batuan gabro merupakan
bagian dari proses pembentukan batuan beku intrusif (dalam). Batu Gabro adalah batuan
berbutir kasar tersusun dari mineral utama plagioklas, feldspar dan pyroxene. Batu gabro
terbentuk langsung dari pembekuan magma. Batuan ini membeku pada kedalaman dangkal
atau merupakan intrusi dangkal sehingga termasuk pada batuan beku hypabisal.
Tekstur
Tingkat Kristalisasi Holokristalin
Komposisi
Formula : KAlSi3O8
Sistem kristal : Monoklinik
Warna : Tak berwarna sampai putih
Orthoklas (35%) Kekerasan : 7 skala mohs
Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.65
Rumus Kimia : SiO2
Kilap : Seperti kaca
Warna : Tidak berwarna
Kuarsa (15 %)
Gores : Putih
Kekerasan : 7 skala Mohs
Belahan : Tidak Jelas
Pecahan : Conchoidal
Berat jenis : 2.65 - 2.66 g / cm3
Panjang : 7 CM
Lebar : 6 CM
Tinggi : - CM
PETROGENESA :
Batu Granit yang dideskripsi memiliki dimensi dengan panjang 7 cm dan lebar 6 cm,.
Batu granit terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat asam (riolitik) sehingga cenderung
berwarna terang. Magma riolitik memiliki kandungan silika (SiO2) sebanyak 65% - 75%
dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg yang rendah, serta K dan Na tinggi. Magma riolitik
memiliki densitas 2,1 – 2,3 gr/cm3, dengan viskositasnya yang tinggi, dan temperatur 650oC–
800oC.
BAB III
PEMBAHASAN
Struktur batu dengan nomor peraga O-3 secara megaskopis dapat dikatakan
memiliki struktur yang masif dikarenakan tidak adanya terlihat retakan ataupun lubang
– lubang, sesar, dan sebagainya. Tingkat kristalisasi pada peraga O-3 secara
megaskopis dapat diinterpretasikan kedalam jenis holokristalin karena semuanya terdiri
dari kristal. Batu ini memiliki ukuran kristal yang tergolong halus dengan diameter
kurang dari 1 mm. Dari tingkat kristalisasinya, dapat diinterpretasikan bahwa kecepatan
pembentukan peraga O-3 berlangsung sanagat cepat. Secara megaskopis, hubungan
kristal yang menyusun peraga O-3 dengan kristal yang lain termasuk afanitik dimana
kristal mineral sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.
Bentuk kristalnya pada peraga O-3 termasuk euhedral yaitu antar kristal dibatasi oleh
bidang kristal yang tidak sempurna.
Tidak semua mineral dapat terlihat secara megaskopis pada peraga tersebut.
Secara megaskopis, komposisi mineral penyusun batuan peraga O-3 terdiri dari:
a. Mineral berwarna kehijauan, kekerasan 6,5 skala mohs, gores tidak berwarna,
dengan kilap kaca di interpretasikan sebagai mineral olivin dengan kelimpahan
mineral 25 % pada peraga batuan.
b. Mineral berwarna hitam, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih, dengan
kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral piroksen. Dengan
kelimpahan mineral 20% pada peraga batuan.
c. Mineral berwarna putih susu, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih,
dengan kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral plagioklas. Dengan
kelimpahan mineral 43% pada peraga batuan.
Dari petrogenesa diatas, kita dapat mengklasifikasikannya kedalam tabel klasifikasi
berikut:
B. Batuan Peraga T-2
Batuan peraga T-2 memiliki dimensi panjang 12,5 cm dan tinggi 3 cm. Batuan
peraga ini memiliki warna cenderung sedang (antara galap dan terang). Dari warna
tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa batuan peraga T-2 berasal dari magma yang
bersifat intermediet. Tipe batuan intermediet memiliki kandungan silika (SiO2)
sebanyak 55% - 65% dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg serta K dan Na yang
sedang. Mineral Feldspar didominasi plagioklas kaya natrium dengan hanya sedikit
mengandung K- atau Ca-feldspar. Memiliki densitas sebesar 2.4 – 2.6 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 .
Viskositasnya cenderung sedang dengan kisaran temperature sebesar 800 – 1000˚C.
Dari sifat magmanya yang intermediet dapat diinterpretasikan bahwa peraga
batuan tersebut terbentuk di daerah busur magmatik berjenisVolcanic Arc/Continental
Arc. Proses yang terjadi di zona ini yaitu zona subduksi yang mempertemukan lempeng
benua dan lempeng samudera dimana lempeng samudera menujam kebawah lempeng
benua menuju astenosfer. Gejala ini biasanya di perlihatkan oleh jajaran gunung api di
atas lempeng benua sebagai akibat dari dorongan arus konveksi dari selubung. Produk
magma yang dihasilkan adalah magma intermediet. Batuan pada peraga ini dihasilkan
dari pembekuan lava yang dikeluarkan gunung stratovulcano. Lava yang naik ke
permukaan bumi akan mengalami proses pendinginan dengan sangat cepat sehingga
tekstur yang dihasilkan sangat halus. Ada banyak situasi yang mendorong terbentuknya
batuan andesit. Salah satunya adalah terbentuk setelah proses melting (pelelehan)
lempeng samudra akibat adanya subduksi. Peristiwa subduksi menyebabkan lempeng
samudra meleleh yang kemudian naik dan membeku menjadi batuan andesit.
A. KESIMPULAN
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari proses pembekuan
magma baik secara ekstrusif (membeku di luar permukaan bumi) maupun secara
intrusif (membeku di dalam permukaan bumi. Batuan beku nonfragmental merupakan
batuan beku yang terbentuk secara primer dari pendinginan magma, menghasilkan
kristal-kristal mineral dan/ atau gelas vulkanik dengan struktur maupun tekstur tertentu.
Dalam mendeskripsikan batuan beku nonfragmental terdapat beberapa aspek
yang harus diperhatikan, seperti warna, struktur,tekstur, tingkat kristalisasi,
granularitas, ukuran kristal, keseragaman ukuran butir, dan komposisi mineral. Dalam
penamaan batuannya dapat menggunakan dua aturan klasifikasi, yaitu klasifikasi
Thrope and Brown (1965) dan klasifikasi Russel B. Travis (1955).
Pada pengklasifikasian Thrope and Brown (1965) aspek yang perlu
diperhatikan adalah sifat magma (kimia), warna, dan tekstur. Sedangkan untuk
klasifikasi Russel B. Travis (1955) aspek yang perlu diperhatikan adalah kandungan
mineral utama (feldspar), mineral tambahan khas, warna, dan tekstur.
B. SARAN
Dalam kegiatan praktikum sudah berjalan dengan baik akan tetapi masih
terdapat beberapa kendalan seperti jaringan yang tidak stabil sehingga mengganggu
kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Sekretariat : Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang - Semarang,Gedung Pertamina Sukowati Phone (024)
74600053, fax (024) 7460055
LEMBAR ASISTENSI
Nama : Anang Nasrudin Mahfud
NIM : 21100120120007
Praktikum : Petrologi
Acara : Batuan Beku Non Fragmental
Semester : 2 (dua)
Tahun Akademik : 2020/2021
Asisten Acara : Muhammad Alwi Ikhsan