Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

PETROLOGI

BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Disusun Oleh:
Anang Nasrudin Mahfud

21100120120007

LABORATORIUM SUMBER DAYA


MINERAL DAN BATUBARA
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
DIPONEGORO

SEMARANG
MARET 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Petrologi acara Batuan Beku Non Fragmental yang disusun oleh
praktikkan bernama Anang Nasrudin Mahfud telah diperiksa dan disahkan pada:

hari :

tanggal :

pukul :

Sebagai tugas laporan praktikum mata kuliah Petrologi.

Semarang, 17 Maret 2021

Asisten Acara, Praktikkan,

Muhammad Alwi Ikhsan Anang Nasrudin Mahfud

NIM : 21100118130047 NIM : 21100120120007


BAB I

PENDAHULUAN

A. MAKSUD
1. Mengidentifikasi kandungan mineral dalam batuan beku non fragmental
2. Mengetahui petrogenesadari batuan beku non fragmental
3. Mengidentifikasi nama batuan beku non fragmental berdasarkan klasifikasi Thrope
and Brown dan Russel B. Travis
4. Mengetahui sifatbatuan beku non fragmental.
5. Mengetahui deskripsi batuan beku non fragmental.

B. TUJUAN
1. Dapat mengidentifikasi kandungan mineral dalam batuan beku non fragmental
2. Dapat mengetahui petrogenesadari batuan beku non fragmental
3. Dapat mengidentifikasi nama batuan beku non fragmental berdasarkan klasifikasi
Thrope and Brown dan Russel B. Travis
4. Dapat mengetahui sifatbatuan beku non fragmental.
5. Dapat mengetahui deskripsi batuan beku non fragmental.

C. WAKTU DAN TEMPAT


Praktikum Batuan Beku Non Fragmental dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 12 Maret 2021
Tempat : Boyolali (Secara Daring), Melalui Ms Teams Praktikum Petrologi
BAB II

HASIL DESKRIPSI

PRAKTIKUM PETROLOGI 2021


LABORATORIUM SUMBER DAYA MINERAL DAN BATUBARA
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO

HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL


Tanggal Pengamatan 16 Maret 2021
Praktikan / NIM Anang Nasrudin Mahfud / 21100120120007
No Peraga O-3
Struktur Masif

Tekstur
Tingkat Kristalisasi Holokristalin

Ukuran Kristal Halus (kurang dari 1 mm)

Granularitas Equigranularitas (afanitik)

Bentuk Kristal Euhedral

Hub. Antar Mineral Panidiomorfik Granular

Komposisi
Formula : NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8
Sistem kristal : Triklinik
Warna : Putih dan abu-abu

Kekerasan : 6 - 6.5 skala mohs


Plagioklas (43 %)
Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.62 – 2,76

Formula : KAlSi3O8
Sistem kristal : Monoklinik
Warna : Tak berwarna sampai putih

Orthoklas (7%) Kekerasan : 7 skala mohs


Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.65
Formula : (Mg, Fe)2SiO4
Sistem kristal : Orthorombik
Warna : Hijau hingga kuning

Olivine (25 %) Kekerasan : 6,5 - 7 skala mohs


Kilap : Seperti kaca
Gores : Tidak ada
Berat jenis : 3,6
Formula : CaCO3
Sistem kristal : Trigonal
Warna : Hijau hingga kuning

Calcite (5 %) Kekerasan : 3 skala mohs


Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih sampai keabu-abuan
Berat jenis : 2,71
Rumus Kimia : (NaCa) (Mg, Fe, Al) (Si,Al)2O6
Warna : Hijau tua, coklat tua atau hitam
Belahan : Dua arah, sudut hampir siku-siku

Pyroxene (20%) Kekerasan : 5 - 6 skala


Berat jenis : 3,2 - 3,5
Kilap : Vitreous
Gores : Putih, putih kehijauan atau abu-abu
Sketsa :
Dimensi :

Panjang : 13,5 CM
Lebar : 10,5 CM
Tinggi : 3 CM

BASALT (Russel B. Travis,1955)


Nama batuan
BASALT (Thrope and Brown,1965)
PETROGENESA:

Batu Basalt yang dideskripsi memiliki dimensi dengan panjang 13,5 cm, lebar 10,5 cm,
dan tinggi 3 cm. Batu basalt terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat basaltik sehingga
cenderung berwarna gelap (mafic). Magma basaltik memiliki kandungan silika (SiO2)
sebanyak 45% - 55% dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg yang tinggi, serta K dan Na
rendah. Magma basaltik memiliki densitas 2,6 – 2,8 gr/cm3 viskositasnya cenderung rendah,
dan temperatur 1000oC –1200oC. Proses pembentukan batuan basalt merupakan bagian dari
proses pembentukan batuan beku ekstrusif (permukaan atau dekat permukaan bumi). Batuan
basalt dihasilkan pada 3 lingkungan pembentukan, yaitu pada batas divergen oceanik, pada
oceanik hotspot, dan pada mantel plume dan hotspot di bawah kerak benua.

Batu basalt cenderung terbentuk pada daerah busur magma MOR (Mid Ocean Ridge).
Magma yang keluar dikarenakan adanya gerakan divergen atau saling menjauh yang terjadi
antara lempeng samudra dengan lempeng samudra di mana gejala yang di timbulkan oleh
pergerakan lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di dasar samudra sebagai akibat dari
dorongan arus konveksi yang mendorong lapisan di atasnya. Setelah terjadi letusan, magma
yang berada di atas permukaan bumi akan mengalami pembekuan. Pembekuan tersebut
berlangsung sangat cepat dan disertai dengan terlepasnya gelembung gas karbon dioksida yang
berada pada magma. Dan letusan ini sering menghasilkan basal bantal (pillow basalts).

Gambar 1.0 Mid Ocean Ridge


PRAKTIKUM PETROLOGI 2021
LABORATORIUM SUMBER DAYA MINERAL DAN BATUBARA
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO

HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL


Tanggal Pengamatan 16 Maret 2021
Praktikan / NIM Anang Nasrudin Mahfud / 21100120120007
No Peraga T-2
Struktur Vesikuler (Skoria)

Tekstur
Tingkat Kristalisasi Holokristalin

Ukuran Kristal Halus (kurang dari 1 mm)

Granularitas Equigranularitas (afanitik)

Bentuk Kristal Subhedral

Hub. Antar Mineral Hipidiomorfik Granular

Komposisi
Formula : NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8
Sistem kristal : Triklinik
Warna : Putih dan abu-abu

Kekerasan : 6 - 6.5 skala mohs


Plagioklas (42 %)
Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.62 – 2,76

Formula : KAlSi3O8
Sistem kristal : Monoklinik
Warna : Tak berwarna sampai putih

Orthoklas (8%) Kekerasan : 7 skala mohs


Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.65
Rumus kimia : Ca2(Mg, Fe, Al)5 (Al, Si)8O22(OH)2
Warna : Hitam atau hijau gelap
Sistem kristal : Monoklin
Belahan : Imperfect pada 56 dan 124 derajat
Hornblende (20 %) Pecahan : Tidak rata
Kekerasan : 5–6 skala mohs
Kilap : Vitreous hingga dull
Gores : Abu-abu pucat
Berat jenis : 2.9
Rumus Kimia : SiO2
Kilap : Seperti kaca
Warna : Tidak berwarna
Gores : Putih
Kuarsa (5 %)
Kekerasan : 7 skala Mohs
Belahan : Tidak Jelas
Pecahan : Conchoidal
Berat jenis : 2.65 - 2.66 g / cm3
Rumus kimia : K(Mg,Fe) 3(AlSi3O10)(F,OH)2
Warna : Coklat gelap, coklat kehijauan
Sistem kristal : Monoklini
Belahan : Sempurna
Biotite (15%)
Pecahan : Micaceous
Kekerasan : 2.5–3.0 skala mohs
Kilap : Vitreous hingga seperti mutiara
Gores : Putih Berat jenis : 2.7–3.3
Rumus Kimia : (NaCa) (Mg, Fe, Al) (Si,Al)2O6
Warna : Hijau tua, coklat tua atau hitam
Belahan : Dua arah, sudut hampir siku-siku

Piroksen (10%) Kekerasan : 5 - 6 skala


Berat jenis : 3,2 - 3,5
Kilap : Vitreous
Gores : Putih, putih kehijauan atau abu-abu
Sketsa :
Dimensi :

Panjang : 12,5 CM
Lebar :-
Tinggi : 3 CM

ANDESIT (Russel B. Travis,1955)


Nama batuan
ANDESIT (Thrope and Brown,1965)
PETROGENESA:

Batu Andesit yang dideskripsi memiliki dimensi dengan panjang 12,5 cm dan tinggi 3
cm. Batu andesit terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat intermediet (Andesitik)
sehingga cenderung berwarna antara gelap dan cerah (intermendiet). Magma andesitik
memiliki kandungan silika (SiO2) sebanyak 55% - 65% dengan komposisi unsur Fe, Ca, Mg,
K dan Na yang sedang. Magma andesitik memiliki densitas 2,4 – 2,6 gr/cm3 viskositasnya
cenderung sedang, dan temperatur 800oC–1000oC. Proses pembentukan batuan andesit
merupakan bagian dari proses pembentukan batuan beku ekstrusif (luar).

Batuan Andesit dihasilkan dari pembekuan lava yang dikeluarkan gunung


stratovulcano. Lava yang naik ke permukaan bumi akan mengalami proses pendinginan dengan
sangat cepat sehingga tekstur yang dihasilkan sangat halus. Ada banyak situasi yang
mendorong terbentuknya batuan andesit. Salah satunya adalah terbentuk setelah proses melting
(pelelehan) lempeng samudra akibat adanya subduksi. Peristiwa subduksi menyebabkan
lempeng samudra meleleh yang kemudian naik dan membeku menjadi batuan andesit.

Gambar 1.1 Zona Subduksi


PRAKTIKUM PETROLOGI 2021
LABORATORIUM SUMBER DAYA MINERAL DAN BATUBARA
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO

HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL


Tanggal Pengamatan 16 Maret 2021
Praktikan / NIM Anang Nasrudin Mahfud / 21100120120007
No Peraga BI-43
Struktur Masif

Tekstur
Tingkat Kristalisasi Holokristalin

Ukuran Kristal Sangat Kasar (lebih dari 30 mm)

Granularitas Inequigranularitas (faneroporfiritik)

Bentuk Kristal Euhedral

Hub. Antar Mineral Porfiritik

Komposisi
Formula : NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8
Sistem kristal : Triklinik
Warna : Putih dan abu-abu

Kekerasan : 6 - 6.5 skala mohs


Plagioklas (45 %)
Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.62 – 2,76

Formula : KAlSi3O8
Sistem kristal : Monoklinik
Warna : Tak berwarna sampai putih

Orthoklas (10%) Kekerasan : 7 skala mohs


Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.65
Rumus Kimia : SiO2
Kilap : Seperti kaca
Warna : Tidak berwarna
Gores : Putih
Kuarsa (10 %)
Kekerasan : 7 skala Mohs
Belahan : Tidak Jelas
Pecahan : Conchoidal
Berat jenis : 2.65 - 2.66 g / cm3
Rumus Kimia : (NaCa) (Mg, Fe, Al) (Si,Al)2O6
Warna : Hijau tua, coklat tua atau hitam
Belahan : Dua arah, sudut hampir siku-siku

Pyroxene (35%) Kekerasan : 5 - 6 skala


Berat jenis : 3,2 - 3,5
Kilap : Vitreous
Gores : Putih, putih kehijauan atau abu-abu
Sketsa :
Dimensi :

Panjang : 10 CM
Lebar : 5,5 CM
Tinggi : 3 CM

PORFIRI DIORIT (Russel B. Travis,1955)


Nama batuan
PORFIRI DIORIT (Thrope and Brown,1965)

PETROGENESA :

Batu Diorit yang dideskripsi memiliki dimensi dengan panjang 18 cm, lebar 12 cm, dan
tinggi 4 cm. Batu diorit terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat basaltik sehingga
cenderung berwarna gelap (mafic). Magma basaltik memiliki kandungan silika (SiO2)
sebanyak 45% - 55% dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg yang tinggi, serta K dan Na
rendah. Magma basaltik memiliki densitas 2,6 – 2,8 gr/cm3, dengan viskositasnya cenderung
rendah, dan temperatur 1000oC –1200oC. Proses pembentukan batuan diorit merupakan
bagian dari proses pembentukan batuan beku intrusif (dalam). Batu diorit merupakan batuan
yang terbentuk dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic.

PRAKTIKUM PETROLOGI 2021


LABORATORIUM SUMBER DAYA MINERAL DAN BATUBARA
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO

HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL


Tanggal Pengamatan 16 Maret 2021
Praktikan / NIM Anang Nasrudin Mahfud / 21100120120007
No Peraga I-1
Struktur Masif

Tekstur
Tingkat Kristalisasi Holokristalin

Ukuran Kristal Sangat Kasar (lebih dari 30 mm)

Granularitas Inequigranularitas (faneroporfiritik)

Bentuk Kristal Subhedral

Hub. Antar Mineral Porfiritik

Komposisi
Formula : NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8
Sistem kristal : Triklinik
Warna : Putih dan abu-abu

Kekerasan : 6 - 6.5 skala mohs


Plagioklas (45 %)
Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.62 – 2,76

Formula : KAlSi3O8
Sistem kristal : Monoklinik
Warna : Tak berwarna sampai putih
Orthoklas (5%)
Kekerasan : 7 skala mohs
Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.65

Rumus Kimia : SiO2


Kilap : Seperti kaca
Warna : Tidak berwarna
Gores : Putih
Kuarsa (7 %)
Kekerasan : 7 skala Mohs
Belahan : Tidak Jelas
Pecahan : Conchoidal
Berat jenis : 2.65 - 2.66 g / cm3
Rumus Kimia : (NaCa) (Mg, Fe, Al) (Si,Al)2O6
Warna : Hijau tua, coklat tua atau hitam
Belahan : Dua arah, sudut hampir siku-siku

Pyroxene (14%) Kekerasan : 5 - 6 skala


Berat jenis : 3,2 - 3,5
Kilap : Vitreous
Gores : Putih, putih kehijauan atau abu-abu
Rumus kimia : Ca2(Mg, Fe, Al)5 (Al, Si)8O22(OH)2
Warna : Hitam atau hijau gelap
Sistem kristal : Monoklin
Belahan : Imperfect pada 56 dan 124 derajat

Hornblende (20%) Pecahan : Tidak rata


Kekerasan : 5–6 skala mohs
Kilap : Vitreous hingga dull
Gores : Abu-abu pucat
Berat jenis : 2.9
Rumus kimia : K(Mg,Fe) 3(AlSi3O10)(F,OH)2
Warna : Coklat gelap, coklat kehijauan
Sistem kristal : Monoklini
Biotite (10%)
Belahan : Sempurna
Pecahan : Micaceous
Kekerasan : 2.5–3.0 skala mohs
Kilap : Vitreous hingga seperti mutiara
Gores : Putih Berat jenis : 2.7–3.3

Sketsa :
Dimensi :

Panjang : 18 CM
Lebar : 12 CM
Tinggi : 4 CM

PORFIRI GABRO (Russel B. Travis,1955)


Nama batuan
PORFIRI GABRO (Thrope and Brown,1965)

PETROGENESA :

Batu Gabro yang dideskripsi memiliki dimensi dengan panjang 10 cm, lebar 5,5 cm,
dan tinggi 3 cm. Batu gabro terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat basaltik sehingga
cenderung berwarna gelap (mafic). Magma basaltik memiliki kandungan silika (SiO2)
sebanyak 45% - 55% dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg yang tinggi, serta K dan Na
rendah. Magma basaltik memiliki densitas 2,6 – 2,8 gr/cm3, dengan viskositasnya cenderung
rendah, dan temperatur 1000oC –1200oC. Proses pembentukan batuan gabro merupakan
bagian dari proses pembentukan batuan beku intrusif (dalam). Batu Gabro adalah batuan
berbutir kasar tersusun dari mineral utama plagioklas, feldspar dan pyroxene. Batu gabro
terbentuk langsung dari pembekuan magma. Batuan ini membeku pada kedalaman dangkal
atau merupakan intrusi dangkal sehingga termasuk pada batuan beku hypabisal.

PRAKTIKUM PETROLOGI 2021


LABORATORIUM SUMBER DAYA MINERAL DAN BATUBARA
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL
Tanggal Pengamatan 16 Maret 2021
Praktikan / NIM Anang Nasrudin Mahfud / 21100120120007
No Peraga J-1
Struktur Sheeting Joint

Tekstur
Tingkat Kristalisasi Holokristalin

Ukuran Kristal Kasar (5 mm hingga 30 mm)

Granularitas Inequigranular (Faneroporfiritik)

Bentuk Kristal Subhedral

Hub. Antar Mineral Porfiritik

Komposisi

Formula : NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8


Sistem kristal : Triklinik
Warna : Putih dan abu-abu
Plagioklas (15%)
Kekerasan : 6 - 6.5 skala mohs
Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.62 – 2,76

Formula : KAlSi3O8
Sistem kristal : Monoklinik
Warna : Tak berwarna sampai putih
Orthoklas (35%) Kekerasan : 7 skala mohs
Kilap : Seperti kaca
Gores : Putih
Berat jenis : 2.65
Rumus Kimia : SiO2
Kilap : Seperti kaca
Warna : Tidak berwarna
Kuarsa (15 %)
Gores : Putih
Kekerasan : 7 skala Mohs
Belahan : Tidak Jelas
Pecahan : Conchoidal
Berat jenis : 2.65 - 2.66 g / cm3

Rumus kimia : Ca2(Mg, Fe, Al)5 (Al, Si)8O22(OH)2


Warna : Hitam atau hijau gelap
Sistem kristal : Monoklin
Belahan : Imperfect pada 56 dan 124 derajat
Hoenblende (20 %)
Pecahan : Tidak rata
Kekerasan : 5–6 skala mohs
Kilap : Vitreous hingga dull
Gores : Abu-abu pucat
Rumus kimia : K(Mg,Fe) 3(AlSi3O10)(F,OH)2
Warna : Coklat gelap, coklat kehijauan
Sistem kristal : Monoklini
Belahan : Sempurna
Biotite (15 %)
Pecahan : Micaceous
Kekerasan : 2.5–3.0 skala mohs
Kilap : Vitreous hingga seperti mutiara
Gores : Putih Berat jenis : 2.7–3.3
Sketsa :
Dimensi :

Panjang : 7 CM
Lebar : 6 CM
Tinggi : - CM

GRANIT PORFIR (Thrope and Brown,1965)


Nama batuan
GRANIT PORFIR (Russel B. Travis,1955)

PETROGENESA :
Batu Granit yang dideskripsi memiliki dimensi dengan panjang 7 cm dan lebar 6 cm,.
Batu granit terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat asam (riolitik) sehingga cenderung
berwarna terang. Magma riolitik memiliki kandungan silika (SiO2) sebanyak 65% - 75%
dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg yang rendah, serta K dan Na tinggi. Magma riolitik
memiliki densitas 2,1 – 2,3 gr/cm3, dengan viskositasnya yang tinggi, dan temperatur 650oC–
800oC.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Batuan Peraga O-3


Batuan peraga O-3 memiliki dimensi panjang 13,5 cm, lebar 10,5 cm, dan tinggi
3 cm. Batuan peraga ini memiliki warna gelap. Dari warna tersebut, dapat
diinterpretasikan bahwa batuan peraga O-3 berasal dari magma yang bersifat basa. Tipe
batuan mafik memiliki kandungan silika (SiO2) sebanyak 45% - 55% dengan
komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg yang tinggi, serta K dan Na rendah. Mineral Feldspar
didominasi plagioklas kaya kalsium dengan hanya sedikit mengandung atau bahkan
tanpa K- atau Na-feldspar. Memiliki densitas sebesar 2.7 – 3.3 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 . Viskositasnya
cenderung lebih rendah dengan kisaran temperature sebesar 1000 – 1200˚C.
Dari sifat magmanya yang basa dapat diinterpretasikan bahwa peraga batuan
tersebut terbentuk pada daerah busur magma MOR (Mid Ocean Ridge). Magma yang
keluar dikarenakan adanya gerakan divergen atau saling menjauh yang terjadi antara
lempeng samudra dengan lempeng samudra di mana gejala yang di timbulkan oleh
pergerakan lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di dasar samudra sebagai
akibat dari dorongan arus konveksi yang mendorong lapisan di atasnya. Setelah terjadi
letusan, magma yang berada di atas permukaan bumi akan mengalami pembekuan.
Pembekuan tersebut berlangsung sangat cepat dan disertai dengan terlepasnya
gelembung gas karbon dioksida yang berada pada magma. Dan letusan ini sering
menghasilkan basal bantal (pillow basalts).

Gambar 1.2 Mid Ocean Ridge

Struktur batu dengan nomor peraga O-3 secara megaskopis dapat dikatakan
memiliki struktur yang masif dikarenakan tidak adanya terlihat retakan ataupun lubang
– lubang, sesar, dan sebagainya. Tingkat kristalisasi pada peraga O-3 secara
megaskopis dapat diinterpretasikan kedalam jenis holokristalin karena semuanya terdiri
dari kristal. Batu ini memiliki ukuran kristal yang tergolong halus dengan diameter
kurang dari 1 mm. Dari tingkat kristalisasinya, dapat diinterpretasikan bahwa kecepatan
pembentukan peraga O-3 berlangsung sanagat cepat. Secara megaskopis, hubungan
kristal yang menyusun peraga O-3 dengan kristal yang lain termasuk afanitik dimana
kristal mineral sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.
Bentuk kristalnya pada peraga O-3 termasuk euhedral yaitu antar kristal dibatasi oleh
bidang kristal yang tidak sempurna.
Tidak semua mineral dapat terlihat secara megaskopis pada peraga tersebut.
Secara megaskopis, komposisi mineral penyusun batuan peraga O-3 terdiri dari:
a. Mineral berwarna kehijauan, kekerasan 6,5 skala mohs, gores tidak berwarna,
dengan kilap kaca di interpretasikan sebagai mineral olivin dengan kelimpahan
mineral 25 % pada peraga batuan.
b. Mineral berwarna hitam, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih, dengan
kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral piroksen. Dengan
kelimpahan mineral 20% pada peraga batuan.
c. Mineral berwarna putih susu, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih,
dengan kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral plagioklas. Dengan
kelimpahan mineral 43% pada peraga batuan.
Dari petrogenesa diatas, kita dapat mengklasifikasikannya kedalam tabel klasifikasi
berikut:
B. Batuan Peraga T-2
Batuan peraga T-2 memiliki dimensi panjang 12,5 cm dan tinggi 3 cm. Batuan
peraga ini memiliki warna cenderung sedang (antara galap dan terang). Dari warna
tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa batuan peraga T-2 berasal dari magma yang
bersifat intermediet. Tipe batuan intermediet memiliki kandungan silika (SiO2)
sebanyak 55% - 65% dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg serta K dan Na yang
sedang. Mineral Feldspar didominasi plagioklas kaya natrium dengan hanya sedikit
mengandung K- atau Ca-feldspar. Memiliki densitas sebesar 2.4 – 2.6 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 .
Viskositasnya cenderung sedang dengan kisaran temperature sebesar 800 – 1000˚C.
Dari sifat magmanya yang intermediet dapat diinterpretasikan bahwa peraga
batuan tersebut terbentuk di daerah busur magmatik berjenisVolcanic Arc/Continental
Arc. Proses yang terjadi di zona ini yaitu zona subduksi yang mempertemukan lempeng
benua dan lempeng samudera dimana lempeng samudera menujam kebawah lempeng
benua menuju astenosfer. Gejala ini biasanya di perlihatkan oleh jajaran gunung api di
atas lempeng benua sebagai akibat dari dorongan arus konveksi dari selubung. Produk
magma yang dihasilkan adalah magma intermediet. Batuan pada peraga ini dihasilkan
dari pembekuan lava yang dikeluarkan gunung stratovulcano. Lava yang naik ke
permukaan bumi akan mengalami proses pendinginan dengan sangat cepat sehingga
tekstur yang dihasilkan sangat halus. Ada banyak situasi yang mendorong terbentuknya
batuan andesit. Salah satunya adalah terbentuk setelah proses melting (pelelehan)
lempeng samudra akibat adanya subduksi. Peristiwa subduksi menyebabkan lempeng
samudra meleleh yang kemudian naik dan membeku menjadi batuan andesit.

Gambar 1.3 Volcanic Arc


Struktur batu dengan nomor peraga T-2 secara megaskopis dapat dikatakan
memiliki struktur vesikuler jenis skoria dikarenakan adanya lubang – lubang yang tidak
saling berhubungan. Tingkat kristalisasi pada peraga T-2 secara megaskopis dapat
diinterpretasikan kedalam jenis holokristalin karena semuanya terdiri dari kristal. Batu
ini memiliki ukuran kristal yang tergolong halus dengan diameter kurang dari 1 mm.
Dari tingkat kristalisasinya, dapat diinterpretasikan bahwa kecepatan pembentukan
peraga T-2 berlangsung cepat. Secara megaskopis, hubungan kristal yang menyusun
peraga T-2 dengan kristal yang lain termasuk afanitik dimana kristal mineral sangat
halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Bentuk kristalnya pada
peraga T-2 termasuk subhedral yaitu antar kristal dibatasi oleh bidang kristal yang
tidak sempurna.
Tidak semua mineral dapat terlihat secara megaskopis pada peraga tersebut.
Secara megaskopis, komposisi mineral penyusun batuan peraga T-2 terdiri dari:
a. Mineral berwarna putih bening (tidak berwarna), kekerasan 7 skala mohs, gores
berwarna putih, dengan kilap kaca di interpretasikan sebagai mineral kuarsa
dengan kelimpahan mineral 5 % pada peraga batuan.
b. Mineral berwarna hitam, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih, dengan
kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral piroksen. Dengan
kelimpahan mineral 10% pada peraga batuan.
c. Mineral berwarna putih susu, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih,
dengan kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral plagioklas. Dengan
kelimpahan mineral 42% pada peraga batuan.
d. Mineral berwarna hitam, kekerasan 3 skala mohs, cerat berwarna putih, dengan
kilap kaca di interpretasikan sebagai mineral biotit. Dengan kelimpahan mineral
15% pada peraga
Dari petrogenesa diatas, kita dapat mengklasifikasikannya kedalam tabel klasifikasi
berikut:

C. Batuan Peraga BI-43


Batuan peraga BI-43 memiliki dimensi panjang 10 cm, lebar 5,5 cm, dan tinggi
3 cm. Batuan peraga ini memiliki warna cenderung sedang (antara galap dan terang).
Dari warna tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa batuan peraga BI-43 berasal dari
magma yang bersifat intermediet. Tipe batuan intermediet memiliki kandungan silika
(SiO2) sebanyak 55% - 65% dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg serta K dan Na
yang sedang. Mineral Feldspar didominasi plagioklas kaya natrium dengan hanya
sedikit mengandung K- atau Ca-feldspar. Memiliki densitas sebesar 2.4 – 2.6 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 .
Viskositasnya cenderung sedang dengan kisaran temperature sebesar 800 – 1000˚C.
Dari sifat magmanya yang intermediet dapat diinterpretasikan bahwa peraga
batuan tersebut terbentuk di daerah busur magmatik berjenisVolcanic Arc/Continental
Arc. Proses yang terjadi di zona ini yaitu zona subduksi yang mempertemukan lempeng
benua dan lempeng samudera dimana lempeng samudera menujam kebawah lempeng
benua menuju astenosfer. Gejala ini biasanya di perlihatkan oleh jajaran gunung api di
atas lempeng benua sebagai akibat dari dorongan arus konveksi dari selubung. Produk
magma yang dihasilkan adalah magma intermediet.

Gambar 1.4 Volcanic Arc


Struktur batu dengan nomor peraga BI-43 secara megaskopis dapat dikatakan
memiliki struktur masif dikarenakan tidak adanya lubang – lubang, sesar,dan lain-lain.
Tingkat kristalisasi pada peraga BI-43 secara megaskopis dapat diinterpretasikan
kedalam jenis holokristalin karena semuanya terdiri dari kristal. Batu ini memiliki
ukuran kristal yang tergolong sangat kasar dengan diameter lebih dari 30 mm. Dari
tingkat kristalisasinya, dapat diinterpretasikan bahwa kecepatan pembentukan peraga
BI-43 berlangsung lambat. Secara megaskopis, hubungan kristal yang menyusun
peraga BI-43 dengan kristal yang lain termasuk fanerorporfiritik dimana kristal mineral
yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (masa dasar) dan dapat
dikenal dengan mata telanjang. Bentuk kristalnya pada peraga BI-43 termasuk euhedral
yaitu antar kristal dibatasi oleh bidang kristal yang jelas.
Tidak semua mineral dapat terlihat secara megaskopis pada peraga tersebut.
Secara megaskopis, komposisi mineral penyusun batuan peraga BI-43 terdiri dari:
a. Mineral berwarna putih bening (tidak berwarna), kekerasan 7 skala mohs, gores
berwarna putih, dengan kilap kaca di interpretasikan sebagai mineral kuarsa
dengan kelimpahan mineral 10 % pada peraga batuan.
b. Mineral berwarna hitam, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih, dengan
kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral piroksen. Dengan
kelimpahan mineral 35% pada peraga batuan.
c. Mineral berwarna putih susu, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih,
dengan kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral plagioklas. Dengan
kelimpahan mineral 45% pada peraga batuan.
Dari petrogenesa diatas, kita dapat mengklasifikasikannya kedalam tabel klasifikasi
berikut:
D. Batuan Peraga 1.1
Batuan peraga 1-1 memiliki dimensi panjang 18 cm, lebar 12 cm, dan tinggi 4
cm. Batuan peraga ini memiliki warna cenderung gelap. Dari warna tersebut, dapat
diinterpretasikan bahwa batuan peraga 1-1 berasal dari magma yang bersifat basa. Tipe
batuan mafik memiliki kandungan silika (SiO2) sebanyak 45% - 55% dengan
komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg yang tinggi, serta K dan Na rendah. Mineral Feldspar
didominasi plagioklas kaya kalsium dengan hanya sedikit mengandung atau bahkan
tanpa K- atau Na-feldspar. Memiliki densitas sebesar 2.8 – 3.10 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 . Viskositasnya
cenderung lebih rendah dengan kisaran temperature sebesar 1000 – 1200˚C.
Dari sifat magmanya yang basa dapat diinterpretasikan bahwa peraga batuan
tersebut terbentuk di daerah busur magmatik berjenis back arc basin. Proses yang terjadi
di zona ini yaitu zona subduksi yang mempertemukan lempeng benua dan lempeng
samudera dimana lempeng samudera menujam kebawah lempeng benua menuju
astenosfer. Gejala ini diperlihatkan oleh menipisnya kerak dan suatu bukaan dekungan
yang melengkung. Oleh karena itu, hal ini disebut cekungan belakang zona subduksi.
Gambar 1.5 Back Arc Basin
Struktur batu dengan nomor peraga 1-1 secara megaskopis dapat dikatakan
memiliki struktur yang masif dikarenakan tidak adanya terlihat retakan ataupun lubang
– lubang, sesar, dan sebagainya. Tingkat kristalisasi pada peraga 1-1 secara megaskopis
dapat diinterpretasikan kedalam jenis holokristalin karena semuanya terdiri dari kristal.
Batu ini memiliki ukuran kristal yang tergolong kasar dengan diameter antara 5-30 mm.
Dari tingkat kristalisasinya, dapat diinterpretasikan bahwa kecepatan pembentukan
peraga 1-1 berlangsung lambat. Secara megaskopis, hubungan kristal yang menyusun
peraga 1-1 dengan kristal yang lain termasuk fanerorporfiritik dimana kristal mineral
yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (masa dasar) dan dapat
dikenal dengan mata telanjang. Bentuk kristalnya pada peraga 1-1 termasuk subhedral
yaitu antar kristal dibatasi oleh bidang kristal yang tidak sempurna.
Tidak semua mineral dapat terlihat secara megaskopis pada peraga tersebut.
Secara megaskopis, komposisi mineral penyusun batuan peraga 1-1 terdiri dari:
d. Mineral berwarna putih bening (tidak berwarna), kekerasan 7 skala mohs, gores
berwarna putih, dengan kilap kaca di interpretasikan sebagai mineral kuarsa
dengan kelimpahan mineral 7 % pada peraga batuan.
e. Mineral berwarna hitam, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih, dengan
kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral piroksen. Dengan
kelimpahan mineral 14% pada peraga batuan.
f. Mineral berwarna putih susu, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih,
dengan kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral plagioklas. Dengan
kelimpahan mineral 45% pada peraga batuan.
Dari petrogenesa diatas, kita dapat mengklasifikasikannya kedalam tabel klasifikasi
berikut:
E. Batuan Peraga J-1
Batuan peraga J-1 memiliki dimensi panjang 7 cm dan lebar 6 cm. Batuan
peraga ini memiliki warna terang. Dari warna tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa
batuan peraga J-1 berasal dari magma yang bersifat asam. Tipe batuan asam memiliki
kandungan silika (SiO2) sebanyak 65% - 75% dengan komposisi unsur Fe, Ca, dan Mg
yang rendah serta K dan Na yang tinggi. Mineral Feldspar didominasi oleh Orthoklas
(K- feldspar). Memiliki densitas sebesar 2.1 – 2.3 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 . Viskositasnya cenderung
sedang dengan kisaran temperature sebesar 650 – 800˚C.
Dari sifat magmanya yang asam dapat diinterpretasikan bahwa peraga batuan
tersebut terbentuk di daerah busur magmatik berjenis Continental Rift Zone. Proses
yang terjadi di zona ini merupakan gerak divergen yaitu pola pergerakan lempeng yang
saling menjauh. Dalam hal ini lempeng yang saling menjauh adalah dua lempeng
benua, di mana gejala yang di timbulkan oleh pergerakan lempeng ini adalah
terbentuknya gunung-gunung api muda dan kecil-kecil di atas dataran benua. Jenis
magma yang di hasilkan adalah jenis magma asam.

Gambar 1.6 Continental Rift Zone


Struktur batu dengan nomor peraga J-1 secara megaskopis dapat dikatakan
memiliki struktur sheeting joint dikarenakan adanya kekar berupa lembaran-lembaran
yang terbentuk karena adanya penghilangan beban batuan diatasnya. Tingkat
kristalisasi pada peraga J-1 secara megaskopis dapat diinterpretasikan kedalam jenis
holokristalin karena semuanya terdiri dari kristal. Batu ini memiliki ukuran kristal yang
tergolong kasar dengan diameter 5 - 30 mm. Dari tingkat kristalisasinya, dapat
diinterpretasikan bahwa kecepatan pembentukan peraga BI-43 berlangsung lambat.
Secara megaskopis, hubungan kristal yang menyusun peraga J-1 dengan kristal yang
lain termasuk fanerorporfiritik dimana kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi
kristal mineral yang lebih kecil (masa dasar) dan dapat dikenal dengan mata telanjang.
Bentuk kristalnya pada peraga BI-43 termasuk suhedral yaitu antar kristal dibatasi oleh
bidang kristal yang tidak sempurna.
Tidak semua mineral dapat terlihat secara megaskopis pada peraga tersebut.
Secara megaskopis, komposisi mineral penyusun batuan peraga BI-43 terdiri dari:
a. Mineral berwarna putih bening (tidak berwarna), kekerasan 7 skala mohs, gores
berwarna putih, dengan kilap kaca di interpretasikan sebagai mineral kuarsa
dengan kelimpahan mineral 15 % pada peraga batuan.
b. Mineral berwarna hitam, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna abu-abu
pucat, dengan kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral hornblende.
Dengan kelimpahan mineral 20% pada peraga batuan.
c. Mineral berwarna putih susu, kekerasan 6 skala mohs, gores berwarna putih,
dengan kilap seperti kaca di interpretasikan sebagai mineral plagioklas. Dengan
kelimpahan mineral 15% pada peraga batuan.
Dari petrogenesa diatas, kita dapat mengklasifikasikannya kedalam tabel klasifikasi
berikut:
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari proses pembekuan
magma baik secara ekstrusif (membeku di luar permukaan bumi) maupun secara
intrusif (membeku di dalam permukaan bumi. Batuan beku nonfragmental merupakan
batuan beku yang terbentuk secara primer dari pendinginan magma, menghasilkan
kristal-kristal mineral dan/ atau gelas vulkanik dengan struktur maupun tekstur tertentu.
Dalam mendeskripsikan batuan beku nonfragmental terdapat beberapa aspek
yang harus diperhatikan, seperti warna, struktur,tekstur, tingkat kristalisasi,
granularitas, ukuran kristal, keseragaman ukuran butir, dan komposisi mineral. Dalam
penamaan batuannya dapat menggunakan dua aturan klasifikasi, yaitu klasifikasi
Thrope and Brown (1965) dan klasifikasi Russel B. Travis (1955).
Pada pengklasifikasian Thrope and Brown (1965) aspek yang perlu
diperhatikan adalah sifat magma (kimia), warna, dan tekstur. Sedangkan untuk
klasifikasi Russel B. Travis (1955) aspek yang perlu diperhatikan adalah kandungan
mineral utama (feldspar), mineral tambahan khas, warna, dan tekstur.

B. SARAN
Dalam kegiatan praktikum sudah berjalan dengan baik akan tetapi masih
terdapat beberapa kendalan seperti jaringan yang tidak stabil sehingga mengganggu
kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Islami, Nur. (2017). Batuan Beku.


https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9254/bab5.pdf?sequen
ce=7&isAllowed=y. [Diakses pada tanggal 17 Maret 2021]

Sadrafle, E. (2015). 7 Busur Magmatisme. 1-9.


https://www.scribd.com/doc/261263277/7-Busur-Magmatisme. [Diakses pada tanggal
17 Maret 2021]

Kemendikbud. (2013). Batuan.


http://repositori.kemdikbud.go.id/8914/1/BATUAN-X-2.pdf. [Diakses pada tanggal
17 Maret 2021]

Jempole-mbah-nov (2015). Batuan beku non fragmental. fdokumen.com.


https://fdokumen.com/document/batuan-beku-non-fragmental-5678391431f7b.html
[Diakses pada tangga 19 Maret 2021].

Sukarno Widjaja (2018). LABORATORIUM SUMBERDAYA MINERAL JURUSAN TEKNIK


GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK UGM UNIVERSITAS GADJAH MADA
PETROLOGI. https://slideplayer.info/amp/13727407/ [Accessed 19 Maret 2021].

Wahyu-prasetyo (2015). Laporan Praktikum Batuan Beku Non Fragmental.


https://pdfslide.tips/documents/laporan-praktikum-batuan-beku-non-fragmental.html
[Accessed 19 Maret 2021].
LAMPIRAN

LABORATORIUM SUMBERDAYA MINERAL DAN BATUBARA


DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Sekretariat : Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang - Semarang,Gedung Pertamina Sukowati Phone (024)
74600053, fax (024) 7460055

LEMBAR ASISTENSI
Nama : Anang Nasrudin Mahfud
NIM : 21100120120007
Praktikum : Petrologi
Acara : Batuan Beku Non Fragmental
Semester : 2 (dua)
Tahun Akademik : 2020/2021
Asisten Acara : Muhammad Alwi Ikhsan

No Tanggal Keterangan Paraf


17 Maret 2021 Asistensi BBNF
BUKTI ASISTENSI

Anda mungkin juga menyukai