Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui UKBM yang ada di desa
dan kelurahan. UKBM adalah upaya kesehatan yang direncanakan, dibentuk, dikelola
dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan di
daerahnya. Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan, kesehatan secara mandiri. Salah satu
bentuk langkah pengembangan desa siaga adalah melakukan Survey Mawas Diri
yang bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu melakukan telaah mawas
diri untuk desanya. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi sadar akan
permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari
solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan pelayanan
kesehatan dasar kepada masyarakat desa.
Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian
masalah kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat setempat
dibawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan dan petugas kesehatan (petugas
Puskesmas, Bidan di Desa). Puskesmas Asembagus memiliki 10 desa siaga aktif yaitu
Desa Asembagus, Desa Gudang, Desa Wringin Anom, Desa Trigonco, Desa Perante,
Desa Awar – Awar, Desa Kertosari, Desa Mojosari, Desa Kedunglo dan Desa Bantal.
Pengembangan Desa Siaga merupakan tanggung jawab Kepala Desa. Oleh
karena itu peranan Kepala Desa beserta jajarannya dan tokoh masyarakat akan
semakin besar ke depan untuk mempercepat terwujudnya Desa. Untuk dapat tercapai
Desa Siaga Aktif perlu diadakannya Survey Mawas Diri yang dapat mendukung
terlaksananya kegiatan Desa Siaga Aktif dan memperoleh solusi pemecahan masalah
di wilayah Puskesmas Asembagus.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum:
Mengetahui besarnya masalah kesehatan dimasyarakat dan menyusun
pemecahan masalah yang ada di masyarakat.

1
1.2.2 Tujuan Khusus:
a. Dilaksanakannya pengumpulan data, masalah kesehatan, lingkungan dan
perilaku.
b. Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan, dan perilaku
yang paling menonjol di masyarakat.
c. Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukung upaya
mengatasi masalah kesehatan.
d. Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat
dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa
Siaga.

2
BAB II

METODE KEGIATAN

1. Jenis dan Desain Kegiatan


Kegiatan ini merupakan jenis kegiatan observasional karena dalam
pelaksanaannya, kegiatan SMD hanya mengamati subjek atau sasaran kegiatan dan
mencari data yang berkaitan dengan kesehatan tanpa memberi perlakuan terhadap
subjek tersebut. Observasi atau pengamatan merupakan suatu prosedur yang
terencana meliputi kegiatan melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2003).
Kegiatan yang dilakukan adalah dengan wawancara langsung dan observasi
untuk mengetahui kondisi yang terjadi pada responden tanpa melakukan intervensi
tertentu.Selain itu dapat digunakan sebagai dasar analisis situasi dan identifikasi
masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Asembagus Kabupaten
Situbondo.

2. Lokasi, Waktu, Sumber Daba dan Pelaksana Kegiatan


1. Lokasi Kegiatan
Lokasi Survey Mawas Diri (SMD) ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Asembagus, Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo yang terdiri dari 10
(sepuluh) desa yaitu Desa Asembagus, Desa Gudang, Desa Wringin Anom, Desa
Trigonco, Desa Perante, Desa Awar – Awar, Desa Kertosari, Desa Mojosari, Desa
Kedunglo dan Desa Bantal.
2. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) dilakukan pada tanggal 01 – 05
Desember 2020.
3. Sumber Dana Kegiatan
Kegiatan ini dibiayai oleh BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) Tahun 2020.
4. Pelaksana Kegiatan
Survey Mawas Diri (SMD) di wilayah kerja Puskesmas Asembagus dilakukan
oleh kader dengan didampingi petugas kesehatan wilyah dan induk.

3
Berikut nama-nama kader, petugas wilayah dan induk yang melakukan kegiatan
SMD, yaitu:

Tabel 2.1 Pelaksana Survei Mawas Diri (SMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Asembagus
2020

No Nama Jabatan
1. Suwarsih Kader Desa Asembagus
2. Sriwana Kader Desa Asembagus
3. Yulis Susilowati Kader Desa Asembagus
4. Juriana Kader Desa Asembagus
5. Maliyah Kader Desa Asembagus
6. Dewi Eka Pratiwi Petugas Wilayah Asembagus
7. Shofiyati Petugas Wilayah Asembagus
8. Nur Handayani Kader Desa Gudang
9. Sofin Kader Desa Gudang
10. Imaniyah Kader Desa Gudang
11. Fatila Kader Desa Gudang
12. Runi Yuliana Kader Desa Gudang
13. Faranita Dyastuti Petugas Wilayah Gudang
14. Rohilia Alif Petugas Wilayah Gudang
15. Lilik Ismiyati Kader Desa Trigonco
16. Amalia Kader Desa Trigonco
17. Sri Lestari Kader Desa Trigonco
18. Fatimah Kader Desa Trigonco
19. Nurul Hikmah Kader Desa Trigonco
20. Arif Novianto Petugas Wilayah Trigonco
21. Kholifatur Rosyida Petugas Wilayah Trigonco
22. Lilik Novarita Kader Desa Wringin Anom
23. Hozaima Kader Desa Wringin Anom
24. Ativa Kader Desa Wringin Anom
25. Leny Dyah Kader Desa Wringin Anom
26. Nuerfatila Kader Desa Wringin Anom
27. Pratnya Ilminingtyas Petugas Wilayah Wringin Anom
28. Saely Sari Petugas Wilayah Wringin Anom
29. Uswatul Hasanah Kader Desa Kedunglo
30. Tolak Ana Kader Desa Kedunglo
31. Rusnawati Kader Desa Kedunglo
32. Lailatul Jannah Kader Desa Kedunglo
33. Ika Fadilah Kader Desa Kedunglo
34. Lilik Febriyanti Petugas Wilayah Desa Kedunglo
35. Zakiya Romantika Petugas Wilayah Desa Kedunglo
36. Zikrana Kader Desa Bantal
37. Desi Kader Desa Bantal
38. Milatul Hikmah Kader Desa Bantal
39. Tri Astutik Kader Desa Bantal
40. Yuliandari Kader Desa Bantal
41. Sri Jamilatul Petugas Wilayah Desa Bantal
42. Siti Maysaroh Petugas Wilayah Desa Bantal
43. Lidya Ismail Kader Desa Perante
44. Usnaini Kader Desa Perante

4
No Nama Jabatan
45. Kamilia Fitra Kader Desa Perante
46. Nining Farida Kader Desa Perante
47. Sirtu Lailatun Kader Desa Perante
48. Widia Istighfarin Petugas Wilayah Desa Perante
49. Lailatul Fajriyah Petugas Wilayah Desa Perante
50. Jamilah Kader Desa Kertosari
51. Marsiyah Kader Desa Kertosari
52. Nurul Aida Kader Desa Kertosari
53. Lisnaini Kader Desa Kertosari
54. Safidah Kader Desa Kertosari
55. Ria Irawan Petugas Wilayah Desa Kertosari
56. Maryam Rukmana Petugas Wilayah Desa Kertosari
57. Herlin Yuliastini Kader Desa Awar-Awar
58. Yuli Irmawati Kader Desa Awar-Awar
59. Aning Ristiana Kader Desa Awar-Awar
60. Dalgiri Kader Desa Awar-Awar
61. Ninik Purnawati Kader Desa Awar-Awar
62. Astutik Petugas Wilayah Desa Awar-Awar
63. Nadhifatul Mabruroh Petugas Wilayah Desa Awar-Awar
64. Ilsiana Kader Desa Mojosari
65. Riskia Kader Desa Mojosari
66. Siti Nurbaya Kader Desa Mojosari
67. Fitria Ningsih Kader Desa Mojosari
68. Risdayatun Kader Desa Mojosari
69. Octy Dewi Fortuna Petugas Wilayah Desa Mojosari
70. Atus Indriyani Petugas Wilayah Desa Mojosari
71. Dina Arini Mustikaning Diah Pelaksana Program Promkes
72. Sumiyati Andayaning Tias Pelaksana Program Promkes

3. Populasi dan Sampel Kegiatan


1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang
ingin diteliti (Sugiarto, 2003). Populasi pada kegiatan ini adalah seluruh warga
Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo sebanyak 50.184 jiwa dengan jumlah
KK sebanyak 18.664 KK.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Budiarto, 2004). Sampel dalam penelitian
ini adalah warga Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan Sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode Proportional random sampling yakni sampel ditarik dari kelompok populasi
tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi anggota sampel hanya

5
sebagian dari anggota subpopulasi menjadi anggota sampel, pada proportional
probability, maka setiap anggota kelompok mempunyai probabilitas yang sebanding
dengan besar relatif dari kelompok-kelompok yang dimasukkan dalam subsampel
(Nazir, 1983), yaitu digolongkan berdasarkan dusun. Sampel diambil berdasarkan
proporsi setiap dusun, sehingga jumlah sampel yang diambil di setiap dusun tidaklah
sama.

4. Besar Sampel
Untuk penentuan besar sampel dalam survey ini didapat melalui perhitungan
rumus di bawah ini :
n = 10% x Jumlah Kepala Keluarga (KK)
n = 10% x 18.664 KK
n = 1.866 KK
Keterangan :
n = Besar sampel
KK = Kepala Keluarga
Distribusi sampel yang dibutuhkan untuk Survei Mawas Diri di Kecamatan
Asembagus yaitu:
Tabel 2.2. Distribusi Sampel yang Dibutuhkan untuk Survei Mawas Diri di Kecamatan
Asembagus 2020

No Nama Desa Jumlah Sampel (KK)


1. Asembagus 269
2. Gudang 178
3. Wringin Anom 216
4. Trigonco 225
5. Perante 153
6. Awar-Awar 141
7. Kertosari 171
8. Mojosari 137
9. Kedunglo 178
10. Bantal 197
JUMLAH 1.866

4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam Survei Mawas Diri (SMD) meliputi:

6
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya
melalui angket, wawancara, jajak pendapat, dan lain-lain (Nazir, 2005). Data yang
diperoleh meliputi beberapa aspek, antara lain: aspek karakteristik responden, aspek
status kesehatan masyarakat, aspek kependudukan, aspek kesehatan lingkungan,
aspek perilaku kesehatan, dan aspek pelayanan kesehatan. Selain itu disertai juga
dengan observasi langsung mengenai persyaratan rumah sehat di Kecamatan
Asembagus Kabupaten Situbondo.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua biasanya
diperoleh melalui badan atau instansi yang bergerak dalam proses pengumpulan data,
baik oleh institusi pemerintah maupun swasta (Nazir, 2003). Data yang diperoleh,
antara lain profil kecamatan dan profil desa. Misalnya data keadaan geografis, jumlah
penduduk, jumlah KK, dan lain-lain di Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo.

5. Alur Kegiatan Analisis


Pada kegiatan SMD dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengenalan instrumen (daftar pertanyaan) yang akan dipergunakan dalam
pengumpulan data dan informasi masalah kesehatan.
b. Penentuan sasaran baik jumlah KK ataupun lokasinya
c. Penentuan cara memperoleh informasi masalah kesehatan dengan cara
wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan yang dilakukan oleh kader
kepada sasaran SMD.

6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data sekunder, data
tersebut diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Interview (wawancara)
Merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara) yang didalam pelaksanaannya berupa kuesioner. Wawancara
juga merupakan suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. (Nazir, 2003).
b. Observasi dan Pengamatan Langsung

7
Pengumpulan data dengan cara observasi langsung atau pengamatan langsung
adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat
standart lain untuk keperluan tersebut. Menurut Nazir (2003) teknik observasi
langsung ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
1) Dapat mencatat segala hal yang berhubungan dengan penelitian sehingga tidak
menggantungkan ingatan dari seseorang.
2) Dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara
verbal atau tidak mau berkomunikasi secara verbal.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah kuesioner.
Yang dimaksud dengan kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan yang cukup
terperinci dan lengkap. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sudah di set secara logis
dan berhubungan dengan masalah yang ingin diteliti.

7. Teknik Pengolahan Data


Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik pengolahan data adalah:
a. Editing data
Yang dimaksud dengan kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan yang cukup
terperinci dan lengkap. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sudah di set secara logis
dan berhubungan dengan masalah yang ingin diteliti.
b. Tabulasi data
Memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel-tabel dan grafik sehingga
memudahkan untuk dilakukan analisis.

8. Teknik Penyajian Data dan Analisa Data


1. Penyajian Data
Cara penyajian data penelitian dilakukan melalui berbagai bentuk. Pada
umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni penyajian dalam bentuk teks (textular),
penyajian dalam bentuk tabel, dan penyajian dalam bentuk grafik (Notoatmodjo,
2005). Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk tabel. Penyajian data untuk
dapat melakukan tindakan intervensi selanjutnya, yakni merekomendasikan
penyelesaian masalah kesehatan di Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo.
2. Analisa Data
Analisa data dengan cara menghitung persentase dari masing-masing variabel
yang telah ditentukan untuk dapat diambil kesimpulan dari kegiatan penelitian.

8
9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Data Responden


Data responden menunjukkan gambaran umum latar belakang responden yang
menjadi sumber informasi dan sumber data pada Survei Mawas Diri. Data responden
dalam Survei Mawas Diri terdiri dari data usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan
pekerjaan responden. Data responden ditampilkan dalam bentuk diagram yang
direkap se-Kecamatan Asembagus.
Data responden berdasarkan usia dibagi menjadi usia 15-49 tahun, 50-59 tahun,
≥60 tahun. Hasil survei data usia responden dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.1 Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil survei, responden terbanyak dari rentang usia 15-49 tahun
sejumlah 76%, diikuti usia 50-59 tahun sejumlah 17% dan usia ≥60 tahun paling
sedikit yaitu 7%.

Data responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan total
responden laki-laki 19%. Sementara itu, jumlah responden perempuan jauh lebih
banyak 81%. Secara lebih jelas dapat dilihat pada diagram berikut:

10
Gambar 3.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pendidikan terakhir responden yang disurvei terbagi menjadi SD, SMP, SMA
dan Perguruan Tinggi. Data responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat
dalam diagram berikut:

Gambar 3.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir responden


dengan jumlah terbanyak adalah setingkat sekolah dasar (SD) dengan jumlah 38%.
Kemudian diikuti oleh pendidikan terakhir setingkat SMA sebesar 35%. Sementara
responden dengan pendidikan terakhir SMP sebesar 17% dan Perguruan Tinggi
sebesar 10%.

Data responden yang terakhir yaitu data pekerjaan responden, yang terdiri dari
responden yang tidak bekerja, bekerja sebagai buruh, nelayan, petani, pedagang dan

11
PNS/TNI/POLRI. Hasil data responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada
diagram berikut:

Gambar 3.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa responden terbanyak tidak bekerja
yaitu sebesar 54%. Hal tersebut terjadi dikarenakan kebanyakan responden berjenis
kelamin perempuan dimana tidak bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT).
Pekerjaan lainnya yaitu petani 20%, buruh 13%, pedagang 9%, PNS/TNI/POLRI 3%
dan nelayan 1%.

1.2. Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun


Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun di Kecamatan Asembagus dapat dilihat
dalam diagram berikut:

Gambar 3.5 Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun

12
Berdasarkan data diatas, masyarakat Asembagus yang menerapkan cuci tangan
dengan sabun yaitu sebanyak 88%, sedangkan yang tidak melakukan cuci tangan
sebanyak 12%. Sebaran masyarakat yang cuci tangan pakai sabun berdasarkan
wilayah dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 3.6 Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Per Wilayah


Berdasarkan grafik diatas, yang melakukan cuci tangan pakai sabun yaitu Desa
Asembagus 100%. Sedangkan yang tidak melakukan cuci tangan pakai sabun
terbanyak yaitu Desa Gudang 42,13%, diikuti Desa Awar-Awar 23,40% dan Desa
Perante 18,30%.

1.3. Melakukan Pemilahan Sampah


Masyarakat Asembagus yang melakukan pemilahan sampah organik maupun
non organik dapat dilihat dalam diagram berikut:

Pemilahan Sampah

39%
Ya
Tidak
61%

Gambar 3.7 Masyarakat Melakukan Pemilahan Sampah

13
Berdasarkan diagram diatas, masyarakat Asembagus banyak yang tidak
melakukan pemilahan sampah yaitu sebanyak 61%. Sedangkan yang melakukan
pemilahan sampah adalah 39%. Masyarakat yang melakukan pemilahan sampah
berdasarkan wilayah dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3.8 Pemilahan Sampah Per Wilayah


Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa yang tidak melakukan pemilahan
sampah terbanyak adalah Desa Asembagus 98,14%, diikuti Desa Bantal 89,34% dan
Desa Kedunglo 85,16%. Sedangkan desa yang sudah menerapkan pemilahan sampah
adalah Desa Kertosari 92,98% dan Desa Mojosari 74,45%.

1.4. Pemeriksaan Laboratorium Air Minum


Masyarakat Asembagus yang memerlukan pemeriksaan laboratorium terhadap
air minum dapat dilihat pada diagram berikut:

Pemeriksaan Laboratorium Air Minum

44%
Ya
Tidak
56%

Gambar 3.9 Pemeriksaan Laboratorium Air Minum

14
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahswa sebanyak 56% masyarakat
Asembagus memerlukan pemeriksaan laboratorium terhadap air minumnya.
Sedangkan 44% lainnya tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium. Masyarakat
yang memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk air minum di wilayah dapat
dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3.10 Pemeriksaan Laboratorium Air Minum di Wilayah


Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa Desa Asembagus sangat
memerlukan pemeriksaan air minum yaitu sebesar 100%, diikuti Desa Kertosari
90,64% dan Desa Kedunglo 89,56%. Sedangkan Desa yang tidak memerlukan adanya
pemeriksaan air minum terhadap air minum adalah Desa bantal 100% dan Desa
Awar-Awar 98,58%.

1.5. Ibu Hamil Periksa di Trimester Pertama


Hasil survei ini berdasarkan jumlah ibu hamil yang disurvei yaitu sebanyak 63
orang. Berdasarkan hasil survey, ibu hamil yang periksa sebelum usia kehamilan 3
bulan atau trimester pertama dapat dilihat pada diagram berikut:

15
Ibu Hamil Periksa di Trimester Pertama

Ya
Tidak

100%

Gambar 3.11 Ibu Hamil yang Periksa di Trimester Pertama


Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa semua ibu hamil yang
disurvei melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama 100%. Maka
dapat dilihat juga bahwa seluruh wilayah ibu hamil sudah melakukan pemeriksaan di
trimester pertama seperti pada yang ditampilkan pada grafik berikut:

Gambar 3.12 Ibu Hamil yang Periksa di Trimester Pertama Per Wilayah

1.6. Pemeriksaan Ibu Hamil Dilakukan Sesuai Standar


Hasil survei ini berdasarkan jumlah ibu hamil yang disurvei yaitu sebanyak 63
orang. Berdasarkan hasil survey, ibu hamil yang mendapat pemeriksaan standart
dapat dilihat pada diagram berikut:

16
Gambar 3.13 Ibu Hamil Mendapat Pelayanan Standart
Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa semua ibu hamil yang
disurvei telah mendapat pelayanan sesuai standart 100%. Maka dapat dilihat juga
bahwa seluruh wilayah ibu hamil sudah mendapat pelayanan sesuai standart seperti
pada yang ditampilkan pada grafik berikut:

Gambar 3.14 Ibu Hamil Mendapat Pelayanan Standart Per Wilayah

1.7. Ibu Hamil Mengetahui Resiko Kehamilan


Hasil survei ini berdasarkan jumlah ibu hamil yang disurvei yaitu sebanyak 63
orang. Berdasarkan hasil survey, ibu hamil yang ada di Kecamatan Asembagus
sebanyak 54% mengetahui resiko kehamilannya. Sedangkan 46% ibu hamil tidak
mengetahui risiko kehamilannya. Secara jelas dapat dilihat pada diagram berikut:

17
Gambar 3.15 Ibu Hamil Tahu Resiko Kehamilan
Prosentase ibu hamil yang tahu resiko kehamilannya per wilayah dapat dilihat
pada grafik berikut:

Gambar 3.16 Ibu Hamil Tahu Resiko Kehamilan Per Wilayah


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semua ibu hamil di Desa Awar-Awar dan
Desa Kertosari sudah mengetahui resiko kehamilannya. Sedangkan di Desa Bantal
80% ibu hamil tidak mengetahui resiko kehamilan, Desa Mojosari 66,67% serta Desa
Kedunglo, Asembagus dan Trigonco masing-masing 60% ibu hamil tidak mengetahui
resiko kehamilannya.

1.8. Calon Pengantin Periksa ke Puskesmas


Untuk menurunkan AKI dan AKB maka calon pengantin wajib melakukan
pemerikasaan ke Puskesmas. Berdasarkan hasil survey calon pengantin yang

18
melakukan pemeriksaan ke Puskesmas di Kecamatan Asembagus dapat dilihat dalam
diagram berikut:

Gambar 3.17 Calon Pengantin Periksa ke Puskesmas


Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 73% calon pengantin tidak
datang dan periksa ke Puskesmas. Sedangkan 27% lainnya melakukan pemeriksaan
ke Puskesmas. Lebih rinci per wilayah dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 3.18 Calon Pengantin Periksa ke Puskesmas Per Wilayah


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa 96,92% Catin di Desa Trigonco tidak
periksa ke Puskesmas. Desa Kertosari 88,30% dan Mojosari 87,59% tidak melakukan
pemeriksaan Catin ke Puskesmas.

19
1.9. Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara
Untuk menurunkan angka kesakitan yang diakibatkan penyakit tidak menular
seperti kanker serviks dan kanker payudara maka perlu dilakukan deteksi dini melalui
kegiatan Iva Sadari. Berdasarkan hasil survey, masyarakat yang menginginkan
adanya deteksi dini kanker serviks dan payudara dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.19 Perlu Deteksi Dini Ca Serviks dan Payudara


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 74% masyarakat menginginkan
adanya deteksi dini kanker serviks dan payudara. Sedangkan 26% diataranya
menyebutkan tidak perlu. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3.20 Deteksi Dini Ca Serviks dan Payudara di Wilayah

20
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa 100% masyarakat di Desa
Asembagus dan Mojosari menginginkan adanya deteksi dini kanker serviks dan
payudara. Selanjutnya diikuti Desa Kertosari 96,49% dan Desa Kedunglo 89,56%.

1.10. Penangangan Balita Stunting


Masyarakat Asembagus yang menginginkan adanya penanganan balita stunting
dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.21 Penanganan Balita Stunting


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 91% masyarakat menginginkan
penanganan pada balita stunting. Data lebih rinci per wilayah dapat dilihat pada
grafik berikut:

Gambar 3.22 Penanganan Balita Stunting di Wilayah

21
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat baha 100% masyarakat Desa
Asembagus dan Kertosari menginginkan adanya penanganan pada balita stunting.
99,54% masyarakat Desa Wringin Anom dan 99,12% masyarakat Desa Trigonco juga
menginginkan penanganan balita stunting.

1.11. Pelayanan Kesehatan Remaja


Pelayanan kesehatan remaja di Kecamatan Asembagus masih belum maksimal
seperti pelayanan kesehatan pada balita dan lansia. Beberapa masyarakat
menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk remaja, karena kesehatan remaja
sangat kompleks. Berdasarkan hasil survey dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.23 Pelayanan Kesehatan Remaja


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 80% masyarakat menginginkan
adanya pelayanan kesehatan remaja. Secara detail per wilayah dapat dilihat pada
grafik berikut:
Gambar 3.24 Pelayanan Kesehatan Remaja

22
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa 100% masyarakat Desa
Asembagus dan Desa Trigonco menginginkan adanya pelayanan kesehatan bagi
remaja. Selanjutnya yaitu Desa Wringin Anom 99,54% dan Desa Kertosari 89,47%
yang menginginkan adanya pelayanan kesehatan remaja di desa.
1.12. Pelayanan Kesehatan Lansia
Pelayanan lansia sangat dibutuhkan untuk meningkatkan derajat kesehatan para
lansia. Berdasarkan hasil survey dapat dilihat bahwa 88% masyarakat Asembagus
menginginkan adanya pelayanan kesehatan lansia. Data dapat dilihat pada diagram
berikut:

Gambar 3.25 Pelayanan Kesehatan Lansia


Berdasarkan data per wilayah dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3.26 Pelayanan Kesehatan Lansia Per Wilayah

23
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisis bahwa masyarakat Desa Asembagus
menginginkan pelayanan kesehatan lansia 100%. Diikuti oleh Desa Trigonco 99,56%,
dan Desa Kedunglo 90,11%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat
menginginkan adanya pelayanan kesehatan lansia.

1.13. Periksa GDA Minimal 1 Tahun 1 Kali


Melakukan pemeriksaan GDA perlu dilakukan minimal 1 tahun 1 kali, namun
kebiasaan ini masih awam di masyarakat. Gambaran kepatuhan masyarakat dalam
memeriksakan GDA setiap tahun dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.27 Periksa GDA Minimal 1 Tahun 1 Kali


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian masyarakat telah
melakukan pemeriksaan GDA minimal 1 tahun 1 kali 67%. Sedangkan data per
wilayah dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 3.28 Periksa GDA Minimal 1 Tahun 1 Kali per Wilayah

24
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa sebagian besar masyarakat
telah melakukan pemeriksaan GDA setia tahunnya, kecuali Desa Wringin. Sebanyak
78,24% masyarakat Desa Wringin Tidak melakukan pemeriksaan GDA rutin setiap 1
tahun 1 kali.

1.14. Pencegahan Penularan Hepatitis Pada Bayi


Pencegahan penularan hepatitis dari ibu hamil yang terjangkit hepatitis pada
bayi yang akan dilahirkan melalui pemberian vaksinasi hepatitis B pada bayi.
Berdasarkan survey yang dilakukan dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.29 Pencegahan Penularan Hepatitis Pada Bayi


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat
menginginkan adanya pencegahan penularan hepatitis dari ibu ke bayi melalui
vaksinasi hepatitis yaitu 95%. Lebih rinci per wilayah dapat dilihat pada grafik
berikut:

25
Gambar 3.30 Pencegahan Penularan Hepatitis pada Bayi per Wilayah
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bawah 100% masyarakat Desa
Asembagus, Gudang, Wringin Anom, Trigonco, Mojosari dan Bantal menginginkan
adanya pencegahan penularan hepatitis dari ibu ke bayi melalui vaksinasi hepatitis.

1.15. Keluarga Ada Balita dengan Gizi Kurang atau BGM


Berdasarkan hasil survey ada 4% keluarga yang memiliki balita atau anak
dengan gizi kurang atau BGM. Secara detail dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.31 Ada Balita dengan Gizi Kurang atau BGM


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar keluarga tidak
memiliki balita dengan gizi kurang atau BGM. Secara rinci per wilayah dapat dilihat
pada grafik berikut:
Gambar 3.32 Balita dengan Gizi Kurang atau BGM Per Wilayah

26
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan sebanyak 14,84% keluarga di Desa
Kedunglo memiliki balita dengan gizi kurang atau BGM, diikuti Desa Gudang
sebanyak 7,30%.

1.16. Anggota Keluarga Batuk Lama


Adanya keluarga yang batuk lama lebih dari 2 minggu dapat menjadi rujukan
untuk pemeriksaan Tuberkulosis. Berdasarkan hasil survey dapat dilihat pada
diagram berikut:

Gambar 3.33 Adanya Anggota Keluarga yang Batuk Lama


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 5% keluarga di
Kecamatan Asembagus memiliki anggota keluarga yang punya keluhan batuk lama
lebih dari 2 minggu. Data secara rinci per wilayah dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 3.34 Anggota Keluarga yang Batuk Lama Per Wilayah

27
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa 23,40% keluarga di Desa Awar-
Awar ada anggota keluarganya yang mengeluh batuk lama lebih dari 2 minggu.
12,41% keluarga di Desa Mojosari memiliki anggota keluarga yang mengeluh batuk
lama.

1.17. Mengetahui Penyakit TB dan Penularannya


Penyakit TB masih belum diketahui banyak orang, karena menganggap batuk
adalah penyakit biasa. Berdasarkan hasil survey masih ada 69% masyarakat yang
belum mengetahui tentang penyakit TB serta penularannya. Secara rinci dapat dilihat
pada diagram berikut:

Gambar 3.35 Mengetahui Penyakit TB dan Penularannya


Data hasil survey per wilayah dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3.36 Mengetahui Penyakit TB dan Penularannya per Wilayah

28
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa 83,94% masyarakat Desa
Mojosari tidak mengetahui tentang penyakit TB dan penularannya. Kemudian Desa
Awar-Awar 73,76% dan Desa Wringin Anom 54,17% masyarakat yang tidak
mengetahui tentang penyakit TB dan penularannya.

1.18. Pemeriksaan Jentik di Rumah


Untuk memutus rantai penularan penyakit DBD masyarakat perlu melakukan
pemeriksaan jentik secara mandiri di rumah. Berdasarkan hasil survey, masyarakat
yang telah melakukan pemeriksaan jentik dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.37 Pemeriksaan Jentik di Rumah


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 69% masyarakat Asembagus
tidak melakukan pemeriksaan jentik dirumah. Dan 31% lainnya sudah melaksanakan
pemeriksaan jentik secara mandiri di rumah. Secara detail per wilayah, data hasil
survey pemeriksaan jentik dapat dilihat pada grafik berikut:

29
Gambar 3.38 Pemeriksaan Jentik di Rumah per Wilayah
Berdasarkan grafik diatas, wilayah yang tidak melakukan pemeriksaan jentik
secara mandiri adalah Asembagus 92,57%, Wringin Anom 93,52%, Trigonco
93,39%, Awar-Awar 87,23% dan Kedunglo 83,52%.

1.19. Balita Imunisasi Lengkap


Berdasarkan hasil survey, balita yang sudah imunisasi lengkap dapat dilihat
pada diagram berikut:

Gambar 3.39 Balita Imunisasi Lengkap


Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa 85% balita sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Sedangkan 15% lainnya masih belum
mendapat imunisasi lengkap. Secara detail per wilayah dapat dilihat pada grafik
berikut:

30
Gambar 3.40 Balita Imunisasi Lengkap per Wilayah
Berdasarkan grafik diatas sebagian besar balita di semua wilayah sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Wilayah dengan capaian tertinggi adalah Desa
Wringin Anom 98,31% diikuti Desa Kedunglo 93,18%.

1.20. Masyarakat Bersedia Mengikuti Vaksinasi Covid-19


Berdasarkan hasil survey masyarakat yang menginginkan vaksinasi covid-19
dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.41 Masyarakat Bersedia Mengikuti Vaksinasi Covid-19


Berdasarkan hasil survey sebanyak 74% masyarakat bersedia mengikuti
vaksinasi covid-19 dan 26% lainnya tidak bersedia. Lebih rinci hasil data per wilayah
dapat dilihat pada grafik berikut:

31
Gambar 3.42 Masyarakat Bersedia Mengikuti Vaksinasi Covid-19

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa 84,83% masyarakat Desa


Gudang tidak bersedia mengikuti vaksin. Dan 61,93% masyarakat Desa Bantal juga
tidak bersedia divaksin covid-19.

1.21. Ada Keluarga Menderita IMS


Berdasarkan hasil survey adanya keluarga yang menderita IMS dapat dilihat
pada diagram berikut:

Gambar 3.43 Ada Keluarga Menderita IMS


Dari diagram diatas hanya 1% keluarga yang menderita IMS. Untuk lebih rinci
per wilayah dapat dilihat pada grafik berikut:

32
Gambar 3.44 Keluarga Menderita IMS per Wilayah
Berdasarkan grafik diatas, keluarga yang ada penderita IMS adalah di Desa
Kertosari 5,26% dan Kedunglo 3,30%. Sedangkan Desa lainnya tidak ada anggota
keluarga yang menderita IMS.

1.22. Perlu Pelayanan Kesehatan Jiwa


Pelayanan kesehatan jiwa diperlukan di wilayah puskesmas Asembagus.
Berdasarkan hasil survey, masyarakat yang menginginkan pelayanan kesehatan jiwa
adalah sebagai berikut:

Gambar 3.45 Perlu Pelayanan Kesehatan Jiwa


Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa 64% masyarakat menginginkan adanya
pelayanan kesehatan jiwa diwilayah. Secara rinci per wilayah dapat dilihat pada
grafik berikut:

33
Gambar 3.46 Perlu Pelayanan Kesehatan Jiwa per Wilayah

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa 100% masyarakat Desa Asembagus,
Gudang dan Bantal menginginkan pelayanan kesehatan jiwa. 97,87% masyarakat
Desa Awar-Awar tidak menginginkan adanya pelayanan kesehatan jiwa.

1.23. Keluarga Memiliki TOGA dan Tahu Manfaatnya


Berdasarkan hasil survey, kepemilikan TOGA dan pengetahuan manfaat toga
dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.47 Keluarga Memiliki Toga dan Tahu Manfaatnya


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 67% masyarakat tidak
memiliki TOGA dan tidak mengetahui manfaatnya. Sedangkan 33% masyrakat sudah
memiliki TOGA dan sudah mengetahui manfaatnya. Lebih rinci data per wilayah
dapat dilihat pada grafik berikut:

34
Gambar 3.48 Keluarga Memiliki TOGA dan Tahu Manfaatnya Per Wilayah

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa 96,70% masyarakat Desa


Kedunglo tidak memiliki TOGA dan tidak mengetahui manfaat TOGA, diikuti Desa
Asembagus 92,57%, Desa Bantal 85,79% dan Desa Gudang 84,27%.

1.24. Kegiatan Olahraga Aktif


Kegiatan olahraga aktif di masyarakat dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.49 Kegiatan Olahraga Aktif


Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa 63% masyarakat tidak
melakukan kegiatan olahraga aktif dan 37% lainnya sudah melakukan kegiatan
olahraga aktif. Secara rinci data per wilayah dapat dilihat pada grafik berikut:

35
Gambar 3.50 Kegiatan Olahraga Aktif Per Wilayah

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa 100% masyarakat Desa Gudang
tidak melakukan kegiatan olahraga aktif, diikuti Desa Kedunglo 97,25%, Desa
Asembagus 95,54% dan Desa Awar-Awar 91,49%.

1.25. Merawat Gigi Anak Sejak Dini


Gigi anak perlu dirawat sejak dini, berdasarkan hasil survey orang tua yang
merawat gigi anak sejak dini dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.51 Merawat Gigi Anak Sejak Dini


Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa 97% masyarakat sudah
merawat kesehatan gigi anak sejak dini, sedangkan 3% lainnya tidak. Secara rinci
dapat dilihat pada grafik berikut:

36
Gambar 3.52 Merawat Gigi Anak Sejak Dini per Wilayah

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa 14,21% masyarakat Desa Bantal
tidak merawat kesehatan gigi anak sejak dini, diikuti Desa Kertosari 9,36% dan Desa
Perante 9,15%.

1.26. Mengetahui Penularan Covid-19


Berdasarkan hasil survey, masyarakat yang mengetahui penularan covid-19
dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.53 Mengetahui Cara Penularan Covid-19


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 87% masyarakat sudah
mengetahui cara penularan covid-19 sedengkan 13% lainnya belum mengetahui.
Secara lebih rinci dapat dilihat pada table berikut:

37
Gambar 3.54 Masyarakat Mengetahui Penularan Covid-19

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat sudah
mengetahui cara penularan covid-19 tetapi 29,95% masyarakat Desa Bantal tidak
mengetahui cara penularan covid-19, diikuti Desa Kertosari 28,07%, Desa Awar-
Awar 26,95% dan Desa Mojosari 23,36%.

1.27. Mengetahui Gejala Covid-19


Masyarakat yang mengetahui gejala covid-19 dapat dilihat pada diagram
berikut:

Gambar 3.55 Mengetahui Gejala Covid-19


Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 84% masyarakat mengetahui
gejala covid-19 dan 16% lainnya tidak mengetahui tentang gejala covid-19. Secara
lebih rinci dapat dilihat pada grafik berikut:

38
Gambar 3.56 Masyarakat Mengetahui Gejala Covid-19

Berdasarkan grafik diatas sebagian besar masyarakat sudah mengetahui tentang


gejala covid-19, tetapi 36,52% masyarakat Desa Gudang belum mengetahui tentang
gejala covid-19 diikuti Desa Mojosari 36,50% dan Desa Awar-Awar 31,21%.

1.28. Mengetahui Pencegahan Penularan Covid-19


Masyarakat yang mengetahui pencegahan penularan covid-19 dapat dilihat pada
diagram berikut:

Gambar 3.57 Mengetahui Pencegahan Penularan Covid-19

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 88% masyarakat sudah


mengetahui tentang pencegahan penularan covid-19 sedangkan 12% lainnya tidak.
Secara lebih rinci dapat dilihat pada grafik berikut:

39
Gambar 3.58 Masyarakat Mengetahui Pencegahan Penularan Covid-19
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat
sudah mengetahi tentang pencegahan penularan covid-19. Akan tetapi 39,33%
masyarakat Desa Gudang belum mengetahui tentang pencegahan penularan covid-19,
diikut Desa Awar-Awar 36,88% dan Desa Mojosari 27,01%.

1.29. Covid-19 Dapat Ditularkan dari Orang Tanpa Gejala (OTG)


Berdasarkan hasil survey dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.59 Covid-19 Dapat Ditularkan dari OTG


Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa 68% masyarakat
menjawab Ya dapat menularkan sedangkan 32% lainnya menjawab Tidak. Covid-19
dapat ditularkan meski dari orang yang tanpa gejala. Secara detail dapat dilihat pada
grafik berikut:

40
Gambar 3.60 Covid-19 Dapat Ditularkan dari OTG

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa 73,03% masyarakat Desa


Gudang menjawab Tidak, diikuti Desa Asembagus 71,38%. Faktanya bahwa covid-
19 dapat menular dari orang tanpa gejala.

BAB IV
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Identifikasi Masalah Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas


Asembagus
Masalah kesehatan di wiyah kerja Puskesmas Asembagus berdasarkan hasil
survey mawas diri (SMD) diantaranya, yaitu:
Tabel 4.1. Masalah Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Asembagus
No Masalah Prosentase
1. Masyarakat menginginkan pemeriksaan laboratorium pada air 56%
minum
2. Banyaknya calon pengantin yang tidak periksa ke puskesmas 73%
3. Masyarakat menginginkan adanya deteksi dini kanker serviks 74%
dan payudara
4. Masyarakat menginginkan penanganan pada balita stunting 92%
5. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 80%
remaja
6. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 88%
lansia
7. Banyaknya masyarakat yang tidak melakukan pemeriksaan 69%
jentik dirumah
8. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan jiwa 64%
9. Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui manfaat tanaman 67%
obat keluarga
10. Banyak masyarakat yang tidak melakukan olahraga 63%

2. Masalah Kesehatan Tiap Desa


1. Masalah Kesehatan Desa Asembagus
Masalah kesehatan di Desa Asembagus berdasarkan hasil survey mawas diri
(SMD) diantaranya, yaitu:
Tabel 4.2. Masalah Kesehatan di Desa Asembagus

41
No Masalah Prosentase
1. Ibu hamil tidak mengetahui tentang risiko kehamilan 60,00%
2. Rendahnya Calon Pengantin yang periksa ke Puskesmas 25,65%
3. Masyarakat menginginkan pemeriksaan deteksi dini kanker 100%
rahim dan payudara
4. Masyarakat menginginkan penanganan untuk balita stunting 100%
5. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 100%
remaja
6. Rendahnya masyarakat yang rutin periksa gula darah minimal 1 43,87%
tahun sekali
7. Banyaknya masyarakat yang tidak melakukan pemeriksaan 92,57%
jentik secara mandiri
8. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan untuk kesehatan 100%
jiwa
9. Banyak masyarakat yang tidak olahraga 100%
10. Banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa covid-19 71,38%
dapat menular dari orang tidak bergejala

2. Masalah Kesehatan Desa Gudang


Masalah kesehatan di Desa Gudang berdasarkan hasil survey mawas diri
(SMD) diantaranya, yaitu:
Tabel 4.3. Masalah Kesehatan di Desa Gudang
No Masalah Prosentase
1. Masyarakat menginginkan pemeriksaan laboratorium pada air 64,61%
minum
2. Perlunya penanganan pada balita dengan gizi kurang 92,70%
3. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan jiwa 84,83%
4. Banyak masyarakat yang tidak bersedia jika akan dilakukan 84,83%
vaksinasi covid-19
5. Banyak masyarakat yang tidak olahraga 100%
6. Banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa covid-19 73,03%
dapat menular dari orang tidak bergejala
7. Rendahnya kebiasaan masyarakat untuk cuci tangan 57,87%
8. Rendahnya Calon Pengantin yang periksa ke Puskesmas 44,38%
9. Masyarakat menginginkan adanya deteksi dini kanker serviks 66,85%
dan payudara
10. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 67,98%
remaja

3. Masalah Kesehatan Desa Wringin Anom


Masalah kesehatan di Desa Wringin Anom berdasarkan hasil survey mawas diri
(SMD) diantaranya, yaitu:
Tabel 4.4. Masalah Kesehatan di Desa Wringin Anom
No Masalah Prosentase
1. Masyarakat belum melakukan pemilahan pada sampah 69,91%
2. Masyarakat menginginkan kegiatan deteksi dini kanker rahim 82,87%
dan payudara

42
3.
Masyarakat menginginkan penanganan pada balita stunting 99,54%
4.
Masyarakat menginginkan pelayanan kesehatan remaja 99,54%
5.
Masyarakat menginginkan pelayanan kesehatan lansia 87,50%
6.
Rendahnya masyarakat yang tidak periksa Gula Darah minimal 21,76%
1 tahun 1 kali
7. Perlunya pencegahan penularan hepatitis pada bayi 100%
8. Banyaknya masyarakat yang masih belum mengetahui tentang 54,17%
penyakit TB dan penularannya
9. Banyaknya masyarakat yang tidak melakukan pemeriksaan 93,52%
jentik dirumah
10. Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui manfaat tanaman 54,17%
obat keluarga

4. Masalah Kesehatan Desa Trigonco


Masalah kesehatan di Desa Trigonco berdasarkan hasil survey mawas diri
(SMD) diantaranya, yaitu:
Tabel 4.5. Masalah Kesehatan di Desa Trigonco
No Masalah Prosentase
1. Ibu hamil tidak mengetahui tentang risiko kehamilan 60,00%
2. Masyarakat menginginkan penanganan untuk balita stunting 99,12%
3. Masyarakat menginginkan pelayanan kesehatan untuk remaja 100%
4. Masyarakat menginginkan pelayanan kesehatan untuk lansia 99,56%
5. Perlunya pencegahan penularan hepatitis pada bayi 100%
6. Banyaknya masyarakat yang tidak melakukan pemeriksaan 93,39%
jentik secara mandiri
7. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat tanaman 57,71%
obat keluarga
8. Masyarakat menginginkan pelayanan kesehatan jiwa 83,70%

5. Masalah Kesehatan Desa Perante


Masalah kesehatan di Desa Perante berdasarkan hasil survey mawas diri (SMD)
diantaranya, yaitu:
Tabel 4.6. Masalah Kesehatan di Desa Perante
No Masalah Prosentase
1. Rendahnya Calon Pengantin yang periksa ke Puskesmas 31,37%
2. Masyarakat menginginkan adanya deteksi dini kanker serviks 75,16%
dan payudara
3. Masyarakat menginginkan penanganan pada balita stunting 82,35%
4. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 77,78%
remaja
5. Perlunya pencegahan penularan hepatitis pada bayi 82,35%
6. Kurangnya kegiatan pemeriksaan jentik di rumah 42,28%
7. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat tanaman 34,64%
obat keluarga
8. Banyak masyarakat yang tidak melakukan olahraga 67,32%

43
6. Masalah Kesehatan Desa Awar-Awar
Masalah kesehatan di Desa Awar-Awar berdasarkan hasil survey mawas diri
(SMD) diantaranya, yaitu:
Tabel 4.7. Masalah Kesehatan di Desa Awar-Awar
No Masalah Prosentase
1. Masyarakat menginginkan adanya deteksi dini kanker serviks 77,30%
dan payudara
2. Masyarakat menginginkan penanganan pada balita stunting 87,23%
3. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 73,76%
remaja
4. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 72,34%
lansia
5. Ada keluarga dengan gejala batuk lebih dari 2 minggu 23,40%
6. Banyaknya masyarakat yang masih belum mengetahui tentang 73,76%
penyakit TB dan penularannya
7. Banyaknya masyarakat yang tidak melakukan pemeriksaan 87,23%
jentik secara mandiri
8. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat tanaman 48,23%
obat keluarga
9. Banyak masyarakat yang tidak melakukan olahraga 91,49%
10. Banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa covid-19 56,79%
dapat menular dari orang tidak bergejala

7. Masalah Kesehatan Desa Kertosari


Masalah kesehatan di Desa Kertosari berdasarkan hasil survey mawas diri
(SMD) diantaranya, yaitu:
Tabel 4.8. Masalah Kesehatan di Desa Kertosari
No Masalah Prosentase
1. Masyarakat menginginkan pemeriksaan laboratorium pada air 90,64%
minum
2. Masyarakat menginginkan adanya deteksi dini kanker serviks 96,49%
dan payudara
3. Masyarakat menginginkan penanganan pada balita stunting 100%
4. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 89,47%
remaja
5. Banyak masyarakat yang tidak melakukan olahraga 77,11%
6. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 81,29%
lansia
7. Perlunya pencegahan penularan hepatitis pada bayi 83,63%
8. Banyaknya masyarakat yang tidak melakukan pemeriksaan 60,23%
jentik secara mandiri

8. Masalah Kesehatan Desa Mojosari


Masalah kesehatan di Desa Mojosari berdasarkan hasil survey mawas diri
(SMD) diantaranya, yaitu:
Tabel 4.9. Masalah Kesehatan di Desa Mojosari

44
No Masalah Prosentase
1. Masyarakat menginginkan pemeriksaan laboratorium pada air 65,69%
minum
2. Ibu hamil tidak mengetahui tentang risiko kehamilan 66,67%
3. Rendahnya Calon Pengantin yang periksa ke Puskesmas 42,34%
4. Masyarakat menginginkan adanya deteksi dini kanker serviks 100%
dan payudara
5. Banyaknya masyarakat yang masih belum mengetahui tentang 83,94%
penyakit TB dan penularannya
6. Masyarakat menginginkan penanganan pada balita stunting 94,89%
7. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 78,10%
remaja
8. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 80,29%
remaja
9. Perlunya pencegahan penularan hepatitis pada bayi 100%
10. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan jiwa 52,04%

9. Masalah Kesehatan Desa Kedunglo


Masalah kesehatan di Desa Kedunglo berdasarkan hasil survey mawas diri
(SMD) diantaranya, yaitu:
Tabel 4.10. Masalah Kesehatan di Desa Kedunglo
No Masalah Prosentase
1. Banyak masyarakat yang tidak melakukan pemilahan sampah 85,16%
2. Masyarakat menginginkan pemeriksaan laboratorium pada air 89,56%
minum
3. Ibu hamil tidak mengetahui tentang risiko kehamilan 60,00%
4. Masyarakat menginginkan adanya deteksi dini kanker serviks 89,56%
dan payudara
5. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 89,56%
remaja
6. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 90,11%
lansia
7. Banyaknya masyarakat yang tidak melakukan pemeriksaan 89,52%
jentik dirumah
8. Banyak masyarakat yang tidak melakukan olahraga 97,27%
9. Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui manfaat tanaman 96,70%
obat keluarga

10. Masalah Kesehatan Desa Bantal


Masalah kesehatan di Desa Bantal berdasarkan hasil survey mawas diri (SMD)
diantaranya, yaitu:
Tabel 4.11. Masalah Kesehatan di Desa Bantal
No Masalah Prosentase
1. Banyak masyarakat yang tidak melakukan pemilahan sampah 89,34%
2. Ibu hamil tidak mengetahui tentang risiko kehamilan 80,00%
3. Rendahnya Calon Pengantin yang periksa ke Puskesmas 18,27%
4. Masyarakat menginginkan penanganan pada balita stunting 89,85%

45
5. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk 88,83%
lansia
6. Perlunya pencegahan penularan hepatitis pada bayi 100%
7. Banyak masyarakat yang tidak bersedia jika akan dilakukan 61,93%
vaksinasi covid-19
8. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan jiwa 100%
9. Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui manfaat tanaman 85,79%
obat keluarga

BAB V
PRIORITAS MASALAH

1.1. Prioritas Masalah Kesehatan dengan Metode USG


Prioritas masalah kesehatan wilayah kerja Puskesmas Asembagus dengan
menggunakan Urgensi, Seriosnes, Growth (USG) yaitu:
Tabel 5.1. Prioritas Masalah Kesehatan di Kecamatan Asembagus
No Masalah U S G Skor
1. Masyarakat menginginkan pemeriksaan 3 2 2 12
laboratorium pada air minum
2. Banyaknya calon pengantin yang tidak 5 5 5 125
periksa ke puskesmas
3. Masyarakat menginginkan adanya deteksi 4 2 2 16
dini kanker serviks dan payudara
4. Masyarakat menginginkan penanganan pada 5 4 2 40
balita stunting
5. Masyarakat menginginkan adanya 5 4 4 80
pelayanan kesehatan untuk remaja
6. Masyarakat menginginkan adanya 4 3 2 24
pelayanan kesehatan untuk lansia
7. Banyaknya masyarakat yang tidak 3 3 2 18
melakukan pemeriksaan jentik dirumah
8. Masyarakat menginginkan adanya 3 2 1 6
pelayanan kesehatan jiwa
9. Banyaknya masyarakat yang tidak 5 5 4 100
mengetahui manfaat tanaman obat keluarga
10. Banyak masyarakat yang tidak melakukan 2 2 2 8
olahraga

Berdasarkan Tabel 5.1. dapat ditemukan tiga prioritas masalah dengan


menggunakan metode Urgensi, Seriosnes, Growth (USG) yaitu:
1. Banyaknya calon pengantin yang tidak periksa ke puskesmas
2. Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui manfaat tanaman obat
keluarga

46
3. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan kesehatan untuk remaja

47
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) yang dilaksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Asembagus dapat disimpulkan bahwa terdapat 10 prioritas
masalah dari masing – masing desa yang nantinya sebagai bahan untuk dibawa ke
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

6.2. Saran
Diharapkan setiap desa di wilayah Kerja Puskesmas Asembagus melaksanakan
Musyawarah Masyarakat desa (MMD) sebagai tindak lanjut dari kegiatan Survey
Mawas Diri (SMD)

48

Anda mungkin juga menyukai