Anda di halaman 1dari 8

70 71

3. Membuktikan konvergensi barisan


4. Menggunakan teorema – teorema limit
5. Menguji sifat kemonotonan barisan
6. Membuktikan konvergensi barisan monoton
7. Menggunakan prinsip – prinsip subbarisan
8. Menggunakan dan membuktikan sifat Cauchy
suatu barisan

BAB DUA Untuk mencapai indikator-indikator ini, pahami dengan


mendalam setiap definisi yang disajikan, buatlah definisi dan
turunan-turunan definisi dengan kalimat anda sendiri,

BARISAN BILANGAN pelajarilah contoh-contoh yang diberikan, buatlah sendiri


contoh-contoh yang lain, buatlah suatu noncontoh yang

REAL
menyatakan suatu definisi atau teorema tidak benar.

Kompetensi dan Indikator


Pencapaian

Kompetensi dasar konten kuliah yang harus anda


capai dalam mempelajari bab ini adalah memahami dan
menggunakan prinsip keterbatasan dan konvergensi barisan
bilangan real.
Pencapaian anda terhadap kompetensi dasar ini
dapat diukur melalui indikator-indikator berikut:

1. Menentukan limit barisan (tanpa pembuktian)


2. Menguji keterbatasan suatu barisan
72 73
ditulis sebagai
2.1 Barisan dan Limitnya s(1), s(2), s(3), .....
Biasanya barisan bilangan real dinotasikan
dengan simbol (sn).

Barisan bilangan real merupakan sejumlah terhitung Lebih jauh, kita akan menulis barisan tersebut dengan
bilangan real yang disusun dalam suatu urutan dengan pola notasi:
atau tanpa pola tertentu. Jadi Konsep tentang barisan bilangan S atau (sn) atau (sn: nN )
real menyangkut, bukan hanya himpunan bilangan real, tetapi Sebagai contoh, barisan (1, 1/2, 1/3, 1/4, 1/5, ..).ditulis
juga urutan – bilangan real pertama, bilangan real kedua, sebagai (1/n). Untuk contoh ini suku pertama barisan adalah 1,
bilangan real ketiga, dan seterusnya. Ide ini menyatakan suku kedua adalah ½, suku ketiga adalah 1/3,…, suku ke-n
bahwa pengurutan bilangan-bilangan real adalah pengaitan adalah 1/n, dan seterusnya.
antara himpunan bilangan asli N dengan himpunan bilangan Contoh lain, barisan (1, 2, 4, 8, …) merupakan barisan
real R, dengan aturan bahwa setiap bilangan asli 1, 2, 3, … dengan suku ke-n, 2n-1. Selanjutnya, barisan (1, 2, 4, 8, …)
dikaitkan dengan tepat satu dari bilangan-bilangan real x1, x2, dapat juga ditulis sebagai (an) dengan an=2n-1. Kita juga
x3,… Ungkapan ini menunjukkan bahwa barisan bilangan real dapat menulis barisan ini dengan (2n-1).
merupakan fungsi yang domain-nya (daerah asal) pada Perhatikan beberapa cara penulisan barisan di atas.
himpunan bilangan asli N dan range-nya (daerah hasil) di
dalam himpunan bilangan real R. Karena barisan merupakan fungsi, kita perlu
Berikut diberikan definisi formal barisan bilangan real. mendefinisikan kesamaan dua barisan.

Definisi 2.1.1: Barisan Bilangan Real Definisi 2.1.2: Kesamaan dua Barisan
Barisan bilangan real adalah fungsi s: N Diberikan barisan X = (xn) dan Y = (yn).
R. Barisan X dan Y dikatakan sama, atau (xn) =
Dengan kata lain, barisan bilangan real dapat (yn) jika xn = yn untuk setiap bilangan asli n.
74 75
1/3, -2/4, …), XY = (0, ¼, 2/9, 3/16, …), dan Y/X = (0, 1, 2,
Dari dua atau lebih barisan, dapat dibentuk barisan baru 3, …).
yang merupakan jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi dari Mengapa barisan X/Y tidak dapat didefinisikan ?
barisan-barisan sebelumnya. Untuk itu perhatikan definisi 2.1.3 Sebagai fungsi, keterbatasan suatu barisan dapat
berikut: didefinisikan sebagai berikut:

Definisi 2.1.3: Aljabar Barisan Definisi 2.1.4: Barisan Terbatas


Diberikan barisan X = (xn) dan Y = (yn). Barisan (xn) dikatakan terbatas keatas jika
Jumlah X+Y didefinisikan sebagai: terdapat bilangan real K sehingga xn  K
X+Y = (xn + yn : n N), untuk setiap bilangan asli n.
selisih X-Y didefinisikan sebagai: Barisan (xn) dikatakan terbatas ke bawah jika
X-Y = (xn – yn : nN) terdapat bilangan real M sehingga xn  M
hasil kali XY didefinisikan sebagai: untuk setiap bilangan asli n.
XY = (xnyn : nN), dan Barisan (xn) dikatakan terbatas jika ia
hasil bagi X/Y didefinisikan sebagai: terbatas ke atas dan terbatas ke bawah.
X/Y = (xn / yn : nN) asalkan yn  0
untuk setiap bilangan asli n Definisi 2.1.4 juga menyatakan bahwa barisan (xn)
dikatakan terbatas jika {xn} merupakan himpunan terbatas.
Definisi 2.1.3 menyatakan bahwa bahwa suku-suku
Mudah dipahami bahwa barisan bilangan real (xn) dikatakan
barisan baru yang merupakan jumlah dua barisan lainnya
terbatas jika terdapat bilangan M sehingga xn ≤ M untuk
dibentuk dengan menjumlahkan suku – suku yang berpadanan
setiap bilangan asli n.
pada kedua barisan lainnya. Untuk barisan-barisan selisih, hasil
Perhatikan perbedaan penulisan (xn) dan {xn}. Meskipun
kali, dan hasil bagi dua barisan, dikerjakan dengan cara
pada buku teks yang lain, perbedaan keduanya tidak
serupa.
diperhatikan, namun dalam buku ini penulisan {xn} diartikan
Sebagai contoh, Jika X = (1, 1/2, 1/3, ¼, …) dan Y = (0,
sebagai range (daerah hasil) dari fungsi (barisan) x:NR.
½, 2/3, ¾, …) maka X + Y = (1, 1, 1, 1, …), X – Y = (1, 0, -
76 77
Sebagai contoh barisan ((-1)n) = (-1, 1, -1, 1, …)
mempunyai range (daerah hasil) {-1, 1}. Jadi {(-1)n} = {-1, Cek-Up (Dikerjakan Berkelompok)
1}.

1. Tulis suku ke-n untuk barisan-barisan berikut:


Sekarang perhatikan beberapa contoh berikut:
(i) (1, 0, 1, 0, … ) (ii) (7, 11, 15, 19, 23, …)
(iii) (1, 1/3, 1/5, 1/7, …) (iv) (8, 1/7, 8, 1/7, …)
Contoh 2.1.5 (v) (2, 5, 10, 17, 26, 37,…) (vi) (5, 14, 29, 50, …)
1. Barisan X = (1/n) terbatas sebab 0 < 1/n  1 untuk (vii) (1, -3, 5, -7, 9, -11, …)
setiap bilangan asli n. Selanjutnya, barisan Y = (n)
tidak terbatas ke atas sebab untuk setiap bilangan
real K terdapat bilangan asli nK sehingga nK > K (Ingat 2. Tulis kembali barisan yang suku ke-n-nya diberikan berikut:
kembali, pernyataan ini juga merupakan hukum
(i) an = 2n-1(3n – 1 ) (ii) an = 1/(2n + 3)
Archimedean).
2. Jika (an) barisan terbatas, dan didefinisikan barisan (bn) (iii) an = 1/(7n – 6 ) (iv) an = (12+5n)/(11n+12)
sebagai berikut:
(v) an = (-1)n-1(7n/(3n+1))
n 2 , n  1000
bn  
 an , n  1000
maka (bn) juga merupakan barisan terbatas. 3. Periksa apakah barisan berikut terbatas ke atas, terbatas ke
3. Barisan X = (1, ½, 3, ¼, 5, 1/6, ...) tidak terbatas. bawah atau tidak terbatas.
4. Barisan Y = (sin n) terbatas.
1 (i) (sin(n/2)) (ii) (e n
)
5. Barisan Z = (e ) terbatas.
n
(iii) (e 1/n
) (iv) (- n2 )
6. Barisan A = ( n  1  n ) terbatas.
(v) ( n ) (vi) ((n+1) - n )
(vii) (n sin(/n)) (viii) (1/(1+n2))

(ix) (an ) dengan an = n, n ganjil


5, n genap
78 79
4. Jika X = (1, 1/2, 1/3, ¼, …) dan Y = (0, ½, 2/3, ¾, …),
mengapa barisan X/Y tidak dapat didefinisikan? Berikan
alasan.
Konvergensi Barisan
5. Dalam contoh 2.1.5.(2), mengapa barisan (bn) terbatas ?
Berikan alasan.
Pendekatan Awal
6. Dalam contoh 2.1.5.(3), mengapa barisan X tidak terbatas ?
Sekarang kita siap mendefinisikan suatu konsep
Berikan alasan.
penting dari barisan. Kita akan mendefinisikan
7. Dalam contoh 2.1.5.(4), mengapa barisan Y terbatas ?
“kecenderungan“ suatu barisan terhadap suatu titik tertentu
Berikan alasan.
jika indeks n suatu barisan sudah cukup besar. Barisan
8. Dalam contoh 2.1.5.(5), mengapa barisan Z terbatas ?
bilangan real dalam himpunan bilangan real yang cenderung
Berikan alasan.
kesuatu titik tertentu disebut barisan konvergen.
9. Dalam contoh 2.1.5.(6), mengapa barisan A terbatas ?
Pendekatan kita terhadap konsep konvergensi
Berikan alasan.
barisan, diawali dengan mempelajari perilaku ekor barisan,
10.Definisi 2.1.4 menjelaskan barisan terbatas ke atas, barisan
sebelum definisi formal barisan konvergen diberikan.
terbatas ke bawah, dan barisan terbatas. Tulislah ungkapan
Sebagai contoh, barisan X = ( 2, 4, 6, 8, 10, … )
yang menyatakan (an) barisan tidak terbatas ke atas, (bn)
mempunyai ekor – ekor barisan X2 (ekor kedua), yaitu: X2 = (
barisan tidak terbatas ke bawah, dan (cn) barisan tidak
6, 8, 10, … ), X3 (ekor ketiga), yaitu: X3 = ( 8, 10, … ), dan
terbatas.
seterusnya
Contoh lain, barisan Y = (1/n) = (1, ½, 1/3, ¼, 1/5, ...)
mempunyai ekor-ekor barisan Y1 = (1/2, 1/3, ¼, ...)
Y2 = (1/3, ¼, 1/5,...)
Y10 = (1/11, 1/12, 1/13, ...)
dan seterusnya.
80 81
Perhatikan, ekor pertama suatu barisan, dimulai dari konvergen ke bilangan x bilamana kita dapat menemukan
suku kedua, ekor kedua dimulai dengan suku ketiga, dan ekor barisan X yang dekat dengan bilangan x, sedekat yang
seterusnya. kita inginkan.
Secara persis, definisi ekor barisan diberikan sebagai Ingat pula bahwa jarak antara dua bilangan
berikut: merupakan nilai mutlak selisih kedua bilangan tersebut. Jadi
1 1 1
jarak bilangan ½ ke ¼ adalah   . Jarak bilangan -1/3
2 4 4
Definisi 2.1.6: Ekor Barisan
 1 2 11
Suatu barisan yang suku-suku awalnya ke 2/5 adalah   . Beberapa bilangan yang berjarak
dihilangkan disebut ekor barisan. Dengan kata 3 5 15
lain jika untuk sebarang bilangan asli M, kita
kurang dari 1/10 terhadap bilangan 0 adalah 1/11, -1/11,
hilangkan M suku pertama dari barisan (xn) ,
maka ekor ke M suatu barisan X, dinotasikan 0,03, -0,05, 1/21, dan seterusnya.
dengan XM didefinisikan dengan:
Untuk memeriksa suatu barisan konvergen, pertama,
XM = (xM+p : pN ) = (xM+1 , xM+2 ,
xM+3 , … ) akan ditinjau barisan (xn) = (1/n) .Barisan ini mempunyai
suku-suku 1, ½, 1/3, ¼,.... Mudah dipahami bahwa suku-suku
barisan ini makin dekat (jaraknya makin kecil) terhadap
Sekarang, apakah artinya barisan X = (xn)
bilangan 0 (nol) bilamana indeks suku-sukunya makin besar.
konvergen? Secara gamblang kita katakan bahwa barisan X =
Kita menduga bahwa barisan ini konvergen ke bilangan 0.
(xn) konvergen ke bilangan x bilamana kita dapat memperoleh
Perhatikan bahwa ekor barisan (1/10, 1/11, 1/12, ...)
kecuali sejumlah berhingga suku-suku barisan (xn) yang dekat
mempunyai suku-suku berjarak kurang dari 1/9 terhadap
bilangan x, sedekat yang kita inginkan Perhatikan kalimat
bilangan 0. Ekor barisan (1/37, 1/38, 1/39, ...) mempunyai
“kecuali sejumlah berhingga” di atas. Ingat kembali bahwa
suku-suku yang berjarak kurang dari 0,04 terhadap bilangan 0.
ekor suatu barisan diperoleh dengan menghilangkan sejumlah
Ekor barisan (1/154, 1/155, 1/156, ...) mempunyai suku-suku
berhingga suku-suku awal suatu barisan. Dengan demikian
yang berjarak kurang dari 0,007 terhadap bilangan 0.
pernyatan bahwa barisan X = (xn) konvergen ke bilangan x,
Nampaknya kita yakin bahwa bagaimanapun kecilnya jarak
dapat diformulasikan sebagai berikut: Barisan X = (xn)
82 83
yang diinginkan (misalnya jarak ini dinotasikan dengan 0,0031 ?
bilangan ), kita selalu dapat menemukan ekor dari barisan (xn) ? ?
yang suku-sukunya berjarak kurang dari  terhadap bilangan 0. ? ?
Dengan keyakinan seperti ini kita dapat menyimpulkan bahwa ? ?
barisan (xn) = (1/n) = (1, ½, 1/3, ¼,.... ) konvergen ke
bilangan 0.
Perhatikan lagi barisan Y = (yn) = (1, ½, 1, 1/3, ¼, Dengan menuliskan sebarang bilangan , apakah kita yakin
1/2, 1/5, 1/6, 1/3, 1/7, 1/8, 1/4, 1/9, 1/10, 1/5, 1/11, ...). bahwa kita dapat menemukan ekor barisan yang jaraknya
Kita tidak dapat mengatakan bahwa bila indeks suku barisan terhadap bilangan 0, kurang dari  ? Jika ya, kita telah
membesar maka suku-sukunya makin dekat dengan 0, sebab memutuskan bahwa barisan Y konvergen ke bilangan 0. Jika
jarak suku kelima (1/4) terhadap 0 lebih kecil dari jarak suku tidak, diskusikan hal ini dengan teman anda, atau dengan
keenam (1/2) terhadap 0. Demikian juga jarak suku kedelapan dosen anda.
(1/6) terhadap 0 lebih kecil dari jarak suku kesembilan (1/3) Sekarang, lakukanlah hal yang serupa terhadap
terhadap 0. Tugas kita sekarang adalah menguji apakah barisan Z = (1, ½, 1, 2/3, 1, ¾, 1, 4/5, 1, ...). Sebelumnya
barisan Y tersebut konvergen ke 0. Isilah daftar berikut dengan anda harus menduga apakah barisan ini konvergen atau tidak?
menulis ekor barisan Y (jika ada) yang jaraknya terhadap Jika konvergen, ke bilangan mana? Diskusikan masalah ini
bilangan 0 (nol) kurang dari bilangan  (epsilon) yang dengan teman atau dosen anda.
diberikan.

 (epsilon) Ekor barisan Y yang jarak suku-sukunya


terhadap 0, kurang dari 
1/9 (1/10, 1/21, 1/22, 1/11, 1/23, 1/24, 1/12, ...)
0,01 (1/101, 1/203, 1/204, 1/102, 1/205, 1/206, ...)
0,02 ?
84 85
Definisi Formal
Cek-Up (Dikerjakan Sejauh ini kita menggunakan pendekatan ekor
Berkelompok) barisan untuk memeriksa apakah suatu barisan, konvergen
atau tidak. Pendekatan ini merupakan jembatan untuk

Dalam bagian ini anda cukup menduga (tidak membuktikan) menjelaskan secara formal pengertian suatu barisan

apakah barisan berikut konvergen atau tidak. Jika konvergen, konvergen.

ke bilangan mana ? Jika tidak, berilah alasan mengapa ia tidak Sebelumnya telah dijelaskan bahwa suatu barisan

konvergen. Tulislah dengan penjelasan yang mudah dipahami. X = (xn) dikatakan konvergen ke bilangan x, jika kita selalu

Jika perlu buatlah tabel atau diagram untuk mendukung dapat menemukan suatu ekor barisan X yang suku-sukunya

penjelasan anda. dekat ke x, sedekat yang diinginkan. Ini berarti bagaimanapun

1. S = (2, 3/2, 4/3, 5/4, 6/5, ...) kecilnya jarak yang diinginkan, selalu dapat ditemukan suatu

2. T = (2, 1, 3/2, 1, 4/3, 1, 5/4, ...) ekor barisan yang jarak suku-sukunya lebih kecil dari jarak

3. U = (2, 0, 3/2, 0, 4/3, 0, 5/4, ...) tersebut terhadap x. Dalam hal ini kita menggunakan konsep

4. V = (1, ½, 2, 1/3, 3, ¼, 4, 1/5, ...) jarak dan ekor barisan dalam menjelaskan konvergensi suatu

5. W = (1, -1, 1, -1, 1, -1, ...) barisan.

6. X = (sin(n/2)) Kita dapat membuktikan bahwa semua suku suatu

7. Y = (e n
) ekor barisan dari barisan X = (xn) dapat ditulis sebagai (xn) :

8. Z = (e 1/n
) n  K untuk suatu bilangan asli K. Sebagai contoh (1/n) :

9. A = ((n+1) - n ) n  32 merupakan ekor barisan ke-31 dari barisan (1/n). Jadi

10. B = (n sin(/n)) pengertian kita mengenai barisan konvergen dapat ditulis


sebagai berikut: Barisan X = (xn) dikatakan konvergen ke x
jika selalu dapat ditemukan suatu bilangan asli K sehingga
semua suku ekor barisan (xn) : n  K, dekat dengan bilangan x
sedekat yang diinginkan. Jika kita menginginkan semua suku

Anda mungkin juga menyukai